Analisis Return Dan Risk Saham Dan Portofolio 6 Perusahaan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010
November 23, 2017 | Author: NadyaTrinova | Category: N/A
Short Description
....
Description
ANALISIS RETURN DAN RISK SAHAM DAN PORTOFOLIO 6 PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2015
Disusun oleh: Nadya Trinova (20141112010) Satrio Pinandito (20141112026) Rafael Billsasar H. (20141112104)
Mata Kuliah: Manajemen Investasi
Dosen Pembimbing: Sarjono Sahar, SE, MM.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Banking School Jl. Kemang Raya No. 35 Kebayoran Baru - Jakarta Selatan – 12730 2016
1
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Manajemen Investasi yang bertemakan Analisis Return dan Risk Saham dan Portofolio 6 Saham Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2015. Penulis sangat bersyukur dengan berbagai dukungan, kerja keras, dan karunia dari Allah SWT, penulis dipermudah untuk menyelesaikan dan menuntaskan makalah ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Sarjono Sahar selaku dosen mata kuliah Manajemen Investasi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan untuk orang tua, teman-teman dan narasumber yang telah memberikan dukungan, bantuan serta doa untuk penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pihak yang membacanya dan dapat memberikan wawasan baru yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna tetapi penulis yakin tidak sedikit manfaat yang dapat diambil dari makalah ini. Penulis berharap apabila ada kritik maupun saran dapat langsung disampaikan kepada penulis, agar penulis bisa lebih baik lagi di kemudian hari.
Jakarta, Desember 2016
Tim Penulis
2
Profil Perusahaan a. PT Mayora Indah Tbk.
PT Mayora Indah Tbk (IDX: MYOR) atau Mayora Group (melakukan bisnis sebagai PT Torabika Eka Semesta) adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 Juli 1990. Saat ini mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki oleh PT Unita Branindo sebanyak 32,93%. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha PT Mayora Indah Tbk. diantaranya adalah dalam bidang industri. Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. memproduksi dan memiliki 6 (enam) divisi yang masing masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, Divisi
Biskuit
Kembang Gula
Wafer
Coklat
Merek Dagang Roma, Danisa, Royal Choice, Better, Muuch Better, Slai O’Lai, Sari Gandum, Sari Gandum Sandwich, Coffeejoy, Chees’kress Kopiko, Kopiko Milko, Kopiko Cappuccino, Kis, Tamarin, Juizy Milk Beng Beng, Beng Beng Maxx, Astor, Astor Skinny Roll, Roma Wafer Coklat, Roma Zuperrr Keju Choki-choki Torabika Duo, Torabika Duo Susu, Torabika Jahe Susu, Torabika
Kopi
Moka, Torabika 3 in One, Torabika Cappuccino, Kopiko Brown Coffee, Kopiko White Coffee, Kopiko White Mocca
Makanan Kesehatan
Energen Cereal, Energen Oatmilk, Energen Go Fruit
3
Di Indonesia, PT Mayora tidak hanya dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman olahan, tetapi juga dikenal sebagai market leader yang sukses menghasilkan produk produk yang menjadi pelopor pada kategorinya masing masing. Produk-produk hasil inovasi PT Mayora tersebut diantaranya: Permen Kopiko, pelopor permen kopi Astor, pelopor wafer stick Beng Beng, pelopor wafer caramel berlapis coklat Choki-choki, pelopor coklat pasta Energen, pelopor minuman cereal Kopi Torabika Duo dan Duo Susu, pelopor coffee mix
b. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
4
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disingkat PGN (IDX: PGAS) adalah sebuah BUMN yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi. Bisnis PGN meliputi: 1. Distribusi gas bumi PGN mengoperasikan jalur pipa distribusi gas sepanjang lebih dari 3.750 km, menyuplai gas bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial di wilayah-wilayah yang paling padat penduduknya di Indonesia. PGN mendapatkan keuntungan dari penjualan gas kepada konsumen. 2. Transmisi gas bumi. Jalur pipa transmisi gas bumi PGN terdiri dari jaringan pipa bertekanan tinggi sepanjang sekitar 2.160 km yang mengirimkan gas bumi dari sumber gas bumi ke stasiun penerima pembeli. PGN menerima Toll Fee untuk pengiriman gas sesuai dengan Perjanjian Transportasi Gas (GTA: Gas Transportation Agreement) yang berlaku selama 10-20 tahun. 3. Unit Bisnis Strategis PGN membagi area bisnisnya menjadi empat Unit Bisnis Strategis dengan fokus geografis masing-masing:
SBU Distribusi Wilayah I, mencakup area Sumatera Selatan, Lampung hingga Jawa
Barat (termasuk Jakarta) SBU Distribusi Wilayah II, mencakup area Jawa Timur, area Semarang, area Tarakan dan
area Sorong. SBU Distribusi Wilayah III, mencakup Sumatera Utara, Riau (Pekanbaru) dan Kepulauan
Riau (Batam) SBU Transmisi, mencakup jaringan transmisi di Sumatera Selatan dan Jawa
5
c. PT Bank Negara Indonesia Tbk.
Bank Negara Indonesia atau BNI (IDX: BBNI) adalah sebuah institusi bank milik pemerintah, dalam hal ini adalah perusahaan BUMN, di Indonesia. Dalam struktur manajemen organisasinya, Bank Negara Indonesia (BNI), dipimpin oleh seorang Direktur Utama. yang saat ini dijabat oleh Achmad Baiquni. Bank Negara Indonesia (BNI) adalah bank komersial tertua dalam sejarah Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli tahun 1946. Saat ini BNI mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI juga mempunyai unit perbankan syariah, Namun sejak 2010 telah spin off (Memisahkan diri), yang dinamakan BNI Syariah Ruang lingkup aktivitas BNI adalah jasa perbankan umum. Sampai tanggal 31 Desember 2015, BNI memiliki 169 kantor cabang, 911 kantor cabang pembantu, dan 729 outlet lainnya. Selain itu, jaringan BNI juga mencakup 4 kantor cabang di luar negeri yaitu di Singapura, Hong Kong, Tokyo, dan London serta 1 kantor agensi di New York. BNI memiliki kepemilikan langsung pada perusahaan-perusahaan anaknya: PT BNI Life Insurance, PT BNI Multifinance, PT BNI Sekuritas dan anak-anaknya, BNI Remittance Ltd., dan PT Bank BNI Syariah. Seluruh anak perusahaan BNI berlokasi di Jakarta, kecuali BNI Remittance yang terletak di Hong Kong. BNI memiliki total karyawan sebesar 26,875 orang.
6
d. PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (IDX: INTP) adalah salah satu produsen semen di Indonesia. Indocement merupakan produsen terbesar kedua di Indonesia. Selain memproduksi semen, Indocement juga memproduksi beton siap-pakai, serta mengelola tambang agregat dan tras. Indocement berdiri sejak 16 Januari 1985. Perusahaan ini merupakan hasil penggabungan enam perusahaan semen yang memiliki delapan pabrik Pabrik pertama Indocement sudah beroperasi sejak 4 Agustus 1975. Tanggal 31 Desember 2014, Indocement memiliki kapasitas produksi sebesar 20,4 juta ton semen per tahun. Selain itu, Indocement juga memiliki kapasitas produksi beton siap-pakai sebesar 4,4 Juta meter kubik per tahun dengan 41 batching plant dan 706 truk mixer, serta memproduksi agregat sebesar 2,7 juta ton. Indocement memiliki 12 buah pabrik, sembilan diantaranya berada di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dua berada di Cirebon, Jawa Barat, dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Produk utama Indocement adalah semen tipe Ordinary Portland Cement disingkat OPC dan Pozzolan Portland Cement disingkat PPC yang kemudian digantikan oleh Portland Composite Cement disingkat PCC sejak 2005. Indocement juga memproduksi semen jenis lain misalnya Portland Cement Type II dan Type V serta Oil Well Cement. Indocement juga merupakan satusatunya produsen semen jenis Semen Putih (White Cement) di Indonesia Indocement pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 5 Desember 1989. Sejak tahun 2001, HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman dan merupakan produsen utama di dunia dengan pabrik di lebih dari 50 negara mengambil alih kepemilikan mayoritas saham di Indocement. Semen yang dipasarkan adalah semen dengan merek "Tiga Roda".
7
e. PT Unilever Indonesia Tbk.
PT Unilever Indonesia Tbk (IDX: UNVR) adalah perusahaan Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari Unilever. Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Lever Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia melepas 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981. Unilever Indonesia mempunyai lebih dari 1.000 distributor di seluruh Indonesia. Unilever memiliki beberapa anak perusahaan di Indonesia, yakni : 1. PT Anugrah Lever - didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merek-merek lain 2. PT Technopia Lever - didirikan pada tahun 2002 dari hasil patungan dengan Technopia Singapore Pte. Ltd. Techopia bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barangbarang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. 3. PT Knorr Indonesia - diakuisisi pada 21 Januari 2004. 4. PT Sara Lee Unilever Indonesia telah tumbuh menjadi perusahaan terdepan dalam produk kebutuhan pribadi dan rumah tangga, serta produk makanan dan es krim di Indonesia. Unilever Indonesia beroperasi pada produksi, pemasaran, dan distribusi barang konsumen seperti sabun, deterjen, margarin, makanan olahan susu, es krim, produk kosmetik, minuman teh dan jus buah.
8
f. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, biasa disebut Telkom Indonesia atau Telkom saja (IDX: TLKM, NYSE: TLK) adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (52,56%), dan 47,44% dimiliki oleh Publik, Bank of New York, dan Investor dalam Negeri. Telkom juga menjadi pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Kegiatan PT Telkom adalah menyediakan jaringan telekomunikasi serta jasa telekomunikasi dan informasi, serta mengoptimalisasi sumber daya perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka aktivitas bisnis dari PT Telkom adalah mengintegrasikan aktivitas-aktivitas berikut: 1. Bisnis Utama a. Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan, memasarkan atau menjual/menyewa, dan menjaga jaringan telekomunikasi dan informasi dengan menghormati dan menaati hukum serta peraturan b.
Merencanakan,
mengembangkan,
menyediakan,
menjual
dan
meningkatkan
jasa
telekomunikasi dan informasi. 2. Bisnis Pendukung a. Menyediakan jasa transaksi pembayaran dan remittance melalui jaringan telekomunikasi dan informasi. b. Untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam hal mengoptimalisasi sumber daya perusahaan, yaitu penggunaan properti, tanah, peralatan, aset bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, serta fasilitas perawatan dan perbaikan milik perusahaan.
9
Alasan Memilih 6 Perusahaan Ini 6 perusahaan ini kami pilih untuk melakukan analisis return dan risk, karena 6 saham ini termasuk dalam saham blue chip. Saham blue chip adalah saham dari perusahaan besar yang memiliki kapitalisasi tinggi, saham yang likuid di bursa (prosentase kepemilikan publik yang banyak), sudah terdaftar di bursa untuk jangka waktu yang cukup lama, serta rekam jejak kinerja yang stabil dan cenderung meningkat. Selain itu, 6 perusahaan tersebut berasal dari sektor-sektor yang berbeda, sehingga menjadikan sebuah portofolio saham yang terdiversifikasi.
10
Analisis Saham-saham dan Portofolio Data Tiap Perusahaan Akhir Tahun 2010-2015
:
Date
Prev
Open
High
Low
Close
Change
Volume
Foreign Vol.
30-12-2010
9,429
9,257
9,343
9,129
9,214
214
682,500
- 512,500
30-12-2011
11,871
11,871
12,214
11,743
12,214
343
486,500
- 201,000
28-12-2012
16,800
16,629
17,143
16,629
17,143
343
340,083
+ 97,500
30-12-2013
22,500
24,150
26,000
24,100
26,000
3,500
98,500
+ 4,000
30-12-2014
20,975
21,000
21,000
20,600
20,900
75
147,500
- 25,900
30-12-2015
27,675
27,300
30,500
27,300
30,500
2,825
20,300
0
I.
PT Mayora Indah Tbk.
11
Date
Prev
Open
High
Low
Close
Change
Volume
Foreign Vol.
30-12-2010
4,400
4,400
4,475
4,400
4,425
25
23,195,000
- 1,527,000
30-12-2011
3,175
3,175
3,175
3,125
3,175
0
10,830,500
- 310,000
28-12-2012
4,475
4,500
4,625
4,475
4,600
125
22,832,000
+ 6,356,500
30-12-2013
4,400
4,450
4,475
4,425
4,475
75
8,047,500
+ 2,371,500
30-12-2014
5,975
5,950
6,025
5,950
6,000
25
16,979,400
+ 3,432,532
30-12-2015
2,730
2,730
2,800
2,730
2,745
15
23,571,200
- 782,300
II.
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Date
Prev
Open
High
Low
Close
Change
Volume
Foreign Vol.
30-12-2010
3,850
3,875
3,925
3,800
3,875
25
42,158,000
- 7,035,000
30-12-2011
3,850
3,850
3,875
3,800
3,800
50
13,945,500
+ 4,088,500
28-12-2012
3,750
3,750
3,775
3,700
3,700
50
34,432,000
+ 6,815,000
30-12-2013
3,900
3,950
3,950
3,875
3,950
50
7,849,000
+ 4,843,000
30-12-2014
6,100
6,150
6,150
6,050
6,100
0
9,702,900
- 1,953,500
30-12-2015
4,990
5,000
5,050
4,985
4,990
0
19,955,800
- 1,229,400
III.
PT Bank Negara Indonesia Tbk.
12
Date
Prev
Open
High
Low
Close
Change
Volume
Foreign Vol.
30-12-2010
16,200
16,300
16,350
15,950
15,950
250
2,742,000
- 705,500
30-12-2011
17,050
17,050
17,250
16,900
17,050
0
1,851,500
+ 993,500
28-12-2012
22,650
22,650
22,650
22,100
22,450
200
4,229,500
+ 148,000
30-12-2013
19,850
20,200
20,200
19,850
20,000
150
736,000
+ 3,235,500
30-12-2014
24,700
24,700
25,000
24,700
25,000
300
1,874,000
- 160,000
30-12-2015
22,450
22,450
22,800
22,250
22,325
125
1,784,800
- 363,947
IV.
PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
Date
Prev
Open
High
Low
Close
Change
Volume
Foreign Vol.
30-12-2010
16,200
16,200
16,500
16,200
16,500
300
1,292,000
+ 791,000
30-12-2011
18,500
18,800
18,950
18,500
18,800
300
2,801,500
+ 376,500
28-12-2012
21,200
21,400
21,400
20,800
20,850
350
2,731,500
- 233,000
30-12-2013
26,600
26,850
27,000
26,000
26,000
600
2,106,000
- 381,500
30-12-2014
31,950
31,725
32,300
31,700
32,300
350
1,810,900
+ 157,500
30-12-2015
37,250
37,300
37,625
37,000
37,000
250
2,431,700
- 302,100
V.
PT Unilever Indonesia Tbk.
13
Date
Prev
Open
High
Low
Close
Change
Volume
Foreign Vol.
30-12-2010
1,600
1,600
1,600
1,580
1,590
10
53,695,000
- 3,622,500
30-12-2011
1,430
1,430
1,430
1,400
1,410
20
54,420,000
- 3,491,000
28-12-2012
1,790
1,800
1,820
1,780
1,810
20
109,440,000
+ 2,751,000
30-12-2013
2,125
2,150
2,150
2,125
2,150
25
52,862,000
+ 22,345,500
30-12-2014
2,850
2,830
2,870
2,830
2,865
15
65,397,600
- 52,900
30-12-2015
3,095
3,100
3,135
3,100
3,105
10
40,956,100
- 21,382,300
VI.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Date
Open
High
Low
Close
Change Volume
30-12-2010 3,699.2170
3,698.9400
3,718.9830
3,689.0330
3,703.5120
4.2950
3,903,663,502,300
30-12-2011 3,808.7720
3,808.9500
3,825.9630
3,805.0790
3,821.9920
13.2200
2,768,688,116,970
28-12-2012 4,281.8610
4,298.9300
4,324.9330
4,289.3960
4,316.6870
34.8260
5,573,996,576,481
30-12-2013 4,212.9800
4,240.3900
4,274.1770
4,232.5850
4,274.1770
61.1970
4,197,794,254,867
30-12-2014 5,178.3730
5,177.9400
5,226.9470
5,175.6420
5,226.9470
48.5740
9,109,381,120,355
30-12-2015 4,569.3610
4,574.0600
4,595.5130
4,571.7570
4,593.0080
23.6470
5,116,962,925,697
VII.
Prev
Jakarta Composite Index (IHSG). CLOSE: Merupakan angka yang digunakan saat perhitungan tiap tahun (Pt) dan sebagai pengurang untuk data tahun sebelumnya (Pt-1).
Data Close Tahun 2009 yang digunakan saat perhitungan (Pt-1) dari Tahun 2010 PT Mayora Indah Tbk. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PT Bank Negara Indonesia Tbk. PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. PT Unilever Indonesia Tbk. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Jakarta Composite Index (IHSG).
3,857 3,900 1,877 13,700 11,050 1,890 5,111.392
14
0
Perhitungan : i.
PT Mayora Indah Tbk. Actual Return Year
Pt (a)
Pt-1 (b)
Dividen
2010 2011 2012 2013 2014 2015 ∑Ri
9214 12214 17143 26000 20900 30500
3857 9214 12214 17143 26000 20900
100 130 130 160 230 230
( a )−( b )+ Dividen ( b) 1.415 0.340 0.414 0.526 0.187 0.470 2.978
Expected Return ∑ Ri E(Ri) = n =
2.978 6
= 0.4963 atau 49.63%
Risk σi=
√
∑(Ri−ERi) n−1
=
714486.04 6−1
Ri
E(Ri)
1.415 0.340 0.414 0.526 0.187
49.63% 49.63% 49.63% 49.63% 49.63%
=0.5383atau 53.83%
Ri−E(Ri) ¿ ¿ ¿ 2324.69 2429.50 2422.21 2411.20 2481.73 15
2481.73 Ri−E( Ri) ¿ ∑ ¿ ¿
49.63%
2416.71 14486.04
Variance Coefficience σi 53.83 Vi= E (R i) = 49.63 = 1.0846 Beta
ii.
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Actual Return Year
Pt (a)
Pt-1 (b)
Dividen
2010 2011 2012 2013 2014 2015
4425 3175 4600 4475 6000 2745
3900 4425 3175 4600 4475 6000
154.2 154.4 134.6 202.7 210.4 144.8 16
( a )−( b )+ Dividen ( b) 0.174 -0.248 1.490 0.017 0.388 -0.518
∑Ri
1.303
Expected Return ∑ Ri E(Ri) = n =
1.303 6
= 0.217 atau 21.7% Risk σi=
√
∑(Ri−ERi) n−1
=
2771.5 6−1
=0.2354 atau 23.54%
Ri
E(Ri)
0.174 -0.248 1.490 0.017 0.388 -0.518 Ri−E( Ri) ¿ ∑ ¿ ¿
21.7% 21.7% 21.7% 21.7% 21.7% 21.7%
Ri−E(Ri) ¿ ¿ ¿ 463.37 481.71 408.44 470.15 454.20 493.64 2771.5
Variance Coefficience σi 23.54 Vi= E (Ri) = 21.7 = 1.0847 Beta
17
iii.
PT Bank Negara Indonesia Tbk. Actual Return
18
Year
Pt (a)
Pt-1 (b)
Dividen
2010 2011 2012 2013 2014 2015 ∑Ri
3875 3800 3700 3950 6100 4990
1877 3875 3800 3700 3950 6100
47.48 65.9 62.4 113.35 145.71 144.54
( a )−( b )+ Dividen ( b) 1.08 -0.002 -0.009 0.098 0.581 -0.15 1.598
Expected Return ∑ Ri E(Ri) = n =
1.598 6
= 0.266 26.6% Risk σi=
√
∑(Ri−ERi) n−1
=
4161.86 6−1
Ri
E(Ri)
1.08 -0.002 -0.009 0.098 0.581 -0.15 Ri−E( Ri) ¿ ∑ ¿ ¿
26.6% 26.6% 26.6% 26.6% 26.6% 26.6%
=0.2884 atau 28.84%
Ri−E(Ri) ¿ ¿ ¿ 651.27 707.66 708.03 702.35 676.67 715.56 4161.86
Variance Coefficience
19
σi 28.84 Vi= E (Ri) = 26.6
= 1.0842
Beta
iv. PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. Actual Return Ri
Pt (a)
Pt-1 (b)
Dividen
2010 2011
15950 17050
13700 15950
225 293 20
( a )−( b )+ Dividen ( b) 0.18 0.085
2012 2013 2014 2015 ∑Ri
22450 20000 25000 22325
17050 22450 20000 25000
293 450 900 1350
0.33 -0.089 0.295 -0.053 0.7418
Expected Return ∑ Ri E(Ri) = n =
0.7418 6
= 0.1236 atau 12.36% Risk σi=
√
∑(Ri−ERi) n−1
=
904.22 6−1
=0.1344 atau 13.44%
Ri
E(Ri)
0.18 0.085 0.33 -0.089 0.295 -0.053 Ri−E( Ri) ¿ ∑ ¿ ¿
12.36% 12.36% 12.36% 12.36% 12.36% 12.36%
Variance Coefficience σi 13.44 Vm= E (Ri) = 12.36
Ri−E(Ri) ¿ ¿ ¿ 149.32 151.65 145.68 155.97 146.53 155.07 904.22
= 1.087
Beta
21
v. PT Unilever Indonesia Tbk. Actual Return
22
Ri
Pt (a)
Pt-1 (b)
Dividen
2010 2011 2012 2013 2014 2015 ∑Ri
16500 18800 20850 26000 32300 37000
11050 16500 18800 20850 26000 32300
399 444 546 634 701 752
( a )−( b )+ Dividen ( b) 0.529 0.166 0.138 0.277 0.269 0.169 1.303
Expected Return ∑ Ri E(Ri) = n =
1.303 6
= 0.258 atau 25.8% Risk σi=
√
∑(Ri−ERi) n−1
=
3914.46 6−1
Ri
E(Ri)
0.529 0.166 0.138 0.277 0.269 0.169 Ri−E( Ri) ¿ ∑ ¿ ¿
25.8% 25.8% 25.8% 25.8% 25.8% 25.8%
=0.2798 atau 27.98%
Ri−E(Ri) ¿ ¿ ¿ 638.62 657.10 658.54 651.42 651.83 656.95 3914.46
Variance Coefficience
23
σi 27.98 Vi= E (Ri) = 25.8
= 1.0844
Beta
vi.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Actual Return Ri
Pt (a)
Pt-1 (b)
Dividen
2010 2011
1590 1410
1890 1590
26.65 64.52 24
( a )−( b )+ Dividen ( b) -0.1446 -0.0726
2012 2013 2014 2015 ∑Ri
1810 2150 2865 3105
1410 1810 2150 2865
74.21 87.24 102.4 89.46
0.3363 0.236 0.38 0.115 0.8501
Expected Return ∑ Ri E(Ri) = n =
20.8501 6
= 0.1417 atau 14.17% Risk σi=
√
∑(Ri−ERi) n−1
=
1180.97 6−1
=0.1536 15.36%
Ri
E(Ri)
-0.1446 -0.0726 0.3363 0.236 0.38 0.115 Ri−E( Ri) ¿ ∑ ¿ ¿
14.17% 14.17% 14.17% 14.17% 14.17% 14.17%
Ri−E(Ri) ¿ ¿ ¿ 204.90 202.85 191.37 194.15 190.16 197.54 1180.97
Variance Coefficience σi 15.36 Vi= E (Ri) = 14.17 = 1.08398 Beta
25
vii.
Jakarta Composite Index (IHSG). Actual Return
26
Ri
Pt (a)
Pt-1 (b)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 ∑Ri
3703.51 3822 4136.68 4274.17 5226.947 4593.008
2534.35 3703.51 3822 4136.68 4274.17 5226.947
Expected Return ∑ Ri E(Ri) = n =
( a )− ( b ) (b) 0.4613 0.032 0.0823 0.033 0.223 -0.1213 0.6785
0.6785 = 0.1131 atau 11.31% 6
Risk σi=
√
∑(Ri−ERi) n−1
=
751.7 6−1
=0.1226 atau 12.26%
Ri
E(Ri)
0.4613 0.032 0.0823 0.033 0.223 -0.1213 Ri−E( Ri) ¿ ∑ ¿ ¿
11.31% 11.31% 11.31% 11.31% 11.31% 11.31%
Ri−E(Ri) ¿ ¿ ¿ 117.69 127.19 126.06 127.17 122.92 130.67 751.7
Variance Coefficience σi 12.26 Vi= E ( Ri) = 11.31 = 1.08399 Peringkat per saham dan Pemberian Bobot: 1. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 2. PT Bank Negara Indonesia Tbk. 3. PT Unilever Indonesia Tbk. 27
(0.35)~35% (0.25)~25% (0.15)~15%
4. PT Mayora Indah Tbk. 5. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 6. PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. Portofolio E(Rp)= ∑(E(Ri).W/Bobot) Nama Saham TLKM BBNI UNVR MYOR PGAS INTP ∑E(Rp)
E(Ri) 14.17 26.6 25.8 49.63 21.7 12.36
W/Bobot 0.35 0.25 0.15 0.10 0.10 0.05
28
(0.10)~10% (0.10)~10% (0.05)~5%
E(Ri).W/Bobot 4.95 6.65 3.87 4.96 2.17 0.62 0.2322 atau 23.22%
c. Analisis Masing-Masing Saham 1. Saham PT. Mayora Indah Tbk. (MYOR) Dari hasil perhitungan return saham tahunan dan return pasar tahunan PT Mayora Indah, Tbk diatas, dapat dilihat bahwa baik return saham maupun return pasar tahunan sangatlah fluktuatif. Semakin tinggi tingkat return, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat return, semakin rendah juga tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Dari data saham tahunan PT Mayora Indah, Tbk didapatkan rerata Ri lebih besar dari pada rerata Rm (IHSG). Maka dapat dikatakan berpengaruh positif bagi perusahaan karena rerata return saham perusahaan lebih tinggi daripada rerata return perusahaan lain yang ada di pasar. Hal ini berarti return saham PT Mayora Indah, Tbk lebih besar dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Semakin tinggi standar deviasi, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan hasil output diatas, dapat dilihat bahwa standar deviasi Ri lebih besar dari pada standar deviasi Rm (IHSG). Hal ini berarti tingkat resiko saham PT Mayora Indah, Tbk lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Beta saham adalah bagaimana sensitivitas pengembalian saham terhadap pengembalian
portofolio pasar. Terdapat dua macam saham, antara lain: Saham defensif, merupakan saham yang tidak sensitif terhadap fluktuasi pasar sehingga memiliki beta yang rendah. Beta saham defensif kurang dari satu, yang berarti pengembalian saham ini bervariasi lebih rendah dari satu berbanding satu terhadap
pengembalian pasar. Beta rata-rata semua saham ini adalah tepat satu. Saham agresif, berbeda dengan saham defensif, saham yang agresif memperbesar segala pergerakan pasar dan memiliki beta lebih tinggi. Beta saham agresif lebih dari satu, artinya pengembaliannya cenderung lebih dari satu berbanding satu terhadap perubahan pengembalian pasar keseluruhan. Dari estimasian menggunakan Eviews, Beta saham PT Mayora Indah, Tbk sebesar 1,499308 menunjukkan nilai lebih dari satu, artinya pergerakan return saham lebih besar daripada pergerakan return pasar IHSG. Ini menunjukkan bahwa return saham PT Mayora Indah, Tbk peka terhadap perubahan return pasar dan cukup berisiko. Berbagai risiko yang dihadapi PT. Mayora Indah Tbk yang dapat mempengaruhi return saham antara lain: a. Risiko fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga. 29
Ketidakstabilan nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang Rupiah dapat memberikan dampak ketidakpastian terhadap biaya produksi dan dalam penetapan harga jual produk. Hal ini disebabkan karena, meskipun sebagian besar bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi dapat diperoleh dari dalam negeri. Namun ketidak stabilan nilai tukar valuta asing terutama USD, terhadap mata uang Rupiah dapat mempengaruhi harga bahan baku produksi yang diimport atau bahan baku produksi yang dibeli di pasar lokal tetapi mengikuti harga pasar internasional. Sehingga, jika terjadi perubahan nilai tukar mata uang asing yang cukup signifikan, hal ini dapat mempengaruhi besarnya biaya. b. Risiko Persaingan Usaha Bisnis sektor industri makanan yang prospektif telah menimbulkan persaingan yang semakin ketat dengan hadirnya produsen yang semakin banyak dan agresif. Sifat konsumen yang selalu ingin mencoba produk baru dapat mengakibatkan menurunnya pangsa pasar dan pendapatan perusahaan. c. Risiko Pasokan Bahan Baku Bencana alam, gagal panen, terganggunya jalur transportasi dan kejadian kejadian sejenis yang menyebabkan terganggunya pasokan bahan baku dapat menyebabkan pemanfaatan kapasitas produksi untuk mendapatkan efisiensi maksimal tidak tercapai sehingga dapat menurunkan kinerja operasional dan finansial perusahaan. d. Risiko Ketentuan Negara Lain atau Peraturan Internasional Sebagai perusahaaan yang telah menjual produknya ke seluruh benua, kondisi politik, ekonomi dan peraturan yang diberlakukan pada suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Diantaranya, pemberlakuan besarnya bea masuk oleh negara tujuan ekport. Hal itu dapat menghambat pertumbuhan eksport karena besarnya pajak yang harus dibayar dapat menyebabkan harga jual produk menjadi tinggi sehingga harga jual menjadi mahal dinegara tujuan eksport tersebut. e. Risiko Kebijakan Pemerintah Kebijakan dalam bentuk Peraturan
yang
dikeluarkan
oleh
pemerintah
yang
mempengaruhi daya beli masyarakat dan besarnya biaya produksi, transportasi serta kewajiban perusahaan, dapat berdampak pada penyerapan hasil produksi perusahaan dan dapat mempengaruhi besarnya laba. 2. Saham PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) Dari hasil perhitungan return saham tahunan dan return pasar tahunan PT Perusahaan Gas Negara Tbk diatas, dapat dilihat bahwa baik return saham maupun return pasar tahunan 30
sangatlah fluktuatif. Semakin tinggi tingkat return, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat return, semakin rendah juga tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Dari data saham tahunan PT Perusahaan Gas Negara didapatkan rerata Ri lebih besar dari pada rerata Rm (IHSG). Maka dapat dikatakan berpengaruh positif bagi perusahaan karena rerata return saham perusahaan lebih tinggi daripada rerata return perusahaan lain yang ada di pasar. Hal ini berarti return saham PT Perusahaan Gas Negara lebih besar dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Semakin tinggi standar deviasi, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan hasil output diatas, dapat dilihat bahwa standar deviasi Ri lebih besar dari pada standar deviasi Rm (IHSG). Hal ini berarti tingkat resiko saham PT Perusahaan Gas Negara lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Dari estimasian menggunakan Eviews, Beta saham PT PGN sebesar -264.89
yang
menunjukkan nilai negative, artinya pergerakan return saham berbanding terbalik daripada pergerakan return pasar IHSG. Ini menunjukkan bahwa kenaikan pada return IHSG akan menimbulkan penurunan terhadap return saham PT PGN. Perbedaan yang mencolok antara return saham dan return di pasar ini disebabkan oleh faktor internal dari perusahaan dan risiko yang dihadapi oleh perusahaan, yakni sebagai berikut: 1) Isu Akuisisi Terjadi penurunan harga saham Perusahaan Gas Negara yang diakibatkan oleh adanya isu akuisisi oleh PT Pertamina Gas atau PT Pertagas. Isu akuisisi yang belum solid agurmen mengenai biaya dan manfaat nya ini menimbulkan harga saham perusahaan menjadi anjlok. Saham PGAS merosot sejak adanya isu akuisisi pada Oktober tahun 2013, yakni dari Rp 5.450 menjadi di kisaran Rp 4.700 pada pertengahan bulan Januari 2014. 2) Inflasi Pergerakan IHSG akan lebih ditentukan dari data makro yaitu inflasi dan neraca perdagangan. Angka inflasi Januari 2011 tercatat 0.89%. Walaupun angka ini tidak jauh berbeda dengan angka inflasi Januari 2010, tetap saja
angka inflasi yang hampir
mencapai 1% ini cukup mengkhawatirkan. Akibat dari hal tersebut IHSG sempat menyentuh angka 3500 harus turun beberapa poin. 3) Pertumbuhan dan penurunan PDB (Produk Domestik Bruto)
31
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan 5 Agustus 2014 ditutup melemah seiring dengan pengumuman PDB Indonesia yang makin melambat pada triwulan II-2014. 4) Penolakan rencana akuisisi Pertamina Saham PGAS mampu naik 7% pada Senin, 20 Januari 2014. Hal itu dipicu pernyataan ketua DPR Marzuki Ali yang menolak rencana Pertamina akuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Aksi beli investor asing juga berdampak positif ke penguatan indeks saham pada Senin, 20 Januari 2014. Pada penutupan perdagangan saham pada tanggal 20 Januari 2014, IHSG ditutup menguat 19,34 poin atau 0,44% ke level 4.431,57. Terdapat pula risiko-risiko bisnis yang dihadapi perusahaan, yaitu: 1. Risiko murni perusahaan, yaitu: a) Risiko Kebakaran dan Risiko Karyawan Sebagai perusahaan gas, reiiko kebakaran pada PGN sangat tinggi sehingga setaip tahunnya PGN mengadakan latiahan mencegah dan menangani kebakaran pada para karyawannya, termasuk keluarganya, secara bergilir untuk menjaga keselamatan para karyawan dan mengurangi kerugian yang akan ditanggung PGN sendiri. a) Risiko Legal/Regulasi Dalam hal ini terdapat potensi kerugian perusahaan atas penerapan unbundling dan open access atas jaringan pipa gas milik Perusahaan. 2. Berikut ini terdapat beberapa risiko spekulatif perusahaan: a) Risiko pasar Kelompok Usaha memiliki eksposur terhadap risiko pasar, yaitu risiko mata uang asing. Risiko mata uang asing perusahaan terpapar risiko oleh 2 mata uang, yaitu Rupiah (IDR) dan Yen (JPY) dimana mata uang pencatatan Perusahaan adalah Dolar (US). b) Risiko kredit Risiko kredit adalah risiko kerugian keuangan yang timbul jika pelanggan Kelompok Usaha gagal memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada Kelompok Usaha. c) Risiko likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko dimana Kelompok Usaha tidak bisa memenuhi liabilitas pada saat jatuh tempo. d) Risiko operasional Pada kegiatan operasional transmisi gas, perusahaan terpapar potensi risiko kerusakan jaringan pipa dan fasilitas karena beberapa penyebab. 3. Saham PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI)
32
Dari hasil perhitungan return saham tahunan dan return pasar tahunan PT Bank Negara Indonesia diatas, dapat dilihat bahwa baik return saham maupun return pasar tahunan sangatlah fluktuatif. Semakin tinggi tingkat return, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat return, semakin rendah juga tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Dari data saham tahunan PT Bank Negara Indonesia didapatkan rerata Ri lebih besar dari pada rerata Rm (IHSG). Maka dapat dikatakan berpengaruh positif bagi perusahaan karena rerata return saham perusahaan lebih tinggi daripada rerata return perusahaan lain yang ada di pasar. Hal ini berarti return saham PT Bank Negara Indonesia Tbk lebih besar dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Semakin tinggi standar deviasi, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan hasil output diatas, dapat dilihat bahwa standar deviasi Ri lebih besar dari pada standar deviasi Rm (IHSG). Hal ini berarti tingkat resiko saham PT BNI lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Dari estimasian menggunakan Eviews, Beta saham PT Bank Negara Indonesia, Tbk sebesar 2.272902 menunjukkan nilai lebih dari satu, artinya pergerakan return saham lebih besar daripada pergerakan return pasar IHSG. Ini menunjukkan bahwa return saham PT Bank Negara Indonesia Tbk peka terhadap perubahan return pasar dan cukup berisiko. Risiko-risiko yang dihadapi PT BNI yang dapat mempengaruhi tingkat return antara lain: 1. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar, Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko ini dapat berasal baik dari posisi trading book maupun posisi banking book. 2. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).
33
3. Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sumber risiko ini antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal. 4. Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai. 5. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. 6. Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. 7. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line). 4. Saham PT Indocement Tunggal Perkasa (INTP) Dari hasil perhitungan return saham tahunan dan return pasar tahunan PT Indocement Tunggal Perkasa diatas, dapat dilihat bahwa baik return saham maupun return pasar tahunan sangatlah fluktuatif. Semakin tinggi tingkat return, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat return, semakin rendah juga tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Dari data saham tahunan PT Indocement Tunggal Perkasa didapatkan rerata Ri lebih besar dari pada rerata Rm (IHSG). Maka dapat dikatakan berpengaruh positif bagi 34
perusahaan karena rerata return saham perusahaan lebih tinggi daripada rerata return perusahaan lain yang ada di pasar. Hal ini berarti return saham PT Indocement Tunggal Perkasa lebih besar dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Semakin tinggi standar deviasi, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan hasil output diatas, dapat dilihat bahwa standar deviasi Ri lebih besar dari pada standar deviasi Rm (IHSG). Hal ini berarti tingkat resiko saham PT Indocement lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Dari estimasian menggunakan Eviews, Beta saham PT Indocement sebesar 0.463471 menunjukkan nilai kurang dari satu, artinya pergerakan return saham lebih kecil daripada pergerakan return pasar IHSG. Ini menunjukkan bahwa return saham PT Indocement Tbk tidak peka terhadap perubahan return pasar dan memiliki risiko yang lebih rendah. Risiko yang dihadapi PT Indocement yang dapat mempengaruhi nilai return saham antara lain: 1. Risiko pasar global Pada tahun 2011, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami peningkatan permintaan semen di seluruh Indonesia namun perusahaan mengalami kendala dalam hal transportasi yaitu pengiriman armada truk yang terhambat dari Jepang akibat bencana Tsunami. Namun perusahaan tetap bisa memenuhi permintaan masyarakat. Pada tahun 2008, Krisis ekonomi Global mempengaruhi penjualan produk di segala bidang terutama yang berorientasi ekspor. Termasuk Industri semen yang juga mengalami penurunan penjualan. Hal ini membuat harga saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga mengalami penurunan. Penjualan ekspor klinker menurun 44,7% sedangkan ekspor semen hanya meningkat 4,1%. Hal ini merupakan konsekuensi dari keputusan Indocement untuk memprioritaskan pasokan pasar domestik. Kenaikan biaya energi, terutama untuk bahan bakar dan batubara, merupakan tantangan terbesar Indocement untuk mewujudkan tujuan sebagai produsen semen dengan biaya terendah di Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, Indocement telah melakukan pengendalian biaya secara ketat terhadap seluruh pabriknya, dan akan terus berlanjut menjadi faktor utama yang menopang tujuan jangka panjang dalam mencapai keunggulan operasional. 35
5. Saham PT. Unilever Indonesia (UNVR) Dari hasil perhitungan return saham tahunan dan return pasar tahunan PT Unilever Indonesia diatas, dapat dilihat bahwa baik return saham maupun return pasar tahunan sangatlah fluktuatif. Semakin tinggi tingkat return, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat return, semakin rendah juga tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Dari data saham tahunan PT Unilever Indonesia didapatkan rerata Ri lebih besar dari pada rerata Rm (IHSG). Maka dapat dikatakan berpengaruh positif bagi perusahaan karena rerata return saham perusahaan lebih tinggi daripada rerata return perusahaan lain yang ada di pasar. Hal ini berarti return saham PT Unilever Indonesia lebih besar dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Semakin tinggi standar deviasi, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan hasil output diatas, dapat dilihat bahwa standar deviasi Ri lebih besar dari pada standar deviasi Rm (IHSG). Hal ini berarti tingkat resiko saham PT Unilever lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Dari estimasian menggunakan Eviews, Beta saham PT Unilever sebesar 0.623979 menunjukkan nilai kurang dari satu, artinya pergerakan return saham lebih kecil daripada pergerakan return pasar IHSG. Ini menunjukkan bahwa return saham PT Unilever Tbk tidak peka terhadap perubahan return pasar dan memiliki risiko yang lebih rendah. Faktor-faktor yang berisiko menyebabkan perubahan dalam return/harga pasar di PT Unilever antara lain: 1. Keuangan Perubahan nilai mata uang dapat berfluktuasi secara tajam dan berdampak secara signifikan pada kinerja bisnis. Nilai tukar yang tidak stabil juga dapat mengakibatkan naik turunnya harga bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi produk-produk Unilever. 2. Pilihan brand
36
Selera dan perilaku konsumen senantiasa berubah. PT Unilever harus mampu mengantisipasi dan menyikapi perubahan ini dengan terus membuat brand dan produk PT Unilever unik dan berbeda dengan yang lain. 3. Ekonomi eksternal Kondisi ekonomi yang terus berubah dapat mengakibatkan menurunnya permintaan konsumen untuk Unilever, yang dapat mempengaruhi satu atau lebih negara di dalam satu kawasan, atau bahkan secara global. Langkah pemerintah, seperti stimulus fiskal, perubahan perpajakan, dan kontrol harga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan profitabilitas operasi lokal. 4. Aspek hukum dan peraturan Unilever merupakan subyek dari hukum dan peraturan lokal, regional, dan global yang berlaku di berbagai bidang seperti keamanan produk, klaim produk, merek dagang, hak cipta, paten, persaingan, kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan, tata kelola perusahaan, keterbukaan informasi, ketenagakerjaan, serta pajak.
Kegagalan untuk
mematuhi peraturan yang berlaku dapat mengakibatkan adanya tuntutan perdata dan/atau pidana yang menyebabkan kerusakan, denda dan sanksi. Hal ini dapat mempengaruhi reputasi Unilever, dan membebani biaya dalam berbisnis. 5. Sistem dan Informasi Karena Unilever berinteraksi secara elektronik dengan para pelanggan, pemasok, dan konsumen, Unilever sangat membutuhkan sistem dan inftrastruktur TI yang aman dan dapat diandalkan. Gangguan dalam sistem dapat menghambat operasi bisnis di berbagai area, termasuk menghambat penjualan, produksi, dan siklus arus kas. Pembatasan akses ke informasi rahasia serta pemisahan tugas juga harus menjadi prioritas perusahaan. 6. Saham PT. Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Dari hasil perhitungan return saham tahunan dan return pasar tahunan PT Telekomunikasi Indonesia diatas, dapat dilihat bahwa baik return saham maupun return pasar tahunan sangatlah fluktuatif. Semakin tinggi tingkat return, semakin besar risiko yang dihadapi
37
perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat return, semakin rendah juga tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Dari data saham tahunan PT Telekomunikasi Indonesia didapatkan rerata Ri lebih besar dari pada rerata Rm (IHSG). Maka dapat dikatakan berpengaruh positif bagi perusahaan karena rerata return saham perusahaan lebih tinggi daripada rerata return perusahaan lain yang ada di pasar. Hal ini berarti return saham PT Telekomunikasi Indonesia lebih besar dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Semakin tinggi standar deviasi, semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan hasil output diatas, dapat dilihat bahwa standar deviasi Ri lebih besar dari pada standar deviasi Rm (IHSG). Hal ini berarti tingkat resiko saham PT Telkom lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain yang ada di pasar. Dari estimasian menggunakan Eviews, Beta saham PT Telkom sebesar 0.177009 menunjukkan nilai kurang dari satu, artinya pergerakan return saham lebih kecil daripada pergerakan return pasar IHSG. Ini menunjukkan bahwa return saham PT Telkom tidak peka terhadap perubahan return pasar dan memiliki risiko yang lebih rendah. Berbagai risiko yang dihadapi PT. Telkom dalam aktivitas bisnisnya yang dapat mempengaruhi tingkat harga maupun return saham antara lain: 1. Risiko Operasional Perusahaan sangat bergantung pada operasi jaringan yang tidak terputus dalam memberikan layanan. Meskipun telah menerapkan rencana kelanjutan bisnis dan rencana pemulihan bencana yang komprehensif, PT Telkom tidak dapat menjamin bahwa rencana tersebut akan berhasil sebagian atau sepenuhnya jika bagian dari jaringan tersebut mengalami kerusakan atau gangguan yang parah. Kerusakan apapun yang berujung pada gangguan operasi atau penyediaan layanan perusahaan, baik yang berasal dari gangguan operasional, bencana alam atau sebaliknya, dapat berdampak negatif bagi bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha. 2. Risiko Keuangan
38
Industri layanan telekomunikasi adalah padat modal. Agar kompetitif, PT Telkom harus secara terus-menerus mengembangkan, memodernisasi dan memperbaharui teknologi infrastruktur telekomunikasi yang mencakup investasi modal yang substansial. PT Telkom tidak dapat menjamin bahwa pembiayaan tambahan akan tersedia dengan persyaratan yang sesuai secara komersial, atau akan tersedia pembiayaan tambahan sama sekali. Selain itu, PT Telkom hanya dapat menambah pembiayaan sesuai dengan ketentuan perjanjian hutang yang ada. Oleh karenanya, perusahaan tidak dapat menjamin bahwa perusahaan akan memiliki sumber modal yang cukup untuk mengembangkan atau memperluas teknologi infrastruktur telekomunikasi agar tetap kompetitif di pasar telekomunikasi Indonesia. 3. Risiko terkait pengembangan bisnis baru Untuk dapat terus bertumbuh, dibutuhkan upaya-upaya untuk mengembangkan bisnis baru di luar bisnis telekomunikasi maupun untuk berekspansi dan bersaing di pentas global. Upaya-upaya tersebut dilakukan oleh entitas anak, yaitu Metra dan Telin. Beberapa tantangan atau risiko terkait dengan pengembangan bisnis baru ini adalah: kompetisi dari current big player, kesesuaian bisnis model, perlunya expertise baru, serta risiko terkait media online (hak cipta, perlindungan konsumen dan kerahasiaan data pelanggan). Fokus pada ekspansi internasional merupakan salah satu inisiatif strategis PT Telkom. Saat ini, PT Telkom telah melakukan ekspansi ke area pertumbuhan di tujuh negara, yaitu Hong Kong-Macau, Timor Leste, Australia, Myanmar, Malaysia, Taiwan dan Amerika Serikat, melalui entitas anak, Telin. Perluasan aktivitas operasional ke lingkup internasional membawa sejumlah risiko terkait dengan keharusan beroperasi di bawah hukum yang berbeda. Misalnya, operasional internasional kami dapat terkena dampak negatif dari kondisi lingkungan politik, gejolak dan ketidakstabilan sosial, perubahan regulasi seperti misalnya kenaikan pajak menyangkut aktivitas operasional kami, ketidakstabilan makro ekonomi, pembatasan atau pengendalian atas lalu-lintas devisa, persaingan dari operator setempat, perbedaan selera konsumen, ataupun kurangnya tenaga ahli di pasar lokal dimana PT Telkom akan beroperasi. 4. Risiko regulasi 39
Reformasi peraturan telekomunikasi Indonesia yang telah dimulai oleh Pemerintah pada tahun 1999 telah mengakibatkan liberalisasi industri, termasuk penghilangan hambatan bagi masuknya pemain baru dan terjadinya persaingan. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah dan kompleksitas dari perubahan peraturan telah mengakibatkan kondisi peraturan yang tidak menentu. Selain itu, sejalan dengan perubahan peraturan dan hukum di sektor telekomunikasi Indonesia, perusahaan pesaing yang memiliki sumber daya lebih besar dapat masuk ke sektor telekomunikasi di Indonesia dan bersaing dalam melayani jasa telekomunikasi. Lebih jauh lagi, PT Telkom tidak mungkin mengantisipasi kebijakan yang dapat diterapkan pada teknologi baru. Di masa depan, Pemerintah mungkin akan mengumumkan atau menerapkan perubahan peraturan lainnya yang dapat berakibat negatif bagi bisnis atau lisensi usaha yang ada. PT Telkom tidak dapat meyakinkan bahwa perusahaan dapat bersaing dengan operator telekomunikasi nasional dan asing lainnya, bahwa perubahan peraturan itu tidak akan menghemat biaya para pesaing atau justru sebaliknya menekan pendapatan, atau bahwa perubahan peraturan itu, revisi atau intepretasi dari peraturan dan hukum yang berlaku saat ini atau di masa depan yang diterbitkan oleh Pemerintah tidak akan berdampak negatif bagi bisnis dan hasil-hasil usaha perusahaan.
40
Kesimpulan dan Rekomendasi dari Analisis Saham Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis diatas, serta dengan mempertimbangkan faktor risiko yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan maupun industri yang terkait dengan lingkungan bisnisnya, maka kita dapat membuat keputusan mengenai komposisi portofolio yang ideal. Dengan mengasumsikan investor yang risk averse, maka bobot portofolio tertinggi diberikan pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, dikarenakan memiliki koefisien variasi yang terendah, dan berdasarkan nilai beta, dapat disimpulkan bahwa kinerja PT. Telekomunikasi Indonesia tidak mudah dipengaruhi oleh fluktuasi pasar. Selain itu, diprediksikan sektor telekomunikasi masih akan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi karena kebutuhan akan layanan tersebut masih akan sangat besar terutama dengan adanya inovasi pengembangan jaringan 4G, oleh karena itu investasi pada sektor telekomunikasi akan menghasilkan return yang optimal serta stabil bagi investor. Bobot portofolio terendah diberikan kepada PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk, dikarenakan memiliki koefisien variasi yang paling tinggi. Investasi pada perusahaan PT Indocement juga diprediksi memiliki potensi yang cenderung rendah dikarenakan permintaan semen di Indonesia yang menurun. Anjloknya penjualan semen perseroan merupakan buah dari permintaan semen nasional yang juga menurun 4 persen. Akibatnya, pangsa pasar PT Indocement pada semester I 2015 juga ikut menurun dari 30,5 persen pada semester I-2014 menjadi 29,1 persen. Perlambatan ekonomi yang terjadi mengakibatkan kapasitas produksi semen nasional mengalami kelebihan stok hingga 15 juta ton, terutama akibat permintaan domestik yang berkurang.
41
Daftar Pustaka Tandelilin, E., 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Profil Perusahaan PT Mayora Indah http://www.mayoraindah.co.id/profil/ Profil Perusahaan PT PGN : http://www.pgn.co.id/download/document/PGN_-_FA_COMPANY_PROFILE__25_Feb_2014_interactive_1.pdf Profil Perusahaan PT BNI: http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/PerformanceSummary/BBNI.pdf Profil Perusahaan PT Indocement: http://www.indocement.co.id/v5/id/company/indocement-in-brief/brief-description/ Profil Perusahaan PT Unilever: http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/PerformanceSummary/UNVR.pdf Profil Perusahaan PT Telkom: http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/PerformanceSummary/TLKM.pdf Annual Report PT Mayora tahun 2014: http://www.mayoraindah.co.id/wp-content/uploads/2015/05/AR2014-MYOR-.pdf Peraturan OJK mengenai Risiko Perbankan: http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-ojk/Documents/Pages/POJK-Nomor18.POJK.03.2016/SAL%20-%20POJK%20Manajemen%20Risiko%20.pdf Telkom Jadi BUMN dengan Kinerja Saham Terbaik http://bisnis.liputan6.com/read/2401553/telkom-jadi-bumn-dengan-kinerja-saham-terbaik Penjualan Turun, Laba Indocement Berkurang http://katadata.co.id/berita/2015/08/03/penjualan-turun-laba-indocement-berkurang
42
View more...
Comments