Anastesi Pada KET
May 12, 2018 | Author: Edho Sumampouw | Category: N/A
Short Description
KET...
Description
Bagian Anastesiolog Anastesiologii Dan Reanimasi Reanimasi
Apabila pada kehamilan ektopik teradi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya
bagi
ektopik terganggu.
wanita
hamil
"ehamilan
tersebut ektopik
maka
kehamilan
terganggu
ini
merupakan
disebut
kehamilan
penyebab
kematian
tertinggi tertinggi pada kehamilan kehamilan trimester pertama. pertama. !ada "&, hal hal yang paling berbahaya berbahaya adalah teradi teradinya nya shock shock hipo%o hipo%olem lemik ik akibat akibat perdar perdaraha ahan n yang yang teradi teradi dari dari pecahny pecahnyaa kehamil kehamilan an ektopik tersebut. -anaemen cairan adalah penting dan kekeliruan manaemen dapat berakibat fatal. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. airan itu termasuk air dan elektrolit. Laparotomy Laparotomy adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen (bagian perut). Kata “laparotomy” pertama kali digunakan untuk merujuk operasi semacam ini pada tahun 1878 oleh seorang ahli bedah Inggris, Thomas Bryant. Kata tersebut terbentuk dari dua kata Yunani, “lapara” dan “tome”. Kata “lapara” berarti bagian lunak dari tubuh yg terletak di antara antara tulan tulang g rusuk rusuk dan pingg pinggul ul.. Sedan Sedangka gkan n “tome “tome”” berar berarti ti pemoto pemotonga ngan. n. Lapar Laparoto otomy my dilakukan untuk memeriksa beberapa organ di abdomen sebelah bawah dan pelvis (rongga panggul).
!ada !ada lapora laporan n kasusu kasusu kali kali ini, ini, akan akan dibaha dibahass mengen mengenai ai manaem manaemen en anastes anastesii pada pada penderita "& yang dilakukan dilakukan tindakan laparatomy. laparatomy.
2
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anastesi
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa unani. An'+tidak, tanpa dan aesthesos, +persepsi, kemampuan untuk merasa. Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila pasien tak sadar. aranya dengan mengineksikan obat'obatan bius pada bagian utama pengantar register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam tulang belakang. Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls saraf di area itu. Sensasi nyeri yang ditimbulkan organ'organ melalui sistem saraf tadi lalu terhambat dan tak dapat diregister sebagai sensasi nyeri di otak. $an sifat anestesi atau efek mati rasa akan lebih luas dan lama dibanding anestesi lokal. -etode pemberian Anestesi regional dibagi menadi dua, yaitu secara blok sentral dan blok perifer (/atief, 0112). A. Blok Sentral (Blok Neuroaksial). Blok sentral dibagi menadi tiga bagian yaitu anestesi Spinal, &pidural dan "audal (/atief, 0112). a. Anestesi Spinal Anestesia spinal (intratekal, intradural, subdural, subarakhnoid) ialah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid. /arutan anestesi lokal yang disuntikan pada ruang subarachnoid akan memblok konduksi impuls sepanang serabut syaraf secara re%ersible. erdapat tiga bagian syaraf yaitu
3
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
motor, sensori dan autonom. -otor menyampaikan pesan ke otot untuk berkontraksi dan ketika di blok, otot akan mengalami paralisis. Syaraf sensori akan menghantarkan sensasi seperti rabaan dan nyeri ke sumsum tulang dan ke otak, sedangkan syaraf otonom akan mengontrol tekanan darah, nadi, kontraksi usus dan fungsi lainnya yang diluar kesadaran. !ada umumnya, serabut otonom dan nyeri adalah yang pertama kali diblok dan serabut motor yang terakhir. 3al ini akan menimbulkan timbal balik yang penting. ontohnya, %asodilatasi dan penurunan tekanan darah yang mendadak mungkin akan teradi ketika serabut otonom diblok dan pasien merasakan sentuhan dan masih merasakan sakit ketika tindakan pembedahan dimulai. Anestesi spinal merupakan pilihan anestesi pada daerah dibawah umbilikus,misalnya repair hernia, ginekologi, operasi urogenital dan operasi di daerah perineum dan genitalia. Indikasi anestesi spinal adalah:
6.
Bedah ekstremitas bawah Bedah panggul indakan sekitar rectum'perineum Bedah obstetric'ginekologi Bedah urologi Bedah abdomen bawah !ada bedah abdomen atas dan bedah pediatric biasanya
7.
dikombinasi dengan anesthesia umum ringan. !asien lanut usia dan pasien dengan penyakit sistemik seperti penyakit pernafasan,
1. 2. 3. 4. 5.
hepar, renal dan gangguan endokrin (diabetes mellitus) Kontra indikasi anesthesia spinal ada dua macam yakni relative dan absolute. "ontra indikasi absolute 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
"ontra indikasi relati%e
!asien menolak Infeksi pada tempat suntikan 3ipo%olemia berat, syok "oagulopati atau mendapat
2. Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)
terapiantikoagulan ekanan intracranial meninggi 4asilitas resusitasi minim "urang pengalaman atau 5 tanpa
7. "elainan psikis
didampingi konsultan anesthesia
:. 3ipo%olemia ringan
0. Infeksi sekitar tempat suntikan 6. "elainan neurologis
8. Bedah lama 9. !enyakit antung
;. #yeri punggung kronis
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
"elebihan pemakaian anestesi spinal diantaranya adalah biaya minimal, tidak ada efek pada pernafasan, alan nafas pasien teraga, dapat dilakukan pada pasien diabetes mellitus, perdarahan minimal, aliran darah splancnic meningkat, terdapat tonus%isceral, arang teradi gangguan koagulasi. Sedangkan kekurangan pemakaian anestesi spinal akan menimbulkan hipotensi, hanya dapat digunakan pada operasi dengan durasi tidak lebih dari dua am, bila tidak aseptik akan menimbulkan infeksi dalam ruang subarachnoid dan meningitis, serta kemungkinan teradi postural headache. !ersiapan Anastesi "pinal : !ada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada anastesia umum. $aerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba tonolan prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal'hal di bawah ini< 2. Informed consent ("ita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetuui anesthesia spinal) 0. !emeriksaan fisik (idak diumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung) 6. !emeriksaan laboratorium anuran (3b, ht,pt,ptt) !remedikasi : 2. -emberikan rasa nyaman kepada pasien< menghilangkan rasa kwatir, memberikan 0. 6. 7. 8. 9. :.
ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesia dan mencegah muntah -emudahkan atau memperlancar induksi -engurangi dosis obat anestesi -enekan refle= yang tidak diharapkan -engurangi sekresi< saluran nafas, sali%a -engurangi resiko aspirasi -erupakan salah satu tehnik anestesi
!ersiapan alat yang dibutuhkan : 2. !eralatan monitor tekanan darah, nadi, oksimetri denyutan dan &"> 0. !eralatan resusitasi 6. *arum spinal
#
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
$enentukan lokasi pungsi : 2. Berpatokan bahwa garis khayalan setinggi krista iliaka dianggap setinggi /7 atau /7' /8 0. >aris khayalan setinggi margo inferior scapula sesuai dengan ketinggian : 6. !rosesus spinosus yang paling menonol didasar leher sesuai dengan %ertebrae : /okasi pungsi /6'/7 pada conus medularis dewasa berakhir di /0 untuk mencegah trauma medulla spinalis. !enusukan : Secara anatomis, bila dilihat dari posisi sagital maka struktur %ertebra dari lumbar adalah < 2. "ulit 0. /emak subkutan 6. /igamentum Supraspinosus 7. /igamentum Interspinosum 8. /igamentum 4la%um 9. ?uang epidural :. $uramater ;. ?uang subdural @. Araknoid 21. ?uang subarachnoid
%eknik Anestesia "pinal : 2. !osisi pasien duduk atau dekubitus lateral. !osisi duduk merupakan posisi termudah. Biasanya dikerakan di atas mea operasi tanpa di pindah lagi, karena perubahan posisi berlebihan dalam waktu 61 menit pertama akan menyebabkan penyebaran obat. *ika posisinya duduk, pasien disuruh memeluk bantal, agar posisi tulang belakang stabil, dan pasien membungkuk agar prosesus spinosus mudah teraba. *ika posisinya dekubitus lateral, maka beri bantal kepala, agar pasien merasa enak dan menstabilkan tulang belakang. 0. entukan tempat tusukan. !erpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang punggung ialah /7 atau /7'8. Untuk operasi hernia ini, dilakukan tusukan pada /6'7. usukan pada /2'0 atau di atasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis. 6. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alcohol. 7. Beri anestetik lokal pada tempat tusukan. !ada kasus ini diberikan obat anestesi lokal bupi%akain. 8. /akukan penyuntikan arum spinal di tempat penusukan pada bidang medial dengan sudut 21'61 deraad terhadap bidang horiontal ke arah cranial. *arum lumbal akan
&
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
menembus kulit ' subkutis ' lig.supraspinosum ' lig.interspinosum ' lig.fla%um ' ruang epidural ' duramater ' ruang sub arakhnoid. "ira'kira arak kulit ' lig.fla%um dewasa 9cm. 9. abut stilet maka cairan serebrospinal akan menetes keluar. :. !asang spuit yang berisi obat, masukkan pelan'pelan (1,8 ml5detik) diselingi aspirasi sedikit, untuk memastikan posisi arum tetap baik.
'aktor ( 'aktor yang mempengaruhi tinggi blok anastesi spinal: 2. Colume obat analgetik lokal< makin besar makin tinggi daerah analgesia 0. "onsentrasi obat< makin pekat makin tinggi batas daerah analgesia 6. Barbotase< penyuntikan dan aspirasi berulang'ulang meninggikan batas daerah analgetik. 7. "ecepatan< penyuntikan yang cepat menghasilkan batas analgesia yang tinggi. "ecepatan penyuntikan yang dianurkan< 6 detik untuk 2 ml larutan. 8. -aneu%er %alsa%a< mengean meninggikan tekanan liDuor serebrospinal dengan akibat batas analgesia bertambah tinggi. 9. empat pungsi< pengaruhnya besar pada /7'8 obat hiperbarik cenderung berkumpul ke kaudal (saddle blok) pungsi /0'6 atau /6'7 obat cenderung menyebar ke cranial. :. Berat enis larutan< hiper,iso atau hipo barik ;. ekanan abdominal yang meningkat< dengan dosis yang sama didapat batas analgesia yang lebih tinggi. @. inggi pasien< makin tinggi makin panang kolumna %ertebralis makin besar dosis yang diperlukan.(BB tidak berpengaruh terhadap dosis obat) 21. Eaktu< setelah 28 menit dari saat penyuntikan,umumnya larutan analgetik sudah menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi diubah dengan posisi pasien.
11.
Gravitasi : Cairan serebrospinal pada suhu 37°C epun!ai
B" 1#$$3%1#$$&. "ika larutan hiperbarik !an' diberikan kedala airan serebrospinal akan ber'erak oleh 'a!a 'ravitasi ke tepat !an' lebih rendah# sedan'kan larutan hipobarik akan ber'erak berlaanan arah den'an 'ravitasi seperti en''antun' dan *ika larutan isobarik akan tetap dan sesuai den'an tepat in*eksi. 1+.
Anatoi koluna vertebralis akan epen'aruhi lekukan%
lekukan saluran serebrospinal# !an' akhirn!a akan epen'aruhi tin''i anestesi spinal pada
pen''unaan anestesi lokal *enis
hiperbarik. )bat*)batan +ang Dipakai : ,
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
1. Atropin sulfat ar!ako"ina!ika
Atropin merupakan antimuskarinik. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya auh lebih besar pada eksogen. "epekaan reseptor muskarinik terhadap anti muskarinik berbeda antar organ. !ada dosis kecil (sekita 1,08 mg) dapat menekan sekresi air liur, mucus bronkus dan keringat. !ada dosis yang lebih besar (1,8 F 2 mg) baru terlihat dilatasi pupil, gangguan akomodasi dan penghambatan #.Cagus sehingga teradi takikardi. !ada dosis sekitar 1,6 mg dapat merangsang #.%agus sehingga frekunesi denyut antung berkurang. !erangsangan respirasi sebagai akibat dari dilatasi bronkus. !ada dosis yang besar atropin malah dapat menyebabkan depresi nafas,delirium dll. !ada saluran nafas dapat bekera sebagai pengurang secret hidung, mulut, faring dan bronkus. Sehingga penggunaan pada premedikasi anestesi mengurangi resiko aspirasi. In"ikasi
a. Antidotum keracunan antikolinesterase dan keracunan kolinergik yang ditandai dengan geala muskarinik b. -edikasi praanestesi c. -enghambat motilitas usus dan lambung Efek sa!ping
a. b. c. d. e. f.
-ulut kering >angguan miksi -eteorisme Sindrom demensia pada orang tua Alergi atropine namun arang ditemukan -uka memerah #. Bunas$an Spinal %&'( Hea)*
Bunascan Spinal 1,8G 3ea%y merupakan nama dagang, isinya adalah bupi%acaine 3/ 8mg5ml dan de=trose ;1mg5ml. !ada pasien ini, diberikan Bunascan Spinal 1,8G 3ea%y 21mg. ar!ako"ina!ik +
Anestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan memblok konduksi sepanang serabut saraf secara re%ersible. Hbat menembus saraf dalam bentuk tidak terionisasi (lipofilik), tetapi saat di dalam akson terbentuk beberapa molekul terionisasi, dan molekul'molekul ini memblok kanal #a, serta mencegah pembentukan potensial aksi. Anestesi lokal dapat menekan aringan lain yang dapat dieksitasi (miokard) bila konsentrasi dalam darah cukup tinggi, namun efek sistemik utamanya mencakup system saraf pusat. !ada konsentrasi darah yang dicapai dengan dosis terapi, teradi perubahan konduksi antung,
-
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
eksitabilitas, refrakteritas, kontraktilitas dan resistensi %askuler perifer yang minimal. "ontraktilitas miokardium ditekan dan teradi %asodilatasi perifer, mengakibatkan penurunan curah antung dan tekanan darah arteri. Absorpsi sistemik anestetik lokal uga dapat mengakibatkan perangsangan dan atau penekanan sistem saraf pusat. ?angsangan pusat biasanya berupa gelisah, tremor dan menggigil, keang, diikuti depresi dan koma, akhirnya teradi henti napas. 4ase depresi dapat teradi tanpa fase eksitasi sebelumnya. ar!akokinetik +
"ecepatan absorpsi anestetik lokal tergantung dari dosis total dan konsentrasi obat yang diberikan, cara pemberian, dan %askularisasi tempat pemberian, serta ada tidaknya epinefrin dalam larutan anestetik. Bupi%acaine mempunyai awitan lambat (sampai dengan 61 menit) tetapi mempunyai durasi kera yang sangat panang,sampai dengan ; am bila digunakan untuk blok syaraf. /ama kera bupi%acaine lebih panang secara nyata daripada anestetik lokal yang biasa digunakan. *uga terdapat periode analgesia yang tetap setelah kembalinya sensasi. Efek sa!ping +
!enyebab utama efek samping kelompok obat ini mungkin berhubungan dengan kadar plasma yang tinggi, yang dapat disebabkan oleh o%erdosis, ineksi intra%askuler yang tidak disengaa atau degradasi metabolik yang lambat. Sistemik < Biasanya berkaitan dengan sistem saraf pusat dan kardio%askular seperti hipo%entilasi atau apneu, hipotensi dan henti antung. SS! < >elisah, ansietas, pusing, tinitus, dapat teradi penglihatan kabur atau tremor, kemungkinan mengarah pada keang. 3al ini dapat dengan cepat diikuti rasa mengantuk sampai tidak sadar dan henti napas. &fek SS! lain yang mungkin timbul adalah mual, muntah, kedinginan, dan konstriksi pupil. "ardio%askuler < $epresi miokardium, penurunan curah antung, hambatan antung, hipotensi, bradikardia, aritmia %entrikuler, meliputi takikardia %entrikuler dan fibrilasi %entrikuler, serta henti antung. Alergi < Urtikaria, pruritus, eritema, edema angioneuretik (meliputi edema laring), bersin, episode asma, dan kemungkinan geala anafilaktoid (meliputi hipotensiberat). #eurologik < !aralisis tungkai, hilangnya kesadaran, paralisis pernapasan dan bradikardia (spinal tinggi), hipotensi sekunder dari blok spinal, retensi urin,inkontinensia fekal dan urin, hilangnya sensasi perineal dan fungsi seksualJanestesia persisten, parestesia, kelemahan, paralisis ekstremitas bawah dan hilangnya kontrol sfingter, sakit kepala, sakit punggung, meningitis septik, meningismus, lambatnya persalinan, meningkatnya keadian .
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
persalinan dengan forcep, atau kelumpuhan saraf kranial karena traksi saraf pada kehilangan cairanserebrospinal.
,. Ketopain ,% !g se-agai analgesik ar!ako"ina!ik
"etorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non'narkotik. Hbat ini merupakan obat anti'inflamasi nonsteroid yang menunukkan akti%itas antipiretik yang lemah dan anti'inflamasi. "etorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekera perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat. ar!akokinetik
"etorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian intramuskular dengan konsentrasi puncak rata'rata dalam plasma sebesar 0,0 mcg5ml setelah 81 menit pemberian dosis tunggal 61 mg. Eaktu paruh terminal plasma 8,6 am pada dewasa muda dan : am pada orang lanut usia (usia rata'rata :0 tahun). /ebih dari @@G "etorolac terikat pada konsentrasi yang beragam. 4armakokinetik "etorolac pada manusia setelah pemberian secara intramuskular dosis tunggal atau multipel adalah linear. "adar steady state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 9 am dalam sehari. !ada dosis angka panang tidak diumpai perubahan bersihan. Setelah pemberian dosis tunggal intra%ena, %olume distribusinya rata'rata 1,08 /5kg. "etorolac dan metabolitnya (konugat dan metabolit para' hidroksi) ditemukan dalam urin (rata'rata @2,7G) dan sisanya (rata'rata 9,2G) diekskresi dalam feses. !emberian "etorolac secara parenteral tidak mengubah hemodinamik pasien. In"ikasi
"etorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan angka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. $urasi total "etorolac tidak boleh lebih dari lima hari. "etorolac secara parenteral dianurkan diberikan segera setelah operasi. 3arus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi "etorolac tidak melebihi 8 hari. "etorolac tidak dianurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus. Kontra in"ikasi a. !asien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada
kemungkinan sensiti%itas silang. 1/
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
-. !asien yang menunukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau obat $. ". e. f. g. . i. /. k.
anti'inflamasi nonsteroid lain. !asien yang menderita ulkus peptikum aktif. !enyakit serebro%askular yang dicurigai maupun yang sudah pasti. $iatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi. Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme. erapi bersamaan dengan ASA dan #SAI$ lain. 3ipo%olemia akibat dehidrasi atau sebab lain. >angguan ginal deraat sedang sampai berat (kreatinin serum K291 mmol5/). ?iwayat asma. !asien pasca operasi dengan risiko tinggi teradi perdarahan atau hemostasis inkomplit, pasien dengan antikoagulan termasuk 3eparin dosis rendah (0.811F8.111 unit setiap 20
am). l. erapi bersamaan dengan Hspentyfilline, !robenecid atau garam lithium. !. Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi. n. Anak L 29 tahun. o. !asien yang mempunyai riwayat sindrom Ste%en'*ohnson atau ruam %esikulobulosa. p. !emberian neuraksial (epidural atau intratekal). 0. !emberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra'operatif ika hemostasis benar' benar dibutuhkan karena tingginya risiko perdarahan. Dosis
"etorolac ampul dituukan untuk pemberian ineksi intramuskular atau bolus intra%ena. $osis untuk bolus intra%ena harus diberikan selama minimal 28 detik. "etorolac ampul tidak boleh diberikan secara epidural atau spinal. -ulai timbulnya efek analgesia setelah pemberian IC maupun I- serupa, kira'kira 61 menit, dengan maksimum analgesia tercapai dalam 2 hingga 0 am. $urasi median analgesia umumnya 7 sampai 9 am. $osis sebaiknya disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respon pasien. /amanya terapi < !emberian dosis harian multipel yang terus'menerus secara intramuskular dan intra%ena tidak boleh lebih dari 0 hari karena efek samping dapat meningkat pada penggunaan angka panang. Deasa
Ampul < $osis awal "etorolac yang dianurkan adalah 21 mg diikuti dengan 21F61 mg tiap 7 sampai 9 am bila diperlukan. 3arus diberikan dosis efektif terendah. $osis harian total tidak boleh lebih dari @1 mg untuk orang dewasa dan 91 mg untuk orang lanut usia, pasien gangguan ginal dan pasien yang berat badannya kurang dari 81 kg. /amanya terapi tidak boleh lebih dari 0 hari. !ada seluruh populasi, gunakan dosis efektif terendah dan sesingkat mungkin. Untuk pasien yang diberi "etorolac ampul, dosis harian total kombinasi tidak boleh lebih dari @1 mg (91 mg untuk pasien lanut usia, gangguan ginal dan pasien yang berat badannya kurang dari 81 kg). Efek Sa!ping 11
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
&fek samping di bawah ini teradi pada ui klinis dengan "etorolac I- 01 dosis dalam 8 hari. Insiden antara 2 hingga @G < Saluran cerna < diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea. Susunan Saraf !usat < sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat.
2. 3n"ansetron ar!akologi
Hndansetron adalah suatu antagonis 8'36 yang sangat selektif yang dapat menekan mual dan muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi. -ekanisme kerannya diduga langsung mengantagonisasi reseptor 8'3 yang terdapat pada chemoreseptor trigger one didaerah postrema otak dan mungkin uga pada aferen %agal saluran cerna. Hndansetron mempercepat pengosongan lambung, bila kecepatan basal rendah. etapi waktu transit saluran cerna memanang sehingga dapat menyebabkan teradinya konstipasi. Hndansetron dometabolisme di hati.
In"ikasi
Hndansetron digunakan untuk mencegah mual dan muntah yang berhubungan dengan operasi dan pengobatan kanker dengan radiografi dan sitostatika. $osis yang digunakan 1,2' 1,0 mg5"g IC. Efek sa!ping
"eluhan biasanya dapat ditoleransi dengan baik. "eluhan yang umum ditemukan adalah konstipasi. >eala lain dapat berupa sakit kepala, mengantuk, gangguan saluran cerna. Kontrain"ikasi
3ipersensiti%itas merupakan kontraindikasi penggunaan ondansetron. Hbat ini sebaiknya tidak digunakan pada ibu hamil dan menyusui karena kemungkinan disekresikan ke dalam ASI. !asien dengan penyakit hatimudah mengalami intoksikasi. !encegahan: 2. !akailah arum lumbal yang lebih halus 0. !osisi arum lumbal dengan be%el seaar serat duramater 6. 3idrasi adekuat, minum5infuse 6/ selama 6 hari
12
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
!engobatan: 2. !osisi berbaring terlentang minimal 07 am 0. 3idrasi adekuat 6. 3indari mengean 7. Bila cara diatas tidak berhasil berikan epidural blood patch yakni penyuntikan darah pasien sendiri 8'21ml ke dalam ruang epidural. Bromage score digunakan untuk menilai pasien pasca operasi dengan anastesi spinal. "riteria penilaian, sbb< 2. 0. 6. 7.
>erakan penuh dari tungkai, 1 ak mampu ekstensi tungkai, 2 ak mampu fleksi lutut, 0 ak mampu fleksi pergelangan kaki, 6
*ika Bromage Score L0 dapat pindah ke ruangan. b. Anestesi ,pidural Anestesi epidural ialah blokade saraf dengan menempatkan obat pada ruang epidural (peridural, ekstradural) di dalam kanalis %ertebralis pada ketinggian tertentu, sehingga daerah setinggi pernapasan yang bersangkutan dan di bawahnya teranestesi sesuai dengan teori dermatom kulit. c. Anestesi -audal Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena ruang kaudal adalah kepanangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. B. Blok eri/er (Blok Sara/) Anestesi regional dapat uga dilakukan dengan cara blok perifer. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah anestesi regional intra%ena.
13
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
!emilihan teknik anestesi adalah suatu hal yang kompleks, memerlukan kesepakatan dan pengetahuan yang dalam baik antara pasien dan faktorFfaktor pembedahan. $alam beberapa kelompok populasi pasien, pembiusan regional ternyata lebih baik daripada pembiusan total. Blokade neuraksial bisa mengurangi resiko trombosis %ena, emboli paru, transfusi, pneumonia, tekanan pernapasan, infark miokardial, dan gagal ginal. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan anestesi antara lain< keterampilan dan pengalaman ahli anestesi dan ahli bedah, tersedianya obat dan peralatan, kondisi klinis pasien, waktu yang tersedia, tindakan gawat darurat atau efektif, keadaan lambung, dan pilihan pasien. Untuk operasi kecil (misalnya menahit luka atau manipulasi fraktur lengan), ika lambung penuh, maka pilihan yang terbaik adalah anestesi regional. Untuk operasi besar gawat darurat, anestesi regional atau umum sangat kecil perbedaannya dalam hal keamanannya.
II.# Kea!ilan Ektopik Terganggu "ehamilan &ktopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium ka%um uteri (3anifa, 2@@0). "ehamilan &ktopik erganggu merupakan penyebab 2 dari 011 (8'9G) motarlitas maternal di negara mau. $engan 91.111 kasus setiap tahun 6G dari populasi masyarakat. Angka keadian "& di Indonesia diperkirakan tidak auh berbeda dengan #egara mau, menurut E3H. "ehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang berakhir abortus, sekitar 29G kematian dalam kehamilan karena pendarahan dilaporkan yang disebabkan kehamilan ektopik yang pecah.
&tiologi tergantung pada 4ungsi tuba falopii pada alat reproduksi wanita yang sangat penting, yaitu<
A. roses ovu pik up ehanis B. 0ransportasi speratooa enu*u apula tuba seba'ai tepat !an' palin' besar untuk ter*adin!a konsepsi. C. Alat transportasi ovu enu*u apula tuba sehin''a dapat ter*adi konsepsi. 2. 0epat tubuh
keban'n!a
hasil
konsepsi#
dari
bentuk
!'ot sapai blastula sehin''a siap untuk elakukan iplantasi. 1
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
,. Alat tempat transportasi hasil konsepsi menuu uterus sebagai tempat akhir implantasi dan tumbuh kembang sampai menadi aterm.
2isebutkan terdapat trias -,0 !aitu aenorea# pendarahan# dan akut abdoen.
Selain itu ene'akan dia'nosis -,0 dapat pula dilakukan
peeriksaan penun*an'. A. /aboratorium< !emeriksaan 3b serial setiap 2 am menunukkan penurunan kadar 3b, ditemukan uga adanya leukositosis. B. es "ehamilan< Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya terhadap tumor'tumor adneksa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehamilan. . Ultrasonografi< $iagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantung gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut antung anin. $. "uldosintesis< Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam ka%um $ouglas ada darah. *ika darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit
akan ebeku darah ini berasal dari arteri atau vena !an' tertusuk# sedan'kan darah tua berarna oklat sapai hita !an' tidak ebeku# atau !an' berupa bekuan keil%keil darah ini enun*ukkan adan!a heatokel retrouterina. &. 4aparoskopi: 5an!a di'unakan seba'ai terakhir
untuk
alat
dia'nosis
kehailan ektopik. 2iker*akan apabila pada
peeriksaan klinik tidak di*upai tanda klasik dari kehailan ektopik !an' peah# ataupun hasil kuldosintesis tidak positi/. 4. 2ilatasi dan kuretase: Biasan!a dilakukan apabila setelah aenorea
ter*adi perdarahan !an' ukup laa tanpa diteukan
kelainan n!ata di sapin' uterus# sehin''a inkopletus
atau
perdarahan
uterus
dipikirkan
abortus
dis/un'sional. Apabila
pada spesien kuretase itu tidak di*upai villus korealis sekalipun terdapat desidua den'an atau tanpa reaksi Arias%Stella pada endoetriun!a#
aka
dia'nosis
kehailan
ektopik
dapat
dite'akkan. !enanganan kehamilan ektopik pada umunya adalah laparotomi. $alam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya. /okasi kehamilan ektopik, kondisi anatomic organ pel%is, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan
1#
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
kemampuan teknologi fertilisasi in%itro setempat. 3asil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konser%atif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomia.
BAB III LAP34AN KASUS A. Identitas !asien #ama
< #y.S
*enis kelamin
< !erempuan
Usia
< 67th
Berat Badan
< 80kg
Agama
< Islam
Alamat
< !oso
$iagnosa !raanastesi
< >6!0A1 "& !ost "uretase
*enis !embedahan
< /aparatomi
anggal Hperasi
< : April 012:
empat Hperasi
< ?SU.Anutapura !alu
1&
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
*enis Anatesi
< Anastesi Spinal
?uangan
< "asuari Atas
B. Anannesis Keluhan 0tama
. ;. Alat'alat pantau yang lain sesuai dengan indikasi, misalnyaJ + !ulse )4ymeter dan +5apnogra . @. "artu catatan medik anestesia abel komponen SAIS S
"cope
Stetoscope untuk mendengarkan suara paru dan antung. /aringo'Scope< pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai
A
%ubes
dengan usia pasien. /ampu harus cukup terang. !ipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien, pada kasus ini
Airways
digunakan laryngeal mask airway ukuran 0 O. !ipa mulut'faring (>uedel, orotracheal airway) atau pipa hidung'faring (nasi'tracheal airway). !ipa ini menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk mengelakkan sumbatan
I
apes
alan napas. !laster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
Introducer
tercabut. -andarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan. !ada pasien ini tidak digunakan
S
onnector Suction
introducel atau stilet. !enyambung antara pipa dan peralatan anastesia. !enyedot lendir, ludah dan lain'lainnya.
aporan Durante )perati
1.
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
2. Anastesiologi
< dr. A.$onny Sp.An
0. *enis Anastesi
< ?egional anastesi
6. /ama Anastesi
< 0am 61menit
7. /ama Hperasi
< 81 menit
8. Ahli Hbgyn
< dr.$emy Sp.Hg
!asien wanita >6!0A1 masuk ke ruang Hperasi pada tanggal 1: April 012: pukul 22.78 wita dengan terpasang infus 6elausal #// cc ditangan kanan. $ilakukan pemasangan alat untuk pemeriksaan tanda %ital dengan hasil $ 22;5:1mm3g, # :@=5menit dan saturasi oksigen (SpH0) 211G. !ada pukul 22.81wita dilakukan anastesi spinal dengan pemberian ineksi bupi%acaine 1,8G sebanyak 21mg dengan posisi et ateral decubitus (//$). !ernapasan spontan, dilakukan pemeliharaan anastesi dengan pemberian oksigen 6liter5menit, selama operasi berlangsung. Selain itu, dilakukan uga pengontrolan monitor untuk tanda F tanda %ital pasien, yang setiap 8menit dilakukan pencatatan. !remedikasi diberikan midaolam 0.8mg, sedangan
-edikasi yang
diberikan selama operasi berlangsung yaitu ranitidin 81mg, ondancentron 7mg, asam trane=amat 081mg, ketorolac 61mg, efedrin 21mg. erapi cairan yang diberikan pre'operasi yakni ?/ 681cc (cairan yang masuk saat puasa) >elafusal 811cc. erapi cairan durante operasi ?/ 2811cc. indakan laparatomi berlangsung sekitar 81menit dengan umlah pendarahan 811cc dan urin 711cc.
2/
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
Monitor N adi dan Tekanan Darah
Sistole
2iastol
Nadi
%erapi 5airan
BB
< 87kg
&BC
< 98cc5kgBB = 87kg P 6821cc
*umlah !endarahan
< 811cc (Gpendarahan P 81156821 = 211G P 27.0G)
MABL= EBV × ¿ 3510 ×
Hct pasien− Hct standar ( Hct pasien + Hct standar ) / 2
38−25
(38 + 25 ) / 2
=3510 ×
13 50
= 903 ml
21
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
Input yang diperlukan selama operasi -aintanance (-) P (7=21) (0=21) (2=67) P @7ml5am
airan defisit !engganti !uasa (!) P lama puasa = maintanance P ; = @7 P
:80ml ' 681ml (cairan yang masuk saat puasa) P 710ml Stress operasi < !ada kasus ini termasuk enis operasi besar karena
dilakukan tindakan laparatomy, sehingga stress operasi P ; = 87 P 760cc airan defisit darah dan urin selama 61menit P 811 711 P @11ml
otal kebutuhan cairan selama 81menit operasi P (@7=2) 710 760
@11 P 2;0;cc airan masuk "ristaloid 2811cc koloid 811cc P 0111cc
"eseimbangan "ebutuhan
o
airan masuk F cairan dibutuhkan 0111 F 2;0; P 2:0cc
aporan !ost )perati !emantauan di !ost Anasthesia 5are 0nit (!AU) 5 Recovery Room (??) 2. ekanan darah, nadi, pernapasan, akti%itas motorik. 0. -emasang H0 6 /5menit nasal kanul. 6. -emberikan antibiotik profilaksis, antiemetik, 30 reseptor bloker dan analgetik. 7. -enge%aluasi Bromage "core bilan Q 0 boleh pindah ruangan.
22
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
8. Bila mual ('), muntah ('), peristaltik usus (), makan dan minum diperbolehkan sesuai instruksi seawat obgyn. 9. IC4$ ?/ 07 tetes5menit selama 0 am. :. Bila tekanan darah sistolik L @1 mm3g, memberikan ineksi ephedrin 21 mg5i% ;. Bila denyut antung L 91 kali5menit, memberikan atropin sulfat 1,8 mg dan konsul anestesi. @. Bila sakit kepala hebat berkepanangan, konsul anestesi. !asien dianurkan untuk berbaring dengan posisi kepala yang lebih tinggi untuk mencegah teradinya spinal headache, karena obat anastesi masih ada. Selain itu uga dianurkan untuk tidak duduk dalam 07am post operatif .
!&-BA3ASA#
23
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
!asien wanita 67th dengan diagnosis >6!0A1 "& !ost kuretase akan dilakukan tindakan laparatomy. "lasifikasi ASA mulai diperkenalkan pada tahun 2@91'an oleh American "ociety o Anesthesiologist sebagai deskripsi yang mudah yang menunukkan status fisik pasien yang berhubungan dengan indikasi apakah tindakan bedah harus dilakukan segera5cito atau elektif. "lasifikasi ini sangat berguna harus diaplikasikan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, meskipun banyak faktor'faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil keluaran setelah tindakan pembedahan. $engan keadaan tersebut di atas, pasien termasuk dalam kategori !S ASA I. Adapun pembagian kategori ASA adalah < I
< !asien normal dan sehat fisis dan mental
II
< !asien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada keterbatasan fungsional
III < !asien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat yang menyebabkan keterbatasan fungsi IC < !asien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam hidup dan menyebabkan ketidakmampuan fungsi C
< !asien yang tidak dapat hidup5bertahan dalam 07 am dengan atau tanpa operasi
CI < !asien mati otak yang organ tubuhnya dapat diambil.
Bila operasi yang dilakukan darurat 7emergency8 maka penggolongan ASA diikuti huruf & (misalnya I& atau II&). !emilihan anastesi regional dengan teknik spinal, untuk pertimbangan < 2. /okasi yang akan dilakukan operasi terletak pada daerah abdominal' inguinal 0. $urasi operatif relatif singkat (sekitar 6am) 6. !ada pemeriksaan fisik, laboraturium dan pemeriksaan penunang lainnya tidak ditemukan kelainan yang menyebabkan kontraindikasi anastesi spinal 7. !osisi pasien selama operasi adalah terlentang 8. Hperasi yang tidak memerlukan instrumen alat bantu napas
2
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
9. !asien tetap sadar, komunikatif, relaksasi optimal, perawatan pasca bedah minimal, sehingga nyeri pasca bedah dapat dikelola :. idak ada penolakan dari pasien5keluarga untuk dilakukannya tindakan anastesi spinal !emantauan blokade anastesi spinal dengan skore bromage. $imana skore bromage sebelum operasi dimulai adalah 6 (tidak dapat memfleksikan pergelangan kaki). !remedikasi
dengan midaolam
0.8mg
yang
berperan sebagai
induksi
dan
pemeliharaan selama anastesi. Hbat anastesi yang digunakan adalah Bunascan Spinal 1,8G 3ea%y merupakan nama dagang, isinya adalah bupi%acaine 3/ 8mg5ml dan de=trose ;1mg5ml. !ada pasien ini, diberikan Bunascan Spinal 1,8G 3ea%y 21mg. Barisitas anestesi lokal mempengaruhi penyebaran obat tergantung dari posisi pasien. /arutan hiperbarik disebar oleh gra%itasi, larutan hipobarik menyebar berlawanan arah dengan gra%itasi dan isobarik menyebar lokal pada tempat ineksi. Untuk menghindarkan teradinya penurunan tekanan darah yang hebat, sebelum dilakukan anestesi spinal diberikan cairan elektrolit #acl fisiologis atau ringer laktat 21'01 ml pada anestesi spinal. eradi penurunan frekuensi nadi dan penurunan tekanan darah dikarenakan teadinya blok saraf simpatis yang bersifat akselerator antung. !ada pukul 20.18 pasien ini mengalami hipotensi yang kemudian ditangani dengan pemberian IC4$ kristaloid secara cepat serta efedrin sebanyak 21 mg secara intra%ena. 3ipotensi uga dapat diminimalkan dengan pemberian cairan kristaloid sebanyak 681 ml pada preoperatif sebelum anestesi spinal dilakukan.: &fedrin merupakan %asopresor yang biasanya digunakan selama anestesia untuk melawan penurunan tekanan darah arterial dan denyut antung setelah anestesi spinal dan epidural, sebagai %asopresor dan simpatomimetik, efedrin telah digunakan dengan aman dan efektif, baik untuk pencegahan maupun pengobatan hipotensi yang disebabkan oleh anestesia, khususnya anestesia pada obstetri. obat ini uga dapat menurunkan respon hemodinamik yang disebabkan oleh pemberian bolus propofol sebagai tambahan efek alfa %asokonstriktor dan beta kardiostimulannya, efedrin uga memiliki keuntungan yaitu durasinya yang singkat, adi memiliki profil kriteria yang serupa dengan propofol.
2#
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
Asam traneksamat adalah obat golongan antifibrinolitik yang bekera mengurangi perdarahan dengan cara menghambat akti%asi plasminogen menadi plasmin pada pembekuan darah. "arena plasmin berfungsi mendegradasi fibrin, maka asam traneksamat bekera menghambat degradasi fibrin yang beruung pada meingkatnya akti%itas pembekuan darah. Sebagai analgetik digunakan "etorolak (berisi 61 mg5ml ketorolac tromethamine) sebanyak 2 ampul (2 ml) disuntikan i%. "etorolak merupakan nonsteroid anti inflamasi (AI#S) yang bekera menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri5analgetik efek. "etorolac 61 mg mempunyai efek analgetik yang setara dengan 81 mg pethidin atau 20 mg morphin, tetapi memiliki durasi kera yang lebih lama serta lebih aman daripada analgetik opioid karena tidak menimbulkan depresi nafas.
BAB IC
2&
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
"&SI-!U/A# !enatalaksanaan anastesi pada penderita "& ("ehamilan &ktopik erganggu) yang dilakukan operasi /aparatomy pada seorang wanita berumur 67 tahun menggunakan anastesi ?egional dengan teknik anastesi spinal pada lumbal 6 ' lumbal 7 dan status fisik ASA I. $ilakukan premedikasi dengan midaolam, -edikasi induksi dengan bupi%akain 3l 21 mg. -aintenance dengan inhalasi H0 6,1 liter5menit, pemberian ineksi sedacum (-idaolam 0,8 mg IC), ranitidin 81mg IC, ondancentron 7mg IC, asam trane=amat 081mg IC dan "etorolac 61 mg IC. $urante operasi monitoring tensi dan nadi. Induksi anastesi dilakukan selama 8 menit dan bertahan selama operasi yang berlangsung selama 81 menit. $urante operasi tidak didapatkan penyulit anastesi maupun pembedahan. -engingat perdarahan merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan syok hipo%olemik, pemantauan tanda'tanda syok dan resusitasi yang optimal sangat diperlukan. Selama di ruang pemulihan tidak teradi hal yang memerlukan penanganan serius. Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung dengan cukup baik.
2,
Bagian Anastesiologi Dan Reanimasi
$A4A? !USA"A 2. Soenaro, *atmiko, 3$. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan erapi Intensif, 4akultas "edokteran Undip 5 ?SU! dr. "ariadi. Semarang.0121 0. !urmono A. Buku Kuliah Anastesi. &> < *akarta. 0128. 6. 6usta. # Sinopsis 8bstetri# "ilid 1# enerbit Buku -edokteran
,GC. 5al.++9%+3 7. Anthonius Budi. # -ehailan ,ktopik# ;akultas -edokteran
View more...
Comments