Amdal Pt Sai Permen 308-2005

May 15, 2018 | Author: Dian Adiyanto | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Amdal Pt Sai Permen 308-2005...

Description

Peraturan Perat uran Mente Menteri ri Negara Negara LH Nomor 308 Tahu Tahun n 2005 2005

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

RENCANA PERBAIKAN PT SEMEN ANDALAS INDONESIA KEGIATAN INDUSTRI SEMEN TERPADU

Tim Tim Teknis Teknis AMDA AMDAL L Khusus Khusus Rehabilita Rehabilitasi si dan Rekonstruks Rekonstruksii Aceh Aceh Pasca Gempa dan Tsunami Tsunami Maret 2006

Peraturan Perat uran Mente Menteri ri Negara Negara LH Nomor 308 Tahu Tahun n 2005 2005

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

RENCANA PERBAIKAN PT SEMEN ANDALAS INDONESIA KEGIATAN INDUSTRI SEMEN TERPADU

Tim Tim Teknis Teknis AMDA AMDAL L Khusus Khusus Rehabilita Rehabilitasi si dan Rekonstruks Rekonstruksii Aceh Aceh Pasca Gempa dan Tsunami Tsunami Maret 2006

I. Pendahuluan Dalam rangka penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308 tahun 2005, Tim Teknis AMDAL khusus telah dibentuk untuk melaksanakan proses pelingkupan (penyusunan dokumen Kerangka Acuan, KA) bagi setiap rencana kegiatan wajib AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana gempa dan tusnami. PT Semen Andalas Indonesia (PT SAI) merupakan salah satu kegiatan yang telah terkena bencana tsunami dan pada saat ini merencanakan untuk memperbaiki, merehabilitasi, dan mengoperasikan kembali pabrik beserta seluruh sarana produksinya. Memperhatikan status kegiatan PT SAI, maka rencana kegiatan ini jatuh pada kategori rencana pembangunan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi sebagaimana telah digariskan pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308/2005. Dengan selesainya laporan pelingkupan ini, maka tugas dari Tim Teknis AMDAL khusus dalam melakukan pelingkupan telah dapat diselesaikan. Tahap selanjutnya merupakan tahap pembahasan dokumen pelikupan ini bersama dengan pihak-pihak terkait lainnya. Komisi Penilai AMDAL Provinsi NAD akan memprakarsai proses pembahasan untuk selanjutnya meneruskan proses AMDAL hingga penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL. Secara singkat, proses AMDAL PT SAI dimulai pada tanggal 16 Desember 2005 saat dilakukan pengumuman rencana kegiatan PT SAI pada harian Serambi Indonesia di Banda  Aceh (lihat lampiran 1). Selanjutnya dibentuklah Tim Teknis AMDAL khusus yang terdiri berbagai ahli yang berasal dari praktisi, akademisi, ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup, dan ahli dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi NAD, serta unsur dari pemerintah kabupaten Aceh Besar. Tim Teknis AMDAL khusus yang telah dibentuk kemudian mulai melakukan proses pelingkupan pada tanggal 19 Desember 2005 yang mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: 1. Pengkajian terhadap rencana kegiatan 2. Penggalian informasi tambahan dari PT SAI 3. Identifikasi dampak potensial (desk study ) oleh masing-masing anggota Tim Teknis 4. Diskusi evaluasi dampak hipotetik 5. Pelaksanaan tinjauan lapangan 6. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil evaluasi dampak hipotetik 7. Penyusunan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan studi ANDAL

Untuk memberikan gambaran, bagian berikut ini menguraikan ringkasan rencana rehabilitasi PT SAI. Peta orientasi terhadap lokasi PT SAI dapat dilihat pada gambar 1 di halaman berikut. PT SAI terletak di Kabupaten Aceh Besar dengan lokasi tepatnya berada di Lhoknga. Kerugiatan yang diderita PT SAI akibat bencana tsunami sangat besar dimana sebagian sarana produksi semen mengalami kerusakan dan tidak dapat berfungsi. Perusahaan ini dimiliki oleh Lafarge yang telah mempertimbangkan untuk melakukan rehabilitasi pabrik di lokasi yang sama dan tidak melakukan penutupan pabrik atau pemindahan investasi ke

1

tempat lain. Hal ini merupakan suatu komitmen untuk membantu penyediaan semen untuk kebutuhan lokal Aceh ataupun regional serta lebih luas untuk membantu masyarakat Aceh. Rencana pada saat ini mengharapkan proses perbaikan akan selesai pada akhir tahun 2007 untuk dapat dioperasikan kembali.

Gambar 1. Peta orientasi lokasi PT Semen Andalas Indonesia

Secara umum tidak banyak perubahan proses produksi yang dilakukan pada kegiatan PT SAI. Beberapa informasi terkait dengan situasi PT SAI dan rencana perubahan adalah sebagai berikut: 1. Peralatan utama produksi tidak mengalami kerusakan yang berarti, mencakup: crusher, raw milling, cooler, preheater, dan cement mill . 2. Momentum perbaikan dimanfaatkan untuk sekaligus melakukan peningkatan kapasitas dari 1 juta ton/tahun menjadi 1,6 juta ton/tahun dengan produksi clinker   dari 3000 menjadi 3600 ton per hari.

2

3. Melakukan peningkatan efesiensi yang terkait dengan pemakaian bahan bakar, termasuk di dalamnya penggantian unit pembangkit tenaga listrik diesel menjadi penggunaan batu bara. Efesiensi juga diharapkan dapat dilakukan pada unit pengelolaan emisi debu untuk mencapai standar baku mutu yang lebih ketat. Penangkap debu diubah dari penggunaan electrostatic precipitator dan gravel bed filter  menjadi bag  filter . 4. Melakukan modernisasi sistem proses pabrik dengan melakukan otomatisasi proses. 5. Tidak ada perubahan mendasar pada operasi quarry, crusher, raw mill   (kecuali penggantian cyclone separator  dengan separator yang memiliki efesiensi lebih tinggi dan otomatisasi raw mill ), perbaikan unit pembuatan clinker , otomatisasi operasi kiln, penggunaan batu bara yang lebih halus untuk  preheater dan kiln, serta menekan biaya operasi dengan penggunaan batu bara murah berkalori rendah. 6. Perbaikan dilakukan untuk unit penggiling batu bara (coal mill ) serta perbaikan gudang penyimpan batu bara pada lokasi semula. Pengangkutan batu bara dari pelabuhan yang semula menggunakan dump truck   diubah menjadi penggunaan belt conveyor   langsung menuju gudang untuk mengurangi ceceran dan tumpahan. 7. Tidak terdapat perubahan yang besar pada unit penggilingan semen (cement mill ) kecuali peningkatan efesiensi dan kualitas clinker . Perubahan sistem cement mill  menjadi close circuit  telah dilakukan sebelum kejacian tsunami. 8. Perubahan signifikan terjadi pada unit pembangkit listrik dari penggerak diesel dengan kapasitas 32 MW menjadi PLTU batu bara dengan kapasitas 25-30 MW. Selain disebabkan kerusakan mesin diesel, penggantian ini juga dimaksudkan untuk upaya penghematan BBM. Hal ini perlu dijelaskan karena ada kesan penurunan kebutuhan energi. Abu batu bara akan ditangkap dan diumpan balik kepada unit penggilingan semen. 9. Perbaikan dilakukan untuk sarana pelabuhan yang mencakup perbaikan fisik serta perbaikan tembok penghalang angin dan ombak (tripod ).

Secara lebih terinci, rencana perbaikan tersebut dapat dilihat pada lampiran 2. Perubahanperubahan juga direpresentasikan dengan perubahan lay out  pabrik sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2 di halaman berikut.

3

Gambar 2. Peta layout pabrik PT Semen Andalas Indonesia

4

II. Proses AMDAL khusus Sebagaimana telah disebutkan di atas, proses AMDAL untuk PT SAI menggunakan mekanisme khusus yang hanya berlaku di Provinsi NAD dan Pulau Nias sesuai dengan Peraturan Menteri LH 308/2005. Secara singkat, proses AMDAL secara keseluruhan dapat mengacu pada skema sebagai berikut:

Proses penapisan melalui daftar  kegiatan wajib AMDAL

 AMDAL dis aratkan

Proposal kegiatan dari pemrakarsa dan pengumuman

AMDAL tidak di erlukan

II. Proses AMDAL khusus Sebagaimana telah disebutkan di atas, proses AMDAL untuk PT SAI menggunakan mekanisme khusus yang hanya berlaku di Provinsi NAD dan Pulau Nias sesuai dengan Peraturan Menteri LH 308/2005. Secara singkat, proses AMDAL secara keseluruhan dapat mengacu pada skema sebagai berikut:

Proses penapisan melalui daftar  kegiatan wajib AMDAL

 AMDAL dis aratkan

AMDAL tidak di erlukan

Proposal kegiatan dari pemrakarsa dan pengumuman

Penyusunan Kerangka Acuan (KA  ANDAL) oleh Tim Tekni s dan Pembahasan KA ANDAL oleh Komisi & Pemrakarsa

Penyusunan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan lingkungan (UKL-UPL)

Penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL oleh Pemrakarsa

Penilaian ANDAL, RKL dan RPL oleh Komisi

Persetujuan oleh Gubernur 

Perijinan

Gambar 3.

Skema proses AMDAL yang akan dilakukan untuk PT Semen Andalas Indonesia

Untuk mendapat pemahaman yang lebih lengkap, semua pihak terkait agar dapat membaca isi dari Peraturan Menteri LH 308/2005 secara lengkap agar memperoleh kejelasan tentang kerangka kerja proses AMDAL khusus. Sebagai bahan perbandingan dengan proses  AMDAL konvensional yang berlaku di tempat lain di Indonesia, pengguna dokumen ini dapat melihat Peraturan Pemerintah RI nomor 27 tahun 1999 tentang AMDAL.

5

Secara lebih rinci, tahapan-tahapan proses AMDAL khusus untuk PT SAI yang harus dilalui dan diikuti oleh seluruh pihak (stakeholders AMDAL) dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut.

Pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan oleh Pemrakarsa untuk mendapat tanggapan selama 10 hari kerja

Laporan awal pelingkupan dari Tim Teknis kepada Komisi

Perintah terhadap pemrakarsa untuk konsultasi kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait

Permintaan informasi tambahan dari pemrakarsa jika diperlukan

Penyusunan Kerangka Acuan (KA ANDAL) oleh Tim Teknis berdasarkan hasil tinjauan lapangan dan hasil konsultasi masyarakat

Tahap pada saat ini

Pembahasan KA ANDAL oleh Komisi & Pemrakarsa

Penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL oleh Pemrakarsa

Penilaian ANDAL, RKL dan RPL oleh Komisi

Gambar 4.

Status pelaksanaan proses AMDAL PT Semen Andalas hingga saat ini

III. Dokumen ANDAL, RKL dan RPL PT SAI Dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang dihasilkan dari studi ANDAL harus didasarkan pada dokumen Kerangka Acuan ini dan harus mencakup beberapa hal utama. Prinsip konservasi lingkungan harus diakomodasi dengan baik dalam kajian AMDAL ini. Dokumen-dokumen ini harus dilengkapi dengan suatu ringkasan yang disusun dengan bahasa yang sederhana, non teknis, dan mudah dipahami oleh semua kalangan pembaca dan pengguna dokumen

6

ini. Ringkasan ini tidak saja ditujukan untuk dibaca oleh para eksekutif tetapi sedapat mungkin dapat dipahami oleh masyarakat luas. Dokumen ANDAL secara mendasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Pendahuluan yang berisi maksud dan tujuan khusus dilaksanakannya rencana kegiatan PT SAI; 2. Uraian tentang kesesuaian rencana kegiatan PT SAI dengan tata ruang, kebijakan pembangunan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Deskripsi rencana kegiatan PT SAI yang memungkinkan untuk mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan, termasuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; 4. Kondisi rona lingkungan awal di wilayah studi; 5. Kajian dampak lingkungan akibat rencana kegiatan PT SAI yang mencakup seluruh isu penting dan dampak hipotetik yang tercantum di dalam Bab IV dari dokumen KA ini; 6. Arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Dokumen RKL secara mendasar harus mencakup upaya-upaya dan rencana-rencana untuk menghindarkan dampak, mengurangi dampak (mitigasi), mengelola, serta mengendalikan dampak yang mungkin terjadi. Dokumen ini secara umum harus memuat hal-hal sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Komponen atau parameter lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar menurut hasil analisis dampak lingkungan hidup; Sumber dampak yang telah dikaji pada dokumen ANDAL; Tolok ukur dampak untuk mengukur perubahan komponen lingkungan hidup; Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan tolok ukur kinerja pengelolaan lingkungan dampak lingkungan hidup; Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup; Lokasi pengelolaan lingkungan hidup; Institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Dokumen RPL secara medasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipantau; Sumber dampak; Parameter lingkungan hidup yang dipantau; Tujuan pemantauan lingkungan hidup; Metode pemantauan lingkungan hidup; Jangka waktu dan frekwensi pemantauan; Lokasi pemantauan lingkungan hidup; Institusi yang bertanggung jawab dalam pemantauan lingkungan hidup.

Penggunaan sumber-sumber data dan informasi yang sahih di dalam dokumen ANDAL, RKL dan RPL, baik dari penelitian langsung (data primer) ataupun data sekunder, literatur, penelitian lain, atau hasil konsultasi dengan instansi terkait dan dengan masyarakat harus dilakukan sesuai dengan kaidah penulisan referensi yang benar. Ketika penilaian ( judgment ) atau pendapat para ahli digunakan, hal tersebut harus disebutkan secara jelas sebagai suatu hasil penilaian ahli. Dasar penilaian atau pendapat para ahli tersebut harus dikemukakan alasan atau dasar pembenarannya. Keahlian yang membuat penilaian atau pendapat tersebut, termasuk kualifikasi dan pengalamannya, harus disampaikan pula. Jika ulasan terhadap suatu isu dampak memerlukan penelitian dan perhitungan yang bersifat teknis (misalnya untuk emisi debu dan gas buang, kepadatan lalu lintas, erosi, pengelolaan limbah cair atau drainase), hal ini diharapkan didampingi dengan pertimbangan profesional untuk memverifikasi kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan.

7

Sebagai tambahan, penyusunan dokumen ANDAL, RKL-RPL dapat juga mengacu pada Keputusan Kepala BAPEDAL nonor 09 tahun 2000.

Isu-isu utama Berikut adalah isu-isu utama yang terkait dengan potensi dampak akibat rencana kegiatan PT SAI. PT SAI harus sedapat mungkin memenuhi permintaan dari dokumen Kerangka  Acuan dan menjawab isu-isu utama ini.

Bagian 1.

Pertimbangan atas alternatif-alternatif 

1.

Uraikan dan jelaskan pertimbangan alternatif rehabilitasi PT SAI atas keputusan untuk pemilihan tempat semula dibandingkan tempat lainnya. Deskripsikan pula alternatifalternatif teknologi dan proses yang akan digunakan, misalnya penggunaan proses pembuatan semen yang baru, penggantian bahan baku pembangkit listrik yang digunakan atau penggunaan alat-alat otomatis pengganti alat-alat manual.

2.

Jelaskan rencana pilihan-pilihan pengambilan sumber air bersih untuk mensuplai kebutuhan PT SAI termasuk jumlah (sumur bor dan/atau pipa penyedot air sungai), lokasi dan volume pengambilan air (per satuan waktu, jam, hari). Bandingkan volume pengambilan air tersebut dengan pemanfaatan/pengambilan air sebelum bencana Tsunami. Dalam batas tertentu, rencana pemanfaatan sumberdaya air oleh pabrik harus terkait dengan tanggungjawab sosial pabrik terhadap masyarakat lokal (corporate social  responsibility ) sebagaimana yang menjadi perhatian pada aspek sosial-ekonomi.

3.

Deskripsikan dan berikan alasan penentuan pilihan penggantian sistem pembangkitan tenaga listrik dari PLTD menjadi PLTU. Deskripsi ini termasuk jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan per satuan waktu.

4.

Kaji alternatif penggunaan bahan batu-bara muda rendah kalori dan potensi emisi gas pencemarnya. Kaji alternatif pilihan tersebut dan konsekuensi dampak dari penggunaan batu bara kalori rendah tersebut, serta jelaskan alasan penentuan pilihan yang dimaksud. Bandingkan dengan dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan baku (atau sistem pembangkit listrik) sebelum bencana Tsunami.

5.

Uraikan pilihan-pilihan penentuan lokasi quarry   dan sumber-sumber cadangan bahan baku serta rencana perluasan quarry   tersebut. Berikan informasi tentang berapa besar  volume bahan baku yang diambil dari lokasi quarry  yang terkait dengan usulan peningkatan produksi semen dari 1 menjadi 1,6 ton/th. Demikian pula, perlu dikemukakan apakah dengan peningkatan pengambilan bahan baku tersebut akan menimbulkan/meningkatkan frekuensi dan besar ledakan/getaran. Setelah bencana Tsunami, ledakan/getaran mudah menimbulkan rasa was-was (trauma) bagi masyarakat  Aceh. Pilihan ini harus menjelaskan pula pertimbangan-pertimbangan yang terkait dengan lokasi (dekat wisata pantai Lhoknga) dan kondisi quarry  (bukit cadas yang diselimuti hijauan vegetasi yang memiliki efek sangat atraktif untuk dipandang). Uraikan pula rencana rehabilitasi bekas quarry   yang akan dilakukan serta rencana rehabilitasi quarry  yang harus bersifat mendukung daya tarik wisata pantai Lhoknga.

6.

Kaji secara singkat pilihan “do nothing ” atau skenario jika rencana kegiatan rehabilitasi PT SAI ini tidak dilakukan.

8

Bagian 2.

Isu lingkungan

1. Emisi debu merupakan isu penting kegiatan industri semen. Untuk itu kajian AMDAL harus dilakukan secara mendalam terhadap seluruh komponen kegiatan yang terkait penyebaran emisi debu seperti dari kegiatan pabrik, transportasi, atau penambangan bahan baku. Kajian emisi debu harap dikaitkan pula terhadap lokasi pemukiman penduduk dan daerah wisata sekitar lokasi kegiatan. Perbaharui analisis pada kajian  ANDAL sebelumnya dengan menggunakan data-data hasil pemantauan yang dilakukan pada periode sebelumnya. Lakukan pula kajian terhadap emisi gas buang (misalnya SOx, NOx dan COx) dari sumber-sumber yang berpotensial mengahasilkan gas buang. Kajian ini harus mempertimbangkan kondisi saat ini dimana jumlah dan lokasi perumahan di sekitar pabrik sudah berubah. Untuk itu kajian ini perlu mengacu pada rencana tata ruang setempat terutama rencana lokasi permukiman di wilayah sekitar  pabrik. Selain mempertimbangkan lokasi permukiman, prakiraan dampak harus menggunakan informasi rosa angin (wind rose) sehingga lebih jelas dalam penentuan penting atau tidaknya dampak yang ditimbulkan. 2. Kaji dan perbaharui hasil analisis mengenai getaran dan kebisingan yang ditimbulkan dari kegiatan PT SAI, terutama dari kegiatan peledakan pada aktifitas penambangan. Hal ini terkait pula dengan trauma masyarakat akan gempa gempa yang berdampak secara psikologis. 3. Kaji dan prediksikan potensi pencemaran air permukaan dari kegiatan di lokasi pabrik dan pelabuhan. Hal ini terutama yang terkait dengan keluaran air dari pabrik ke pantai sebagai daerah wisata andalan, terkait pembuangan air pendingin (cooling water ), dan limbah cair. Deskripsikan dan evaluasi data pemantauan yang ada, dampak chlorine dan suhu air dari air pendingin terhadap biota laut dan kemungkinan ancaman kesehatan bagi wisatawan di pantai Lhoknga. 4. Deskripsikan dan uraikan rencana penyediaan air dan kapasitas (air permukaan, air  tanah) yang akan digunakan serta hitung kebutuhan serta penyediaan air ( supplydemand ). Sinkronkan dengan keputusan pengambilan alternatif sumber air sebagaimana uraian pada bagian alternatif kegiatan di atas. 5. Kaji dan prediksi kemungkinan ceceran bahan dari stockpile  dan ceceran minyak di lokasi pabrik dan pelabuhan. 6. Jelaskan rencana pengelolaan limbah cair termasuk mekanisme penyimpanan limbah cair (jika dilakukan) sebelum diolah lebih lanjut. Uraian ini harus difokuskan apakah limbah cair (bila ada) berpotensi mengancam pantai Lhoknga. Hal ini mengingat potensi ancaman terbesar adalah wisata pantai yang memilliki lokasin terdekat dari pabrik. 7. Uraikan rencana pengelolaan B3 dan limbah B3 (termasuk bahan peledak) terutama dari segi keamanan penyimpanan bahan dan potensi dampak ikutannya. 8. Jelaskan potensi abrasi di pantai sekitar lokasi kegiatan PT SAI (termasuk perubahan pola abrasi setelah tsunami). Deskripsikan dan bandingkan data sekunder abrasi sebagai upaya pembuktian terhadap kondisi alami dan kegiatan lain di sekitar lokasi. Penjelasan ini harus dapat memberikan klarifikasi apakah kegiatan pabrik semen menimbulkan dampak penting dalam bentuk abrasi pantai. 9. Mengingat adanya potensi perbaikan pelabuhan yang umumnya terkait dengan proses pengerukan alur pelabuhan (terutama terkait dengan endapan pasca tsunami), jelaskan rencana perbaikan pelabuhan, kemungkinan pengerukan alur pelabuhan, dan rencana

9

penempatan material keruk (jika ada). Deskripsikan rencana perbaikan pelabuhan tersebut dengan lebih kongkrit (mencakup lokasi perbaikan pelabuhan, volume pengerukan, lokasi penimbunan hasil kerukan), rencana keseluruhan yang lebih pasti, dan jika ada kegiatan ini harap dikaji potensi dampak akibat penempatan material keruk. 10. Jelaskan dan prediksikan potensi erosi dan sedimentasi, spesifik terhadap kegiatan quarry . Demikian pula analisis/prakirakan besarnya run off , perbandingan building  coverage, serta telusuri arah aliran sedimen baik ke sungai ataupun ke pantai, permukiman dan tambak (jika ada, untuk menentukan nilai penting dampak). 11. Kumpulkan data yang terkait dengan potensi karst, data flora fauna endemik karst, informasi tentang walet, dan serta prediksi dampaknya. Kaji kemungkinan-kemungkinan konservasi goa karst, kajian potensi fungsi lingkungan karst, sumber daya air karst, dan uraikan rencana eksploitasi yang terkait dengan karst di lokasi PT SAI.

Bagian 3.

Isu penanganan bahaya

1. Lakukan kajian risiko sederhana dari potensi kebakaran, keamanan unit produksi listrik, penggunaan boiler, dan penyimpanan B3, serta pengelolaan limbah B3. Selanjutnya uraikan prosedur standar tentang pengamanan atas kemungkinan timbulnya bahayabahaya tsb. 2. Uraikan rencana pengaturan penyimpanan B3 dan pengelolaan limbah B3 serta fasilitas pemadaman kebakaran yang terkait dengan rencana pengaturan tersebut. 3. Diskusikan dampak potensial dari kondisi tidak normal ketika terjadi kecelakaan yang melibatkan tumpahan atau pelepasan B3 dan limbah B3 ke lingkungan. 4. Siapkan dan sajikan ringkasan prosedur-prosedur terkait penanganan bahaya untuk potensi kebakaran, keamanan unit produksi listrik, penggunaan boiler, dan penyimpanan B3, serta pengelolaan limbah B3. 5. Uraikan rencana tanggap darurat (early warning system) dan prosedur K3 yang terkait dengan dampak kebisingan dan getaran terhadap karyawan dan m asyarakat lokal.

Bagian 4.

Transportasi

1. Uraikan rencana jaringan transportasi khususnya jalur-jalur yang digunakan oleh PT SAI baik untuk pengangkutan bahan baku ataupun untuk pengangkutan produk yang didistribusikan untuk skala lokal (kabupaten) dan propinsi. Utamakan untuk menginformasikan data terkait (sekunder) yang relevan dengan kegiatan transportasi PT SAI. Prediksikan dampaknya (a.l. kemacetan lalu-lintas, kerusakan jalan, kecelakaan lalu-lintas) terhadap kondisi dan pengguna jalan provinsi dan nasional terutama jalur  Banda Aceh – Meulaboh. 2. Berikan informasi tentang tipe kendaraan yang digunakan, volume muatan, dan frekuensi pergerakan sarana transport PT. SAI di jalur utama Banda Aceh – Meulaboh, termasuk tipe kendaraan terbesar yang mungkin digunakan. Uraian atas informasi ini harus membedakan situasi pada saat konstruksi dan pada saat operasional. 3. Pertimbangkan dampak dari peningkatan kepadatan lalu llintas akibat kegiatan transportasi PT. SAI di sekitar lokasi, termasuk peningkatan jumlah kendaraan berat.

10

4. Prediksikan potensi dampak dari seluruh kegiatan transportasi terhadap emisi debu, potensi kerusakan jalan dari beban maksimal truk yang terkait dengan kekuatan jalan, serta tambahan kepadatan lalu lintas.

Bagian 5.

Tata ruang, pengembangan wilayah, dan peraturan daerah

1. Lakukan kajian kesesuaian dengan rencana rinci tata ruang (yang menyangkut paling tidak lima tahun ke depan). Hal ini harus dapat mempertimbangkan dan menguraikan kemungkinan perencanaan daerah penyangga (buffer zone) dari kebisingan, penentuan tata guna lahan, daerah wisata, atau rencana lokasi perumahan. Hal ini sangat penting mengingat situasi di sekitar PT SAI berbeda dengan perencanaan di tempat lain akibat kondisi pasca bencana. Kajian dilakukan lebih spesifik kepada kegiatan setempat dan sedapat mungkin mengacu dan membahas/membandingkan dengan blue print   dan tata ruang yang ada di sekitar pabrik semen Andalas. 2. Lakukan kajian kesesuaian rencana kegiatan ini dengan peraturan-peraturan terkait dan signifikan seperti misalnya rencana dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR), peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, peraturan daerah (propinsi dan kabupaten/kota), peraturan tentang lingkungan, dan baku mutu lingkungan. Kajian ini harus fokus hanya pada peraturan yang relevan dengan rencana kegiatan PT SAI. 3. Uraikan menggunakan data sekunder yang ada dan prediksi skenario rencana pengembangan ekonomi lokal di sekitar lokasi kegiatan PT SAI terkait dengan tata guna lahan dan rencana peruntukan setempat. 4. Deskripsikan rencana pasca operasi dari seluruh komponen kegiatan pabrik, terutama rencana rehabilitasi quarry . Kaitkan rencana rehabilitasi dan pemanfaatan quarry pasca penambangan dengan pengembangan wisata pantai Lhoknga. Rehabilitasi dan pemanfaatan lokasi quarry harus diupayakan untuk mendukung pengembangan wisata pantai Lhoknga.

Bagian 6.

Isu sosial budaya ekonomi

1. Deskripsikan dan kaji potensi dampak terhadap kesehatan masyarakat terkait dengan emisi debu. Kajian ditekankan pada penggunaan data sekunder dan perbandingan (misalnya ISPA, penyakit kulit, dsb) dari lokasi rencana kegiatan PT SAI terhadap lokasi lainnya serta kajian data hasil pemantauan yang ada pada periode sebelumnya. Gunakan data yang bersumber dari Puskesmas dan/atau kantor Dinas Kesehatan Kabupaten/kota/propinsi NAD. 2. Kaji masalah keamanan pengguna pantai dari kemungkinan ceceran batu bara, minyak/bahan bakar, dan limbah bahang. Antisipasi potensi dampak-dampak tersebut terhadap para pengguna pantai dan kaitannya dengan daerah wisata pantai. 3. Jelaskan alternatif penggunaan air permukaan (jika memang tidak menggunakan perpipaan penyaluran air permukaan dari Kr. Sarah). Antisipasi upaya pengembangan masyarakat (CSR corporate social responsibility) dalam hal penyediaan air. 4. Deskripsikan dan antisipasi potensi kesenjangan penggunaan air, isu pencangkokan pipa oleh masyarakat, keinginan masyarakat untuk mendapat bantuan penyediaan air, dan kompetisi dengan pengguna lainnya (PDAM, perusahaan air kemasan, dll.).

11

5. Uraikan rencana penggunaan tenaga kerja dan kaji rencana otomatisasi serta hubungannya dengan rekrutmen tenaga kerja serta potensi dampak sosialnya. Kaji skenario pengutamaan penggunaan tenaga kerja lokal dan jelaskan lebih pasti tentang rencana pemukiman tenaga kerja perusahaan. 6. Kaji potensi kesenjangan sosial dan eksklusivisme antara pekerja pendatang dan masyarakat lokal. Hal ini dibatasi dengan rencana pemukiman karyawan, apakah akan terkonsentrasi atau tersebar. 7. Prediksikan potensi konflik dari kegiatan pemasaran produk ke pasar daerah serta potensi persaingan distribusi lokal yang terkait dengan kesempatan usaha. 8. Antisipasi munculnya kegiatan ikutan (informal) di sekitar lokasi pabrik dan komponen kegiatan lain yang suatu saat dapat menjadi potensi tuntutan balik kepada PT SAI. Siapkan skenario tentang pertumbuhan kegiatan informal dan usulkan solusinya untuk masa mendatang. Antisipasi kemungkinan muncunya aktivitas yang melanggar  susila/agama dengan adanya pekerja pendatang, terutama pada tahap konstruksi. 9. Jelaskan kemungkinan penjualan produk untuk pasar luar negeri (export ). Jika terdapat kemungkinan tersebut, antisipasi potensi terjadinya penyelundupan, konsultasikan dan koordinasikan dengan ADPEL setempat. 10. Deskripsikan dan prediksikan pengaruh dari kegiatan PT SAI terhadap pendapatan daerah dan perekonomian lokal. Utamakan penggunaan data sekunder dari pemda setempat. 11. Jelaskan rencana perluasan eksploitasi quary (rencana perluasan ijinnya) terkait status lahan dan tindak lanjut rencana ganti rugi lahan jika ada. 12. Jelaskan kemungkinan peningkatan pengembangan masyarakat melalui upaya-upaya pelatihan-pelatihan keterampilan masyarakat. 13. Jelaskan kemungkinan pemberian tenaga listrik dalam rangka upaya pengembangan masyarakat oleh PT SAI.

Bagian 7.

Lain-lain

1. Kaji kemungkinan-kemungkinan dampak turunan dari isu-isu utama yang telah disebutkan di atas dan gambarkan keterkaitan dari isu-isu tersebut dalam suatu flow  chart  dampak. Siapkan antisipasi terhadap dampak-dampak turunan tersebut dan siapkan rencana pengelolaannya. 2. Dalam rangka melakukan kajian-kajian terhadap isu-isu di atas, gunakan hasil pelaksanaan RKL dari kegiatan sebelumnya dan tekankan pada penggunaan data sekunder. 3. Lakukan pengukuran arus dominan dan analisis data oceanografi untuk prediksi ceceran dan penyebaran limbah terhadap ekosistem pantai. Hal ini difokuskan pada potensi abrasi dan pencemaran laut/pantai akibat aktivitas pabrik terhadap biota laut dan ancaman terhadap wisata pantai Lhoknga (deskripsikan bentuk dampaknya). 4. Deskripsikan pada bagian deskripsi kegiatan tentang keseluruhan rencana rehabilitasi dan rencana perluasan PT SAI.

12

5. Deskripsi keseluruhan rencana tentang reklamasi, penghijauan, pasca operasi untuk tambang terutama terkait dengan upaya pencegahan erosi/sedimentasi dan ancaman terhadap kelangsungan wisata pantai Lhoknga. 6. Deskripsikan upaya pengawasan atau prosedur pengawasan yang dilakukan PT SAI terhadap pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh para kontraktornya. Hal ini menjadi sangat penting karena seringkali upaya pengelolaan luput dilakukan karena pemrakarsa menganggap bahwa tugas dan tanggung jawab mereka sudah selesai ketika ditunjuk suatu kontraktor pelaksana. Tanggung jawab kontraktor dan pengawasan terletak pada PT SAI untuk memastikan bahwa rencana pengelolaan tersebut sudah terinformasikan kepada kontraktor, dilaksanakan dengan baik, dan dilaporkan pelaksanaannya. 7. Berikan klarifikasi di dalam uraian rencana kegiatan tentang rencana penyediaan tenaga listrik. Jelaskan kapasitas/jumlah daya listrik terkait dengan perubahan unit PLTD (32 MW menjadi PLTU (25-30 MW) terkait pula dengan peningkatan kapasitas produksi. Berikan penjelasan mengapa kebutuhan tenaga listrik dan produksinya malah berkurang. 8. Antisipasi kemungkinan bencana tsunami atau bencana lainnya terhadap kegiatan PT SAI dan jelaskan di dalam bagian deskripsi kegiatan serta penentuan alternatif. Hal ini penting untuk dijelaskan karena akan mempengaruhi rencana tindak dan antisipasi di masa mendatang. 9. Jelaskan rencana penggantian electrostatic precipitator (EP) dan gravel bed filter (GBF) menjadi bag filter  sehingga dapat menjamin terpenuhinya baku mutu lingkungan. Hal ini diperlukan untuk memastikan pencapaian kinerja pengelolaan debu dengan menggunakan peralatan baru tersebut.

Konsultasi masyarakat dan pihak-pihak terkait 1. Lakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti: ADPEL, LLAJ, pemerintah kecamatan, dinas PU (untuk prasarana jalan dan sumber daya air) , dinas pertambangan, dinas pariwisata, dinas tenaga kerja, BRR Aceh, lembaga-lembaga donor rekonstruksi  Aceh, dsb. 2. Lakukan proses konsultasi masyarakat dengan baik selama pelaksanaan studi ANDAL untuk menggali masukan dan informasi tambahan serta untuk memperoleh perhatian (concerns) masyarakat. Sebagai catatan, hingga tanggal 21 Desember 2005, belum ada masukan tertulis respon dari masyarakat terhadap pengumuman rencana kegiatan PT SAI. 3. Pemrakarsa harus mempertimbangkan dan mengakomodasi masukan dari masyarakat baik selama proses pengumuman ataupun pada saat konsultasi masyarakat ketika melakukan studi ANDAL. 4. Pemrakarsa dan konsultan AMDAL harus menggali isu-isu penting terkait dengan rencana rekonstruksi pabrik semen Andalas dari sumber media massa dan elektronik yang ada (lokal, propinsi dan nasional).

13

Batas wilayah studi PT. SAI harus menetapkan batas-batas wilayah studi sebagaimana lazimnya dilakukan di dalam suatu studi ANDAL untuk memastikan pelaksanaan studi yang fokus dan tepat serta efektif. Batas-batas studi kemudian digunakan untuk memilih titik-titik sampel untuk keperluan pengambilan data primer dan sekunder guna kebutuhan penelitian dan pengkajian serta prediksi dampak. Selain mengacu kepada definisi batas-batas wilayah studi yang berlaku, setiap penarikan garis batas pada peta dengan skala yang memadai harus dilengkapi dengan alasan yang tepat dan rasional. Alasan serta justifikasi tersebut harus  juga dilakukan pada saat menentukan titik-titik sampel yang berada di dalam resultante batas wilayah studi yang dimaksud. Dalam menentukan batas-batas wilayah tersebut, PT. SAI agar mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Batas proyek  Batas proyek agar berkonsentrasi di wilayah pabrik, quarry, dan pelabuhan dengan jarak yang memadai dari kegiatan/aktifitas fisik pada masing-masing komponen kegiatan. 2. Batas ekologis Penentuan batas ekologis agar mempertimbangkan keberadaan sungai (Kr. Raba) dan rencana saluran pembuang limbah bahang (limbah panas) dari kegiatan pabrik (pendingin, proses produksi, dll.) Batas ekologis juga agar mempertimbangkan kondisi arus di pantai Lhoknga dan arah angin dominan (yang dianalisis melalui kajian wind rose) di sekitar lokasi kegiatan PT. SAI. Dengan demikian, bentuk batas ekologis dapat dijelaskan secara ilmiah mengapa garis batas tersebut dipilih. 3. Batas administrasi  Batas administrasi agar difokuskan pada kecamatan Lhoknga dan kecamatan Leupueng walaupun terbuka kesempatan untuk menarik batas yang lebih luas selama penentuan tersebut dapat dijelaskan secara rasional. Penentuan batas administrasi ini sedapat mungkin harus mengacu pada blue print  dan rencana tata ruang kabupaten atau kecamatan yang relevan. 4. Batas sosial  Batas sosial agar difokuskan pada pemukiman di daerah-daerah Mon Ikeuen, Naga Umbang, Lampuuk, Pasar Lhoknga, dan Leupueng. Batas-batas atau tempat-tempat konsentrasi interaksi sosial tersebut dapat saja dikembangkan jika terdapat informasi lain yang lebih menentukan. Jelaskan pula mengapa batas-batas tersebut dipilih. Pertimbangkan pula rencana-rencana pemukiman yang ada pada blue print  dan rencana tata ruang kabupaten atau kecamatan yang relevan. Sebagai hasil akhir, penentuan keseluruhan batas studi merupakan delineasi wilayah studi sebagai resultante dari batas-batas di atas. Penentuan resultante ini agar dilakukan dengan alasan dan justifikasi yang rasional bukan sekedar menarik garis terluar dari keseluruhan batas-batas yang ada. Penggambaran batas wilayah studi diharapkan menggunakan peta-peta yang representatif,  jelas, dan sesuai tema pembahasannya. Sebagai hasil akhir penentuan batas wilayah studi, resultante tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan lokasi-lokasi atau titik-titik sampling berdasarkan alasan-alasan yang kuat.

14

Kepakaran yang diperlukan Dalam studi ANDAL ini agar pemrakarsa dapat menunjuk pelaksana studi yang memiliki kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan bidang yang ditelitinya. Secara minimal, tim studi ANDAL harus memiliki tenaga-tenaga ahli sebagai berikut: 1. Ahli AMDAL (team leader, AMDAL B) 2. Ahli industri (termasuk kimia dan B3) 3. Ahli udara 4. Ahli sosial-budaya: a. Ahli demografi b. Ahli ekonomi c. Ahli sosiologi/anthoropogi d. Ahli kesehatan masyarakat 5. Ahli oceanografi 6. Ahli pertambangan 7. Ahli hidrologi 8. Ahli biologi

IV. Lampiran Lampiran 1:

Pengumuman rencana kegiatan PT Semen Andalas Indonesia

Lampiran 2: Lampiran 3:

Deskripsi kegiatan PT Semen Andalas Indonesia Catatan diskusi pembahasan KA ANDAL tanggal 29 Maret 2006

Lampiran 4:

Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL Khusus

15

Lampiran 1

i

Lampiran 2 [Berisi deskripsi kegiatan yang diberikan oleh PT SAI: bahan yang difax ke KLH pada tanggal 16 Desember 2005]

ii

Lampiran 3 Catatan diskusi pembahasan KA ANDAL tanggal 29 Maret 2006 Sesi I: 1. Pertanyaan tentang pengaturan dan makna kerangka acuan dalam Peraturan Menteri LH 308/2005 dan berbagai implikasinya seperti fungsi sebagai panduan mengikat atau pedoman pekerjaan dilapangan: bagaimana cara mengerjakan suatu studi (waktu, alat, metode) apakah sudah ditentukan dalam KA atau harus dikembangkan lagi oleh pemrakarsa dan konsultan dalam bentuk KA baru. 2. Pertanyaan tentang kesesuaian Peraturan Menteri LH 308/2005 dalam proses percepatan AMDAL. Dimana deskripsi rona awal lingkungan dalam pelingkupan dan bagaimana seharusnya perintah konsultasi masyarakat ditanggapi. 3. Pertanyaan tentang mekanisme pembahasan KA ANDAL dan peran dari konsultan pada proses pelingkupan dan pembahasannya. 4. Pertanyaan tentang istilah AMDAL ‘konvensional’ yang dianggap berkonotasi negaif dan meniadakan/merendahkan proses AMDAL yang dilakukan terdahulu. 5. Usulan dari WALHI yang menegaskan kajian terhadap potensi karst dengan menambahkan ahli karst serta arah pengelolaan lingkungan yang lebih terbuka kepada usaha konservasi. Sesi II: 1. Permintaan penjelasan tentang penggunaan jenis batu bara, apakah brown coal, lignin, atau gambut. Usulan untuk penggunaan batu bara dari Aceh serta beberapa harapan untuk membahas getaran, kebisingan, ledakan, kondisi fisik geologi-morfologi tanah, stabilisasi slope, lereng, jenjang, dsb. 2. Klarifikasi fokus kajian debu pada ukuran < 10ųm atau PM10 dan usulan penggunaan data-data lama milik PT SAI yang terkait debu seperti data pemantauan dan rancangan cerobong serta stabilitas atmosfir di lingkungan tersebut. 3. Klarifikasi peran konsultan dalam pembahasan KA ANDAL karena telah mendapat arahan untuk juga membuat KA ANDAL serta usulan agar prosedur di masa mendatang bisa lebih jelas. Tanggapan tentang tambahan tenaga ahli karst yang dianggap tidak terlalu relevan serta ketidaksetujuan atas isu-isu lingkungan yang diminta oleh tim teknis karena dianggap terlalu banyak. 4. Pertanyaan agar percepatan proses AMDAL lebih dipacu dengan mencari terobosan seperti tidak perlu adanya tim teknis, langsung studi ANDAL tidak perlu ada pembahasan, dan dokumentasi AMDAL dianggap sebagai penghambat. Isu-isu lingkungan diusulkan untuk dikurangi dan usulan pencantuman data disain dalam KA  ANDAL. 5. Usulan dan pertanyaan untuk memasukkan kajian terhadap kegiatan pertanian yang sudah ada sebelumnya, perluasan batas kajian administrasi dengan asumsi penambahan kapasitas produksi menyebabkan dampak yang lebih luas, serta adanya kesan bahwa tidak perlu pengkajian ulang terhadap PT SAI. Sesi III: 1. Komentar dari pemrakarsa tentang substansi pellingkupan yang dianggap dapat dipenuhi oleh pemrakarsa yang juga sejalan dengan keinginan pemrakarsa karena terdapat standar AMDAL yang akan dinilai oleh superior perusahaan di Malaysia. 2. Keberatan dari kelompok pemrakarsa (konsultan) yang menganggap bahwa abrasi merupakan fenomena alami yang sulit dan tidak perlu dikaji.

iii

Pembahasan atas pertanyaan, usulan, dan tanggapan sidang pembahasan Sesi I : 1. Pertanyaan ini dapat dipahami sehubungan dengan adopsi peraturan baru dan skema baru proses AMDAL khusus pasca tsunami di Aceh. Berbagai hal terkait dengan pertanyaan ini sebenarnya sudah dibahas berulangkali namun pemahaman secara keseluruhan tentang peraturan baru memang memerlukan waktu. KA ANDAL hasil pelingkupan tim teknis bersifat sebagai panduan mengikat untuk dipenuhi oleh pemrakarsa. Adapun waktu, alat, metode diserahkan sepenuhnya kepada pemrakarsa (mungkin dengan bantuan konsultan) secara fleksible tetapi harus memenuhi permintaan kajian dari tim teknis dalam KA ANDAL. Pemrakarsa tidak perlu membuat atau mengembangkan KA ANDAL yang lain tetapi langsung memuatnya di dalam dokumen  ANDAL berbagai hal yang melengkapi studi seperti metode, rona awal, dll. Dengan demikian tidak perlu ada duplikasi penulisan dalam berbagai dokumen AMDAL dan dapat menghemat waktu. 2. Peraturan Menteri 308/2005 dirancang dan diterapkan untuk proses percepatan. Jika ada kesan bahwa percepatan belum terlihat atau ada beberapa hal yang dianggap membingungkan, hal ini hanya akibat penyesuaian sistem AMDAL baru dan memerlukan waktu adaptasi. Deskripsi rona awal lingkungan tidak akan disampaikan dalam KA  ANDAL model khusus ini namun diperintahkan dalam ketentuan KA ANDAL seperti pada halaman 7 dokumen ini yang mengatakan bahwa dokumen ANDAL harus memuat: “Kondisi rona lingkungan awal di wilayah studi”. Perintah konsultasi masyarakat sangat  jelas tercantum pada bagian konsultasi masyarakat pada halaman 13 yang seharusnya dilakukan secara intensif oleh pemrakarsa pada saat studi ANDAL dilakukan. 3. Pada proses pelingkupan menggunakan skema khusus ini, konsultan sebenarnya tidak perlu dilibatkan karena pada dasarnya tim teknis mengambil alih peran konsultan dalam pelingkupan skema umum yang berlaku di Indonesia. Pada skema khusus ini, konsultan baru akan terlibat pada saat studi ANDAL dan penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL. Mekanisme pembahasan KA ANDAL memang masih memerlukan latihan untuk penyesuaian dan pemahaman dari para pihak yang terlibat. 4. Istilah konvensional tidak dimaksudkan untuk memberi konotasi lebih jelek atau negatif  lainnya, namun hanya untuk membedakan dari skema baru yang khusus dalam peraturan 308 ini. Di daerah pasca tsunami Aceh dan Nias sejak awal sudah diperkenalkan istilah AMDAL khusus atau skema baru yang berbeda dengan AMDAL yang diterapkan secara umum di seluruh Indonesia yang kemudian disebut secara konvensional. Cara konvensional masih diterapkan di daerah yang tidak terkena bencana dan masih dipandang baik, perbedaannya adalah dari segi waktu penyelesaian dan prosesnya yang agak berbeda. 5. Kajian potensi karst oleh ahli khusus karst sangat baik dan perlu dipertimbangkan. Pada perkembangan diskusi kemudian, telah diingatkan bahwa keahlian karst tersebut bisa dicakup oleh pakar geologi dan disepakati sudah cukup ditangani ahli tersebut. AMDAL pada dasarnya untuk menjaga fungsi lingkungan yang sangat terkait dengan konservasi lingkungan. Penekanan konservasi dapat diterima dan disampaikan secara eksplisit dalam dokumen KA ANDAL ini (lihat hal. 6). Sesi II : 1. Penggunaan jenis batu bara harus dijelaskan di dalam dokumen ANDAL. Namun demikian mengenai usulan penggunaan batu bara dari Aceh lebih merupakan usulan yang harus dipertimbangkan dengan baik karena menyangkut keberadaan pasokan dan kelayakan harga secara ekonomis. Jika dilakukan penggunaan batubara dari Aceh tentunya akan memberikan nilai tambah tersendiri. Harapan untuk membahas kembali berbagai dampak lingkungan sudah diakomodasi dalam KA ANDAL. 2. Klarifikasi fokus kajian debu dan usulan penggunaan data-data lama milik PT SAI disetujui dan memang harus demikian. Kajian tentang debu harap mengikuti kaidah yang berlaku di bidang keahlian udara.

iv

3. Klarifikasi peran konsultan: memang kegiatan ini adalah kegiatan pertama sehingga masih ada kekeliruan, terutama perintah-perintah dari instansi terkait. Namun demikian, perlu diklarifikasi, tugas konsultan adalah menterjemahkan instruksi kajian dalam KA  ANDAL ini untuk pelaksanaan studi ANDAL, RKL, dan RPL. Konsultan berperan setelah tahap pelingkupan dan pembahasan pada hari ini. Tentang kepastian penggunaan Keputusan Kepala Bapedal 09/2000 telah diperbaiki sebagaimana berikut (lihat hal. 8): Sebagai tambahan, penyusunan dokumen ANDAL, RKL-RPL agar juga mengacu dan mengikuti Keputusan Kepala BAPEDAL nonor 09 tahun 2000. menjadi  Sebagai tambahan, penyusunan dokumen ANDAL, RKL-RPL dapat juga mengacu pada Keputusan Kepala BAPEDAL nonor 09 tahun 2000. 4. Pandangan bahwa terobosan pelaksanaan AMDAL dilakukan dengan tanpa perlu adanya tim teknis dan pembahasan tidak dapat diterima. Usulan mengurangi isu kajian dapat diterima jika terdapat alasan yang tepat dan dikemukakan serta dibahas dengan baik. 5. Usulan untuk kajian pertanian tidak dapat diakomodir dalam KA ANDAL PT SAI karena kegiatan tersebut tidak berhubungan. Batas administrasi dapat diperluas dengan pendekatan kewenangan pengawasan dampak bukan akibat penambahan dampak. Kaji ulang PT SAI tetap harus dilakukan sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Sesi III : 1. Tanggapan dari pemrakarsa sangat positif dan agar menjadi pegangan bersama. 2. Keberatan dari konsultan tentang kajian abrasi tidak dapat diterima oleh forum. Pemrakarsa diminta mencari tim pengkaji lain jika konsultan yang ditunjuk menyatakan tidak mampu.

v

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF