Anatomi Dan Fisiologi Kelenjar Kulit
January 15, 2018 | Author: Natasha Meng | Category: N/A
Short Description
kulit...
Description
Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Keringat Kulit merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D (Djuanda, 2007) Kelenjar keringat berada pada lapisan kulit bagian dermis. Ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003).
a. Kelenjar Apokrin Kelenjar apokrin merupakan kelenjar keringat yang belum berkembang pada masa anak, namun berfungsi aktif setelah pubertas. Fungsi kelenjar ini dihubungkan dengan perubahan hormonal yang terjadi saat pubertas, walaupun peranan hormon masih belum diketahui dengan pasti (Mauro,dkk, 2008). Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas (Djuanda, 2007)
Epitel kelenjar apokrin memproduksi hasil sekresinya secara terus-menerus, dengan jumlah bervariasi (Coulson,2010). Sekresi kelenjar apokrin berupa cairan berminyak dalam jumlah kecil yang dapat berwarna. Cairan ini tidak berbau pada saat mencapai permukaan kulit,mengandung lipid dan steroid (Wilke,2002). Lipogenesis kelenjar apokrin secara in vitro, dan mendapatkan bahwa kelenjar apokrin menghasilkan gliserid, kolesterol, dan fosfolipid. Walaupun sekresi kelenjar apokrin secara in vivo mengandung kolesterol, gliserid, squalene, wax, dan kolesterol ester, namun tiga lipid terakhir tidak ditemukan pada hasil penelitiannya. Hal tersebut diduga karena kelenjar sebasea dan kelenjar apokrin memiliki muara yang sama, yaitu pada folikel rambut sehingga terjadi kontaminasi sebum yang keluar bersamaan dengan hasil sekresi kelenjar apokrin (Barth, dkk, 1989). b. Kelenjar Ekrin Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional (Djuanda, 2003). Kadar pH-nya berkisar 4,0−6,8 dan fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik (Djuanda, 2007). Patogenesis Bau Badan Bromhidrosis merupakan keadaan kronis yang ditandai dengan bau yang berlebihan, biasanya bau tidak enak yang keluar dari kulit,lebih sering terjadi karena hasil sekresi kelenjar apokrin daripada kelenjar ekrin (Hurley, 1989). a. Bromhidrosis Apokrin Hasil sekresi kelenjar apokrin berperan dalam produksi bau badan. Pada saat mencapai permukaan kulit, hasil sekresi kelenjar apokrin tidak
berbau (Mauro,dkk,2008).
Bau yang terjadi merupakan dekomposisi
bakteri pada hasil sekresi kelenjar apokrin (Mao, dkk, 2008). Bakteri yang banyak ditemukan pada aksila adalah bakteri gram positif, khususnya berupa Micrococcaceae, terutama Staphylococcus spp, Propionibacterium anaerobik/
mikroaerofilik,
dan
aerobic
coryneforms,
terutama
Corynebacterium spp (James, dkk, 2004). Propionibacterium dan Staphylococcus mampu menfermentasi gliserol dan asam laktat menjadi asam lemak volatil rantai pendek (C2-C3), asam asetat, dan asam propionat (James, dkk, 2004). Asam lemak rantai pendek yang dihasilkan merupakan penyebab bau badan pada aksila. Asam lemak yang dimaksudkan adalah -3-methyl-2-hexenoic acid (Spielman, dkk, 1998). Asam lemak ini sampai pada permukaan kulit dalam keadaan terikat pada dua binding protein, apocrine-secretion binding protein (ASOB1 dan ASOB2). Selain itu, Staphylococcus mampu untuk mengubah asam amino tertentu menjadi asam lemak volatil rantai pendek yang sangat berbau, yaitu asam isovalerik yang berperan pada bau aksila (James, dkk, 2004). b. Bromhidrosis Ekrin Kelenjar ekrin terdistribusi generalisata, dan biasanya tidak berbau, serta memiliki fungsi termoregulasi. Bromhidrosis ekrin lebih sering terjadi pada telapak kaki, tangan dan daerah intertriginosa, terutama daerah inguinal (Stattkus, 2006). Bromhidrosis ekrin dapat terjadi akibat gangguan keratogenik, metabolik, dan eksogen (Hurley, 1989).
DAFTAR PUSTAKA Barth JH, Ridden J, Philpott MP, Greenall MJ, Kealey T. 1989.Lipogenesis By Isolated Human Apocrine Sweat Glands: Testosterone Has No Effect During Long-Term Organ Maintenance. J Invest Dermatol. Coulson I. 2010.Disorders Of Sweat Glands. Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, penyunting. Rook's textbook of dermatology. Edisi ke8. Chichester: Wiley-Blackwell. Djuanda Adhi., 2007., Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.. Djuanda Adhi., 2007., Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.. Hurley H. Axillary.1989.Dermatologic Surgery : Principles And Practice. New York: Dekker. James AG, Hyliands D, Johnston H.2004. Generation of volatile fatty acids by axillary bacteria. Int J Cosmet Sci. Mao GY, Yang SL, Zheng JH.2008.Etiology And Management Of Axillary Bromidrosis: a brief review. Int J Dermatol. Mauro T, Goldsmith L.2008. Biology of eccrine, apocrine, and apoeccrine sweat glands. New York: McGraw-Hill. Spielman AI, Sunavala G, Harmony JA, Stuart WD, Leyden JJ, Turner G, dkk. 1998. Identification and immunohistochemical localization of protein precursors to human axillary odors in apocrine glands and secretions. Arch Dermatol. Stattkus D.2006. Help! I'm sweating! 1 ed. Aarau: Hidrex Biomedizinische technik.
View more...
Comments