Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan

October 8, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan...

Description

 

 

LAPORAN ANALISA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN SUCTION PADA TN. S DI RUANG IGD RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

OLEH Siti Shofiyah G2B009095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

 

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN PEMBERIAN SUCTION

 Nama klien

: Tn. S

Diagnosa Medis

: Cidera Kepala Berat

 No register

:

1.  Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran

Diagnosa keperawatan: bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret/cairan, penurunan kesadaran. DS: Keluarga klien mengatakan, klien mengalami kecelakaan dan tidak sadarkan diri. DO: ▪

  Terdengar suara gurgling   Terjadi penurunan kesadaran, GCS: = 3



 Dasar pemikiran Pada klien yang mengalami trauma kepala hebat, dan mengakibatkan kelumpuhan ekstremitas. Terdapat kerusakan pada neurologis yang akan mempengaruhi fungsi  pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Gangguan pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuskular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi. Pada klien penggunaan ventilator merupakan upaya dalam mengatasi gangguan  pertukaran gas. Pemasangan ventilator akan berdampak pada penurunan reflek batuk, sehingga sekret akan menumpuk pada tenggorokkan yang dapat mempengaruhi jalan nafas klien bila tidak ditangani.

 

2.  Tindakan keperawatan yang dilakukan

Penghisapan cairan/suction.

3.  Prinsip-prinsip tindakan

Hudak ( 1997 ) menyatakan persiapan alat secara umum untuk tindakan penghisapan adalah sebagai berikut ; a.  Kateter suction steril yang atraumatik  b.  Sarung tangan c.  Tempat steril untuk irigasi d.  Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan Ignativicius (1999) menuliskan langkah-langkah dalam melakukan tindakan penghisapan adalah sebagai berikut : a.  Kaji adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan.(usahakan tidak rutin melakukan penghisapan karena menyebabkan kerusakan mukosa, perdarahan, dan  bronkospasme).  b.  Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari kemungkinan terjadinya penularan  penyakit melalui secret. c.  Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan selama penghisapan seperti nafas pendek, , batuk, dan rasa tidak nyaman. d.  Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level 80  –  120  120 mmHg untuk menghindari hipoksia dan trauma mukosa e.  Siapkan tempat yang steril f.  Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit untuk mencegah terjadinya hipoksemia. g.  Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saat kateter sedang dimasukkan h.  Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suction secara intermitten , tarik kateter sambil menghisap dengan cara memutar. Jangan pernah melakukan suction lebih dari 10 –  15 “.  i.  Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal.  j.  Ulangi prosedur bila diperlukan ( maksimal 3 x suction dalam 1 waktu )

 

k.  Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukan juga mouth care setelah tindakan suction pada mulut. l.  Catat tindakan dalan dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik sputum (jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah ) dan respon

4.  Analisa tindakan keperawatan

Suction adalah tindakan mengurangi secret/cairan dalam saluran pernafasan dengan menggunakan alat hisap selang yang bertekanan negatif. Pada pasien gagal nafas dapat terjadi penurunan reflek batuk dan juga penurunan kesadaran sehingga sekret/cairan tidak dapat dikeluarkan. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan keperawatan penghisapan cairan untuk membebaskan jalan nafas klien sehingga oksigen dapat secara adekuat masuk ke saluran nafas dan memenuhi kebutuhan jaringan tubuh dan otak.

5.  Bahaya yang mungkin muncul Bahaya yang yang mungkin terjadi: 

a.  Hipoksemia Hipoksemia, oleh karna suction melalui artiticial air way dapat menghisap oksigen yang di alveoli dan menurunkan oksegen pada darah arteri dapat menimbulkan tacicardi aritmia/PVC, bradikardi Untuk mencegah hipoksemia ini : 1)  Oksegenasi yang baik sebelum dan sesudah suction 2)  Suction jangan melebihi 15 detik 3)  Ukuran diameter suction yang benar  b.  Terauma jaringan Suction dapat menyebabkan terauma jaringan, iritasi dan pendarahan, untuk pencegahan : 1)  Pakai karakter suction dengan jenis dan ukuran yang benar 2)  Teknik suction yang benar dan baik c.  Atelektasis Atelektasis dapat terjadi bila pemakaian kateter suction yang terlalu besar dan vacum suction yang terlalu kuat sehingga terjadi kolaps paru atau atelektasis dan bisa terajdi  persistent hipoksemia

 

Untuk mencegah : 1)  Pakai kateter suction dengan jenis dan ukuran yang benar 2)  Teknik suction yang baik dan benar 3)  Auskultasi pre dan post suction d.  Hipotensi Hipotensi yang terjadi sewaktu suction biasanya karna: vegal stimulus, batuk dan hipoksemia, untuk mencegahnya: 1)  Cek darah dan sesudah suction 2)  Monitor vital sign dan e.  Airways contrication Airways contrication terjadi olah karena adanya rangsangan mekanik lagsung dari suction terhadap mukosa saluran nafas sehingga terjadi broncho contriction dengan tanda adanya wheezing. Bila terjadi broncho contriction berikan broncho dilator, pada naso trachel suction dapat terjadi sampai laring. 6.  Hasil yang di dapat dan maknanya

Setelah dilakukan suction pada Tn. S sebanyak 5 kali selama kurang dari 15 detik, suara napas belum bersih, masih masih terdengar suara gurgling. gurgling. TD: 100/60 mmHg , N : 94 x/menit, 0

Suhu : 36,5 C, RR : 9 x/menit. (TTV berubah-ubah)

7.  Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di atas

a.  Observasi tanda-tanda vital dan suara nafas.  b.  Pertahankan tirah baring dan berikan posisi yang nyaman, miringkan kepala pasien jika tidak dicurigai fraktur servikal agar cairan keluar lewat mulut c.  Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. 8.  Evaluasi Diri

Tindakan ini sudah dilakukan sesuai prosedur. Penghisapan dilakukan kurang dari 15 detik.

 

9.  Kepustakaan

  Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi  Buku I , 1994,EGC, Jakarta.



  Brunner & Suddarth, Bu ku Aj ar K epe perawata rawatan n M dikal Bedah, Bedah, edis edisii 8  , 1997, EGC,



Jakarta.

  Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan K eper per awatan   , 2000, EGC, Jakarta.  ,



  Gallo & Hudak, Kepe Keperr awatan Kr iti s, edisi edisi VI , 1997, EGC, Jakarta



Pembimbing Klinik

Mahasiswa

Siti Shofiyah G2B009095

 

  LAPORAN ANALISA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN EKG PADA NY. N DI RUANG IGD RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

OLEH Siti Shofiyah G2B009095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

 

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN PEMERIKSAAN EKG

 Nama klien

: Ny. N

Diagnosa Medis : (Infark (Infark miokardium)  No register

:

1.  Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran a.  Diagnosa keperawatan

1.  Gangguan rasa nyaman nyeri dada berhubungan dengan beban kerja jantung yang berat Data Subjektif: a.  Klien mengatakan nyeri dada  b.  Klien mentakan sesak nafas c.  Klien mengatakan nyeri tidak hilang dengan istirahat. Data Objektif: a.  Tanda-tanda vital klien: Nadi= 94 x/menit, TD= 145/110 mmHg, RR= 28 x/menit  b.  Klien tampak meringis menahan nyeri dan memegangi dada

b. 

Dasar Pemikiran

Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.(Brunner & Sudarth, 2002). Infark miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Suyono, 1999). Hal ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah. Karena adanya gangguan sirkulasi darah akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan. Beberapa efek yang biasanya timbul akibat gangguan perfusi jaringan adalah nyeri, untuk mengetahui, apa gangguan yang terjadi, maka perlu dilakukan EKG . 2.  Tindakan keperawatan yang dilakukan

Pemeriksaan EKG 12 Lead.

 

3.  Prinsip-prinsip a.  Bersih  b.  Tindakan dilakukan secara tepat dan benar c.  Menggunakan EKG 12 Lead d.  Memberikan posisi nyaman pada klien e.  Memasang sandapan dengan benar dan diberi jeli. f.  Klien jangan menyentuh benda yang dapat menimbulkan medan listrik g.  Klien sedang tidak diperiksa h.  Klien tenang, tidak batuk, tidak gelisah i.  Alat yang dibutuhkan: 4.  Tindakan

  Mesin elektrokardiogram

 

  Elektroda ektremitas   Elektroda isap ( suction  suction electrode) electrode)   Kawat penghubung klien dan kawat penghubung tanah/ grounding



  Kapas dan alkohol



  Elektroda jelly



a.  Prosedur tindakan EKG: 1)  Persiapan klien dan peralatan Perekaman yang dilakukan adalah 12 sadapan lengkap yaitu: standar leads, unipolar leads dan precordial leads. Kabel yang digunakan ada 2 macam yaitu 4 kabel terpisah untuk ekstremitas dan 6 kabel untuk sadapan prekordial. 2)  Persiapan Klien a)  Anjurkan klien untuk berbaring dengan tenang dan daerah dada dibuka. Berikan  penjelasan mengenai tujuan dan d an jalannya prosedur pemeriksaan. pe meriksaan. Kepala diberikan  bantal dan perhiasan yang dipakai dilepaskan.  b)  Bersihkan permukaan kulit kedua pergelangan tangan dan kaki dengan menggunakan kapas alkohol. c)  Berikan keempat elektroda ekstremitas dengan EKG jelly secukupnya dan pasang elektroda tersebut di tempat yang telah dibersihkan.

 

d)  Hubungkan kabel penghubung klien dengan elektroda sebagai berikut: 

  Kabel RA (right (right arm) arm) merah dihubungkan dengan elektroda tangan kanan



  Kabel LA (left (left arm) arm) kuning dihubungkan dengan elektroda tangan kiri



  Kabel LL (left (left leg ) hijau dihubungkan dengan elektroda di kaki kiri



  Kabel RL (right (right leg ) hitam dihubungkan dengan elektroda di kaki kanan

e)  Bersihkan permukaan kulit dada dengan kapas alcohol, berikan jelly, pasang elektroda di tempat yang telah dibersihkan dan telah diberi jelly. f)  Hubungkan kabel penghubung klien dengan elektroda sebagai berikut: 

  C1: ICS 4 garis sternal kanan, dengan kabel merah



  C2: ICS 4 garis sternal kiri, dengan kabel kuning



  C3: pertengahan garis lurus antara C2 dan C4, warna hijau



  C4: ICS 5 kiri di garis midklavikula



  C5: titik potong garis aksila kiri dengan garis mendatar C4



  C6: titik potong garis aksila kiri dengan garis mendatar dari C4 dan C5

3)  Persiapan Peralatan a)  Bersihkan permukaan elektroda dengan kapas alcohol/ tissue  b)   Nyalakan power on/ off alat EKG, hubungkan kabel klien dengan mesin c)  Atur kecepatan alat dan peneraan kepekaan alat d)  Tekan start-stop untuk memulai dan mengakhiri perekaman e)  Dengan menekan tombol yang sesuai, catat berturut-turut: 

standar Einthoven:: I, II, III   Hantaran standar Einthoven



  Hantaran “ Augmented extremity leads”: aVL, aVR, dan aVF    Hantaran “Wilson Precordial leads”: V1, V2, V3, V4, V5 dan V6  

f)  Tiap hantaran dicatat untuk 3-5 siklus g)  Tuliskan identitas klien di pojok kiri atas, meliputi: nama, usia, jenis kelamin,  jam pemeriksaan, tanggal pemeriksaan. h)  Setelah selesai pencatatan, rapikan dan bersihkan alat seperti semula i)  Tempelkan hasil perekaman serapi mungkin di lembar lampiran

 

5.  Analisa tindakan keperawatan

Pemeriksaan EKG bertujuan untuk mengetahui gelombang listrik jantung sehingga dapat diketahui adanya sistem hantaran, gangguan irama, area jantung yang mengalami gangguan irama dan area jantung yang mengalami gangguan lainnya. Dengan dilakukannya pemeriksaan EKG maka dapat diketahui bagian jantung yang mengalami kelainan. Hasil perekaman EKG 12 lead pada klien Ny. N dengan yaitu: sinus takikard 6.  Hasil yang di dapat dan maknanya S: O:

a.  EKG sudah dilakukan  b.  Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD: 145/110; HR:94 x/menit A: Masalah belum teratasi. P:Lanjutkan intervensi. Monitor TTV, pantau karakteristik nyeri klien, kolaborasi

 pemberian obat sesuai advis.

7.  Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di atas a.  Mandiri

  Observasi tanda-tanda vital



  Observasi karakteristik nyeri klien



  Pertahankan tirah baring dan berikan posisi semi fowler semi  fowler (jika diperlukan)



b.  Kolaborasi

  Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi



8.  Evaluasi diri

Pemeriksaan berjalan lancar, mulai dari persiapan alat dan klien serta pelaksanaan implementasi pemeriksaan EKG. Hasil yang telah direkam kemudian diinterpretasikan dan didokumentasikan.

 

9.  Keputakaan

  Brunner & Suddarth. 1997. Bu ku A jar Kepe Keperawatan rawatan M dikal B edah, edis edisii 8  . Jakarta:



EGC.

  Doenges E. Marlynn. 2000. Re Rencan ncana a Asuhan K eper per awatan  . Jakarta: EGC.



  Gallo & Hudak. 1997. Kepe Keperawatan rawatan K r iti s, edisi edisi VI . Jakarta: EGC.



  Anonim. 2007. Petunjuk Praktikum Faal: Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNDIP.



Semarang.

Pembimbing klinik,

Mahasiswa

Siti Shofiyah G2B009095

 

 

LAPORAN ANALISA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMASANGAN KATETER URINE PADA TN. S DI RUANG IGD RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

OLEH Siti Shofiyah G2B009095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

 

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN PEMASANGAN KATETER URINE

 Nama klien

: Tn. S

Diagnosa Medis Medis : Tumor Abdomen  No register

:

1.  Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran

a.  Diagnosa keperawatan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan trauma, fraktur Data Subjektif:

  Klien mengeluh sesak nafas, sesak nafas bertambah jika badannya digerakkan



  Klien mengeluh kedua kakinya sakit dan tidak mampu digerakkan, pinggang terasa



sakit hebat Data Objektif:

  Pernafasan cepat dan dangkal, frekuensi 23 kali/menit.



  Tnda-tanda vital klien: TD= 90/60 mmHg, HR= 98 x/ menit, RR=23 x/menit, S= 36,5



°C

  Klien terpasang O2 nasal kanul 2 lpm



 b. 

Dasar pemikiran Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunher & Suddarth) yang ditandai dengan nyeri hebat. Pada klien terjadi fraktur  pada pelvis p elvis dan trauma thoraks tho raks karena benturan yang hebat heb at akibatnya akibatn ya mobilitas fisik klien akan terganggu. Penatalaksanaan pasien dengan fraktur harus tirah baring, untuk menghindari risiko injuri. Sehingga salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu dengan memasang urin kateter, selain untuk mempertahankan tirah  baring juga untuk memantau haluaran urin.

 

2.  Tindakan keperawatan yang dilakukan

Pemasangan folley Pemasangan  folley cateter ukuran 16.

3.  Prinsip-prinsip tindakan

a.  Steril  b.  Tindakan dilakukan secara tepat dan benar. c.  Pastikan pemasukan yang tepat pada lubang ureter d.  Prosedur pemasangan kateter: 1) Persiapan alat: 

 

Sarung tangan steril



 

Sarung tangan bersih



 

Larutan antiseptik



 

Kapas



 

Spuit 10 cc



 

Gel



 

Bengkok



 

Selang drainase steril dan urine bag



 

Kantong sampah

2) Prosedur tindakan: 

  Cuci tangan



  Jelaskan prosedur kepada klien



  Atur posis klien senyaman mungkin   Tutup ruangan/tirai 

  Bantu klien pada posisi dorsal rekumben



  Kenakan sarung tangan sekali pakai



  Buka kantong kateter sesuai petunjuk, jaga agar wadah tetap steril



  Buka wadah specimen urine, pertahankan bagian atasnya agar tetap steril dan sambungkan dengan selang kateter



  Berika pelumas pada dasar ujung kateter 2,5-5 cm

 



  Dengan tangan non dominan anda dengan hati-hati regangkan labia untuk  pemajanan sempurna meatus uretra. Pertahankan tangan non dominan anda pada  posisi ini sepanjang prosedur



  Dengan tangan dominan anda tuangkan larutan aseptik pada kapas atau kassa



  Bersihkan area perineal, usap dari belakang ke depan dari klitoris sampai ke anus



  Minta klien untuk menarik napas dalam dan dengan perlahan masukkan kateter melalui meatus



  Dorong kateter sekitar 5-7,5 cm sampai urine keluar masuk ke urine bag



  Lepaskan labia dan pegang kateter dengan menggunakan tangan non dominan



  Kunci kateter dengan menggunakan aquadest 15 cc



  Fiksasi selang kateter dan gantung kateter dengan menggunakan tali agar  posisinya menggantung ke bawah



  Rapikan alat-alat



  Cuci tangan



  Dokumentasi

4.  Analisa tindakan keperawatan

Tn. S mengeluh sesak nafas dan nyeri hebat bila ekstremitas bawah digerakkan. Istirahat

adalah intervensi intervensi utama. Membantu proses penyembuhan dan meminimalkan

inflamasi, pembengkakan dan nyeri.  Bahaya yang dapat terjadi 1.  Komplikasi segera Lokal :   Kulit( abrasi l;acerasi, penetrasi)   Pembuluh darah ( robek )   Sistem saraf saraf ( Sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik)   Otot   Organ dalam ( jantung,paru,hepar, limpha(pada Fr.kosta),kandung kemih (Fr.Pelvics) Umum :   Ruda paksa multiple   Syok ( hemoragik, neurogenik )

 

2.  Komplikas Dini : Lokal :    Nekrosis kulit, gangren, sindroma kopartemen,trombosis vena, infeksi sendi,osteomelisis ) Umum :   ARDS,emboli paru, tetanus. 3.  Kompliasi lama Lokal :   Sendi (ankilosis fibrosa, ankilosis osal )   Tulang ( gagal taut/lama dan salah taut,distropi reflek,osteoporosisi paskah trauma,ggn pertumbuhan,osteomelisis,patah tulang ulang)   Otot atau tendon ( penulangan otot, ruptur tendon )   Saraf ( kelumpuhan saraf lambat Umum :   Batu ginjal ( akibat mobilisasi lama ditempat tidur) 5.  Hasil yang di dapat dan maknanya

S:O:

  Klien telah terasang folley cateter ukuran 16. Jumlah urine tampung: 100 cc dengan



karakteristik urine: kuning jernih. A: Masalah teratasi sebagian. Klien sudah terpasang kateter urine. P: Lanjutkan intervensi. Monitor haluaran urin dan tingkat toleransi aktivitas klien.

6.  Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di atas

a.  Mandiri

  Pertahankan tirah baring dan berikan posisi yang nyaman.



  Ajarkan teknik relaksasi dengan nafas dalam dan teknik distraksi dengan mendengar



musik relaksasi, atau menonton TV  b.  Kolaborasi

  Kolaborasi untuk pemberian ketorolax untuk mengurangi rasa nyeri.



 

7.  Evaluasi diri

Pemasangan kateter pada Ny.S berjalan lancar, hanya saja tidak sesuai dengan  prosedur seperti membersihkan daerah genetalia terlebih dahulu karena keterbatasan waktu di IGD. Namun, perawat tetap mempertahankan teknikn tangan steril dan mengusap labia mayora dengan kapas basah. Klien terpasang kateter urine ukuran 16 dan dilakukan kegiatan monitoring karakteristik urine klien. 8.  Kepustakaan

  Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi  Buku I , 1994,EGC, Jakarta.



  Brunner & Suddarth, Bu ku Aj ar K epe perawata rawatan n M dikal Bed Bedah, ah, edis edisii 8  , 2001, EGC,



Jakarta.

  Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan K eper per awatan   , 2000, EGC, Jakarta.  ,



Pembimbing klinik,

Mahasiswa

Siti Shofiyah G2B009095

 

 

LAPORAN ANALISA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN O2 MELALUI NASAL KANUL DI RUANG IGD RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

OLEH Siti Shofiyah G2B009095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

 

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN PEMBERIAN O2 MELALUI NASAL KANUL

 Nama klien

: Tn. J

Diagnosa Medis : Iskemik Iskemik  No register

:

1.  Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran a.  Pola nafas tidak efektif berhubungan hiperventilasi.  

Data Subjektif: a.  Klien mengatakan sesak nafas sejak tadi malam, kepala pusing, dada terasa ampeg/ nyeri dan menjalar ke lengan kiri.  b.  Klien biasa tidur dengan 3 bantal ketika k etika di rumah. Data Objektif: c.  Pernafasan cepat, dangkal, frekuensi nafas 28 x/menit. d.  Terdapat penggunaan otot bantu nafas. e.   Nadi: 100 x/menit, TD: 160/100 mmHg, suhu: 38 °C. f.  Capillary refill  ekstremitas  ekstremitas atas dan bawah > 2 detik det ik g.  Akral atas dan bawah teraba dingin dan pucat h.  SPO2: 98% b.  Dasar pemikiran

Iskemik yaitu keadaan berkurangnya pasokan darah pada otot jantung yang menyebabkan nyeri pada bagian tengah dada dengan intensitas yang beragam, dan dapat menjalar ke lengan kiri serta rahang. Lumen pembuluh darah jantung  biasanya menyempit karena plak ateromatosa. Pada kasus Tn. J ditemukan tanda-tanda sesak nafas, nyeri dada dan menjalar ke lengan kiri. Hal ini disebabkan aliran darah ke otot jantung berkurang, sehingga oksigen ke otot jantung pun juga berkurang. Jika hal ini tidak segera diatasi dapat menyebabkan kerusakan otot jantung/ infark. Maka dari itu Tn. J diberi tambahan oksigen dengan pemberian oksigenasi nasal kanul 3 liter/menit. 

 

  2.  Tindakan keperawatan yang dilakukan

Pemberian O2 3 L/menit melalui nasal kanul  kanul  . 3.  Prinsip-prinsip tindakan a.  Bersih b.  Tindakan dilakukan secara tepat dan benar c.  Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi/advis dokter d.  Prosedur pemberian O2 melalui nasal kanul 3 L/menit:

1)  Persiapan alat a)   Nasal kanul  b)  Humidifier dengan air aquadest 2)  Prosedur tindakan a)  Cuci tangan

 b)  Jelaskan tindakan c)  Pasangkan alat nasal kanul ke saluran humidifier d)  Atur tekanan O2 yang akan diberikan yaitu 3L/menit e)  Pasangkan alat nasal kanul  hingga  hingga tepat di hidung klien f)  Pastikan O2 yang diberikan bisa masuk ke dalam saluran pernapasan klien. 4.  Analisa tindakan keperawatan

Pemberian oksigen dimaksudkan untuk men suport transport oksigen yang adekuat dalam darah sehingga jaringan dalam tubuh tidak kekurangan O 2. Dengan mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat diharapkan masalah gangguan pemenuhan oksigen di miokard dapat teratasi. Faktor yang menentukan oksigenasi jaringan termasuk konsentrasi oksigen alveolar, difusi gas (oksigen) pada membran alveokapilar, jumlah dan kapasitas yang dibawa oleh hemoglobin, dan curah jantung. Pada klien dengan iskemik memerlukan pengelolaan segera untuk mengurangi nyeri akibat iskemik dengan memberikan tambahan Oksigen dan mengenali serta mengobati komplikasi yang mengancam jiwa seperti hipotensi, edema paru, dan aritmia ventrikel.

 

Pemberian oksigen lewat nasal kanul   dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan oksigen miokard dan seluruh tubuh mencapai

26%.

O2 nasal kanul   3L/menit ini cocok

untuk pasien iskemik dengan pola napas klien tidak efektif.

5.  Hasil yang di dapat dan maknanya a.  Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri.  

S: klien mengatakan lebih lega setelah dipasang nasal kanul meskipun masih merasakan sesak nafas. O:

  Capillary refill   ekstremitas atas dan bawah > 2 detik, akral atas dan bawah teraba



dingin.

  Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD: 160/100mmHg, HR: 85x/ menit, RR: 26



x/menit 6.  Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di atas: Mandiri: 

 

Observasi tanda-tanda vital



 

Berikan posisi semi fowler semi fowler atau atau fowler   fowler  

Kolaboratif:

  Pemeriksaan EKG



7.  Evaluasi Diri

Proses pemberian O2 nasal kanul   dilakukan dengan lancar mulai persiapan alat,  pemasangan alat selang ke dalam tabung humidifier, menentukan tekanan yang akan diberikan yaitu 3 L/menit dan pemasangan alat hingga masuk ke lubang hidung klien. Hal yang perlu dilakukan yaitu pemantauan perkembangan pola napas, TTV, tanda-tanda perfusi  jaringan tubuh dan kemungkinan indikasi untuk nafas spontan dan tidak menggunakan oksigen nasal kanul 3L/ menit.

 

8.  Kepustakaan

  Brunner & Suddarth, Bu ku A jar Keperawatan Keperawatan M edikal B edah, edisi edisi 8  , 1997, EGC,



Jakarta.

  Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan K eper per awatan   , 2000, EGC, Jakarta.  ,



  Gallo & Hudak, Kepe Keperr awatan Kr iti s, edisi edisi VI , 1997, EGC, Jakarta



   Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar I lmu Penya Penyakit kit Dalam Jili d I , 1999, Balai Penerbit



FKUI, Jakarta Pembimbing klinik,

Mahasiswa

Siti Shofiyah G2B009095

 

 

LAPORAN ANALISA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN RJP PADA TN. S DI RUANG IGD RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

OLEH Siti Shofiyah G2B009095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

 

 

LAPORAN ANALISA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN NGT PADA TN. S DI RUANG IGD RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

OLEH Siti Shofiyah G2B009095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

 

 

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF