Anatomi Vertebra Lumbar dan Vertebra Sakral.docx

April 12, 2019 | Author: fianti | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Anatomi Vertebra Lumbar dan Vertebra Sakral.docx...

Description

Anatomi Tulang Belakang (Vertebra) Manusia A.

Susunan Vertebra Manusia

Gambar 1. Hubungan dari saraf spinal dengan tulang belakang. (sumber: Netter, 2002).

Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra, yaitu 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracalis, 5 vertebra lumbalis 5 vertebra sacralis (yang bergabung membentuk os sacrum), dan 4 vertebra coccygea (tiga yang di bawah umumnya bersatu). Shuktur columna ini fleksibel, karena columna ini bersegmensegmen dan tersusun dari vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut diskus intervertebralis. Diskus intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang columna (Snell, 2012). Vertebra Lumbalis Ada lima vertebra lumbal yang terletak di punggung bagian bawah. Vertebra ini menerima tekanan paling banyak dan merupakan bagian bantalan berat bagian belakang. Vertebra lumbal memungkinkan gerakan seperti fleksi dan ekstensi, dan beberapa fleksi lateral (Benjamin, 2016). Vertebra Sakralis Sakrum adalah struktur tulang berbentuk perisai yang terletak di dasar vertebra lumbar dan terhubung ke panggul. Sakrum membentuk dinding pelvis posterior dan memperkuat dan menstabilkan  panggul. Bergabung pada ujung sakrum adalah dua sampai empat tulang rawan kecil yang sebagianny sebagiannyaa terpisahkan yang dikenal sebagai tulang ekor atau "tulang ekor". Kupu-kupu memberikan sedikit dukungan untuk organ panggul namun sebenarnya adalah sedikit penggunaan kecil (Benjamin, 2016).

B.

Anatomi Vertebra

(sumber: A.D.A.M, 1997- 2017)

Kolom vertebral terdiri dari 26 tulang yang memberikan dukungan aksial ke bagasi. Kolom vertebra memberikan perlindungan pada sumsum tulang belakang, yang mengalir melalui rongga tengahnya. Antara setiap vertebra terdapat disk intervertebralis, yang bertindak sebagai  shock absorber ( Vyas, 2017). DISKUS LNTERVERTEBRALIS

Diskus intervertebralis paling tebal di daerah servikal dan lumbal, tempat di mana paling banyak terjadi gerakan columna vertebralis. Diskus ini berperan sebagai peredambenturan bila beban pada columna vertebralis mendadak bertambah. Sayangnya daya pegas ini berangsur-angsur menghilang dengan bertambahnya usia. Setiap diskus terdiri dari bagian pinggir, anulus fibrosus, dan bagian tengah yaitu nucleus pulposus (Snell, 2012). Anulus fibrosus terdiri atas jaringan fibrocartilago, yang melekat dengan erat pada corpus vertebrae dan ligamenfum longitudinale anterius dan posterius columna vertebralis. Nucleus pulposus pada anakanak dan remaja merupakan massa lonjong dari zat gelatin. Biasanya berada dalam tekanan dan terletak sedikit ke pinggir posterior daripada pinggir anterior diskus. Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan yang menempel pada diskus diliputi oleh cartilago hialin yang tipis (Snell, 2012).. Sifat setengah cair nucleus pulposus memungkinkannya berubah bentuk dan vertebra dapat menjungkit ke depan atau ke belakang di atas yang lain. Peningkatan beban kompresi yang mendadak  pada columna vertebralis menyebabkan nucleus pulposus yang semi cair ini menjadi gepeng dan keadaan

ini diakomodasi oleh daya pegas di sekeliling anulus fibrosus. Kadang-kadang, dorongan keluar ini terlalu kuat bagi anulus, sehingga anulus menjadi robek dan nucleus pulposus keluar dan menonjol ke dalam canalis vertebralis, di mana nucleus ini dapat menekan radix nervi spinalis, nervus spinalis, atau bahkan medulla spinalis (Snell, 2012). Dengan bertambahnya umur, kandungan air di dalam nucleus pulposus berkurang dan digantikan oleh fibrocartilago. Serabut-serabut kolagen anulus berdegenerasi, dan sebagai akibatnya anulus tidak selalu dapat menahan tekanan pada nucleus pulposus. Pada usia lanju! diskus ini tipis dan kurang lentur, dan tidak dapat lagi dibedakan antara nucleus dan anulus (Snell, 2012).

Gambar 2. . Diskus Vertebralis (Sumber: Mayfield Brain and Spine, 2016) LIGAMEN

Ligamentum adalah pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi untuk mengikat serta menyatukan tulang atau bagian lain atau untuk menyangga suatu organ (Snell, 2006). 1. Ligamentum supraspinale. Berjalan di antara ujung-ujung processus spinosus yang berdekatan. 2. Ligamenium interspinale. Menghubungkan processus spinosus yang berdekatan. 3. Ligamenta intertransversaria. Berjalan di antara processus transversus yang berdekatan. 4. Ligamentum flavum. Menghubungkan lamina dari vertebra yang berdekatan. Di daerah cervicalis, ligamentum supraspinale dan interspinale sangat tebal, membentuk ligamentum nuchae yang kuat (Snell, 2006). Ligamen Longitudinal Anterior Ligamentum longitudinal anterior melekat di superior pada basis cranii dan memanjang ke arah

inferior untuk melekat pada permukaan anterior sacrum. Pada sepanjang perjalanannya, ligamentum longitudianl anterior melekat pada corpus vertebrae dan diskus intervertebrae (Drake, 2014).

Ligamentum longitudinal posterior

Ligamentum longitudinal posterior berada pada permukaan posterior corpus vertebrae dan menandai  permukaan anterior canalis vertebralis. Seperti ligamentum longitudinal anterior, ligamentum ini melekat sepanjang corpus vertebra dan diskus intervertebralis. Bagian atas ligamentum longitudinal posterior yang menghubungkan servikal II dengan aspectus intracranial basis cranii disebut membran tectoria (Drake, 2014). Ligamentum Supraspinosum dan Ligamentum Nuchae

Ligamentum supraspinosum menghubungkan dan berjalan di sepanjang ujung processus spinosus dari vertebra CVII sampai sakrum. Dari vertebra CVII ke cranium, ligamentum supraspinosum megalami  perbedaan secara struktural dibandingkan bagian caudalnya dan bagian yang berbeda ini dinamakan ligamentum nuchae (Drake, 2014).

Ligamentum nuchae berbentuk segitiga, memiliki struktur seperti lembaran pada bidang sagitalis median. Ligamen ini berperan menyangga kepala. Ligamentum nuchae membatasi pergerakan fleksi dan mempermudah kepala kembali ke posisi anatomis. Permukaan lateral yang luas dan tepi posterior ligamentum tersebut menyediakan tempat perlekatan musculus didekatnya (Drake, 2014). Ligamentum Flavum/ Flava

Ligamentum flavum. Pada tiap sisi lewat diantara laminae dua vertebrae yang berdekatan. Ligamentum flavum tipis dan luas, terutama tersusun atas jaringan elastis dan membentuk sebagian  permukaan posterior canalis vertebralis. Tiap ligamentum flavum berjalan diantara permukaan posterior lamina pada vertebrae dibawahnya menuju permukaan anterior lamina vertebra diatasnya. Ligamentum flavum mencegah pemisahan laminae saat fleksi dan membantu ekstensi region dorsales kembali ke  posisi anatomis (Drake, 2014). Ligamentum interspinosum

Ligamentum interspinosum berjalan diantara processus spinosus vertebrae yang berdekatan. Ligamentum ini melekat muali dari basis hingga apex setiap processus spinosus serta menyatu dengan ligamentum supraspinosum posterior dan ligamentum flava pada sebelah anterior disetiap sisi (Drake, 2014).

C.

Persarafan Tulang Belakang (lumbal dan sakral)

MEDULLA SPINALIS

Medulla spinalis merupakan struktur yang berbentuk silinder, berwarna putih keabu-abua& yang mulai di atas setinggi foramen magnum sebagai lar-rjutan medulla oblongata. Pada orang dewasa medulla spinalis berakhir setinggi pinggir bawah vertebra L1. Pada anak kecil, medulla spinalis relatif lebih  panjang dan berakhir setinggi pinggir atas vertebra L3. Medulla spinalis di daerah cervical yang

merupakan asal dari plexus brachialis, dan di thoraxbagianbawah dan lumbalyang merupakan asal dari  plexus lumbosacralis terdapat pelebaran fusiformis yang disebut intumescentia cervicalis dan lumbalis. Di inferior, medulla spinalis meruncing menjadi conus medullaris. Dari puncak conus ini berjalan turun lanjutan piamater, yaitu filum terminale, yang kemudian melekat pada bagian belakang os coccygis. Di, garis tengah anterior, medulla spinalis terdapat sebuah fissura longitudinal yang dalam, yaitu fissura mediana anterior; dan pada permukaan posterior terdapat alur yang dangkal yaitu sulcus medianus  posterior (Snell, 2006). RADIKS

Di sepanjang medulla spinalis melekat 31 pasang nervus spinalis melalui radix anterior atau motoris, dan radix posterior atau sensoris. Masing-masing radix melekat pada medulla spinalis melalui sederetan radices (radix kecil), yang terdapat di sepanjang segmen medulla spinalis yang sesuai. Setiap radix mempunyai sebuah gangiion radix posterius, yang axon se1- selnya memberikan serabut-serabut saraf  perifer dan pusat. Radix nervus spinalis berjalan ke lateral dari masing-masing segmen medulla spinaiis ke foramen intervertebrale yang sesuai, di mana keduanya menyatu membentuk nervus spinalis. Di sini, serabut-serabut motorik dan sensorik bercampur, sehingga setiap saraf spinal terdiri dari campuran serabut motorik dan sensorik (Snell, 2006). Radix posterior berisi processus-processus sensorium yang membawa informasi ke SSP (sistem saraf  pusat). Soma dari sel neuron sensorium, yang secara ambryologis berasal dari sel-sel crista neuralis, terkumpul didalam ganglion spinale  pada ujung distal radix posterior, seringkali terletak pada foramen intervertebralis (Drake, 2014). Radix anterior berisi serabut-serabut nervus motorius, yang membawa sinyal keluar dari SSP. Soma dari sel neuron motorium primer berada di cornu anterior medulla spinalis (Drake, 2014).

Gambar 3. Serabut saraf pada lumbal dan sakral. (sumber: Netter, 2012)

Gambar 4. Serabut saraf tulang belakang (sumber: macrobiostudent.blogspot.com)

Gambar 5. Saraf Skiatika (sumber: Netter, 2012) PLEXUS LUMBALIS

Pembagian anterior nervus lumbar (rami anterores) meningkat dalam ukuran dari atas ke  bawah. Mereka bergabung, dekat asal-usul mereka, oleh petugas komunikasi rami dari ganglia lumbal dari batang simpatik. Rami ini terdiri dari cabang panjang dan ramping yang menyertai arteri lumbar di sekitar sisi badan vertebra, di bawah mayor Psoas. Pengaturan mereka agak tidak teratur: satu ganglion mungkin memberi rami pada dua saraf lumbal, atau satu saraf lumbar mungkin menerima rami dari dua ganglia. Saraf pertama dan kedua, dan kadang-kadang saraf lumbal ketiga dan keempat masing-masing terhubung dengan bagian lumbal dari batang simpatis oleh seorang komunikator ramus putih (Gray, 2015).. Saraf melewati garis miring ke belakang di belakang mayor Psoas, atau antara fasciculi-nya, mendistribusikan filamen ke sana dan lumborum Quadratus. Tiga yang pertama dan bagian yang lebih  besar dari yang keempat dihubungkan bersamaan dalam situasi ini oleh loop anastomik, dan membentuk

 pleksus lumbalis. Bagian yang lebih kecil dari yang keempat bergabung dengan yang kelima untuk membentuk batang lumbosakral, yang membantu pembentukan pleksus sakral. Saraf keempat diberi nama nervus furcalis, dari fakta bahwa ia terbagi antara dua pleksus (Gray, 2015). Plexus ini dipercabangkan menjadi: 1. n.iliohypogastricus 2. n.ilioinguinalis 3. n.genitofemoralis 4. n.cutaneus femoris lateralis 5. n.obturatorius 6. n.femoralis Percabangan-percabangan tersebut tadi mempersarafi dinding cavum abdominis di bagian caudal, regio femoris bagian anterior dan regio cruralis di bagian medial. N.iliohypogastricus, saraf ini berpusat  pada medulla spinalis segmen thoracalis XII  –  L 1, Saraf ini memberi cabang motoris untuk m.obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis. N.ilioinguinalis, nervus ini berpusat pada medulla spinalis L 1, berada di sebelah ventral dari m.quadratus lumborum, berjalan sejajar dengan n.iliohypogasticus (di sebelah caudalnya),Saraf ini mempercabangkan serabut motoris untuk m.obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis. N.ilioinguinalis kadang-kadang bersatu dengan n.iliohypogastricus. N.genitofemoralis, berpusat pada medulla spinalis L 1  –   2, berjalan ke caudal, menembusi m.psoas major setinggi vertebra lumbalis 3 atau 4. saraf ini bercabang dua menjadi ramus genitalis (=n.spermaticus externus) dan ramus femoralis (= n.lumboinguinalis). N.spermaticus externus  berjalan ke distal, di sebelah medial dari nervus lumboinguinalis, masuk ke dalam anulus inguinalis internus, berjalan melalui canalis inguinalis. Saraf ini mempersarafi m.cremaster dan kulit scrotum.  N.lumboinguinalis berjalan ke distal dan berada di sebelah ventral m.psoas major, berada di sebelah lateral n.spermaticus externus, berjalan bersama-sama dengan a.iliaca externa melewati tepi caudal ligamentum inguinale, mempersarafi kulit regio femoralis cranioanterior. Ramus

cutaneus

femoris

lateralis, berasal dari medulla spinalis L 2  –  3, mempersarafi regio femoris di bagian lateroposterior, yaitu mulai dari trochanter major (Luhulima, 2015).  N.obturatorius, dibentuk oleh nervus spinalis L 2 - 4, bersifat motoris untuk mm.adductores.  N.Femoralis, merupakan cabang yang terbesar dari plexus lumbalis, dibentuk oleh nervus spinalis L 2 - 4, menampakkan diri pada tepi lateral bagian distal m.psoas major, berjalan di antara m.psoas major dan m.iliacus, ditutupi oleh fascia iliaca, berada di bagian caudal dari ligamentum inguinale, di sebelah lateral arteria femoralis yaitu melalui lacuna musculorum, dan memberi cabang-cabang motoris untuk m.iliacus, m.pectineus dan m.sartorius. Cabang yang lain adalah rami cutanei femoris anteriores yang menembusi fascia lata di sebelah ventral m.sartorius dan mempersarafi kulit di bagian ventral regio femoris sampai

setinggi patella. Cabang yang ketiga disebut n.saphenus yang merupakan cabang yang terbesar dan terpanjang dari n.femoralis, mempersarafi regio crunalis di bagian medial, berjalan ke caudal bersamasama dengan vena saphena magna sampai di 1/3 bagian distal crus (Luhulima, 2015).

Gambar 6. Pleksus Lumbaris (sumber: Gray, 2015) PLEXUS SACRALIS Pleksus sakral terbentuk oleh batang lumbosakral, bagian anterior bagian pertama, dan bagian dari divisi anterior saraf sakral kedua dan ketiga. Batang lumbosakral terdiri dari keseluruhan divisi anterior bagian kelima dan bagian saraf sasis lumbal keempat; itu muncul di margin medial mayor Psoas dan berjalan ke bawah melewati tulang panggul untuk bergabung dengan saraf sakral pertama. Pembelahan anterior saraf sakral ketiga terbagi menjadi cabang atas dan bawah, yang pertama memasuki sakral dan yang terakhir adalah pleksus pudendal putih (Gray, 2015). Saraf membentuk pleksus sakral bertemu ke bagian bawah foramen skiatik yang lebih besar, dan bersatu membentuk pita yang rata, dari permukaan anterior dan posterior dimana beberapa cabang timbul. Band ini sendiri dilanjutkan sebagai saraf skiatik. yang terbelah di bagian belakang paha ke saraf peribadi tibialis dan umum; Kedua saraf ini kadang timbul secara terpisah dari pleksus, dan dalam semua kasus kemandiriannya dapat ditunjukkan dengan pembedahan putih (Gray, 2015). Dari plexus sacralis dipercabangkan : 1. n.gluteus superior 2. n.gluteus inferior

3. n.cutaneus femoris posterior 4. nn.clunium inferiores mediales 5.  N.ISCHIADICUS (= SCIATIC NERVE) 6. rr.musculares  N.gluteus superior Dibentuk oleh n.spinalis Lumbalis 4  –   Sacral 1, berjalan melalui foramen suprapiriformis. Bersifat motoris untuk m.gluteus medius, m.gluteus minimus dan m.tensor fascia latae.  N.gluteus inferior Dibentuk oleh n.spinalis L 5  –   S 2, meninggalkan pelvis melalui foramen infrapiriformis di sebelah caudalis m.piriformis, berjalan di sebelah profunda m.gluteus maximus, dan memberi innervasi untuk otot tersebut. N.cutaneus femoris posterior Dibentuk oleh n.spinalis Sacralis 1  –  3, berjalan melalui foramen infrapiriformis bersama-sama dengan vasa glutea inferior. Saraf ini bersifat sensibel untuk kulit perineum, bagian posterior regio femoris dan regio cruralis. N.ISCHIADICUS. Saraf ini adalah saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang mempersarafi kulit regio cruralis dan pedis serta otot-otot di bagian dorsal regio femoris, seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh persendian pada extremitas inferior. Berasal dari medulla spinalis L 4  –   S 3, berjalan melalui foramen infra piriformis,  berjalan descendens di sebelah dorsal m.rotator triceps, di sebelah dorsal m.quadratus femoris, di sebelah ventral caput longum m.biceps femoris, selanjutnya berada di antara m.biceps femoris dan m.semimembranosus, masuk ke dalam fossa poplitea. Lalu saraf ini bercabang dua menjadi N.TIBIALIS dan N.PERONAEUS COMMUNIS (Luhulima, 2015).. Rami musculares dipercabangkan untuk mempersarafi m.biceps femoris caput longum, m.semitendinosus, m.semimembranosus dan m.adductor magnus. Rami musculares ini dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus sehingga bagian di sebelah medial n.ischiadicus disebut danger side dan  bagian di sebelah lateral disebut safety side. Rami musculares Cabang-cabang ini berjalan melalui foramen infra piriformis, mempersarafi m.piriformis, mm.gemelli superior et inferior, m.obturator internus, m.quadratus femoris. Sebenarnya plexus sacralis adalah bagian dari plexus lumbosacralis, yang dibentuk oleh rr.anteriores n.spinalis segmental lumbal, sacral dan coccygeus (Luhulima, 2015).

Gambar 6. Pleksus Lumbaris (sumber: Gray, 2015) D.

Biomekanisme Diskus intervertebralis berperan untuk menstabilkan dan mempertahankan satu pola garis lurus

vertebra dengan cara menjangkarkan antara satu diskus dengan diskus yang lainnya. Selain itu, diskus intervertebra juga berperan dalam penyerapan energi, pendistribusian beban tubuh, dan menjaga fleksibilitas vertebra. Struktur diskus terdiri atas cincin luar (anulus fibrosus) yang mengelilingi substansi gelatin lunak, yang disebut nukleus pulposus. Prosesus transversus merupakan titik penting  bagi ligamen dan otot untuk memulai gerakan vertebra. Titik ini berperan untuk menjaga stabilisasi. Ligamen di sekitar vertebra memandu gerakan segmental, berkontribusi untuk menjaga stabilitas instrinsik vertebra dengan cara membatasi gerakan yang berlebihan. Ada dua sistem utama ligamen di vertebra, yaitu sistem intrasegmental dan intersegmental. Sistem intrasegmental, yang terdiri dari ligamentum flavum, kapsul faset, ligamen interspinosus dan ligamen intertransversus, berfungsi memegang satu vertebra secara bersama  –   masa. Sistem intersegmental tidak hanya memegang satu vertebra,

tapi

juga

ligamentum

longitudinal

anterior

dan

posterior

serta

supraspinosus

(Kusumaningrum, 2014). Gerakan intervetebralis memiliki enam derajat kebebasan yaitu rotasi dan translasi sepanjang sumbu inferior  –   superior, medial  –   lateral. Dan posterior  –   anterior. Kondisi vertebra akan berubah secara dinamis ketika fleksi dan ekstensi (Kusumaningrum, 2014). Sikap Kerja

Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu: 1. Sikap Kerja Duduk Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk  pada otot rangka (musculoskletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk, tekanan tulang  belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan  posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk kedepan (Septiawan, 2012). 2. Sikap Kerja Berdiri Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi  posisi kedua kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota bagian atas dengan anggota  bagian bawah (Astuti, 2007). Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja  berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan  bergantian dengan sikap kerja duduk (Rizki, 2007) dalam penelitian (Septiawan, 2012). Waktu  berdiri terjadi gerakan torsi adalah gerak putar korpus vertebra akibat gaya mekanik yang dipengaruhi oleh diskus intervertebralis 1 sendi faset dan ligamen-ligamen interspinal. Gerak torsi sering menimbulkan kerusakan diskus yang mempercepat proses degenerasi diskus. Gerak gesek (shering force) antara korpus vertebra menimbulkan pembebanan pada faset akan bertambah. Pembebanan asimetris berkaitan dengan postur tubuh saat aktivitas postur yang seimbang pada waktu berdiri terlalu lama. Akibat lama berdiri menyebabkan nyeri punggung bawah yang dapat mengganggu aktivitas serta dapat meningkatkan biaya pengobatan (Pudjianto, 2001) dalam  penelitian (Septiawan, 2012). 3. Sikap Keja Membungkuk Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada

 bagian punggung bagian bawah bila dilakukan secara berulang dan periode yang cukup lama. Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbar mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Bila sikap kerja ini dilakukan dengan beban pengangkatan yang berat dapat menimbulkan slipped disk , yaitu rusaknya bagian invertebratal disk akibat kelebihan beban pengangkatan (Astuti, 2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh Diana Samara (2005) tentang sikap membungkuk dan memutar selama bekerja sebagai faktor resiko nyeri  punggung bawah menunjukan bahwa sikap kerja membungkuk memperbesar resiko nyeri punggung  bawah sebesar 2,68 kali dibandingkan dengan pekerja dengan sikap badan tegak . Dapus: A.D.A.M, Inc. 1997-2017. Vertebrae (imagine) didalam Medical Encyclopedia. [MedlinePlus] . Astuti, Rahmaniyah Dwi. 2007. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan Beban Angkat Terhadap Keluhan Musculusceletal. https://www.google.co.id/ejournal. Diakses pada tanggal 5 januari 2015. Benjamin, C. 2016.  Lumbar Vertebrae. Sports Medicine and Shoulder Service, UCSF Department of Orthopaedic Surgery, San Francisco, CA dan tim dari A.D.A.M. Editorial [MedlinePlus]. Gray, H. 2015. Anatomy of the Human Body 12th ed. www.bartleby.com. Drake, Richard L., et al. 2014. Gray Dasar-Dasar Anatomi. Singapore: Elsevier. Kusumaningrum, PW. 2014.  Penatalaksanaan Fisioterapi pada Low Back Pain Akibat Spondylosis  Lumbal dan Scoliosis DI RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Luhulima JW, et al. 2015.  Muskuloskeletal, Sistem Cardiovaskular, Sistem Respirasi.  Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Unhas.  Netter, Frank H., John A. Craig, John T. Hansen, et al .2002.  Atlas Of Neuroanatomy And  Neurophysiology. Selections from the Netter Collection of Medical Illustrations . USA: Icon Custom Communications, 295 North St., Teterboro NJ 07608. Samara, Diana. dkk. 2005. Sikap Membungkuk dan Memutar Selama Bekerja Sebagai Faktor Resiko  Nyeri Punggung Bawah. http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Diana_dkk.pdf Septiawan, Heru. 2012.  Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan NyeriPunggung Bawah Pada  Pekerja Bangunan Di PT MikrolandProperty Development Semarang . Universitas Negeri Semarang (Online), (http://lib.unnes.ac.id/18801/1/6450408106.pdf, diakses09 Desember 2015). Snell, Richard S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta:EGC.

Vyas, Jatin M. 2016. Vertebrae. Assistant Professor in Medicine, Harvard Medical School; Assistant in Medicine, Division of Infectious Disease, Department of Medicine, Massachusetts General Hospital, Boston dan tim dari A.D.A.M. Editorial [MedlinePlus].

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF