Analisis Filariasis

November 6, 2018 | Author: Faisal MarSan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Analisis Penyakit Filariasis...

Description

 ANALISIS  ANA LISIS FAKTOR FAK TOR – FAKTOR RESIKO KEJA DIAN FILARIASIS FILA RIASIS DI KABUPATEN BONEBOLANGO PROVINSI GORONTALO Reyke Uloli, Soeyoko2, Sumarni3

PENDAHULUAN Filariasis yang dikenal dike nal umum

sebagai penyakit kaki gajah gaja h atau

elefantiasis termasuk salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya daerah pedesaan. Pada tahun 2004, filaria telah menginfeksi 120 juta penduduk di 83 negara diseluruh dunia. Di Indonesia dilaporkan 22 provinsi, diperkirakan telah terinfeksi filariasis sebanyak 150 juta manusia dan tertinggi di Irian Jaya.

1

Di daerah endemik resiko terkena >10–50% yang dapat terinfeksi filaria dan 10% diantaranya adalah dapat terkena pada wanita yang memberi dampak sosial dan psikologis. 2

Penyakit filariasis

mempunyai ciri dan kekhasan

tersendiri, penyakit ini sifatnya menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki.

2

Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis. Gejala klinis akut berupa limfadenistis,limfangitis,adenolimfangitis yang disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan timbulnya abses. Abses dapat pecah dan kemudian mengalami penyembuhan dengan meninggalkan parut, terutama didaerah lipatan paha dan ketiak. 3 Penyakit

ini memberikan dampak sosial budaya yang cukup besar,

dampak ekonomi serta mental secara psikhologis, sehingga tidak dapat bekerja secara optimal dan hidupnya selalu tergantung pada orang lain.

4

Penularan filariasis terjadi apabila ada lima unsur utama yaitu sumber penular (manusia dan hewan

sebagai reservoir ), ), parasit (cacing ( cacing), ), vektor

(nyamuk), nyamuk), manusia yang rentan ( host), host), lingkungan (fisik, biologik, ekonomi dan sosial budaya). budaya ).

1

Cara infeksi atau siklus dari filaria dalam tubuh sampai menimbulkan penyakit

filaria

adalah

sebagai

berikut; dalam tubuh nyamuk betina,

mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada dinding lambung dan berkembang dalam thorax  hingga menjadi larva infektif yang berpindah ke proboscis. Nyamuk menghisap darah, larva infektif (L3) akan ikut terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan bergerak mengikuti saluran limfa kemudian akan mengalami perubahan bentuk sebanyak dua kali sebelum menjadi cacing dewasa. Larva L3 (masa inkubasi ekstrinsik dari parasit) Brugia malayi akan menjadi cacing dewasa selama 3,5 bulan.

5

Pada daerah rawa nyamuk penular Brugia malayi  tipe subperiodik nokturna yang sering ditemukan adalah Mansonia spp sementara untuk daerah hutan rimba spesies cacing yang banyak ditemukan adalah Brugia malayi tipe non periodik.  6 Hasil survei darah jari di Kabupaten Bonebolango salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo merupakan daerah endemis. Didapatkan 105 positif mikrofilaria (Mf rate=34,4%) dari 326 yang diperiksa sediaan darah jari.  Angka ini

menunjukan

telah

melewati

batas

endemisitas suatu

wilayah 1%. 7 Penyakit ini dapat timbul akibat adanya transmisi dari gigitan nyamuk (vektor ) yang mengandung cacing filaria yang infektif (larva stadium 3 atau L3) ke manusia (host)

maupun heawan (hospes

reservoar ) antara lain

lutung (Presbytis cristatus), kera (Macaca fascicularis) kucing (Felis catus) yang merupakan sumber infeksi pada manusia. 8.9 Penduduk Kabupaten Bonebolango khususnya penduduk Kecamatan Boneraya masih sebagian besar mempunyai

kebiasaan

nonton bersama

diluar rumah dan keluar malam hari berkumpul bersama dalam kelompoknya seperti kelompok pengajian, kelompok pemuda untuk mencari hiburan dan untuk kegiatan lainnya, juga masih mempunyai kepercayaan yaitu mencari

2

pertolongan pengobatan ke dukun atau paranormal dan stigma yakni filaria disebabkan oleh kutukan ataupun faktor keturunan . Kondisi lingkungan yang berawa, perilaku dan kebiasaan serta kondisi ekonomi yang rendah sangat memungkinkan peluang terjadinya penularan filariasis di wilayah Kabupaten Bonebolango. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian

ini

merupakan

jenis

penelitian

observasional

rancangan studi kasus kontrol ( case control-study). Besar Sampel

dengan adalah

140 orang yang terdiri dari 70 kasus dan 70 kontrol dengan OR=3 dengan tingkat kemaknaan 5 %, confidence Interval 95% (rumus Lemeshow) Instrumen atau alat penelitian dengan menggunakan kuisioner untuk wawancara dan check list untuk observasi lingkungan. Cara pengumpulan data, melalui rekam medik puskesmas untuk pemilihan kasus dengan kriteria mikrofilaria

positif

dan kontrol mikrofilaria

dinyatakan

negatif dengan

melakukan matching  terhadap umur dan jenis kelamin. Analisis data menggunakan uji chi square dan Analisis multivariate.  10.11.12.13 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada 3 kelompok utama yaitu faktor lingkungan , faktor sosial budaya dan perilaku. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data masing-masing variabel didapatkan dari analisis bivariat dan multivariate, bahwa lingkungan, perilaku dan sosial budaya mempunyai peranan penting

dalam kejadian filariasis.

Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan dan penanggulangan filariasis dengan memperhatikan faktor risiko yang dominan mempengaruhi kejadian filariasis. Walaupun berdasarkan kebijakan depkes untuk pencegahan dan

3

penanggulangan filariasis adalah pengobatan masal bagi daerah endemis dan menghindari kontak gigitan nyamuk. 14 Penelitian ini selain menganalisis faktor sosial budaya, perilaku dan lingkungan juga menganalisis karakteristik responden menurut

kelompok

umur, Jenis kelamin, tempat tinggal dan jenis pekerjaan. Hasil karakterisitik responden sebagai berikut . a. Karakterisit ik Responden Tabel.1 Distribusi responden menurut umur kelompok umur Kelompok Umur (tahun) 10 – 14 15 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 > 61 Jumlah

Pada tabel di atas

Kasus Jml % 2 2,9 16 22,9 17 24,3 11 15,7 9 12,9 11 15,7 4 5,7 70 100

Kontrol Jml % 2 2,9 16 22,9 17 21,3 11 15,7 9 12,9 11 15,7 4 5,7 70 100

umur dibagi menjadi

Jumlah Jml % 4 2,9 32 22,9 34 24,3 22 15,7 18 12,9 22 15,7 8 5,7 140 100

7 kelompok umur dan

menunjukan distribusi kelompok umur tertinggi adalah yang berumur 21–30 tahun dan terendah pada kelompok umur 10–14 tahun (2,9%). Kasus terbanyak adalah 17 orang (24,3 %) dan yang terendah sebanyak (2,9 %). Tabel 2. Distribusi responden menurut jenis kelamin Sex Laki – laki Perempuan Jumlah

Kasus Jml % 34 48,6 36 51,4 70

100

Kontrol Jml % 34 48,6 36 51,4 70

100

Jumlah Jml % 68 48,6 72 51,4 140

100

Pada tabel 2. Distribusi responden menurut jenis kelamin terbanyak pada kelompok jenis kelamin

perempuan yaitu

72 (51,4%) dengan

4

 jumlah kasus dengan jenis kelamin perempuan sebesar 36 (51,4%) dan  jenis kelamin laki-laki 34 (48,6 %). Tabel 3. Distribusi responden menurut tempat tinggal Kasus Jml % 2 2,9 17 24,3 46 65,7 5 7,1 70 100

 Alamat Ds.Bilolantunga Ds.Monano Ds.Mootaya Ds.Tombulilato Jumlah

Kontrol Jml % 2 2,9 17 24,3 46 65,7 5 7,1 70 100

Jumlah Jml % 4 2,9 34 24,3 92 65,7 10 7,1 140 100

Dari tabel 3 di atas, terlihat bahwa responden tersebar pada empat desa dan proporsi distribusi (65,7%)

responden terbanyak tersebar di

dengan jumlah kasus

desa Mootaya

terbanyak sebesar 46 jiwa (65.7%)

sedangkan distribusi responden yang terendah di desa Bilolantunga 7.1%. b. Faktor sosial budaya. Pada uji statistic bivariat  pengetahuan p=0.042 dengan OR=2.004 mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian filariasis dan setelah diadakan uji bersama variabel lain dengan uji regresi multivariate didapatkan p=0.029,

dengan

Exp.B=2.485,

hal

ini

menunjukkan

pengetahuan

mempunyai hubungan yang signifikan. Pengetahuan rendah akan memberi peluang 2 kali lebih besar terjadi filariasis dibandingkan dengan yang mempunyai pengetahun tinggi. Penelitian filariasis di kecamatan Cempaka Mulia kabupaten Kotawaringin mendapatkan; pengetahuan mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian filariasis p=0,07 dan OR=0,49. Penelitian

15

pengetahuan di Haiti tentang penyebab penyakit filariasis

berhubungan signifikan p
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF