Anestesi Umum Pada Pasien Laparatomi Eksplorasi Dengan Trauma
September 3, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Anestesi Umum Pada Pasien Laparatomi Eksplorasi Dengan Trauma...
Description
MOHD LUQMAN BIN HAJI ANUAR 030.05.262
IDENTITAS
Nama Umur
: :
Tn. A 26 tahun
Jenis Kelamin Kelamin Alamat
: :
Laki-laki Bengkong Bengkong K Kolam olam Blok F1 No 15
Agama Tanggal operasi
: :
Islam 10 Juli 2010
Keluhan Utama Nyeri di seluruh bagian perut sejak 1 jam SMRS Riwayat penyakit sekarang
datang keluhan nyeri perut kurang lebih 1 jam SMRS.Pasien Keluhan nyeridengan di seluruh bagian perut, terasa perih seperti ditusuk – tusuk dan perut dirasakan kembung. Pasien sebelumnya seb elumnya mengalami kecelakaan akibat jatuh dari sepeda motor dalam kecepatan sekitar 60km/jam dan jatuh dalam posisi tangannya menyangga tubuh. Pasien mengaku memakai mema kai helm ketika kecelakaan. Saat itu motorpenanganan dalam kecepatan sekitar 60 km/jam. Pasien belum mendapatkan apapun sebelum datang ke RSOB. Pasien tidak pingsan selepas kecelakaan. Keluhan mual muntah, sesak nafas, perdarahan dari mata dan telinga disangkal oleh pasien. Pasien selepas kecelakaan langsung langsu ng dibawa k kee IGD RSOB.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat alergi obat (- ), Riwayat penyakit gastritis( gastrit is( - ) ,
riwayat penyakit asma ( - ), riwayat operasi ( -()- ) , riwayat penyakit infeksi kronis Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat alergi obat (- ), Riwayat penyakit gastritis( gastrit is( - ) , riwayat penyakit asma ( - ) , riwayat penyakit infeksi kronis ( - ), riwayat operasi ( - ) Riwayat pengobatan Pasien tidak tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidak pernah mengalami operasi.
PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran Tekanan darah Nadi RR Suhu Kepala Telinga Mulut
: : : : : : : :
Hidung Leher Jantung Paru Abdomen +
: : : : :
Ekstremitas
:
CM, tampak sakit berat 138/75 mmHg 98x/menit 24 x/menit afebris Konjungtiva anemis + / +, Sklera ikterik -/-, Normotia Gigi geligi tidak ada kelainan, mukosa mulut normal, massa (-) Mukosa hidung normal, epitaksis (-), massa (-) KGB dan tiroid tidak teraba membesar, massa (-) SI SII normal, regular regular,, Murmu Murmurr -, Ga Gallop llop – Suara nafas vesikuler kanan kiri, Ronchi - / -, Wheezing Buncit, dis distensi tensi aabdomen bdomen ( + ), defa defans ns muscu muscular lar ( - ), Bu Normal, NT ( + ), udema ( -), hepar dan lien tidak dapat diraba, Ballotement -/-, Nyeri Ketok CVA -/akral dingin, motorik N, reflex ref lex N, ekstremitas pucat
PEMERKSAAN LABORA LABORATORIUM TORIUM (
WBC : 11,9 x 103/mm3 RBC : 4,47 x 106/mm3 HGB : 12,7 mg/dl HCT : 39, 6 % PLT PL T : 258 x 103/mm3 LYM : 10,2 % MON : 2,6 % GRA : 87,2 % PEMERIKSAAN RADIOLOGI Tidak dilakukan
7 Juli 2010 )
DIAGNOSIS Peritonitis e.c e. c Trauma Trauma T Tumpul umpul Abdomen
ASA III TINDAKAN Penatalaksanaan umum basic life support ( A, B, C, D, E ) Observasi tanda vital dengan perbaikan keadaan umum pasien Rawat Pasang infuse 2 jalur Cek laboratorium cito Rencana operasi laparatomi eksplorasi eksplo rasi cito Dr.Harr Dr.HarryT yTriyono riyono Sp.B
LAPORAN ANESTESI
