Andy Octavian Latief

July 1, 2019 | Author: Nur Sri Wulandari | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Andy Octavian Latief...

Description

ANDY OCTAVIAN LATIEF :

EINSTEIN MUDA INDONESIA

Profile

KALAU EINSTEN BISA, KENAPA SAYA TIDAK.....



 Andy lahir pada tanggal 3 Oktober 1988, putra pasangan Abd. Latief  dan Nur Rahma. Hobinya bermain game, gitar, dan membaca, terutama buku-buku Fisika. Andy  bahkan sudah melahap buku-buku Fisika referensi mahasiswa ketika ia  masih pelajar sekolah menengah. Karena ketekunannya, ditambah otak yang memang encer tentunya,  Andy selalu meraih juara pertama  setiap kompetisi Fisika yang  diikutinya.



Tahun 2004 sampai awal 2005 saja ia menjuarai 11 kompetisi sains termasuk menyabet gelar High Distinction dalam Australian National  Chemistry (2004). Ditambah lagi medali perunggu dari ajang  Asian Physics Olympiad di  Almaty, Kazahstan (2006).



Tahun 2006, Tim Olimpiade Fisika Indonesia  (TOFI) berhasil mempersembahkan 4 medali emas dan 3 medali perak dari ajang Olimpiade Fisika Internasional atau International Physics  Olympiad (IPhO) di Singapura. Salah satu medali emas dipersembahkan Andy yang kala  itu masih belajar di SMAN 1 Pamekasan, Madura.



Meski mendapat tawaran beasiswa dari beberapa  universitas terkemuka luar negeri, Andy memilih kuliah di Universitas Indonesia. Alasannya  sederhana saja, kuliah di UI merupakan citacitanya sejak sebelum mengikuti Olimpiade Fisika  Internasional. Hebat ya, tak berpaling ke lain hati. Mungkin juga karena Andy tidak ingin terlalu jauh dari keluarganya di Desa Plakpak Kecamatan Palengaan, Pamekasan Madura.

AND NOW..... •

Andy kini hampir menuntaskan jenjang pendidikan S-3 di Maryland University Amerika Serikat. Bahkan, jika tidak ada halangan tahun depan Andi sudah berhak menggondol gelar doktor dari kampusnya



Andy yang berusia 24 tahun itu kini sudah persiapan membuat disertasi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studinya di Maryland University. Nah, jika Andi bisa  menyelesaikan studinya tahun depan, bukan mustahil dia akan menjadi doktor termuda. Bukan hanya di Madura, tapi  juga di Indonesia. Sebelumnya, gelar doktor termuda diraih Ariawan Gunadi, dosen Universitas Tarumanagara Jakarta  pada usia 27 tahun di UI.



 Jauh sebelum Ariawan Gunadi, Firmansyah pernah juga ditahbiskan sebagai doktor termuda  pada usia 29 tahun di UI. Firmansyah pernah menjabat sebagai dekan FE UI, dan kini menjadi staf khusus Presiden. Andy  berkesempatan menjadi doktor termuda  mengalahkan Ariawan Gunadi karena usianya   yang kini baru 24 tahun.







 Ayahanda andy bercerita, satu tahun menjelang  kelulusan Andy, berbagai universitas di seluruh dunia sudah memesan lulusan SMAN 1 Pamekasan 2006 ini agar menjadi dosen di sana. ”Untuk seluruh kampus terkemuka di Indonesia  sudah sejak lama mengincarnya agar menjadi dosen,” ceritanya. Bukan hanya dari dalam negeri, kampus dari luar negeri, seperti kampus-kampus terkemuka di Asia,  Australia, Eropa dan Amerika, bahkan kampus tempat dia belajar sekarang (Maryland University)  juga telah menawarkan kontrak kerja pada lelaki berkacamata ini.





”Dari pembicaraan terakhir kami beberapa hari lalu via telepon, begitu lulus dia akan menerima tawaran mengajar di Universitas Islam Madinah Arab Saudi,” kata Nur Rahma, 45, ibunda Andi. Ketika ditanya apa alasan Andi memilih Universitas Islam Madinah, Nur Rahma mengatakan, Andy juga ingin memperdalam ilmu agama di sana (Arab Saudi, Red). ”Mungkin selama ini Andi merasa telah menghabiskan waktunya  untuk memperdalam ilmu umum (Fisika, Red) saja. Dan dia  merasa kurang dalam memahami ilmu agama. Maka dari itu, dia  memilih akan mengajar sebuah kampus yang ada di Arab Saudi,” tambah Nur Rahma. Nur Rahma juga mengatakan, jika   Andi sempat punya niat untuk memperdalam Bahasa Arab. Sebagai orang tua, Nur Rahma mendukung semua keinginan  Andi untuk terus belajar dan mengabdi untuk kemaslahatan umat.





 Andi Octavian, menuliskan keinginannya untuk menjadi seorang ustadz seperti pengalaman beberapa ustadz Salafi yang banting stir dari ilmu umum ke ilmi keislaman. Ustadz pertama yang menginspirasinya adalah Ustadz (Abdullah) Roy Grafika, Lc, MA, yang saat ini menjadi mahasiswa S3 bidang aqidah di Universitas Islam Madinah. Sebelumnya ia adalah siswa SMA 1  Yogyakarta yang sangat terkesan dengan cara berislam  yang ilmiah, ia tidak mengambil kursi di universitas, namun selepas SMA ia mondok 2 tahun di suatu pesantren di Gresik. Sewaktu di pesantren ia berhasil lulus seleksi untuk mendapatkan beasiswa S1 di bidang  hadits di Universitas Islam Madinah.





Ustadz kedua yang menginspirasinya adalah Ustadz Firanda. Firanda muda saat itu hanyalah mahasiswa biasa asal Papua di  Yogyakarta. Jangankan membaca kitab gundul, belajar nahwu saja dari kitab yang paling dasar yakni kitab muyassar karena  ada kursus bahasa Arab dasar tahun 1999. Karena lebih tertarik  belajar ilmu Islam. Ia keluar dari depertment of Chemical engineering Gadjah Mada University dan pergi ke pesantren di Bantul kurang lebih 2 tahun. Sekarang, Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja Lc, MA dikenal sebagai ustadz Salafi  yang memiliki jam terbang tinggi. Selain dua ustad tersebut, juga disebutkan beberapa ustadz lain seperti Ustadz Fauzan, ST, Lc, MA; Ustadz Dr. Noor Ahmad; Ustadz Aris Munandar, MA; Syaikh Tawufiqe Chowdhry, MD; dan Syaikh Abu Ishaq Al Huwainy 

PELAJARAN YANG DAPAT KITA AMBIL..





THANKS AND SUCCESS

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF