Analisis Kode Etik by Hilma

May 19, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Analisis Kode Etik by Hilma...

Description

ANALISIS KODE ETIK ABKIN, ACA DAN ASCA

Aspek Tinjau Isi keseluruhan

ABKIN

ACA

ASCA

BAB I PENDAHULUAN BAB II KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR A. Kualifikasi 1. Nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan dan wawasan 2. Pengakuan kewenangan B. Informasi, Testing dan Riset 1. Penyimpanan dan penggunaan informasi 2. Testing 3. Riset C. Proses Layanan 1. Hubungan dalam pemberiaan layanan 2. Hubungan dengan klien D. Konsultasi dan Hubungan dengan Rekan Sejawat atau Ahli Lain 1. Konsultasi dengan rekan sejawat 2. Alih tangan kasus BAB III HUBUNGAN KELEMBAGAAN

Pembukaan Tujuan dari Kode Etik ACA 1. Bagian A : Hubungan dalam Konseling 2. Bagian B : Kerahasiaan dan Privasi 3. Bagian C : Tanggungjawab Profesional 4. Bagian D : Kerjasama/Hubungan dengan Profesional Lainnya 5. Bagian E : Evaluasi, Asesmen dan Interpretasi 6. Bagian F : Supervisi, Training dan Teaching 7. Bagian G : Penelitian dan Publikasi 8. Bagian H : Penggunaan atau Keterpaduan Konseling, Teknologi dan Media Sosial 9. Bagian I : Mengatasi Isu Etik

Pembukaan 1. A.1. : kewajiban terhadap siswa 2. A.2. : kerahasiaan 3. A.3. : perencanaan konseling akademik, karir, pribadi dan sosial 4. A.4. : hubungan jamak 5. A.5. : ketepatan alih tangan 6. A.6. : group work 7. A.7. : danger to self or others 8. A.8. : rekaman data siswa 9. A.9. : evaluasi, asesmen dan interpretasi 10.A.10. : teknologi 11.A.11. : program dukungan sebaya bagi siswa B : kewajiban terhadap orangtua/wali siswa 1. B.1. : Hak dan tanggungjawab orangtua 2. B.2. : Orangtua/wali dan kerahasiaan C : Tanggungjawab terhadap kolega dan teman sejawat 1. C.1. : hubungan

A. Prinsip Umum B. Keterkaitan Kelembagaan BAB IV PRAKTIK MANDIRI DAN LAPORAN KEPADA PIHAK LAIN A. Konselor Praktek Mandiri B. Laporan Kepada Pihak Lain BAB V KETAATAN KEPADA PROFESI A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban B. Pelanggaran terhadap Kode Etik

profesional 2. C.2. : berbagi informasi dengan profesi lain 3. C.3. : collaborating and educating around the role of the school counselor D : kewajiban terhadap sekolah, masyarakat dan keluarga 1. D.1. : kewajiban terhadap sekolah 2. D.2. : kewajiban terhadap masyarakat E : kewajiban terhadap diri (konselor) 1. E.1.: kompetensi profesional 2. E.2.: multicultural and social justice advocacy and leadership F : kewajiban terhadap profesi 1. F.1.: profesionalisme 2. F.2.: kontribusi terhadap profesi 3. F.3. : supervisi terhadap calon konselor sekolah 4. F.4.: kolaborasi dan edukasi mengenai konselor sekolah dan program konseling

Kualifikasi Konselor

Subjek pengguna kode etik

Secara umum menunjukkan 1. Adanya aturan mengenai keharusan konselor pendidikan dan pelatihan meningkatkan yang perlu dijalankan oleh kompetensinya. konselor 2. Kesehatan mental konselor sangat diperhatikan. Konselor diperbolehkan menjalankan proses konseling bagi dirinya jika merasa membutuhkannya Konselor adalah mereka yang Konselor yang bekerja dalam

sekolah dengan profesi lainnya G : menjaga standart 1. G.1.: cara-cara mengatasi masalah jika menemukan keraguan dalam tindakan etik 2. G.2.: ketika konselor sekolah dipaksa untuk bekerja diluar dari etik yang berlaku 3. G.3.: ketika dihadapkan dengan dilema etik, konselor sekolah, perancang program dan pengajar konseling dapat menggunakan cara-cara pengentasan masalah seperti solution to ethical problem in school (STEPS) Sama halnya dengan ACA, konselor harus terus berupaya meningkatkan kompetensinya dan memperhatikan kesehatan mentalnya.

Konselor

sekolah

yang

Kesadaran multikultur

memiliki pengakuan keahlian berbagai setting pekerjaan berlisensi, program dan kewenangan oleh dan memberi layanan yang directors/supervisor dan organisasi profesi atas dasar beragam konselor yang juga dosen wewenang yang diberikan konseling. kepadanya oleh pemerintah. Dalam menjalankan 1. ACA sangat 1. Kode etik ASCA sangat tugasnya, konselor tidak memperhatikan menunjukkan kesempatan mengadakan pembedaan kepentingan multikultur, kepada konseli yang klien atas dasar suku, termasuk membangun adalah siswa (peserta bangsa, warna kulit, agama kesadaran konselor didik) memperoleh layanan atau status sosial ekonomi. tentang nilai dirinya yang yang prima dari konselor dapat mempengaruhi sekolahnya 2. Ada proses konseling. 2. ACA menjelaskan bahwa pengaturan yang rinci konselor hendaknya mengenai bagaimana mampu memperhitungkan konselor bekerja dengan status sosial ekonomi serta keanekaragaman budaya budaya konseli dalam dan bagaimana konselor mendiagnosis memiliki kemampuan yang permasalahan konseli baik dalam situasi melalui tes yang dilakukan. multikultur tersebut. Konselor juga hendaknya mampu menggunakan perspektif yang tepat berdasarkan berbagai faktor yang mempengaruhi. 3. ACA secara khusus menjabarkan bahwa konselor hendaknya mampu

mempertimbangkan unsur budaya konseli. Oleh sebab itu, konselor yang melakukan asesmen pada konseli bukan hanya memahami alat dalam asesmen tersebut dengan baik tetapi juga mampu memahami dengan baik latar belakang konseli termasuk budayanya agar interpretasi hasil asesmen dapat lebih tepat. 4. Aturan yang sangat detail, termasuk kepentingan perbedaan budaya dan perhatian terhadap konseli dalam situasi khusus. 5. Ada penekanan atas penghindaran kemungkinan terjadinya kekerasan dalam proses konseling Pola hubungan konseli

konselor

Pendokumentasian

-

Konselor dapat memberikan Adanya larangan bantuan profesional kepada dilangsungkannya proses sanak keluarga, teman karib, konseling dalam relasi intim sepanjang hubungannya (terhadap keluarga, relasi profesional privat lainnya) Tidak ada aturan rinci 1. Penekanan akan adanya mengenai informed consent.

Larangan untuk tidak menjalin hubungan konselorkonseli yang akan berdampak pada sulitnya membangun objektivitas.

Asesmen

pendokumentasian, namun 2. Aturan rinci tentang tiap dokumentasi terkait bagaimana dokumentasi konseli adalah rahasia. digunakan 3. Aturan rinci tentang bagaimana dokumentasi dihapuskan penjabaran kode etik lebih Penjabaran kode etik dalam komprehesif, seperti bahwa ABKIN terkait asesmen penggunaan insrtumen menekankan bahwa asesmen hendaknya up to date dan hanya dapat dilakukan oleh tidak kadaluarsa, hal ini konselor yang berkompeten menjadi sangat penting dan memiliki wewenang. karena akan mempengaruhi Pelaksanaan asesmen harus interpretasi terhadap dengan tujuan yang jelas dan permasalahan konseli. Tes konseli wajib mengetahuinya yang digunakan juga sehingga mendukung sebaiknya valid dan reliabel. pelaksanaan asesmen untuk memperbolehkan kepentingan layanan. penggunaan teknologi dalam Selanjutnya, hasil tes asesmen sepanjang hasil diperbolehkan untuk yang diperoleh akurat. diberitahukan kepada pihak ACA juga menjabarkan bahwa lain (termasuk profesi lain) konseli berhak mengetahui jika hal tersebut akan hasil tes yang dilakukan. mendukung pemberian Maka itu, konselor hendaknya bantuan kepada konseli dan mampu menjelaskan hasil tes sejauh konseli memberikan kepada konseli dengan izin kepada konselor. bahasa yang mudah dipahami oleh konseli dengan mempertimbangkan latar

ASCA pun menekankan bahwa hanya konselor yang terlatih dan berkompeten-lah yang diperbolehkan melaksanakan asesmen. Asesmen yang diperbolehkan pun hanya asesmen yang dilakukan dalam lingkup sekolah. ASCA memperbolehkan penggunaan asesmen yang berbasis elektronik sepanjang hal tersebut sudah dipertimbangkan dan disesuaikan. ASCA juga menekankan bahwa konselor hendaknya mempertimbangkan perkembangan usia, keterampilan bahasa dan level kompetensi dalam melaksanakan asesmen kepada konseli. Selanjutnya dalam menginterpretasi

belakang konseli, seperti budaya, level pemahaman, dan efeknya jika konseli mengetahui hasil tesnya. Lebih baik lagi jika konselor juga mampu menjelaskan validitas dan reliabilitas tes yang digunakan. Kerahasiaan Cukup diatur secara garis 1. Sama halnya dengan besar, bahwa segala bentuk ABKIN, ACA juga tindakan konselor harus menekankan pada terlebih dahulu mendapat izin pentingnya asas dari konselinya. kerahasiaan terkait hasil tes. ACA menyebutkan jika konselor membutuhkan informasi tambahan dari profesi lain maka konselor harus mendapatkan izin dari konseli, selain itu lebih lengkapnya jika konselor membutuhkan referal terkait asesmen untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap maka konselor harus memberikan pertanyaan referal yang spesifik serta data konseli yang objektif agar asesmen tersebut

hendaknya konselor mampu menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh konseli.

1. Sangat mengatur tentang kerahasiaan dan meminta konselor untuk memberikan penjelasan sejak awal kepada konselinya mengenai situasi-situasi yang menyebabkan keterbatasan asas rahasia 2.

dapat dimanfaatkan. 2. Penjelasan mengenai kerahasiaan dan kapan informasi yang rahasia itu perlu untuk diberitahukan kepada pihak lain 3. Situasi-situasi khusus yang perlu diperhatikan terkait kerahasiaan (keputusan klien untuk mengakhiri kehidupannya, penyakit menular yang dimiliki klien (HIV/AIDS), keperluan hukum)

Evaluasi Tidak terlihat adanya keharusan evaluasi dalam program layanan konseling

Kode etik dalam ACA juga menjelaskan pentingnya evaluasi, evaluasi dapat dilakukan melalui opini profesional konselor dari data-data yang sudah dikumpulkan. Selanjutnya, walaupun dalam pelaksanaan konseling, konselor meminta bantuan kepada rekan atau keluarga konseli, konselor

tidak perlu melakukan evaluasi terhadap mereka.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF