Analisa Rangkaian Teknik Pneumatik dan Hidrolik

July 2, 2019 | Author: Bagus Kusuma | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Assignment...

Description

 Nama : Bagus Budi Kusuma  NRP : 2215030071 Teknik Pneumatik dan Hidrolik

1. Rangkaian 1

Menjelaskan tentang bagaimana logika OR bekerja pada rangkaian pneumatik tersebut. Dalam analisanya, logika OR  bisa didapatkan menggunakan ‘Shuttle Valve’. Menggunakan Valve’. Menggunakan dua buah 3/2 valve yang masing-masing terhubung ke input shuttle valve dengan posisi normally closed. Jika salah satu atau kedua valve tersebut diubah menjadi normally open, maka udara bertekanan akan mengalir ke shuttle valve dan akhirnya mengalir ke valve 5/2 yang akhirnya menggerakkan aktuator silinder double acting. 2. Rangkaian 2

Menjelaskan tentang bagaimana logika AND bekerja pada rangkaian  pneumatik tersebut. Dalam analisanya, logika AND bisa didapatkan menggunakan ‘Two Pressure Valve’. Menggunakan dua buah 3/2 valve yang masing -masing terhubung ke input two pressure valve dengan posisi normally closed. Jika salah satu valve tersebut diubah menjadi normally open, maka udara bertekanan akan mengalir ke two pressure valve tetapi tidak akan mengalir ke valve 5/2. Jika kedua valve tersebut diubah menjadi normally open secara bersamaan, maka udara bertekanan akan mengalir ke two pressure valve dan akan mengalir ke valve 5/2 sehingga dapat menggerakkan aktuator silinder double acting. 3. Rangkaian 3

Menjelaskan tentang bagaimana cara kerja LATCHING pada rangkaian  pneumatik tersebut. Latching berarti dapat mengunci atau mempertahankan sementara kondisi sebelumnya, sehingga udara bertekanan tetap dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya. Latching pada rangkaian pneumatic ini menggunakan ‘One -Way Flow Control Valve’ sebanyak dua buah yang masing -masing dipasang pada output valve 5/2. Dalam inputnya menggunakan valve 3/2 sebanyak dua buah. Dalam analisanya, jika valve input pertama ditekan, maka udara bertekanan akan mengalir masuk ke valve 5/2 sehingga aktuator akan dapat bergerak dan tetap dalam kondisi yang sama atau tidak kembali ke kondisi sebelumnya, karena terdapat one-way flow control valve. Hal yang sama terjadi pada valve kedua, jika ditekan maka udara  bertekanan akan mengalir masuk ke valve 5/2 sehingga aktuator dapat bergerak dan kembali ke posisi awal.

4. Rangkaian 4

Menjelaskan tentang cara kerja rangkaian sekuensial pada rangkaian  pneumatic tersebut. Dalam rangkaian ini menggunakan ‘Distance Ruler’ yang digunakan pada kedua aktuator H dan I serta dihubungkan pada roller valve B dan E. Dalam analisanya, ketika valve 3/2 yang dekat dengan kompresor ditekan (push  button), maka udara bertekanan akan mengalir ke roller valve B yang kemudian masuk ke valve 5/2 sehingga menggerakkan aktuator H. Pada saat actuator H dalam kondisi bergerak, maka akan ikut menggerakkan roller valve E yang akan berganti ke kondisi normally closed. Kemudian ketika roller valve D berganti menjadi normally open, udara bertekanan akan mengalir masuk ke valve 5/2 sehingga dapat menggerakkan actuator I dan pada saat actuator I bergerak maka akan ikut menggerakkan roller valve B. Ketika roller valve C berubah menjadi normally open, maka akan menggerakkan actuator H kembali ke posisi semula diikuti oleh  pergerakkan aktuator I kembali ke kondisi awal serta diikuti oleh perubahan kondisi roller valve E kemudian B kembali ke kondisi semula dan siklus akan berakhir. Siklus ini akan tetap berjalan jika valve 3/2 yang berada di dekat kompresor ditekan. 5. Rangkaian 5

Menjelaskan tentang penggunaan ‘Manometer’ dan ‘Variable Pressure Reducing Valve’ pada  rangkaian pneumatic sebagai indicator besarnya udara  bertekanan dan mengubah besar udara bertekanan yang mengalir. Dalam analisanya, cepat lambatnya pergerakan aktuator dipengaruhi oleh besarnya udara bertekanan yang mengalir masuk ke dalamnya. Untuk menambah besar tekanan yang mengalir ke aktuator, digunakan variable pressure valve yang dipasang pada output valve 5/2 dengan udara bertekanan yang mengalir masuk berasal dari pergerakan kedua valve 3/2 untuk shuttle valve. Jika kedua valve tersebut ditekan secara bergantian, maka akan menambah besar udara bertekanan yang dapat ditampilkan besarnya pada manometer. Ketika udara bertekanan semakin besar, pada saat valve (push button) yang digunakan untuk menggerakkan aktuator ditekan, maka pergerakan aktuator semakin cepat. Sebaliknya, ketika udara bertekanan semakin kecil, pada saat valve (push button) yang digunakan untuk menggerakkan aktuator ditekan, maka  pergerakan aktuator akan semakin lambat.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF