Analisa Vegetasi (Minimal Area)

March 15, 2019 | Author: Yulia | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan (EkoTum)...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN (EKOTUM) ANALISA VEGETASI (MINIMAL AREA)

O L E H

Yulia (F05109031)

Kelompok : 2

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Vegetasi (dari bahasa

Inggris: vegetation)

dalam ekologi adalah

istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian

hidup

suatu ekosistem.

yang

tersusun

Beraneka

dari

tetumbuhan

yang

menempati

tipe hutan, kebun, padang

rumput,

dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat (Anonim, 2011). Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Marpaung, 2009). Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Dari segi floristis ekologi untuk daerah yang homogen dapat digunakan random sampling, sedangkan untuk penelitian ekologi lebih tepat digunakan sistematik sampling, bahkan purposive sampling pun juga dibolehkan (Dedy, 2009). Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan cara sistematik (systematic sampling), random samping hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau padang rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak

1

contoh relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk menggunakan

sistematik

sampling,

karena

lebih

mudah

dalam

pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative. Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive sampling. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenisjenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%. Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan (Marpaung, 2009). Pada bagian pertama dari ekologi tanaman abad ke-20 sering digunakan kurva spesies area untuk memperkirakan ukuran minimum dari kuadrat yang diperlukan untuk mengkarakterisasi memadai komunitas. Hal ini dilakukan dengan memplot kurva (biasanya pada sumbu aritmatika, tidak log-log atau sumbu semilog), dan memperkirakan daerah itu setelah yang menggunakan hasil petak yang lebih besar dalam penambahan hanya

2

sedikit lebih spesies. Ini disebut daerah minim. Sebuah kuadrat yang membungkus daerah minimal disebut relevé, dan menggunakan kurva spesies area dengan cara ini disebut metode relevé. Ini sebagian besar dikembangkan oleh Swiss ekologi Josias Braun-Blanquet. Estimasi daerah minimal dari kurva adalah tentu subjektif, sehingga beberapa penulis lebih memilih untuk mendefinisikan area minim sebagai daerah melampirkan setidaknya 95 persen (atau beberapa proporsi besar lainnya) dari total spesies yang ditemukan. Masalah dengan hal

ini

adalah

bahwa

kurva

wilayah

spesies

biasanya

tidak

pendekatan asimtot , sehingga tidak jelas apa yang harus diambil sebagai total. Pada kenyataannya, jumlah spesies selalu bertambah dengan luas sampai ke titik di mana wilayah dari seluruh dunia telah terakumulasi (Anonim, 2011). Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut. Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut luas minimum.

3

Cara menentukan luas minimum sebagai berikut: - Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 ¾¾® petak 1. - Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut. - Petak tadi diperluas 2 kali luas petak 1, ini ¾¾® petak ke 2. - Dihitung jumlah spesies yang ada (penjumlahan komulatif). - Penambahan luas petak dihentikan kalau jumlah spesies tidak bertambah lagi (Dedy, 2009).

Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk

vegetasi

atau

masyarakat

tumbuh-tumbuhan

:

1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya. 2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alangalang dan vegetasi semak belukar (Desmawati, et. al, 2011).

Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah : 1. Nama jenis (lokal atau botanis) 2. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan 3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan 4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon. 5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon (Marpaung, 2009).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang

4

menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenic (Desmawati, et. al, 2011). Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari : 1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai. 2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit. 3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun. 4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun. 5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. 6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras. 7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

5

Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu : a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m. b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm. c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm (Marpaung, 2009).

B. Tujuan Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui ukuran plot yang representative dari suatu areal.

C. Permasalahan Permasalahan: 1. Jenis tumbuhan apa saja yang ada pada petak minimal area yang didapat? 2. Berapa jumlah tumbuhan yang didapat pada petak minimal area? 3. Bagaimana kondisi lapangan yang dijadikan tempat untuk membuat petak minimal area? 4. Apa alasan digunakannya metode petak minimal area?

6

BAB II METODELOGI

A. Waktu dan Tempat Hari/ tanggal

: Selasa 25 Oktober 2011

Waktu Pelaksanaan

: 10.00 WIB

Tempat

: Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan dan Lapangan

terbuka

di

depan

Laboratorium

Pendidikan Biologi FKIP Untan.

B. Alat dan Bahan Alat : -

Meteran

-

ATK

-

Pancang

-

Buku identifikasi

-

Tali raffia

Bahan : -

Komunitas tumbuhan tertentu

C. Cara Kerja 1. Buat plot/petak dengan ukuran 25 x 25 cm. 2. Catat dan amati jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada plot tersebut. 3. Kemudian plot diperbesar dengan ukuran 25 x 50 cm. 4. Catat penambahan jenis pada plot tersebut. 5. Kemudian plot diperbesar dua kali lipat menjadi 50 x 50 cm, dan dicatat penambahan jenis tumbuhannya.

7

6. Hal yang sama dilakukan untuk perbesaran plot selanjutnya yaitu 50 x 100 cm, 100 x 100 cm dan seterusnya sampai tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru. 7. Apabila pertambahan jenis relatif kecil (persentase penambahan jenis kira-kira 10%) maka ukuran plot tidak diperluas lagi. 8. Plot yang terakhir inilah yang disebut minimal area. 9. Buat grafik kurva dari hasil percobaan ini.

Keterangan :

5. 3.

1.

Petak 25 x 25 cm

2.

Petak 25 x 50 cm

3.

Petak 50 x 50 cm

4.

Petak 50 x 100 cm

5.

Petak 100 x 100 cm

4. 1.

2.

Gambar 1. Contoh petak minimal area.

8

Petak minimal area yang dibuat di lapangan

Gambar 2. Petak 25 x 25 cm

Gambar 3. Petak 25 x 50 cm

Gamabar 3. Petak 50 x 50 cm

9

BAB III ANALISIS DATA

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Nama dan Jumlah Spesies pada Tiap Plot No.

Spesies

Foto

Jumlah Spesies Plot 1

2

Tanaman A 1.

(Fam. Balsaminac

Herba, warna daun dan batang hijua 7

3

15

Tanaman B 2.

Balsaminac

Herba, daun dan batang berwarna 14

-

27

Tanaman C

4.

(Fam. Balsaminac

hijau, tulang daun menyirip, berbunga putih, berakar serabut.

eae)

3.

kemerahan, tulang daun menyirip, akar serabut, berbungan kuning.

eae)

(Fam.

Keterangan

3

Herba, daun dan batang berwarna 84

115

217

hijau, menyirip, tepi daun bergerigi, bunga berwarna ungu, berakar

eae)

serabut.

Tanaman D

Rumput-rumputan, daun berwarna

(Fam. Gramineae)

3

-

8

hijau, tulang daun sejajar, hidup berumpun, berakar serabut.

10

Tanaman E (Fam.

2

1

6

Gramineae)

daun berbentuk jarum dan berakar serabut.

Grafik Kurva Minimal Area 6 5 Jumlah Spesies

5.

Rumput-rumputan, berwarna hijau,

1, 5

3, 5

4 3

2, 3 Jumlah Spesies

2 1 0 0

1

2

3

4

Plot

B. Pembahasan Pada praktikum analisa vegetasi dengan metode minimal area ini didapat 5 spesies tumbuhan yang belum diketahui namanya. Dari hasil identifikasi dengan

menggunakan buku identifikasi yang ada, didapat

bahwa spesies A, B dan C merupakan tumbuhan dengan family Balsaminaceae. Sedangkan tumbuhan D dan E merupakan tumbuhan dari family Gramineae. Tetapi kami tidak dapat mengidentifikasi tumbuhan tersebut secara lengkap sampai pada nama, karena bagian sampel yang diambil untuk diidentifikasi tidak lengkap.

11

Family Balsaminacea merupakan herba dengan batang berair. Daun tunggal, tersebar, berhadapan atau dalam karangan. Daun penumpu jika ada bentuk kelenjar. Bunga zigomorf, berkelamin 2 di ketiak. Daun berkelopak 3 atau 5, lepas atau yang samping 4 melekat. Benang sari 5, tangkai sari pendek, lepas atau agak bersatu. Kepala sari berbentuk tabung, bakal buah menumpang, beruang 4-5, bakal biji 2-lebih per ruang. Buah membuka secara kenyal dan melemparkan biji, atau buah batu dengan 5 inti. Sedangkan family Gramineae merupakan tumbuhan dengan batang silindris agak pipih atau persegi, berlobang atau massif. Berbentuk herba atau berkayu, daun tunggal, 2 baris, kadang-kadang seolah berbaris banyak. Pelepah daun berkembang sangat baik, kerap kali terdapat lidah, helaian daun duduk dan hamper selalu berbentuk lanset. Tulang daun sejajar. Bunga tersusun dalam bulir, sebuah benang sari atau lebih dan sebuah bakal buah. Bunga hampir selalu 2, kepala putik berbentuk bulu atau malai. Bakal buah beruang 1 dengan biji 1. Jumlah suatu spesies pada tiap plot berbeda-beda. Pada spesies A, banyaknya adalah 7 pada plot 1, berjumlah 3 pada plot 2 dan berjumlah 15 pada plot 3. Spesies B berjumlah 14 pada plot 1 dan berjumlah 27 pada plot 3, tetapi tidak ditemukan pada plot 2. Spesies C merupakan spesies yang paling mendominasi pada ketiga plot. Pada plot 1 berjumlah 84, pada plot 2 berjumlah 115 dan ditemukan 217 pada plot 3. Pada spesies D ditemukan 3 rumpun pada plot 1 dan 8 rumpun pada plot 3, dan tidak ditemukan pada plot 2. Spesies 5 berjumlah paling sedikit, tetapi terdapat pada ketiga plot. Ditemukan 2 rumpun pada plot 1, 1 rumpun pada plot 2 dan 6 rumpun pada plot 3. Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah padang terbuka yang banyak ditumbuhi oleh rerumputan dan herba. Tempat yang dipilih tidak berada pada naungan pohon. Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi

antara

lain

oleh

fenologi,

dispersal,

dan

natalitas.

Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan

12

ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies. Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masingmasing plot (Desmawati, et. al, 2011). Digunakannya petak minimal area karena daerah lapangan terbuka tumbuhannya bersifat homogen, karena bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian.

13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah : 1. Didapat 5 spesies tumbuhan yang belum diketahui namanya. 2. Jumlah suatu spesies pada tiap plot berbeda-beda. 3. Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah padang terbuka yang banyak ditumbuhi oleh rerumputan dan herba. Tempat yang dipilih tidak berada pada naungan pohon. 4. Digunakannya petak minimal area karena daerah lapangan terbuka tumbuhannya bersifat homogen, karena bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil.

B. Saran Adapun saran yang dapat diajukan, yaitu : 1. Pemilihan tempat pembuatan plot yang baik. 2. Penghitungan jumlah suatu spesies harus teliti. 3. Identifikasi tumbuhan harus teliti dan sesuai dengan tumbuhan.

14

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Vegetasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Vegetasi. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011. Anonim.

2011.

Spesies-daerah

Kurva.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.o rg/wiki/Speciesarea_curve&ei=mVinTpnlDITtrQefq_TCDQ&sa=X&oi=translate&ct=resu lt&resnum=1&ved=0CBkQ7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dminimal%2 Barea%26hl%3Did%26biw%3D1366%26bih%3D629%26prmd%3Dimvns . Diakses, Rabu 26 Oktober 2011. Dedy.

2009.

Analisa

Vegetasi.

http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi.

Diakses,

Rabu 26 Oktober 2011. Desmawati,

et.

al.

2011.

Analisa

Vegetasi.

http://digilib.its.ac.id/ITS-

Undergraduate-3100007028754/6670. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011. Marpaung, Andre. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimanamempelajari-analisa-vegetasi/. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011.

15

LAMPIRAN

No.

Spesies

Jumlah Spesies Plot 1

2

Herba, warna daun dan batang

Tanaman A 1.

(Fam.

7

3

15

Balsaminaceae)

(Fam.

14

-

27

Herba, daun dan batang berwarna 84

115

217

Balsaminaceae)

5.

(Fam.

hijau, menyirip, tepi daun bergerigi, bunga berwarna ungu, berakar serabut.

Tanaman D 4.

hijau, tulang daun menyirip, berbunga putih, berakar serabut.

Tanaman C (Fam.

menyirip, akar serabut, berbungan

Herba, daun dan batang berwarna

Balsaminaceae)

3.

hijua kemerahan, tulang daun

kuning.

Tanaman B 2.

Keterangan

3

Rumput-rumputan, daun berwarna 3

-

8

hijau, tulang daun sejajar, hidup

Gramineae)

berumpun, berakar serabut.

Tanaman E

Rumput-rumputan, berwarna

(Fam. Gramineae)

2

1

6

hijau, daun berbentuk jarum dan berakar serabut.

Famili 70. Balsaminaceae

Herba dengan batang berair. Daun tunggal, tersebar, berhadapan atau dalam karangan. Daun penumpu jika ada bentuk kelenjar. Bunga zigomorf, berkelamin 2 di ketiak. Daun berkelopak 3 atau 5, lepas atau yang samping 4 melekat. Benang sari 5, tangkai sari pendek, lepas atau agak bersatu. Kepala sari berbentuk tabung, bakal buah menumpang, beruang 4-5, bakal biji 2-lebih per ruang. Buah membuka secara kenyal dan melemparkan biji, atau buah batu dengan 5 inti.

16

Family Gramineae-Rumput

Batang silindris agak pipih atau persegi, berlobang atau massif. Berbentuk herba atau berkayu, daun tunggal, 2 baris, kadang-kadang seolah berbaris banyak. Pelepah daun berkembang sangat baik, kerap kali terdapat lidah, helaian daun duduk dan hamper selalu berbentuk lanset. Tulang daun sejajar. Bunga tersusun dalam bulir, sebuah benang sari atau lebih dan sebuah bakal buah. Bunga hampir selalu 2, kepala putik berbentuk bulu atau malai. Bakal buah beruang 1 dengan biji 1.

17

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF