amdal-cat(1)

May 2, 2017 | Author: Silmy Kaffah | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

dokumen amdal industri cat...

Description

DOKUMEN AMDAL INDUSTRI CAT KOTA BATU PT. Bersinar Terang MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN yang dibina oleh Dra. Hawa Tuarita, M.S. dan Frida Kunti Setiowati, ST, M.Si

Oleh : Kelompok 3 Offering HL/GL Anang Januardy (130342603493) Merinda Nur (130342615333) Rizky Amalia (130342615332) Silmy Kaffah (130342615323)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI November 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Nama Proyek Nama Perusahaan : PT. Bersinar Terang Jenis Perusahaan : Pabrik Cat Alamat : Kecamatan Dau Kota Batu Telepon/ Fax : (021) 674XXXX Penanggung Jawab Proyek : Joko Mulyanto Jabatan : Presiden Direktur Lama pembangunan : ± 3 tahun B. Luas Lahan Pabrik Cat yang akan dibangung membutuhkan lahan seluas 10 Ha. Lahan ini nantinya akan digunakan untuk pembangunan pabrik produksi, taman, dan tempat pengolahan limbah pembuatan cat. Pabrik produksi cat = 5 Ha Kantor = 1 Ha Tempat Pengelolahan Limbah = 1 Ha Tempat Parkir = 1 Ha Taman = 2 Ha C. Biaya Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik Cat “ PT. Bersinar Terang “ adalah 3 Triliun Rupiah. Dengan Rincian Sebagai Berikut: Pembangunan Pabrik produksi dan Kantor = Rp. 1.150.000.000.000,00 Penyediaan alat produksi = Rp. 1.050.000.000.000,00 Penyediaan alat pengolahan limbah = Rp. 550.000.000.000,00 Pembangunan Taman = Rp. 250.000.000.000,00 D. Deskripsi Proyek Industri cat merupakan salah satu industri tertua didunia. Sekitar 20.000 tahun lalu, manusia yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk berkomunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka menggunakan material-material yang tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu, dan sadapan dari tanaman-tanaman yang memiliki warna yang menarik. Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk melindungi dan memberikan warna pada suatu objek atau permukaan dengan melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain untuk menghasilkan karya seni (oleh pelukis untuk membuat lukisan), salutan industri (industrial coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah korosi atau kerusakan oleh air). Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut. Setelah dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang melekat kuat dan padat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat dilakukan dengan banyak cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas, disemprotkan (spray), dicelupkan (dipping) atau dengan cara yang lain. Pembangunan proyek pabrik cat ini berlokasi di Kecamatan Dau Kota Batu. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Kota Batu. Pembangunan pabrik cat ini sangat dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan pasar akan pentingnya bahan baku bangunan yang satu ini. Apalagi di

daerah Batu, atau yang berbatasan langsung dengan Malang kedepannya akan banyak dilakukan pembangunan perumahan, sehingga akan menguntungkan para kontraktor jika di dekat sana terdapat pabrik cat. Selain itu, minimnya pabrik cat yang berada dekat dengan pusat kota Batu juga menjadi dorongan untuk pembangunan pabrik cat di daerah ini, sehingga pasokan cat di kota Batu akan terus mengalir. 1. BAHAN-BAHAN PENYUSUN CAT Resin atau Polimer Resin (polimer) merupakan komponen utama dalam cat. Resin berfungsi merekatkan komponen-komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan pada permukaan suatu bahan (membentuk film). Resin pada dasarnya adalah polimer yang pada temperatur ruang (atau temperatur aplikasi) bentuknya cair, bersifat lengket dan kental (Biddle dkk., 2002). Senyawa kimia organik dari bahan pembentuk lapisan atau film dapat diklasifikasikan berdasarkan berat molekulnya. Resin dengan berat molekul rendah biasanya tidak dapat membentuk film tanpa adanya reaksi kimia, sedangkan resin dengan berat molekul tinggi dapat membentuk film meski tanpa reaksi kimia. Ada beberapa jenis resin yang biasa digunakan dalam industri cat, pada penelitian yang dilakukan digunakan dua buah jenis resin yaitu epoksi dan alkid (Bidlle dkk.,2002). Pigmen dan Ekstender Pigmen adalah bagian dari pewarna. Pigmen merupakan padatan halus (bubuk) yang ditambahkan ke dalam cat dengan beberapa fungsi. Secara optis fungsi cat untuk memberi karakter khas pada penampakan cat tersebut, seperti: warna, derajat kilap (gloss) maupun daya tutupnya (Licker,2003). Cat berfungsi sebagai proteksi yaitu memberi nilai tambah pada karakter kekutan cat tersebut, seperti: kekuatan terhadap cuaca, korosi, panas atau api, dan lain-lain. Cat juga dapat berfungsi sebagaireinforcing(memperkuat)yaitu untuk meningkatkan sifat kekerasan, kelenturan, daya tahan terhadap abrasi, dan lain-lain. Pigmen cat terbagi dalam dua kategori besar yaitu pigmen organik dan pigmen anorganik. Pigmen organik terbentuk dari senyawa-senyawa organik (hidrokarbon) dan pigmen anorganik terbentuk dari mineral-mineral atau garam-garam logam yang terbentuk secara alami (bahan galian) ataupun dari hasil reaksi kimia di pabrik. Kedua jenis pigmen ini dikenal sebagai true pigmen (atau disebut sebagai pigmen saja) dan extender atau filler (Zulkarnaen, 2001). Extender (filler) ditambahkan ke dalam cat dengan tujuan untuk menurunkan harga produksi, namun dalam hal tertentu extender ditambahkan untuk memberbaiki sifat cat. Extender umumnya mempunyai indeks bias yang kecil (atau rendah daya tutupnya) dibanding pigmen (Zulkarnaen, 2001). Menurut Zulkarnaen (2001), pigmen pada cat akan menentukan warna yang akan dihasilkan cat ketika apikasi. Standar warna yang dapat di produksi dengan menggunakan panel kertas atau tin plate (plat timah) karena waktu dapat berubah atau berubah karena kotor.Sifat-sifat pigmen sangat dipengaruhi oleh sistem cat yang digunakan,karena itu setiap pigmen selalu memerlukan evaluasi yang lengkap. Sifat-sifat umum suatu pigmen atau zat pewarna adalah sebagai berikut: a. Mass color/mass tone Mass colorataumass tonemerupakan warna dari pigmen yang digunakan dalam kekuatan penuh (fullstrength).Tinting Strength yaitu kemampuan suatu pigmen memberikanwarna pada suatu basis putih (WhiteBase). b. Oil absorption Nilai yang mengindikasikan jumlah Linseed oil yang diperlukan untuk membasahi suatu pigmen. Linseed oil merupakan minyak alami yang diperoleh dari biji rami yang telah mengalami polimerisasi. c. Hidingpower (Daya Tutup) Kemampuan suatu pigmen untuk menutupi substrat yang mempunyai warna kontras.

d. Exteriordurability(Ketahanan Terhadap Cuaca) Ketahanan terhadap cuaca dari resin pengikat dalam sistim pelapisan (coating) sering kali menentukan tingkat color fastness (tahan luntur warna) dari pigmen. Kerusakan resin pengikat menyebabkan pengapuran pigmen sehingga menghasilkan warna yang pudar, namun tidak disebabkan oleh sifat ketahanan dari pigmen. Di lain pihak, pigmen berpengaruh terhadap ketahanan cuaca dari sistem pengecatan, karena berbeda pigmen berbeda kapasitasnya dalam memantulkan dan menyerap energi radiasi sehingga melindungi resin pengikat dari kerusakan. e. Bleeding Bleeding merupakan menembusnya cat pada lapisan bawah ke perumkaan lapisan cat diatasnya. Bleeding timbul bila suatu cat warna muda biasanya putih, diaplikasikan terhadap suatu sistem (cat dasar) warna tua yang mengadung pigmen organik yang dapat larut.Hal ini disebabkan pigmen dalam cat dasar larut oleh solven (pelarut organik) dari cat akhir.Cara mengatasinya adalah dengan menggunakan cat dasar yang menggunakan pigmen yang tidak larut dalam solven (pelarut organik) cat akhirnya. f. Floodingdan Floating Flooding dan floating terjadi pada cat dengan dua atau lebih pigmen. Flooding merupakan kondisi munculnya salah satu dari pigmen dipermukaan secara tidak merata. Kondisi ini akan menghasilkan suatu lapisan yang berbeda warna dari lapisan utamanya.Jika lapisan cat dalam keadaan basah atau setengah kering diusap dengan jari akan muncul warna kontras. Floating merupakan kondisi pigmen yang tercampur tidak merata sehingga terjadi warna belang. Floating biasanya dapat terjadi ketika cat disemprotkan atau dikuaskan dengan lapisan tebal yang garis-garis warna akan tampak pada arah aliran cat. Floating dapat diatasi dengan mengubah aplikasi yaitu mengurangi ketebalan pada saat aplikasi, atau dengan mengubah jenis pigmen ataupun dispersinya. g. Daya Tahan Alkali dan Asam Kuat Sifat ini biasanya berpengaruh pada saat cat telah diaplikasikan, misalnya adanyaserangan alkali dari tembok basah, atau adanya sifat asam dari lingkungan. Pemakaian alkali resisting primer sealer kadang-kadang dapat mengurangi kerusakan cat akibatserangan alkali dari tembok yang belum kering sempurna. Solven (Pelarut Organik) Resin membentuk film dan memberi kontribusi terhadap karakter film yang terbentuk, sedang pigmen disamping memberi warna juga berfungsi menambah kekuatan mekanis film. Solven memberi kontribusi pada pembuatan cat sehingga campuran mempunyai kekentalan yang pas untuk diproses seperti diaduk, dicampur, digiling dan lain-lain. Penambahan solven yang tepat dan cukup akan menurunkan kekentalan dari resin atau campuran pada suatu kondisiyang kekentalannya memenuhi syarat untuk masing-masing proses (Zulkarnaen, 2001). Cat merupakan sebuah sistem campuran yang kompleks, ada padatan (solute) yang terlarut atau terdispersi dalam pelarut cair (solven), ada juga cairan (solven active) yang terlarut dalam cairan lain (diluent). Jadi definisi solvenadalah senyawa organik (biasanya mudah menguap) yang berperan melarutkan atau mendispersi komponen-komponen pembentuk film (resin, pigmen danadditive) yang akan menguap terbuang ke lingkungan selama proses pengeringan (Zulkarnaen, 2001). Solven tidak bisa lepas dari tiner, karena keduanya saling berkaitan satu dengan yang lain. Tiner adalah campuran beberapa solven yang dipakai untuk melarutkan resin di dalam cat atau mengencerkan cat selama penggunaan. Di dalam prakteknya resin atau cat dilarutkan oleh tidak hanya satu jenis solven, tetapi oleh beberapa macam kategori solven. Solven biasanya dibagi berdasarkan struktur kimia atau karakteristik fisikanya. Penggolongan solven berdasarkan struktur kimia adalah sebagai berikut

1.

Hidrokarbon Sesuai namanya maka pada golongan ini terdiri dari solven-solvenyang terdiri dari unsur hidrogen (H) dan carbon (C) menjadi struktur dasarnya.Solven-solven golongan hidrokarbon hampir seluruhnya berasal dari hasil distilasi minyak bumi yang merupakan campuran dari beberapa komponen (bukan senyawa murni), sehingga titik didihnya berupa range dari minimum sampai maksimum, bukan merupakan titik didih tunggal. 2. Oksigenated Solven Oksigenated solven atau solven dengan atom oksigen adalah solven-solven yang struktur kimianya mengandung atom oksigen. Termasuk dalam kategori ini adalah golongan ester, eter, keton dan alkohol.Faktor penting dari fungsi solven didalam cat adalah kemampuannya untuk melarutkan resin, kemudian membentuk larutan yang stabil dan homogen. Aditif (Bahan Tambah) Penambahan aditif yang ada dalam cat merupakan suatu proses riset yang panjang pada cat tersebut. Selama proses pembuatan, penyimpanan dan pemakaian dinilai kualitasnya secara menyeluruh.Kelemahan dan masalah yang timbul dicoba untuk diatasi dengan variasi jenis dan takaran beberapa aditif, hingga akhirnya muncul nama jenis dan takaran aditif tertentu yang pas untuk campuran cat tersebut (Zulkarnaen, 2001). Aditif ditambahkan ke dalam cat disesuaikan dengan solven yang dipakai (solven atau waterbase), jenis resinnya, cara pemakaiannya dan cara mekanisme pengeringannya. Setiap suplier aditif biasanya memberi informasi yang jelas tentang apa dan bagaimana aditif harus digunakan. 2. Jenis-jenis Cat Banyak teori yang berkembang untuk mengelompokan cat, diantaranya adalah berdasarkan bahan baku utama, mekanisme pengeringan, letak dan dimana cat itu dipakai, kondisi cat, jenis dan keberadaan solvent, fungsi, methode pengecatan, jenis substratnya dan lain-lain. Tabel pengelompokan berikut memberi kemudahan dalam kita mempelajari cat. DASAR JENIS DAN KETERANGAN PENGELOMPOKAN Berdasarkan jenis resin yang dipakai: cat epoxy, polyurethane, acrylic, melamine, alkyd, nitro cellulose, polyester, vinyl, chlorinated rubber, dll Bahan Baku Berdasarkan ada tidaknya pigment dalam cat tersebut, yaitu varnish atau lacquer (transparent, tidak mengandung pigment); duco atau enamel (berwarna dan menutup permukaan bahan, mengandung pigment). Cat dempul (filler), anti karat (anti corrosion), anti jamur (anti fungus), tahan api, tahan panas (heat FUNGSI resistance), anti bocor (water proofing), decorative, protective, heavy duty, industrial dll. METHODE PENGECATAN Cat kuas, spray, celup, wiping, elektrostatik, roll, dll. Cat Primer (sebagai dasar), undercoat, intermediate (ditengah-tengah), top coat/finishing (pada permukaan LETAK PEMAKAIAN paling atas dari beberapa lapisan cat), interior (di dalam tidak terkena secara langsung sinar matahari) dan exterior (di luar), dll. Cat besi (metal protective), lantai (flooring systems), kayu (wood finishing), beton (concrete paint), kapal JENIS SUBSTRAT (marine paint), mobil (automotive paint, plastik, cat, tembok, dll.

KONDISI DAN BENTUK Cat pasta, ready-mixed, emulsi, aerosol, dll. CAMPURAN ADA TIDAKNYA SOLVENT Water base, cat solvent base, tanpa solvent, powder, dll. Cat kering udara (varnish dan syntetic enamel), cat MEKANISME stoving (panggang), cat UV curing, cat penguapan PENGERINGAN solvent (lacquer dan duco), dll. Gambar 1. Tabel Jenis-jenis cat 3. Kualitas Cat Untuk mendapatkan kualitas cat seperti yang diharapkan, indistri cat harus diarahkan untuk mendapatkan kualitas hasil akhir dari setiap proses seoptimal mungkin. Setiap proses dimulai dari pembelian bahan baku, penyimpanan bahan baku, pemrosesan bahan baku menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi, penyimpanan bahan jadi dan pengiriman bahan jadi ke pelanggan harus dikontrol dengan jadwal, pengujian dan pelayanan yang memadai. Beberapa pengujian harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa resin, pigment, extender, solvent dan additive yang dibeli dan kemudian disimpan di dalam gudang sesuai spesifikasi, tidak terjadi salah barang, penyimpangan dan perubahan kualitasnya. 4. PROSES INDUSTRI CAT Tahapan pembuatan cat sangat dipengaruhi oleh seberapa canggih teknologi yang dipakai untuk menunjang pembuatan cat tersebut, makin canggih tinggi teknologi yang dipakai maka makin singkat dan mudah proses pembuatan catnya. a. Persiapan Pada tahap ini dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan baku sesuai dengan formula atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan diambil dari gudang yang sudah teruji kualitasnya, tidak kedaluwarsa dan tidak pula cacat atau rusak baik fisik maupun kimia (yang ditandai dengan adanya perubahan bau, warna, bentuk, atau kekentalan pada bahan tersebut). Mengukur bahan yang akan diproses, bisa dilakukan dengan cara ditimbang beratnya atau diukur volumenya, tergantung dengan basis apa yang digunakan dalam formula atau resepnya. Ketelitian dan keakuratan penimbangan merupakan faktor penting terhadap hasil akhir pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau pigment. Bahan-bahan tersebut kemudian diangkut ke area produksi, bisa dilakukan dengan tenaga manusia biasa, forklif atau melalui sistim pemipaan (untuk bahan cair). b. Produksi Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat: 1) Cat Tanpa Pigment, Extender atau Filler Pembuatannya hanya melibatkan proses penuangan, mixing dan stiring saja, yaitu menuang bahan-bahan dengan urutan dan cara sesuai dengan jenis cat yang akan dibuat ke dalam sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian mencampur bahan-bahan dengan putaran mixer relatif pelan, hingga diperoleh suatu campuran yang benar-benar merata di semua titik. Waktu stiring dan kecepatan mixer disesuikan dengan jumlah dan kekentalan campuran. Perlakuan seperti ini juga dipakai untuk membuat tinner, hardener,wood stain (solvent + dyestuff) atau campuran bahan lain yang tidak mengandung pigment atau extender asli (padatan). Namun jika pigment atau extender-nya sudah diproses menjadi bahan setengah jadi (pasta) terlebih dulu, maka bahan atau campuran ini bisa diproses seperti tersebut di atas. 2) Cat Dengan Pigment dan/atau Extender Proses pembuatan cat jenis ini juga dibagi berdasarkan pada seberapa halus padatan (pigment atau extender) terdispersi di dalam campuran. Jika diinginkan padatan terdispersi secara kasar (dengan kehalusan antara 20 – 50 mikro), maka proses yang dibutuhkan adalah cukup dengan proses dispersi saja; namun jika dikehendaki padatan terdispersi secara halus

(5 – 20 mikro) maka diperlukan proses penggilingan partikel padat dalam mesin giling. Contoh jenis cat yang dibuat cukup dengan proses dispersi saja adalah: dempul atau filler, cat primer, undercoat, intermediate atau tembok dimana kehalusan partikel bukan merupakan sifat yang harus dicapai.

Gambar 1. Mixing cat 3) Proses Dispersi Tahapan dispersi merliputi: 1. Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau extender oleh bahan-bahan cair (millbase). 2. Proses pemecahan secara mekanis terhadap kelompok-kolompok partikel pigment dan/extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil atau partikel-partikel primernya sesuai dengan derajad kehalusan yang dikehendaki. 3. Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel yang lebih kecil atau partikelpartikel primer ini tetap terpisah satu sama lain, tidak bersatu kembali. Proses dispersi akan mendapatkan hasil optimal bila prinsip-prinsip dispersinya terpenuhi. Adapun prinsip-prinsip dispersi yang perlu mendapat perhatian adalah: kecepatan peripheral campuran, bentuk cakram, diameter cakram terhadap tangki, tinggi cakram dari dasar tangki, diameter tangki, tinggi tangki dan perbandingan padatan dan cairan campuran (kadar padatan = PVC) serta penambahan secara tepat additive wetting dan dispersingnya. Jika kondisi ideal terpenuhi, maka akan terbentuk sebuah aliran yang menyerupai donat, terbentuk “doughnut effect”. Pada kondisi ini diperoleh proses dispersi yang optimal.

Gambar 2. Triple Roll Mill Penggilingan Dengan hanya dispersi, kita belum mendapatkan kehalusan partikel lebih rendah dari 20 mikro, yaitu ukuran rata-rata partikel primer dari pigment dan/atau extender. Untuk itu diperlukan sebuah tahap lanjutan dimana ikatan fisik partikel-partikel pigment akan dipecahkan lebih lanjut menjadi patikel-partikel yang lebih kecil lagi. Tahapan ini disebut penggilingan. Untuk memudahkan dalam pembuatan cat; biasanya pigment, extender, sebagian resin dan additive digiling terlebih dahulu untuk dibuat pasta (bahan setengah jadi). Pasta ini bisa disimpan dalam gudang atau langsung diproses untuk dibuat cat, yaitu hanya dengan proses mixing biasa, seperti dijelaskan pada proses pembuatan cat tanpa pigment di atas. Alat dan prinsip penggilingan bermacam-macam, diantaranya adalah: 4)

a) b)

Melewatkan millbase diantara dua buah atau lebih silinder yang berhimpitan satu dengan lainnya, dimana jarak diantara dua buah silinder ini bisa diatur sesuai dengan derajat kehalusan yang diinginkan. Contoh dari alat ini adalah Triple roll Mill. Melewatkan secara vertical atau horizontal millbase ke dalam mesin giling yang terdiri dari agitator dan banyak glass bead di dalamnya. Di dalam silinder giling, glass bead bersama dengan millbase akan diputar oleh agitator pada kecepatan tertentu, menyebabkan pigment-pigment secara mekanis akan terpecah karena tertumbuk oleh glass bead secara terus menerus. Millbase melalui saringan akan keluar, sedangkan glass bead akan tetap tertahan di dalam silinder giling. Sekalipun glass bead terbuat dari bahan yang keras dan kuat, pada akhirnya juga akan terpecah, ini akan menyebabkan proses penggilingan akan menurun performance-nya dan glass bead harus diganti dengan yang baru. kecepatan putar agitator, kekentalan, kadar padatan dan waktu tinggal millbase di dalam mesin adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitasnya proses penggilingan. Jika satu tahap proses penggilingan belum mencapai hasil yang diinginkan, millbase biasanya dikembalikan lagi ke dalam mesin, dilakukan bisa berkali-kali hingga diperoleh derajad kehalusan yang diinginkan.

Gambar 3. Sand Mill Penyelesaian Seperti sudah dijelaskan pada bagian di atas bahwa proses pembuatan cat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan dan proses yang hanya melibatkan proses mixing saja. Tahap akhir dari kedua proses ini juga berbeda, pada proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan pigment, maka mengukur derajad kehalusan dari partikel-partikelnya adalah tahap yang penting guna mengakhiri proses tersebut. Sedang proses lain, yang hanya melibatkan proses mixing, maka untuk melihat seberapa jauh campuran sudah tercampur sempurna dan sesuai komposisi yang ditentukan, cukup mengukur kekentalan atau viskositas campuran tersebut. Namun bila campuran tersebut mengandung beberapa jenis pasta, maka menyamakan warna (colour matching) campuran cat secara kasar perlu dilakukan, agar campuran tidak terlalu jauh berbeda dengan warna standardnya. Kedua tahapan ini biasanya disebut uji kualitas pendahuluan, yaitu tahapan antara sebelum cat diuji secara seksama pada tahap paling akhir dari proses pembuatan cat, yaitu tahap pengujian kualitas cat. Berdasarkan pemanfaatannya, ada dua jenis cat yang dihasilkan, yaitu cat solvent-based dan cat water-based. Pada prinsipnya proses produksi cat solvent-based dan cat water-based sama, namun proses pembuatannya masing-masing terpisah dan tidak menggunakan alat yang sama. Perbedannya hanya pada bahan aditif tahap pra-pencampuran pada proses penggilingan dan proses pencampuran awal. 1) Proses Pembuatan Cat Solvent-Based Bahan baku resin, pigmen kering dan ekstender digiling dan diaduk dengan kecepatan tinggi pada tangki pengaduk atau pencampur. Selama proses ini berlangsung, bahan baku pelarut dan plasticizer dimasukkan ke dalam tangki pencampur. Proses ini disebut tahap pra-pencampuran. c.

Kemudian hasil dari proses pra-pencampuran dimasukkan ke dalam tangki penggiling dan pengadukan lanjut untuk tahap proses pendispersian bahan yang telah dicampur. Selanjutnya dilakukan tahap stabilisasi dalam tangki pengaduk dan penambahan zat pewarna dan tinner (cairan yang mudah menguap). Proses selanjutnya adalah tahap stabilisasi dengan penambahan bahan resin untuk menghasilkan kualitas cat yang diinginkan, kemudian hasilnya dimasukkan dalam proses penyaringan. Produk hasil penyaringan kemudian memasuki proses pengalengan cat, penyegelan dan pengemasan produk akhir. 2) Proses Pembuatan Cat Water-Based Bahan baku air, ammonia, dispersan, pigmen dan ekstender digiling dan diaduk dalam tangki pengaduk/pencampur. Selama proses ini berlangsung, bahan pigmen kering dan ekstender pigmen dimasukkan ke dalam tangki pencampur. Proses ini disebut tahap pra-pencampuran. Kemudian hasil dari proses prapencampuran dimasukkan ke tangki penggiling dan pengadukan lanjut untuk tahap proses dispersi bahan yang btealah dicampur dengan penambahan bahan penolong seperti resin, plasticizer, bahan pengawet, antifoaming (gelembung), bahan pengemulsi polivinil asetat (PVA) dan air sebagai tinner. Proses selanjutnya adalah tahap stabilisasi dalam tangki pencampur untuk menghasilkan kualitas cat yang diinginkan, kemudian hasilnya dimasukkan dalam proses penyaringan. Hasil proses penyaringan kemudian memasuki proses pengalengan cat, penyegelan dan pengemasan.

BAB II RONA LINGKUNGAN A. Rona Lingkungan Rona lingkungan hidup adalah gambaran keadaan lingkungan di lokasi kegiatan Penyamakan cat. Rona lingkungan diperlukan dalam kajian analisis dampak lingkungan karena dijadikan sebagai pembanding dan perkiraan dampak yang akan datang. Rona lingkungan yang ditelaah tidak semua komponen lingkungan tetapi hanya terbatas pada indikator yang paling tepat dan penting dalam kaitannya dengan dampak atau isu pokok, terutama yang berkaitan pada tahap pasca operasi. Secara admnistratif, lokasi area pembangnan pabrik cat dengan luas tanah sekitar 10 hektar terletak di Kecamatan Dau, Kota Batu, Jawa Timur. Areal proyek ini merupakan lahan kosong bekas eprkebunan warga setempat. Ketinggian areal ini relative sama yaitu 720 mdpl. Secara umum, areal proyek berada di area dataran tinggi sehingga jalan menuju lokasi agak menanjak. Kondisi jalan baru menggunakan aspal sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi jalan bagus. Adapun kondisi fisik lokasi kegiatan industry cat ini adalah sebagai berikut: a. Iklim Lokasi areal keja mempunyai suhu sebesar 30oC dengan kelembaban udara rata-rata sebesar 50% (pengukuran dilakukan pada siang hari). b. Tanah Secara fisik, jenis tanah di areal proyek merupakan lempung liat berdebu. Topografi areal tersebut mencapai 720 mdpl. Tingkat keasaman tanah sebesar 7, dengan kata lain tanah tersebut memiliki pH normal. c. Flora dan fauna yang ditemukan Flora: Tanaman durian: 21 Tanaman sukun: 2 Tanaman kopi: 9 Tanaman pisang: 27 Tanaman singkong: 8 Tanaman sengon: 24 Tanaman rambutan: 1 Tanaman sirsak: 1 Rumput: 35 Tanaman waru: 2 Tanaman alpukat: 3 Tanaman petai cina: 1 Tanaman jati: 9 Tanaman putri malu:7 Tanaman tebu: 19 Tanaman krisan kuning: 5 Tanaman kelengkeng: 1 Tanaman mangga: 2 Rumput teki: 57 Rumput gajah: 59 Tanaman papaya: 3 Tanaman kayu jaran: 66

Fauna : Kupu-kupu : 8 Semut : 38 Belalang : 21 Kadal : 2 Burung sriti : 11 Lebah : 3 Musang : 1 Laba-laba : 4 Capung : 3 Berdasarkan data rona lingkungan di atas, kami mengambil tanaman kopi sebagai flora endemic dan musang sebagai fauna endemic karena menurut kami tanaman kopi maupun musang sudah jarang ditemukan di daerah lain. B. Skoping (Pelingkupan) No Komponen Kegiatan Lokasi Jenis Jenis dampak potensial yang ditimbulkan Ekosistem Biologi GeofisikSosial Kimia 1. Pra Kontruksi Areal Kebun dan Lahan hijau Debu, Lahan untuk Tanaman berkurang, Kebisingan, mata  Pembebasan lahan untuk fasilitas Pekarangan Habitat flora Peningkatan pencaharian dan tanaman produksi dan fauna kepadatan lalu berkurang, tumbuh berkurang, lintas  Perataan Lahan Penyerapan air berkurang 2. Tahap Konstruksi Lahan Pencemaran Kebisingan, Dari kering udara, air, getaran,  Mobilisasi dan sumber dan tanah, peningkatan demobilisasi peralatan, kemungkinan kadar debu, peralatan, material material, erosi tanah Peningkatan dan tenaga kerja dan kepadatan lalu tenaga lintas, kerja meningkatkan hingga resiko areal kecelakaan produksi lalu lintas, menimbulkan kerusakan jalan raya 3. Tahap Operasi Areal Penurunan Debu, Gangguan fasilitas kualitas Kebisingan, kesehatan  Pengolahan produksi udara, air, manusia, bahan mentah tanah kesempatan menjadi cat berusaha,  Packaging Cat Pendapatan masyarakat meningkat 4. Tahap Pasca Operasi Areal Peningkatan Penurunan Penurunan fasilitas kualitas kepadatan lalu pendapatan produksi udara dan air, lintas, masyarakat

tanah BAB III KERANGKA ACUAN A. METODE Untuk metode studi yang digunakan yaitu metode matriks Fisher-Davish. B. PENDUGAAN DAMPAK Pendugaan dampak lingkungan akibat adanya proyek pembangunan pabrik cat terdapat dua tahap, yaitu: B.1. Pada tahap pra-kontruksi Bagian utama yang dibangun dari pabrik ini mencakup tempat produksi, tempat pembuangan limbah, dan tempat pengolahan limbah. Pada tahap prakontruksi ini dapat menimbulkan beberapa pendugaan dampak, diantaranya. a. Dampak Fisik Pembangunan pabrik cat akan berdampak terhadap suatu komunitas hewan dan tumbuhan. Hal tersebut tercermin dengan adanya proses perataan lahan yang menimbulkan hilangnya resapan air. Selain itu, kegiatan survei lapangan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan adalah kegiatan pengukuran dan pemasangan patok serta berkurangnya jumlah pohon menyebabkan meningkatnya suhu udara dan menurunnya kelembaban udara serta terjadi perubahan suhu dan pH tanah. Pada proses prakontruksi pengangkutan bahan material untuk pembangunan pabrik yang menggunakan peralatan berat (misalnya bulldozer) dengan menggunakan trailer, menimbulkan kebisingan. Kebisingan ini dapat mengganggu aktivitas dan waktu istirahat warga yang tinggal di sekitar pabrik. b. Dampak Kimia Adanya proses pembangunan pabrik cat yang membutuhkan material bangunan dan pengangkutan bahan material tersebut menimbulkan adanya pencemaran udara berupa asap kendaraan dan pekerjaan perataan tanah (timbunan) pada musim kemarau berpotensi menimbulkan hamburan debu dan pada musim hujan berpotensi meningkatkan tingkat TSS pada perairan. Hamburan debu yang ada di udara dan terbawa angin akan dihirup oleh warga. Hal tersebut dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan. Pekerjaan konstruksi juga banyak dilakukan menggunakan alat-alat yang menggunakan tenaga diesel, dan dalam pelaksanaannya bisa menimbulkan asap. Oleh karena wilayah kegiatannya cukup luas dan dalam waktu yang lama, maka dampak penurunan kualitas udara ini merupakan dampak penting untuk ditelaah. c. Dampak Biologi Pembangunan pabrik cat akan berdampak pada fauna dan flora yang ada disekitar area lahan pabrik. Penebangan pohon dan perataan lahan sekaligus akan berpengaruh terhadap faunanya karena kehilangan habitatnya. B.2. Tahap pasca konstruksi Pada tahap pasca kontruksi air sungai yang ada di sekitar pabrik cat akan tercemar oleh limbah yang dihasilkan dari proses produksi cat yang akan dialirkan ke sungai, dan akan menimbulkan dampak pada tumbuhan, hewan maupun masyarakat sekitar. Selain itu, hasil buangan limbah juga akan di alirkan ke sungai tersebut.

a. Dampak Fisik Dampak nyata yang ditimbulkan dari proses produksi pabrik cat berasal dari pembuangan limbah cair pada sungai yang berada di belakang pabrik. Limbah cair yang dihasilkan dari produksi pabrik cat akan menimbulkan perubahan warna, bau, sekaligus rasa perairan sungai yang dialiri. Pada pasca kontruksi proses pengolahan bahan baku cat menggunakan tenaga mesin yang berpotensi menimbulkan suara bising. Kebisingan ini terutama akan dirasakan oleh warga yang tinggal disekitar pabrik. Selain dari suara mesin yang bekerja pada proses produksi, proses pengangkutan bahan baku pembuatan cat dengan menggunakan truk juga akan menimbulkan kebisingan. Kegiatan ini akan berdampak terhadap kenyaman warga sekitar kawasan pabrik cat tersebut. b. Dampak Kimia Pembuangan limbah cair dari hasil produksi pabrik cat ke sungai juga akan berpengaruh terhadap faktor kimia dari perairan tersebut, diantaranya yaitu kandungan COD yang tinggi dan tahan terhadap oksidasi biologis. Karena COD dan BOD tinggi, maka DO rendah yang akan mempengaruhi kualitas dari perairan. Hal tersebut akan berdampak pada ekosistem perairannya yaitu mulai dari keracunan yang dapat menyebabkan kematian secara besar-besaran. c. Dampak Biologi Pembuangan limbah cair ke sungai akan mempengaruhi organisme yang terdapat di dalam sungai. Namun, yang menjadi perhatian penting akibat pembuangan limbah cair ke sungai yaitu ekosistem sungai tersebut. Zat-zat kimia yang terkandung di dalam limbah cair pabrik cat dapat mematikan organisme perairan sungai seperti ikan, dan tumbuhan air. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap kandungan BOD dan COD perairan sungai tersebut. Kandungan BOD dan COD menjadi rendah yang akan berpengaruh terhadap DO. Tingginya kadar BOD dan COD menyebabkan rendahnya kandungan DO pada perairan sungai tersebut. C. PEMBAHASAN DAMPAK Limbah yang dihasilkan akibat proses produksi cat adalah: 1) Limbah padat Limbah padat yang dihasilkan meliputi: a. Kemasan bekas: limbah ini dihasilkan dari bekas kemasan bahan baku/penolong berupa kantong sak atau karung dari kertas dan plastik. Sifatnya tidak beracun tetapi mudah terbakar b. Lumpur / Sludge: dihasilkan dari proses pengolahan air limbah di IPAL pabrik. Limbah ini bersifat B3 (bahan beracun dan berbahaya) c. Sampah domestik: limbah dan sampah lainnya yang dihasilkan dari kegiatan kantor pabrik 2) Limbah cair Sumber utama limbah cair berasal dari pencucian, pembilasan dan pembersihan tangki serta peralatan proses produksi cat yaitu: a. Air pencucian b. Ceceran dari proses produksi c. Laboratorium dan bak-bak pencucian d. Air pendingin dan Boiler (blow Down) e. Pencucian alat-alat transportasi bahan-bahan baku dan penolong pembuatan cat

f. Peralatan pengendalian pencemaran udara yang menggunakan air seperti weyscrubber dan alat lainnya Sumber limbah lainnya adalah pencemara udara dan pembuatan resin yang menggunakan air dalam proses pembuatannya pada beberapa pabrik berskala besar. a. Karakter Limbah dalam Proses Pembuatan Cat Karakter limbah cair yang berasal dari proses pembuatan cat adalah BOD, COD, TSS, pH, TOC, NH3-N, klorida, sulfat, sulfida, nitrogen sebagai N, fosfor, minyak dan lemak, logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), cadmium (Cd), kromium (Cr6+), seng (Zn), besi (Fe) dan titanium (Ti) serta parameter lainnya, bergantung pada jenis bahan baku penolong yang digunakan. Limbah industri cat dapat dikategorikan menjadi: 1) Sisa kantong bahan baku (container) 2) Debu pigmen 3) Off-spesification paint 4) Filter cartridges 5) Limbah cair dari pencucian peralatan 6) Emisi udara (voc) b. Penanganan Limbah Industri Cat dalam Manajemen Industri Seyogyanya dalam penanganan limbah industri dari sisi manajemen industri adalah dengan melibatkan fungsi engineering, produksi, PPIC, mutu, maintenance, lingkungan dan bagian lain yang relevan sehingga pendekatan teknik yang parsial bisa dirubah menjadi komprehensif. Di samping fungsi juga perlu diperhatikan komitmen terhadap kapasitas dengan perspektif baru. Kunci masalah lingkungan yang berhubungan dengan industri cat adalah penanganan terhadap limbah yang dihasilkan akibat proses produksi cat. Penanganan limbah tersebut mengacu pada Baku Mutu Limbah yang diperbolehkan dalam industri tersebut. Baku mutu limbah untuk industri cat (yang sudah beroperasi) adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hal tersebut di atas, penanganan limbah industri cat yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi industri. Penanganan limbah industri adalah sebagai berikut: I. Penanganan Limbah Padat 1. Kemasan bekas Limbah ini dihasilkan dari bekas kemasan bahan baku/penolong berupa kantong/sak ataukarung dari kertas dan plastik. Sifatnya tidak beracun tetapi mudah terbakar sehingga pengumpulan dilakukan setiap hari kerja dan ditempatkan di TPS pabrik lalu diangkut/dibeli oleh perusahaan daur ulang kemasan setiap minggu. 2. Lumpur/Sludge Dihasilkan dari proses pengolahan air limbah di IPAL pabrik. Limbah ini bersifat B3 (bahan beracun dan berbahaya) sehingga penanggulangannya sangat hatihati mulai dari pengumpulan, pengeringan sampai pada pembuatannya menjadi “Flinkote Padat” sebagai produk sampingan. Untuk 100 kg Lumpur kering (kadar air 30%) dapat dihasilkan 286 kg flinkote padat. 3. Sampah Domestik Limbah ini berupa kertas, dedaunan dan lainnya dihasilkan dari kegiatan kantor dan pabrik. Pengumpulan dilakukan setiap hari kerja di TPS pabrik dan diangkut oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta ke TPA seminggu sekali. II. Penanganan Limbah Cair Pengolahan limbah cair industri cat dapat menggunakan teknologi pengolahan limbah secara fisik, kimia dan biologi untuk mengurangi kadar parameter utama limbah cair yang dihasilkan. Pengolahan limbah cair yang dihasilkan dalam proses pembuatan cat dengan pemanfaatan IPAL yang meliputi : a. Ekualisasi debit limbah, dengan tangki pengumpul; b. Pengaturan pH c. Pengendapan dengan penambahan bahan kimia alum, kapur atau poliflok dan garam besi di dalam tangki flokulasi; d. Pengentalan atau pengeringan Lumpur; e. Penyaringan dengan menggunakan penyaring pasir atau media lainnya Fenolbact dan Hidrobact di dalam tangki klorinasi;

f. Penyaringan dengan menggunakan karbon filter pada tangki filter; dan Tangki penyimpanan akhir. Untuk mengolah air limbah selain data kepekatan air limbah, diperlukan juga data mengenai seberapa besar rata-rata jumlah air limbah yang harus diolah. Supaya jumlah air limbah yang akan diolah itu dapat diperkirakan, maka diperlukan data mengenai sumber air limbah. Air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri tersebut. III. Pengelolaan Limbah Cair Industri Cat Solvent-Based Penanganan limbah cair untuk industri pembuatan cat terutama dilakukan pada saat pencucian peralatan pada pembuatan cat solvent-based yang tidak boleh tercecer dan masuk ke saluran drainase melalui pemeliharaan lingkungan pabrik yang baik dan benar, sehingga pembuatan cat solvent-based dalam pembuangan limbah diharapkan mencapai zero waste. Pengolahan limbah cair industri cat dapat menggunakan teknologi pengolahan limbah secara fisik, kimia dan biologi untuk mengurangi kadar parameter utama limbah cair yang dihasilkan. Untuk proses pembuatan cat solvent-based diupayakan tidak menghasilkan limbah cair dan untuk itu diperlukan kebiasaan memelihara lingkungan yang baik dan menghemat pemakaian air melalui pemanfaatan kembali air cucian tangki pada proses pembuatan cat untuk pencucian berikutnya. IV.

Unit Pengelolaan Limbah Cair Untuk Cat Solvent-Based Pengolahan limbah cair yang dihasilkan dalam proses pembuatan cat meliputi: 1. Ekualisasi debit limbah, dengan tangki pengumpul; 2. Pengaturan pH 3. Pengendapan dengan penambahan bahan kimia alum, kapur atau poliflok dan garam besi di dalam tangki flokulasi; 4. Pengentalan atau pengeringan Lumpur; 5. Penyaringan dengan menggunakan penyaring pasir atau media lainnya Fenolbact dan Hidrobact di dalam tangki klorinasi; 6. Penyaringan dengan menggunakan karbon filter pada tangki filter; dan 7. Tangki penyimpanan akhir. Pengolahan limbah cair umumnya meliputi peraturan/penyesuaian pH dan penggunaan bahan presipitasi kimia yang dilanjutkan dengan pengendapan. Penggunaan penyaring pasir dan karbon dapat menurunkan kadar logam berat sampai tingkat yang rendah. Pengentalan Lumpur dan pengeringan merupakan hal yang umum untuk sistem pengolahan yang lengkap, sistem ini menggunakan pengental dan penjernih yang dilanjutkan dengan belt press atau gulungan pengeringan sedangkan air yang dihasilkan oleh perlakuan ini dikembalikan ke unit awal pengolahan limbah. V. Pengendalian di dalam Pabrik untuk Mengurangi Pencemaran Mengurangi Pencemaran Kebiasaan pemeliharaan lingkungan pabrik yang baik dan juga dengan menggunakan kembali air pencucian pada proses pembuatan cat atau proses pencucian berikutnya akan menghemat jumlah pemakaian air. Jumlah pemakaian air terbanyak adalah untuk pendinginan, air ini harus diupayakan untuk tidak terkontak atau terkontaminasi dangan bahan baku, bahan penolong ataupun air proses. Pemisahan antara limbah cair yang tidak terkontaminasi dan yang terkontaminasi serta pengurangan jumlah pemakaian air untuk pencucian peralatan dengan menggunakan peralatan penyemprotan bertekanan tinngi harus dilaksanakan. c. Pengurangan Limbah Industri Dengan Penerapan Clean Technology Selama ini praktek pengelolaan lingkungan di industri fokus pad pengelolaan (treatment) yang dikenal dengan end of pipe (EOP) dari sisi bisnis pendekatan ini tidak mendatangkan keuntungan ekonomis karen investasi, operasi, pemeliharaan dan pembuangan (disposal)

yang dikeluarkan bersifat pusat biaya (cost centre). Disamping itu juga menjadi beban karena sulitnya memenuhi atau memelihara konsistensi pemenuha regulasi (comply with regulation) yang menjadi tujuan utama pendekatan ini. Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pengurangan limbah industri: 1. Pemilihan jenis teknologi yang digunakan dalam dunia usaha (4R: Reduce, Reuse, Recycling, Recovery). Impelementasinya mulai dari pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku, disain pabrik, teknologi proses dan teknologi pengolahan limbah. 2. Mengatasi masalah lingkungan dengan EOP (End of Pipe) dan CTP (Clea Technology Process). EOP: Menangani limbah yang terjadi sebagai akibat kegiatan industri, terutama ditujukan kepada industri-industri yang ada (existing). CTP: Meminimalkan limbah dalam arti mulai dari Pemilihan dan Penanganan Bahan Baku, Disain Pabrik dengan prinsipprinsip 4R, pemilihan teknologi proses yang bersih dan hemat energi serta pengolahan limbah sejak awal sudah harus dipikirkan. Pada beberapan dekade terakhir lebih banyak perusahaan yang memanfaatkan Clean Technologies, guna memperoleh keuntungan dan keunggulan dalam bidang industri yang mereka masuki. Penekanan yang digunakan oleh industri dalam penerapan clean technologies ini berupa penekanan outside dan inside perusahaan.

BAB IV RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) PEMBANGUNAN PABRIK CAT “PT. BERSINAR TERANG” 1. Rencana Pengelolaan Lingkungan 1.1. Tahap Prakonstruksi Survei dan Perijinan Kegiatan survey dan Perijinan yang dilakukan meliputi pengukuran lapangan, pembuatan rona lingkungan, dan pengajuan ijin. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan November 2015. Sosialisasi rencana kegiatan Berdasarkan wawancara langsung dengan Bapak Sukijan selaku Camat di Kecamatan Dau dapat disimpulkan bahwa banyak warga yang kurang mendukung adanya proyek pembangunan pabrik cat ini karena beberapa alasan antara lain : 2. Karena adanya proyek memberikan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitar proyek, sehingga menimbulkan kekhawatiran masyarakat terhadap limbah berbahaya dari adanya proyek tersebut. 3. Karena adanya proyek tersebut dikhawatirkan akan menggangu aktivitas warga karena banyaknya kendaraan yang mengankut material pembangunan pabrik. Akan tetapi banyak juga masyarakat yang mendukung adanya pembangunan pabrik ini karena sebagian besar masyrakat di Kecamatan Dau merupakan usia produktif sehingga masyarakat sekitar dapat dijadikan pegawai pabrik cat. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi lebih lanjut terhadap masyarakat yang kurang setuju dengan adanya pembangunan proyek ini. 1.2.Tahap Konstruksi Rekruitmen Tenaga Kerja Pada tahap ini dibutuhkan tenaga kerja berjumlah 450 orang buruh bangunan, 15 orang tenaga pelaksana, dan 3 orang supervisior. Mobilisasi Peralatan Dan Material Mobilisasi peralatan dan material pembangunan mengunakan truk pengangkut yang nantinya melewati jalan disekitar pemukiman penduduk. Pematang Lahan Kegiatan ini akan merubah fungsi lahan secara keseluruhan yang berupa lahan terbuka bekas perkebunan tebu menjadi pabrik cat. Pembangunan Fisik Pembangunan Fisik ini akan menurunkan kualitas lingkungan yang berupa catas tanah, catas udara, kualitas air sungai, dan menimbulkan kebisingan 2. Tahap Pengelolahan Lingkungan 1) Kualitas air Dan Tanah  Dampak penting yang timbul berupa : Penurunan kualitas air karena adanya pencemaran air sungai yang berada di sekitar pabrik akibat aktivitas pembangunan pabrik. Dan penurunan kualitas tanah yang berada disekitar tempat pembangunan proyek.  Sumber dampak : Pembanguan pabrik dan proses berjalanannya pengolahan pabrik  Tolak ukur dampak Penurunan kualitas air dan tanah sebagai akibat dari meningkatnya konsentrasi B3 dan adanya perubahan sifat fisik maupun kimia pada sungai.  Pengolahan lingkungan

Melakukan analisis jenis B3 dalam sungai dan tanah di sekitar tempat pembangunan pabrik, apabila jenis B3 yang terkandung di dalam sungai dan tanah memiliki toksisitas yang tinggi maka perlu diadakan penanganan material proyek untuk mencegah perluasan pencemaran limbah B3 yang berbahaya.  Tujuan Pengelolahan lingkungan Mencegah dan mengendalikan penurunan kualitas air dan tanah sebagai akibat dari adanya proyek  Biaya Pengolahan Lingkungan Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa  Institusi pengelola Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu 2) Udara  Dampak Penting Penurunan kualitas udara  Sumber Dampak Debu dan asap yang timbul akibat bejalannya proyek  Tolak Ukur Dampak Kandungan asap dan debu dalam udara  Pengolahan Lingkungan Meminimalisasikan timbulan debu yang ada  Tujuan Pengolahan Dampak Menurunkan efek dari penurunan kualitas udara  Biaya Pengolahan Lingkungan Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa  Institusi pengelola Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu 3) Biota Darat  Dampak penting Penurunan jumlah dan keanekaragaman Flora dan Fauna yang berada di lokasi pembangunan pabrik.  Sumber dampak Hilangnya habitat flora dan fauna tersebut akibat pengalifungsian lahan menjadi pabrik cat.  Tolak Ukur dampak Banyaknya Flora dan fauna serta keanekaragaman flora dan Fauna yang berda pada lahan tersebut.  Pengelolaan Lingkungan Melakukan penyelamatan terhadap flora dan fauna endemik, melakukan kegiatan penghijauan dengan menanam tanaman hias dan tanaman peneduh. Tanaman penghijauan ditanam pada lahan terbuka seluas 1 Ha, pada taman yang telah dipersiapkan.  Tujuan Pengolahan Lingkunagn Mengurangi penurunan jumlah dan keanekaragaman flora dan fauna  Biaya Pengolahan Lingkungan

Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa  Institusi pengelola Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu 4) Ketenagakerjaan  Dampak Penting Penyerapan tenaga kerja dan peluang usaha bagi masyarakat sekitar.  Sumber Dampak Pembangunan proyek dan pengorasian proyek  Tolak Ukur Dampak Jumlah tenaga kerja yang bekerja diproyek dan jumlah pengangguran yang ada  Pengolahan Lingkungan Perekrutan tenaga kerja yang menutamakan penduduk sekitar dan tenaga kera lokal pada usia produktif.  Biaya Pengolahan Lingkungan Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa  Institusi pengelola Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu 5) Pendapatan Keluarga  Dampak Penting Peningkatan pendapatan keluarga di sekitar proyek  Sumber Dampak Pembangunan dan pengoprasian pabrik cat  Tolak Ukur Dampak Jumlah Pendapatan Keluarga  Pengelolahan Lingkungan Perkrutan tenaga kerja penduduk sekitar proyek dan tenaga kerja lokal usia produktif.  Biaya Pengolahan Lingkungan Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa  Institusi pengelola Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu 6) Pandangan Masyarakat  Dampak penting Munculnya pandangan negatif dari masyarakat akibat adanya ganguan kenyamanan, kebisingan, dan kesehatan.  Sumber Dampak Limbah cair B3 yang menurunkan kualitas fisik, kimia, dan bilogi serta mobilitas peralatan dan material bangunan  Tolak ukur dampak Pandangan masyarakat terhadap pembangunan proyek dan tingkat kerusakan jalan  Pengelolahan Lingkungan Membuat jalan proyek sendiri  Biaya Pengolahan Lingkungan



Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa Institusi pengelola Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Batu

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF