ANALISIS DAN RESUME JURNAL luka bakar.docx
August 26, 2018 | Author: ratuirbath | Category: N/A
Short Description
ANALISIS DAN RESUME JURNAL luka bakar.docx...
Description
ANALISIS DAN RESUME JURNAL PENGARUH FREKUENSI PERAWATAN LUKA BAKAR DERAJAT II DENGAN MADU NECTAR FLORA TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN LUKA
“
”
Analisis dan resume jurnal ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem I ntegumen
Disusun Oleh :
Rr. Herning Putri Ganiswari (220110110155)
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Padjadjaran 2012 ANALISIS JURNAL PENELITIAN
Analisa Jurnal 1. Tentang penelitian yang bersangkutan.
a. Nama Penulis dan tahun : Dina Dewi SLI, Sanarto, dan Barotut Taqiyah, 2012. b. Masalah Pokok, tema penelitian dan topik pembahasan. Masalah Pokok : Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sering kali merupakan kecelakaan massal (mass disaster ). Luka bakar tergolong kasus epidemik yang serius dalam tahun-tahun belakangan ini. Semua luka bakar (kecuali luka bakar ringan atau luka bakar derajat I) membutuhkan penanganan medis yang segera karena beresiko terhadap infeksi, dehidrasi dan komplikasi serius lainnya (Balletto et al, 2001). Perawatan luka bakar dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa bahan tambahan, antara lain normal salin, lidah buaya dan madu. Tema : Cara perawatan luka bakar secara tradisional dengan menggunakan madu. Dengan meneliti perbandingan pengaruh frekuensi perawatan luka bakar derajat II anatara menggunakan madu nectar flora. Topik Pembahasan : Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi perawatan luka bakar derajat II dengan madu nectar flora terhadap lama penyembuhan luka dan mengetahui frekuensi mana yang sebaiknya diterapkan untuk perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu. 2. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang bersangkutan. a. Tujuan penelitian. Untuk mengetahui seberapa efektif-kah perawatan luka bakar derajat II yang menggunakan madu nectar flora dengan frekuensi waktu yang berbeda. b. Kontribusi hasil penelitian Dapat dijadikan acuan untuk pengembangan perawatan luka bakar derajat II untuk dimasa yang akan datang sehingga cara perawatan luka bakar ini dapat ditekan persebarannya.
c. Jenis dan sifat penelitian, True experiment dengan menggunakan desain pre-test post-test control group design. Dengan melibatkan satu variable eksperimen yang berkaitan diberikan perlakuan khusus (manipulasi) dan satu kelompok kontrol dengan perlakuan yang berbeda setelah itu menguji hasil. Peneliti mempersiapkan 20 ekor marmut sebagai sample dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok 1 (kelompok kontrol), kelompok perlakuan 2 (perawatan luka 2 hari sekali), kelompok perlakuan 3 (perawatan luka 1 kali per hari), kelompok perlakuan 4 (perawatan luka 2 kali per hari), dan kelompok perlakuan 5 (perawatan 3 kali per hari). 3. Kerangka pemikiran, teori yang mendukung penelitian yang bersangkutan. a. Teori atau model yang terkait dalam penelitian Penelitian ini memakai teori tentang perawatan dari luka bakar yang telah disebutkan oleh beberapa ahli, seperti:
Madu telah digunakan untuk mengobati luka bakar dan ulcer untuk mengurangi infeksi dan mempercepat penyembuhan luka (Subrahmanyam, 1996).
b. Grand Theory, pilihan teori sebagai referensi utama. Penelitian ini memakai teori dari Subrahmanyam, 1996 tentang kandungan dan khasat madu. Serta teori dari Taylor et al, 1989 tentang frekuensi perawatan luka bakar yang semakin sering intensitas perawatan maka semakin cepat sembuh. c. Hipotesis yang ada. Perawatan luka bakar derajat II akan semakin cepat sembuh dengan intensitas yang lebih besar. d. Memetakkan susunan teori yang digunakan atau dikembangkan oleh parapeneliti sebelumnya. Teori yang digunakan atau dikembangkan memakai dari beberapa ahli diantaranya Subrahmanyam, 1996 tentang kandungan dan khasat madu. Dan Taylor et al, 1989 tentang frekuensi perawatan luka bakar yang semakin sering intensitas perawatan maka semakin cepat sembuh. 4. Metode penelitian dan model yang hendak diuji selanjutnya dibuktikan.
a. Objek penelitian, teknik survey dan teknik sampling. Objek penelitian menggunakan 20 ekor marmut sebagai sample dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok 1 (kelompok kontrol), kelompok perlakuan 2 (perawatan luka 2 hari sekali), kelompok perlakuan 3 (perawatan luka 1 kali per hari), kelompok perlakuan 4 (perawatan luka 2 kali per hari), dan kelompok perlakuan 5 (perawatan 3 kali per hari). Dengan kriteria Karakteristik sample meliputi: 1) marmut (Cavia porcellus) yang dipilih berdasarkan alasan bahwa struktur kulit dan jaringan organ yang mirip dengan manusia; 2) jenis kelamin betina; 3) usia 2-3 bulan; 4) berat 250-300 gr; 5) dalam kondisi yang sehat yang ditandai dengan gerakan aktif, belum pernah mendapatkan pengobatan (medikasi) 6) aklimatisasi selama proses perawatan luka di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. b. Data dan variable yang akan dianalisis. Data yang digunakan berasal dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan juga hasil survey dari peneliti dan variable yang dianalisis adalah perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu nectar flora oleh Subrahmanyam dan Taylor untuk frekuensi waktu perawatannya. c. Model penelitian, Berdasarkan tempat penelitian model penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris (true experimental ) dengan menggunakan desain post-test only control design dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan penyembuan luka bakar derajat II dalam memperpendek waktu penyembuhan luka bersih. d. Metode analisis. Karena penelitian ini memakai metode eksperiment maka metode analisis yang dipakai adalah dengan memakai tabulasi data,tabelling dan table analisis. 5. Hasil penelitian yang bersangkutan. a. Deskripsi atau interpretasi hasil penelitian, misalnya output statistik. Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata lama penyembuhan 14 hari. Sedangkan Perawatan luka bakar derajat II A dengan madu yang dirawat 2 hari sekali (kelompok
2) menunjukkan rata-rata lama penyembuhan 13,5 hari. Pada kelompok3 yang dirawat 1 kali sehari memiliki rata-rata penyembuhan 11,75 hari. Rata-rata penyembuhan pada kelompok 4 yang dirawat 2 kali sehari adalah 10,5 hari. Kelompok 5 menunjukkan rata-rata penyembuhan luka 10 hari. b. Analisis. Kelebihan jurnal Penelitian ini adalah penelitian mengungkapkan berbagai teori tentang pengertian dan cara perawatan untuk luka bakar derajat II baik di Indonesia maupun di Negara lain.. Hipotesis dari penelitian juga dicantumkan dengan jelas. Hasil perhitungan persentase frekuensi perawatan pada luka bakar derajat II ada pada jurnal ini dan proses penghitungan statistiknya juga disajikan secara jelas. 6. Keterbatasan dan kontribusi penelitian. a. Kerangka pemikiran Perawatan luka bakar derajat II menggunakan madu nectar flora dapat lebih efektif untuk meminimalisir terjadinya infeksi dibandingkan dengan cara medikasi. Namun waktu penyembuhan sekitar dua minggu dan perawatan yang teratur dengan waktu yang lebih intensiff. b. Model atau teori yang digunakan sebagai referensi. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawatan luka bakar derajat II berdasarkan teori dari Subrahmanyam, 1996 dan Taylor et al, 1989. c. Metode penelitian; Jenis penelitian termasuk dalam eksperimental laboratoris ( true experimental ) dengan menggunakan desain post-test only control design dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan penyembuan luka bakar derajat II dalam memperpendek waktu penyembuhan luka bersih. Prosedur penelitian ini dilakukan pada perawatan luka dengan menggunakan madu nectar flora dengan frekuensi perawatan yang berbeda-beda dan normal saline setelah dilakukan insisi. Penilaian kesembuhan luka bersih dilakukan dengan cara observasi sampai luka bakar sembuh yang ditandai dengan menutupnya kembali luka. Analisis data dilakukan dengan uji komparasi one way anova (MIPA Unibraw, 2001; Sugiyono, 2003).
d. Kontribusi dan manfaat penelitian Jurnal ini berkonstribusi dengan mengingatkan pemerintah negara berkembang untuk lebih memperhatikan bidang kesehatan terutama dalam penanganan perawatan luka bakar yang sering terjadi belakangan ini.. Karna perspektif untuk kebutuhan pengobatan di masa mendatang tergantung pada sudut pandang negara atau wilayah. Dengan menggunakan madu perawatan luka menjadi lebih ekonomis. 7. Kesimpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1) perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu nektar flora yang dilakukan 2 hari sekali memiliki rata-rata lama penyembuhan luka yang hampir sama dengan kelompok kontrol. Sedangkan perawatan yang dilakukan 1 kali per hari lebih efektif dibandingkan dengan perawatan 2 hari sekali secara klinis;2) perawatan luka yang dilakukan 2 kali per hari memiliki pengaruh yang hampir sama dengan kelompok perawatan 3 kali per hari. Dengan demikian perawatan luka bakar derajat II dengan menggunakan madu nektar flora yang dilakukan 2-3 kali per hari terbukti paling efektif (secara klinis) dalam mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II dibandingkan dengan perawatan luka yang dilakukan 1 kali per hari dan 2 hari sekali, serta perawatan luka dengan tidak menggunakan bahan apapun.
Resume Jurnal
Madu telah digunakan untuk mengobati luka bakar dan ulcer untuk mengurangi infeksi dan mempercepat penyembuhan luka (Subrahmanyam, 1996). Dalam sebuah penelitian di India disebutkan bahwa madu memiliki kemampuan yang lebih cepat dalam menyembuhkan luka bakar derajat II dibandingkan dengan cara konvensional. Hal ini terutama karena madu memiliki osmolaritas yang tinggi, mengandung hidrogen peroksida, kadar glukosa yang tinggi dan beberapa komponen organik lain. Selain itu kandungan madu juga memiliki komposisi yang sesuai dengan zat yang dibutuhkan oleh manusia sehingga madu tidak dianggap sebagai benda asing. Dengan kandungan tersebut madu memiliki kemampuan untuk membersihkan luka, menyerap cairan edema, memicu granulasi jaringan, epitelialisasi dan peningkatan nutrisi. Penelitian tersebut menggunakan perawatan luka bakar metode tertutup (Subrahmanyam, 1996). Tindakan perawatan luka merupakan salah satu tindakan yang harus dilakukan pada klien luka bakar karena klien mengalami gangguan intregritas kulit yang memungkinkan terjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Tujuan utama dari perawatan luka tersebut adalah mengembalikan integritas kulit dan mencegah terjadinya komplikasi infeksi. Perawatan luka meliputi pembersihan luka, pemberian terapi antibakteri topikal, pembalutan luka, penggantian balutan, debridemen, dan graft pada luka (Smeltzer & Bare, 2000). Frekuensi perawatan luka tidak disebutkan secara pasti, tergantung jumlah drainase, keinginan dokter, dan sifat luka (Taylor et al, 1989). Luka bakar merupakan luka yang unik, terdapat jaringan eskar yang luas, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri Dalam jurnal, prosedur penelitian dilakukan pada perawatan luka dengan menggunakan madu nectar flora dengan frekuensi perawatan yang berbeda-beda dan normal saline setelah dilakukan insisi. Penilaian kesembuhan luka bersih dilakukan dengan cara observasi sampai luka bakar sembuh yang ditandai dengan menutupnya kembali luka. Analisis data dilakukan dengan uji komparasi one way anova. Berdasarkan pengamatan dan penelitian didapatkan bahwa pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata lama penyembuhan 14 hari. Sedangkan Perawatan luka bakar derajat II A dengan madu yang dirawat 2 hari sekali (kelompok 2) menunjukkan rata-rata lama penyembuhan 13,5 hari. Pada
kelompok 3 yang dirawat 1 kali sehari memiliki rata-rata penyembuhan 11,75 hari. Rata-rata penyembuhan pada kelompok 4 yang dirawat 2 kali sehari adalah 10,5 hari. Kelompok 5 menunjukkan rata-rata penyembuhan luka 10 hari. Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perawatan luka dengan madu yang dilakukan 3 kali sehari memiliki rata- rata lama penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan perawatan luka yang lainnya. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh frekuensi perawatan luka bakar derajat II dengan madu terhadap penyembuhan luka dilakukan uji dengan one way anova dan dilanjutkan dengan uji LSD (BNT). One way anova ini dipilih karena klasifikasi pengamatan hanya berdasarkan satu criteria yaitu pemberian perlakuan saja. Tujuan analisa ragam tersebut ingin menguji apakah rata-rata setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda atau sama, sedangkan uji LSD/BNT bertujuan untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata atau tidak berbeda nyata. Proses penyembuhan pada perawatan luka bakar 2 hari sekali membutuhkan waktu yang paling lama, yaitu rata-rata 13,5 hari. Hal ini disebabkan karena balutan mudah kering sehingga kelembaban luka kurang terjaga yang dapat meningkatkan resiko cidera dalam melepas balutan luka dan juga dapat memperlambat dalam pengangkatan jaringan nekrosis. Pada perawatan luka bakar 1 kali per hari, kelembaban luka lebih terjaga sehingga resikoresiko balutan yang bersifat kering juga berkurang. Rata-rata penyembuhan luka pada perawatan ini adalah 11,75 hari (lebih cepat jika dibandingkan dengan perawatan 2 hari sekali). Semakin sering perawatan luka dilakukan, maka semakin cepat luka tersebut sembuh. Hal ini karena balutan lebih tetap terjaga kelembapannya dan kebersihan luka tetap terjamin sehingga terhindar dari resiko infeksi, di samping itu dapat mengurangi resiko cidera selama mengganti balutan (Doengoes, 2000). Luka yang lembab akan mempercepat perpindahan dari sel-sel epidermal ke permukaan luka sehingga proses pembentukan jaringan baru juga semakin cepat.
View more...
Comments