Apendisitis

March 14, 2018 | Author: Fatkhur Rizqi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Apendisitis...

Description

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1

LATAR BELAKANG Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks

dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan caceing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Appendisitis dapat terjadi pada setiap usia, perbandingan antara pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita penyakit ini. Namun penyakit ini paling sering dijumpai pada dewasa muda antar umur 10- 30 tahun. Satu dari 15 orang pernah menderita apendisitis dalam hidupnya. Insiden tertinggi terdapat pada laki-laki usia 10-14 tahun dan wanita yang berusia 15-19 tahun. Laki- laki lebih banyak menderita appendisitis dari pada wanita pada usia pubertas dan pada usia 25 tahun. Appendisitis jarang terjadi pada bayi dan anak-nanak dibawah 2 tahun. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab yang dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya apendisitis. Kuman-kuman yang merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi patogen, menurut Schwartz kuman terbanyak penyebab apendisitis akut adalah Bacteriodes Fragilis bersama E.coli. 1.2

IDENTITAS PASIEN Nama

: An. A

Umur

: 12 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: -

Pendidikan

: Pelajar SMP

2

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Sumbersari II / 99

Status Perkawinan : Belum Menikah Suku 1.3

: Jawa

ANAMNESIS 1. Keluhan Utama

: Nyeri perut kanan bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak kurang lebih 3 hari yang lalu pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah seperti ditusuk-tusuk, nyerinya terus-menerus, dibuat istirahat agak baikan, nyeri menjalar ke belakang perut. Sejak satu minggu yang lalu pasien mengeluh demam yang naik turun, disertai mual, tetapi tidak disertai muntah, dan nafsu makan pasien mulai menurun. Sejak 1 hari yang lalu nyeri terasa semakin hebat. Sebelumnya pasien sudah berobat

ke dokter dekat rumah keluhan

berkurang setelah minum obat yaitu diberi obat antibiotik dan anti nyeri, nyerinya kembali ketika obatnya habis. BAK lancar, tidak tersendat-sendat dan tidak didapatkan darah pada air seni nya. 3. Riwayat Penyakit Dahulu: -

Riwayat sakit serupa

-

Riwayat mondok

: disangkal

-

Riwayat sakit gula

: disangkal

-

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

-

Riwayat hipertensi

: disangkal

-

Riwayat sakit kejang

: disangkal

-

Riwayat alergi obat

: disangkal

-

Riwayat alergi makanan

: disangkal

-

Riwayat alergi udara dingin : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga -

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

-

Riwayat hipertensi

: disangkal

:

disangkal

3

-

Riwayat sakit gula

: disangkal

-

Riwayat jantung

: disangkal

5. Riwayat Kebiasaan -

Riwayat merokok

: (-)

-

Riwayat minum alkohol

: disangkal

-

Riwayat olah raga

: jarang olah raga

-

Riwayat pengisian waktu luang: bermain dengan teman dan berkumpul bersama keluarga

6. Riwayat Sosial Ekonomi : Penderita adalah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, seorang anak tinggal dengan ayah, ibu dan neneknya. Penderita adalah seorang pelajar SMP. Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta, ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat ini penderita tinggal dalam extended family. Satus perekonomian keluarga menengah kebawah. Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dalam satu rumah baik-baik semua. 7. Riwayat Gizi: Penderita makan sehari-hari biasanya 3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk tahu, tempe. Terkadang dengan telur dan daging. Buah kadangkadang seperti pepaya. Kesan status gizi cukup. 1.4

ANAMNESIS SISTEM a.

Kulit

b. Kepala

: kulit gatal (-). : sakit kepala (-), berputar (-), cekot-cekot (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan / borok di kepala (-).

c. Mata

: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-).

d. Hidung

: tersumbat (-), mimisan (-).

e. Telinga

: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-).

4

f. Mulut

: sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-), ngiler (-).

g. Tenggorokan

: sakit menelan (-), serak (-).

h. Pernafasan

: sesak nafas (-), , mengi (-), batuk (-),

i.

: berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

Kadiovaskuler

j. Gastrointestinal : mual (+), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-), tidak bisa BAB (+). k. Genitourinaria

: BAK lancar

l. Neurologik

: kejang (-), kelumpuhan kaki (-), kelumpuhan lidah (-)

m. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri kaki (-), nyeri otot (-). n. Ekstremitas

1.5

:

o Atas kanan

: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Atas kiri

: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Bawah kanan

: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Bawah kanan

: bengkak (-), sakit (-), luka (-)

PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum: lemah, tampak kesakitan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), kesan gizi cukup baik. 2. Tanda Vital BB

: 50 kg

TB

: 155 cm

BMI

: 20 (Normo weight)

Tensi

: 110/60 mmHg

Nadi

: 128 X/menit

Pernafasan : 18 X/menit Suhu

: 37,5˚c

3. Kepala: Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-), makula (-), atrofi m. temporalis (-), papula (-), nodula (-), bells palsy (-).

5

4. Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+),reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), arkus senilis (+/+), radang (-/-). 5. Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), saddle nose (-). 6. Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (+). 7. Telinga: Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal. 8. Tenggorokan: Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-). 9. Leher: JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-). 10. Toraks: Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-), spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-) - Cor :I : ictus cordis tak tampak P : ictus cordis tak kuat angkat P : batas kiri atas :SIC II linea para sternalis sinistra batas kanan atas :SIC II linea para sternalis dekstra batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral linea medio clavicularis sinistra batas kanan bawah :SIC IV linea para sternalis dekstra pinggang jantung :SIC III linea para sternalis sinistra (batas jantung kesan tidak melebar A : Bunyi Jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-) - Pulmo: Statis (depan dan belakang) I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri. P : fremitus raba kanan sama dengan kiri P : sonor/sonor +

+

+ +

+

6



A: suara dasar vesikuler suara tambahan ronki/ whizing -

11.

-

Sistem Collumna Vertebralis:

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) P : nyeri tekan (-) P : Nyeri ketuk costo vertebralis (-) 12. Ektremitas:

palmar eritema(-/-) akral dingin

oedem

ulkus

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

13. Sistem genetalia: dalam batas normal 14. Pemeriksaan Neurologik: Fungsi Luhur

: dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal Fungsi Sensorik : N N N N Fungsi motorik : K 5 5 5 5

T

N N

N N

RF

2 2

2 2

RP

15. Pemeriksaan Psikiatrik: Penampilan

: sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran

: kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis

Afek

: appropriate

Psikomotor

: normoaktif

Proses pikir

: bentuk :realistik

Insight

isi

:waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus

:koheren

: baik

-

-

7

16. Status lokalis (Abdomen) I A P P

: : : :

dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-) peristaltik (+) normal timpani seluruh lapang perut supel, nyeri tekan (+) di McBurney di regio inguinal dextra, hepar dan

lien tak teraba, psoas sign (+), obturator sign (+) 1.6

PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Tanggal 28-9-2012 Hematologi: Item periksa

Hasil pemeriksaan

Nilai normal satuan

Hemoglobin

15,5

12-16

g/dl

Leukosit

14.900

4-10

ribu/mm3

Trombosit

197.000

150-400

ribu/mm

LED

-

2-20

mm/jam

PCV/HCT

49,5

37-48

%

Eritrosit

6,00

4,0-5,5

juta/mm3

Hitung jenis eosinofil

1

1-3

Hitung jenis basofil

7

0-1

Hitung jenis N.Stab

-

2-6

Hitung jenis N.Segmen

84

50-70

Hitung jenis lymphosit

8

20-40

Hitung jenis monosit

-

2-8

Tanggal 29-9-2012 Faal Hemostasis: Item periksa

Hasil pemeriksaan

Nilai normal

satuan

Waktu perdarahan

2

1-3

menit

Waktu pembekuan

12

9-15

menit

USG: Edema pada appendiks

8

1.8

RESUME : Sejak kurang lebih 3 hari yang lalu pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah

seperti ditusuk-tusuk, nyerinya terus-menerus, dibuat istirahat agak baikan, nyeri menjalar ke belakang perut. Sejak satu minggu yang lalu pasien mengeluh demam yang naik turun, disertai mual, tetapi tidak disertai muntah, dan nafsu makan pasien mulai menurun. Sejak 1 hari yang lalu nyeri terasa semakin hebat. Sebelumnya pasien sudah berobat ke dokter dekat rumah keluhan berkurang setelah minum obat yaitu diberi obat antibiotik dan anti nyeri, nyerinya kembali ketika obatnya habis. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis (GCS 456), pada abdomen terdapat nyeri tekan pada McBurney di regio inguinalis dextra. Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan, leukositosis 14.900 (↑), Hematokrit 49,5 (↑), Hitung jenis basofil 7 (↑), Hitung jenis neutrofil segmen 84 (↑), Hitung jenis limfosit 8 (↓), dari USG ada edema pada appendik. 1.9

WORKING DIAGNOSA Appendisitis akut

1.10

DIAGNOSA BANDING a. Appendisitis b. Urolithiasis c. Colitis

1.11 DIAGNOSIS HOLISTIK An. A dengan usia 12 tahun adalah penderita appendisitis. An. A tinggal dalam Extended Family dengan ibu, ayah, dan neneknya. Hubungan An. A dengan keluarganya harmonis, dan dalam kehidupan sosial, An. N adalah anak yang lumayan aktif di sekolahnya. i Diagnosis dari segi biologis : Appendisitis Akut ii Diagnosis dari segi psikologis : Hubungan An. A dengan ayah, ibu, dan anggota keluarga yg lain baik, di buktikan dengan saling membantu antar anggota keluarga apabila salah satu

9

anggota keluarga sakit yang lainnya membantu menyelesaikan pekerjaan rumah. iii Diagnosis dari segi sosial : Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa, di lingkungan sekolahnya lumayan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakulikuler. Jikab ada waktu luang pasien biasanya main dengan teman-teman sekolahnya ataupun dengan tetangga rumah. 1.12 PENATALAKSANAAN DI RUMAH SAKIT Medikamentosa: Pre-Operasi. Infus RL (Ringer Lactat ) 20 tpm Antrain 3x1 amp iv Amoxan 3x1 amp iv Profenid supp Non medikamentosa pre-operasi - Stabilisasi: Airway (saluran napas), breathing (pernapasan), circulation -

(sirkulasi), disability (evaluasi neurologis), exposure (kontrol lingkungan) Setelah stabil, observasi keluhan nyeri dan kaji tingkat nyeri pasien Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian diet yang sesuai sebelum

dilakukan operasi (puasa makan dan minum) Penatalaksanaan Saat Operasi Non-medikamentosa - Observasi TTV - Observasi balance cairan - Meminta bantuan doa kepada keluarga pasien Penatalaksanaan Saat Post-Operasi Non medikamentosa a. Edukasi Edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai : - Penyakit yang timbul akibat appendiksitis. - Makna perlunya pemantauan dan pengendalian penyakit - Komplikasi dari appendisitis - Intervensi Farmakologi dan non- Farmakologi b.Cukup Istirahat dan tidur

10

Penderita sebaiknya tidur yang cukup 6-8 jam setiap harinya dan tidak memaksakan diri dalam melakukan aktivitas sehari- hari agar luka bekas operasi cepat kering dan tidak menimbulkan luka baru. c. Mengurangi stres dan beban pikiran Mengurangi/menghindari stres dengan lebih mendekatkan diri kepada allah dengan menyerahkan segala sesutunya kembali pada allah. d. Pemberian nutrisi: banyak makan-makanan yang mengandung protein dan banyak minum air Medikamentosa Post-Op: infus RD5 (Ringer Dextrosa) 1500 cc / 24 jam Ceftriaxon 2 x ½ g iv Ranitidin 2 x ½ amp iv Ketesse/Antrain 3 x 25 mg (1 cc) iv B comp 1x1 po Amociclav 2x1 po Mefinal 2x1 po 1.13 FOLLOW UP Tanggal 28 September 2012 S: pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah O: KU lemah, tampak sakit sedang, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup Tanda Vital : T: 110/70 mmHg

RR: 18x/menit

N: 80x/menit BB: 50 kg TB: 155 cm

S: 37,5˚c BMI: 20 (normo weight)

Status lokalis: nyeri perut di McBurney Pemeriksaan laboratorium: Leukosit: 14.900 (↑), HCT: 49,5 (↑), USG? A : appendisitis P : - terapi medika mentosa: infus RL (Ringer Lactat) 20 tpm, Antrain 3x1, Amoxan 3x1 - planning Operasi Tanggal 29 September 2012

11

S: nyeri post operasi O: KU cukup, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup Tanda Vital : T: 100/60 mmHg

RR: 18x/menit

N: 80x/menit BB: 50 kg TB: 155 cm

S: 37˚c BMI: 20 (normo weight)

Status lokalis: nyeri perut di McBurney A : apendisitis P : terapi medika mentosa: infus RD 5% (Ringer Dextrose ) 30 tpm, inj Antrain 3x1, inj Amoxan 3x1 Tanggal 30 September 2012 S: nyeri post operasi masih tetap O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup Tanda Vital : T: 110/70 mmHg

RR: 18x/menit

N: 80 x/menit BB: 50 kg TB: 155 cm

S: 37˚c BMI: 20 (normo weight)

Status lokalis: nyeri perut di McBurney A : appendisitis P : terapi medika mentosa: infus RD 5% (Ringer Dextrose ) 30 tpm, inj Antrain ½ amp, inj Ceftriaxon ½ gr Tanggal 01 Oktober 2012 S: pasien mengatakan nyeri post op mulai berkurang O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup Tanda Vital : T: 110/80 mmHg

RR: 18x/menit

N: 80 x/menit BB: 50 kg TB: 155 cm

S: 37˚c BMI: 20 (normo weight)

Status lokalis: nyeri perut di McBurney A : appendisitis

12

P : terapi medika mentosa: infus RD 5% (Ringer Dextrose ) 30 tpm, inj. Ketesse 25 mg, inj Ceftriaxon 1 gr Mengukur urin Tanggal 02 Oktober 2012 S:keluhan nyeri post op berkurang O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup Tanda Vital : T: 110/80 mmHg

RR: 18x/menit

N: 94 x/menit BB: 50 kg TB: 155 cm

S: 37˚c BMI: 20 (normo weight)

Status lokalis: nyeri perut di McBurney A : appendisitis P : terapi medika mentosa: infus RD 5% (Ringer Dextrose ) 30 tpm, inj. Ceftriaxone 1 gr Tanggal 03 Oktober 2012 S: keluhan nyeri post op berkurang O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup Tanda Vital : T: 110/80 mmHg

RR: 20x/menit

N: 88 x/menit BB: 50 kg TB: 155 cm

S: 37˚c BMI: 20 (normo weight)

Status lokalis: nyeri perut di McBurney A : appendisitis P : terapi medika mentosa: infus RD 5% (Ringer Dextrose ) 30 tpm, inj. Ceftriaxone 1 gr, memberi obat oral B-comp 1x1, mefinal 3x1 Tanggal 04 Oktober 2012 S: keluhan nyeri post op sudah tidak ada O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup Tanda Vital : T: 120/80 mmHg N: 92 x/menit

RR: 20x/menit S: 36,5˚c

13

BB: 50 kg TB: 155 cm

BMI: 20 (normo weight)

Status lokalis: nyeri perut di McBurney A : appendisitis P : terapi medika mentosa: memberi obat oral B-comp 1x1, Mefinal 3x1, Amociclav 2x1 Pasien boleh pulang 1.14 FLOW SHEET Nama

: An. A

Diagnosis : Apendisitis akut No 1

Tanggal 28-9-12

Vital sign T : 110/70

BB/TB 50/155

BMI Keluhan 20 nyeri perut

N : 80x/mnt

2

3

29-9-12

30-9-12

kanan bawah

01-10-12

medikamentosa,

RR: 18x/mnt

terapi nonmedika

S : 37,5˚c

mentosa (diet)

T : 100/60

Rencana operasi. Terapi

50/155

20

nyeri post op

N : 80x/mnt

medikamentosa,

RR: 18x/mnt

terapi nonmedika

S : 37˚c T : 110/70

50/155

20

mentosa (diet) Nyeri post op Terapi

N : 80 x/mnt

mulai

medikamentosa,

RR: 18x/mnt

berkurang

terapi nonmedika

S : 37˚c 4

Rencana Terapi

T : 110/80

mentosa (diet dan 50/155

20

bed rest. Nyeri post op Terapi

N : 80x/mnt

mulai

medikamentosa,

RR: 18x/mnt

berkurang

terapi nonmedika

S : 37˚c

mentosa (diet dan

14

5

02-10-12

T : 110/80

50/155

20

N : 94x/mnt

6

03-10-12

berkurang

04-10-12

medikamentosa,

RR: 18x/mnt

terapi nonmedika

S : 37˚c

mentosa (diet dan

T : 110/80

50/155

20

N : 88x/mnt

7

bed rest. Nyeri post op Terapi

bed rest. Nyeri post op Terapi berkurang

medikamentosa,

RR: 20x/mnt

terapi nonmedika

S : 37˚c

mentosa (diet dan

T : 120/80

50/155

20

bed rest. Keluhan nyeri Terapi

N : 92x/mnt

post op sudah medikamentosa,

RR: 20x/mnt

tidak ada

S : 36,5˚c

terapi nonmedika mentosa (diet dan bed rest. Pasien boleh pulang.

1.15

PROGNOSIS Dengan diagnosis dan pembedahan yang cepat, tingkat mortalitas dan

morbiditas penyakit ini sangat kecil. Angka kematian lebih tinggi pada anak dan orang tua. Apabila appendiks tidak diangkat, dapat terjadi serangan berulang. Pada pasien ini prognosis baik.

15

BAB II IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

2.1

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

No

Nama

Status

L/P

Umur Pendidikan Pekerjaan

Pasien

Ket

Klinik 1.

Tn. N

Ayah

L

40 th

SMA

swasta

-

Ayah

2.

Ny. S

Ibu

P

35 th

SMA

IRT

-

Ibu

3.

An. A

Anak

L

15 th

SMP

Pelajar

-

-

-

4. Ny. P Nenek Bentuk Keluarga 2.2

P 55 th SD : Extended Family

Pasien Appendisitis Nenek

FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis

:

Keluarga terdiri atas penderita (An. A 12 tahun), ibunya yaitu Ny. S, Ayahnya yaitu Tn. N dan , neneknya yaitu Ny.P 2. Fungsi Psikologis

:

Hubungan keluarga di antara mereka terjalin baik, terbukti dengan adanya komunikasi antar anggota keluarga, dan hubungan sama anak dan anggota keluarga yang lain baik. 3. Fungsi Sosial :

16

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita sering berkumpul dengan teman-teman seusianya, seperti bermain bola. An. A sangat menghargai budaya tradisi Jawa, hal ini dapat dilihat pada pergaulan mereka sehari-hari yang menggunakan bahasa Jawa, tata karma jawa dan kesopanan sehari-hari masih diperhatikan. Kesimpulan: Hubungan kelurga An. A berjalan baik semua komunikasi antar anggota keluraga baik dengan lingkungan sekolah dan rumah (tetangga) juga baik. 2.3

FUNGSI FISIOLOGIS APGAR Terhadap Keluarga

An. A

Tn. N

Ny. S

Ny.P

Saya puas bahwa saya dapat kembali A

P

ke keluarga saya bila saya menghadapi 2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

dan saya membagi waktu bersama- 2

2

2

2

masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan

membagi

masalah 2

dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan

G

saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan

A

merespon

emosi

saya

seperti

kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya R

sama 10

10

10

10

17

APGAR skore kelurga Tn. N= 10+10+10+10= 40:4 = 10 → Fungsi Fisiologis Baik. Skoring :

2.4



Hampir selalu

: 2 poin



Kadang – kadang

: 1 poin



Hampir tak pernah : 0 poin

FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM SCREEM SUMBER PATHOLOGY KET Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara. Partisipasi mereka dalam masyarakat Cultural

_

misalnya mengikuti tahlil rutin, pengajian, Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara

_

yang bersifat hajatan. Menggunakan bahasa jawa dan Religius

Indonesia, tata krama dan kesopanan Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga -

Economy

dalam ketaatannya dalam beribadah. Ekonomi keluarga ini termasuk perekonomian menengah kebawah. Pendapatannya sudah mencukupi untuk standard

+

hidup layak sehari hari, namun pada saat sakit pasien Educatio n Medical

mengalami masalah sama perekonomiannya. Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup baik, dimana Tn. N merupakan lulusan SMP. Keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatan sebagai kebutuhan, akan tetapi pasien jika merasa sakit, pasien mencari pelayanan dokter terdekat.

Kesimpulan :

-

18

Hubungan keluarga An. A baik-baik semua, namun pada perekonomiannya cukup buat kehidupan sehari-hari akan tetapi pada saat sakit dan butuh biaya banyak untuk dilakukan operasi jadi pasien merasa kurang. 2.5

GENOGRAM :

Tn. N

Ny.S

An. A

Keterangan: Laki- laki Perempuan

X

meninggal Pasien

2.6

INFORMASI POLA INTERAKSI: Diagram pola interaksi keluarga An. A Ny.S

An. A

Tn.M

Ny.K

19

Keterangan: : Berhubungan Baik

BAB III IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN 3.1

Identifikasi faktor perilaku keluarga 1. Pengetahuan Keluarga mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang kesehatan karena tingkat pendidikannya cukup baik. Menurut pendapat semua keluarga anggota, yang dimaksud kondisi sehat adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak menderita penyakit sehingga bisa melakukan aktivitasnya dengan baik. 2. Sikap Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita. Selama keluarga pasien sakit anggota keluarga yang lain ikut menjaga dan memperhatikan kesehatan pasien. 3. Tindakan Keluarga pasien mengantarkan An. A berobat kedokter dekat rumah pada saat pasien mengeluh kesakitan, setelah dibawa ke dokter umum dekat rumah keluhan masih menetap keluarga pasien langsung membawa pasien ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan lebih lanjut.

3.2

Identifikasi faktor non perilaku 1. Lingkungan Rumah yang dihuni keluarga ini cukup baik. Rumah pasien sudah merupakan rumah yang sudah memenuhi standar kesehatan. Luas bangunan cukup, ada halaman depan, pencahayaan cukup, ventilasi cukup. Sumber air keluarga ini berasal dari PDAM, kamar mandi dan jamban sudah ada. Air minum yang digunakan memakai air galon.

20

2. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek, dokter, apotik, dan lain sebagainya tergolong dekat dengan rumah keluarga An. A, sehingga keluarga mudah mendapatkan pelayanan medis yang baik dan tepat. Keluarga pasien memperhatikan kesehatan antar keluarganya apabila ada yang sakit langsung dibawa berobat. 3. Keturunan Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit yang diturunkan.

Lingkungan : rumah cukup memenuhi syarat kesehatan

Pengetahuan: keluarga cukup memahami penyakit penderita Sikap: keluarga cukup peduli terhadap penyakit penderita

Keluarga An. Ny. A T Keluarga Keluarga An. Ny. A T Keluarga

Tindakan: keluarga mengantarkan An.A untuk berobat

Faktor Perilaku Faktor Non Perilaku

Keturunan : tidak didapatkan sakit pada keturunan.

Pelayanan Kesehatan : Jika sakit An. A ke dokter praktek

21

BAB IV IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH 4.1

Lingkungan Luar Rumah An. A tinggal bersama dengan ayah, ibu, dan neneknya. Rumah ini

mempunyai pagar pendek, mempunyai halaman depan, Saluran pembuangan limbah sudah tersalur ke got. Pembuangan sampah di rumah di bakar di perkarangan yang kosong. 4.2

Lingkungan Dalam Rumah Dinding rumah terbuat dari batu bata yang di cat, sedangkan lantai rumah

sudah menggunakan keramik. Rumah ini terdiri dari enam ruangan yaitu ruang tamu, 3 kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Rumah ini mempunyai dua pintu untuk keluar masuk (di bagian depan). Keluarga ini sudah mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air dari PDAM. Ventilasi udara masih cukup tedapat 5 jendela dengan lubang ventilasi untuk pertukaran udara. 4.3

Denah Rumah

P e k a r a n g a n

Kamar Mandi

Dapur

Kamar Tidur III

Ruang Tamu + ruang nonton TV

Halaman depan

Kamar Tidur II

Kamar Tidur I

22

4.4

Daftar Masalah a. Masalah medis Appendisitis Akut b. Masalah non medis Status perekonomian menengah kebawah. c. Diagram permasalahan An. A

Masalah Medis

Masalah Non Medis

Sejak kurang lebih 3 hari yang lalu pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah seperti ditusuk-tusuk, nyerinya terus-menerus, dibuat istirahat agak baikan, nyeri menjalar ke belakang perut. Sejak satu minggu yang lalu pasien mengeluh demam yang naik turun, disertai mual, tetapi tidak disertai muntah, dan nafsu makan pasien mulai menurun. Sejak 1 hari yang lalu nyeri terasa semakin hebat.

Status perekonomian mengengah kebawah sehingga mempengaruhi kesehatan pasien

23

BAB V PEMBAHASAN 5.1

Pengertian Apendiks Apendiks atau umbai cacing adalah suatu organ yang terdapat pada sekum

yang terletak pada proximal colon. Apendiks dalam bahasa latin disebut sebagai Appendiks vermiformis, ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Apendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobin (Ig-A) walaupun dalam jumlahkecil. Apediks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum.Karena pengosongannya yang tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderungmenjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi. Apendisitis

adalah

peradangan

dari

apendiks

vermiformis,

dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang lakilaki berusiaantara 10-30 tahun. 5.2

Anatomi Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira

10cm dan berpangkal pada sekum, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus ileum kuadran kanan bawah. Apendiks memiliki lumen sempit dibagian proximal danmelebar pada bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek dan melebar dipersambungan dengan sekum. Selama anak-anak, pertumbuhannya biasanya berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal. Pada apendiks terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan bisa berguna dalam menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiks terbanyak adalah

24

Retrocaecal (74%) lalumenyusul Pelvic (21%), Patileal(5%), Paracaecal (2%), subcaecal(1,5%) dan preleal(1%). Apendiks dialiri darah oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari bagian bawa arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk akhir arteri. Apendiks memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks menuju ke nodus limfe ileocaecal.Anatomi lokasi apendiks :

5.3

Fisiologis Fungsi

appendiks

pada

manusia

belum

diketahui

secara

pasti.

Diduga berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam appendix menghasilkan lendir. Lendir ini secara normal dialirkan ke appendiks dan secum. Hambatan aliran lendir di muara appendix berperan pada patogenesis appendicitis Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung amilase, tripsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muaraappendiks berperan pada patofisiologi appendiks. Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated LymphoidTissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna danseluruh tubuh.

25

5.4

Pengertian Apendisitis Akut Apendisitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh

hyperplasia folikel

limfoid,

fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis

akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Apendisitis akut adalah proses radang bakteria yang timbul secara mendadak, apendisitis disebabkan oleh berbagai faktor.

5.5

Etiologi Apendisitis Akut Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses

radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya Hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. namun ada beberapafaktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya : Faktor sumbatan: Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebablainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut diantaranya ;fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut

26

ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis akut dengan rupture. Faktor Bakteri: Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodesfragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob 8 : Berkemungkinan besar menderita apendisitis. Pasien ini dapat langsung diambil tindakan pembedahan tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Kemudian perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan patologi anatomi. 2. Skor 2-8 : Tingkat kemungkinan sedang untuk terjadinya apendisitis. Pasien ini sebaiknya dikerjakan pemeriksaan penunjang seperti foto polosabdomen ataupun CT scan. 3. Skor
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF