Askep Adhd

December 8, 2019 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Askep Adhd ...

Description

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kekurangan perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal, biasa disebut dengan istilah ADHD ( Attention Deficit Hyperaktivity Disorder ). ).  Attention Deficit Hyperaktivity Disorder   (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap  perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan  professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan berkait an dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD  jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009). Dengan terus meningkatnya jumlah anak dengan ADHD, kami tertarik untuk membahas tentang anak dengan ADHD. Disini kami akan membahas lebih dalam ADHD dan asuhan keperawatannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan ADHD? 2. Apakah yang menyebabkan seorang anak menderita ADHD? 3. Bagaimanakah patofisiologi dari ADHD ?

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

1

4. Bagaimanakah tanda dan gejala yang menunjukkan anak menderita ADHD? 5. Bagaimanakah tumbuh kembang anak ADHD? 6. Bagaimanakah pemberian Nutrisi yang tepat pada anak ADHD? 7. Bagaimanakah pendidikan kesehatan pada orangtua yang memilki anak ADHD? 8. Bagaimankah peran perawat pada anak ADHD? 9. Pemeriksaan apa sajakah yang dapat menegakkan diagnosa seorang anak menderita ADHD? 10. Komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan dari anak yang menderita ADHD? 11. Bagaimanakah penatalaksanaan pada anak ADHD? 12. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak ADHD?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak , serta untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan  Attention  Deficit Hyperactive Disorder  (ADHD).  (ADHD). 2. Tujuan Khusus a. Bagi pembaca : diharapkan dengan paparan materi yang diberikan dapat memberika pengetahuan mengenai anak dengan ADHD.  b. Bagi penyusun : setelah penyusunan makalah ini diharapkan penyusun dapat lebih memahami materi mengenai anak ADHD, yaitu : -

Untuk mengetahui definisi ADHD

-

Untuk mengetahui penyebab seorang anak menderita ADHD

-

Untuk mengetahui patofisiologi dari ADHD

-

Untuk mengetahui tanda dan gejala yang menunjukkan anak menderita ADHD

-

Untuk mengetahui tumbuh kembang anak ADHD

-

Untuk mengetahui pemberian Nutrisi yang tepat pada anak ADHD

-

Untuk mengetahui pendidikan kesehatan pada orangtua yang memilki anak ADHD

-

Untuk mengetahui bagaimankah peran perawat pada anak ADHD

-

Untuk mengetahui pemeriksaan apa sajakah yang dapat menegakkan diagnosa seorang anak menderita ADHD

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

2

4. Bagaimanakah tanda dan gejala yang menunjukkan anak menderita ADHD? 5. Bagaimanakah tumbuh kembang anak ADHD? 6. Bagaimanakah pemberian Nutrisi yang tepat pada anak ADHD? 7. Bagaimanakah pendidikan kesehatan pada orangtua yang memilki anak ADHD? 8. Bagaimankah peran perawat pada anak ADHD? 9. Pemeriksaan apa sajakah yang dapat menegakkan diagnosa seorang anak menderita ADHD? 10. Komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan dari anak yang menderita ADHD? 11. Bagaimanakah penatalaksanaan pada anak ADHD? 12. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak ADHD?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak , serta untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan  Attention  Deficit Hyperactive Disorder  (ADHD).  (ADHD). 2. Tujuan Khusus a. Bagi pembaca : diharapkan dengan paparan materi yang diberikan dapat memberika pengetahuan mengenai anak dengan ADHD.  b. Bagi penyusun : setelah penyusunan makalah ini diharapkan penyusun dapat lebih memahami materi mengenai anak ADHD, yaitu : -

Untuk mengetahui definisi ADHD

-

Untuk mengetahui penyebab seorang anak menderita ADHD

-

Untuk mengetahui patofisiologi dari ADHD

-

Untuk mengetahui tanda dan gejala yang menunjukkan anak menderita ADHD

-

Untuk mengetahui tumbuh kembang anak ADHD

-

Untuk mengetahui pemberian Nutrisi yang tepat pada anak ADHD

-

Untuk mengetahui pendidikan kesehatan pada orangtua yang memilki anak ADHD

-

Untuk mengetahui bagaimankah peran perawat pada anak ADHD

-

Untuk mengetahui pemeriksaan apa sajakah yang dapat menegakkan diagnosa seorang anak menderita ADHD

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

2

-

Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan dari anak yang menderita ADHD

-

Untuk mengetahui penatalaksanaan pada anak ADHD

-

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak ADHD

c. Bagi mahasiswa keperawatan : dapat dijadikan sebagai landasan pengetahuan dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak ADHD

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

3

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi ADHD ( Attention Deficit H yperaktivity Disorder)

Menurut American Academy Pediactrics,  Attention Deficit Hyperactivity  Disorder   (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanya gangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jenis kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural. Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir dari serangkaian istilah yang dgunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi untuk menjelaskan

anak

dengan

intelegensi

normal

atau

hampir

normal,

tetapi

memperlihatkan pola perilaku abnormal yang terutama ditandai dengan kurangnya  perhatian, mudah teralih perhatiannya, inpulsif, dan hiperaktif serta sering disertai gangguan belajar serta agresifitas. ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan  perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD. Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami masalah  pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari stimulasi yang mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal tersebut menyebabkan anak ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan  bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan.

B. Etiologi

Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini, meliputi  berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak. 1. Faktor Penyebab a. Faktor Genetik

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

4

Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor genetik dan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas yang menyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Masalah kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga diakibatkan adanya cacat genetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO juga menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan menggambar ulang.  b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak, oleh karena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya patologi di area prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan predominasi pada korteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan resiko tinggi terjadinya gangguan psikiatrik termasuk ADHD. Kerusakan otak pada janin dan neonatal  paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia. Keadaan hipoksia memiliki kecenderungan menyebabkan terjadinya patologi yang merata pada korteks otak yang menimbulkan gangguan fungsi integrasi koordinasi dan pengendalian kortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran penting dalam aktivasi dan integrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh kar ena itu, patologi yang merata  pada korteks otak dianggap sebagai penyebab terjadinya gejala lobus frontalis. c. Faktor Neurotransmitter Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas motorik yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh fungsi norepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak mampu memusatkan  perhatian dan penurunan vigilance disebabkan oleh fungsi dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin berpean pada terjadinya gejala ADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal. Terjadinya ADHD disebabkan oleh beberapa sistem yang berbeda tetapi memiliki hubungan yang erat. Sistem tersebut memiliki peran yang berbeda terhadap metabolisme

dopamin atau

norepinefrin. Meskipun berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi  berbeda, mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan dopaminerjik ataupun norepinefrinerjik. Norepinefrin dan dopamin adalah poten agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen reseptor dopamin D4 (DRD 4) sampai saat ini telah dianggap sebagai penyebab gangguan ini ( Landau et al ., 1997 ; Biederman, 2000)

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

5

d. Faktor Psikososial Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan pengaturan  perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen pengasuhan orangtua yang buruk. Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi berlebihan oleh orangtua pada waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada orngtua. e. Faktor Lingkungan Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab ADHD. Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan tetapi  berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang menunjukkan bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor tersebut dengan ADHD.

2. Faktor Predisposisi a. Teori psikodonamika. Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku impulsif dan diperintahkan oleh id.  b. Teori biologia. DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP), seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan perilaku perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai faktor  predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau semrawut serta  penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan faktor-faktor  predisposisi pada beberapa kasus. c. Teori dinamika keluarga. Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan fungsi system. C. Patofisiologi

Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

6

membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah menunjukkan ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan ini menunjukkan  bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak khususnya cerebellum juga terkena. Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil yang konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk  penelitian, bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”, neuropsikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal yang memainkan peran patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral, korteks cingulate dorsoanterior, kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian anak ADHD ada kelambatan perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada usia 3 tahun, di mana gejala ADHD terjadi pada usia sekolah dasa r. Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks frontalis yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan memusat-kan  proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak hiperaktif terlihat  berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yang mengakibatkan adanya  perkembangan yang lebih lambat dalam mengontrol tingkah lakunya, namun ternyata lebih cepat dalam perkembangan motorik, sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang khas pada anak ADHD. Hal ini menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan mempengaruhi faktor pertumbuhan dari susunan saraf pusat.

Pada pemeriksaan laboratorium telah didapatkan bahwa adanya 7 repeat allele DRD4 gene (Dopamine 04 receptor gene) di mana merupakan 30% risiko genetik untuk anak ADHD di mana ada penipisan korteks sebelah kanan otak, daerah otak ini  penebalannya jadi normal sesudah usia 10 tahun bersamaan dengan kesembuhan klinis gejala ADHD. Dari aspek patofisiologik, ADHD dianggap adanya disregulasi dari neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamine dan

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

7

norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik adalah substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem norepinephrine adalah locus ceroleus.

D. Manifestasi Klinik ADHD

Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of Mental Disorder (DSM), terdapat 3 gejala utama ADHD, yaitu : 1. Inatensi

Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Masalah tersebut antara lain: a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail/rinci  b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas bermain d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak memahami  perintah

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

8

f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang menuntut ketahanan mental h. Sering kehilangan barang i.

Perhatiannya mudah beralih

 j.

Pelupa

2. Hiperaktivitas

Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik maupun verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan hiperaktivitas: a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang  b. Berteriak-teriak di tempat duduknya c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas d. Berlari kesana kemari e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang f. Ada saja hal yang dilakukan g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras 3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif

Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat tingkah lakunya

pada

waktu

memberikan

respon

terhadap

tuntutan

situasional

dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama.

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

9

Berikut merupakan perilaku impulsif yang mencirikan sebagai anak penderita ADHD: a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan  b. Sulit menunggu giliran c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain sedang berbicara atau bermain) E. Tumbuh Kembang Anak ADHD

1. ADHD sebagai Gangguan Perkembangan Gangguan perilaku ADHD merupakan gangguan perkembangan yang berawal dari masa kanak-kanak dengan manifestasi gangguan perilaku yang kadang justru semakin jelas pada usia-usia sesudahnya (Durand & Barlow, 2006). Gangguan ADHD akan mengganggu kapasitas untuk mengatur dan mencegah perilaku yang tidak

semestinya,

serta

mengganggu

atensi

dalam

melaksanakan

tugas

 perkembangan secara semestinya (Rief, 2008). Anak dengan ADHD akan mengalami hambatan dalam prinsip sekuensial perkembangan manusia. Prinsip sekuensial sendiri adalah kemampuan yang dicapai pada fase sebelumnya yang akan menjadi pijakan perkembangan pada masa sesudahnya dengan tidak menghilangkan kemampuan sebelumnya tersebut, dan sebaliknya (Taylor & Houghton, 2008). 2. ADHD sebagai Gangguan Maladaptive Jika dilihat dari perilaku yang ditunjukkan oleh anak ADHD, maka termasuk dalam gangguan perilaku maladaptive. Maksudnya adalah perilaku-perilaku yang muncul pada ADHD, yakni terlalu banyak bergerak, kehilangan perhatian, dan impulsif akan menyebabkan hambatan penyesuaian diri dengan lingkungan (maladaptif). Hal tersebut dapat terjadi karena anak kesulitan memilah stimulus yang semestinya direspon dan diabaikan. Perilaku maladaptif pada anak ADHD dikarenakan tidaka adanya kemampuan untuk mengontrol aktivitasnya sesuai  permintaan lingkungan. Adapun pada gejala impulsifitas, perilaku maladaptive muncul karena mereka terlalu cepat an tidak terarah dalam merespon stimulasi lingkungannya (Hardman, 1990) 3. ADHD sebagai Permasalahan Akademik Hubungan anatara ADHD dengan gangguan belajar sangat bisa dimengerti ketika anak dengan ADHD kehilangan perhatian dan konsentrasi pada pelajarannya, dan  justru beralih perhatian pada situasi-situasi umum di lingkungan belajarnya seperti

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

10

gambar di dinding. Pada siswa hiperaktif-impulsif memiliki kecenderungan yang selalu bergerak dan berpindah tempat, serta perilaku yang terburu –  buru dan tidak  bisa dikendalikan yang mengahambat proses belajarnya. Secara umum gangguan  belajar anak ADHD dalam membaca dan menulis adalah kehilangan konsentrasi dan tidak bisa fokus. Dalam matematika, anak ADHD seringkali kesulitan dalam membaca tanda operasi hitungan dan kesulitan dalam memahami dan mengerjakan soal cerita.

Tumbuh kembang yang abnormal di atas dapat menimbulkan masalah-masalah  pada anak seperti : 1. Masalah disekolah Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan  baik, konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah, kecenderungan  berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan te man yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa 2. Masalah dirumah Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, dan gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi, hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya,

karena

sering

dibuat

jengkel,

orangtua

sering

memperlakukan anak secara kurang hangat. Orangtua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

11

hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orangtua dengan anak, baik anak maupun orangtua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirin ya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak. 3. Masalah bicara Anak hiperaktif biasanya suka berbicara, dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan  perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik, anak ADHD cenderung banyak bergerak sehingga kurang mampu merespon lawan  bicara secara tepat. 4. Masalah fisik Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain, beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun  pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga  beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya. F. Kebutuhan Nutrisi Anak ADHD

Makanan merupakan faktor penting yang menunjang pengobatan ADHD. Makanan yang tepat membantu otak untuk lebih mudah berkonsentrasi, terfokus, dan terorganisir. Nutrisi bagi anak ADHD harus bebas dari semua makanan penyebab alergi yang mungkin dialami oleh anak tersebut. Makanan yang menyebabkan alergi tidak hanya menyebabkan efek negatif pada perkembangan anak namun juga pada kesehatan secara keseluruhan. Makanan juga harus mengandung semua vitamin yang dibutuhkan serta suplemen jika diperlukan. Makanan sebaiknya juga disajikan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian anak untuk mau memakannya. Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi bermanfaat sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain tidak  berbahaya, pengaturan nutrisi aman digunakan dalam jangka panjang. Berikut adalah beberapa makanan yang yang baik dibetrikan kepada anak ADHD : 1. Karbohidrat Kompleks

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

12

 Nutrisi yang diberikan pada anak ADHD adalah meningkatkan jumlah asupan karbohidrat kompleks, karena nutrisi ini akan dicerna secara perlahan-lahan sehingga membuat perut kenyang untuk waktu yang lama. Hal ini untuk mencegah ngemil di antara waktu makan, dan menghindarkan dari makanan olahan dan junk food yang dapat memperburuk gejala ADHD. Sertakan lebih  banyak sayuran dan buah-buahan, seperti buah pir, jeruk keprok, jeruk, buah kiwi, apel dan jeruk dalam diet penderita. Karbohidrat kompleks di malam hari  juga dapat membantu penderita supaya mudah tertidur. Karbohidrat kompleks  juga diperlukan anak ADHD sebagai sumber energinya dikarenakan salah satu gejala kelainan ini adalah aktivitas motorik anak yang berlebihan (hiperaktivitas). 2. Essential Fatty Acid (EFAs) Merupakan salah satu lemak yang sebaiknya diberikan kepada anak. DHA asam lemak omega 3 adalah kunci utama untuk mencegah ADHD berkembang di dalam otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap anak dengan learning disorder, termasuk tingkat perhatian yang menurun dan juga berlaku hiperaktif adalah salah satu akibat dari penurunan EFA. Untuk meningkatkan kadar EFA, sebaiknya perbayak konsumsi ikan, biji-bijian, dan juga kacang-kacangan yang merupakan sumber EFA yang baik. 3. Vitamin B Kompleks Vitamin B dibutuhkan untuk meningkatkan aktifitas saraf dan sangat baik untuk menurunkan stres, dan keduanya ini banyak sekali ditemui pada anak-anak yang menderita ADHD. Meskipun hampir seluruh vitamin B ini adalah baik, tapi ada dua jenis yang memiliki potensial efek. Seperti vitamin B3 atau yang sering dikenal dengan niacin. Niacin ini dapat menyebabkan iritasi kulit, yang sangat  berpengaruh pada kerusakan hati. Tingginya dosis vitamin B6 juga dapat menyebabkan kurangnya sensitifitas anak. Sumber vitamin B adalah ragi, hati, gandum utuh baik dari sereal atau roti, nasi, kacang-kacangan, telur, susu, ikan, buah-buahan, daging, sayuran hijau dan juga kedelai. 4. Protein Protein merupakan penyumbang energi terbaik untuk tubuh. Hal ini juga sangat  baik untuk anak-anak dengan ADHD, dengan mengkonsumsi sedikit porsi protein sehari mampu mengganti energi yang telah mereka keluarkan seharian.

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

13

Makanan yang mengandung protein dapat ditemukan pada telur ayam, daging ayam, tempe maupun tahu. Juga terdapat pada udang, namun perlu diperhatikan apakah anak alergi terhadap udang tersebut. 5. Kalsium dan Magnesium Kalsium selain baik untuk pertumbuhan tulang juga sangat baik melapisi membran sel dan melindungi jaringan syaraf. Hal ini sangat baik dalam mempengaruhi tingkah laku anak anak ADHD. Magnesium juga memberikan efek menenangkan pada sistem saraf, membantu menjaga otot dan fungsi saraf. Susu dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium. Sayuran hijau seperti brokoli, dan gandum utuh yang terkandung dalam sereal juga menjadi sumber tambahan. Sedangkan bayam, kacang-kacangan, dan makanan yang berasal dari biji-bijian kaya akan magnesium. 6. Mineral Mineral merupakan salah satu mikronutrient yang sangat dibutuhkan oleh tubuh setiap hari, meskipun dengan jumlah yang tidak terlalu besar. 'Trace Mineral' dapat membantu ADHD anak-anak termasuk zat besi dan zinc. Studi telah membuktikan bahwa anak-anak dengan ADHD memiliki kadar zinc yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki ADHD. "Trace Mineral' ini dapat ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran. Akan tetapi mineral terbanyak bisa didapat dari multivitamin tambahan dengan kadar gula rendah yang rendah

Jenis makananan yang pantang dikonsumsi oleh anak ADHD adalah : 1. Gula dan makanan manis Gula harus dihindari untuk anak-anak karena dapat menyerap vitamin mineral dan juga enzim yang terdapat dalam tubuh. Hindaari menu sarapan yang mengandung kadar gula lebih banyak, seperti sereal, energy bars, minuman yang mengandung pemanis dan pengawet, dan masih banyak lagi. Selain itu mood   anak-anak sebagaian besar dipengaruhi oleh fungsi tubuh, terutama tingkat gula darah. Ketika tingkat gula darah seorang anak terlalu rendah, mereka menjadi lamban, mudah bingung dan kalut. Sebaliknya, ketika gula darah seorang anak terlalu tinggi, mereka menjadi mudah marah, gelisah, cemas dan, pada banyak kasus, mereka tak bisa dikendalikan. Mereka bertindak tanpa tujuan, dan ini terjadi di luar kendali mereka.

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

14

Ketika tingkat gula darah meningkat, tubuh akan bekerja lebih keras untuk mengatasi peningkatan hormon kortisol dan adrenalin. Hormon yang menyuplai energi bagi tubuh untuk mengatasi tekanan, memberikan anak sejumlah besar energi. Dilihat dari usianya, normal bagi seorang anak menjadi aktif secara fisik namun kelebihan hormon-hormon tersebut dapat menjadikan mereka anak aktif. Mereka  belum mampu mengontrol timbunan energi ini 2. Zat Additives Warna biru, pink, dan kuning dekorasi cake, atau goldfish crackers yang  berwarna warni sangat disukai anak-anak karena warnanya yang sangat mencolok. Lembaga pengujian obat dan makanan di Amerika telah menemukan  puluhan bahkan ratusan makanan yang mzengandung zat additive atau pengawet guna meningkatkan rasa, penampilan, dan juga aroma. Hal ini bukan berarti aman untuk kesehatan anak khususnya yang menderita ADHD. Usahakan makanan yang dikonsumsi sealami mungkin, tanpa menggunakan  pewarna seperti kuning dan merah, dan juga jauhkan dari makanan yang mengandung Monosodium Glutamat(MSG). 3. Kafein Kafein menyerap mineral daari dalam tulang, disaat tubuh sedang kekurangan mineral. Kopi, teh dan minuman berkafein lainnya mengandung asam dan kadarnya lebih rendah dari pH dalam tubuh, sehingga membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan kadar pH dalam tubuh. Hal ini menyebabkan anak-anak yang mengidap ADHD yang mungkin mengkonsumsi terlalu banyak kafein yang seringkali terdapat dalam cokelat, minuman soda, makanan manis lain kemungkinan kehilangan banyak mineral dalam tubuh yang menyebabkan berkurangnya fungsi syaraf dalam t ubuh. 4. Garam Sodium yang terkandung dalam makanan asin adalah salah satu zat yang dihindari untuk kasus anak dengan ADHD tinggi. Di banyak kasus telah diketahui  bahwa sodium dapat menyebabkan darah tinggi bagi orang dewasa. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan membawa pengaruh terhadap anak-anak dengan ADHD. G. Peran Perawat pada Anak ADHD

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

15

Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder  (ADHD) antara lain : 1.

Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan : a. Hentikan perilaku yang tidak aman

 b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima c. Berikan pengawasan yang ketat 2.

Meningkatkan performa peran dengan cara : a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan

 b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi untuk menyelesaikan tugas) 3.

Menyederhanakan instruksi/perintah untuk : a. Dapatkan perhatian penuh anak

 b. Membagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil c. Izinkan beristirahat 4.

Mengatur rutinitas sehari-hari a. Tetapkan jadual sehari-hari

 b. Minimalkan perubahan 5.

Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua

6.

Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD

H. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan

perhatian.

Anak

yang

mengalami

hiperaktivitas

dilaporkan

memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan  pada anak dengan ADHD antara lain : 1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang memperberat masalah 2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

16

3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa 4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)

Selain itu juga ada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa ADHD yaitu dengan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK.Keluhan tersebutdapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini : 1. Anak tidak bisa duduk tenang 2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah 3. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH ( Abbreviated Conners Ratting Scale) yaitu formulir yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua / pengasuh anak / guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan dari pemeriksa. 1. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH : a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua /  pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.  b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH. c. Keadaan

yang

ditanyakan/diamati

ada

pada

anak

dimanapun

anak

 berada,missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll. Setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja. d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan  pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

17

2. Format

formulir

deteksi

dini

Gangguan

Pemusatan

Perhatian

dan

0

2

Hiperaktivitas/GPPH ( Abbreviated Conners Ratting Scale) No

Kegiatan yang Diamati

1

Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebiham

2

Mudah gembira, impulsive.

3

Mengganggu anak-anak lain

1

Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang

4

 perhatian pendek Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus-

5

menerus

6

Kurang perhatian,mudah teralihkan

7

Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustasi

8

Sering dan mudah menangis

9

Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis

10

Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga

Jumlah  Nilai total :

3. Interpretasi : a.  Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak  b.  Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak c.  Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak d.  Nilai 3 : jiak keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

4. Intervensi : a. Anak

dengan

kemungkinan

GPPH

perlu

dirujuk

ke

Rumah

Sakit

yangmemiliki: fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi lebih lanjut.

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

18

3

 b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru,dsb). I. Komplikasi

1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas. 2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi). 3.

Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan kata-kata yang diungkapkan).

J. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan

1. Perawatan Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain : a. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah  b. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan  pro-sosial dan perilaku regulasi diri c. Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial dan regulasi diri d. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi e. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai  permasalahan umum dan memberi dukungan moral g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

19

2. Pengobatan Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai  pendekatan

termasuk

program

pendidikan

khusus,

modifikasi

perilaku,

 pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006). Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain : a. Metilfenidat (Ritalin) Dosis 10-60 dalam 2  –   4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.  b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall) Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari c. Pemolin (Cylert) Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay  peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan  pertumbuhan badan yang diluar batas normal. Hubungi dokter anda jika  pertumbuhan si anak terlambat. Sebagian orang tua merasa khawatir bahwa obat yang diminum akan memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat dia ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekhawatiran ini tidak dapat dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak mendapatkan  penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi ketagihan obatobatan dan minuman beralkohol

ASKEP ADHD KELOMPOK 16

20

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ADHD A. Pengkajian

1. Identitas Klien ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, anak laki  –   laki cenderung memiliki kemungkinan4x lebih besar dari perempuan untuk menderita ADHD. 2. Keluhan utama Keluarga

mengatakan

anaknya

tidak

bisa

diam,

kaki

atau

tangannya

 bergerak terus 3. Riwayat penyakit sekarang Orang tua atau pengasuh melihat tanda –  tanda awal dari ADHD : a. Anak tidak bisa duduk tenang  b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive 4. Riwayat penyakit sebelumnya Tanyakan kepada keluarga apakah anak sebelumnya pernah mengalami cedera otak. 5. Riwayat penyakit keluarga Tanyakan

kepada

keluarga

apakah

ada

faktor

genetik

yang

diduga

sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak. 6. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membinahubungan dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan impulsivitas 7. Riwayat tumbuh kembang a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol atau obat-obatan selama kehamilan  b.  Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan. lahir premature, berat badan lahir rendah (BBLR) c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apatidak.8.Riwayat imunisasiTanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.Usia
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF