an Tujuan Dan Isi Kurikulum
August 24, 2018 | Author: Neza Agusdianita Az-Zahra | Category: N/A
Short Description
Download an Tujuan Dan Isi Kurikulum...
Description
KOMPONEN TUJUAN DAN MATERI KURIKULUM (MAKALAH)
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kajian Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Dasar Dosen: Prof. Dr. Wina Sanjaya, M.Pd.
Disusun Oleh: Anggi Citra Apriliana (1101166) Siti Sholiha Nurfaidah (1102563)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011 KOMPONEN TUJUAN DAN MATERI KURIKULUM
A. Komponen Tujuan Kurikulum
Komponen tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum karena tujuan dalam suatu kurikulum dapat menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses pendidikan. Tujuan memberikan petunjuk terhadap arah perubahan yang dicita-citakan dari suatu kurikulum. Dengan tujuan yang jelas dapat memberikan arahan kepada pengembang kurikulum termasuk guru dalam menentukan bahan atau materi yang harus dipelajari oleh siswa, menentukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat, menentukan alat, sumber dan media pembelajaran, serta dapat merancang alat evaluasi yang tepat dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Tujuan ini merupakan suatu dasar, arah, dan patokan, dalam menentukan komponen-komponen yang lainnya.
1.
Klasifikasi Tujuan
Menurut Bloom dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives menggolongkan tujuan kedalam tiga klasifikasi atau tiga ranah, yaitu: a.
Ranah kognitif. Ranah kognitif mencakup pada kegiatan mental (otak) yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan yang berdasar pada kemampuan faktual yang empiris. Pada ranah ini, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan memecahkan masalah. Ranah kognitif memiliki 6 tingkatan: 1). Pengetahuan (knowledge ) Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah atau dasar dan berhubungan dengan kemampuan mengingat informasi yang sudah dipelajari oleh siswa, seperti mengingat nama-nama hewan 2
herbivor, omnivor, dan carnivor, mengingat tanggal dan tahun G 30 S/PKI, dan lain sebagainya. Tujuan ini sangat penting untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi berikutnya. 2). Pemahaman (comprehension) Pemahaman merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari ingatan dan hafalan. Pada tingkatan pemahaman seseorang akan mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Sesorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan dan menguraikan sesuatu dengan kata-katanya sendiri. 3). Penerapan ( Application ) Penerapan adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan sesuatu yang sudah dipelajarinya ke dalam kehidupan yang nyata/kongkrit. Misalnya peserta didik dapat menerapkan rumus matematika ke dalam kehidupan sehari-hari, menerapkan teoriteori, dalil, konsep, metode, dalam situasi yang baru. Penerapan adalah proses berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. 4). Analisis ( Analysis ) Analisis merupakan suatu proses berfikir dimana seseorang memiliki kemampuan untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor yang lainnya. Contohnya peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seseorang siswa di rumah, di sekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. 5). Sintesis (Syntesis ) Sistesis merupakan kebalikan dari kemampuan berfikir analisis. Pada tingkatan ini seseorang mampu memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga membentuk suatu pola yang
3
berstruktur dan utuh. Contohnya peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan. 6). Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif. Evaluasi merupakan tingkatan berfikir dimana seseoarang memiliki kemampuan membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi tertentu, misalkan peserta didik mampu memilih sesuatu yang terbaik dari berbagai macam pilihan berdasarkan kriteria yang ada. Proses berfikir evaluasi merupakan proses berfikir yang paling tinggi dalam taksonomi bloom. Untuk dapat memiliki kemampuan berfikir evaluasi dibutuhkan memiliki kemampuan-kemampuan sebelumnya.
b.
Ranah Afektif Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap, nilai, dan apresiasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannya terhadap mata pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang diterimanya, memiliki rasa hormat terhadap guru pendidikan agama Islam, dan sebagainya. Menurut Krathwohl, dkk. (1964), dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives , ranah afektif memiliki tingkatan yaitu: 1). Penerimaan ( Receiving ) Penerimaan adalah sikap seseorang dalam menerima rangsangan ( stimulus ) dari
luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Penerimaan juga merupakan kemauan seseorang untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu 4
objek. Pada tingkatan ini peserta didik dibina agar mereka menerima nilai yang telah diajarkan kepada mereka dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu. Contoh hasil belajar afektif pada tingkatan receiving ini, misalnya peserta didik menerima bahwa disiplin wajib ditegakkan di sekolah mereka. 2). Merespon ( Responding ) Merespon atau menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam kegiatan tertentu dan membuat reaksi terhadap kegiatan tersebut, seperti memiliki hasrat untuk mengikuti upacara bendera, kemauan untuk melaksanakan piket kelas, kemauan untuk menjenguk teman yang sakit, dan lain sebagainya. 3). Menghargai atau menilai (Valuing ) Menghargai artinya memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kebiasaan itu tidak dikerjakan akan memberikan kerugian atau penyesalan. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti peserta didik telah menjalani proses penilaian. 4). Mengorganisasi (Organizatioan ) Mengatur atau mengorganisasi merupakan pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan dari satu nilai dengan nilai, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai afektif jenjang organization yaitu peserta didik mendukung penegakkan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
5
5). Karakterisasi Nilai (Characterization by Value ) Karakterisasi nilai merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya dan dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.
c.
Ranah Psikomotor Ranah psikomotor merupakan ranah yang berhubungan dengan keterampilan ( skill ) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor yaitu ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya, lari, melompat, melukis, menari, memukul,dan sebagainya.
2.
Hierarkis Tujuan
Tujuan Pendidikan dari yang bersifat umum sampai kepada tujuan khusus dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu: 1) Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang ingin dicapai secara nasional yang dilandasi oleh falsafah suatu negara. Sifat tujuan ini ideal, komprehensif, utuh, dan menjadi induk bagi tujuan-tujuan yang ada di bawahnya. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam UndangUndang No. 20 Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
6
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
2) Tujuan Institusional
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini berbentuk Standar Kompetensi Lulusan. Dalam peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal 26 dijelaskan Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar Kompetensi Lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar Kompetensi Lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat keterampilan,
yang
berakhlak
kemandirian,
mulia, dan
memiliki
sikap
untuk
pengetahuan, menemukan,
mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. 3) Tujuan Kurikuler 7
Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional yang berisi program-program pendidikan yang menjadi sasaran suatu bidang studi atau mata kuliah. Misalnya tujuan mata pelajaran matematika, agama, bahasa Indonesia. Badan Standar Nasional Pendidikan merumuskan tujuan setiap kelompok mata pelajaran sebagai berikut: 1). Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. 2). Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. 3). Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan mengembangkan logika, kemampuan berfikir, dan analisis peserta didik. 4). Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A tujuan ini dicapai melalui
muatan
dan/atau
kegiatan
bahasa,
matematika,
ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan. 5). Pada satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, dan atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relaevan. 6). Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. 7). Pada satuan pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahun alam,
8
ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. 8). Kelompok mata pelajaran estetika bertujuan membentuk karakter pesperta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. 9). Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesenian bertujuan membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas. 4) Tujuan Pembelajaran/instruksional Tujuan instruksional yaitu tujuan yang lahir setiap mempelajari materi pelajaran yang dilakukan dalam situasi belajar mengajar. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Merumuskan tujuan instruksional sangatlah penting karena dipandang sebagai sebuah kebutuhan dan hak peserta didik yang harus dilaksanakan oleh setiap pendidik. Selain untuk menjelaskan arah belajar peserta didik, manfaat lain dari membuat tujuan instruksional adalah: •
Guru memiliki arah untuk memilih bahan pelajaran dan prosedur mengajar;
•
Guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya dalam mengajarkan suatu bahan;
•
Guru memiliki patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar peserta didik;
•
Guru sebagai pelaksana dan pemegang kebijakan pembelajaran mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran; dan lain sebagainya.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, maka sebaiknya rumusan tujuan pembelajaran mengandung unsur ABCD yaitu Audience (siapa yang
harus
memiliki
kemampuan), Behaviour (perilaku
yang
bagaimana yang diharapkan dapat dimiliki), Condition (dalam kondisi 9
dan situasi yang bagaimana subjek dapat menujukkan kemampuan sebagai hasil belajar yang telah diperolehnya), Degree (kulitas atau kuantitas tingkah laku yang diharapkan dicapai sebagai batas minimal).
B. Komponen Materi Kurikulum
Bahan atau materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Materi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada. Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran 2. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran 3. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Materi kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pengembangan kurikulum. Karena itu, bahan atau materi kurikulum sama pentingnya dengan merumuskan kurikulum itu sendiri.
1. Sumber-sumber Materi Kurikulum
Isi atau materi kurikulum bersumber pada tiga hal, yaitu: a. Masyarakat beserta budayanya Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat. Dengan demikian, apa yang dibutuhkan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan isi kurikulum. Kurikulum yang tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat akan kurang bermakna.
10
Kebutuhan masyarakat yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum meliputi masyarakat dalam lingkungan sekitar (lokal), masyarakat dalam tatanan nasional dan masyarakat global. Kebutuhan masyarakat lingkungan sekitar atau lokal diperlukan oleh sebab setiap daerah memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda baik dilihat dari sudut geografis, budaya dan adat istiadat maupun potensi daerah. Anak didik perlu dikenalkan dengan lingkungan lokalnya, agar kelak mereka memiliki tanggung jawab dalam melestarikan dan mengembangkan daerah di mana mereka tinggal. Selanjutnya kebutuhan dalam tatanan masyarakat secara nasional juga harus dijadikan sumber penetapan materi kurikulum. Budaya nasional dalam perkembangannya merupakan budaya yang tidak akan pernah berhenti. Perkembangan budaya nasional adalah perkembangan budaya yang terus menerus yang selamanya ada dalam status “in the making”. Oleh karenanya materi kurikulum selamanya
harus
berubah
sesuai
dengan
kemajuan
dan
perkembangan masyarakat. Masyarakat dunia termasuk Indonesia dihadapkan pada masalah isu globalisasi. Globalisasi merupakan gelombang yang sangat hebat menerpa seluruh kawasan dunia. Oleh sebab itu arus globalisasi bukan untuk dihindari akan tetapi merupakan sesuatu yang harus kita hadapi. Materi kurikulum sebagai alat pendidikan harus bersumber dari kepentingan masyarakat global.
b. Siswa Siswa harus dijadikan sumber dalam penetapan isi kurikulum. Hal ini disebabkan tugas dan fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan seluruh potensi siswa. Beberapa hal harus
11
diperhatikan dalam perumusan isi kurikulum dikaitkan dengan siswa, yaitu: 1) Kurikulum sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan
anak. 2) Isi
kurikulum
sebaiknya
mencakup
keteerampilan,
pengetahuan dan sikap yang dapat digunakan siswa dalam pengalamannya sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya pada masa yang akan datang. 3) Siswa hendaknya didorong untuk belajar mandiri dan tidak
sekadar menerima secara pasif apa yang diberikan guru. 4) Apa yang dipelajari siswa hendaknya sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa.
c. Ilmu Pengetahuan Ilmu adalah pengetahuan yang terorganisir secara sistematis dan logis. Dengan demikian tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu pengetahuan beserta pengembangannya harus menjadi sumber perumusan tujuan kurikulum. Karena pada dasarnya, para orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah adalah untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan.
2. Tahap Penyeleksian Materi Kurikulum
Tahap penyeleksian materi kurikulum adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh pengembang materi kurikulum dalam menentukan
isi
atau
muatan
kurikulum.
Tahap
penyeleksian
merupakan tahap penting dalam pengembangan materi atau isi kurikulum. Ada beberapa tahap dalam menyeleksi bahan kurikulum yaitu: (1) identifikasi kebutuhan, (2) mendapatkan bahan kurikulum, (3) menganalisis bahan, (4) menilai bahan, dan (5) membuat keputusan. a. Identifikasi Kebutuhan (need assessment) 12
Kebutuhan
adalah
ketidaksesuaian
antara
harapan
dan
kenyataan. Dengan demikian, penentuan bahan atau materi kurikulum harus dimulai dari penilaian apakah bahan yang ada cukup memadai untuk mencapai tujuan atau tidak.
b. Mendapatkan Bahan Kurikulum Mendapatkan bahan kurikulum yang sesuai dengan tujuan bukanlah
pekerjaan mudah.
Proses
pelaksanaannya
diperlukan
perencanaan yang matang serta motivasi dan keseriusan yang sungguhsungguh. Hal ini dimaksudkan agar bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan terjamin validitasnya. Dalam era teknologi informasi dewasa ini untuk mendapatkan bahan kurikulum baru dapat dilakukan dengan mudah, misalnya dengan mengkaji berbagai jurnal penelitian, menelaah sumber-sumber literatur (buku buku teks) yang baru, melacak informasi melalui internet, dan lain sebagainya.
c. Menganalisis Bahan Analisis bahan kurikulum diperlukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan
yang
mungkin
keakuratannya
dapat
mengakibatkan rendahnya kualitas kurikulum. Menganalisis materi/bahan kurikulum dapat dilakukan dengan melihat informasi tentang bahan yang bersangkutan misalnya, dengan melihat
nama pengarang, edisi
dan
tahun terbitan,
termasuk
penerbitannya sendiri. Di samping itu analisis bahan bias dilakukan dengan mencermati isi kurikulum itu sendiri, misalnya menguji validitas fakta, konsep, generalisasi atau keterampilan yang ada dalam bahan kurikulum itu.
d. Menilai Bahan
13
Manakala bahan kurikulum telah dianalisis keakuratannya, maka selanjutnya diberikan penilaian, apakah bahan itu layak digunakan atau tidak, sesuaikah dengan tuntutan kurikulum atau tidak. Dalam menentukan keputusan tersebut perlu juga diuji scope dan sequence-nya. Apakah tingkat kedalaman serta urutan bahan sesuai dengan tarap perkembangan siswa atau tidak; apakah urutannya sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah atau tidak.
e. Membuat Keputusan Membuat keputusan apakah bahan layak untuk diadopsi atau tidak, merupakantahap yang penting dan biasanya cukup sulit dilakukan, oleh karena adanya kemungkinan perbedaan pendapat dari para pengembang materi kurikulum. Penentuan kelayakan inni harus dilakukan secara hati-hati serta menjauhkan diri dari kepentingankepentingan subyektif.
3. Jenis-jenis Materi Kurikulum
Isi/materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi : 1.
Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan
prosedur keilmuan. 2.
Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan
moral 3.
Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai
seninya.
Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
14
1.
Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa
dalam pembelajaran. 2.
Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan
pendidikan.
Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk: 1.
Teori; seperangkat konstruk atau konsep,
definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat
sistematik
tentang
gejala
dengan
menspesifikasi
hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. 2. organisasi
Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh dari
kekhususan-kekhususan,
merupakan
definisi
singkat dari sekelompok fakta atau gejala. 3.
Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan
hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian. 4.
Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada
dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep. 5.
Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang
berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik. 6.
Fakta; sejumlah informasi khusus dalam
materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian. 7.
Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru
dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
15
8.
Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau
proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat. 9.
Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau
pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya. 10.
Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
4. Kriteria Penetapan Materi Kurikulum
Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu antara lain: a. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. b. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial. c. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan
uji. d. Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas.
e. Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian
atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran. b. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
c. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Hunkins
(1988)
mengemukakan
lima
kriteria
dalam
mengorganisasi isi pelajaran. Pertama, kriteria yang berhubungan dengan ruang lingkup isi pelajaran. Kriteria ini menyangkut keluasan 16
dan kedalaman isi kurikulum sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Kedua, kriteria yang mengaitkan hubungan antara materi atau isi pelajaran yang satu dengan yang lain. Ini dimaksudkan agar pengalaman belajar siswa terjadi secara utuh, tidak terkotak-kotak. Belajar dikatakan bermakna apabila terjadi integrasi antara satu pengalaman belajar dengan pengalaman lainnya. Ketiga, berkaitan dengan urutan isi dan pengalaman belajar secara vertikal. Artinya pengorganisasian pengalaman belajar harus memiliki kesinambungan. Keempat, isi dan pengalaman belajar harus disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks secara berkesinambungan, sehingga pemahaman dan kemampuan siswa berkembang sampai tuntas. Kelima,
disebut
dengan
artikulasi
dan
keseimbangan.
Artikulasi artinya bahwa isi kurikulumharus memiliki ketertarikan antara pelajaran yang satu dengan yang lain, maupun ketertarikan dilihat dari tingkat kesulitannya. Sedangkan yang dimaksud dengan adalah, bahwa isi kurikulum harus menyangkut berbagai aspek secara seimbang, baik aspek pengembangan intelektual, aspek minat dan bakat siswa, maupun aspek keterampilan yang dibutuhkan sebagai bekal kehidupan siswa.
Daftar Pustaka
Anonim.
(2011).
Tujuan
Instruksional
Umum.
http://istanailmu.com/2011/04/13/tujuan-tiu/html. (16 September 2011)
17
[online].
Tersedia:
instruksional-umum-
Nurgiantoro. (2010). KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM . [online]. Tersedia:
http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/komponen-
komponen-kurikulum.html (13 September 2011) Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group. Staibn.
(2010).
Hirarki
Tujuan
. Pendidikan
[online].
Tersedia:
http://staibntegal.wordpress.com/2010/02/15/hirarki-tujuan pendidikan/. (16 September 2011) Zaifbio. (2009). Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotor . [online]. Tersedia:
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-
kognitif-afektif-dan-psikomotorik. (16 September 2011)
18
View more...
Comments