APENDISITIS

September 16, 2017 | Author: Baiq Sholatia Furqonie | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Makalah apendisitis...

Description

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH RUMAH SAKIT ISLAM MALANG UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP An.R DALAM MENANGANI KELUHAN NYERI PADA ABDOMEN Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship

Oleh: Mytta Putri Utami

(209.121.0043)

Pembimbing: dr. H. Faisol Taufiqi

KEPANITERAAN KLINIK MADYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-nya kepada penyusun sehingga laporan studi kasus stase bedah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi tugas Clerkship serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif. Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belum sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih. Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran. Penyusun Mytta Putri Utami

2

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................... 2 DAFTAR ISI.................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 4 1.2 Tujuan ........................................................................................... 4 1.3 Manfaat ......................................................................................... 5 BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Anamnesa ...................................................................................... 6 2.2 Pemeriksaan fisik ........................................................................... 9 2.3 Pemeriksaan penunjang.................................................................. 11 2.4 Flow sheet ...................................................................................... 12 2.5 Diagnosa Holistik ........................................................................... 13 BAB III IDENTIKASI FUNGSI KELUARGA BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Anatomi dan Fisiologi ................................................................... 28 3.2 Patofisiologi .................................................................................. 39 BAB V PEMBAHASAN 4.1 Dasar Penegakan Diagnosa ............................................................ 25 4.3 Dasar Rencana Penatalaksanaan .................................................... 27 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan holistik ...................................................................... 36 6.2 Saran komprehensif ........................................................................ 36 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37

3

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Apendisitis akut adalah satu masalah kegawatdaruratan bedah yang umum didapat dimasyarakat. Insiden berkisar 1,5-1,9/1000 populasi perempuan dan lakilaki umumnya muncul pada dewasa muda, usia 20-30 tahun. Apendisitis terjadi karena proses obstruksi di lumen apendiks, penyabab tersering adalah karena penyumbatan kelenjar limfoid. Gejala dan tanda apendisitis akut adalah sakit perut kuadran kanan bawah disertai mual, muntah, dan tidak nafsu makan. Operasi pada kasus apendisitis akut menduduki salah satu operasi tersering yang dilakukan dalam kasus kegawatdaruratan abdomen (10% dari semua kasus kegawatdariuratan abdomen). Di Amerika Serikat, sebanyak 20.000 apendiktomi dilakukan pada kasus apendisitis akut tiap tahunnya. Misgiagnostik dan penundaan operasi pada apendisitis akut dapat meningkatkan risiko perforasi dan akhirnya menimbulkan peritonitis. Karena berlatar belakang tingginya insiden apendisitis dan kebutuhan diagnosis dan penanganan yang cepat inilah, penulis mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan apendisitis akut pada sdr. FS.

1.2 TUJUAN Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan berkomunikasi mahasiswa dalam berhadapan langsung dengan pasien, guna mencari informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan penyakit pasien untuk menunjang diagnosis kasus penyakit dalam, khususnya keluhan nyeri perut yang terjadi pada Sdr.FS, dengan upaya pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik dan komprehensif.

4

1.3 MANFAAT 1.

Manfaat Keilmuan -

Diharapkan

makalah

ini

dapat

memberikan

tambahan

ilmu

pengetahuan tentang keluhan nyeri perut yang terjadi pada Sdr.FS antara lain etiologi, patofisiologi, gejala dan tanda, komplikasi, prognosis, serta penanganannya. 2. Manfaat Praktis -

Diharapkan dapat memberikan tambahan literatur dalam menghadapi keluhan nyeri perut yang terjadi pada Sdr.FS

-

Sebagai media pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek kedokteran keluarga dalam penanganan serta pencegahan keluhan nyeri perut

5

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS 2.1.1 Identitas Pasien Nama

: Sdr. FS

Umur

: 21 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jl. Terusan Surabaya 79 Klojen, Malang

Agama

: Islam

Tanggal MRS

: 17 Oktober 2013

No. RM

: 15-71-52

2.1.1 Identitas orangtua Identitas ayah Nama ayah

: Tn.S

Umur

:-

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Petani

Pendidikan

: STM

Agama

: Islam

Alamat

: Dusun Gendilmalang, Blitar

Identitas ibu Nama ibu

: Ny.S

Umur

:-

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Petani

Pendidikan

: SD

Alamat

: Dusun Gendilmalang, Blitar

6

1. Keluhan Utama

: Nyeri perut dibagian depan menjalar ke belakang.

Harapan

: Nyeri perut menghilang dan mengatahui penyebabnya.

Kekhawatiran

: Penyakitnya parah.

2. Riwayat Penyakit Sekarang Sdr.FS, 21 tahun datang dengan keluhan nyeri perut yang hebat sejak tadi malang (Rabu 16 Oktober 2013) hingga sekarang (sekarang: Kamis 17 Oktober 2013). Nyeri ringan mulai dirasakan sejak hari senin 14 Oktober 2013. Nyeri terus-menerus dan terasa disemua bagian perut hingga menjalar ke pinggang bagian belakang. Nyeri seperti ada gelembung air di dalam perut dan semakin menekan ke bawah. Nyeri dirasakan semakin parah ketika batuk, tertawa, dan berdiri tegak, pasien lebih nyaman untuk tidak bergerak. Keluhan lain disangkal. 3. Riwayat Penyakit Dahulu 

Riwayat alergi obat

: (-)



Riwayat magh

: (-)



Riwayat alergi makanan

: (-)



Hiperkolesterol

: (-)



Diabetes mellitus

: (-)



Hipertensi

: (-)



Riwayat konstipasi

: (-)



Riwayat diare

: (+)

4. Riwayat Pengobatan  Riwayat MRS

: (-)

 Riwayat operasi

: (-)

 Riwayat konsumsi obat

: obat magh

5. Riwayat Penyakit Keluarga 

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa

: (-)



Riwayat gangguan saluran pencernaan pada keluarga

: (-)



Riwayat Alergi

: (-)



Riwayat DM

: (-)



Riwayat hipertensi

: (-) 7

6.

Riwayat Gizi Sehari-hari pasien makan 3 kali di warung sekitar kampusnya. Untuk jenis makanan tidak terlalu diperhatikan, dan lebih sering memakan lalapan.

7. Riwayat Kebiasaan Pasien dan Keluarga  Riwayat merokok

: (-)

 Riwayat

: (-)

 Riwayat pengisian waktu luang : digunakan untuk beristirahat.  Olahraga

: jarang

8. Riwayat Sosial Ekonomi Ayah pasien dan ibu pasien bekerja sebagai petani dan orang tua pasien sebagai anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di masyarakat. Review of Sistem 1.

Kulit

: kulit gatal (-), bintik merah di kulit (-)

2.

Kepala

: pusing (-), rambut rontok (-), luka (-), benjolan (-)

3.

Mata

: merah (-/-), katarak (-/-)

4.

Hidung

: tersumbat (-/-), mimisan (-/-), sekret/rhinorrea (-/-)

5.

Telinga

: Cairan (-/-), nyeri (-/-)

6.

Mulut

: Sariawan (-), mulut hiperemis (-)

7.

Tenggorokan: Sakit menelan (-), serak (-), ada rasa tersendat (-)

8.

Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk (+), mengi (-)

9.

Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-),

10. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), diare (-), nyeri perut seluruh bagian dan menjalar ke bagian belakang

(+),

kembung (-) 11. Genitourinaria

: BAK dan BAB normal, BU (+)

12. Neurologic

: Kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-)

13. Muskuluskeletal : Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-) 14. Ekstremitas : a. Atas kanan : bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-) b. Atas kiri

: bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)

8

c. Bawah kanan : bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-) d. Bawah kiri : bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)

2.3 PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Tampak sakit sedang (jalan membungkuk), kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi kesan cukup. 2. Tanda Vital dan Status Gizi  Tanda Vital Tensi

: 120/80 mmHg

Nadi

: 88 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan

: - x/menit

Suhu

: -o C

 Status gizi Berat badan

: 63 kg

Panjang badan

: 171 cm

3. Kulit

: Ikterik (-), sianosis (-)

4. Kepala

: DBN

5. Mata

: Conjunctiva hiperemi (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+). Mata cowong (-/-)

6. Hidung

: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis(-), deformitas hidung (-)

7. Mulut

: Bibir pucat (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-)

8. Telinga

: DBN

9. Tenggorokan

: Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

10. Leher

: Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

11. Thoraks Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-) - Cor : I : Ictus cordis tak tampak P : Tidak dilakukan P : Tidak dilakukan

9

A : BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-) - Pulmo: I : Pengembangan dada kanan = kiri P : Tidak dilakukan P : Sonor / sonor A : Suara dasar vesikuler

(+ /+ )

suara tambahan RBK (-/-), wheezing (-/-) Abdomen I : Dinding perut sejajar dengan dinding dada A :Bising usus (+) Pal :nyeri tekan (+) Per :Meteorismus (-) 12. Sistem Collumna Vertebralis I : Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) P : Tidak dilakukan P : Tidak dilakukan 13. Ektremitas: Tidak dilakukan 14. Pemeriksaan Neurologik Fungsi Luhur

: Tidak dilakukan

Fungsi Vegetatif : Tidak dilakukan Fungsi Sensorik : Tidak dilakukan Fungsi motorik : Tidak dilakukan

Berdasarkan anamnesis dan data pemeriksaan fisik didapatkan: Differential diagnosis/Diagnosis banding pada Sdr. FS adalah: 1. Apendisitis akut 2. Urolitiasis dextra 3. Colesistitis akut 4. Pancreatitis akut

10

2.4 Pemeriksaan Penunjang Hematologi Pemeriksaan

17 Oktober 2013

Jumlah sel darah - Hemoglobin (g/dl)

-

-hematokrit (%)

-

-leukosit (ribu/uL)

(>)

-trombosit (ribu/uL)

-

-eritrosit (juta/uL)

-

-PDW (fL)

-

-MPV (fL)

() Index

-MCV (%)

()

-Eosinofil (%)

-

-Limfosit (%)

()

-Netrofil (%)

-

Serologi Pemeriksaan Thypi O Thypi H Parathypi OA Parathypi OB

Hasil 1/84 -

Nilai Normal Negatif Negatif Negatif Negatif

USG: didapatkan hasil apendisitis perforasi letak retrocaecal.

11

RESUME  Sdr.FS datang dengan keluhan nyeri perut yang hebat sejak tadi malang (Rabu 16 Oktober 2013) hingga sekarang (sekarang: Kamis 17 Oktober 2013). Nyeri ringan mulai dirasakan sejak hari senin 14 Oktober 2013. Nyeri terus-menerus dan terasa disemua bagian perut hingga menjalar ke pinggang bagian belakang. Nyeri seperti ada gelembung air di dalam perut dan semakin menekan ke bawah. Nyeri dirasakan semakin parah ketika batuk, tertawa, dan berdiri tegak, pasien lebih nyaman untuk tidak bergerak.  Pemeriksaan fisik Sdr. FS didapatkan Nyeri tekan (+)  Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosistosis, MCV menurun, pada diff count basofil, monosit, dan netrofil mengalami peningkatan. Sedangkan limfosit mengalami penurunan. LED meningkat. 

USG: didapatkan hasil apendisitis perforasi letak retrocaecal. *data rekam medik 17 Oktober 2013 RSI UNISMA

2.4 FLOW SHEET Nama

: Sdr. FS

Diagnosis : Periapendikular Infiltrate NO 1

Tanggal 17/10/2013

Vital Sign -

Keluhan

TD: 120/80 N: 88x/menit S: -oC Rr: Nyeri perut tembus ke bagian belakang (punggung)

12.30 (pre-op) 2

18/10/2013

14.00 (post-op)

TD: 120/70 N: 92x/menit S: 37C Rr:99% (PO2) TD: 110/70 N: 84x/menit S: 36C Rr:99% (PO2)

-

Rencana Profenid supp Infus NS 35 tpm Ranitidin 2x1 amp IV Cefotaxim 2x1 amp IV Antrain Urine lengkap Darah lengkap Faat hati dan ginjal USG Abdomen Faktor pembekuan darah Serologi darah (widal) - Infus cairan sisa OK+RDS 1500 cc s/d Sabtu jam 18.00 - Pasien terpasang kateter dan drainase - Antibiotik: Ranitidin 2x1 amp IV dan ketorolac 3x30 mg

12

14.15

TD:120/70 N: 90x/menit S: 36C Rr:99% (PO2)

IV - Jika sakit: fentanyl 100 mcg IV perlahan - Jika mual dan muntah: perimperon inject 1 amp IV - Jika gatal: Dexamethasone 2 amp IV - Pasien diperbolahkan minum jam 20.00 pada hari Jum’at dan makan jam 06.00 pada hari Sabtu

2.6 DIAGNOSIS HOLISTIK Diagnosis Holistik UI 1. Diagnosis dari segi biologis Working diagnosis: Apendisitis Perforasi letak Retrocaecal. Differential diagnosis: 1. Urolitiasis dextra 2. Colesistitis akut 3. Pancreatitis akut 2. Diagnosis dari segi psikososial Hubungan Sdr. FS dengan keluarganya harmonis, saling mendukung dan perhatian. 3. Diagnosa dari segi sosial Ayah pasien dan ibu pasien bekerja sebagai petani dan orang tua pasien sebagai anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di masyarakat.

Diagnosis Holistik UNS 1. Aspek Personal Keluhan Utama

: Nyeri perut dibagian depan menjalar ke belakang

Harapan

: Nyeri

perut

menghilang

dan

mengatahui

penyebabnya. Kekhawatiran

: Penyakitnya parah.

2. Aspek Klinis Apendisitis Perforasi letak Retrocaecal.

13

3. Aspek Resiko Internal  Umur pasien 21 tahun (20-30 tahun merupakan umur yang memiliki potensi paling besar untuk mengalami apendisitis)  Laki-laki (Insiden laki-laki > wanita)  Meminum obat tanpa anjuran dokter (obat magh >> sehingga menyebabkan sdr. FS diare dan meningkatkan faktor risiko terjadinya perforasi) 4. Aspek Resiko Eksternal  Lingkungan tempat tinggal yang mengharuskan Sdr. FS membeli makanan kurang berserat (lalapan) 5. Aspek Fungsional Derajat 3 Pasien kurang mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit.

2.7 PENATALAKSANAAN HOLISTIK 2.7.1

Non farmakoterapi

 Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga pasien mengenai sakit yang dialami sdr. FS (definisi, etiologi, gejala dan tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak terulang).  Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif dari keluarga dan orang sekitar (teman) sangat diperlukan untuk membantu pemulihan keadaan sdr. FS  Analisa dan Pola Pengaturan Gizi : Perhitungan AMB (Angka Metabolisme Basal) menurut rumus Harris Benedict: Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,6 x U) = 66 + (13,7 x 63) + (5 x 171) – (6,6 x 21) = 66 + 863,1 + 855 + 138,6 = 1922,7 Kebutuhan kalori terkait aktivitas dan stress: -

Aktifitas istirahat di tempat tidur (faktor: 1,3)

14

Kalori = AMB x faktor aktifitas = 1922,7 x 1,3 = 2499,5 kkal Kalori ini dibagi dalam 3 porsi besar dan 2 porsi tambahan, yakni: 1. Makan pagi 20% = 499,9 kalori 2. Makan siang 30% = 749,9 kalori 3. Makan malam 25% = 624,9 kalori 4. Asupan di sela makan pagi dan siang 10% = 249,9 kalori 5. Asupan di sela makan siang dan malam 15% = 374,9 kalori Panduan diet gangguan saluran cerna: Mudah dicerna, dengan porsi makanan yang kecil dan sering.

Distribusi Makanan Setiap Waktu Makan Waktu makan

Karbohidrat 65%

Protein 25%

Lemak 10%

324,9 kalori

125 kalori

5 kalori

487,4 kalori

187,5 kalori

75 kalori

406,2 kalori

156,2 kalori

62,5 kalori

Pagi 499,9 kalori Siang 749,9 kalori Malam 624,9 kalori

2.7.2

Farmakoterapi

R/ injeksi 

Ranitidin 2x1 amp IV Ranitidin HCL 50 mg Indikasi: pengobatan jangka pendek untuk ulkus/tukak duodenum aktif, ulkus/tukak lambung aktif, ulkus gastrik ringan, ulkus yang menyertai pada pemberian AINS, hiperasiditas, ulkus pasca operasi, profilaksis ulkus karena stress pada penyakit berat, profilaksis hemorage berulang pada penderita perdarahan ulkus peptik, gejala refluks esofagitis, terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak duodenum dan lambung, sindrom Zolinger-Ellison

15

Kontraindikasi: Hipersensitifitas Dosis: IM 50 mg tiap 6-8 jam (tanpa pengenceran), IV bolus intermitten 50 mg (2 ml) tiap 6-8 jam (larutkan dalam larutan infus). Infus IV kontinu: 150 mg diencerkan dalam 250 ml larutan infus IV kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam. Sediaan: ampul 25 mg/ml x 2 x 5 (jenis ranitidin yang lain: 30 x 150 mg tablet, 30 x 300 mg tablet) 

Ketorolac 3x30 mg IV Ketorolac inj 10 mg atau 30 mg/ml Indikasi: ketorolac parenteral diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek (maksimal 2 hari) terhadap nyeri akut derajat sedang-berat segera setelah operasi. Dosis: Dosis awal ketorolac (untuk pasien dewasa): 10 mg diikuti dengan peningkatan dosis 10-30 mg setiap 4-6 jam bila diperlukan. Setiap pasien harus diberikan dosis efektif terendah yang sesuai dengan tingkat nyeri dan respon dari masing-masing pasien. Dosis maksimal untuk pasien dewasa 90 mg/hr. Pasien lanjut usia, dengan gagal ginjal ringan, BB160 mmol/L), kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi, anak 37,5C)

1

Peningkatan jumlah leukosit ≥ 10 x 109/L

2

Neutrofilia dari ≥ 75%

1

Total

10

Pasien dengan skor awal ≤ 4 sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit kecuali gejalanya memburuk.

31

5.1.3 Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih). Urinalisa diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lainnya berupa peradangan saluran kemih. Pada pasien wanita, pemeriksaan dokter kebidanan dan kandungan diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan saluran telur/kista indung telur kanan atau KET (kehamilan diluar kandungan). Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu (Appendicogram) dapat membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala) didalam lumen usus buntu. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa membantu dakam menegakkan adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit lainnya di daerah rongga panggul. Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan diagnosis apendisitis akut adalah pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan CT scan hanya dipakai bila didapat keraguan dalam menegakkan diagnosis. Pada anak-anak dan orang tua penegakan diagnosis apendisitis lebih sulit dan dokter bedah biasanya lebih agresif dalam bertindak.

5.1.3

Diagnosis Banding Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai

diagnosis banding, seperti: 

Gastroenteritis: Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.



Demam Dengue: Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat.



Kelainan ovulasi: Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.

32



Infeksi panggul: Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.



Kehamilan di luar kandungan: Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.



Kista ovarium terpuntir: Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal.



Endometriosis ovarium eksterna: Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar.



Urolitiasis pielum/ ureter kanan: Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.



Penyakit saluran cerna lainnya: Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.

5.2 Penatalaksanaan Pengobatan tunggal yang terbaik untuk usus buntu yang sudah meradang/apendisitis akut adalah dengan jalan membuang penyebabnya (operasi appendektomi). Pasien biasanya telah dipersiapkan dengan puasa antara 4 sampai 6 jam sebelum operasi dan dilakukan pemasangan cairan infus agar tidak terjadi dehidrasi. Pembiusan akan dilakukan oleh dokter ahli anastesi dengan pembiusan umum atau spinal/lumbal. Pada umumnya, teknik konvensional operasi pengangkatan usus buntu dengan cara irisan pada kulit perut kanan bawah di atas daerah apendiks.

33

Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan. Alternatif lain operasi pengangkatan usus buntu yaitu dengan cara bedah laparoskopi. Operasi ini dilakukan dengan bantuan video camera yang dimasukkan ke dalam rongga perut sehingga jelas dapat melihat dan melakukan appendektomi dan juga dapat memeriksa organ-organ di dalam perut lebih lengkap selain apendiks. Keuntungan bedah laparoskopi ini selain yang disebut diatas, yaitu luka operasi lebih kecil, biasanya antara satu dan setengah sentimeter sehingga secara kosmetik lebih baik (Sanyoto, 2007).

5.3 Komplikasi Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus halus. Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka, perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen/pelvis, dan jarang sekali dapat menimbulkan kematian. Selain itu, terdapat komplikasi akibat tidakan operatif. Kebanyakan komplikasi yang mengikuti apendisektomi adalah komplikasi prosedur intraabdomen dan ditemukan di tempat-tempat yang sesuai, seperti: infeksi luka, abses residual, sumbatan usus akut, ileus paralitik, fistula tinja eksternal, fistula tinja internal, dan perdarahan dari mesenterium apendiks.

5.4 Prognosis Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi sembuh spontan tanpa penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari.

34

Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di dalam rongga perut ini menyebabkan operasi usus buntu akut/emergensi perlu dilakukan secepatnya. Kematian pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena usus buntu akut. Namun hal ini bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak diobati secara benar.

35

LAPORAN STUDI KASUS STASE BEDAH

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN HOLISTIK 1. Diagnosis dari segi biologis Working diagnosis: Apendisitis Perforasi letak Retrocaecal. Differential diagnosis: 1. Urolitiasis dextra 2. Colesistitis akut 3. Pancreatitis akut 2. Diagnosis dari segi psikososial Hubungan Sdr. FS dengan keluarganya harmonis, saling mendukung dan perhatian. 3. Diagnosa dari segi sosial Ayah pasien dan ibu pasien bekerja sebagai petani dan orang tua pasien sebagai anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di masyarakat.

6.2 SARAN KOMPREHENSIF 1. Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga pasien mengenai sakit yang dialami sdr. FS (definisi, etiologi, gejala dan tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak terulang). 2. Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif dari keluarga dan orang sekitar (teman) sangat diperlukan untuk membantu pemulihan keadaan sdr. FS

36

DAFTAR PUSTAKA 1. Guyton and Hall, 1996. Textbook of medical physiology. 9th Ed. W. B Saunders Company. Philadelphia. 2. Sjamsuhidayat and Jong, de wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta 3. Scanlon, Valerie C.Essentials of anatomy and physiology/Valerie C. Scanlon, Tina Sanders. — 5th ed. ISBN–13: 978-0-8036-1546-5 ISBN–10: 0-80361546-9: 2006.

37

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF