Artikel Penelitian Asam Urat 2014

May 11, 2017 | Author: Emir Afif | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Penelitian IKM...

Description

Artikel Penelitian

Hubungan antara Berat Badan dengan Kadar Asam Urat Darah dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Periode 24 Maret – 28 Maret 2014 Emir Afif bin Mohamad Azlan*, Muhammad Syafiz bin Ruzain, Muhammad Faizul bin Ibrahim Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana _____________________________________________________________________________________________

Abstrak

Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yang terdapat dalam darah. Peningkatan kadar asam urat darah dapat menyebabkan penyakit gout ditandai dengan gejala nyeri sendi. Di Indonesia, proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik tertentu sekitar 50% penderita. Data yang diperoleh dari RSCM Jakarta, menunjukkan kenaikan jumlah penderita asam urat, dari 9 orang di tahun 1993-1994, menjadi sekitar 19 orang dari 1994-1995. Sejumlah faktor telah dikenalpasti dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kadar asam urat darah dengan berat. Desain penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan pendekatan kros seksional mengenai hubungan antara kadar asam urat darah dengan berat badan pengunjung puskesmas periode 24 Maret 2014 sehingga 28 Maret 2014. Penelitian dilakukan terhadap pengunjung puskesmas yang berusia antara 40-80 tahun dengan sampel seramai 106 orang. Sampel didapatkan dengan metode non-probability consecutive sampling dan diberikan kuesioner. Hasil didapatkan rentang berat badan tertinggi responden adalah antara 50-55 kg dengan rata-rata berat badan 59.7 kg dan berat badan berkorelasi positif signifikan (p = 0.00,r = 0.400) dengan kadar asam urat. Sebagai kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan dengan kadar asam urat darah pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru berumur 40-80 tahun. Kata Kunci : Asam urat, gout, berat badan

* E-mail: [email protected] Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Artikel Penelitian

Relationship between Blood Uric Acid Level with Body Weight and Related Factors upon Visitors of Jelambar Baru Village Health Center 24 March – 28 March 2014

Emir Afif bin Mohamad Azlan*, Muhammad Syafiz bin Ruzain, Muhammad Faizul bin Ibrahim Christian Krida Wacana University, Faculty of Medicine students ___________________________________________________________________________________________

Abstract Uric acid is the end result of purine metabolism found in the blood . Increased blood levels of uric acid can cause gout characterized by symptoms of joint pain . In Indonesia , the proportion of the incidence of gouty arthritis was 29.2 % and in certain ethnic approximately 50 % of patients . Data obtained from RSCM Jakarta , showed increase in the number of gout sufferers , of 9 people in the year 1993 to 1994 , to about 19 people from 1994 to 1995 . A number of factors can lead to the onset of the disease is identified. The general objective of this study was to determine the relationship between blood levels of uric acid by weight. Research design is an analytical study with cross sectional approach to the relationship between blood uric acid levels and body weight of visitors in Jelambar Baru Village Health Center from 24th March 2014 till 28th March 2014. Research conducted on the visitors aged between 4080 years with a sample of 106 people. Samples were obtained by the method of non-probability consecutive sampling and were given questionnaire. Results obtained for the highest weight range of respondents was between 50-55 kg with an average body weight 59.7 kg and the result showed that body weight significantly posiively correlated ( p = 0.00 , r = 0.400 ) to the levels of uric acid . In conclusion there is a significant correlation between body weight and blood uric acid levels for visitors aged 40-80 years of Jelambar Baru Village Health Center. Keywords : Uric Acid, gout, body weight

* E-mail: [email protected] Community Medicine Department Faculty of Medicine Christian Krida Wacana University

Artikel Penelitian Latar Belakang Penelitian Asam urat lebih dikenal di masyarakat sebagai sebutan untuk suatu penyakit, tetapi sebenarnya asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yaitu hasil degradasi purine nucleotide yang merupakan bahan penting dalam tubuh sebagai komponen dari asam nukleat dan penghasil energi dalam inti sel. Asam urat selalu ada dalam tubuh manusia, yang apabila kadarnya meningkat dapat menimbulkan beberapa keluhan. Peningkatan kadar asam urat darah atau hiperurisemia adalah kadar asam urat darah di atas 7 mg/dl pada laki-laki dan di atas 6 mg/dl pada perempuan.1,2 Hiperurisemia dapat terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan pengeluaran asam urat urin (under excretion), atau gabungan keduanya. Peningkatan kadar asam urat dalam darah ini akan mengakibatkan penyakit asam urat.2 John Darmawan, Pakar Penyakit Rematik WHO (1990) menyatakan bahwa pada gout menahun tanpa adanya pengendalian kadar asam urat akan terjadi komplikasi setelah 10 tahun dan timbul risiko cacat sendi seumur hidup. Sendi akan hancur total karena pembengkakan parah. Penyakit asam urat merupakan suatu penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif yang memiliki nama lain yaitu arthritis pirai atau arthritis gout (atau sering juga disebut gout). Menurut Tjokroprawiro (2007), prevalensi artritis gout di Indonesia diperkirakan 1,613,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan cukup bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang lain.2 Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah (2007), kasus hiperurisemia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan di bandingkan dengan kasus penyakit tidak menular lainnya.3 Sebuah penelitian di Jawa Tengah mendapatkan prevalensi artritis gout sebesar 1,7% sementara di Bali didapatkan prevalensi hiperurisemia mencapai 8,5%.4 Di Indonesia, penyakit asam urat bahkan terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar 32% pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Di Minahasa, pada tahun 2003, tercatat proporsi

kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah menderita gout 6,5 tahun atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah.Sementara di Bandungan, Jawa Tengah, prevalensi pada kelompok usia muda, yaitu antara 15-45 tahun, sebesar 0,8%; meliputi pria 1,7% dan wanita 0,05%.2,3 Arthritis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi atau penumpukan kristal monosodium urat di dalam cairan ekstraselular. Deposisi asam urat ini terjadi pada jaringan yang dapat menimbulkan beberapa manifestasi klinis, yaitu terjadinya arthritis gout akut; pembentukan tophus/tofi (akumulasi kristal pada jaringan yang dapat merusak tulang); pembentukan batu asam urat pada saluran kencing; dan gout nefropati/kegagalan ginjal, namun jarang terjadi.1,2 Penyakit asam urat ini pada umumnya dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya. Penyakit asam urat ditandai oleh gangguan linulinu, terutama di daerah persendian tulang. Tidak jarang timbul rasa amat nyeri bagi penderitanya. Rasa sakit tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah persendian. Penderita penyakit asam urat tingkat lanjut akan mengalami radang sendi yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Penderita tidur tanpa ada gejala apapun, namun ketika bangun pagi harinya terasa sakit yang sangat hebat hingga tidak bisa berjalan. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku. 2 Peningkatan kadar asam urat atau hiperurisemia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang berkaitan, diantaranya resistensi insulin, sindrom metabolik, obesitas, insufisiensi ginjal, hipertensi, gagal jantung kongestif, dan transplantasi organ. Risiko kejadian gout meningkat pada orang yang banyak mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi (terutama daging dan makanan laut), etanol (bir dan alkohol), minuman ringan dan fruktosa. Gout sering terjadi pada laki-laki, yaitu sekitar 95%, dan

Artikel Penelitian jarang terjadi pada perempuan. Ada prevalensi familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini. Namun, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan, dan gaya hidup.3,4 Berat badan yang berlebih atau kegemukan sering dihubungkan dengan kadar asam urat serum dan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pirai pada hiperurisemia asimtomatis. Hal ini dihubungkan dengan insiden hiperurisemia yang sesuai dengan beratnya kegemukan. Penelitian pada wanita di Hongkong didapatkan adanya hubungan yang kuat antara peningkatan indeks masa tubuh dan kadar asam urat.2,3 Metodologi Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan metode cross sectional, mengenai hubungan antara berat badan dengan kadar asam urat darah dan faktor-faktor yang berhubungan pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat. Dengan menggunakan metode cross sectional, peneliti melakukan pengukuran variabel bebas dan variabel terikat pada waktu yang bersamaan.7 Kelompok yang menjadi sampel penelitian dilakukan penimbangan berat badan dengan menggunakan alat penimbang (kilogram) dan setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar asam urat darah. Data yang diperoleh dianalisis untuk membuktikan hipotesis kerja. Populasi dan Sampel Populasi target adalah seluruh pengunjung Puskesmas Jelambar Baru, Jakarta Barat. Populasi terjangkau adalah seluruh pengunjung Puskesmas yang datang ke Puskesmas Jelambar Baru, Jakarta Barat pada tanggal 24-28 Maret. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung yang datang ke Puskesmas Jelambar Baru, Jakarta Barat pada tanggal 24-28 Maret 2014 dan memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria Inklusi Seluruh pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat mulai tanggal 24 Maret 2013 hingga 28 Maret 2014 yang berusia antara 40-80 tahun dan bersedia menjadi responden. Kriteria Eksklusi Seluruh pengujung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat mulai tanggal 24 Maret 2013 hingga 28 Maret 2014 yang sedang mendapat terapi asam urat yang teratur, pengunjung yang tidak bersedia untuk menjadi responden dan responden yang tidak mengembalikan kuesioner. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu consecutive sampling. Pengambilan sampel sebanyak 106 orang pengunjung Puskesmas yang memenuhi kriteria dilakukan pada tanggal 24-28 Maret 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi. Langkah-langkah pengambilan sampel :  Menghubungi dan meminta ijin kepada Kepala Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat yang menjadi tempat penelitian untuk melaporkan tujuan dan meminta ijin untuk mengadakan penelitian di Puskesmas.  Melakukan pengumpulan data-data dengan menimbang berat badan dan kadar asam uratserta penyebaran kuesioner terhadap pengunjung di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat dari tanggal 24 Maret 2014 hingga 28 Maret 2014.  Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data.  Penulisan laporan penelitian.  Pelaporan penelitian

Artikel Penelitian

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh hasil gambaran karakteristik responden yang terdapat pada tabel di bawah ini.

Histogram 2. Distribusi Kadar Asam Urat Darah Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Periode 24 Maret 2014 - 28 Maret 2014

Histogram 1. Distribusi Berat Badan Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Periode 24 Maret 2014 - 28 Maret 2014

Tabel 1. Sebaran Usia, Jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi purin, Konsumsi alkohol, Konsumsi soda Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Periode 24 Maret 2014 - 28 Maret 2014 Karakteristik Usia Dewasa Lanjut (≥ 61 tahun) Dewasa Madya (41 – 60 tahun) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan IMT ≥ 27 (Obesitas) < 27 (Tidak obesitas) Konsumsi Purin Konsumsi purin tinggi (68-80) Konsumsi purin sedang (56-67) Konsumsi purin rendah (20-55) Konsumsi Alkohol Minum Tidak Minum Konsumsi Minuman Soda Minum Tidak Minum

Frekuensi (n)

Persentase (%)

27 79

25.5 74.5

21 85

19.8 80.2

42 64

39.6 60.4

5 9 92

4.7 8.5 86.8

13 93

12.3 87.7

28 78

26.4 73.6

Artikel Penelitian Tabel 2. Tabel korelasi antara berat badan dengan kadar asam urat darah Variabel Berat badan Kadar asam urat darah

Mean 59,74 5,11

SD 11,04 1,28

Uji Statistik

p

0,400

0,000

Tabel 3. Tabel Tabel korelasi antara usia dengan kadar asam urat darah Variabel Usia Kadar asam urat darah

Mean

SD

Uji Statistik

r

p

52.68 5,11

13,01 1,28

Korelasi

0.145

0.137

Tabel 4. Tabel perbedaan mean kadar asam urat darah antara jenis kelamin lelaki dan perempuan Jenis Kelamin Lelaki Perempuan

Jumlah responden 21

Mean kadar asam urat darah (mg/dl) 5.89

85

4.91

Uji Statistik

p

T- test

0.002

Tabel 5. Tabel korelasi antara IMT dengan kadar asam urat darah Variabel Indeks Massa Tubuh Kadar asam urat darah

Mean

SD

Uji Statistik

r

p

25.88 5,11

4.41 1,28

Korelasi

0.341

0,000

Tabel 6. Tabel korelasi antara konsumsi purin dengan kadar asam urat darah Variabel Skoring konsumsi purin Kadar asam urat darah

Mean

SD

Uji Statistik

r

p

34,31 5,11

13,01 1,28

Korelasi

0.578

0,000

Tabel 7. Tabel perbedaan mean kadar asam urat darah antara responden yang minum dan tidak minum alkohol Konsumsi alkohol Minum Tidak minum

Jumlah responden 13 93

Mean kadar asam urat darah (mg/dl) 5.15 5.10

Uji Stastistik

p

T- test

0.886

Artikel Penelitian Tabel 8. Tabel perbedaan mean kadar asam urat darah antara responden minum dan tidak minum minuman bersoda Konsumsi minuman bersoda Minum Tidak minum

Jumlah responden 21 85

Mean kadar asam urat darah (mg/dl) 5.89 4.91

p

T-test

0.924

pencegahan agar tidak berlanjut komplikasi yang lebih buruk.8

Pembahasan

1. Gambaran

distribusi berat badan responden di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru

Berdasarkan histogram 1 didapatkan gambaran distribusi normal pada berat badan responden di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta. Didapatkan rentang berat badan yang tertinggi pada responden adalah antara 50 – 55 kg sedangkan rata-rata berat badan responden adalah 59,74 kg. Berdasarkan US Enviromental Protection Agency, dalam analisis National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) pada tahun 1999-2006, didapatkan rata-rata umur pada usia di atas 40 tahun adalah 94.56 kg. Nilai rata-rata yang didapatkan dalam penelitian ini adalah lebih rendah karena faktor ras dan keturunan masyarakat Eropah yang umumnya memiliki berat badan lebih tinggi berbanding masyarakat Asia.18

2. Gambaran distribusi kadar asam urat darah responden di Kelurahan Jelambar Baru

Uji Stastistik

Puskesmas

Berdasarkan histogram 2, didapatkan gambaran distribusi normal untuk kadar asam urat darah responden di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta. Didapatkan rentang kadar asam urat yang tertinggi pada responden dalam penelitian ini adalah antara 5.0 – 5.5 mg/dl dan nilai rata-rata kadar asam urat responden adalah 5,11 mg/dl. Data dari RSCM Jakarta menunjukkan peningkatan jumlah penderita asam urat dari tahun ke tahun. Dengan demikian, angka kejadian hiperurisemia sebesar 16.7% perlu mendapat perhatian dan tindakan

ke arah

3. Sebaran Usia, Jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi purin, Konsumsi alkohol, Konsumsi soda Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Menurut usia, responden terbanyak adalah dari kelompok usia dewasa madya yaitu usia 4160 tahun yaitu sejumlah 27 orang (25,5%) diikuti kelompok usia dewasa lanjut, yaitu lebih dari 61 tahun sejumlah 79 orang (74,5%). Hal ini menggambarkan bahwa golongan usia dewasa yang mempunyai masalah kesehatan mulai meningkat yang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah terkait pola hidup. Pola hidup yang tidak sehat dapat menjadi faktor risiko untuk menderita penyakit asam urat. Dari jumlah 106 responden, jumlah responden laki-laki adalah 21 orang (19.8%) sedangkan 85 orang (80.2%) lagi merupakan responden perempuan. Saat proses penelitian berlangsung, sampel yang datang lebih banyak dari jenis kelamin perempuan dikarenakan rataratanya adalah ibu rumah tangga dan mempunyai waktu untuk ikut serta menjadi responden di lokasi penelitian sedangkan yang laki-laki kebanyakannya berada di tempat kerja. Menurut Putra (2006), kadar asam urat umumnya lebih tinggi pada laki-laki disebabkan laki-laki tidak memiliki hormon estrogen yang tinggi seperti pada perempuan. Peran hormon estrogen ini membantu mengeluarkan asam urat melalui urin, sehingga pada laki-laki, asam urat sulit dieksresikan melalui urin.8 Berdasarkan status gizi responden menurut IMT, sebanyak 64 orang (60,4%) tergolong dalam kategori tidak obesitas, diikuti mereka yang tergolong dalam obesitas berjumlah 42

Artikel Penelitian orang (39,6%). Tingginya angka ini antara lain dapat disebabkan oleh status sosio-ekonomi masyarakat setempat yang rata-ratanya adalah dari golongan menengah bawah yang mana merupakan golongan berpenghasilan rendah. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh dalam pemilihan makanan, tabiat makan serta frekuensi makan mereka.

tingkat hubungannya dapat ditafsirkan sebagai berikut:18

Sebanyak 5 subyek penelitian (4,7%) mengkonsumsi purin tinggi, 9 orang (8,5%) mengkonsumsi purin sedang dan 92 orang (86,8%) mengkonsumsi purin secara rendah. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa lebih banyak subyek penelitian yang mengkonsumsi makanan tinggi purin dalam jumlah yang sedikit.

Pada tabel 2, didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson (r = 0.400). Tanda positif pada nilai r menyatakan arah hubungan, yakni bila semakin meningkat berat badan maka semakin tinggi kadar asam urat darah. Sedangkan nilai 0.400 menyatakan besarnya kekuatan hubungan antara berat dengan kadar asam urat darah dalam penelitian ini adalah sedang. Nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,05 berarti H0 ditolak untuk menyatakan adanya hubungan bermakna antara berat badan dengan kadar asam urat darah. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah berat badan semakin tinggi risiko untuk terjadi hiperurisemia.

Distribusi pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru yang mengkomsusi alkohol adalah sejumlah 13 orang (12,3%) sedangkan frekuensi orang yang tidak minum alkohol pula adalah sejumlah 93 orang (87,7%). Banyaknya sampel penelitian yang terdiri dari masyarakat yang beragama Islam menjadi salah satu alasan mengapa sebagian besar responden tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini secara terang dijelaskan dalam ajaran agama Islam bahwa penganut agama tersebut dilarang untuk mengkomsumsi minuman beralkohol. Berdasarkan pola konsumsi soda subyek penelitian Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, didapatkan sejumlah 28 orang (26,4%) yang mengaku mengkonsumsi minuman soda sedangkan sejumlah 78 orang (73,6%) lagi tidak mengkonsumsi minuman soda. Hal ini dikarenakan lebih banyak responden dalam penelitian ini tidak mengkomsumsi minuman soda atas alasan minuman berkarbonasi selain mengandung kadar gula yang tinggi. Menurut He et al, konsumsi terbanyak minuman ini terdapat pada golongan remaja berusia 15 tahun dengan persentase terhadap total konsumsi cairan sebesar 33%.7

4. Hubungan antara Berat Badan dengan Kadar Asam Urat Darah Untuk menilai kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut, dilakukan interpretasi dari nilai koefisien korelasi Pearson. Menurut Wahyuni, 2007, berdasarkan besar nilai r, maka

    

0,000 – 0,199 : Hubungan sangat lemah 0,200 – 0,399 : Hubungan lemah 0,400 – 0,599 : Hubungan sedang 0,600 – 0,799 : Hubungan kuat 0,800 – 1,000 : Hubungan sangat kuat

5. Hubungan antara Usia dengan Kadar Asam Urat Darah Berdasarkan hasil uji statistik tes korelasi pada tabel 3, didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson (r = 0.145) yang berarti semakin meningkat usia maka semakin tinggi kadar asam urat darah. Sedangkan nilai 0.145 menyatakan besarnya kekuatan hubungan antara usia dengan kadar asam urat darah dalam penelitian ini adalah sangat lemah. Nilai p = 0,137 lebih besar dari 0,05 berarti H0 diterima untuk menyatakan tidak adanya hubungan bermakna antara usia dengan kadar asam urat darah. Hal ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Andry et al di Brebes yang menunjukan bahwa variabel umur sama sekali tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar asam urat. Begitu juga dengan hasil penelitian Kuzuya et al di Jepang pada tahun 1989-1998, yang menunjukkan bahwa laki-laki usia muda mempunyai kadar asam urat darah yang lebih tinggi berbanding laki-laki yang usia lebih tua. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa tidak selalu orang yang berusia lebih tua cenderung memiliki kadar asam urat darah yang lebih tinggi.9

Artikel Penelitian

6. Perbedaan Mean Kadar Asam Urat Darah Hubungan antara Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan hasil uji statistik tes korelasi pada tabel 4, didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson (r = 0.145) yang berarti semakin meningkat usia maka semakin tinggi kadar asam urat darah. Sedangkan nilai 0.145 menyatakan besarnya kekuatan hubungan antara usia dengan kadar asam urat darah dalam penelitian ini adalah sangat lemah. Nilai p = 0,137 lebih besar dari 0,05 berarti H0 diterima untuk menyatakan tidak adanya hubungan bermakna antara usia dengan kadar asam urat darah. Hal ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Andry et al di Brebes yang menunjukan bahwa variabel umur sama sekali tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar asam urat. Begitu juga dengan hasil penelitian Kuzuya et al di Jepang pada tahun 1989-1998, yang menunjukkan bahwa laki-laki usia muda mempunyai kadar asam urat darah yang lebih tinggi berbanding laki-laki yang usia lebih tua. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa tidak selalu orang yang berusia lebih tua cenderung memiliki kadar asam urat darah yang lebih tinggi.9

7. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Asam Urat Darah Dengan memakai uji statistik tes korelasi, pada tabel 5 didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson (r = 0.341). Tanda positif pada nilai r menyatakan arah hubungan, yakni bila semakin meningkat IMT maka semakin tinggi kadar asam urat darah. Sedangkan nilai 0.341 menyatakan besarnya kekuatan hubungan antara IMT dengan kadar asam urat darah dalam penelitian ini adalah lemah. Nilai p = 0,000 yang mana lebih kecil dari 0,05, berarti H0 ditolak untuk menyatakan ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar asam urat darah. Menurut Halls & Hanson, IMT laki-laki yang berusia di bawah 30 tahun lebih tinggi daripada perempuan, dikarenakan laki-laki memiliki aktivitas yang lebih tinggi dan masa otot yang lebih besar. Namun, setelah usia 30 tahun, IMT perempuan lebih tinggi daripada

laki-laki, disebabkan perempuan memiliki simpanan lemak pada jaringan adiposa yang lebih banyak. IMT pada perempuan meningkat secara bertahap pada usia 50-60 tahun, kemudian terjadi penurunan IMT pada usia yang lebih lanjut disebabkan oleh degradasi sel yang terjadi pada usia lanjut.8

8. Hubungan

antara Konsumsi dengan Kadar Asam Urat Darah

Purin

Menurut Emmerson (1996) Yu (1974) dalam Fam (2002), gangguan metabolisme asam urat secara signifikan dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang banyak mengandung purin. Diet tinggi purin akan menyebabkan kenaikan sementara serum urat sekitar 60-120 μmol/l (1-2 mg/dl). Sebaliknya apabila seseorang mengkonsumsi makanan dengan kadar purin rendah selama 7 sampai dengan 10 hari maka dapat menurunkan serum urat sebanyak 60-120 μmol/l (1-2 mg/dl). Menurut Weaver et al, adanya konsumsi makanan yang mengandung purin menyebabkan pembentukan asam urat dalam tubuh meningkat melalui hasil metabolisme asam amino yang kemudian dioksidasi menjadi glutamin. Seterusnya glutamin akan disintesis dan terbentuk inosin yang dioksidasi menjadi xantin.7 Berdasarkan penjelasan tersebut, nutrisi dengan kadar purin tinggi memiliki kontribusi yang besar dalam peningkatan kadar asam urat darah. Dalam penelitian ini, pada analisis bivariat menggunakan uji statistik tes korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson (r = 0.578). Tanda positif pada nilai r menyatakan arah hubungan, yakni bila semakin meningkat konsumsi purin maka semakin tinggi kadar asam urat darah. Sedangkan nilai 0.578 menyatakan besarnya kekuatan hubungan antara IMT dengan kadar asam urat darah dalam penelitian ini adalah sedang. Nilai p = 0,000 yang mana lebih kecil dari 0,05, berarti H0 ditolak untuk menyatakan ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar asam urat darah. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Choi et al pada tahun 1998 yang menunjukkan bahwa konsumsi purin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar asam urat.8

Artikel Penelitian

9. Perbedaan Mean Kadar Asam Urat Darah Hubungan antara Responden Minum dan Tidak Minum Alkohol Konsumsi alkohol juga dikaitkan dengan kejadian hiperurisemia. Pada tahun 1876, Alfred Garrod menulis: "penggunaan cairan fermentasi merupakan faktor predisposisi paling kuat dari faktor lain pada kejadian gout (Fam, 2002). 7,17 Dalam penelitian ini, dari 13 responden yang minum alkohol, didapatkan 2 orang (15,4%) daripadanya mempunyai kadar asam urat darah yang tinggi dan 11 orang (84,6%) lagi tidak mengalami peningkatan kadar asam urat darah. Pada tabel 7, didapatkan hasil uji statistik T-test yang dilakukan untuk membandingkan mean kadar asam urat antara responden yang minum alkohol dan yang tidak minum. Pada responden yang minum alkohol didapatkan mean sebesar 5,15 mg/dl sedangkan pada tidak minum alkohol didapatkan mean kadar asam urat sebesar 5.10 mg/dl. Dengan uji statistik ini didapatkan nilai p adalah 0,886 iaitu lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan perbedaan kadar asam urat tidak bermakna secara statistik antara responden yang minum alkohol dengan responden yang tidak minum alkohol.

10. Perbedaan Mean Kadar Asam Urat Darah Hubungan antara Responden Minum dan Tidak Minum Minuman Bersoda Pada tabel 8, didapatkan hasil uji statistik T-test yang dilakukan untuk membandingkan mean kadar asam urat antara responden yang minum minuman bersoda dan yang tidak minum minuman bersoda. Pada responden yang minum minuman bersoda didapatkan mean sebesar 5,89 mg/dl sedangkan pada tidak minum minuman bersoda didapatkan mean kadar asam urat sebesar 4.19 mg/dl. Nilai p yang didapatkan adalah 0,924 iaitu lebih besar dari 0,05 . Hal ini menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara kadar asam urat dalam darah responden yang minum alkohol dengan responden yang tidak minum minuman bersoda. Menurut He et al, konsumsi terbanyak minuman bersoda terdapat pada golongan remaja berusia 15 tahun dengan persentase terhadap total konsumsi cairan sebesar 33%.7,17

Kesimpulan Dari hasil penelitian hubungan antara berat badan dengan kadar asam urat darah dan faktorfaktor yang berhubungan di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Pertamburan Jakarta Barat periode 24 Maret − 28 Maret 2014, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari 106 responden, ditemukan 18 orang (17 %) mempunyai kadar asam urat darah yang tinggi. 2. Dari sebaran responden menurut variabel tertentu, tampak bahwa:  Sebagian besar responden berusia diatas 41 tahun, yaitu sebanyak 79 orang  (74,5 %)  Kebanyakan responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 80.2 %.  Kebanyakan responden memiliki indeks massa tubuh kategori tidak obesitas, yaitu sebesar 60.4%.  Rata - rata berat badan responden adalah 59.74 kg.  Sebagian besar responden mengkonsumsi purin secara rendah 86,8 %.  Kebanyakan responden tidak mengkonsumsi alkohol, yaitu sebesar 87.7 %.  Kebanyakan responden tidak mengkonsumsi minuman soda, yaitu sebesar 73.6 %. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan dengan kadar asam urat darah. 4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kadar asam urat darah. 5. Terdapat perbedaan yang bermakna antara mean kadar asam urat kelamin laki-laki dengan perempuan. 6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar asam urat darah. 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi purin dengan kadar asam urat darah. 8. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kadar asam urat darah responden yang minum alkohol dengan yang tidak minum alkohol.

Artikel Penelitian 9. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kadar asam urat darah responden yang minum minuman bersoda dengan yang tidak minum minuman bersoda.

Saran Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa mayoritas pengunjung pengunjung Puskesmas Jelambar Baru pada periode 24 Maret sampai dengan 28 Maret 2014 berjenis kelamin perempuan (64,2%).  Disarankan agar waktu penelitian lebih lama serta subjek penelitian yang diteliti diharapkan lebih besar dan cakupan tempat penelitian yang lebih luas sehingga mempunyai sampel lebih banyak serta lebih heterogen.  Pada hasil penelitian didapatkan adanya hubungan bermakna antara kadar asam urat darah dengan asupan purin, disarankan kepada pengunjung Puskesmas agar dapat mengurangi asupan makanan yang tinggi purin sehingga risiko menderita penyakit gout dapat dicegah dan lebih mengamati pola makan sehari-hari dengan menerapkan prinsip “3 J” yaitu jenis, jumlah dan jadwal makan agar dapat mencapai serta mempertahankan berat badan yang ideal.  Bagi seluruh pengunjung yang mempunyai hiperurisemia dengan keluhan klinis diharapkan untuk tetap datang mengontrol pemeriksaan kadar asam urat darah secara berkala dan dianjurkan melakukan pengobatan secara teratur untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Daftar Pustaka 1. Conger JD, In : Acute Uric acid Nephropathy, US National Library of Medicine, National Institute of Health, United States of America. Downloaded on 24 March 2014 from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2195 258

2. Hidayat R. Gout dan hiperurisemia. Medicinus. EdisiJuni-Agustus 2009; 22:4750. 3. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Survailence Penyakit Tidak Menular pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Jawa Tengah, Semarang, 2007. 4. Raka Putra T. Prevalensi hiperurisemia pada Suku Bali di Kecamatan Ubud. In Press. 2007. 5. Mellado J., Cruz J, Guzman S,. Severe tophaceous gout. Characterization of low socioeconomic level patients from México. Clinical and Experimental Rheumatology 2006; 24: 233-238. 6. Setiati N. Dalam : Penelitian Hubungan antara Usia dan Jenis Kelamin dengan Kadar Asam Urat, Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Diunduh tanggal 16 Maret 2014 dari : http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedo kteran/207311121/bab%20II.pdf 7. Putrie IP, Dalam : Penelitian Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kadar Asam Urat Darah Masyarakat di Puskesmas Kecamatan Rejasari, Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Kedokteran dan Ilmuilmu Kesehatan, Jurusan Keperawatan, Purwokerto 2014. Diunduh tanggal 16 Maret 2014 dari : http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/defaul t/files/GABUNGAN%20SKRIPSI%20ISN ANY.pdf 8. Fauzia YFH, Faktor yang Mempengarahui Kadar Asam Urat Darah, Dalam : Penelitian Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Usia dengan Kadar Asam Urat Remaja Pra-Obese dan Obese di Purwokerto, Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Jurusan Keperawatan, Purwokerto 2013 . Diunduh tanggal 25 Maret 2014 dari : http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/def ault/files/YUNIKO%20FEBBY%20HU SNUL%20FAUZIA_G1D009057.pdf 9. Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Jakarta 10. Schneiter, Jodi. In : Gout and Diet, Australian Rheumatolgy Association, Australia, January 2012. Downloaded on 23 March 2014 from :

Artikel Penelitian

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

https://www.arthritisvic.org.au/UsefulInformation/Information-toDownload/PDFs/Gout-and-diet.aspx Tabel Pengaturan Makanan. Dalam : Diet Rendah Purin, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2011. Diunduh tanggal 24 Maret 2014 dari :http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2013/09/Brosur-DietRendah-Purin.pdf Hector D, et al, Soft Drink Consumption. In : Soft Drinks, Weight Status, and Health: A Review,NSW Centre for Public Health Nutrition, Faculty of Health and Behavioural Science. University of Wollongong, Sydney, 2009.Downloadedon31 March 2014 from : http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi ?article=1317&context=hbspapers Hardy, Minuman soda. Dalam : Penelitian Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Komsumsi Terhadap Soft-drink pada Siswa Kelas XI SMA Sutomo I, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010. Diunduh pada 04 April 2014 dari: http://repository.usu.ac.id/handle/12345 6789/21455 Ahimsa T. Gambaran Artritis Gout dan Beberapa Faktor yang mempengaruhi Kadar Asam Urat di Minahasa [Tesis]. Manado; Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi; 2003. Wildman RP et al., BMI Cuttoff for Asians. In : American Asian Diabetes Innitiative, Joslin Diabetes Center, United States of America, 2004. Downloaded on 28 March 2014 from : http://aadi.joslin.org/content/bmicalculator Kartika B, Pengertian Alkohol. Dalam :Makalah Alkohol, Universitas Muhammadiyah,Semarang, 2004. Diunduh pada 31 Maret 2014 dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/13 9/jtptunimus-gdl-srisuwanti-6946-3babii.pdf Ariany, Friska, Definisi Berat Badan. Dalam : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelebihan Berat Badan

pada Orang Dewasa Muda di Bandung Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2012. Diunduh pada 31 Maret 2014 dari : http://repository.maranatha.edu/1842/ 18. Theresia L, Definisi Berat Badan. Dalam : Penelitian Hubungan Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Pedagang Pusat Pasar Medan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, 2012. Diunduh pada 04 April 2014 dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/35364/3/Chapter%20lll-VI.pdf 19. Liu B, Wang T, Zhao HN, Yue WW, Yu HP, Liu CX, et al. The Prevalence of hyperuricemia in China: a MetaAnalysis.BMC Public Health. 2011;11:832

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF