ANALISIS Pertanian Dan Industri Pangandaran

December 18, 2017 | Author: AyiTatangJuana | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ini merupakan hasil analisis pertanian dan potensi dari pangandaran. Selamat membaca. free...

Description

ANALISIS LOKASI KABUPATEN PANGANDARAN A. Lokasi Pariwisata B. Lokasi Pertanian Selain potensi parawisata ternyata Kabupaten Pangandaran juga memiliki potensi pertanian yang cukup memadai. Luas sawah di Kabupaten Ciamis berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis pada Tahun 2012 tercatat 51.903 Ha dan 26 persen ada di Kabupaten Pangandaran atau sekitar 13 ribu Ha dengan sawah irigasi dan tadah hujan. Pertanian tanaman padi (sawah dan ladang) merupakan komoditas utama di sektor pertanian. Data produksi tanaman padi (sawah dan ladang) tahun 2012 Kabupaten Ciamis tercatat 688.891 ton dan 31 persen disumbang dari produksi Kabupaten Pangandaran atau mencapai 214.044 ton. Sub sektor pertanian palawija Kabupaten Pangandaran juga tidak kalah potensial untuk ditingkatkan dengan jumlah produksi pada tahun yang sama dengan komoditas unggulan jagung 6.152 ton, ubi kayu 11.300 ton, ubi jalar 2.520 ton, kacang tanah 752 ton, kacang kedelai 2.084 ton, kacang hijau 725 ton dan komoditas lainnya. Belum lagi potensi komoditas hortikultura yang bisa dikembangkan. Hampir semua kecamatan di wilayah Growth Center Pangandaran memiliki potensi unggulan untuk pengembangan komodistas pertanian, kecuali di Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Sidamulih yang tidak memiliki potensi pertanian. Berikut ini rincian potensi yang dimiliki oleh kecamatan-kecamatan di Growth Center Pangandaran.

TABEL 1 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, SAYUR-SAYURAN DAN BUAHBUAHAN DI KABUPATEN PANGANDARAN No

Komoditi Pangan

Sentra Komoditas

1

Padi

2

3

-Padi Sawah

Padaherang,

-Padi Ladang

Cimerak, Cijulang, Cigugur, Langkaplancar,

Palawija

Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Cimerak, Cijulang, Cigugur, Parigi, Sidamulih,

-Jagung -Ubi

Kalipucang, Padaherang Cimerak, Cigugur, Langkaplancar,

-Kedelai

Parigi, Pangandaran, Kalipucang,

-Kacang Tanah

Padaherang

Holtikultura

Padaherang

-Sayur-sayuran -Buah-buahan Sumber:

Cimerak, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang,

Cijulang, Cigugur, Sidamulih, Pangandaran

http://metropolitan.jabarprov.go.id/sources/download/paper/8601c-05

konsep-awal-pengembangan-growth-center-pangandaran_juni2013_a22.pdf Sesuaikah atau cocokah aktivitas Pertanian diletakan di daerah tersebut? Mengapa? Penjabat Bupati Kabupaten Pangandaran Endjang Naffandy mengatakan, dalam (http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2013/05/07/233964/10-kecamatandi-kabpangandaraan-memiliki-potensi-bagus) potensi yang dimiliki tidak hanya dari sektor pariwisata. Tetapi, seperti pertanian, perkebunan pun dapat menjadi keunggulan bagi DOB (Daerah Otonom Baru) itu. “Untuk pertanian, Kecamatan Mangunjaya cocok dan berpotensi untuk menjadi lumbung padi bagi Kabupaten Pangandaran. Hal itu dilihat dari 60 persen wilayah daerah itu yang merupakan lahan pertanian sawah.”

Teori Lokasi mengenai Pertanian Menurut Johann Heinrich Von Thunen mengenai perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa tanah (pertimbangan ekonomi). Ia mengatakan bahwa tingkat sewa tanah adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Hal itu dapat dilihat dari

kecamatan Mangunjaya yang 60 persen wilayah daerah itu merupakan laham pertanian sawah. C. Lokasi Industri 1) Industri Gula Kelapa atau Gula Merah Pangandaran memiliki banyak potensi industri kecil menengah di dalamnya. Sebagian besar, industri kecil menengah ini langsung dikelola oleh masyarakat. Salah satunya adalah home industry gula kelapa. Potensi gula kelapa atau gula merah di Pangandaran cukup besar, terutama di Kecamatan Padaherang, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Cimerak, dan Kecamatan Sidamulih. Sebagian besar home industry gula kelapa yang dikelola secara mandiri oleh kepala keluarga. Produksi gula kelapa di Pangandaran cukup besar, dalam sehari gula kelapa yang diproduksi sebesar 5 – 10 kg per kepala keluarga. Akan tetapi potensi tersebut 35belum digali secara maksimal, hingga saat ini baru sekitar 20 persen pohon kelapa yang diambil niranya. Oleh karena itu, sebenarnya potensi pengembangan home industry ini masih terbuka lebar, tidak hanya mampu menyerap tenaga kerja, tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan pengrajin kelapa atau gula merah.

Menurut Ketua Asosisasi Gula Kelapa Priangan (AGKP) H .Yos Rosbi dalam http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2013/04/11/230604/pengembanganusaha-gula-kelapa-di-pangandaran-masih-terbuka-luas. Setidaknya saat ini baru sekitar dua puluh persen dari seluruh pohon kelapa yang diambil niranya untuk gula kepala. "Sebenarnya potensi gula keapa masih sangat terbuka, saat ini saja baru sekitar dua puluh persen pohon kelapa yang diambil niranya. Apabila persentasi yang disadap niranya ditingkatkan, maka tingkat kesejahteraan petani gula kelapa juga bakal semakin meningkat, " Industri gula merah juga terletak di dusun ciokong dan menjadi salah satu hasil pokok dari dusun ini. Industri ini dijalankan oleh pemilik dengan memberikan

modal kepada warga dan kemudian warga mengolah getah kelapa menjadi gula merah untuk diserahkan kepada pemilik industri. Sesuaikah atau cocokah aktivitas industri di letakan di daerah tersebut? Mengapa? Aktivitas industry gula merah dianggap cocok di kecamatan Padaherang, kecamatan Kalipucang, kecamatan Cimerak dan Kecamatan Sidamulih. Hal itu selain karena kondisi lingkungan alam yang cocok untuk pertumbuhan pohon kelapa, juga masih tebuka lahan untuk ditanami. Hanya saja, saat ini masih sangat banyak pohon yang belum disadap atau diambil niranya. Jumlah pohon juga berkurang seiring dengan adanya kebutuhan akan batang pohon kelapa untuk kepentingan lain, dengan demikian. Pohon kelapa yang sangat banyak dan tumbuh subur di daerah ini membuat industri gula merah cocok di letakan di daerah tersebut. Mengingat untuk mencapai keefektifitasan produksi maka tempat memproduksi harus dekat dengan sumber daya alam.

2) Industri Lidi Selain Gula merah, di Kecamatan Parigi memiliki potensi lidi yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan bernilai ekonomis tinggi. Anyaman lidi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat alas piring, alas gelas, tirai, dan lainnya. Akan tetapi, potensi lidi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Saat ini, batang-batang lidi yang sudah diikat dijadikan sapu dikirim ke Solo, Yogyakarta, dan Bekasi. Pada umumnya, kota-kota tersebut menjadi pengrajin lidi dan kemudian mengekspor hasil kerajinannya ke Jepang, Hongkong, dan Singapura. Melihat potensi ekspor yang cukup besar, seharusnya Pangandaran dapat memanfaatkan peluang

tersebut, dengan mengembangkan kerajinan lidi, sehingga produksi lidi mentah tidak harus dikirim dulu ke kota lain untuk kemudian dieksporkan ke negara lain. Dengan begitu, maka Pangandaran memiliki nilai tambah dari potensi lidi yang dimilikinya. Sesuaikah atau cocokah aktivitas industri di letakan di daerah tersebut? Mengapa? Sabut kelapa dan daun kelapa dapat dijadikan bahan baku Lidi dan sapu injuk. Pohon kelapa yang banyak dan subur di daerah Kecamatan Parigi menjadi hal mengapa industry ini cocok di letakan di daerah tersebut. Teori Lokasi mengenai Industri Teori yang mendasari kegiatan industri didasari oleh teori dari Alfred Weber yaitu teori lokasi biaya minimum. Dalam perumusan teorinya weber bertitik tolak pada 1. Unit telaahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang homogeny, konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna. 2. Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir dan batu bata tersedia dimanamana dalam jumlah yang memadai. 3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas. 4. Tenaga kerja tidak ubiquitous (tidak menyebar secara merata) tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas. Berdasarkan asumsi itu, ada tiga faktor yang memengaruhi lokasi industry yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan agglomerasi atau de-agglomerasi. Menurut Weber, biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan lokasi. Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak. Jadi, titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Maka, untuk meminimumkan biaya sebaiknya tempat produksi tidak jauh dari sumber daya alam atau bahan baku. Karena, di

kecamatan Padaherang, kecamatan Kalipucang, kecamatan Cimerak , parigi dan Kecamatan Sidamulih banyak ditanami pohon kelapa maka di daerah tersebut muncul industry gula merah dan industry lidi yang memanfaatkan nira, daun dan sabut kelapa. (Drs. Robinson Tarigan, 2009)

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Pangandaran.2013.Hasil Sensus Pertanian. [ONLINE] Tersedia: http://st2013.bps.go.id/st2013esya/booklet/st3218.pdf No name.2013.Konsep Awal Pengembangan Growth Center Pangandaran. [ONLINE] Tersedia: http://metropolitan.jabarprov.go.id/sources/download/paper/8601c-05konsep-awal-pengembangan-growth-center-pangandaran_juni2013_a22.pdf KKNM Unpad.2015.Potensi Industri Gula Merah Desa Sukaresik. [ONLINE Tersedia: http://kknm.unpad.ac.id/sukaresik/2015/01/23/potensi-industri-gulamerah-desa-sukaresik/

No Name.2013.10 Kecamatan di Kab.Pangandaraan Memiliki Potensi Bagus. [ONLINE] Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/jawabarat/2013/05/07/233964/10-kecamatan-di-kabpangandaraan-memilikipotensi-bagus

No Name.2013.Pengembangan Usaha Gula Kelapa di Pangandaran masih terbuka luas. [ONLINE Tersedia: http://www.pikiranrakyat.com/ekonomi/2013/04/11/230604/pengembangan-usaha-gula-kelapadi-pangandaran-masih-terbuka-luas Tarigan, Robinson.2009. Ekonomi Regional. Jakarta: Bumi Aksara

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF