Anatomi Fisiologi Pneumonia

August 30, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Anatomi Fisiologi Pneumonia...

Description

 

A.  Anatomi Fisiologi Menurut Sacharin, 2010, secara anatomis system pernapasan dibagi menjadi 3 bagian yaitu :  :  1.  Traktus respiratorius bagian atas  atas 

Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari berbagai bagian, diantaranya :

Gambar 1.1 Traktus respiratorius

 

a. Hidung Bagian anterior dari hidung dari bagi dalam paruhan kiri dan kanan oleh septum nasi. Setiap paruhan dibagi secara tidak lengkap menadi empat daerah yang mengandung saluran nasal yang berjalan kebelakang mengarah pada nasofaring. Area tepat dalam lubang hidung dilapisi oleh kulit yang mengandung mengandung rambut yang kasar. Sisa dari interior dilapisi oleh membrana mukosa. Fungsi dari hidung adalah membawa udara dari dan ke paru- paru dan menghangatkan udara saat diinspirasi. Bulu di dalam lubang hidung dan silia yang melapisi membrana mukosa bertindak untuk mengangkat debu dan benda asing lain dari udara.Jika terjadi infeksi, efek lokal utama adalah iritasi dari sel mulkus yang menyebabkan produksi mukus yang berlebihan, pembengkakan dari membrana mukosa akibat edema lokal dan kongesti dari pembuluh darah. Saluran hidung cenderung menjadi terblokir oleh pembengkakan mukosa dan sekresi virus, sekret jernih, tetapi jika terdapat invasi sekunder bakteri, sekret menjadi kekuning-kuningan atau kehijauan akibat adanya pus (neutrofil mati dan granulosa).  b.  Sinus Sinus paranasal melengkapi suatu sistem ruang udara yang terletak dalam berbagai tulang pada muka. Sinus dilapisi dengan mukosa

 

sekretoris dan memperoleh suplai darah dan saraf dari hidung. Infeksi dari hidung mengarah pada penuhnya pembuluh darah, peningkatan sekresi mukus dan edema. c.  Laring Laring terletak di depan faring dan diatas permulaan trakhea. Terutama terdiri dari tulang rawan tiroid dan tricoid dan tujuh tulang rawan lain yang dihubungkan secara bersama oleh membrana. Suatu struktur tulang rawan tergantung diatas tempat masuk ke laring ini merupakan epiglotis yang mengawal glotis selama menelan, mencegah makanan masuk laring dan trakhea. Inflamasi dari epiglotis dapat menimbulkan obstruksi terhadap saluran pernafasan. Bagian interior laring mengandung dua lipatan membrana mukosa yang terlentang melintasi rongga dari laring dari bagian tengah tulang rawan tiroid ke tulang rawan arytenoid. Ini merupakan pita atau lipatan suara. Selama  pernafasan biasa pita suara terletak dalam jarak tertentu dari garis tengah dan

udara

respirasi

melintas

secara

bebas

diantaranya

tanpa

menimbulkan keadaan vibrasi. Selama insiprasi dalam yang dipaksaan mereka berada dalam keadaan lebih abduksi, sementara s ementara selama b berbicara erbicara atau

menyanyi

mereka dalam

keadaan

adduksi. Perubahan

ini

dipengaruhi oleh otot-otot kecil. Pada anak-anak, pita suara lebi lebih h pendek dibandingkan dengan orang ora ng dewasa. dewasa. Laring berfungsi sebagai alat respirasi dan fonasi tetapi pada saat yang sama ambil bagian dalam deglutisi, deglutisi, selama waktu mana laring akan menutup

dalam

usaha

mencegah

makanan

memasuki

traktus

respiratorius makanan bagian bawah. Laring juga tertutup selama regurgitasi makanan sehingga mencegah terjadinya aspirasi makanan. Refleks penutupan ini tergantung pada koordinasi neurimuskuler yang kemungkinan tidak bekerja secara penuh pada bayi, sehingga mengarah  pada spasme. 2.  Traktus Respiratorius Bagian Bawah Struktur yang membentuk bagian dari traktur respiratorius ini adalah trakea, bronki dan bronkiolus serta paru-paru. Tiga yang pertama adalah, trakea, bronki dan kronkiolus, merupakan tuba yang mengalirkan udara kedalam dan keluar dari paru- paru. Trakea dimulai pada batas  bagian bawah dari laring dan melintas dibelakang sternum kedalam

 

toraks. Trakea merupakan tuba membranosa fleksibel, kaku karena adanya cincin tidak lengkap yang berspasi secara teratur. Tuba dilaisi oleh membana mukosa, epitelium permukaan adalah kolumner bersilia. Segera setelah memasuki toraks trakea membagi diri menjadi beberapa cabang yang masuk kedalam suatu substansi paru-paru.  paru-paru.   Didalam substansi dari paru-paru bronki membagi diri menjadi cabang yang tidak terhitung dengan ukuran yang secara progresif berkurang hingga cabang yang mempunyai penampang yang sangat sempit, di mana mereka di sebut sebagai bronkiolus. Tuba ini dilapisi oleh membrana mukosa ditutupi oleh epitelium kolumner bersilia, berlanjut dengan lapisan dari trakea. Otot polos ditemukan secara longitudinal dalam bronki yang lebih besar dan trakea. Dalam bronki yang lebih kecil kec il dan bronkioles hal ini dibatasi oleh dinding posterios. Seluruh panjang dari percabangan bronkial disuplai dengan serat elastik yang kaya,  bersama dengan semua jaringan lain yang disebutkan, dapat diubah oleh karena penyakit, sehingga mempengaruhi fungsi normal.

Gambar 1.2 Traktus Respiratorius bagian bawah 3.  Paru-Paru Berdasarkan

anatomi,

unit

dasar

dari

struktur

paru-paru

dipertimbangkan adalah lobulus sekunder. Beratus-ratus dari lobulus ini membentuk masing-masing paru. Setiap lobulus merupakan miniatur dari paru paru dengan percabangan bronkial bronkial dan suatu sirkulasi sendiri. sendiri.  Setiap bronkiolus respiratorius berterminasi kedalam suatu alveolus. Alveolus terdiri dari sel epitel tipis datar dan disinilah terjadi pertukaran gas antara udara dan darah.   Apeks dari paru-paru mencapai daerah tepat diatas clavicula dan dasarnya  bertumpu pada diaphragma. Kedua paru-paru dibagi kedalam lobus, yang kanan dibagi tiga, yang kiri dibagi dua. Nutrisi dibawa pada jaringan paru-paru

 

oleh darah melalui arteri bronkial; darah kembali dari jaringan paru-paru melalui vena bronchial. Paru-paru juga mempunyai suatu sirkulasi paru-paru yang berkaitan dengan mengangkut darah deoksigenasi dan oksigenasi. Paru paru disuplai dengan darah deoksigenasi oleh arteri pulmonalis yang datang dari ventrikel kanan. Arteri membagi diri dan membagi diri kembali dalam cabang yang secara progresif menjadi lebih kecil, berpenetrasi pada setiap  bagian dari paru-paru hingga akhirnya mereka membentuk anyaman kapiler yang mengelilingi dan terletak pada dinding dari alveoli. Dinding dari alveoli maupun kapiler sangat tipis dan disinilah terjadi pertukaran gas pernapasan. Darah yang dioksigenasi kembali kedalam atrium dengan empat vena  pulmonalis. Fisiologi pernapasan menurut Hidayat (2006) meliputi tiga tahap : a.  Ventilasi Ventilasi   Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di antaranya adalah  perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi proses ventilasi kemampuan thoraks dn paru pada alveoli dalm melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polo poloss yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, terjadinya rangsangan rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan adanya refleks  batuk dan muntah juga dapat mempengaruhi mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya  peran mukus mukus siliaris yang sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians (complience) ( complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk berkembang yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan masih ada sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks atau keadaan paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan

 

sel alveoli. Surfaktan disekresi saat klien menerik napas; sedangkan recoil adalah

kemampuan

untuk

mengeluarkan

CO2  atau

kontraksi

atau

menyempitnya paru. Apabila complience  baik akan tetapi recoil terganggu makaCO2tidak dapat keluar secara maksimal.  b.  Difusi Gas Pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO 2  kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya,  pertama, luasnya permukaan paru.  Kedua, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri terdiri atas epitel alveoli dan intertisial intertisial keduanya. Ini Ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi  proses penebalan.  penebalan.   Ketiga,  perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal

ini dapat terjadi

seperti O2  dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O 2  dalam rongga alveoli lebih tinggi dari

tekanan O2  dalam darah vena pulmonalis

(masuk dalam darah secara berdifusi) dan pCO2  dalam arteri pulmunalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat, alveoli.  Keempat, afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.  Hb.   c.  Transportasi Gas Transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin

(97%)

dan

larut dalam plasma (3%).

Kemudian pada transportasi CO2 akan berkaitan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalm plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%). Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya curah jantung (cardiac output) yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan oleh keadaan seperti over load atau beban yang dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pda akhir diastol, natrium yang paling beperan dalam menentukan besarnya potensial aksi, kalsium berperan dalma kekuatan kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses transportsi adalah kondisi pembuluh darah, latihan/olahraga (exercise), hematokrit (perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan atau HCT/PCV), Eritrosit, dan Hb.

 

  B.  Landasan Teoritikal Pneumonia 1.  Pengertian Pneumonia Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi  bakteri (stafilokokus, pneumokokus, pneumokokus, atau streptokokus) (Speer, 2010). Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2009).Pneumonia adalah suatu  peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,  jamur, parasit) (PDPI, 2009). Pneumonia adalah radang parenkim paru yang  banyak disebabkan oleh virus baik infeksi primer atau komplikasi dari suatu  penyakit virus (Nur Salam, 2008). Pneumonia adalah proses inflamasi  parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Smeltzer, 2010). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai  parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,  parasit) maupun benda benda asing. 2.  Etiologi Pneumonia Menurut Mansjoer, 2000, penyebab dari pneumonia adalah : a.  Bakteri Bakteri   a.  Pneumokokus Pneumokokus    b.  Streptokokus Streptokokus   c.  Stafilokokus Stafilokokus   d.  Haemophilus Influenzae  Influenzae  e.  Pseudomonas aeruginosa  aeruginosa   b.  Virus Virus   a.  Virus Influenza  Influenza   b.  Adenovirus Adenovirus   c.  Sitomegalovirus Sitomegalovirus   c.  Fungi Fungi   a.  Aspergillus Aspergillus  

 

 b. Koksidiomikosis Koksidiomikosis   c.  Histoplasma Histoplasma   d.  Aspirasi Aspirasi   a.  Cairan amnion  amnion 

 

 b.  Makanan Makanan   c.  Cairan lambung  lambung  d.  Benda asing  asing  3.  Epidemiologi Pneumonia komunitas merupakan kondisi medis yang akut dan tersebar di seluruh belahan dunia. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka rawat inap di rumah sakit dan mortalitas di negara  berkembang.19 Faktor - faktor resiko terjadinya pneumonia komunitas, yaitu sebagai berikut: a.  Usia lanjut lebih dari 65 tahun  b.  Merokok c.  Riwayat penyakit saluran pernapasan d.  Memiliki penyakit komorbiditas, seperti diabetes mellitus, penyakit  jantung, penyakit ginjal, dan lain sebagainya

 

e. Gangguan neurologis, yang dapat menyebabkan kesulitan menelan atau kesadaran yang menurun f.  Imunitas yang memburuk g.  Alkoholisme h.  Penggunaan antibiotik dan obat suntik intravena i.  Riwayat pembedahan atau trauma Berbagai penelitian epidemiologis sudah banyak dilakukan di tiap negara dan daerah, dan tidak banyak terdapat perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Pada salah satu penelitian, insidensi meningkat pada kelompok usia yang lebih tua dengan pria lebih banyak daripada wanita. Hal ini sejalan dengan penelitian lain oleh Tsai-Ling,dkk yang menyatakan bahwa usia rerata subyek penelitian adalah sebesar 56,1 ± 22,8 dengan jumlah pria lebih banyak dibandingkan wanita 4.  Manifestasi Klinis Pneumonia Manifestasi klinik pada pneumonia menurut Linda Sowden, 2009 adalah a.  Batuk

 

 b. Dispnea c.  Takipnea d.  Sianosis e.  Melemahnya suara nafas

 

f.  Retraksi dinding thoraks g.   Nafas cuping hidung h.   Nyeri abdomen (disebabkan iritasi diafragma oleh paru terinfeksi di dekatnya) i.  Batuk paroksismal mirip pertusis (umum terjadi pada anak yang lebih kecil)  j.  Anak-anak yang lebih besar tidak tampak sakit. 5.  Web of Causation (WOC): Narasi dan Skematis Streptococux, Streptococu x, staphy lococus

Saluran napas bagian atas

bronchiolus

alveoli

Reaksi radang pada Bronchus Dan Alveolus Akumulasi Sekret

Fibrosus dan pelebaran

Obstruksi Jalan Napas

Atelectasis

Gangguan Ventilasi

Gangguan difusi

Stimulus chemoresption

Sel point berubah

Respon mengigil

Reaksi peninigkatan suhu Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Gangguan Pertukaran Gas

suplai O2 kejaringan menurun

kelemahan

Intoleransi aktivitas

tubuh

HIPERTERMI

 

  6.  Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa pneumonia menurut Mansjoer, 2000 : a.  Pemeriksaan darah  darah  Pemeriksaan

darah

menunjukkan

leukositosis

dengan

 predominan PMN atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan  prognosis buruk. Dapat Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.  sedang.   b.  Pemeriksaan radiologis  radiologis  Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran bervariasi :  :  1)  Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia bronkopneumonia   2)  Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris  lobaris  3)  Gambaran

bronkopneumonia

difus

atau

infiltrate

interstisialis pada pneumonia stafilokok   c.  Pemeriksaan cairan pleura  pleura  d.  Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, aspirasi trakea.  trakea.  7.  Medikasi Menurut Riyadi, 2009, pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien  perlu therapi secepatnya maka biasanya biasanya diberikan :  a.  Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50  – 7 70 0 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4  –   5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan  penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotic.  antibiotic.   b.  Koreksi gangguan asam bas dengan pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9%

dalam

perbandingan

3:1

ditambah

larutan

KCl

10

mEq/500ml/botol mEq/500ml/b otol infus.  infus.  c.  Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asrdosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.  arteri. 

 

d.  Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang NGT pada  penderita yang sudah mengalami mengalami perbaikan sesak nafasnya.  nafasnya.  e.  Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosili seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexoid dengan ventolin. Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus  bronkus   8.  Management Medis Pemeriksaan

penunjang

yang

dapat

dilakukan

untuk

menegakkan diagnosa pneumonia menurut Mansjoer, 2000 :  :  a.  Pemeriksaan darah  darah  Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan PMN

atau

dapat

ditemukan

leucopenia

yang

menandakan

 prognosis buruk. buruk. Dapat ditemukan anemia ring ringan an atau sedang.  sedang. 

 

 b. Pemeriksaan radiologis  radiologis  Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran bervariasi :  :  1)  Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia  bronkopneumonia  2)  Bercak konsulidasi satu lobus pada pneumonia 3)  Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat interstisialis  pada pneumonia stafilokok   c.  Pemeriksaan cairan pleura  pleura  d.  Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, aspirasi trakea.  trakea.  9.  Management keperawatan/ Asuhan Keperawatan menurut teori : a.  Pengkajian  b.  Diagnosa Keperawatan (NANDA) c.  Patient Outcome/Penentuan Kriteria Hasil : d.  Intervensi Keperawatan

 

1  

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF