Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
November 15, 2018 | Author: Ayu T Anita Indriyani | Category: N/A
Short Description
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget...
Description
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
Psikologi Presepsi (Kelas A)
TUGAS PSIKOLOGI PRESEPSI KELAS A
ANALISIS FILM LASKAR PELANGI MENGGUNAKAN TEORI JEAN PIAGET
Oleh : Ayu Tri Anita Indriyani 130110401045
Dosen : Soekma Yeni Astuti S.Sn, M.Sn
PROGRAM TELEVISI DAN FILM FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JEMBER 2016
TELEVISI DAN FILM UNIVERSITAS JEMBER
Page 1
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
Psikologi Presepsi (Kelas A)
BAHAN ANALISIS Judul Film : LASKAR PELANGI
Produser
: Mira Lesmana
Sutradara
: Riri Riza
Durasi
: 125 Menit
Tanggal Rilis Rilis : 25 September 2008 (Indonesia)
SINOPSIS : Film diawali dengan kepulangan Ikal dewasa (Lukman Sardi) ke kampung halamannya. Ia kemudian mengenang kembali masa kecilnya: hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru, Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid yang menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab, kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar, sekolah akan ditutup. Harun (Jeffry Yanuar) menyelamatkan mereka. Ke 10 murid ini yang kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah. Lima tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid dengan keunikan dan keistimewaannya masingmasing masing, berjuang untuk terus bisa sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk menyerah, Ikal (Zulfanny), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Verrys Yamarno) dengan bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka. Di tengah upaya untuk mempertahankan sekolah, mereka ditinggalkan salah seorang guru karena mendapatkan tawaran yang lebih menarik. Yang paling mengenaskan adalah saat Pak Harfan, yang menjadi "roh" sekolah itu, meninggal.
TELEVISI DAN FILM UNIVERSITAS JEMBER
Page 2
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
Psikologi Presepsi (Kelas A)
Film juga berusaha memperlihatkan kondisi sosial daerah Belitong pada tahun 70an dengan antara lain mengontraskan "nasib" sekolah miskin dan sekolah "mewah" milik perusahaan pertambangan, bahkan secara tersurat mempermasalahkan hak pendidikan untuk orang miskin. Film diakhiri dengan Ikal dewasa bertemu dengan Lintang dewasa (Ario Bayu), yang putus sekolah karena ayahnya meninggal. Ikal perlu menjelaskan keberhasilan impiannya, mendapat beasiswa sekolah ke Paris.
ANALISIS FILM MENGGUNAKAN TEORI JEAN PIAGET
Penulis mencoba menganalisis teori perkembangan kognitif melalui tokoh Lintang, karena penulis menganggap banyak hal yang bisa dikaji dari seorang Lintang dengan kepribadian dan kehidupannya yang menarik. Motivasinya yang sangat besar dalam mencapai tujuannya menjadi hal yang menarik untuk dibahas. Kehidupannya yang penuh dengan keterbatasan, sedikitpun tidak
menggoyahkan
semangatnya.
Kepribadiannya
yang
menawan
disertai
dengan
kecerdasannya, kemampuan bersosialisasi yang baik dan kematangan dalam berbagai segi perkembangannya, membuat ia benar-benar bisa menjadi contoh teladan yang baik bagi temanteman sebayanya. Lintang sebagai tokoh yang dipilih untuk dianalisis dianggap memiliki beberapa hal positif yang membuat ia bisa menjadi seorang anak yang memiliki prestasi akademis yang baik sekolahnya. Aspek internal yang ada pada dirinya, seperti kematangan perkembangan kognitif dan inteligensi, motivasi diri, serta kematangan pribadi, emosi, dan sosial mendukung ia untuk bisa meraih prestasi yang baik di sekolahnya.
Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Lintang melakukan berbagai usaha agar bisa meraih tujuannya untuk mendapatkan pendidikan. Inilah yang terjadi pada Lintang. Saat ia menganggap bahwa pendidikan adalah sesuatu yang ia butuhkan, ia pun melakukan usaha untuk pencapa ian tujuannya tersebut.
TELEVISI DAN FILM UNIVERSITAS JEMBER
Page 3
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
Psikologi Presepsi (Kelas A)
Hal ini terlihat dari begitu bersemangatnya ia untuk pergi
mendaftarkan
dirinya ke sebuah sekolah meskipun
sekolah
berada
jauh
itu dari
rumahnya.
Setiap pagi bersepeda ke sekolah tersebut dengan hati bahagia dan selalu berusaha untuk tidak terlambat meskipun rumahnya yang paling jauh. Motivasi yang dimilikinya mendorongnya untuk berbuat atau bertindak, menentukan arah perbuatan sehingga mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh, dan menyeleksi perbuatan mana
yang harus dilakukan,
yang serasi, guna mencapai tujuan dengan
mengenyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi pencapaian. Motivasi intrinsik yang kuat, yang dimiliki Lintang, yaitu motivasi yang bersifat internal (berasal dari dalam diri) untuk melakukan sesuatu bagi kepentingan pribadinya, membuatnya tidak pernah putus asa meski hidupnya penuh dengan keterbatasan.
Saat ia harus belajar di rumah dan di sekolah dengan kondisi yang seadanya, harus
melaksanakan
kewajibannya
mengurus rumah, mengasuh adik-adiknya, membantu ayahnya bekerja, semua ia lakukan dengan senang hati dan tanpa mengeluh.
TELEVISI DAN FILM UNIVERSITAS JEMBER
Page 4
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
Psikologi Presepsi (Kelas A)
Sedangkan dukungan dari orang tua, teman-teman, dan guru-gurunya menjadi motivasi ekstrinsik bagi dirinya, yaitu motivasi yang bersifat eksternal (berasal dari luar diri) untuk melakukan sesuatu agar mencapai sesuatu yang lainnya.
Persahabatan memberikan anak seorang teman akrab, seseorang yang
bersedia
menghabiskan
untuk
waktu
dengan
mereka dan bergabung dalam
aktivitas
kolaboratif.
dirasakan
Lintang
Hal
ini
bersama
benar-benar teman-teman
sekolahnya. Mereka belajar bersama, bermain bersama, bersepeda bersama, menghabiskan waktu bersama-sama.
Saat ia harus bekerja sama dengan
teman-temannya
dalam persiapan karnaval dan saat
mempersiapkan
diri
untuk lomba cerdas cermat. Sebuah laskar pelangi adalah bukti keakraban mereka.
Selain itu, persahabatan juga memberikan dukungan fisik. Persahabatan memberikan sumber dan bantuan kapan pun dibutuhkan. Ini terlihat dari bagaimana Lintang membantu teman-temannya dalam belajar. Ini terlihat dari bagaimana Lintang membantu teman-temannya dalam belajar. Ia membantu Harun, murid yang mengalami keterbelakangan mental dan juga TELEVISI DAN FILM UNIVERSITAS JEMBER
Page 5
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
Psikologi Presepsi (Kelas A)
membantu mengajarkan teman-temannya saat buk Muslimah tidak masuk sekolah untuk mengajar.
Dukungan ego juga menjadi manfaat dalam pertemanan. Persahabatan membantu anak merasa bahwa mereka adalah individu-individu yang berkompeten dan berharga. Selain itu, yang terpenting dukungan
adalah sosial
dari
teman-temannya. Hal ini dirasakan Lintang saat ia mengikuti lomba cerdas cermat. Teman-temannya mengakui memang
bahwa
ia
berkompeten.
Pengakuan dari teman dan gurunya
membuat
ia
menjadi seseorang yang memiliki harga diri yang positif , atau disebut juga dengan citra diri. Hal ini juga yang mempengaruhi prestasi Lintang di sekolahnya.
TELEVISI DAN FILM UNIVERSITAS JEMBER
Page 6
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
Psikologi Presepsi (Kelas A)
Persahabatan memberi anak-anak suatu hubungan yang hangat, penuh kepercayaan, dan dekat dengan orang lain (kasih sayang). Hal ini dirasakan Lintang saat ia berpamitan kepada temantemannya dan gurunya ketika ia
harus
setelah
berhenti
sekolah
kematian ayahnya.
Hubungan yang hangat yang terjalin
bersama
teman-
temannya membuat ia merasa dekat
dengan
temannya.
Bahkan pada saat itu, Ikal sampai meneteskan air mata karena harus berpisah dengan Lintang, kehilangan seorang sahabat yang sebaik Lintang. Para ahli perkembangan telah menemukan lima jenis status teman sebaya, yaitu anak populer, anak biasa, anak yang terabaikan, anak yang ditolak, dan anak yang kontroversial (Rubin, Bukowski, & Parker, 2006; Wentzel & Battle, 2001 dalam Santrock, 2008). Anak populer dianggap sebagai teman baik dan jarang tidak disukai oleh teman sebaya mereka. Anakanak populer memberikan penguatan, mendengarkan dengan seksama, menjaga komunikasi yang terbuka dengan teman sebaya, bahagia, bertindak sebagaimana adanya, menunjukkan antusiasme dan perhatian terhadap orang lain, serta percaya diri tanpa bersikap sombong. Dalam film ini, Lintang dianggap sebagai anak yang populer. Kemampuannya di bidang akademis dan kemampuan bersosialisasinya yang baik m embuat ia sangat dikagumi oleh temantemannya. Rasa percaya diri tanpa bersikap sombong yang ia tunjukkan saat membuktikan jawaban hitung-hitungannya dalam lomba cerdas cermat juga menjadikannya sebagai seseorang yang populer dan dikagumi. Selain motivasi, kematangan perkembangannya (perkembangan emosi, sosial, mentalintelektual, moral, minat, dan kepribadian) juga mempengaruhi prestasi Lintang di sekolah. Anak usia sekolah dasar sudah menyadari bahwa ia tidak dapat menyatakan dorongan dan emosinya begitu saja tanpa mempertimbangkan lingkungannya. Ia mulai belajar mengungkapkan perasaannya dalam perilaku yang dapat diterima secara social.
TELEVISI DAN FILM UNIVERSITAS JEMBER
Page 7
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
Psikologi Presepsi (Kelas A)
Perkembangan emosi ini terlihat pada diri Lintang. Saat ia harus berhenti sekolah setelah kematian ayahnya, ia mampu mengontrol emosinya dengan baik. Hal ini memperlihatkan bahwa Lintang sudah memiliki kematangan emosi yang baik. Sejak masuk sekolah dasar, keinginan anak untuk menjadi anggota kelompok dan diterima oleh kelompok sebaya makin meningkat. Untuk itu ia cenderung mengikuti nilai-nilai kelompok, walaupun hal ini kadang-kadang berarti harus menentang peraturan yang ada. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dari proses sosialisasi. Perkembangan sosial ini juga terlihat pada diri Lintang di saat ia berusaha untuk bergabung dengan teman-temannya, bahkan pernah mengikuti teman-temannya untuk pergi ke gua, percaya dengan hal yang bersifat mistik padahal ia tau bahwa hal itu menentang peraturan yang ada. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget, anak sekolah dasar memasuki tahap operasi kongkret dalam berpikir. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama Perkembangan kognitif yang dimiliki Lintang juga tergolong baik. Hal ini terlihat dari pengetahuannya yang luas dan mampu menjawab pertanyaan temannya, menjelaskan apa itu pelangi, menjelaskan tentang buaya dan juga menjelaskan tentang kota Paris kepada Ikal. Lintang juga mengalami perkembangan moral yang baik. Pada masa sekolah, pengertian anak tentang baik dan buruk, tentang keadilan, menjadi lebih beragam (berdiferensiasi) dan lentur (fleksibel), tidak sekaku seperti pada masa kanak-kanak. Ia mulai memahami bahwa penilaian tentang baik dan buruk dapat berubah, tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku itu . Perkembangan moral ini yang membuat Lintang bisa mengambil keputusan untuk berhenti sekolah. Ia tau bahwa hal itu tidak baik, namun dengan pertimbangan kondisinya yang sudah tidak mendukung, dimana ia memiliki kewajiban lain yaitu harus mengasuh adik-adiknya, ia pun akhirnya memutuskan untuk berhenti bersekolah. Dengan meluasnya mental anak, minat-minatnya pun berkembang. Hal ini akan mempunyai dampak terhadap bentuk dan kedalaman aspirasinya. Minat menimbulkan kepuasan. Seorang anak cenderung untuk mengulang-ulang tindakan-tindakan yang didasari oleh minat, dan minat ini dapat bertahan selama hidupnya . TELEVISI DAN FILM UNIVERSITAS JEMBER
Minat Lintang Lintang dalam berhitung dapat Page 8
Analisis Film Laskar Pelangi Menggunakan Teori Jean Piaget
Psikologi Presepsi (Kelas A)
tereksplorasi dengan baik. Hal ini terlihat dari kemampuannya berhitung secara cepat. Menunjukkan kalau ia memiliki perkembangan minat yang baik. Semua pengaruh yang didapatkan Lintang dari lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah, mendukung ia untuk bisa mengoptimalkan dirinya. Perkembangan kepribadiannya pun menjadi baik. Dengan memasuki sekolah dasar, kehidupan sosial anak meluas dan faktor-faktor baru mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Hal-hal yang amat menentukan perkembangan kepribadian anak ialah sejauh mana ia merasa diterima oleh orang lain (guru dan teman sebaya), sejauh mana ia mampu melakukan tugas-tugas perkembangannya, dan bagaimana prestasinya di sekolah. Aspek-aspek internal yang dimiliki Lintang telah membuat ia bisa mengoptimalkan kemampuannya sehingga ia bisa meraih prestasi yang baik di sekolahnya. Kematangan perkembangan yang dimilikinya (perkembangan emosi, sosial, mental-intelektual, moral, minat, dan kepribadian) dan motivasinya (baik intrinsik maupun ekstrinsik) yang kuat membuat ia bisa menjadi seorang anak yang memiliki prestasi yang baik di sekolahnya.
KESIMPULAN
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan. Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni : asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
TELEVISI DAN FILM UNIVERSITAS JEMBER
Page 9
View more...
Comments