Askep Headache
April 1, 2019 | Author: Je Hitijahubessy | Category: N/A
Short Description
Download Askep Headache...
Description
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) SAKIT KEPALA (HEADACHE) Nuzulul Zulkarnain Haq FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit Kepala merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Beberapa orang sering mengalami sakit kepala, sedangkan yang lainnya hampir tidak pernah merasakan sakit kepala. (info-sehat-kita.blogspot.com) Sakit kepala menahun dan sakit kepala kambuhan bisa terasa sangat nyeri dan mengganggu, tetapi jarang mencerminkan keadaan kesehatan yang serius. Suatu perubahan dalam pola atau sumber sakit kepala (misalnya dari jarang menjadi sering, sebelumnya ringan sekarang menjadi berat) bisa merupakan pertanda yang serius dan memerlukan tindakan medis segera. (anonim,2009) Sekarang ini banyak sekali obat-obat sakit kepala yang dijual bebas di toko-toko obat atau apotik. Di televisi juga banyak iklan yang menawarkan obat sebagai solusi sakit kepala. Namun hampir semua obat tersebut tidaklah mampu mengatasi sakit kepala dengan sebenarbenarnya. Memang untuk reaksinya sangat cepat dalam meredakan sakit kepala, namun di lain waktu ia akan kambuh kembali. Akibatnya kita menjadi ketergantungan dan bila dikonsumsi terus penerus dapat menyebabkan pembuluh darah kian tersumbat sebab obat obat tersebut sebenarnya adalah toksin bagi tubuh kita karena terbuat dari bahan kimia.(anonim,2009) Hampir setiap orang pernah merasakan nyerinya sakit kepala. Data menunjukkan, 90% populasi manusia pernah mengalami penyakit yang menimbulkan rasa nyut-nyut atau cekotcekot ini sekali atau dua kali dalam setahun. Sakit kepala juga menjadi alasan terbanyak kedua orang mendatangi dokter.(Dede arif rahman, 2009) Untuk itu kita sebagai calon tenaga kesehatan, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan gejala berbagai penyakit khususnya di sini sakit kepala. 1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.
Bagaimana klasifikasi sakit kepala ? Bagaimana etiologi dari masing-masing jenis sakit kepala ? Bagaimana manifestasi klinis masing-masing jenis sakit kepala ? Bagaimana patofisiologi masing-masing jenis sakit kepala ? Bagaimana penatalaksanaan untuk masing-masing jenis sakit kepala ?
6. Bagaiman pengkajian untuk masalah sakit kepala ? 7. Bagaimana diagnosa keperawatan untuk penyakit sakit kepala ? 8. Bagaimana intervensi yang di rencanakan untuk masalah sakkiit kepala ? 1.3 Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana asuhan kerawatan yang tepat pada penyakit sakit kepala. Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Untuk mengetahui klasifikasi dari sakit kepala Untuk mengetahui etiologi dari masing-masing sakit kepala Untuk mengetahui manifestasi klinis dari masing-masing jenis sakit kepala Untuk mengetahui patofisiologi dari masing-masing jenis sakit kepala Untuk mengetahui penatalaksanaan dari masing-masing jenis sakit kepala Untuk mengetahui pengkajian dari penyakit sakit kepala Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang tepat untuk penyakit sakit kepala Untuk mengetahui interfensi yang tepat untuk masalah penyakit sakit kepala
1.4 Manfaat Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan faham akan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien dengan masalah sakit kepala (headache), sehinggga di dunia rumah sakit nanti dapat menerapkan asuhan keperawatan ke pasien dengan masalah sakit kepala secara tepat. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Nyeri kepala (headache atau chepalgia) merupakan keluhan yang sangat umum pada pasien. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama pada manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut. Karena nyeri kepala sering menyertai pada penyakit-penyakit lainnya, terkadang pasien mengobati sendiri nyeri kepalanya, padahal banyak nyeri kepala yang disebabkan karena penyakit serius seperti infeksi dan tumor intracranial, meningitis, infeksi akut, cedera kepala, hipoksia serebral, atau penyakit kronis dan akut pada mata, hidung, dan tenggorokan. Nyeri kepala terjadi ketika area sensitif pada kepala distimulus kemudian diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi syaraf yang bersangkutan. Area-area tersebut diantaranya kulit kepala, periosteum, syaraf kranial V, IX, X, daerah meningen(Tarwono,2007) 2.2 Klasifikasi 1. Berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari International Headache Society (IHS) yang terbaru tahun 2004, nyeri kepala Primer terdiri atas Migraine, Tension
type Headache, Cluster Headache dan other trigeminal-autonomic cephalalgias dari Other Primary. 2. Pembagian klinis nyeri kepala (Anthony, 1988) A. Sakit kepala akut • Intrakranial – Meningitis / ensefaliti – Perdarahan subaraknoid – Hematoma subdural – Tumor intrakranial • Ekstrakranial – Migren – Sakit kepala tandan (cluster) – Sakit kepala post trauma – Glaucoma – Neuritis optika – Insufisiensiserebro-vaskuler 3. Pembagian nyeri kepala, neuralgia cranial dan nyeri fasial (Oleson,1988). a) Migrain b) Ketegangan-jenis sakit kepala c) sindrom sakit kepala Cluster d) Sakit kepala yang berhubungan dengan trauma kepala e) gangguan Vascular f) Sakit kepala yang berhubungan dengan nonvascular intrakranial gangguan g) Sakit kepala yang berhubungan dengan zat atau mereka penarikan Dalam hal ini yang dibahas hanya sebatas migren, tension, dan cluster a. Migren Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyer biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, diperhebat oleh aktivitas dan dapat disertai mual dan atau muntah dan perubahan visual. Fotopobia, dan fonofobia.
Secara umum migren dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Migren tanpa aura (migren umum), pada migren yang jenis ini tidak ditemukan aura, tetepi dapat ditemukan adanya gejala prodromal. 2. Migren dengan aura (migren klasik), pada migren jenis ini nyeri kepala didahului oleh adanya gejala neurology fokal yang berlangsung sementara atau disebut juga aura. Aura dapat berupa gangguan visual, hemisensorik, hemiparesis atau disfasia, ataupun kombinasi dari semua gangguan tadi b. Tension type headache (Nyeri kepala tegang,seperti di tekan atau di ikat) Tension-type headache adalah suatu keadaan yang melibatkan sensasi leher atau rasa tidak nyaman di kepala, kulit kepala, atau leher yang biasanya berhubungan dengan ketegangan otot di daerah ini. Tension type headache dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Episodic Tension-type Headache Sekurang-kurangnya terdapat 10 serangan nyeri kepala yang memenuhi kriteria di bawah ini dan dengan jumlah hari nyeri kepala 15 hari/bulan dan berlangsung > 6 bulan serta memenuhi kriteria diatas. 3. Cluster Nyeri kepala cluster merupakan nyeri kepala vaskuler, dikenal dengan istilah nyeri kepala Harton,nyeri kepala histamine, migren merah. Nyeri kepala ini dirasakan sesisi seperti ditusuk-tusuk pada separuh kepala, pada area bola mata, pipi, hidung, langit-langit, gusi, dan menjalar ke frontal, temporal, dan oksipital. Sisi yang terkena konjungtivanya menjadi merah, timbulnya lakrimasi, ptosis, edema mata, sebelah hidung tersumbat, dan hipersaliva. Nyeri kepala ini terjadi pada waktu-waktu tertentu, umumnya pada dini harri dan biasanya pasien akan terbangun karena nyeri. Serangan ini berlangsung 15 menit sampai 5 jam dan terjadi beberapa kali selama 2-6 minggu. Factor pencetus nyeri kepala cluster adalah makanan dan minuman yang beralkohol.
2.3 ETIOLOGI a. Migren Faktor-faktor pencetus yang dapat menyebabkan timbulnya migren: 1. Perubahan hormone. Estrogen dan progesterone merupakan hormone utama yang berkaitan dengan serangan migren, baik pada saat maupun di luar periode menstruasi. Penurunan konsentrasi estrogen dan progesteron pada fase luteal siklus menstruasi merupakan saat terjadinya serangan migren. Nyeri kepala migrain dipicu oleh turunnya kadar 17-b estradiol plasma saat akan haid. Serangan migrain berkurang selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan konstan, sebaliknya minngu pertama post partum, 40% pasien mengalami serangan yang hebat, karena turunnya kadar estradiol. Pemakaian pil kontrasepsi juga meningkatkan serangan migrain. 2. Makanan. Makanan yang sering menyebabkan nyeri kepala pada beberapa orang antara lain: makanan yang bersifat vasodilator (histamin, contoh: anggur merah, natrium nitrat), vasokonstriktor (tiramin, contoh: keju; feniletilamin, contoh: coklat; kafein), dan zat tambahan pada makanan (natrium nitrit, monosodiaum glutamat/MSG, dan aspartam). 3. Stres 4. Rangsangan sensorik.
Sinar yang terang dan sinar yang menyilaukan. Bau menyengat, termasuk bau yang tidak menyenangkan seperti tinner dan asap rokok.
1. Faktor fisik.
Kegiatan fisi yang berlebihan termasuk aktivitas seksual. Perubahan pola tidur, termasuk terlalu banyak tidur atau terlalu sedikit tidur, dan gangguan saat tidur.
1. Perubahan lingkungan. Seperti: cuaca, musim, tingkat dataran tinggi, tekanan barometer, atau zona waktu. 2. Alkohol. 3. Merokok. b. Tension type headache (Nyeri kepala tegang) 1. Peristiwa stres tertentu Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus sekitar 87%, exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya. 1. depresi 2. kecemasan 3. kurang tidur atau perubahan pola tidur rutin
Jadwal tidur yang berubah juga bisa membuat sakit kepala, misalnya tidur terlambat. Sebisa mungkin tidur teratur. 1. tidak makan Hindari makan atau minum sesuatu yang sensitif, khususnya sebelum melakukan kegiatan fisik. Rasa lapar juga bisa membuat kita sakit kepala. Pasalnya, pembuluh darah akan melebar setiap kali kadar gula darah turun. Jadi, sebisa mungkin makan secara teratur. 1. Posisi tubuh yang salah saat tidur Sakit kepala karena tegang. Gejalanya diawali dengan ketegangan di otot leher, bahu, dan tengkorak akibat tekanan emosional. Sakitnya selalu berawal dari kepala belakang, merambat ke depan, lalu ke kedua sisi kepala. 1. Bekerja dalam posisi yang tidak enak Leher tegang akibat bekerja sambil duduk yang terlalu lama, misalnya mengetik dengan komputer. 1. kurangnya aktifitas fisik 2. kegiatan fisik yang intens, termasuk aktifitas seksual, perubahan hormonal yang berhubungan dengan menstruasi, kehamilan, atau penggunaan hormon, 3. penggunaan obat untuk sakit kepala yang berlebihan. c. Cluster Penyebab pasti sakit kepala cluster tidak diketahui, tetapi ketidak normalan pada hypothalamus sepertinya berperan. Serangan cluster terjadi seperti rutinitas harian, dan siklus periode cluster sering mengikuti musim dalam setahun. Pola ini menunjukkan pola jam biologis tubuh terlibat. Pada manusia, jam biologis tubuh terdapat pada hypothalamus, yang berada di dalam pada tengah otak. Ketidaknormalan hypothalamus menerangkan waktu dan siklus alami sakit kepala cluster. Penelitian mendeteksi peningkatan aktifitas pada hypothalamus menajdi sumber sakit kepala cluster. Faktor lain yang mungkin juga terlibat adalah:
Hormon
Orang dengan sakit kepala cluster memiliki ketidaknormalan tingkat hormon tertentu, seperti melatonin dan cortisol, terjadi saat periode cluster.
Neurotransmitter
Berubahnya tingkat beberapa reaksi kimia yang membawa impuls syaraf pada otak (neurotransmitter), seperti serotonin, mungkin memiliki peran dalam tumbuhnya sakit kepala cluster. Tidak seperti migrain atau sakit kepala karena ketegangan, sakit kepala cluster umumnya tidak berkaitan dengan pemicu seperti makanan, perubahan hormon atau stress. Tapi sekali periode cluster mulai, mengkonsumsi alkohol dapat dengan cepat memicu pecahnya sakit
kepala karena alkohol adalah pemicu tercepat terjadinya sakit kepala selama periode klaster dan juga dapat memiliki efek bahkan sebelum minuman pertama selesai. Untuk alasan ini, banyak orang dengan sakit kepala cluster menghindari alkohol pada saat durasi periode cluster. Pemicu lain yang mungkin juga termasuk adalah penggunaan obat medis, seperti nitroglycerin, obat yang digunakan untuk penyakit jantung. 2.4 MANIFESTASI KLINIS A. Migren Tanda dan gejala migren bervariasi di antara penderita. Terdapat 4 fase yang umum terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus selalu dialami oleh penderita. (Wikipedia) Fase-fase tersebut antara lain: 1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa perubahan mood, iritabel, depresi atau euforia, perasaan lemah, letih, lesu, tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (coklat) dan gejala lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase in memberi pertanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren. 2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau menyertai serangan migren. Fase ini mucul bertahap selama 5-20 menit, dan bertahan kurang dari 60 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut. Aura visual muncul pada 64% kasus dan merupakan gejala neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma: tampak bintik-bintik kecil yang banyak, gangguan visual homonim, gangguan salah satu sisi lapangan pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adnya skotoma ( fenomena negatif) yang bisa timbul pada salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini bisa timbul bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri kepala. Walaupun ada juga yang melaporkan tanpa periode laten. 1. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan awalnya berlokasi di daerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar secara difus ke arah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung pada 1-48 jam. Intensitas nyeri nerkisar dari sedang sampai berat dan dapat mengganggu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 2. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, iritabel, konsentrasi terganggu, dan perubahan mood. Akan tetapi, beberapa orang merasa ‘segar’ atau euforia setelah serangan, sedangkan yang lainnya merasa depresi dan lemas. B. Tension type headache (Nyeri kepala tegang) Gejala klinis yang dapat ditemukan pada tension-typeheadache adalah: 1. Tidak ada gejala prodnormal atupun aura.
2. Nyeri dapat ringan hingga sedang maupun berat. 3. Tumpul, seperti ditekan atau diikat. Tidak berdenyut. 4. Menyeluruh atau difus (tidak hanya pada satu titik atau satu sisi), nyeri lebih hebat di daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher. 5. Terjadi secara spontan. 6. Memburuk atau dicetuskan oleh stres dan kelelahan. 7. Adanya insomnia. 8. Iritabilitas. 9. Gangguan konsentrasi. 10. Kadang-kadang disertai vertigo. 11. Beberapa orang mengeluh rasa tidak nyaman didaerah leher, rahang, dan temporomandibular. 1. Cluster Tanda dan gejala kususnya adalah : 1. Sakit yang mengerikan, biasanya terdapat pada atau sekitar mata, tapi dapat merambat pada area lain di wajah, kepala, leher dan pundak. 2. Sakit pada satu sisi 3. Kegelisahan 4. Keluar air mata secara berlebihan 5. Mata merah sebagai efek samping 6. Lendir atau basah pada lubang hidung sebagai efek samping pada wajah 7. Berkeringat, kulit pucat pada wajah 8. Bengkak di sekitar mata sebagai efek samping pada wajah 9. Ukuran pupil yang mengecil 10. Kelopak mata yang layu 2.5 PATOFISILOGI Menurut Buku Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persarafan, patofisiologi headache sebagai berikut: a. Migren Migren headache merupakan gangguan nyeri kepala ditandai dengan adanya serangan nyeri yang berkepanjangan dan tiba-tiba dengan vasokonstriksi yang diikuti dengan vasodilatasi. Migren headache dapat diawali dengan adanya aura atau berbagai sensasi prodromal seperti silau, penglihatan ganda dsb dimana ini merupakan indikasi adanya disfungsi serebral fokal. Berkenaan dengan migren ini dikatakan bahwa kemungkinan disebabkan oleh ketegangan emosional yang berkepanjangan. Ini akan menyebabkan reflek vasospasmus dari beberapa arteri di kepala termasuk arteri yang mensuplai otak. Vasospasmus akan menyebabkan sebagian otak menjadi iskemik dan menyebabkan gejala prodromal. Iskemik yang berkepanjangan menyebabkan dinding vaskular menjadi flasik dan tidak mampu mempertahankan tonus vaskular. Desakan darah menyebabkan pembuluh darah berdilatasi dan terjadi peregangan dinding arteri sehingga menyebabkan nyeri atau migren. b. Tension type headache (Nyeri kepala tegang)
Tension headache merupakan nyeri kepala yang pada umumnya disebabkan oleh ketegangan dan kontraksi otot-otot leher dan kepala. Ini akan menyebabkan tekanan pada serabut syarafdan konstriksi pembuluh darah pada dasar leher yang pada gilirannya akan makin menambah tekanan dan menyebabkan buangan sisa (asam laktat) menumpuk. Akumulasi ini menyebabkan timbulnya nyeri. Ketegangan otot ini pada umumnya merupakan reaksi yang tidak disadari terhadap stres. Akan tetapi, aktifitas-aktifitas yang membutuhkan kepala harus bertahan pada satu posisis dapat menyebabkan nyeri kepala jenis ini, ataupun tidur dengan letak leher yang tidak benar(tegang)dapat merpakan penyebab tension headache. c. Cluster Focus patofisiologi di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus perikarotis. Pleksus ini mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus trigeminus, ganglia servikalis superior/SCG (simpatetik) dan ganglia sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik). Diperkirakan focus iritatif di dan sekitar pleksus membawa impuls-impuls ke batang otak dan mengakibatkan rasa nyeri di daerah periorbital, retroorbital dan dahi. 2.6 PENATALAKSANAAN a. Migren Terdiri dari 2 macam, yaitu: 1. Pengobatan akut/segera (abortif). Jenis obat yang dipakai adalah:
Aspirin dan NSAID dosis tinggi (900 mg) untuk serangan ringan serta sedang. Kombinasi analgesik dan antiemetik, contoh: aspirin dengan metoklopramid atau parasetamol dengan domperidon untuk serangan ringan sampai sedang. Analgesik yang mengandung opiat, contoh: almotriptan, eletriptan, frovatriptan, naratriptan, sumatriptan, rizatriptan, zolmitriptan yang terdapat dalam bentuk sediaan oral, semprotan hidung, subkutan, dan rektal supositoria. Sediaan oral sesuai untuk intensitas nyeri kepala ringan sampai sedang untuk menjaga absorbsinya. Obat ini harus diberikan dengan dosis optimal dan sebaiknya diulang setiap 2 jam (untuk naratriptan setiap 4 jam), sampai nyeri kepala hilang sepenuhnya atau telah mecapai dosis maksimal. Golongan triptan sebaiknya tidak digunakan dalam 24 jam setelaj pemakaina triptan jenis lain. Dihidroergotamin (DHE) untuk semua jenis serangan.
1. Pengobatan preventif (profilaksis). Macam-macam obat pilihan pertama yang dianggap efektif dalam pengobatan preventif adalah:
Penyekat-ß misalnya atenolol, bisoprolol, metoprolol, nadolol, propanolol, dan timolol.
Pemakaian penyekat –β dikontraindikasikan pada sinus bradikardi, penyakit paru obstruktif (asma), dan DM.
Antagonis serotonin (5-HT2), misalnya: metisergid dan siproheptadin. Antidepresan trisiklik, misalnya amitriptilin. Penyekat-Ca, misalnya: flunarisin dan verapramil
Meningkatkan ambang rangsang nyeri .
Antikomvulsan, misalnya:Na valproat dan topiramat.
b. Tension type headache (Nyeri kepala tegang) Terapi Non-farmakologi
melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit perubahan posisi tidur pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah : Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat menonton televisi Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri. Contoh : Obat-obat OTC seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesik Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau depresi pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound headache
c. Cluster Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan (profilaksis) Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral Obat-obat terapi abortif:
Oksigen Ergotamin Dosis sama dengan dosis untuk migrain Sumatriptan
Obat-obat untuk terapi profilaksis:
Verapamil Litium Ergotamin Metisergid Kortikosteroid Topiramat
Terapi Nonfarmakologi headache:
1. Terapi Akupuntur Penggunaan akupuntur dilakukan di titik-titik yang direkomendasikan menggunakan 10 sampai 12 jarum, 30 menit per minggu, selama 10 hingga 12 minggu. 1. Latihan fisik Latihan fisik mengurangi intensitas dan bahkan membebaskan sakit kepala sebagian pasien hingga enam bulan. Selain itu juga bisa dilakukan latihan olahraga yang mengarah pada otototot bahu dan leher, masing-masing selama 100 kali, dan ditambah pula dengan mengayuh sepeda ergonomik serta peregangan. 1. Latihan relaksasi Latihan relaksasi mencakup latihan pernapasan, teknik mengendalikan stres, serta bagaimana bersikap rileks selama beraktivitas dan dalam menjalani hidup sehari-hari. DOWNLOAD : WOC ASKEP SAKIT KEPALA (HEADACHE) BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Pasien A datang dengan keluhan utama nyeri kepala. Nyeri kepala dirasakan sudah 2 bulan kambuh- kambuhan. Sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala, timbul tidak tiap hari dirasakan paling berat dan mengganggu saat datang ke rumah sakit. Nyeri kepala bertambah saat beraktivitas sehingga aktivitas sehari- hari terganggu. Keluhan berkurang saat pasien memejamkan mata. Nyeri kepala setiap kali kambuh dirasakan tidak makin memberat. Timbul terutama saat siang hari dan kelelahan. Nyeri berlangsung kurang lebih 30 menit disertai mata nrocoh. Mata tidak merah, penglihatan tidak kabur dan berkunang- kunang, tidak mual muntah. Pasien memiliki beberapa gigi berlubang. Pengkajian: Tanggal Pengkajian
: 12 april 2010
Tanggal Masuk RS
: 10 April 2010
No. Register
: 6290901
IDENTITAS : Nama
: Ny. A
Umur
: 23 tahun
Suku/Bangsa
: Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya
Penanggung jawab biaya
: Bpk. D
Alamat
: Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya
Diagnosis Medis
: Nyeri kepala migren
KELUHAN UTAMA: Nyeri kepala RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Ny. A merasa nyeri kepala sudah sejak dua bulan yang lalu, timbul tidak tiap hari, sifatnya kambuh-kambuhan. Sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala. Nyeri kepala bertambah saat beraktivitas sehingga aktivitas sehari- hari terganggu. Keluhan berkurang saat Ny. A memejamkan mata. Nyeri kepala setiap kali kambuh dirasakan tidak makin memberat. Timbul terutama saat siang hari dan kelelahan. Nyeri berlangsung kurang lebih 30 menit disertai mata nrocoh. Dirasakan paling berat dan mengganggu saat datang ke rumah sakit. Sebelum sesaat Ny A merasakan nyeri kepala yang berdenyut, Ny A melihat kilatan cahaya yang menjadi tanda awal sebelum Ny A migren.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU: Pasien pernah mengalami serangan seperti ini namun tidak sesering akhir-akhir ini.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Pasien mengaku bahwa pada beberapa keluarga juga mengeluh penyakit migren.
PEMERIKSAAN FISIK Tanda-tanda Vital: Suhu: 36,60C Nadi: 88 x/menit
RR: 22 x/menit Tensi: 120/80 mmHg Keadaran: Compos Mentis B1 (breathing)
: Normal
B2 (blood)
: Normal
B3 (brain) : Ny. A compos mentis, GCS 4-5-6, nyeri terasa berdenyut dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala. Mata mengalami lakrimasi. B4 (bladder)
: Normal
B5 (bowel)
: porsi makan menurun
B6 (bone)
: kelemahan otot dan malaise
DATA PENUNJANG 1. Hematologi Paket tanggal 10 april 2010 Hb : 13, 10 g/dl (12-15) Ht : 40,3 % (35-47) Eritrosit : 4,74 juta/mm3 (3,9-5,6) Leukosit : 15,4 ribu/mm3 (4-11) Trombosit : 285 ribu/mm3 (150-400) GDS : 281mg/dl (80-110) 2. RFT tanggal 10 april 2010 Ureum : 21 mg/dl (15-39) Creatinin : 0,9 mg/dl (0,6-1,3) 3. Elektrolit tanggal 10 april 2010 Natrium : 128 mmol/l (136-145) Chorida : 98 mmol/l (98-107) Kalium : 3,5 mmol/l (3,5-5,1)
Calsium : 2,42 mmol/l (2,12-2,52) 4. CT-Scan tanggal 12 april 2010 Kesan : Peningkatan TIK 5. Foto thoraks tanggal 12 april 2010 Kesan : kardiomegali (suspek LV), pulmo tak tampak kelainan. 6. EKG tanggal 12 april 2010 Irama : sinus HR : 88 x/mnt Kesan : normal sinus Rythem
ANALISIS DATA NO DATA ETIOLOGI 1. DS : Pasien mengeluh nyeri Beban berat kepala saat melakukan aktifitas berat dan nyeri mereda setelah klien minum obat. Nyeri terasa di kepala bagian frontalis (dahi) dan menjalar ke oksipital (belakang) Tegangan otot DO : - Ekspresi wajah pasien tampak kesakitan terutama saat bergerak.
Syaraf terganggu
- Gelisah S: skala 6 Suhu: 36,60C Nadi: 88 x/menit RR: 22 x/menit Tensi: 120/80 mmHg
Nyeri
MASALAH Nyeri
2.
3.
DS : Pasien mengungkapkan Banyak sresor datang malu meminta bantuan saat sakit kepala muncul, karena di rasa masalah biasa. Stres DO : Konsentrasi yang lemah
Tidak mampu membuat penilaian yang tepat terhadap stresor DS : Pasien mengeluh cepat lelah Nyeri saat melakukan aktivitas dan bertambah pusing DO :
Ketidakefektifan koping individu
Intoleransi aktivitas
Anoreksia
GCS = 4,5,6 Lemah, letih, lesu
Suplai O2 ke otak
Hb : 15
CO2
Pernafasan anaerob
Lemas
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan nyeri kepala 2. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan nyeri dan perubahan gaya hidup 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 di seluruh tubuh
INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Diagnosa Tujuan
: Nyeri berhubungan dengan nyeri kepala
: Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil : Pasien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri Ekspresi wajah pasien tidak nampak kesakitan Skala nyeri = 0 TTV (Nadi 60-100 x/menit, RR 16-20x/menit)
No 1
2
3
4 5
6
Intervensi Rasional Pantau dan catat tanda-tanda awal nyeri Adanya tanda awal nyeri sering kepala, penurunan, lokasi, lamanya, terjadi pada pasien migren sehingga dan tanda-tanda lainnya dapat diidentifikasi upaya pencegahan Anjurkan pasien untuk mencatat Mengetahui reaksi pemberian obat perkembangan tingkat nyeri apakah ada perubahan penurunan tingkat nyeri Anjurkan pada klien untuk mengurangi Menghindari stimulus nyeri dan aktivitas yang berat dan menambah meningkatkan rasa nyaman. waktu istirahat Massage kepala dan leher Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot Kompres hangat atau dingin pada Kompres dingin dapat daerah kepala mengakibatkan vasodilatasi, sehingga dapat menurunkan nyeri kepala. Kompres hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan tegangan otot Kolaborasi pemberian obat: Mengurangi rasa nyeri skala ringan hingga sedang dan rasa mual aspirin dengan metoklopramid
1. Diagnosa : Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan nyeri dan perubahan gaya hidup Tujuan
: Koping individpu menjadi efektif
Kriteria hasil
: Pasien menyatakan mengerti cara mengatasi nyeri kepala yang benar Perubahan perilaku pasien kearah positif
Pasien mengatakan lebih nyaman
No 1
2 3
4
Intervensi Observasi perilaku pasien dan perubahan yang terjadi saat nyeri
Rasional Pasien dengan nyeri kepala akan terjadi perubahan prilaku, seperti sensitive, marah, depresi Pantau mekanisme koping pasien saat Menentukan efektifitas koping terjadi serangan Dorong pasien untuk mengekspresikan Menyampaikan perasaan dapat masalah yang dihadapi sekarang seperti mengurangi masalah rasa takut Berikan support dan berikan informasi Membangkitkan kemampuan untuk yang realistik mengurangi rasa nyeri
1. Diagnosis : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 di seluruh tubuh Tujuan
: Toleransi aktifitas
Kriteria hasil
: Kelemahan berkurang Toleransi terhadap aktifitas meningkat Mampu beraktifitas secara mandiri
No 1 2
3 4
Intervensi Rancang jadwal harian pasien
Rasional Mencegah aktivitas pasien yang berlebihan Tingkatkan aktifitas secara Meningkatkan tingkat toleransi bertahap dengan periode istirahat aktivitas pasien diantara dua aktifitas misalnya duduk dulu sebelum berjalan setelah tidur Observasi respon individu Evaluasi kelemahan dan tingkat terhadap aktivitas toleransi aktivitas pasien Bantu aktivitas dan motivasi Motivasi dapat meningkatkan klien untuk melakukan aktivitas keinginan sehingga pasien lebih sesuai kemampuan percaya diri dalam melaksanakan aktivitasnya secara mandiri. BAB 4
PENUTUP 1.1 Kesimpulan Sakit Kepala merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Beberapa orang sering mengalami sakit kepala, sedangkan yang lainnya hampir tidak pernah merasakan sakit kepala. Sekarang ini banyak sekali obat-obat sakit kepala yang dijual bebas di toko-toko obat atau apotik. Di televisi juga banyak iklan yang menawarkan obat sebagai solusi sakit kepala. Namun hampir semua obat tersebut tidaklah mampu mengatasi sakit kepala dengan sebenarbenarnya. Memang untuk reaksinya sangat cepat dalam meredakan sakit kepala, namun di lain waktu ia akan kambuh kembali. Akibatnya kita menjadi ketergantungan dan bila dikonsumsi terus penerus dapat menyebabkan pembuluh darah kian tersumbat. Untuk itu kita sebagai calon tenaga kesehatan, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan gejala berbagai penyakit khususnya di sini sakit kepala. Daftar Pustaka Wartonah,Tarwono.2007.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan SistemPersyarafan.Jakarta: Sagung Seto Dewanto,George.2007.Panduan Praktik Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Syaraf.Jakarta: ECG Anonim.http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu%20Penyakit%20Saraf /Chepalgia%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf (09 Des 2010, 19:30) Anonim.http://www.jawaban.com/index.php/money/detail/id/67/news/090328230810/ limit/0/ (09 Des 2010, 20:15) Anonim. http://www.scumdoctor.com/Indonesian/pain/headache/clusterheadaches/Home-Remedies-For-Cluster-Headaches.html. (06 Des 2010,11:10) Anonim. http://traditionalmedicine.m-user.biz/?p=177#more-177.(09 Des 2010,21.00) (Situs) http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35567.html
View more...
Comments