Tn A, 26 tahun,menjalani operasi cito laparatomi eksplorasi e.c trauma tumpul abdomen General Anestesi dengan pemasangan endotrakeal tube non kinking. Kondisi pasien kesakitan, lemas dan kesadara kesadaran n compos mentis. Posisi pasien supinasi. Operasi dari jam 2105 – 2335 dengan lama operasi selama 150 menit. Anestesi dengan dengan recofol, 02-N20-sevoflurane dan relaksasi menggunakan Arthracurium. Dilakukan pemasangan alat-alat anestesi seperti tensimeter, elektroda EKG, oksimetri dan pada pasien ini telah dilakukan pemasangan double IV line. K.U pasien compos mentis, dengan nadi 98 x/menit, suhu afebris dan berat badan 67 kg. Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan yang berarti. Sebelum dilakukan intubasi, persiapan alat-alat anestesi telah disediakan. Premedikasi pada jam 2030 dengan menggunakan Fentanyl 50 mcg Dimasukkan midazolam 5mg
Jam 2035, 2035, diberikan pelemas otot otot berupa Arthracurium 30 mg Recofol sebanyak 100 mg sebagai anestesi intravena. Disungkupkan dengan sungkup muka yang telah terpasang
mesin anestesi menghantarkan gas (sevoflurane) dengan ukuran 3 vol% dengan fresh flow f low gas oksigen dan N20 dengan perbandingan 1:1 sambil melakukan bagging kurang lebih 3 menit Penggunaan sevofluran dipilih karena mempunyai efek induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibanding dengan gas lain, dan baunya lebih harum Efek terhadap kardiovaskular relatif stabil Diintubasi, dengan menggunakan ETT non kinking no 7 dengan cuff Dialirkan sevofluran 4 vol%, oksigen dan N20 sekitar 1000 ml/menit(1:1) sebagai anestesi rumatan. Ventilasi V entilasi dilaku dilakukan kan deng dengan an bagging dengan laju napas 12 x/ menit dengan volume tidal sebesar 600.
Tekanan darah 139/ 139/75 75 mmHg, diguyur dulu pada jam 2030 sampai keadaan stabil. jam 2050, ditambahkan fentanyl 25 mcg dan athracurium j20 mg pada jam 2105 dan 10 mg lagi pada jam 2130. 2130. Jam 2120 2120 wib nadi dan tekanan darah m meningkat eningkat sampai 160/ 65 mmHg Pasien langsung diguyur infuse Asering 2 jalur jalur.. Pasien jdimasukkan fentanyl 25 mcg pada jam 2123. Jam 2130, 2130, ttekanan ekanan darah pasien masih ti tinggi, nggi, Disiapkan transfusi darah Gol A 200cc dan disesuaikan dengan status pasien. Jam 2140 2140 WIB pasien n napas apas n normal, ormal, operas operasii masih ttetap etap berja berjalan lan dengan k kondisi ondisi te tekanan kanan darah pasien semakin stabil sekitar 120/80mmHg. Jam 2150, 2150, pas pasien ien masi masih h digu diguyur yur dengan inf infuse use asering k keempat. eempat. Jam 2210, 2210, botol Asering k kee – 3 diganti dengan gelofusin 500cc. Dimasukkan klirans 4mg, remopain 30mg dan ketesse pada jam 2155. Jam 2215, 2215, dila dilakukan kukan tr transfuse ansfuse darah 200cc Jam 2315, 2315, dila dilakukan kukan lag lagii transfu transfuse se darah 200cc 200cc Jumlah perdar perdarahan ahan sekitar 11500cc 500cc dan p pasien asien ditemuka ditemukan n ruptur lien. Tekanan darah pasien stabil sampai selesai operasi sekitar 110/67 mmHg dengan nadi sekitar 8098x/menit.
Ketika operasi mulai berakhir, pada pukul 2335, konsentrasi sevoflurane sevof lurane diturunkan berperingkat sevoflurane sevof lurane di dihentikan apabila napas pasien sudah spontan dan adekuat Total cairan yang diberikan pada pasien ini sejumlah 3400cc Total perdarah perdarahan an pada operasi ini 1500cc. Saturasi pasien dipertahankan 100% sepanjang operasi. Post operasi ditatalaksana sesuai dengan prosedur acute pain Dipasang infuse RAS dengan 30 tpm. Monitor tensi, nadi dan nafas na fas tiap 15 men menit it di reco recovery very room sampai pasien sedar dan kondisi stabil. Diperiksa lab darah rutin 2 jam post operasi.
TINJAU NJAUAN AN PU PUST STAK AKA A TI
Anestesi Peristiwa ilangnya sensasi, perasaan ( panas, raba, posture ) dan nyeri bahkan hilangnya kesadaran, sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan pembedahan Trias Anestesi :
Analgesia ( Hilangnya nyeri ) Hipnotik ( Hilang kesadaran ) Relaksasi otot ( Muscle Relaxan ) Klasifikasi Status Fisik : ASA I : Pasien normal / sehat organic, fisologik, psikiatrik dan biokimia ASA II : Pasien dengan penyakit penyakit sist sistemik emik ringan atau sedang
ASA penyakit penpeny yakitakit sistem sistemik ik berat sehingga aktivitas rrutin utin terbatas ASA III IV :: Pasien Pasien dgn Pasien dengan dengan penyakit sistemik berat tidak dapat m melakukan elakukan aktivitas rrutin utin dan penyakitnya – mengancam kematian ASA V : Pasien emergensi emergensi / sekarat, dengan atau tanpa oper operasi asi hidupnya tidak lebih dari 24 jam Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E
Persiapan Anestesi : Mempersiapkan mental dan fisik penderita secara optimal Merencanakan & memilih tehnik & obat-obat anestesi yang sesuai
Mengurangi mortalitas angka kesakitanMengurangi angka
Premedikasi Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien Mempermudah / melancarkan induksi Mengurangi jumlah obat-obat anestetika Menekan ref reflex lex – ref reflex lex yang tidak diinginkan Mengurangi sekresi kelenjar saluran napas. Menciptakan amnesia
Obat yang digunakan pada premedikasi Penghilang anxietas Penurunan sekresi sekresi dan ref reflex lex vagal Analgesic Antiemesis pascaoperasi
Teknik Anestesi 1. Umum 2. Lokal L okal / Regional Anestesi
Indikasi anestesi umum Infant & anak usia muda
Dewasa yang memilih anestesi umum Pembedahannya luas / eskstensif Penderita sakit mental
Pembedahan lama anestesi lokal tidak praktis atau Pembedahan dimana tidak memuaskan Riwayat penderit penderitaa tksik / alergi obat anestesi lo local cal Penderita dengan pengobatan antikoagulantia
Perioperatif Therapi cairan Maintenance ( Pemeliharaan ) Resusitasi ( Pasien shock, perdarahan ) Normal cairan didalam tubuh tubuh : 60 – 70 % BB/TBW ( Total body water )
Kehilangan cairan lebih dari 20 % harus di intervensi (dikompensasi).
Jenis – jenis cairan 1. intravena intravena : Koloid Koloid (plasma ekspander ekspander)) 2. Kristaloid (elektrolit) Indikasi transfusi darah 1. Perdar Perdarahan ahan akut sampai Hb < 8 gr % atau Ht < 30 % 2. Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung, Hb
< 10 gr % 3. Bedah mayor kehilangan darah 20 % volume darah
Trauma Abdomen
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diant ara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, W orkman, 2006) 2006)..
Etiologi dan faktor resiko Banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Trauma akibat ben benda da tajam Penyebab tertinggi kematian pada orang dewasa yang berusia dibawah 40 tahun Trauma pada abdomen disebab disebabkan kan oleh 2 kekuatan kekuat an yang merusak, yaitu : Paksaan /benda tumpul Trauma tembus
Organ pada abdomen yang terkena kerusakan terbagi atas dua Organ Padat / solid yaitu : hati, limpa dan pancreas Organ berlubang (hollow) yaitu : lambung, usus dan kandung kemih Karena ukuran dan letaknya, hati merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan
sering kali kerusakan disebabkan o oleh leh trauma tumpul Kadang-kadang perlukaan esofagus bawah disebabkan oleh luka tembus. Trauma pada abdomen yang menyebab menyebabkan kan tingkat kematian kematia n yang tinggi disebabkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum.
Tanda d dan an geja gejala la 1. Nyeri 2. Darah dan cairan di rongga abdomen 3. Cairan atau udara dibawah diafragma Kehr’s sign
Mual dan muntah Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) Yang Y ang disebabkan disebabkan oleh k kehilangan ehilangan darah dan ttandaandatanda awal shock hemoragi
Pemeriksaan diagnostik l. Foto thoraks 2. Pemeriksaan darah rutin 3. Plain abdomen foto tegak 4. Pemeriksaan urine rutin 5. VP (Intravenous (Intravenous Pyelogram) 6. Diagnosti Diagnosticc Peritoneal Lavage (DPL)
Penatalaksanaan Medis l. Abdominal paracentesis
2. Pemeriksaan laparoskopi à mengetahui mengetahui secara langsung peneyebab akut abdomen 3. Pemasangan Pemasanga n NGT à memeriksa cairan yyang ang keluar dari lambung pada trauma abdomen 4. Pemberian antibiotik à mencegah infeksi 5. Laparotomi Sebelum Sebelu m oper operasi asi pe pemasangan masangan NGT NGT,, pemasangan dauerdauerkatheter, pemberian antibiotik, pemasangan
STADIUM ANESTESI
Stadium I (St.Analgesia; St.Cisorientasi)
•
Stadium II (St.Eksitasi; St. Dalirium)
•
Stadium III
•
(St. Operasi)
Stadium IV (St. Par Paralisis) alisis)
•
Anestesi Umum - 8
STADIUM I (St. Analgesia;St. Cisorientasi)
Mulai dari induksi sampai hilangny hilangnya a kesadar kesadaran. an.
•
•
Walaupun disebut Stadia analgesia, tapi sensasi terhadap ransang sakit tidak berubah, biasanya operasi-operasi kecil sudah bisa dilakukan. Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya hilangny a refleks bulu mata.
•
Anestesi Umum - 9
STADIUM II (St. Eksitasi;St. Delirium)
Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan Pernafasan yang irreguler, pupil melebar dengan refleks cahay cahaya a (+), pergerak pergerakan an bola mata tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya hilangnya refleks menelan dan kelopak mata. Anestesii Umum - 10 Anestes
STADIUM III
Mulai dari akhir stadium II, dimana pernafasan mulai teratur. Dibagi dalam 4 plana, yaitu : 1.
Plana 1
Ditandai dengan pernafasan teratur teratur,, pernafasan torakal sama s ama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola mata terhenti, kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil mengecil lagi dan ref refleks leks cahaya (+), lakrimasi akan meningkat, refleks farings dan muntah menghilang, tonus otot menurun. 2. Plana 2
Ditandai dengan pernafasan yang teratur, volume tidal menurun menu run dan frekwensi pernafasan naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola mata terfiksir terf iksir ditengah, pupil mulai midriasis dengan ref leks cahaya menurun dan refleks kornea menghilang. Anestesi Umum - 11
STADIUM III
3. Plana 3
Ditandai dgn pernafasan abdominal yang lebih dominan daripada torakal karena paralisis otot interkostal yang makin bertambah sehingga pada akhir plana 3 terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai terjadi paralisis otot-otot diafragma, pupil melebar dan refleks ref leks cahaya akan menghilang pada akhir plana 3 ini, lakrimasi refleks farings & peritoneal menghilang, tonus otot-otot makin menurun.
4. Plana 4
Pernafasan tidak adekuat, irreguler, ‘jerky’ karena paralisis otot diafragma yg makin nyata, pada akhir plana 4, paralisis total diafragma, tonus otot makin menurun dan akhirnya flaccid, pupil melebar dan refleks ref leks cahay cahayaa (-) , ref refleks leks sfingter ani menghilan menghilang g. Anestesi Umum - 12
STADIUM IV (St. Paralisis)
Mulai dari kegagalan pernapasan yang kemudian akan segera diikuti kegagalan sirkulasi
Anestesi Umum - 13
TERIMA KASIH
View more...
Comments