Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012
May 16, 2018 | Author: gitaris_edane | Category: N/A
Short Description
Download Analisis Faktor Risiko Pencemaran Udara di Kota Palembang Tahun 2012...
Description
ANALISIS FAKTOR RISIKO PENCEMARAN UDARA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2012
BTKL PP KELAS I PALEMBANG
DAFTAR ISI
BAB I
BAB 2
PENDAHULUAN ............................. ........................................... ............................... ................................. ................1
A.
Latar Belakang................... ......... .................... ................... ................... ..................... ........... .............. ........... ... 1
B.
Tujuan ............................. ............................................. ................................ ............................... ........................ .........2
C.
Manfaat Manfaat ............................... ............................................. .............................. ................................ ...................... ......3
............................................. ............................... ........................... ...........4 KAJIAN PUSTAKA .............................. A.
Karakteristik Bahan Pencemar Udara ................... ......... .................... ................... ...........4
B.
Sumber Pencemar Udara ................... ......... ................... ................... .................... ................... ...........7
C.
Dampak
Pencemaran
Lingkungan
Udara
Terhadap
Kesehatan
dan 9
BAB III METODE ............................ ............................................ ................................ .............................. ............................. ...............18
A.
Lokasi dan Metode Sampling .................... .......... .................... ................... ................... ............ ..18
B.
Metode Pengambilan dan Pengujian Contoh Uji ........ .............. ........... ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................. .............................................. ........................... ...........20
BAB V
A.
Identifikasi Kualitas Udara Kota Palembang ................ ............ .......... ..20
B.
Identifikasi Faktor Risiko Gangguan Kesehatan ................ ....... 25
C.
Teknik Pengendalian Dampak Pencemaran Udara................... Udara.......... ...........27
KESIMPULAN DAN SARAN.............................. .............................................. ........................... ...........32
A.
Kesimpulan Kesimpulan............................... .............................................. ............................... ................................ ................32
B.
Saran ............................. .............................................. ............................... .............................. ........................... ...........33
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan yang sehat merupakan salah satu target utama pemerintah di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan mahluk hidup secara optimal. Pertumbuhan pembangunan Kota Palembang khususnya di sektor industri dan transportasi disamping memberikan dampak positif, disisi lain juga memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi di dalam ruangan (indoor ) maupun di luar ruangan (outdoor ). ). Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraan bermotor telah meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Sejalan dengan itu pertumbuhan pada sektor transportasi, yang diproyeksikan sekitar 6 - 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan proyeksi 6 - 8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor. Pembakaran bahan bakar fosil untuk pemanasan di rumah tangga, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, proses-proses industri dan penanganan limbah padat dengan pembakaran merupakan sumber utama penghasil bahan pencemar udara di daerah perkotaan.Pertumbuhan sektor industri dan transportasi pada umumnya juga berdampak pada pertumbuhan penduduk kota. Jika hal ini terjadi tanpa terkendali, maka akan mengarah kepada kebutuhan enegi yang lebih besar dan tentunya akan menghasilkan pembuangan limbah/zat pencemar yang lebih banyak pula.
1
Saat ini dampak polusi udara semakin hari terasa semakin parah saja. Di siang hari suhu udara di muka bumi seakan semakin panas dari hari ke hari. Atmosfer yang terkontaminasi di luar batas toleransi, menyebabkan berbagai dampak polusi udara khususnya masalah kesehatan pernafasan pada manusia. Isu mengenai dampak lingkungan akibat transportasi merupakan isu yang telah muncul sejak ditemukannya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil. Data lingkungan yang ada menunjukkan bahwa sektor transportasi umumnya berkontribusi sekitar 23% dari emisi gas CO (carbon monoxide/green house gas ) dan tumbuh lebih cepat dari penggunaan energi di sektor lainnya.
Perkembangan jumlah kendaraan bermotor di perkotaan yang sangat pesat di era 90an diduga terkait dengan kecenderungan terjadinya urban sprawl yang tidak diikuti dengan penyediaan sistem angkutan umum yang memadai sehingga menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi. Berbagai studi menuding bahwa transportasi yang tidak terkendali telah mengakibatkan penurunan kualitas kehidupan perkotaan seperti menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, buruknya kualitas udara perkotaan, meningkatnya korban kecelakaan lalulintas, meningkatnya tekanan kejiwaan akibat kemacetan dan berkurangnya aktivitas fisik seseorang karena lebih banyak di kendaraan. Sistem transportasi perkotaan yang didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi telah terbukti mengkonsumsi energi yang berlebihan, mengganggu kondisi kesehatan masyarakat, dan tingkat pelayanan yang terus menurun walaupun dengan investasi yang terus bertambah. Kondisi ini harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Palembang
karena
perubahan
komposisi
udara
pada
level
tertentu
dapat
membahayakan kesehatan manusia dan menjadi media penyebaran penyakit. Oleh karena itu, pengawasan kualitas udara harus menjadi bagian terintegrasi di dalam program pemerintah, baik sebagai bagian program kesehatan maupun lingkungan.
B. Tujuan 1.
Tujuan Umum
Untuk menganalisis kualitas udara ambient di Kota Palembang dan faktor risiko potensial gangguan kesehatan masyarakat.
2
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsentrasi pencemar udara SO2, CO, NO2, TSP, Pb dan HC. b. Untuk mengetahui titik-titik rawan pencemaran udara di Kota Palembanvg. c. Untuk mengetahui potensi penyakit akibat pencemaran udara perkotaan.
C. Manfaat
Dapat memberikan informasi mengenai kualitas udara ambient di Kota Palembang.
3
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Bahan Pencemar Udara 1.
Sulfur Dioksida (SO2)
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO 2) dan Sulfur trioksida (SO 3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara udara SO 2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx. Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut : S + O2 < --------- > SO 2 2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO 3
SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO 3 dan uap air akan s egera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut : SO3 + H2O ------------ > H 2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO 3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah H 2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H 2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H 2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO 3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum
4
sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO 2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet.
2.
Karbon Monoksida (CO)
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO 2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
3.
Nitrogen Dioksida (NO2)
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO 2. Pembentukan NO dan NO 2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO 2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini
5
merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
4.
Total Suspended Particulate (TSP)
Partikulat
debu
melayang
( Suspended
Particulate
Matter /SPM) /SPM)
merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber sumber emisinya. Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), black smoke.
5.
Timah Hitam (Pb)
Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-
6
tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau oksidator.
6.
Hidrokarbon (HC)
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1 - 4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan. HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu. Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu hidrokarban alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan semua atom karbon tersusun dalam bentuk rantai l urus atau bercabang.
B. Sumber Pencemar Udara
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.Secara detail, sumber-sumber pencemar udara dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :
7
No.
Parameter
1.
SO2
2.
CO
3.
NO2
4.
TSP
5.
Pb
6.
HC
Tabel 2.1 Sumber Pencemar Udara Sumber Pencemar Sumber Bergerak Kendaraan bermotor.
Sumber Tidak Bergerak Sumber alam seperti vulkano, pembakaran di rumah tangga dan proses-proses industri, terutama industri peleburan baja. Kendaraan bermotor. Pegunungan, kebakaran hutan, pembakaran batubara dan minyak minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik, asap rokok dan pembakaran tungku dapur dapur rumah tangga. Kendaraan bermotor. Produksi energi dan pembuangan sampah. Kepadatan kendaraan Debu tanah kering yang terbawa bermotor oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi penggunaan mesin disel pembakaran batu bara yang yang tidak sempurna proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan menyebabkan abu berterbangan di udara. Kendaraan bermotor. Penambangan dan peleburan batuan Pb, peleburan Pb sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, insinerator, penggunaan pipa air yang mengandung Pb di rumah tangga serta rumah tua yang masih menggunakan cat yang mengandung Pb. Kendaraan bermotor. Industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet proses biologi aktivitas geothermal seperti explorasi dan pemanfaatan gas alam dan minyak bumi pembuangan sampah, kebakaran hutan.
8
C. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan dan Lingkungan 1. Gangguan Kesehatan
Kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan masyarakat. Standar tentang batas-batas batas-batas pencemar udara secara secara kuantitatif diatur dalam baku mutu udara ambient dan baku mutu emisi. Berbagai polutan udara dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia dan makhluk hidup lain antara lain : a. Karbon monoksida
Gas CO yang terhirup dapat bereaksi dengan hemoglobin pada sel darah merah seningga menghalangi pengangkutan oksigen yang sangat dibutuhkan tubuh. Efek yang ditimbulkan ditimbulkan diantaranya adalah pusing, sakit kepala, rasa mual, ketidaksadaran (pingsan), kerusakan otak, dan kematian. Gas CO yang terhirup dapat pula berdampak pada kulit dan menyebabkan masalah jangka panjang pada penglihatan. penglihatan.
Tabel 2.1 Konsentrasi CO dan Gangguan yang Ditimbulkan Konsentrasi CO di udara (ppm)
Konsentrasi COHb dalam darah (%)
Gangguan pada tubuh
3 5 10 20 40 60 80 100
0,98 1,30 2,10 3,70 6,90 10,10 13,30 16,50
Tidak ada Belum begitu terasa Gangguan sistem saraf sentral Gangguan panca indra Gangguan fungsi jantung Sakit kepala Sulit bernafas Pingsan - kematian
b. Sulfur oksida, nitrogen oksida dan ozon
Gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan ozon pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan iritasi mata dan saluran pernapasan. Menghirup ketiga gas tersebut dalam waktu cukup lama dapat menyebabkan gangguan pernapasan kronis seperti bronkitis, bronkitis, amfisema, dan asma. asma. Penyakit-penyakit ini umumnya umumnya ditandai dengan kesulitan bernapas (sesak) akibat kerusakan organ pernapasan. Gas-gas ini juga dapat memperparah gagguan pernapasan yang sedang diderita seseorang.
9
Sulfur oksida dan ozon dapat membahayakan kehidupan tumbuhan karena beersifat racun bagi tumbuhan. Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan pada konsentrasi jauh lebih tinggi dari pada yang diperlukan untuk merusak tanaman. tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi pada konsentrasi sebesar 0,5 ppm, sedangkan konsentrasi yang berpengaruh terhadap manusia seperti pada table berikut :
Tabel 2.2 Konsentrasi SO x dan Pengaruhnya Terhadap Manusia Konsentrasi SOx (ppm) 3-5 8 - 12 20
50 - 100
400 – 500
Pengaruh Terhadap Manusia
Dapat dideteksi dari baunya Mengakibatkan iritasi tenggorokan Mengakibatkan iritasi mata, batuk. Merupakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu lama. Merupakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu singkat Berbahaya meskipun kontak secara singkat
Oksida nitrogen memiliki dua macam bentuk yaitu NO dan NO 2. Penelitian terhadap aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan NO2 empat kali lebih beracun dari pada NO, tetapi No pada konsentrasi udara ambient yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO 2 yang lebih beracun terutama terhadap paru-paru. paru-paru. Oksidan fotokimia seperto ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata. Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 - 3,0 ppm selama 2 jam mengakibatkan pusing yang berat dan kehilangan koordinasi pada beberapa orang yang sensitive. Kontak dengan ozon ozon pada konsentrasi sekitar 3,0 3,0 ppm selama beberapa waktu mengakibatkan edema pulmonary pada kebanyakan orang.
c. Materi partikulat
Materi-materi partikulat yang banyak terdapat di area pabrik, konstruksi bangunan, dan pertambangan seperti serbuk batu bara, serbuk kapas, serbuk
10
kuarsa, dan serat asbes, dapat dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Tingkat keparahan penyakit dapat beragam, mulai dari peradangan sampai pembentukan tumor paru-paru. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan
bebagai
macam
penyakit
saluran
pernapasan
atau
pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron tertahan di saluran pernapasan bagian atas, partikel berukuran 3 - 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan partikel yang berukuran 1 - 3 mikron akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru kemudian menempel pada alveoli. Partikel yang kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas dihembuskan. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah kegiata indutri dan teknologi antara lain : 1) Silikosis Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silica bebas, berupa SiO 2 yang terhisap masuk ke paru-paru, kemudian mengendap dengan masa inkubasi sekitar 2 - 4 tahun. Penyakit silikosis ditandai dengan sesak napas napas yang disertai batuk namun seringkali tidak disertai dahak. Bila silikosis sudah pada stadium berat, sesak napas akan semakin parah, kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung. 2)
Asbestosis Penyakit asbestosis disebabkan oleh debu atau serat asbes, yaitu campuran dari berbagai macam macam silikat terutama magnesium silikat. Gejala yang ditunjukkan berupa sesak napas napas dan batuk dengan dahak. dahak. Pemeriksaan pada dahak akan menunjukkan adanya debu asbes dalam dahal dahal tersebut. Ujungujung jari penderitanya akan tampak membesar atau melebar.
3)
Bisinosis Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat kapas. Masa inkubasinya yaitu sekitar 5 tahun, dengan tanda-tanda tanda-tanda awal
11
berupa sesak napas dan terasa berat pada dada. Pada bisinosis tingkat lanjut atau berat, biasanya diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema. 4)
Antrakosis Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batu bara. Masa inkubasi debu di saluran pernapasan antara 2 - 4 tahun. Karena pada debu batu bara terkadang juga terdapat debu silikat, penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silikosis sehingga disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu: a)
Antrakosis murni
b)
Silikoantrakosis
c)
Tuberkolosilikoantrakosis
5) Beriliosis Beriliosis disebabkan oleh debu logam, baik berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk bentuk halogenida. Debu logam dapat menyebabkan menyebabkan nesoparingitis, bronchitis, dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis banyak timbul pada pekerja industry yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, seng, mangan, pada pekerja pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan pengolahan bahan penunjang industry nuklir, dengan masa masa inkubasi 5 tahun. Penyakit beriliosis ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Materi partikulat lain yang dapat membahayakan kesehatan adalah timbal. Timbal sangat beracun (toksik) dan dapat terakumulasi dalam tubuh, serta menyerang berbagai sistem tubuh, seperti sistem pencernaan dan sistem saraf, fungsi jantung dan ginjal. Anak-anak lebih rentan terhadap efek timbal dibandingkan orang dewasa. Timbal dapat menyebabkan keterbelakangan mental pada anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa timbal dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada hewan.
12
d. Asap rokok
Asap rokok mengandung berbagai zat berbahaya seperti benzo- α-pyrene dan formaldehid yang berpotensi menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti ganggua pernapasan, penyakit jantung dan kanker paru-paru.
e. Zat-zat penyebab kanker
zat-zat penyebab kanker antara lain kloroform, para-diklorobenzena, tetrakloroetilen, trikloroetan, dan radioaktif (misalnya radon).
Zat-zat
tersebut umumnya merupakan jenis polutan udara di dalam ruangan (indoor air pollutans).
f. Suara
Kontak dengan suara bising dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan organ pendengaran yang bersifat permanen (tuli). Suara yang dikategorikan menimbulkan kebisingan berkekuatan di atas 50 dB. Gangguan yang timbul terutama pada system pendengaran, sedangkan sedangkan gangguan lain diantaranya :
g.
a)
Ketegangan yang pada akhirnya menyebabkan sulit tidur
b)
Perubahan tekanan darah
c)
Perubahan denyut nadi
d)
Dapat mengganggu janin dalam kandungan
e)
Kontraksi perut
f)
Gangguan jantung
g)
Gangguan ingatan
h)
Gangguan kejiwaan, strees bahkan gila s erta penyakit-penyakit lain.
Bahan radioaktif
Polusi bahan radioaktif berasal dari debu radioaktif yang berasal dari ledakan bom dan reactor atom. atom. Bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh oleh α, β, γ, serta partikel neutron hasil pembelahan pembelahan inti. Dampak polusi bahan radioaktif, antara lain:
13
1)
Terjadinya perubahan struktur zat dan pola reaksi kimia sehingga dapat merusak sel tubuh
2)
Penurunan kemampuan otak
3)
Penurunan sel darah putih sehingga daya tahan tubuh menurun
4)
Kehilangan nafsu makan
5)
Turunnya berat badan
6)
Diare dan demam
7)
Peningkatan denyut jantung
8)
Pusing-pusing
9)
Kanker darah (leukemia)
10) Kanker tulang akibat konsentrasi Sr dalam tulang yang mengandung Ca.
2. Asbut
Istilah asbut (asap kabut) di adaptasi dari bahasa Inggris smog (smoke dan fog). Istilah ini muncul sekitar awal abad ke-20, ketika asap dan kabut tebal tampak di kota London akibat revolusi industri di kota tersebut. Berdasarkan jenis polutan penyebabnya, asbut dapat dibedakan menjadi asbut industri dan asbut fotokimia. Polutan utama penyebab asbut industri adalah sulfur oksida dan materi partikulat yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil oleh industri, warnanya tampak keabuan. Asbut ini sering terlihat terlihat keluar dari cerobong asap pabrik. Polutan utama penyebab asbut fotokimia adalah nitrogen oksida yang berasal dari kendaraan bermotor dan hidrokarbon yang berasal dari berbagai sumber. Kedua polutan ini akan mengalami reaksi fotokimia membentuk ozon. Ozon tersebut dapat bereaksi dengan berbagai polutan udara lainnya membentuk ratusan jenis polutan sekunder yang membahayakan kesehatan. Nitrogen oksida menyebabkan asbut fotokimia tampak berwarna kecoklatan. Asbut ini sering terlihat di langit kota-kota besar, seperti Jakarta.Asbut dapat mengganggu penglihatan sehingga menghambat berbagai aktivitas manusia, seperti penerbangan. Selain itu, asbut juga mengganggu mengganggu pernapasan sehingga dapat menyebabkan kematian. Contoh akibat asbut yang fatal fatal adalah asbut
14
industri yang terjadi pada tahun 1952 di kota London, yang menyebabkan kematian 12.000 orang. orang. Di Indonesia, kasus asbut cukup cukup sering terjadi, misalnya akibat kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra atau karena banyaknya pabrik dan kendaraan kendaraan bermotor di kota-kota kota-kota besar.
3. Hujan Asam
Hujan sebenarnya secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah enam) karena CO 2 dengan uap air di udara membentuk asam lemah yang bermanfaat untuk melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan. Namun berbagai polutan udara udara dapat meningkatkan keasaman air hujan, sehingga disebut hujan asam. Hujan asam didefinisikan sebagai hujan dengan pH di bawah 5,6. Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah nitrogen oksida dan sulfur dioksida. Zat-zat ini di atmosfer akan bereaksi bereaksi dengan uap air, membentuk membentuk asam sulfat, asam nitrat, dan asam nitrit yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan. Dampak dari hujan asam di antaranya adalah sebagai berikut : a. Mempengaruhi kualitas air permukaan bagi biota yang hidup di dalamnya. Suatu penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang erat antara penurunan pH dengan penurunan penurunan populasi ikan dan biota air lainnya lainnya di perairan. b. Merusak tanaman. Hujan asam dapat merusak merusak jaringan tanaman sehingga sehingga menghambat pertumbuhannya dan dapat menyebabkan kematian. c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah tanah dan air permukaan. Air yang tercemar logam berat jika dikonsumsi dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. d. Bersifat korosif, sehingga merusak berbagai bahan logam seperti mobil dan pagar, monumen dan patung atau komponen bangunan. bangunan. e. Menyebabkan penyakit pernapasan f. Pada ibu hamil, dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan meninggal.
15
4. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata bumi, akibat efek rumah kaca. Efek rumah kaca merupakan peristiwa tertahannya atau terperangkapnya panas matahari di lapisan atmosfer bumi bagian bawah oleh gasgas rumah kaca yang membentuk lapisandi atmosfer. Gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global meliputi berbagai polutan udara, seperti seperti : a. Karbondioksida (CO2) b. Metan (CH4) c. Nitrat oksida (N2O) d. Hidrofluorokarbon (HFC) e. Klorofluorokarbon (CFC) Terjadinya peningkatan suhu bumi akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan meningkatkan suhu suhu air laut. Dampak lebih lanjut antara lain: a. Menambah volume air laut sehingga permukaan air laut akan naik. b. Menimbulkan banjir di daerah pantai. c. Dapat menenggelamkan pulau-pulau da kota-kota besar yang berada di tepi laut. d. Meningkatkan penyebaran penyakit menular. e. Curah hujan di daerah yang beriklim tropis akan lebih tinggi dari normal f. Tanah akan lebih cepat cepat kering, walaupun sering terkena hujan. Kekeringan akan mengakibatkan banyak tanaman mati sehingga di beberapa tempat dapat mengalami kekurangan makanan. g. Akan terjadi angin besar di berbagai tempat. h. Berpindahnya hewan ke daerah yang lebih dingin. i.
Musnahnya hewan dan tumbuhan, termasuk manusia yang tidak mampu berpindah atau beradaptasi dengan dengan suhu yang lebih tinggi. Meningkatnya
suhu
global
juga
diperkirakan
akan
menyebabkan
perubahan-perubahan perubahan-perubahan lain, seperti meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
16
5. Penipisan Ozon Di Lapisan Stratosfer
Sejumlah senyawa polutan yang dapat menghancurkan ozon sehingga jumlahnya berkurang adalah senyawa yang mengandung unsur klorin (Cl) dan bromin (Br). Contohnya adalah klorofluorokarbon (CFC), yang berasal terutama dari aerosol, lemari pendingin dan pendingin udara (AC). Contoh senyawa lain adalah metil bromida yang dapat ditemukan dalam pestisida dan metil kloroform serta karbon tetraklorida yang banyak digunakan sebagai pelarut di industri. Penipisan lapisan ozon menyebabkan sebagian besar radiasi sinar UV terpancar ke permukaan bumi. bumi. Sinar UV memiliki dampak yang buruk terhadap makhluk hidup, diantaranya menimbulkan mutasi, kanker kulit, penyakit pada tumbuhan, dan pada akhirnya menurunkan populasi makhluk hidup. Penelitian menunjukkan bahwa penuruna penuruna populasi fitoplankton dan ikanikan di perairan antartika berhubungan langsung dengan penipisan ozon tersebut.
17
BAB 3 METODE
A. Lokasi dan Metode Sampling
Pemantauan kualitas udara ambient Kota Palembang dilakukan pada tanggal 21 – 23 Mei 2012. Pengukuran kualitas udara ambient dilakukan di 21 titik strategis. Pengambilan contoh uji udara dilakukan secara purposive sampling. Pemilihan titik sampling ditetapkan berdasarkan potensi pencemaran udara. Dalam hal ini, yang menjadi dasar pertimbangan adalah lokasi yang padat dengan tingkat mobilitas tinggi. Sampel diambil secara grap (selama1 jam pengukuran) untuk semua parameter. Adapun lokasi sampling tersebut adalah sebagai berikut : 1.
RS. Jiwa
2.
Simpang Palembang Indah Mall
3.
Pasar Cinde
4.
Simpang Sekip
5.
Simpang Air Mancur
6.
Simpang Polda
7.
Taman Makam Pahlawan
8.
RSMH
9.
Simpang RS. Charitas
10. Garuda Dempo 11. Punti Kayu 12. Simpang Bandara 13. Simpang Patal Golf 14. Simpang Lemabang 15. Simpang Pusri 16. Depan BKKBN 17. Simpang Poligon 18. Simpang Musi 2 19. Stasiun Kertapati 20. Simpang Hoktong 21. Jakabaring Stadium
18
B. Metode Pengambilan dan Pengujian Contoh Uji
Pengambilan contoh uji udara dilakukan oleh Tim Pemantauan Kualitas Lingkungan BTKL PP Kelas I Palembang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Palembang. Pemeriksaan parameter uji contoh udara sebagian dilakukan langsung di lapangan dan sebagian lagi di Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Udara BTKL PP Kelas I Palembang. Selanjutnya, contoh uji udara diuji dengan metode sebagaimana tertera dalam Tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1 Metode Pengujian Contoh Uji Udara No. Parameter 1. Sulfur Dioksida (SO2) 2. Karbon Monoksida (CO) 3. Nitrogen Dioksida (NO2) 4. TSP
Satuan µ g/Nm³/1 jam
Baku Mutu 900
µ g/Nm³/1 jam
30.000
µ g/Nm³/1 jam
400
µg/Nm³/24 µg/N m³/24 jam
230
5.
Hidrokarbon
µ g/Nm³/24 jam
160
6.
Pb
µ g/Nm³/24 jam
2
Metode Uji SNI 19-7119.72005 NDIR
SNI 19-7119.22005 SNI 19-7119.32005 Flame Ionization Detector (FID) SNI 19-7119.42005
Sumber : Laboratorium Fisika Kimia Gas dan U dara, 2012
19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Kualitas Udara Kota Palembang
Pemeriksaan kualitas udara ambient yang telah dilakukan di 21 titik menunjukkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kualitas udara Ambient Kota Palembang No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Titik Sampling
RS. Jiwa Simpang PIM Pasar Cinde Simpang Sekip Simpang Air Mancur Simpang Polda Taman Pahlawan RSMH Simpang RS. Charitas Garuda Dempo Punti Kayu Simpang Bandara Simpang Patal - Golf Simpang Lemabang Simpang Pusri Depan Bkkbn Simpang Poligon Simpang Musi 2 Stasiun Kertapati Simpang Hoktong Jakabaring Stadium
Parameter Pencemar NO₂ TSP Pb
SO₂
CO
189,0 187,4 269,9 211,6 270,9 266,8 273,2 191,3 258,8 219,2 216,1 226,5 179,3 206,9 158,1 157,9 216,9 215,4 219,8 190,8 163,3
6.571,4 4.571,4 8.000,0 5.714,3 3.387,1 9.142,9 19.428,6 5.714,3 8.000,0 6.857,1 8.000,0 4.571,4 6.857,1 2.332,6 2.255,4 3.348,6 2.285,7 2.185,4 3.428,6 12.571,4 3.418,6
92,3 90,9 122,8 102,0 132,9 118,9 133,2 98,3 143,5 106,7 104,7 120,8 85,5 100,2 73,9 73,1 105,1 104,8 106,5 97,1 79,8
104,2 108,3 129,2 104,2 154,2 95,8 145,8 100,0 137,5 112,5 91,7 141,7 137,5 129,5 187,5 136,5 125,0 103,8 120,8 116,7 91,7
View more...
Comments