Alokasi Risiko Infrastruktur KPBU
January 6, 2018 | Author: Sapri Pamulu | Category: N/A
Short Description
Alokasi risiko proyek-proyek kerjasama pemerintah dan badan usaha (kpbu)...
Description
SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) di Indonesia selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa alokasi risiko merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan sebuah proyek KPS. Kegagalan proyek KPS dalam mengidentifikasi, mengukur, dan mengalokasikan risiko telah membuat proyek KPS di masa lalu tidak dapat memenuhi tujuan yang diharapkan, baik terkait dengan tujuan peningkatan kualitas layanan maupun efisiensi harga. Hal tersebut terlihat pada pencapaian beberapa proyek KPS terutama pada sektor jalan tol, listrik, dan air, dimana proyek-proyek tersebut tidak dapat menjamin keberlangsungan penyediaan layanan infrastruktur yang dapat diandalkan dengan harga yang efisien. lsu mengenai alokasi risiko dalam proyek KPS ini bukan hanya penting dalam kasus Indonesia tetapi juga terbukti menjadi faktor penting dalam menentukan sukses KPS di beberapa negara. Alokasi risiko dalam proyek KPS perlu mendapat perhatian secara khusus karena alokasi risiko yang tepat akan menjamin keberlanjutan penyediaan layanan infrastruktur yang layak dan dapat diandalkan untuk publik. Di sis i lain, alokasi risiko yang baik juga akan memberikan keyakinan kepada pihak swasta terhadap pengembalian dana mereka dengan return yang wajar. Dari sisi keuangan negara, pembagian risiko yang baik akan membuat anggaran negara lebih aman karena exposure proyek- proyek KPS terhadap anggaran negara lebih terukur dan terkendali. Sebagaimana diamanatkan dalam regulasi penjaminan infrastruktur (Perpres 78 / 2010 dan PMK 260/ 201 0) dan telah disempurnakan secara berkala sejak diterbitkan pertama kali tahun 2011 lalu, usaha yang dilakukan oleh PT Pll (Persero) untuk menyusun dan memperbaiki Acuan Kategori dan Alokasi Risiko lnfrastruktur ini menjadi hal yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan KPS. Hal tersebut karena acuan ini disusun secara profesional oleh PT Pll (Persero) dengan melibatkan tenaga ahli yang berpengalaman. Manfaat acuan ini akan sangat tergantung dari kesediaan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk menggunakannya dalam menyusun rencana mitigasi risiko dalam rangka penyediaan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
PENGANTAR PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)/PII dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai suatu institusi yang dapat mendukung percepatan penyediaan infrastruktur melalui skema KPS/PPP di Indonesia. Peran utama PT PII yang diharapkan adalah:
Sebagai penyedia dukungan fiskal kontinjen untuk proyek infrastruktur KPS melalui penyediaan penjaminan atas risiko kontraktual terkait tindakan pemerintah;
Meningkatkan kualitas transaksi KPS; dan
Mendorong pendekatan yang baku dan akuntabel untuk implementasi KPS, dengan keberadaannya sebagai pemroses tunggal bagi penyediaan penjaminan infrastruktur.
Melalui PII, penjaminan disediakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian lebih dalam mencapai financial closing proyek, melalui peningkatan kelayakan kredit atau bankability dari proyek-proyek KPS. Model bisnis PT PII sangat terkait erat dengan kerangka regulasi KPS dan penjaminan saat ini, yang harus menekankan pada:
Kelayakan proyek (teknis, legal, ekonomi, finansial, sosial dan lingkungan);
Kesiapan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk implementasi skema KPS; dan
Kemampuan PJPK untuk mengelola risiko proyek yang dialokasikan secara wajar kepada mereka.
Sehubungan dengan penekanan pada alokasi risiko yang wajar, keberadaan Acuan Alokasi Risiko ini menjadi sangat penting sebagai
referensi
utama
dalam
mengevaluasi
dan
mengalokasikan
risiko
untuk
keperluan
penyediaan
penjaminan
infrastruktur,sesuai amanat regulasi. Acuan ini juga dimaksudkan untuk menjadi referensi utama bagi: PJPK dalam menyiapkan Perjanjian KPS dan Usulan Penjaminan (UP) yang akan dievaluasi PII untuk perolehan penjaminan; dan
Investor dan penyedia dana dalam mengevaluasi potensi investasi dan pembiayaan untuk proyek-proyek KPS di Indonesia.
Namun demikian, perlu dicatat bahwa dalam penerapannya, beberapa alokasi risiko dapat berbeda dari apa yang ada dalam Acuan ini, mengingat adanya kondisi spesifik suatu proyek atau sektor tertentu, atau terkait posisi komersial yang disepakati para pihak. Acuan ini selanjutnya akan senantiasa disempurnakan dan ditinjau secara periodik, paling sedikit setiap 12 bulan, dengan menggalang masukan dari berbagai pemangku kepentingan utama, sebagaimana telah dilakukan pada saat menyusun Acuan ini, antara lain: Kementerian Keuangan, Kementerian sektor, BKPM, Bappenas, BPPSPAM, BPJT, Pemda, Investor dan Pengembang, Perbankan, Lembaga Multilateral, serta Konsultan dan Tenaga Ahli di bidang risiko infrastruktur. Sinthya Roesly Direktur Utama ii
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)
DAFTAR ISI SAMBUTAN MENTERI KEUANGAN RI….……………………..…………………………..…………………………………………………………………………….. i PENGANTAR – DIREKTUR UTAMA, PT PENJAMINAN INFRASTRUKTUR INDONESIA....…………………….…….………………… ………………….....… iii DAFTAR ISI………………………………………………………………………..…………..…………………………….…………………..…..……….…………….. v RIWAYAT DOKUMEN DAN TABEL REVISI…………………….………………………..…………..…………………………...…………….……..…...….….……. x DAFTAR GAMBAR..…………………………………………………………..……..………………………………..…………………..……............……………… viii DAFTAR TABEL..……………………………………………………………….…..……………………….……………..………………..….…….………………….. viii DEFINISI DAN ISTILAH UMUM……………………………………………..…………………………..…………………………………….………………………….. xi PRAKARSA PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN IMPLEMENTASI KPS/PPP .......................................................................................................... 1 1
KERANGKA REGULASI PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA .................................................................................................... 1
2
STRUKTUR PROYEK KPS DI INDONESIA ............................................................................................................................................... 2 2.1
STRUKTUR PROYEK KPS SECARA UMUM .......................................................................................................................................................... 3
2.1.1
Struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP) ....................................................................................... 3
2.1.2
Struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP)............................................................................... 4
2.1.3
Kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract) ........................................................................................................................ 5
2.2
STRUKTUR KPS PADA MASING-MASING SEKTOR INFRASTRUKTUR .......................................................................................................................... 6
2.2.1
Struktur KPS sektor Air Minum ....................................................................................................................................................... 6
2.2.1.1.
Struktur Konsesi Penuh Air Minum ............................................................................................................................................................. 6
2.2.1.2.
Struktur BOT Air Minum ............................................................................................................................................................................. 7
2.2.2
Struktur KPS sektor Pengelolaan Limbah ........................................................................................................................................ 8
2.2.2.1.
BOT Persampahan ...................................................................................................................................................................................... 8
2.2.2.2.
BOT Pengelolaan Air Limbah....................................................................................................................................................................... 9
iii
2.2.3
Struktur KPS Sektor Jalan Tol ........................................................................................................................................................ 10
2.2.3.1.
Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol .............................................................................................................................................................. 10
2.2.3.2.
O&M Jalan Tol .......................................................................................................................................................................................... 11
2.2.3.3.
Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M .......................................................................................................................................................... 12
2.2.4
Struktur KPS Sektor Perkeretaapian .............................................................................................................................................. 13
2.2.4.1.
Konsesi Penuh Perkeretaapian .................................................................................................................................................................. 13
2.2.4.2.
O&M Perkeretaapian ................................................................................................................................................................................. 14
2.2.5
Struktur KPS Sektor Ketenagalistrikan .......................................................................................................................................... 15
2.2.5.1.
BOT Ketenagalistrikan .............................................................................................................................................................................. 15
2.2.5.2.
BOT Mulut Tambang ................................................................................................................................................................................ 16
2.2.6
Struktur KPS Sektor Kepelabuhanan ............................................................................................................................................. 17
2.2.6.1.
2.2.7
3
Konsesi Penuh Kepelabuhanan ................................................................................................................................................................. 17
Struktur KPS Sektor Kebandaraan ................................................................................................................................................. 18
2.2.7.1.
Konsesi Penuh Kebandaraan ..................................................................................................................................................................... 19
2.2.7.2.
O&M Kebandaraan ................................................................................................................................................................................... 20
PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DAN PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR ........................................... 21 3.1
PRINSIP ALOKASI RISIKO DALAM KONTEKS IMPLEMENTASI PROYEK KPS ................................................................................................................. 21
3.1.1
Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS .................................................................................... 22
3.1.2
Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PT PII .......................................................... 24
4
ACUAN ALOKASI RISIKO INFRASTRUKTUR ........................................................................................................................................ 25 4.1
KATEGORI RISIKO KPS.............................................................................................................................................................................. 25
4.2
MATRIKS RISIKO KPS PER SEKTOR ............................................................................................................................................................... 29
4.2.1
Matriks Risiko KPS sektor Air Minum ............................................................................................................................................ 29
4.2.1.1.
BOT Air Minum ........................................................................................................................................................................................ 29
4.2.2 Matriks Risiko KPS sektor Pengelolaan Limbah ................................................................................................................................. 41 iv
4.2.2.1. BOT Persampahan ...................................................................................................................................................................................... 41 4.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah ...................................................................................................................................................................... 47
4.2.3 Matriks Risiko KPS sektor Jalan Tol .................................................................................................................................................. 52 4.2.3.1
Konsesi Penuh Jalan Tol ............................................................................................................................................................................ 52
4.2.3.2. O&M Jalan Tol ............................................................................................................................................................................................. 58 4.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M ........................................................................................................................................................... 63
4.2.4
Matriks Risiko KPS sektor Perkeretaapian ..................................................................................................................................... 68
4.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian .................................................................................................................................................................... 68 4.2.4.2. O&M Perkeretaapian .................................................................................................................................................................................. 74
4.2.5
Matriks Risiko KPS sektor Ketenagalistrikan ................................................................................................................................. 78
4.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan ................................................................................................................................................................................ 79 4.2.5.2
4.2.6
. BOT Mulut Tambang .............................................................................................................................................................................. 84
Matriks Risiko KPS sektor Kepelabuhanan .................................................................................................................................... 90
4.2.6.1. Konsesi Penuh Kepelabuhanan ................................................................................................................................................................... 90
4.2.7
5
Matriks Risiko KPS sektor Kebandaraan ....................................................................................................................................... 95
4.2.7.1
Konsesi Penuh Kebandaraan ...................................................................................................................................................................... 95
4.2.7.2
O&M Kebandaraan .................................................................................................................................................................................. 101
RINGKASAN .................................................................................................................................................................................. 106
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.Struktur berbasis-penggunaan (Usage-based PPP atau wholesale infrastructure) .............................................................. 3 Gambar 2. Struktur berbasis-ketersediaan (Availability-based PPP atauretail infrastructure) ............................................................. 4 Gambar 3. Struktur Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................................... 6 Gambar 4. Struktur BOT Air Minum .................................................................................................................................................... 7 Gambar 5. Struktur KPS Pengelolaan Sampah ..................................................................................................................................... 8 Gambar 6. Struktur KPS Pengelolaan Air Limbah ................................................................................................................................ 9 Gambar 7. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol .................................................................................................................................... 10 Gambar 8. Struktur O&M Jalan Tol .................................................................................................................................................... 11 Gambar 9. Struktur Konsesi Jalan Tol ............................................................................................................................................... 12 Gambar 10. Struktur Konsesi Penuh Perkeretaapian ......................................................................................................................... 13 Gambar 11. Struktur O&M Perkeretaapian ........................................................................................................................................ 14 Gambar 12. Struktur BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................................... 15 Gambar 13. Struktur BOT Mulut Tambang ........................................................................................................................................ 16 Gambar 14. Struktur Konsesi Penuh Kepelabuhanan ........................................................................................................................ 17 Gambar 15. Struktur Konsesi Penuh Kebandaraan............................................................................................................................ 19 Gambar 16. Struktur O&M Kebandaraan ........................................................................................................................................... 20 Gambar 17. Urutan Logika dalam Alokasi Risiko KPS ...................................................................................................................... 21 Gambar 18. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS ....................................................................................................... 23 Gambar 19. Kaitan Acuan Risiko PT PII dan Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur ................................................................. 24
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP ................................................................................................................................... 5 Tabel 2. Matriks Risiko untuk BOT Air Minum .................................................................................................................................. 29 Tabel 3. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Air Minum .................................................................................................................. 35 Tabel 4. Matriks Risiko untuk BOT Persampahan .............................................................................................................................. 41 Tabel 5. Matriks Risiko untuk BOT Pengelolaan Air Limbah .............................................................................................................. 47 Tabel 6. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Jalan Tol ..................................................................................................................... 53 Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol .................................................................................................................................... 58 Tabel 8. Matriks Risiko untuk Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol .................................................................................... 63 Tabel 9. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Perkeretaapian ........................................................................................................... 69 Tabel 10. Matriks Risiko untuk O&M Perkeretaapian ........................................................................................................................ 74 Tabel 11. Matriks Risiko untuk BOT Ketenagalistrikan ..................................................................................................................... 79 Tabel 12. Matriks Risiko untuk BOT Mulut Tambang ........................................................................................................................ 84 Tabel 13. Matrik Risiko untuk Konsesi Penuh Kepelabuhanan .......................................................................................................... 90 Tabel 14. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Kebandaraan ............................................................................................................ 96 Tabel 15. Matriks Risiko untuk O&M Kebandaraan ......................................................................................................................... 101 Tabel 16. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS ..................................................................................... 106
vii
RIWAYAT DOKUMEN DAN TABEL REVISI Versi
Deskripsi
Catatan
Maret 2011
Edisi pertama
Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal 25-26 Februari 2011
April 2012
Edisi kedua
Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal 14-15 Maret 2012. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk : pemutakhiran regulasi KPS (sebagaimana terbitnya Peraturan Presiden 56/2011) tambahan diagram yang menggambarkan framework implementasi alokasi risiko proyek KPS (juga penjaminan) dan framework yg berkaitan dengan proses manajemen risiko pemutakhiran dan penambahan kolom “Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko) pada matriks risiko penambahan struktur KPS (dan matriks risiko terkait): o Listrik: BOT minemouth o Jalan tol: Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M o Pengelolaan Limbah: BOT Pengolahan Air limbah
April 2013
Edisi ketiga
Berdasarkan masukan yang terkumpul melalui diskusi-diskusi (tatap muka, surat formal, email dan laman), penyempurnaan terhadap risiko sebelumnya termasuk: penambahan dan penajaman) peristiwa risiko dan strategi mitigasi untuk matriks risiko, antara lain: o risiko status lahan (duplikasi kepemilikan tanah) o risiko budaya lokal o risiko operasional – kegagalan pengelolaan proyek (oleh Badan Usaha/BU) o risiko operasional – kegagalan pengendalaian dan pemantauan proyek (oleh BU atau oleh PJPK)
Maret 2014
Edisi keempat
Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan salah satunya melalui suatu lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal 2021 Maret 2014. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk: pemutakhiran regulasi KPS (sebagaimana terbitnya Peraturan Presiden 66/2013 dan regulasi VGF) penyempurnaan uraian skema kerjasama untuk sektor Air Minum, Persampahan, Jalan Tol, Perkeretaapian, Pelabuhan dan Kebandaraan penambahan (dan penajaman)peristiwa risiko dan strategi mitigasi untuk matriks risiko, antara lain: o risiko keterbatasan ruang kerja (untuk proyek yang kebutuhan lokasinya memanjang) o risiko budaya lokal risiko sosial dan budaya lokal o risiko ‘hit & run’ dan risiko keusangan teknologi: sektor Kebandaraan o risiko terkait tarif: perlunya regulasi yang mendukung (Perda untuk proyek PJPK daerah) o risiko terkait permintaan dan pendapatan: program sosialisasi dan dukungan kelayakan o risiko ekspopriasi: agar dikontraskan dengan pengambilalihan dengan kompensasi (nasionalisasi)
viii
Versi
Deskripsi
Catatan
Maret 2015
Edisi kelima
Masukan diperoleh dari para pemangku kepentingan, baik tertulis maupun melalui diskusi, pada periode 2-27 Februari 2015. Penyempurnaan terhadap versi sebelumnya termasuk: Penjelasan preferensi skema KPS dalam RPJMN 2015-2019, gambaran sektor dan struktur yang mungkin dapat dikerjasamakan dengan skema KPS sesuai dengan regulasi KPS yang terkini; Penyesuaian narasi untuk referensi terhadap konteks dihapusnya UU no 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; Penambahan/penyesuaian narasi tentang kerjasama sektor kepelabuhanan dan sektor-sektor lainnya; Penambahan/penyesuaian narasi tentang bagaimana implementasi alokasi risiko KPS, pada Bagian 3; Beberapa penyesuaian terhadap konteks spesifik dan typo dalam matriks Penyesuaian penambahan risiko dalam matriks
ix
DEFINISI DAN ISTILAH UMUM BOO
Build Operate Own- suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi, operasi dan memiliki suatu fasilitas infrastruktur, baik selama kontrak maupun setelah kontrak tersebut berakhir
BOT
Build Operate Transfer– suatu kontrak KPS/PPP dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi dan operasi suatu fasilitas infrastruktur, termasuk transfer kepemilikan setelah kontrak tersebut berakhir dari pihak swasta ke pihak pemerintah.
BU
Badan Usaha; Badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan koperasi, yang merupakan mitra PJPK/ CA dalam perjanjian KPS. Juga dikenal sebagai Project
Company (PC). Financial Close
Suatu tanggal dimana semua perjanjian dan dokumentasi finansial proyek ditandatangani para pihak, dan prasyarat (conditions precedent) untuk penarikan pinjaman telah dipenuhi.
IIGF
Indonesia Infrastructure Guarantee Fund atau PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) – suatu entitas berbentuk BUMN yang berdasarkan regulasi bertanggung jawab dalam penyediaan penjaminan infrastruktur
Konsesi Penuh
Suatu kontrak KPS dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi dan operasi suatu fasilitas infrastruktur dan pihak pelanggan retail/pengguna akhir (publik) membayar layanan infrastruktur secara langsung kepada pihak BU yang oleh PJPK diberikan izin pengusahaan selama jangka waktu tertentu.
KPS
Kerjasama Pemerintah Swasta; Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama atau pemberian Izin Pengusahaan antara Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala Daerah dengan Badan Usaha, yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur. Juga dikenal sebagai Public-Private Partnership (PPP)
Off-taker PJPK
Pembeli layanan infrastruktur dalam suatu perjanjian KPS (biasanya berupa suatu perusahaan utilitas sektor publik) Penanggung Jawab Proyek Kerjasama; Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, atau BUMN/BUMD dalam hal berdasarkan peraturan perundang-undangan, penyediaan infrastruktur diselenggarakan atau dilaksanakan oleh BUMN/BUMD. Dikenal juga sebagai Contracting Agency (CA) atau Public Authority (PA) atau Implementing Agency (IA)
x
1
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
PRAKARSA PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN IMPLEMENTASI KPS/PPP Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pembangunan infrastruktur. Dengan anggaran Pemerintah yang terbatas, ratusan triliun rupiah diharapkan akan datang dari sektor swasta dalam beberapa tahun ke depan untuk mendukung pembangunan infrastruktur. Terkait kebutuhan ini, Pemerintah Indonesia telah menyediakan kerangka peraturan dan kelembagaan untuk menarik minat dari sektor swasta dalam berpartisipasi di proyek-proyek infrastruktur dengan skema kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPS). Mengutip Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, skema KPS diharapkan menjadi tulang punggung pembiayaan pembangunan yang bersifat pemulihan pembiayaan (cost-recovery) khususnya di daerah-daerah dimana daya beli masyarakat sudah mampu untuk melaksanakan prinsip pengguna membayar (user pay principle) seperti di kawasan perkotaan. Pendanaan publik akan diprioritaskan untuk membiayai pembangunan di daerah-daerah yang masyarakatnya berpenghasilan rendah, daerah prioritas percepatan pembangunan dan pada layanan yang bersifat sosial atau non-cost recovery. Kebijakan pendanaan juga akan diarahkan untuk membuka peluang adanya kombinasi pembiayaan (hybrid financing) yang menggabungkan potensi pendanaan dari sektor publik, swasta maupun masyarakat. Kombinasi pembiayaan tersebut akan dilakukan dalam berbagai skema pembiayaan kreatif (innovative financing scheme) dalam upaya mempercepat pembangunan di berbagai bidang. Dalam konteks pemberian dukungan fiskal untuk proyek infrastruktur tersebut, pada bulan Desember 2009 Pemerintah telah mendirikan PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) (PT PII), atau Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF), sebuah badan usaha milik negara/BUMN yang diberi tugas menyediakan penjaminan bagi risiko pihak swasta akibat tidak dipenuhinya kewajiban finansial pihak pemerintah/Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dalam kontrak KPS/PPP yang dipicu pelanggaran kontrak serta perubahan peraturan dan perundangan. PT PII dan penjaminan infrastruktur ditujukan untuk membawa kenyamanan investasi bagi badan usaha dan pemberi pinjaman, sehingga diharapkan dapat mempercepat pelaksanaan proyek KPS di Indonesia.
1
KERANGKA REGULASI PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA Dalam rangka meningkatkan kelayakan kredit (creditworthiness) proyek sebagai upaya mendorong partisipasi sektor swasta dalam penyediaan infrastruktur, Jaminan Pemerintah dapat diberikan kepada proyek infrastruktur yang dilaksanakan berdasarkan skema KPS sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No.38 tahun 2015 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastrutur (menggantikan Peraturan Presiden No. 67 tahun 2005 dan perubahannya) (“Regulasi KPS”). Sebagaimana diatur dalam peraturan tersebut, pemberian jaminan pemerintah dapat diberikan oleh Menteri Keuangan melalui BUMN yang didirikan oleh Pemerintah untuk melaksanakan penjaminan infrastruktur (Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur/BUPI). Berdasarkan PP No.35/2009, PT PII didirikan sebagai BUPI melalui penanaman modal negara dengan tujuan menyediakan penjaminan infrastruktur.
2
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Pemberian penjaminan infrastruktur melalui PT PII diatur lebih lanjut melalui Peraturan Presiden No.78 tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (“Perpres 78/2010”), dan Peraturan Menteri Keuangan No.260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (“PMK 260/2010”). Dalam buku ini, kedua regulasi tersebut kemudian disebut
sebagai
“Regulasi
Penjaminan
Infrastruktur”.
Selanjutnya,
Pemerintah
melalui
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.223/PMK.011/2012 telah menerbitkan regulasi tentang penyediaan dukungan kelayakan ( viability gap fund) sebagai salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap proyek yang memiliki kelayakan ekonomi yang baik namun kelayakan finansialnya terbatas. PMK 260/2010 pasal 11 mengamanatkan diterbitkannya suatu acuan mengenai kategori dan distribusi Risiko Infrastruktur antara sektor publik dan swasta (“Acuan Kategori dan Distribusi Risiko Infrastruktur” atau singkatnya “Acuan”), sebagai rujukan utama bagi PJPK dalam membuat Perjanjian KPS, mengajukan Usulan Penjaminan (“UP”) untuk Proyek KPS kepada PT PII, serta rujukan bagi Badan Usaha (“BU”) untuk ikut menanamkan modal dan perbankan untuk mendanai Proyek KPS. Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini disusun melalui konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan utama ( key stakeholders) antara
lain
Kementerian
Keuangan,
Bappenas,
BKPM,
PJPK
terkait
(Kementerian/Lembaga
dan
Pemerintah
Daerah),
investor/pengembang, perbankan, lembaga multilateral, dan pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi di bidang Risiko Infrastruktur. Acuan ini juga merupakan bagian dari rangkaian publikasi oleh PT PII dan melengkapi Acuan Penyediaan Penjaminan Infrastruktur yang juga menjadi referensi utama bagi PT PII dalam penyediaan penjaminan infrastruktur untuk proyek KPS di Indonesia.
2
STRUKTUR PROYEK KPS DI INDONESIA Identifikasi risiko-risiko infrastruktur dalam Acuan ini mengacu kepada struktur kerjasama pemerintah dan Badan Usaha (Struktur KPS) yang dapat berlaku menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dengan demikian, selain dari Struktur KPS secara umum yang dapat berlaku lintas sektor, diidentifikasi pula secara spesifik sektor-sektor KPS yang termasuk dalam Acuan ini yaitu: 1. Sektor Air Minum
5. Sektor Ketenagalistrikan
2. Sektor Jalan Tol
6. Sektor Kepelabuhanan
3. Sektor Pengelolaan Limbah
7. Sektor Kebandaraan
4. Sektor Perkeretaapian Untuk penambahan cakupan Acuan ini selanjutnya, mengacu pada Regulasi KPS yang baru, beberapa sektor infrastruktur ekonomi dan sosial juga berpotensi untuk diterapkan yaitu sektor telekomunikasi, minyak, gas dan energi terbarukan, konservasi energi, fasilitas perkotaan, pendidikan, olahraga & seni, pengembangan kawasan, pariwisata, kesehatan, penjara dan perumahan rakyat.
3
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.1
Struktur Proyek KPS secara Umum
Berdasarkan Regulasi KPS, mengacu pada regulasi sektor terkait, PJPK adalah Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah, dan dalam hal peraturan perundang-undangan penyediaan infrastruktur publik diselenggarakan atau dilaksanakan oleh BUMN/BUMD, maka PJPK proyek sektor tersebut adalah BUMN/BUMD. Untuk keperluan penyusunan acuan ini, struktur KPS diklasifikasikan berdasarkan sifat dari pelayanan dan pembagian risiko yang termuat dalam kontrak KPS. Modalitas yang merupakan struktur proyek KPS dasar adalah struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP) dan struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP), dimana aplikasinya berdasarkan suatu kajian opsi skema kerjasama untuk merumuskan suatu business case terhadap lingkup proyek.
2.1.1 Struktur berbasis-penggunaan layanan infrastruktur (Usage-based PPP) Dalam struktur ini, lingkup penyediaan infrastruktur yang dikerjasamakan meliputi seluruh peran atau pekerjaan yang sebelumnya menjadi tanggung jawab sektor publik. Sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah ini, BU secara langsung menyediakan layanan infrastruktur kepada pelanggan retail/pengguna akhir, dimana Pemerintah lebih berperan sebagai regulator. Sektor Publik selain PJPK PJPK
Sektor Publik
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS Konsultan Desain Badan Usaha Kontraktor Konstruksi
Sponsor Proyek
Financial Close
Kontrak konstruksi Transaksi sesuai Tarif
Operator
Pembiayaan Ekuitas
Pembiayaan Pinjaman
Lenders
Kontrak operasi
Pembiayaan
Konstruksi dan Operasi Pengguna
Gambar 1.Struktur berbasis-penggunaan (Usage-based PPP atau wholesale infrastructure)
4
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Struktur ini kerap disebut juga sebagai model Konsesi Penuh (di Indonesia dikenal luas sebagai model “Konsesi”) dan umumnya digunakan di sektor perhubungan (misal jalan tol, kereta api) dan sektor utilitas (misal air minum). Dan seperti terlihat dalam diagram di atas, PJPK secara kontraktual sepakat untuk memberikan suatu hak pengusahaan/konsesi untuk penyediaan layanan infrastruktur secara keseluruhan selama periode kontrak yang disepakati. Dalam sektor tertentu dimana pengusahaan oleh swasta masih dianggap sensitif (misalnya: air minum), implementasi skema ini perlu dicermati lebih seksama terutama dalam penyusunan perjanjian kerjasama termasuk cakupan pengusahaan suatu wilayah tertentu yang belum dijangkau layanan eksisting oleh entitas sektor publik.
2.1.2 Struktur berbasis-ketersediaan layanan infrastruktur (Availability-based PPP) Dalam struktur ini, lingkup penyediaan infrastruktur yang dikerjasamakan hanya meliputi sebagian dari seluruh peran atau pekerjaan yang sebelumnya menjadi tanggung jawab sektor publik. Kebanyakan dari layanan jenis ini mencakup penyediaan unit pembangkit/pemroses (‘fasilitas’), dan sebagian dari lingkup dapat mencakup penyediaan transmisi bahan baku untuk fasilitas atau konstruksi dan operasi dari fasilitas, atau distribusi output fasilitas menuju jaringan utama ke pelanggan. Sektor Publik selain PJPK
PJPK
Transaksi Tarif
Kontrak BOT Perjanjian Jual Beli
Kontrak KPS Konsultan Desain Badan Usaha Kontraktor Konstruksi
Kontrak konstruksi
Sektor Publik Sektor Swasta
Pengguna
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial Close
Pembiayaan Pinjaman
Operator
Lenders
Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi
Pembiayaan
Gambar 2. Struktur berbasis-ketersediaan (Availability-based PPP atauretail infrastructure)
Seperti terlihat pada diagram, BU menerima pembayaran berkala dari PJPK selama periode kontrak atas ketersediaan layanan infrastruktur (termasuk biaya operasional yang ‘diteruskan’ atau pass-through ke PJPK).
5
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Skema kontraktual tipe ini bisa berupa skema Build Operate Transfer (BOT) atau Build Operate Own (BOO) atau modifikasi keduanya. Dalam skema tersebut, BU biasanya bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan dan operasional dan pemeliharaan (O&M) dari fasilitas yang outputnya digunakan/dibeli oleh PJPK. Perbedaan dari keduanya adalah, berlawanan dengan BOO, skema BOT mengharuskan pihak swasta (BU) untuk mengalihkan kepemilikan aset ke pihak publik setelah kontrak KPS berakhir.
2.1.3 Kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract) Sebagai tambahan terhadap 2 struktur dasar proyek KPS/PPP, mengacu juga ke Regulasi KPS dan terkait potensi implementasi khususnya di sektor transportasi, kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M contract) juga akan didiskusikan lebih jauh dalam acuan ini. Karena skema ini tidak mencakup pelaksanaan dan pembiayaan konstruksi fasilitas (biasa disebut sebagai proyek brownfield), kontrak O&M dapat mengacu pada suatu kontrak dimana BU adalah pihak yang diberikan hak untuk mengelola (dalam kasus tertentu: menyewa) fasilitas dengan tanggungjawab untuk pengoperasian, pemeliharaan dan peremajaan tertentu dari fasilitas infrastruktur tersebut. Selama kontrak berlangsung, pihak swasta (BU)-lah yang menyediakan
layanan infrastruktur, namun kepemilikan dari fasilitas
tersebut berada pada sektor publik sebagai pihak yang melakukan investasi modal (capital investment). Di negara lain, Kontrak O&M dapat berbentuk sebagai affermage contract dan lease contract. Berikut ini ringkasan fitur-fitur struktur KPS/PPP dasar yang dibahas di atas. Tabel 1. Fitur-fitur dari Opsi Struktur KPS/PPP Kegiatan Kepemilikan Investasi Produksi Distribusi ke Pelanggan retail/pengguna akhir
Availability-based
Usage-based
O&M
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Swasta
Swasta
Pemerintah
√
√
√/-
- / sebagian (selama swasta tidak
√
√/-
menanggung risiko permintaan)
Pemeliharaan
√
√
√/-
Penagihan ke pelanggan
-
√
√/-
Horison Waktu (tipikal) Pelanggan Sumber Arus Kas
20-30 tahun
20-30 tahun
5-15 tahun
Pembeli tunggal/Pemerintah
Pelanggan ritel
Pembeli tunggal/PJPK atau Pelanggan
Pembayaran oleh instansi utilitas
Pembayarandari pelanggan
Bagian dari revenue dari tarif
6
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2
Struktur KPS pada masing-masing Sektor Infrastruktur
2.2.1 Struktur KPS sektor Air Minum Struktur KPS di sektor air minum mengacu kepada perundang-undangan yang berlaku terkait sistem penyediaan air minum serta Regulasi KPS. Struktur KPS dapat melibatkan PDAM sebagai perusahaan utilitas pemerintah daerah, untuk menjadi PJPK. Jika proyek mencakup wilayah di luar wilayah pelayanan PDAM, maka akan melibatkan Kepala Daerah untuk memasuki perjanjian KPS dengan BU. Sejalan dengan regulasi dan implementasi proyek saat ini, ada dua jenis struktur KPS yang dapat diterapkan, yaitu: struktur Konsesi Penuh (struktur berbasis penggunaan), dan struktur konsesi sebagian (BOT) (struktur berbasis ketersediaan).
2.2.1.1. Struktur Konsesi Penuh Air Minum DPRD
Pemda
Badan Regulator
Kepala Daerah sebagai PJPK
Sektor Publik
PDAM
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS Konsultan Desain Kontraktor Konstruksi
Badan Usaha
Sponsor Proyek
Financial Close
Kontrak konstruksi • Perjanjian Sambungan • Transaksi sesuai tarif
Operator
Pembiayaan Ekuitas
Pembiayaan Pinjaman
Kontrak operasi Konstruksi dan Operasi
Pelanggan
Pembiayaan
Gambar 3. Struktur Konsesi Penuh Air Minum
Lenders
7
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Struktur Konsesi Penuh untuk sektor air minum meliputi (hampir) seluruh lingkup yang dapat diberikan pengusahaan oleh pihak swasta, yaitu Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi dan Penagihan ke Pelanggan. Biasanya opsi ini digunakan untuk wilayah layanan baru yang membutuhkan investasi yang signifikan bagi PDAM (sebagai pengelola sektor air minum eksisting). Risiko pasar dan risiko kenaikan tarif merupakan jenis risiko utama bagi pihak swasta dalam implementasi struktur ini.
2.2.1.2. Struktur BOT Air Minum Dalam struktur BOT, kredibilitas PJPK memegang peranan penting dalam kesuksesan implementasi proyek. Pihak swasta dapat mengelola salah satu dari Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi atau setiap kombinasinya, tetapi tidak menanggung risiko permintaan atau tugas penagihan biaya ke pelanggan. Dalam konteks perjanjian kerjasama, air hasil dari proses pengolahan oleh BU kemudian disalurkan kepada PJPK dimana BU akan mendapatkan imbal jasa atas jasa pengolahan air tersebut. DPRD
Pemda
Badan Regulator
Kepala Daerah sebagai PJPK
PDAM
• Perjanjian Sambungan • Transaksi sesuai tarif
Bangun Guna Serah (BOT/Built Operate Transfer )
Sektor Publik Sektor Swasta
Kontrak KPS Konsultan Desain Kontraktor Konstruksi
Operator
Badan Usaha
Kontrak konstruksi
Kontrak operasi
Pelanggan Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial Close Pembiayaan Pinjaman
Konstruksi dan Operasi
Lenders
Pembiayaan
Gambar 4. Struktur BOT Air Minum
Dengan demikian, untuk kesuksesan transaksi proyek dengan struktur ini, pihak swasta (terutama lender) perlu diyakinkan bahwa PJPK memiliki kelayakan kredit yang baik untuk melakukan pembayaran imbal jasa secara periodik selama masa kontrak.
8
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.2 Struktur KPS sektor Pengelolaan Limbah Dalam sektor pengelolaan limbah, baik itu persampahan maupun pengelolaan air limbah, struktur proyek dapat menggunakan skema KPS berbasis ketersediaan atau struktur BOT. Sebagaimana dalam sektor air minum, mengacu pada regulasi, pihak yang dapat menjadi PJPK dalam sektor ini adalah Pemerintah Daerah (misal pemerintah kabupaten, kota atau provinsi).
2.2.2.1. BOT Persampahan Mengacu pada Regulasi KPS saat ini, ruang lingkup yang dapat dikerjasamakan adalah pengolahan sampah. Artinya, BU dapat mencakup pembangunan dan pengelolaan fasilitas pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), namun biasanya tidak termasuk pengumpulan sampah maupun penagihan ke pelanggan retail/pengguna akhir. Mengacu pada arah kebijakan, lingkup pengangkutan sampah memiliki potensi untuk dikerjasamakan, namun lingkup tersebut belum termasuk dalam pengaturan dalam Regulasi KPS.
Gambar 5. Struktur KPS Pengelolaan Sampah
9
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Pemerintah Daerah selaku PJPK (umumnya selaku penyedia sampah yang mengumpulkan pembayaran dari pelanggan retail/pengguna akhir dan lokasi lainnya) memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan BU baik dalam pengangkutan maupun di TPA berupa
tipping fee. Bergantung kepada pemilihan teknologi yang diterapkan pada proyek, output dari proses yang dilakukan oleh BU dapat dimanfaatkan atau dijual untuk menghasilkan pendapatan tambahan kepada BU (misalnya penjualan listrik ke PLN selaku utilitas listrik atau penjualan hasil olahan berupa kompos atau batako). Pada akhir masa kontrak BOT, kepemilikan dari TPA dialihkan kepada PJPK.
2.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah Sebagaimana sektor persampahan, proyek pengelolaan air limbah dapat dilaksanakan dengan struktur BOT. Dalam hal ini BU hanya bertanggung jawab dalam pembangunan dan operasi tempat pengolahan dan jaringan pengumpul air limbah, namun biasanya tidak termasuk tugas pengumpulan air limbah dari dan/atau penagihan ke pelanggan retail/pengguna akhir. DPRD
Pemda
Perusahaan Utilitas Daerah
Kepala Daerah sebagai PJPK
Badan Regulator
Bangun Guna Serah
Konsumen Residensial/Industri
Sektor Publik
(BOT/Built Operate Transfer )
Sektor Swasta
Kontrak KPS Konsultan Desain Kontraktor Konstruksi
Badan Usaha
Kontrak konstruksi
Pembiayaan Ekuitas
Financial Close Pembiayaan Pinjaman
Operator
Sponsor Proyek
Lenders
Kontrak operasi Konstruksi dan Operasi
Pembiayaan
Gambar 6. Struktur KPS Pengelolaan Air Limbah
Pemerintah Daerah selaku PJPK memberikan pembayaran atas pelayanan yang diberikan fasilitas BU. Pada akhir masa kontrak BOT, kepemilikan dari fasilitas dialihkan kepada PJPK sebagai operator fasilitas sampai akhir usia aset tersebut.
10
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.3 Struktur KPS Sektor Jalan Tol Pada sektor jalan tol di Indonesia, sejauh ini KPS dilakukan melalui skema berbasis penggunaan. PJPK dalam sektor ini adalah Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian Pekerjaan Umum.
2.2.3.1. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol Pada struktur ini, pengguna membayar atas pelayanan jalan tol kepada BU selaku pemegang (hak) Konsesi Penuh yang bertanggung jawab untuk melakukan desain, konstruksi, operasi dan perawatan fasilitas hingga akhir masa kontrak. Konsesi biasanya diberikan kepada BU sektor swasta dengan struktur BOT. Mirip dengan struktur Konsesi Penuh pada sektor lain yang sifatnya greenfield, risiko permintaan dan risiko terkait tarif adalah risiko yang menjadi fokus perhatian BU. Untuk ruas jalan baru dimana volume pengguna kendaraan masih terbatas dan tidak pasti, pihak BU biasanya memerlukan dukungan fiskal terhadap risiko permintaan, baik langsung maupun tidak langsung. Menteri PU sebagai Badan Regulator Badan PengaturJalan Tol (BPJT) sebagai PJPK a/n Menteri PU
Sektor Publik
Konsesi
Kontrak KPS
Konsultan Desain
Badan Usaha Kontraktor Konstruksi
Sektor Swasta
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial Close
Kontrak konstruksi Transaksi sesuai Tarif
Operator
Pembiayaan Pinjaman
Lenders
Kontrak operasi Konstruksi dan Operasi
Pengguna (Kendaraan)
Pembiayaan
Gambar 7. Struktur Konsesi Penuh Jalan Tol
11
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.3.2. O&M Jalan Tol Dalam struktur ini, lingkup KPS umumnya adalah untuk proyek brownfield dimana pekerjaan desain, konstruksi dan pembiayaan fasilitas jalan tol tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU. Struktur ini dapat dipilih pada kasus dimana suatu ruas jalan tol tidak mampu mencapai kelayakan secara komersial yang baik jika biaya investasi termasuk ke dalam lingkup KPS yang ditawarkan. BU selaku operator (dalam kontrak jenis ini) akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan jalan tol sesuai tarif dari pengguna atas nama pemerintah (sebagai pemilik jalan tol). Dalam praktiknya, BU dapat membayar suatu concession fee kepada PJPK dan menyimpan sisa pendapatan dari tarif yang sudah diterima, sebagai insentif kepada BU dalam menjaga kualitas pelayanan. Menteri PU sebagai Badan Regulator Badan PengaturJalan Tol (BPJT) sebagai PJPK a/n Menteri PU
Sektor Publik
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Operator
Badan Usaha Kontrak operasi
Sponsor Proyek
Financial Close Transaksi sesuai Tarif
Konstruksi fan Operasi
Pembiayaan Ekuitas
Pengguna (Kendaraan)
Pembiayaan Pinjaman
Pembiayaan
Gambar 8. Struktur O&M Jalan Tol
Lenders
12
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Struktur kombinasi ini bisa diaplikasikan sebagai suatu solusi terhadap suatu jaringan jalan tol yang terdiri dari ruas yang dibangun dan dibiayai dari berbagai sumber pendanaan terkait profil kelayakan finansial yang berbeda. Dalam struktur ini, lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan dibedakan berdasarkan ruas, namun menjadi lingkup kontrak untuk seluruh jaringan. Dengan demikian profil risiko para pihak akan sangat berbeda tergantung ruas mana yang menjadi perhatian. Menteri PU sebagai Badan Regulator
Kontrak desain
Konsultan Desain ruas A Kontraktor Konstruksi ruas A
Badan PengaturJalan Tol (BPJT) sebagai PJPK a/n Menteri PU Kontrak konstruksi
Kontrak Konsesi dan O&M
Kontrak desain
Konsultan Desain ruas B
Kontrak konstruksi
Operator ruas A dan B
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Badan Usaha Kontraktor Konstruksi ruas B
Sektor Publik
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial Close
Kontrak operasi
Konstruksi fan Operasi
Transaksi sesuai Tarif
Pengguna (Kendaraan)
Pembiayaan Pinjaman
Pembiayaan
Gambar 9. Struktur Konsesi Jalan Tol
Lenders
13
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.4 Struktur KPS Sektor Perkeretaapian Seperti halnya dalam sektor transportasi (darat) lainnya, KPS infrastruktur dapat diupayakan dengan skema berbasis penggunaan. Sesuai regulasi yang berlaku, PJPK dalam sektor ini adalah Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan / Kemenhub).
2.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian Dalam struktur Konsesi Penuh, Pemerintah dapat memberikan kewenangan bagi BU untuk mengumpulkan pendapatan langsung dari pelanggan retail/pengguna akhir. Lingkup kerja BU dapat meliputi, penyediaan dan pengoperasian layanan dan infrastruktur perkeretaapian terhadap aset rolling stock (kereta api dan gerbong pengangkut), stasiun atau track (jalur kereta) saja. Menteri Perhubungan sebagai Regulator Dirjen Perkeretaapian sebagai PJPK a/n Menhub
Sektor Publik
Konsesi
Badan Usaha Kontraktor Konstruksi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Konsultan Desain
Kontrak konstruksi
Operator Kontrak operasi Konstruksi dan Operasi
Transaksi sesuai Tarif Pengguna Akhir (Penumpang/Kargo)
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial Close Pembiayaan Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
Gambar 10. Struktur Konsesi Penuh Perkeretaapian
Terkait biaya investasi yang besar dan pengaturan terhadap tarif (regulated), pengalaman di negara lain menunjukkan proyek akan sangat sulit memenuhi kelayakan finansial bila lingkup pengusahaan mencakup aset rolling stock, stasiun dan track sekaligus, kecuali menyertakan lingkup pemanfaatan komersial untuk area sekitar stasiun atau konsep transit-oriented development (TOD).
14
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.4.2. O&M Perkeretaapian Serupa dengan struktur O&M di proyek jalan tol, skema KPS ini umumnya dirancang untuk proyek brownfield dimana pekerjaan desain, konstruksi dan pembiayaan fasilitas jalur kereta tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU.
Konsultan Desain Kontraktor Konstruksi
Kontrak desain
Menteri Perhubungan sebagai Regulator Dirjen Perkeretaapian sebagai PJPK a/n Menhub
Kontrak konstruksi
Sektor Publik
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Operator
Badan Usaha Kontrak operasi
Transaksi sesuai Tarif Pengguna Akhir (Penumpang/Kargo)
Konstruksi dan Operasi
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial Close Pembiayaan Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
Gambar 11. Struktur O&M Perkeretaapian
Operator akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas nama pemerintah (sebagai pemilik jalur kereta). Pendapatan kemudian dihitung sebagai porsi dari tarif yang sudah diambil.
15
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.5 Struktur KPS Sektor Ketenagalistrikan Di sektor listrik, KPS telah diterapkan hanya untuk lingkup pembangkitan tenaga listrik, melalui skema Pembangkit Listrik Independen (Independent Power Producer atau “IPP”), dan tidak termasuk penyediaan layanan infrastruktur lainnya (seperti transmisi, distribusi, dan penagihan tarif). Meskipun dapat menggunakan skema BOT dan BOO, sebagai proyek KPS di Indonesia cenderung menggunakan struktur BOT saja dimana kepemilikan aset pembangkit ditransfer ke sektor publik (PLN) setelah berakhirnya kontrak KPS (dimana selama masa kontrak pembangkit tersebut dimiliki oleh pihak IPP swasta).
2.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan Secara kontraktual, badan usaha swasta atau IPP bertanggung jawab atas desain, konstruksi, pembiayaan serta operasi dan pemeliharaan dari fasilitas pembangkit tenaga listrik (pembangkit). Tenaga listrik yang dihasilkan kemudian dijual oleh BU kepada PLN sebagai badan usaha milik negara (juga sebagai PJPK) melalui sebuah perjanjian pembelian listrik (Power Purchase Agreement / “PPA”). Kementerian ESDM sebagai Regulator PT PLN sebagai PJPK
• Perjanjian Sambungan • Transaksi sesuai tarif
Jual Beli Listrik (BOT/Built Operate Transfer)
Sektor Publik Sektor Swasta
Kontrak KPS Pelanggan
Konsultan Desain
Badan Usaha
(Independent Power Producer) Kontraktor Konstruksi
Operator
Sponsor Proyek
Financial Close
Kontrak konstruksi
Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi
Pembiayaan Ekuitas
Pembiayaan Pinjaman
Lenders
Pembiayaan
Gambar 12. Struktur BOT Ketenagalistrikan
PLN sebagai pembeli tunggal listrik (single off-taker) akan membayar listrik dari BU secara berkala dengan dasar pembayaran ambilatau-bayar (take-or-pay) selama masa PPA. Sehingga, risiko pemenuhan kewajiban finansial PLN selalu menjadi risiko utamanya.
16
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.5.2. BOT Mulut Tambang Proyek pembangkit listrik mulut tambang adalah proyek PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap/batubara) dengan fitur berikut: -
Dibangun dengan alasan utama untuk meminimalkan risiko ketidakpastian suplai dan risiko kenaikan harga batubara;
-
Komponen biaya transportasi batubara yang relatif rendah karena lokasi tambang batubara dekat dengan pembangkit;
-
Kualitas batubara yang dipasok relatif rendah sehingga dibutuhkan fasilitas/teknologi yang dapat meningkatkan kualitas batubara tersebut yang mengakibatkan biaya kontruksi pembangkit yang relatif tinggi dibandingkan dengan PLTU lainnya; dan
-
Lokasi pembangkit relatif terpencil dari jalur transmisi utama sehingga membutuhkan biaya untuk fasilitas transmisi tambahan Kementerian ESDM sebagai Regulator Kepemilikan Badan Usaha Pemasok Batubara
• Perjanjian Sambungan • Transaksi sesuai tarif
Jual Beli Listrik
Sektor Publik
Konsultan Desain Kontraktor Konstruksi Operator Pembangkit
Kontrak KPS Pelanggan
(Independent Power Producer)
Kontrak desain Kontrak konstruksi
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
variasi
terhadap
skema
alokasi
risiko
dalam
Pembiayaan Pinjaman
mulut
tambang
ini
tidak
dipilih.
Faktor
kepemilikan
tambang
batubara, penentuan lokasi tambang dan pembangkit
sangat risiko
menentukan
dialokasikan
pada
proyek jenis ini. Sebagai ilustrasi dalam menyusun matriks risiko, opsi struktur
Financial Close
proyek yang dipilih adalah jenis kontrak Lenders
BOT (karena pertimbangan teknologi yang relatif tinggi) dan dimana lokasi tambang pemasok batu bara pembangkit swasta
Kontrak operasi
Konstruksi dan Operasi
KPS,
bagaimana
Badan Usaha
Operator Tambang
proyek
hanya tergantung dari struktur KPS yang
Sektor Swasta
Kontrak Suplai Batubara
suatu
pembangkit
PT PLN sebagai PJPK
(BOT/Built Operate Transfer ) Kontrak operasi
Sebagai
Pembiayaan
ditentukan oleh (dan kemudian dimiliki oleh) PLN yang juga sebagai PJPK.
Gambar 13. Struktur BOT Mulut Tambang
Seperti terlihat dari struktur di atas, lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan tidak berbeda dengan tipikal struktur BOT yaitu pekerjaan detail desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan fasilitas pembangkit dalam rangka penyediaan listrik untuk kemudian dibeli secara berkala dan didistribusikan oleh PLN ke pelanggan. Perbedaan utamanya adalah pada profil risiko bagi para pihak, terutama risiko ketidakpastian suplai dan kenaikan harga batubara (selain risiko dalam akuisisi dan pengoperasian tambang bagi PLN dalam opsi ini).
17
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.6 Struktur KPS Sektor Kepelabuhanan Dalam sektor ini, kerangka regulasi sektor pelabuhan di Indonesia memungkinkan struktur KPS berbasis penggunaan (atau Konsesi Penuh), dimana PJPK pada sektor ini adalah Otoritas Pelabuhan (OP) di bawah Kemenhub.
2.2.6.1. Konsesi Penuh Kepelabuhanan Dalam struktur Konsesi Penuh, pelanggan retail/pengguna akhir dari KPS ini dapat merupakan penumpang, perusahaan pelayaran, dan / atau perusahaan ekspedisi barang (kargo atau kontainer). Menteri Perhubungan sebagai Regulator Otoritas Kepelabuhanan sebagai PJPK a/n Menhub
Sektor Publik
Konsesi
Kontrak KPS
Konsultan Desain
Badan Usaha Kontraktor Konstruksi
Sektor Swasta
Kontrak konstruksi
Operator Kontrak operasi
Transaksi sesuai Tarif Pengguna (Penumpang/Kargo)
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial Close Pembiayaan Pinjaman
Konstruksi dan Operasi
Lenders
Pembiayaan
Gambar 14. Struktur Konsesi Penuh Kepelabuhanan
Dalam sektor ini, dimana proyek Tanah Ampo diupayakan sebagai KPS, belum ada proyek yang berhasil dilaksanakan dengan skema berdasarkan Regulasi KPS. Mengacu pada model bisnis yang lazim sebagai skema KPS di sektor ini, skema yang dapat menjadi opsi implementasi adalah model LPA (Landlord Port Authority) dimana pemerintah dapat menyewakan lahan (greenfield) atau mendapatkan
concession fee atas pengusahaan pelabuhan yang sudah ada beserta fasilitasnya (brownfield) kepada BU swasta. Dalam hal ini, BU
18
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
dapat membangun atau mengembangkan infrastruktur kepelabuhanan yang ada (misalnya: pergudangan, penumpukan) untuk meningkatkan layanan infrastruktur dalam pengoperasiannya, dan mendapatkan pembayaran dari pengguna atas layanan pelabuhan. Dalam skema ini, dimana risiko permintaan umumnya akan diserap oleh swasta. Pemerintah (sebagai ‘ landlord’) dapat menerima pembayaran atas sewa tersebut atau concession fee dari BU sehingga, , dapat dimanfaatkan untuk memulihkan sebagian atau seluruh biaya pengadaan tanah dan fasilitas pendukung (misalnya break water, akses jalan dan fasilitas pendukung lainnya) yang menjadi kewajiban pemerintah dalam skema KPS ini. Besarnya sewa atau concession fee tersebut biasanya menjadi kriteria penentuan pemenang lelang KPS; dengan kata lain, ditentukan oleh seberapa besar minat para investor. Terhadap model LPA ini, khususnya untuk kondisi saat ini di Indonesia masih agak sulit diterapkan. Selain kapasitas anggaran Pemerintah yang terbatas untuk membiayai investasi infrastruktur dasar yang besar, penentuan instansi Pemerintah yang menjadi
landlord (misalnya antara OP atau BUMN pelabuhan) juga harus dikaji lebih jauh dalam menyusun skema transaksi KPS tersebut. 2.2.7 Struktur KPS Sektor Kebandaraan Dalam sektor ini, sejauh ini belum ada proyek yang dilaksanakan dengan skema berdasarkan Regulasi KPS. Mengacu pada UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 235, pelayanan jasa kebandarudaraan dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) berdasarkan konsesi dan atau bentuk lainnya (termasuk BOT dan kontrak manajemen) dimana PJPK adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (“Ditjen Hubud”), Kemenhub. Secara umum, lingkup pekerjaan dan jenis infrastrukturnya dapat terbagi menjadi:
Infrastruktur bandara, terdiri atas: o
Air-side: landasan pacu, taxyway, apron, air traffic control (ATC) Land-side: terminal
o
Area komersial sekitar bandara
o
Infrastruktur akses transportasi o
Akses kereta api
o
Akses jalan
Terhadap opsi kerjasama melalui skema KPS, karena jenis infrastruktur tertentu sifatnya tidak komersial (khususnya Air-side), perlu evaluasi terhadap kebutuhan peran BU swasta, baik untuk area brownfield (terhadap bandara yang sudah beroperasi) atau area
19
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
greenfield (bandara di lokasi baru). Sebagai contoh, untuk melibatkan BU swasta dalam area greenfield, Pemerintah perlu terlebih dulu menyiapkan infrastruktur akses transportasi yang memadai termasuk membangun infrastruktur Air-side dari sumber pendanaan lain.
2.2.7.1. Konsesi Penuh Kebandaraan Dalam struktur Konsesi Penuh, KPS pada sektor kebandaraan dapat meliputi penyediaan dan pengoperasian layanan dan infrastruktur. Pemerintah dapat memberikan kewenangan bagi BU untuk memperoleh pendapatan langsung dari pelanggan retail/pengguna akhir yaitu penumpang, maskapai penerbangan dan/atau perusahaan ekspedisi barang seperti kargo. Menteri Perhubungan sebagai Regulator Dirjen Perhubungan Udara sebagai PJPK a/n Menhub
Sektor Publik
Konsesi
Kontrak KPS
Konsultan Desain
Badan Usaha Kontraktor Konstruksi
Sektor Swasta
Kontrak konstruksi
Operator Kontrak operasi
Transaksi sesuai Tarif Pengguna (Penumpang/Kargo)
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial Close Pembiayaan Pinjaman
Konstruksi dan Operasi
Lenders
Pembiayaan
Gambar 15. Struktur Konsesi Penuh Kebandaraan
Konsesi penuh biasanya diberikan kepada BU sektor swasta menggunakan struktur BOT, khususnya dalam konteks ekspansi di area
brownfield. Lingkup kerja dari BU, seperti yang diatur dalam peraturan yang berlaku, adalah mengembangkan dan mengoperasikan baik prasarana bandara maupun jasa-jasa yang ada sehingga juga dimungkinkan untuk menyertakan lingkup pemanfaatan komersial untuk area bandara kepada BU. Untuk area greenfield, skema KPS lebih dimungkinkan untuk tidak menyertakan pembangunan infrastruktur Air-side sebagai lingkup yang dikerjasamakan dengan BU.
20
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2.2.7.2. O&M Kebandaraan Serupa dengan struktur O&M di proyek transportasi lainnya, skema KPS ini umumnya dirancang untuk proyek brownfield dimana pekerjaan desain, konstruksi dan pembiayaan fasilitas kebandaraan tersebut tidak menjadi lingkup pekerjaan BU. Konsultan Desain Kontraktor Konstruksi
Kontrak desain
Menteri Perhubungan sebagai Regulator Dirjen Perhubungan Udara sebagai PJPK a/n Menhub
Kontrak konstruksi
Sektor Publik
Konsesi
Sektor Swasta
Kontrak KPS
Operator
Badan Usaha Kontrak operasi
Transaksi sesuai Tarif Pengguna Akhir (Penumpang/Kargo)
Pembiayaan Ekuitas
Sponsor Proyek
Financial Close Pembiayaan Pinjaman
Konstruksi dan Operasi
Lenders
Pembiayaan
Gambar 16. Struktur O&M Kebandaraan
Operator akan memelihara fasilitas dan menerima pembayaran atas layanan sesuai tarif dari pelanggan retail/pengguna akhir atas nama pemerintah (sebagai pemilik infrastruktur). Pendapatan kemudian dihitung sebagai porsi dari tarif yang sudah diambil.
21
3
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
PENILAIAN ASPEK ALOKASI RISIKO UNTUK PROYEK KPS DAN PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR 3.1
Prinsip Alokasi Risiko dalam konteks Implementasi Proyek KPS
Pada tahap penyiapan proyek KPS, kesesuaian alokasi risiko menjadi substansi analisis risiko dalam studi kelayakan proyek Dalam konteks transaksi proyek KPS, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (Perjanjian KPS) perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Alokasi risiko secara kontraktual yang optimal berbanding lurus dengan value for money yang maksimal.
Prinsip yang lazim diterapkan untuk alokasi risiko adalah bahwa (lihat gambar 17), “Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah untuk menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.” Langkah 1: "Kemungkinan Keterjadian Risiko" Risiko harus dapat dialokasikan Langkah 2: "Dampak Risiko" kepada pihak yang paling mampu mengendalikan kemungkinan keterjadiannya
Risiko harus dapat dialokasikan kepada pihak yang paling mampu mengendalikan dampak risiko terhadap proyek
Langkah 3: 'Biaya Risiko Terendah" Risiko harus dapat dialokasikan kepada pihak yang paling mampu menyerap risiko dengan biaya terendah jika kemungkinan dan dampak tidak dapat dikendalikan
Gambar 17. Urutan Logika dalam Alokasi Risiko KPS
Secara konseptual, penerapan prinsip tersebut di proyek KPS adalah sebagai berikut (lihat juga Kotak Teks 1):
Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan pemerintah agar memenuhi asas efektivitas biaya (konstruksi, operasi), sebaiknya ditanggung pihak swasta;
Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau sama-sama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya ditanggung bersama (kejadian kahar);
Risiko yang dapat dikelola pemerintah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan swasta (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung pemerintah;
Risiko yang walaupun sudah ditransfer, tetap memberikan eksposur kepada pemerintah atau PJPK (menghambat tersedianya layanan penting ke masyarakat), dimana jika BU gagal memenuhi kewajiban maka pemerintah dapat mengambil alih proyek.
22
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Potensi kasus proyek: penyediaan infrastruktur sosial yang kritikal dan jasa terkait.
Kotak Texs 1: Pertanyaan Kunci dalam Menentukan Alokasi Risiko Beberapa pertanyaan perlu dijawab dari perspektif baik lembaga publik maupun entitas swasta; Awalnya dapat dengan menanyakan: “Sejauh mana pihak publik… Mengelola kemungkinan risiko terjadi? Mengelola dampak risiko tersebut? Menyerap/menanggung dampak risiko? Mengambil langkah-langkah spesifik dalam mengelola risiko tersebut?” Logikanya, pertanyaan yang sama dapat diajukan atas kemampuan entitas swasta dalam KPS. Yang pada akhirnya, kita dapat menjawab:: “Siapa yang paling mampu mengelola dan menyerap risiko ini?” Sebagai tambahan pertimbangan diatas, perlu dijawab untuk menjawab beberapa hal berikut: Kontrak yang serupa: Adakah alasan khusus untuk berbeda dari alokasi risiko tertentu dalam transaksi sebelumnya dan tercermin dalam perjanjian KPS? Marketability: Apakah ada alasan untuk berasumsi bahwa sektor swasta tidak akan menerima risiko atau juga menentukan nilai risiko yang terlalu tinggi? Insentif: Apakah ada mekanisme alokasi risiko yang berpotensi menciptakan unintended incentives untuk sektor swasta? Pendekatan holistik: Apakah ada mekanisme alokasi risiko yang berpotensi menciptakan “daerah abu-abu” dalam hal tanggung jawab?
3.1.1 Implementasi Alokasi Risiko dalam Penyiapan dan Transaksi Proyek KPS Umumnya, sebagaimana dalam Kotak Teks 2, penerapan alokasi risiko mulai dilakukan sejak penyiapan proyek KPS, melalui suatu analisi risiko proyek sebagai bagian studi kelayakan proyek (kemudian menjadi dasar penyusunan draft Perjanjian KPS). Kotak Teks 2: Proses, waktu, informasi, dan keahlian yang dibutuhkan dalam alokasi risiko KPS
Proses: Alokasi risiko merupakan inti dari penstrukturan berbagai metode penyediaan, serta membutuhkan pengalaman transaksi dan pengetahuan pasar. Waktu: Alokasi risiko awal perlu ditentukan sebelum penyusunan perjanjian KPS selesai. Dalam prakteknya, proses penyusunan perjanjian tersebut sering memicu diskusi tentang alokasi risiko, dan hal ini dapat difasilitasi dengan suatu penilaian risiko. Informasi: Alokasi risiko yang optimal dalam suatu KPS adalah spesifik terhadap proyek dan berkembang dari waktu ke waktu. Sebuah titik awal yang baik adalah dengan melihat transaksi sebelumnya untuk memahami pertimbangan dalam alokasi risiko. Alokasi risiko yang optimal dalam PPP berkembang dari waktu ke waktu; perlu melihat kontrak yang lebih terkini. Keahlian: Seperti dalam langkah lainnya dalam penilaian risiko, alokasi risiko membutuhkan masukan dari berbagai disiplin ilmu: o Tenaga ahli teknis, lingkungan, perijinan, dan lalu lintas dan pendapatan untuk menentukan ukuran dan kemampuan pengelolaan berbagai tipe risiko. o Tenaga ahli biaya, untuk menentukan biaya upaya mitigasi risiko. o Tenaga ahli asuransi, untuk menentukan kemungkinan asuransi dari sejumlah risiko (memfasilitasi transfer risiko ke sektor swasta). o Tenaga ahli hukum, untuk menyediakan kerangka alokasi risiko yang didefinisikan dalam perjanjian KPS. o Tenaga ahli keuangan, untuk menentukan marketability dari suatu risiko. Lebih diminati tenaga ahli tersebut telah terlibat dalam identifikasi risiko proyek untuk memastikan pemahaman yang baik atas risiko tertentu.
23
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Dalam mengevaluasi alokasi risiko, sebagai bagian dari dokumen tender dalam tahap transaksi proyek, draft Perjanjian KPS tersebut akan mencerminkan bagaimana alokasi risiko-risiko yang diidentifikasi dan dievaluasi sebelumnya kepada para pihak terkait (BU dan PJPK) dalam bentuk klausul kontraktual.
Dari klausul kontrak tersebut, risiko dapat digambarkan berdasarkan peristiwa pemicunya, periode terjadinya dan konsekuensi bagi para pihak apabila risiko tersebut terjadi, baik berupa kewajiban fisik ataupun kewajiban finansial sebagaimana dapat diilustrasikan secara sederhana dalam Gambar 18. berikut: Alokasi Risiko dalam Perjanjian KPS PJPK
Bersama
BU
A B* C D* E F*
*: Risiko yang mengarah pada kewajiban finansial tertentu dari pihak yang menanggungnya Gambar 18. Ilustrasi Alokasi Risiko dalam suatu Perjanjian KPS
Sebagai catatan, kewajiban finansial secara kontraktual muncul dari peristiwa risiko yang merupakan ‘compensation event’ dan
bukan dari yang sifatnya ‘relief event’ (hanya perlu perpanjangan waktu saja, tanpa kompensasi finansial).
Menentukan alokasi risiko yang optimal dapat cukup menantang. Dalam suatu diskusi alokasi risiko, peserta diminta untuk bersama-sama menjawab pertanyaan kunci seperti yang dijelaskan dalam Kotak Teks 1. Hal ini penting untuk bersama-sama menentukan argumen yang meyakinkan bagi alokasi risiko untuk masing-masing risiko.
Langkah selanjutnya adalah menentukan mekanisme yang mencerminkan alokasi risiko ini. Kebanyakan mekanisme seperti definisi, dan kompensasi, supervening events, adalah standar, dan telah digunakan di sebagian besar transaksi KPS sebelumnya. Namun, pertimbangan spesifik proyek dapat membawa penyesuaian dalam mekanisme ini.
Secara umum, pengalokasian risiko dalam suatu kontrak KPS kepada para pihak adalah sebagai berikut: o
BU biasanya menanggung risiko terkait financing, design, construction, procurement, operation dan maintenance (kemudian menalihkan sebagian risiko ke peserta lainnya, konsultan desainer/kontraktor/pemasok/operator/pengguna).
o
PJPK mewakili Pemerintah biasanya menanggung risiko politik, termasuk perubahan peraturan perundangan yang faktor pemicunya (relatif atau lebih dapat) dikendalikan oleh pemerintah.
o
Keduanya berbagi risiko terkait Keadaan Kahar/Force Majeure.
24
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
3.1.2 Implementasi Alokasi Risiko dalam Proses Penyediaan Penjaminan Proyek KPS oleh PT PII Pada dasarnya, penjaminan infrastruktur oleh PT PII mencakup kewajiban finansial PJPK dalam suatu perjanjian KPS, dimana alokasi penganggaran PJPK dan mekanisme keuangannya perlu ditetapkan dalam memastikan pemenuhan kewajiban finansialnya tersebut. Dalam menentukan cakupan penjaminan risiko infrastruktur dalam suatu proyek KPS tersebut, sesuai mandat dalam regulasi, PT PII mengevaluasi, antara lain, kesesuaian draft perjanjian KPS dengan prinsip alokasi risiko, sebagaimana digambarkan sebagai berikut. PROSES PENYEDIAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR OLEH PII
1. Consultation and Guidance
2. Screening
3. Appraisal
4. Structuring
Evaluasi aspek lainnya
Evaluasi aspek lainnya
Evaluasi Aspek Risiko
Evaluasi Dampak Penjaminan
Usulan Penjaminan (UP) Draft Perjanjian KPS Matriks Risiko dan Rencana Mitigasi Risiko Jenis risiko yang diminta untuk dijamin
Sesuai Prinsip Alokasi Risiko?
Ya
Cakupan risiko yang dipertimbangkan untuk dijamin oleh PII
Tidak
Tidak dapat dijamin
Analisis Kelayakan Penjaminan
Tidak Layak
Acuan Risiko PII Kategori Risiko KPS & Matriks Risiko KPS
Layak
Cakupan risiko untuk evaluasi struktur penjaminan
Analisis Kapasitas Penjaminan
Cakupan risiko penjaminan PII
Cakupan risiko
Co-guarantor
Kerangka Regulasi KPS dan Penjaminan infrastruktur Perpres 67/2005 j.o. 13/2010 j.o 56/2011 (Infrastruktur KPS)
Perpres 78/2010 (Penjaminan Infrastruktur)
PMK 260/2010 (Juklak Perpres 78/2010)
Prinsip Alokasi Risiko
Gambar 19. Kaitan Acuan Risiko PT PII dan Kerangka Regulasi Penjaminan Infrastruktur
Terhadap cakupan penjaminan infrastruktur oleh PT PII, Regulasi Penjaminan Infrastruktur mendefinisikan bahwa kewajiban finansial PJPK dalam kontrak KPS tersebut timbul akibat risiko yang disebabkan oleh peristiwa penyebab (triggering events) sebagai berikut:
25
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
a) tindakan atau tiadanya tindakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK dalam hal-hal yang menurut hukum atau peraturan perundangan -PJPK atau Pemerintah selain PJPK memiliki kewenangan atau otoritas untuk melakukan tindakan tersebut; b) kebijakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK; c) keputusan sepihak dari PJPK atau Pemerintah selain PJPK; d) ketidakmampuan PJPK dalam melaksanakan suatu kewajiban yang ditentukan kepadanya oleh Badan Usaha berdasarkan Perjanjian Kerjasama (breach of contract).
4
ACUAN ALOKASI RISIKO INFRASTRUKTUR Acuan Alokasi Risiko Infrastruktur ini terdiri atas 1) Kategori Risiko dan 2) Matriks Alokasi Risiko untuk dapat digunakan oleh PJPK dalam menyiapkan alokasi risiko untuk proyek KPS, yang berlaku sebagai basis bagi PJPK dalam menyiapkan usulan penjaminan ke PT PII. serta dapat berperan meningkatkan penerapan dari kerangka manajemen risiko suatu proyek KPS.
4.1
Kategori Risiko KPS
Checklist Kategori Risiko KPS dikembangkan sebagai suatu daftar kelompok risiko yang generik, yang diharapkan dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi peristiwa-peristiwa risiko spesifik kepada setiap proyek KPS. Peristiwa-peristiwa risiko yang teridentifikasi tersebut dapat digunakan lebih jauh untuk tahapan penilaian risiko dan pengembangan matriks/strategi alokasi risiko. Kategori risiko ini tidak bermaksud untuk menjadi suatu daftar risiko yang kaku untuk setiap proyek KPS. Situasi dan kondisi spesifik dalam suatu proyek KPS perlu juga dipertimbangkan. 1. Risiko Lokasi adalah kelompok risiko dimana lahan proyek tidak tersedia atau tidak dapat digunakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan dandalam biaya yang diperkirakan, atau bahwa lokasi dapat menimbulkan suatu beban atau kewajiban bagi pihak tertentu. Dengan demikian, risiko-risiko yang termasuk kategori ini adalah: a). Risiko pembebasan lahan: risiko-risiko yang terkait proses pembebasan lahan yang dibutuhkan proyek, yang dapat melibatkan potensi tambahan biaya dan keterlambatan; b). Risiko ketidaksesuaian lokasi lahan: risiko bahwa lokasi lahan yang diusulkan tidak dapat digunakan untuk proyek, dimana penyebabnya dapat meliputi kontaminasi, penemuan artefak, keterlambatan/penolakan perolehan persetujuan perencanaan, status lahan, dan lainnya; c). Risiko lingkungan: risiko kerugian terkait kerusakan lingkungan yang terjadi (1) akibat kegiatan konstruksi dan operasi selama masa proyek, atau (2) dari kegiatan sebelum pengalihan lahan proyek dari PJPK kepada BU atau pihak sub-kontraktor.
26
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
2. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi adalah risiko desain, konstruksi atau uji operasi suatu fasilitas proyek atau elemen dari prosesnya, dilakukan dengan cara yang menyebabkan dampak negatif terhadap biaya dan pelayanan proyek. Dengan demikian, risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah: a). Risiko perencanaan: risiko bahwa penggunaan lokasi proyek yang diusulkan dalam perjanjian KPS dan, khususnya, konstruksi fasilitas yang dibangun tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku terkait perencanaan, tata guna lahan atau bahwa perijinan terlambat (atau tidak dapat) diperoleh atau, kalaupun diperoleh, hanya dapat dilaksanakan dengan biaya yang lebih besar dari yang diperkirakan; b). Risiko desain: risiko dimana desain dari BU tidak dapat memenuhi spesifikasi output yang ditentukan; c). Risiko penyelesaian: risiko dimana penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan suatu proyek dapat (1) terlambat sehingga penyediaan layanan infrastruktur tidak dapat dimulai sesuai Commercial Operation Date (COD) yang sudah ditetapkan, atau (2) terlambat, kecuali biaya lebih besar harus dikeluarkan untuk mempertahankan COD yang sudah terjadwal, atau (3) terlambat karena perubahan/variasi yang terjadi; d). Risiko kenaikan biaya: risiko dimana pada tahap desain dan konstruksi, biaya realiasi proyek melebihi proyeksi biaya proyek; e). Risiko uji operasi: risiko dimana uji operasi terlambat atau hasilnya tidak memenuhi spesifikasi PJPK atau pihak otoritas lainnya. 3. Risiko sponsor adalah risiko dimana BU dan/atau sub-kontraktornya tidak dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada PJPK akibat tindakan pihak investor swasta sebagai sponsor proyek. 4. Risiko finansial adalah risiko-risiko terkait aspek kelayakan finansial proyek. Risiko-risiko tersebut dapat berupa: a). Risiko ketidakpastian pembiayaan: risiko bahwa pihak penyedia dana (debt dan equity) tidak akan atau tidak dapat melanjutkan komitmen untuk menyediakan pendanaan proyek; b). Risiko parameter finansial: risiko yang disebabkan berubahnya parameter finansial (misalnya tingkat inflasi, nilai tukar, kondisi pasar) sebelum kontraktor sepenuhnya berkomitmen untuk proyek ini, berpotensi memberikan dampak buruk terhadap biaya proyek; c). Risiko struktur finansial: risiko bahwa struktur keuangan tidak cukup baik untuk memberikan hasil yang optimal sesuai porsi hutang dan ekuitas selama periode proyek dan karenanya dapat mengganggu keberlanjutan kelayakan proyek; d). Risiko asuransi: (i) bahwa risiko-risiko yang sebelumnya dapat diasuransikan (insurable) pada tanggal penandatanganan sesuai dengan asuransi proyek yang telah disepakati tetapi kemudian menjadi uninsurable atau (ii) tetap insurable tetapi dengan kenaikan premi asuransi yang signifikan.
27
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
5. Risiko Operasional adalah risiko dimana proses penyediaan layanan infrastruktur sesuai kontrak - atau suatu elemen dari proses tersebut (termasuk input yang digunakan atau sebagai bagian dari proses itu) - akan terpengaruh dengan cara yang menghalangi BU dalam menyediakan layanan kontrak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan/atau sesuai proyeksi biaya. Dengan demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah: a). Risiko pemeliharaan: risiko dimana (i) realisasi biaya pemeliharaan aset proyek lebih tinggi/berubah dari biaya pemeliharaan yang diproyeksikan, atau (ii) terdapat dampak negatif akibat pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik; b). Risiko cacat tersembunyi (latent defect): risiko kehilangan atau kerusakan yang timbul akibat cacat tersembunyi pada fasilitas yang termasuk sebagai aset proyek; c). Risiko teknologi, dimana (i) teknologi yang digunakan berpotensi gagal menghasilkan spesifikasi output yang diperlukan, atau (ii) perkembangan teknologi membuat teknologi yang digunakan menjadi usang (risiko keusangan teknologi); d). Risiko utilitas: risiko dimana (i) utilitas (misalnya air, listrik atau gas) yang diperlukan untuk operasi proyek tidak tersedia, atau (ii) keterlambatan proyek karena keterlambatan akibat pemindahan atau relokasi utilitas yang terletak di lokasi proyek; e). Risiko sumber daya atau input: risiko kegagalan atau kekurangan dalam penyediaan input atau sumber daya (misalnya, batubara atau bahan bakar lainnya) yang diperlukan untuk operasi proyek, termasuk dalam hal kualitas pasokan yang tersedia; f). Risiko hubungan industri: risiko setiap bentuk aksi industri - termasuk demonstrasi, larangan bekerja, pemblokiran, tindakan perlambatan dan pemogokan - yang terjadi dengan cara yang, secara langsung atau tidak langsung, berdampak negatif terhadap uji operasi, penyediaan layanan atau kelayakan proyek. 6. Risiko pendapatan (revenue) adalah risiko bahwa pendapatan proyek tidak dapat memenuhi proyeksi tingkat kelayakan finansial, karena perubahan yang tak terduga baik permintaan layanan atau tarif yang disepakati atau kombinasi keduanya. Dalam hal risiko dimana pendapatan BU yang diperoleh dari pembayaran layanan oleh PJPK (contoh, skema BOT/Konsesi Sebagian, skema
Performance Based Availability Scheme atau skema Availability Payment), risiko non-payment tersebut dapat termasuk ke dalam kategori risiko politik (risiko sub sovereign atau parastatal). Dengan demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah: a). Risiko permintaan: risiko bahwa realisasi permintaan penyediaan layanan secara tak terduga lebih rendah dari proyeksi, karena: 1) faktor pemicu (tindakan, keputusan/kebijakan, regulasi) dari pihak Pemerintah, atau 2) kesalahan yang dilakukan pihak swasta baik dalam estimasi volume permintaan dan yang terkait penurunan kualitas layanan; dan b). Risiko tarif: risiko bahwa tarif layanan lebih rendah dari proyeksi, karena: 1) penyesuaian tarif secara periodik tidak dilakukan sesuai rencana atau tingkat tarif disesuaikan lebih rendah dari proyeksi, atau 2) kesalahan estimasi tarif atau tidak terpenuhinya standar yang disyaratkan untuk permintaan penyesuaian tarif.
28
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
7. Risiko konektivitas jaringan adalah risiko terjadinya dampak negatif terhadap ketersediaan layanan dan kelayakan finansial proyek akibat perubahan dari kondisi jaringan saat ini atau rencana masa depan. Risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah: a). Risiko konektivitas dengan jaringan eksisting: risiko bahwa akses ke jaringan eksisting tidak (akan) dibangun sesuai rencana; b). Risiko pengembangan jaringan: risiko bahwa jaringan tambahan yang dibutuhkan tidak (jadi) dibangun sesuai rencana; c). Risiko fasilitas pesaing: risiko bahwa dibangunnya fasilitas/infrastruktur serupa yang kemudian menyaingi output penyediaan layanan sesuai kontrak. 8. Risiko interface adalah risiko dimana metode atau standar penyediaan layanan akan menghalangi atau mengganggu penyediaan layanan yang dilakukan sektor publik atau sebaliknya. Risiko ini termasuk ketika kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah tidak sesuai/tidak cocok dengan yang dilakukan oleh BU, atau sebaliknya. 9. Risiko politik adalah risiko yang dipicu tindakan/tiadanya tindakan PJPK yang tidak dapat diprediksi sebelumnya yang merugikan secara material dan mempengaruhi pengembalian ekuitas dan pinjaman. Risiko yang termasuk kategori ini adalah: a). Risiko mata uang yang tidak dapat dikonversi atau ditransfer: risiko bahwa pendapatan/profit dari proyek tidak bisa dikonversi ke mata uang asing dan/atau direpatriasi ke negara asal investor; b). Risiko pengambilalihan: risiko tindakan pengambilalihan aset proyek (termasuk nasionalisasi) oleh pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat memicu pengakhiran kontrak proyek. c). Risiko perubahan regulasi dan perundangan, yang bersifat diskriminatif dan spesifik sehingga secara langsung dapat mengurangi tingkat kelayakan finansial proyek (dapat dipicu oleh tindakan PJPK atau Pemerintah di luar PJPK); d). Risiko sub-sovereign atau parastatal: risiko bahwa PJPK tidak mampu/bersedia melaksanakan kewajiban pembayaran kontrak atau kewajiban material lainnya dipicu hal yang terkait status sebagai entitas pemerintah; e). Risiko perijinan: risiko dimana perijinan yang diperlukan dari suatu otoritas pemerintah lainnya tidak dapat diperoleh atau, jika diperoleh, diperlukan biaya yang lebih besar dari proyeksi; f). Risiko perubahan tarif pajak: risiko perubahan tarif pajak yang berlaku (tarif pajak penghasilan, PPN) atau pajak baru yang dapat menurunkan pengembalian ekuitas yang diharapkan. 10. Risiko kahar (force majeure) adalah risiko terjadinya kejadian kahar yang sepenuhnya di luar kendali kedua belah pihak (misalnya bencana alam atau akibat manusia) dan akan mengakibatkan penundaan atau default oleh BU dalam pelaksanaan kewajiban kontraknya. 11. Risiko kepemilikan aset adalah risiko terjadinya peristiwa seperti kejadian kehilangan (misalnya hilangnya kontrak, force majeure), perubahan teknologi, dan lainnya, yang menyebabkan nilai ekonomi aset menurun, baik selama atau pada akhir masa kontrak.
29
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
4.2
Matriks Risiko KPS per Sektor
Setelah penggunaan Kategori Risiko KPS, peristiwa-peristiwa risiko yang telah diidentifikasi kemudian dievaluasi menggunakan matriks alokasi risiko yang dibuat untuk setiap sektor dan struktur (“Matriks Risiko KPS”). Dalam mengembangkan matriks tersebut, prinsip alokasi risiko, best practice dan kerangka regulasi terkait di Indonesia menjadi referensi yang digunakan. Namun, sebagaimana disampaikan pada bagian 3.1.1, matriks ini hanya merupakan referensi dan tidak bersifat kaku, mengingat alokasi suatu risiko yang akhirnya dianggap optimal perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi spesifik dalam proyek yang ditinjau. 4.2.1 Matriks Risiko KPS sektor Air Minum Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 2.2.1, yaitu BOT Air Minum dan Konsesi Penuh Air Minum.
4.2.1.1. BOT Air Minum Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT (Built, Operate, Transfer) yang meliputi Transmisi atau Produksi atau Operasi dan Pemeliharaan atau Distribusi atau kombinasi diantaranya, di luar Pemungutan Tarif ke pelanggan akhir. Tabel 2. Matriks Risiko untuk BOT Air Minum BOT Air Minum Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan lokasi
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan yang
x
proyek sebelum proses
intake, WTP dan jaringan
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan BU
transmisi sudah diidentifikasi dengan jelas
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
dibebaskan
proyek karena proses pembebasan
x
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan bisa
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
menjadi kendala
Kompensasi yang wajar dan
Kebutuhan lahan proyek
Proses pemukiman
Keterlambatan dan kenaikan biaya
x
kembali yang rumit
karena rumitnya isu proses
komunikasi yang baik dengan
jenis ini biasanya tidak luas
pemukiman kembali
pihak yang terkena dampak
dan dampak sosial relatif kecil
Risiko Status Tanah
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
x
Melaksanakan validasi status
30
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
ditemukan saat proyek dilaksanakan
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
kepemilikan lahan; Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
Keterbatasan ruang kerja
Terkait penyediaan lahan untuk ruang
/working space konstruksi
kerja pada masa konstruksi
x
Data historis penggunaan lahan
Karena lahan tidak luas
dan penyelidikan tanah
risiko geoteknis relatif bisa dikelola
x
Metode konstruksi yang baik;
Bila ada penolakan
Sosialisasi oleh pemerintah
masyarakat Pemerintah dapat membantu
Kerusakan artefak dan
x
barang kuno pada lokasi
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
Gagal menjaga
x
keselamatan dalam lokasi
Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusike
x
lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibat spesifikasi output tidak jelas
Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
Klarifikasi saat proses tender;
Spesifikasi output PJPK
Kapasitas desain yang baik
harus mengacu ke best practice
x
yang diminta operator Terlambatnya penyelesaian
Dapat termasuk terlambatnya
konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi saat
berpengalaman dan baik
uji operasi teknis
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor
x
yang buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke terminasi/step-in oleh financier
x
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
31
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Publik
Swasta x
konsorsium)
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
potential lenders x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata uang
Fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Koordinasi yang baik dengan
Bisa karena conditions precedence tidak terpenuhi
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Faktor indeksasi tarif;
Bisa dibagi dengan
Rebasing tarif
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
x
tertentu tidak lagi tersedia di pasaran Risiko asuransi (2)
Kenaikan substansial tingkat premi
x
terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan
Khususnya untuk cakupan
spesialis/broker asuransi
risiko terkait keadaan kahar
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
tersedianya layanan Aksi industri
Spesifikasi output yang jelas Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial danbudaya
Risiko yang timbul karena tidak
x
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat x
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan oleh
32
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
operasional Proyek Kerjasama
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
secara professional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
monitoring proyek
terdeteksi akibat kegagalan kontrol
x
x
monitoring serta evaluasi berkala
dan monitoring oleh Badan Usaha
terhadap efektivitas rancangan
atau PJPK Kenaikan biaya O&M
Menyusun rencana kontrol dan
dan pelaksanaan
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
x
atau kenaikan tidak terduga
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
Kesalahan estimasi biaya
x
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
Kenaikan biaya energi–
x
karena inefisiensi unit
Kualitas dan spesifikasi unit yang baik
Tidak teraturnya
x
ketersediaan utilitas
Berkurangnya kuantitas input
Defisit air baku karena alasan dalam
Menurunnya kualitas input
Kualitas air turun karena alasan dalam
x
Biasanya sudah harus
back up listrik/utilitas lainnya
diantisipasi sedini mungkin
Regulasi dan koordinasi yang
kendali sektor publik
baik antar instansi terkait x
Regulasi dan koordinasi yang
kendali sektor publik
Ketidakpastian kontinuitas input
Tindakan antisipasi: fasilitas
baik antar instansi terkait x
Berkurangnya kuantitas
x
output
Regulasi dan koordinasi yang
Tergantung lokasi sumber
baik antar instansi terkait
air
Operator yang handal; Mekanisme penalti
Menurunnya kualitas
x
output
Operator yang handal; Mekanisme penalti
6. RISIKO PENDAPATAN Penurunan volume
Mengakibatkan penurunan pendapatan
permintaan output proyek
penjualan air dan defisit bagi PJPK
Kegagalan penetapan awal
Akibat user affordability and willingness
tariff
di bawah tingkat kelayakan
Penyesuaian tarif periodik
pada indeksasi tarif terhadap tingkat
terlambat
inflasi
Tingkat penyesuaian tarif
khususnya setelah indeksasi tarif dan
lebih rendah dari proyeksi
rebasing tarif
x
Program sosialisasi yang baik; Program penurunan NRW; Pengelolaan keuangan PDAM
x x x
Dukungan kelayakan (VGF);
Regulasi yang mendukung
Regulasi yang mendukung
dapat berbentuk Perda
Kinerja operasi yang baik;
Regulasi yang mendukung
Regulasi yang mendukung
dapat berbentuk Perda
Kinerja operasi yang baik;
Regulasi yang mendukung
Regulasi yang mendukung
dapat berbentuk Perda
33
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Kesalahan perhitungan
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Survei user affordability and
willingness yang handal
estimasi tarif 7. RISIKO KONEKTIFITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Kebocoran/kontaminasi dalam
x
Standar kinerja operasi dan
jaringan eksisting Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas membangun dan
pengawasan yang baik x
Pemahaman kontrak yang baik
memelihara jaringan yang diperlukan Risiko jaringan (3)
Ingkar janji otoritas untuk
oleh sektor publik x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas penghubung Risiko jaringan (4)
Ingkar janji otoritas untuk tidak
oleh sektor publik x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas pesaing Risiko jaringan (5)
Keterbatasan pengelolaan jaringan
oleh sector publik x
Peningkatan kapasitas
distribusi yang dibangun swasta
pengelolaan jaringan distribusi
8. RISIKO INTERFACE Risiko interface
Output tidak terserap di awal periode
(1)
operasional
Risiko interface (2)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
klausul ‘take or pay’ dalam
x
perjanjian jual beli air x
x
dukungan pemerintah dan yang
yang kualitas pekerjaannya
dikerjakan BU. Risiko interface (3)
Pekerjaan perbaikan oleh pihak lebih rendah
Rework yang substantial terkait
x
Kesepakatan standar/ metode
perbedaan standar / metode layanan
yang akan diterapkan para
yang digunakan
pihak sedini mungkin
9. RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral
Rupiah Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Pembiayaan domestik
x
Pembiayaan domestik Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral
kompensasi (yang memadai)
x
Mediasi,negosiasi Asuransi Risiko Politik Penjaminan pemerintah
34
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Perubahan regulasi (dan
Publik
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
akses ke lokasi proyek
/tidak wajar dari otoritas terkait
Risiko parastatal (1)
Wanprestasi kewajiban kontraktual
x
Akibat privatisasi offtaker atau default
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu selain
termasuk kompensasinya
perencanaan
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya Asuransi Risiko Politik
x
Penjaminan pemerintah
PJPK sebagai offtaker
Risiko parastatal (2)
Mediasi,negosiasi
Asuransi Risiko Politik
x
Penjaminan pemerintah
PJPK 10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeure politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi tdk
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak dan memicu
tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun Transfer aset setelah kontrak KPS berakhir
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
x
Studi kelayakan bisnis yang baik dan lengkap (dalam PFS)
Sebagaimana tercantum dalam matriks di atas, terdapat beberapa peristiwa risiko spesifik sektoral dalam struktur ini, sementara ada yang lain yang berlaku di setiap sektor. Risiko-risiko sektoral yang spesifik terhadap struktur ini adalah risiko interface (tidak terserapnya output pada awal tahun operasi), risiko yang terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas), risiko parastatal
35
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
(cidera janji kewajiban kontraktual off-taker dan privatisasi off-taker) dan risiko permintaan yang pada dasarnya dapat diminimalkan melalui suatu klausul take or pay dalam perjanjian jual beli air dengan PDAM sebagai PJPK.
4.2.1.2. Konsesi Penuh Air Minum Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek air minum dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup kombinasi atau keseluruhan Transmisi, Produksi, Operasi dan Pemeliharaan, Distribusi, termasuk Pemungutan Tarif ke pelanggan akhir. Tabel 3. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Air Minum Konsesi Penuh Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah memperoleh lahan
Kebutuhan lahan untuk
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan
x
proyek sebelum proses
WTP dan jaringan
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan
transmisi sudah diidentifikasi dengan jelas
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
dibebaskan
x
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
proyek karena proses pembebasan
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
bisa menjadi kendala
Kompensasi yang wajar dan
Kebutuhan lahan proyek
Proses pemukiman kembali
Keterlambatan dan kenaikan biaya
x
yang rumit
karena rumitnya isu proses
komunikasi yang baik dengan
jenis ini biasanya tidak
pemukiman kembali
pihak yang terkena dampak
luas dan dampak sosial relatif kecil
Risiko Status Tanah
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
x
Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
Keterbatasan ruang kerja
Terkait penyediaan lahan untuk
/working space konstruksi
ruang kerja pada masa konstruksi
x
Data historis penggunaan lahan
Karena lahan tidak luas
dan penyelidikan tanah
risiko geoteknis relatif bisa dikelola
x
Metode konstruksi yang baik;
Bila ada penolakan
Sosialisasi oleh pemerintah
masyarakat Pemerintah dapat membantu
Kerusakan artefak dan barang kuno pada lokasi
x
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
36
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Gagal menjaga
Swasta x
keselamatan dalam lokasi
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi ke
x
lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibat spesifikasi output tidak jelas
Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
x x
yang diminta operator Terlambatnya penyelesaian
Dapat termasuk terlambatnya
konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
Klarifikasi saat proses tender;
Spesifikasi output PJPK
Kapasitas desain yang baik
mengacu ke best practice
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi
berpengalaman dan baik
saat uji operasi teknis
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor yang
x
buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
konsorsium)
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata uang
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
37
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Risiko tingkat inflasi
Publik
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
Swasta x
terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
Faktor indeksasi tarif;
Bisa dibagi dengan
Rebasing tarif
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
x
tertentu tidak lagi tersedia di
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait
pasaran Risiko asuransi (2)
keadaan kahar
Kenaikan substansial tingkat premi
x
terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
tersedianya layanan Aksi industri
Spesifikasi output yang jelas kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek
Pemberdayaan masyarakat
Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan BU
proyek
dalam mengelola operasional Proyek
x
x
Menerapkan program
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
Kerjasama
profesional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
x
x
monitoring proyek
terdeteksi akibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi berkala
dan monitoring oleh Badan Usaha
terhadap efektivitas rancangan
atau PJPK Kenaikan biaya O&M
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
dan pelaksanaannya x
atau kenaikan tidak terduga Kesalahan estimasi biaya
life cycle
Menyusun rencana kontrol dan
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
x
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
38
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Kenaikan biaya energi–
Swasta x
karena inefisiensi unit
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Kualitas dan spesifikasi unit yang baik
Tidak teraturnya
x
Tindakan antisipasi: fasilitas back Biasanya sudah harus
up listrik/utilitas lainnya
ketersediaan utilitas
diantisipasi sedini mungkin
Berkurangnya kuantitas
Defisit air baku karena alasan dalam
input
kendali sektor publik
Menurunnya kualitas input
Kualitas air turun karena alasan
x
Regulasi dan koordinasi yang baik antar instansi terkait
x
Regulasi dan koordinasi yang
dalam kendali sektor publik Ketidakpastian kontinuitas
baik antar instansi terkait x
input Berkurangnya kuantitas
x
output
Regulasi dan koordinasi yang
Tergantung lokasi
baik antar instansi terkait
sumber air
Operator yang handal; Mekanisme penalti
Menurunnya kualitas
x
output
Operator yang handal; Mekanisme penalti
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan volume
Mengakibatkan penurunan pendapatan
permintaan output proyek
penjualan air dan defisit bagi BU
x
Survei permintaan yang handal Program sosialisasi yang baik
Kesalahan estimasi dari
x
model sebelumnya
Survei volume permintaan yang handal
Pelanggan akhir tidak
Useraffordability and willingness di
membayar
bawah tingkat kelayakan
x
Dukungan kelayakan (VGF);
Regulasi yang
Regulasi yang mendukung
mendukung dapat berbentuk Perda
Kegagalan memungut
Akibat kegagalan / tidak optimalnya
pembayaran tarif
sistem pemungutan tarif
Kegagalan mengajukan
Gagalnya penyesuaian tarif karena
penyesuaian tarif
BU tidak mampu memenuhi standar
x
Sistem pemungutandan kinerja operasi yang baik
x
Kinerja operasi yang baik;
Regulasi yang
Regulasi yang mendukung
mendukung dapat
minimal yang disepakati Penyesuaian tarif periodic
pada indeksasi tarif terhadap tingkat
terlambat
inflasi
Tingkat penyesuaian tarif
khususnya setelah indeksasi tarif
lebih rendah dari proyeksi
dan rebasing tarif
berbentuk Perda x
Kinerja operasi yang baik;
Regulasi yang
Regulasi yang mendukung
mendukung dapat berbentuk Perda
x
Kinerja operasi yang baik;
Regulasi yang
Regulasi yang mendukung
mendukung dapat
39
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Air Minum Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko berbentuk Perda
Kesalahan perhitungan
x
Survei user affordability and willingness yang handal
x
Standar kinerja operasi dan
estimasi tarif 7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Kebocoran/kontaminasi dalam jaringan
Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk tidak
pengawasan yang baik x
membangun fasilitas pesaing
Pemahaman kontrak yang baik
Dapat juga menjadi
oleh sektor publik
bagian risiko pendapatan
Risiko jaringan (3)
Keterbatasan pengelolaan jaringan
x
distribusi yang dibangun swasta
Peningkatan kapasitas pengelolaan jaringan distribusi
8. RISIKO INTERFACE Risiko interface (1)
Output tidak terserap di awal
x
periode operasional Risiko interface (2)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
x
x
dukungan pemerintah dan yang
yang kualitas pekerjaannya lebih
dikerjakan BU. Risiko interface(3)
Pekerjaan perbaikan oleh pihak rendah
Rework yang substantial terkait
x
Kesepakatan para pihak sedini
perbedaan standar / metode layanan
mungkin tentang standar /
yang digunakan
metode yang akan diterapkan
9. RISIKO POLITIK Pembiayaan domestik
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Akun pembiayaan luar negeri
Rupiah
Penjaminan dari bank sentral
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
x
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan pemerintah Perubahan regulasi (dan pajak) yang umum
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
40
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Air Minum Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko
Deskripsi
Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
Publik
Swasta
Bersama
x
dan spesifik
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
x
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeur politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tidak tersedia untuk
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
risiko tertentu
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Transfer bisnis eksisting
Ketidakpastian kondisi bisnis setalah
x
Studi kelayakan bisnis yang baik
transfer dari operator sebelumnya Transfer aset eksisting
Tidak terantisipasinya kondisi fasilitas yang dibangun
dan lengkap (dalam PFS) x
Studi kelayakan aset yang baik dan lengkap (dalam PFS)
Dibandingkan struktur BOT, beberapa risiko spesifik sektoral dialokasikan kepada pihak yang sama, seperti peristiwa risiko yang terkait input air baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas). Tetapi, karena struktur Konsesi Penuh mencakup layanan keseluruhan, BU biasanya menanggung risiko permintaan dan risiko interface (tidak terserapnya output pada awal tahun operasi). Selain itu, BU juga lebih rentan terhadap risiko penyesuaian tarif karena tarif ke pelanggan retail/pengguna akhir seringkali menjadi isu politis dibandingkan sebagai isu komersial pada saat mekanisme penyesuaian tarif tersebut harus dilakukan.
41
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
4.2.2 Matriks Risiko KPS sektor Pengelolaan Limbah
4.2.2.1. BOT Persampahan Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT dimana BU bertanggung jawab atas Produksi, Operasi dan Pemeliharaan (konstruksi dan operasi fasilitas TPA), tapi tidak bertanggung jawab untuk pengumpulan bahan baku sampah dan pembayaran tarif dari pelanggan akhir. Tabel 4. Matriks Risiko untuk BOT Persampahan BOT Persampahan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan untuk
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan
x
proyek sebelum proses
TPS dan TPA sudah
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
diidentifikasi jelas
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
dibebaskan
proyek karena proses pembebasan
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
bisa menjadi kendala
Kompensasi yang wajar dan
Kebutuhan lahan biasanya
x
Proses pemukiman kembali
Keterlambatan dan kenaikan biaya
yang rumit
karena rumitnya isu proses
komunikasi yang baik dengan
tidak luas dan dampak
pemukiman kembali
pihak yang terkena dampak
sosial relatif kecil
Risiko Status Tanah
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
x
x
Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
x
Data historis penggunaan lahan
Karena lahan tidak luas
dan penyelidikan tanah
risiko geoteknis relatif bisa dikelola
Kerusakan artefak dan
x
barang kuno pada lokasi Gagal menjaga
dan penyelidikan tanah x
keselamatan dalam lokasi Kontaminasi/polusi ke lingkungan lokasi
Data historis penggunaan lahan Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
x
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
42
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Persampahan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Keresahan masyarakat
Publik
akibat potensi ketidaknyamanan
Swasta x
terhadap proses/output
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Sosialisasi pada masyarakat yang terkena dampak
Kegagalan implementasi
x
AMDAL
Konsultan spesialis aspek lingkungan yang handal
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibat spesifikasi output tidak jelas
x
x
Klarifikasi saat proses tender;
Spesifikasi output PJPK
Kapasitas desain yang baik
harus mengacu ke best
practice Kesalahan desain
Uji operasi teknis mengarah ke
x
penemuan kesalahan desain Terlambatnya penyelesaian
Termasuk mengembalikan akses
konstruksi
lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
Konsultan desain yang berpengalaman dan baik
x
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor yang
x
buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in olehfinancier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
konsorsium)
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata uang
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila
43
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Persampahan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Faktor indeksasi tarif;
Bisa dibagi dengan
Rebasing tarif
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
x
tertentu tidak lagi tersedia di
Konsultansi dengan spesialis/
Khususnya untuk
broker asuransi
cakupan risiko terkait
pasaran Risiko asuransi (2)
keadaan kahar
Kenaikan substansial tingkat premi
x
terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
Spesifikasi output yang jelas
tersedianya layanan Aksi industri
kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
x
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat x
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
profesional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
x
x
monitoring proyek
terdeteksi akibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi berkala
dan monitoring oleh Badan Usaha
terhadap efektivitas rancangan
atau PJPK Kenaikan biaya O&M
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M atau kenaikan tidak terduga
Menyusun rencana kontrol dan
dan pelaksanaannya x
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
44
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Persampahan Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko
Deskripsi
Publik
Kesalahan estimasi biaya
Swasta x
life cycle
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
Kenaikan biaya energi–
x
karena inefisiensi unit
Kualitas dan spesifikasi unit yang baik
Tidak teraturnya
x
ketersediaan utilitas x
Terganggunya kepastian rute dan jadwal angkut
Tindakan antisipasi fasilitas back
Perlu diantisipasi sedini
up listrik/utilitas lainnya
mungkin
Pengelolaan yang baik terkait
Pemerintah dapat
sistem pengangkutan sampah
membantu meski pengangkutan oleh BU
x
Pencemaran polusi air licit dalam pengangkutan
x
Berkurangnya kuantitas
Kriteria tingkat pelayanan;
Dalam hal BU telah
Prosedur sistem pengangkutan
memenuhi tingkat layanan
Jaminan suplai limbah; Sosialisasi pengelolaan limbah
input (sampah) x
Menurunnya kualitas input (komposisi sampah)
Membatasi ‘peran’ pemulung
Peran pemulung dapat
terhadap komposisi sampah
merubah komposisi sampah
x
Kualitas output olahan
Spesifikasi yang baik dari teknologi yang digunakan
tidak memenuhi standar 6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan volume
Mengakibatkan penurunan
permintaan output proyek
pendapatan dan defisit bagi PJPK
Pelanggan akhir tidak
User affordability and willingness di
membayar
bawah tingkat kelayakan
Penyesuaian tarif periodik
x
Kebijakan yang konsisten dan sejalan dengan sasaran proyek
x
x
terlambat
Program sosialisasi yang baik
Regulasi yang
Dukungan kelayakan (VGF);
mendukung dapat
Regulasi yang mendukung
berbentuk Perda
Kinerja operasi yang baik;
Regulasi yang
Regulasi yang mendukung
mendukung dapat berbentuk Perda
Tingkat penyesuaian tarif
x
lebih rendah dari proyeksi
Kinerja operasi yang baik;
Regulasi yang
Regulasi yang mendukung
mendukung dapat berbentuk Perda
Kesalahan perhitungan estimasi tarif
x
Survei user affordability and willingness yang handal
45
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Persampahan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ketidakpastian dalam jaringan
x
pemungutan sampah eksisting Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas terkait jaringan
x
Ingkar janji otoritas untuk
Bisa berupa ketidakpastian
pengawasan yang baik
rute dan jadwal angkut
Pemahaman kontrak yang baik
pengumpul sampah yang diperlukan Risiko jaringan (3)
Standar kinerja operasi dan
oleh sektor publik x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas yang diperlukan
oleh sektor publik
8. RISIKO INTERFACE Risiko Interface (1)
Input dan kapasitas pengolahan di
Klausul ‘ take or pay’ dalam
x
awal masa operasi tidak seimbang Risiko Interface (2)
Ketimpangan kualitas hasil
kontrak suplai sampah x
x
pekerjaan pemerintah dan yang
Perbaikan dari pihak yang mutu pekerjaannya lebih rendah
dikerjakan BU 9. RISIKO POLITIK Pembiayaan domestik
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedia dan/
dapat dikonversi
atau tidak bisa dikonversi dari
Akun pembiayaan luar negeri
Rupiah
Penjaminan dari Bank Sentral
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
x
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan pemerintah Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
x
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
46
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Persampahan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Publik
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
x
akses ke lokasi proyek
/tidak wajar dari otoritas terkait
Risiko parastatal (1)
Wanprestasi kewajiban kontraktual
Peristiwa Risiko
Swasta
Bersama
akibat privatisasi offtaker atau
Best Practice
Alokasi Risiko
termasuk kompensasinya Asuransi Risiko Politik
x
Penjaminan pemerintah Asuransi Risiko Politik
x
Penjaminan pemerintah
default PJPK Terminasi - default PJPK
Kondisi Spesifik terkait
Provisi kontrak yang jelas
PJPK sebagai offtaker Risiko parastatal (2)
Strategi Mitigasi Sesuai
x
Penjaminan pemerintah
10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeur politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Setiap pihak dapat mengakhiri
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika >6-12 bulan,dapat mengganggu
berkepanjangan
aspek ekonomis pihak terdampak
kontrak KPS dan memicu
(terutama bila asuransi tidak ada)
terminasi dini
11. ASET KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Pada sektor persampahan, risiko spesifik sektor adalah risiko lingkungan (misal ketidaknyamanan masyarakat akibat adanya potensi gangguan dari proses/output, kegagalan menerapkan AMDAL, risiko operasi (misal kuantitas sampah sebagai input rendah, risiko komposisi sampah,ketidaksesuaian kualitas output), risiko jaringan (misal ketidakpastian jaringan pengumpulan sampah eksiting, tidak dipenuhinya kewajiban pihak berwenang untuk menjaga jaringan pengumpulan sampah yang ada dan untuk mengembangkan fasilitas yang diperlukan) dan risiko interface (misal ketidakseimbangan antara input dan kapasitas pengolahan di tahun awal operasi). Ditemukan pula hal yang menarik terkait tindakan sah dari pemerintah untuk mengurangi produksi sampah (misal program 3RP
Recycle, Reuse, Reduce) yang pada kenyataannya menghambat BU memperoleh volume sampah yang cukup untuk diolah. Dari sisi tarif, pemerintah menarik dua jenis tarif, yaitu tarif retribusi sampah (untuk jasa pengelolaan sampah) dalam menutup biaya operasional dari adanya fasilitas pembuangan sampah, dan kompensasi terhadap dampak negatif dari lingkungan. Kedua jenis tarif ini dapat didukung dengan subsidi operasional dari anggaran Pemda sebagai bagian dari sumber dana untuk pembayaran tipping fee dari PJPK kepada BU.
47
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
4.2.2.2. BOT Pengelolaan Air Limbah Matriks risiko di bawah ini mengacu pada suatu proyek dengan kontrak BOT dimana BU bertanggung jawab atas Produksi, Operasi dan Pemeliharaan (konstruksi dan operasi fasilitas pengolahan limbah/waste treatment plant/WTP, bisa termasuk jaringan transmisi), tapi tidak bertanggung jawab untuk pengumpulan air limbah dan pembayaran tarif dari pelanggan akhir. Tabel 5. Matriks Risiko untuk BOT Pengelolaan Air Limbah BOT Pengelolaan Air Limbah Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan WTP
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan
x
proyek sebelum proses
dan jaringan transmisi
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
sudah diidentifikasi dengan jelas
Lahantidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
dibebaskan
proyek karena proses pembebasan
x
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
bisa menjadi kendala
Kompensasi yang wajar dan
Kebutuhan lahan proyek
Proses pemukiman kembali
Keterlambatan dan kenaikan
x
yang rumit
biayakarenarumitnya isu proses
komunikasi yang baik dengan
biasanya tidak luas dan
pemukiman kembali
pihak yang terkena dampak
dampak sosial relatif kecil
Risiko Status Tanah
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
x
Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
Keterbatasan ruang kerja
Terkait penyediaan lahan untuk
/working space konstruksi
ruang kerja pada masa konstruksi
x
Data historis penggunaan
Karena lahan tidak luas,
lahan dan penyelidikan tanah
risiko geoteknis relatif bisa dikelola
x
Metode konstruksi yang baik;
Bila ada penolakan
Sosialisasi oleh pemerintah
masyarakat Pemerintah dapat membantu
Kerusakan artefak dan
x
barang kuno pada lokasi Gagal menjaga
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
x
Implementasi prosedur
48
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Pengelolaan Air Limbah Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
keselamatan dalam lokasi
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi ke
x
lingkungan lokasi Keresahan masyarakat
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
Akibat potensi ketidaknyamanan
x
terhadap proses/output
Sosialisasi kepada masyarakat yang terkena dampak
Kegagalan implementasi
x
AMDAL
Konsultan spesialis aspek lingkungan yang handal
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSIDAN UJI OPERASI Kesalahan desain
Uji operasi teknis mengarah ke
x
penemuan kesalahan desain Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibatspesifikasi output tidak jelas
Terlambatnya penyelesaian
Termasuk mengembalikan akses
konstruksi
lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
x x
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi
berpengalaman dan baik
saat uji operasi teknis
Klarifikasi saat proses tender;
Spesifikasi output PJPK
Kapasitas desain yang baik
mengacu ke best practice
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor yang
x
buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
konsorsium)
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
proyek yang tidak optimal
x
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
49
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Pengelolaan Air Limbah Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Risiko nilai tukar mata
Publik
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Swasta x
uang
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat
x
inflasi terhadap asumsi dalam life-
Faktor indeksasi tarif;
Bisa dibagi dengan
Rebasing tarif
Pemerintah apabila
cycle cost Risiko suku bunga
fluktuasinya ekstrim
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
x
tertentu tidak lagi tersedia di
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait
pasaran Risiko asuransi (2)
keadaan kahar
Kenaikan substansial tingkat premi
x
terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
Spesifikasi output yang jelas
tersedianya layanan Aksi industri
kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
lokal
diperhitungkannya budaya atau
x
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat x
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
profesional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
x
x
monitoring proyek
terdeteksi akibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi
dan monitoring oleh Badan Usaha
berkala terhadap efektivitas
atau PJPK Kenaikan biaya O&M
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M atau kenaikan tidak terduga
Menyusun rencana kontrol dan
rancangan dan pelaksanaannya x
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
50
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Pengelolaan Air Limbah Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Kesalahan estimasi biaya
Swasta x
life cycle
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
Kenaikan biaya energi–
x
karena inefisiensi unit
Kualitas dan spesifikasi unit yang baik
Tidak teraturnya
x
ketersediaan utilitas
Tindakan antisipasi: fasilitas
Biasanya sudah harus
back up listrik/utilitas lainnya
diantisipasi sedini mungkin
Berkurangnya kuantitas
x
Perjanjian suplai limbah;
input (limbah)
Sosialisasi pengelolaan limbah
Kualitas output olahan
x
tidak memenuhi standar
Spesifikasi yang baik dari teknologi yang digunakan
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan volume
Mengakibatkan penurunan
permintaan output proyek
pendapatan penjualan air dan defisit
x
Kebijakan yang konsisten dan sejalan dengan sasaran proyek
bagi BU Pelanggan akhir tidak
User affordability and willingness di
membayar
bawah tingkat kelayakan
x
Dukungan kelayakan (VGF);
Regulasi yang
Regulasi yang mendukung
mendukung dapat berbentuk Perda
Penyesuaian tarif periodik
x
terlambat
Kinerja operasi yang baik;
Regulasi yang
Regulasi yang mendukung
mendukung dapat berbentuk Perda
Tingkat penyesuaian tarif
x
lebih rendah dari proyeksi
Kinerja operasi yang baik;
Regulasi yang
Regulasi yang mendukung
mendukung dapat berbentuk Perda
Kesalahan perhitungan
x
Survei user affordability and
willingness yang handal
estimasi tarif 7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ketidakpastian dalam jaringan
x
Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk menjaga jaringan pengumpul limbah yang diperlukan
Standar kinerja operasi dan pengawasan yang baik
pemungutan limbah eksisting x
Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik
51
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Pengelolaan Air Limbah Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Risiko jaringan (3)
Ingkar janji otoritas untuk
Publik
Swasta
x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas yang
oleh sektor publik
diperlukan 8. RISIKO INTERFACE Risiko Interface (1)
Input dan kapasitas pengolahan di
x
Perjanjian/kesepakatan suplai
awal masa operasi tidak seimbang Risiko Interface (2)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
limbah x
x
Pekerjaan perbaikan oleh pihak
dukungan pemerintah dan yang
yang kualitas pekerjaannya
dikerjakan BU
lebih rendah
9. RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral
Rupiah Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan pemerintah Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
akses ke lokasi proyek
/tidak wajar dari otoritas terkait
Risiko parastatal (1)
Wanprestasi kewajiban kontraktual PJPK sebagai offtaker
x
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Asuransi Risiko Politik Penjaminan pemerintah
52
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Pengelolaan Air Limbah Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Risiko parastatal (2)
akibat privatisasi offtaker atau
Publik
Swasta
Bersama
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
Asuransi Risiko Politik
x
Penjaminan pemerintah
default PJPK Terminasi akibat default
Strategi Mitigasi Sesuai
x
Penjaminan pemerintah
PJPK 10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeur politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tdk tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
asuransi tidak ada) 11. ASSET KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Pada sektor pengelolaan air limbah, risiko spesifiknya mirip dengan apa yang ditemukan dalam sektor persampahan. Di sektor volume dan kualitas suplai limbah yang diperoleh biasanya tidak terlalu bervariasi. Selain itu, tergantung dari teknologi yang digunakan dan persepsi dari calon pengguna output (air bersih olahan), output yang dihasilkan sifatnya tidak komersial. 4.2.3 Matriks Risiko KPS sektor Jalan Tol Matriks risiko ini dibuat untuk 2 jenis struktur KPS dalam sektor ini sebagaimana diidentifikasi pada bagian 3.2.3, yaitu: Konsesi Penuh jalan tol dan O&M jalan tol.
4.2.3.1 Konsesi Penuh Jalan Tol Matriks risiko ini relevan untuk proyek jalan/jembatan tol yang mencakup desain, konstruksi, pembayaan dan operasi dan pemeliharaan seluruh fasilitas tol serta menarik pembayaran atas layanan langsung dari pengguna (tipe user- charge).
53
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Tabel 6. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Jalan Tol Konsesi Penuh Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan
x
proyek sebelum proses
biasanya masif dan
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
dipengaruhi dari trase
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
dibebaskan
yang direncanakan x
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
proyek karena proses pembebasan
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan bisa
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
menjadi kendala
Proses pemukiman kembali
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Kompensasi yang wajar dan
Dampak sosial relatif luas
yang rumit
karena rumitnya isu proses
x
komunikasi yang baik dengan
bila lahan di perkotaan
pemukiman kembali
pihak yang terkena dampak
dan sifatnya masih produktif
Risiko Status Tanah
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
x
Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
x
Data historis penggunaan lahan Potensi risiko geoteknis dan penyelidikan tanah
bisa signifikan karena volume pekerjaan tanah relatif besar
Keterbatasan ruang kerja
Terkait penyediaan lahan untuk
/working space konstruksi
ruang kerja pada masa konstruksi
x
Metode konstruksi yang baik;
Bila ada penolakan
Sosialisasi oleh pemerintah
masyarakat Pemerintah dapat membantu
Kerusakan artefak dan
x
barang kuno pada lokasi Gagal menjaga
dan penyelidikan tanah x
keselamatan dalam lokasi Kontaminasi/polusi ke lingkungan lokasi
Data historis penggunaan lahan Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
x
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
54
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
x
x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibat spesifikasi output tidak jelas
Klarifikasi saat proses tender; Kapasitas desain yang baik
Spesifikasi output PJPK harus mengacu ke best
practice Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
yang diminta operator Terlambatnya penyelesaian
Dapat termasuk terlambatnya
konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi
berpengalaman dan baik
saat uji operasi tekni
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor yang
x
buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
konsorsium)
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
uang
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam life-
x
Faktor indeksasi tarif;
Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila
55
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
cycle cost Risiko suku bunga
fluktuasinya ekstrim
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
x
tertentu tidak lagi tersedia di
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait
pasaran Risiko asuransi (2)
keadaan kahar
Kenaikan substansial tingkat premi
x
terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
Spesifikasi output yang jelas
tersedianya layanan Aksi industri
kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
x
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat x
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
professional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
monitoring proyek
terdeteksiakibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi
dan monitoring oleh Badan Usaha
berkala terhadap efektivitas
atau PJPK
rancangan dan pelaksanaan
Kenaikan biaya O&M
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
x
x
x
atau kenaikan tidak terduga Kesalahan estimasi biaya
isu keselamatan
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
x
life cycle Kecelakaan lalu lintas atau
Menyusun rencana kontrol dan
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
x
Asuransi kewajiban pihak ketiga
56
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi
Mengakibatkan penurunan
volume permintaan
pendapatan dan defisit bagi BU
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi Pemerintah,
Pinjaman lunak di awal operasi
jaminan permintaan minimum dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi dari
x
Survei lalu lintas yang handal;
model sebelumnya
Bila dipicu aksi Pemerintah, jaminan pendapatan minimal dapat dipertimbangkan
Pelanggan akhir tidak membayar
Akibat user affordability and
x
Subsidi (khususnya tarif)
willingness di bawah tingkat
Sosialisasi yang baik ke publik
kelayakan Kegagalan memungut
Akibat kegagalan / tidak optimalnya
pembayaran tarif
sistem pemungutan tarif
Kegagalan mengajukan
Akibat BU tidak mampu memenuhi
penyesuaian tarif
standar minimal yang disepakati
Penyesuaian tarif periodik
x
Sistem pemungutan dan kinerja operasi yang baik
x
Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
x
Kinerja operasi yang baik;
terlambat
Regulasi yang mendukung
Tingkat penyesuaian tarif
x
Kinerja operasi yang baik;
lebih rendah dari proyeksi
Regulasi yang mendukung
Kesalahan perhitungan
x
estimasi tarif
Survei user affordability and willingness yang handal
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas untuk
x
Standar kinerja operasi dan
membangun dan memelihara
pengawasan yang baik
jaringan yang diperlukan Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk
x
membangun fasilitas penghubung Risiko jaringan (3)
Ingkar janji otoritas untuk tidak
x
membangun fasilitas pesaing
Pemahaman kontrak yang baik
Dapat juga menjadi
oleh sektor publik
bagian risiko pendapatan
Pemahaman kontrak yang baik
Dapat juga menjadi
oleh sektor publik
bagian risiko pendapatan
Pekerjaan perbaikan oleh pihak
Kontrak konstruksi dari
yang kualitas pekerjaannya
pihak pemerintah
8. RISIKO INTERFACE Risiko Interface (1)
Ketimpangan kualitas pekerjaan dukungan pemerintah dan yang
x
x
57
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
dikerjakan BU.
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
lebih rendah
maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
Risiko Interface (2)
Rework yang substantial terkait
x
Kesepakatan para pihak sedini
Kontrak konstruksi dari
perbedaan standar / metode layanan
mungkin tentang standar /
pihak pemerintah
yang digunakan
metode yang akan diterapkan
maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
9. RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral
Rupiah Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi
x
Penjaminan pemerintah
kompensasi (yang memadai) Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
Provisi kontrak yang jelas
x
termasuk kompensasinya x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
10. RISIKO KEADAAN KAHAR Bencana alam
Force majeure politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tdk tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
58
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Risiko spesifik sektor jalan tol adalah risiko lokasi (misal yang terkait pembebasan lahan), risiko permintaan (misal risiko permintaan lalu lintas dan risiko tarif) dan risiko jaringan (misal isu konektivitas dan rute pesaing). Satu hal tambahan, jenis peristiwa risiko yang dibahas masih dibatasi pada proyek proyek jalan tol yang menggunakan teknologi at-
grade atau di atas tanah dan fly-over atau layang (belum termasuk under-ground, seperti struktur terowongan). 4.2.3.2. O&M Jalan Tol Dalam kontrak O&M ini, BU mengoperasikan dan memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna akhir (penumpang) atas nama pemerintah. Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU dalam menjaga kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif. Tabel 7. Matriks Risiko untuk O&M Jalan Tol O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Gagal menjaga
x
keselamatan dalam lokasi
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi ke
x
lingkungan lokasi Risiko Status Tanah
Implementasi prosedur Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
x
Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI
59
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Terlambatnya
Dapat termasuk terlambatnya
penyelesaian konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
Publik
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
Kesepakatan faktor eskalasi
yang diminta operator Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
harga tertentu dalam kontrak x
Koordinasi kontraktor dan
dalam uji operasi teknis
operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
konsorsium)
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
x
Instrumen lindung nilai
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
Faktor indeksasi tarif;
x
Lindung nilai tingkat suku
uang Risiko tingkat inflasi
terhadap asumsi dalam life-cycle cost Risiko suku bunga
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku bunga
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
bunga x
tertentu tidak lagi tersedia di pasaran
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait keadaan kahar
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
tersedianya layanan
Spesifikasi output yang jelas
60
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Aksi industri
Publik
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
x
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat x
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
professional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
x
x
monitoring proyek
terdeteksi akibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi
dan monitoring oleh Badan Usaha
berkala terhadap efektivitas
atau PJPK Kenaikan biaya O&M
Menyusun rencana kontrol dan
rancangan dan pelaksanaannya
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
x
atau kenaikan tidak terduga
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
Kesalahan estimasi biaya
x
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
Kecelakaan lalu lintas atau
x
Asuransi kewajiban pihak ketiga
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
Pinjaman lunak di awal operasi
Pemerintah, jaminan
isu keselamatan 6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi volume permintaan
permintaan minimum dapat dipertimbangkan Kesalahan estimasi
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
pendapatan dari model
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimum dapat dipertimbangkan
Pelanggan akhir tidak
Akibat user affordability and
membayar
willingness di bawah tingkat
x
Subsidi (khususnya tarif) Sosialisasi yang baik ke publik
kelayakan Kegagalan memungut pembayaran tarif
Akibat kegagalan / tidak optimalnya sistem pemungutan tarif
x
Survei user affordability and willingness yang handal
61
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Kegagalan mengajukan
Gagalnya penyesuaian tarif karena BU
penyesuaian tarif
tidak mampu memenuhi standar
Publik
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Kinerja operasi yang baik dan jelas;
minimal yang disepakati Penyesuaian tarif
x
Kinerja operasi yang baik dan
periodikterlambat
jelas;
Tingkat penyesuaian tarif
x
Kinerja operasi yang baik dan
lebih rendah dari proyeksi
jelas;
Kesalahan perhitungan
x
estimasi tarif
Survei user affordability and willingness yang handal
7. RISIKO JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas untuk
x
Standar kinerja operasi dan
membangun dan memelihara
pengawasan yang baik
jaringan yang diperlukan Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk
x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas jalan
oleh sektor publik
penghubung Risiko jaringan (3)
Ingkar janji otoritas untuk tidak
x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas pesaing
oleh sektor publik
8. RISIKO INTERFACE Risiko Interface (1)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
Pekerjaan perbaikan oleh pihak
Kontrak konstruksi dari
pengadaan pemerintah dan yang
x
x
yang kualitas pekerjaannya
pihak pemerintah
dikerjakan BU.
lebih rendah
maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
Risiko Interface (2)
Rework yang substantial terkait
x
Kesepakatan para pihak sedini
Kontrak konstruksi dari
perbedaan standar / metode layanan
mungkin tentang standar /
pihak pemerintah
yang digunakan
metode yang akan diterapkan
maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
9. RISIKO POLITIK x
Pembiayaan domestik
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Akun pembiayaan luar negeri
Rupiah
Penjaminan bank sentral
62
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Publik
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
x
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Peristiwa Risiko
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Pembiayaan domestik Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan bank sentral Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan pemerintah Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
x
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeure politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tdk tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
asuransi tidak ada) 11. ASET OWNERSHIP RISKS Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Transfer bisnis jalan tol
Ketidakpastian kondisi bisnis setalah
x
Studi kelayakan bisnis yang
eksisting
transfer dari operator sebelumnya
Transfer aset jalan tol
Tidak terantisipasinya kondisi jalan
eksisting
tol yang dibangun
baik dan lengkap (dalam PFS) x
Studi kelayakan bisnis yang baik dan lengkap (dalam PFS)
63
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Risiko spesifik dalam struktur O&M jalan tol ini (dibandingkan struktur Konsesi Penuh), adalah risiko lokasi (misal terkait pembebasan lahan), desain konstruksi dan risiko uji operasi serta risiko transfer aset/bisnis jalan tol. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih menjadi perhatian BU. Khusus risiko interface, eksposurnya relatif lebih besar.
4.2.3.3. Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Matriks risiko ini diperuntukkan untuk struktur kombinasi Konsesi Penuh dan O&M pada proyek jalan tol yang terdiri dari lebih dari satu ruas,Terkait kondisi bahwa lingkup pekerjaan yang dikerjasamakan dibedakan berdasarkan ruas,skema alokasi risiko para pihak juga akan merupakan kombinasi dari matriks risiko dari kedua struktur tersebut. Tabel 8. Matriks Risiko untuk Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan yang
x
proyek sebelum proses
biasanya masif dan
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan,
dipengaruhi dari trase yang direncanakan
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
dibebaskan
proyek karena proses pembebasan
x
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
bisa menjadi kendala
Kompensasi yang wajar dan
Dampak sosial relatif
Proses pemukiman
Keterlambatan dan kenaikan biaya
x
kembali yang rumit
karena rumitnya isu proses
komunikasi yang baik dengan
luas bila lahan di
pemukiman kembali
pihak yang terkena dampak
perkotaan dan sifatnya
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
Melaksanakan validasi status
masih produktif Risiko status tanah
x
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
x
Data historis penggunaan lahan
Potensi risiko geoteknis
dan penyelidikan tanah
bisa besar karena volume pekerjaan tanah relatif besar
64
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Keterbatasan ruang kerja
Terkait penyediaan lahan untuk ruang
/working space konstruksi
kerja pada masa konstruksi
Publik
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Metode konstruksi yang baik;
Bila ada penolakan
Sosialisasi oleh pemerintah
masyarakat Pemerintah dapat membantu
Kerusakan artefak dan
x
barang kuno pada lokasi
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
Gagal menjaga
x
keselamatan dalam lokasi
Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi ke
x
lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibat spesifikasi output tidak jelas
x
x
Klarifikasi saat proses tender; Kapasitas desain yang baik
Spesifikasi output PJPK harus mengacu ke best
practice Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
yang diminta operator Terlambatnya
Dapat termasuk terlambatnya
penyelesaian konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi
berpengalaman dan baik
saat uji operasi teknis
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor
x
yang buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
65
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
Publik
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
uang
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Faktor indeksasi tarif;
Bisa dibagi dengan
Rebasing tarif
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko tertentu
x
tidak lagi tersedia di pasaran
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait keadaan kahar
Risiko asuransi (2)
Kenaikan substansial tingkat premi
x
terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
tersedianya layanan Aksi industri
Spesifikasi output yang jelas kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
lokal
diperhitungkannya budaya atau
x
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat
Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
profesional
x
Menyusun rencana manajemen
66
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
monitoring proyek
terdeteksi akibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi
dan monitoring oleh Badan Usaha atau
berkala terhadap efektivitas
x
x
PJPK Kenaikan biaya O&M
Menyusun rencana kontrol dan
rancangan dan pelaksanaan
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
x
atau kenaikan tidak terduga
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
Kesalahan estimasi biaya
x
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
Kecelakaan lalu lintas atau
x
isu keselamatan
Asuransi kewajiban pihak ketiga
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi volume permintaan
x
Mengakibatkan penurunan pendapatan tarif tol dan
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
Pinjaman lunak di awal operasi
Pemerintah, jaminan permintaan minimum
defisit bagi BU
dapat dipertimbangkan Kesalahan estimasi
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
pendapatan dari model
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimal dapat dipertimbangkan
Pelanggan akhir tidak
Akibat user affordability and
membayar
willingness di bawah tingkat kelayakan
Kegagalan memungut
x
Sosialisasi yang baik ke publik
Akibat kegagalan / tidak optimalnya
pembayaran tarif
sistem pemungutan tarif
Kegagalan mengajukan
Akibat BU tidak mampu memenuhi
penyesuaian tarif
standar minimal yang disepakati
Penyesuaian tarif
Subsidi (khususnya tarif) x
Survei user affordability and willingness yang handal
x
Kinerja operasi yang baik; Implementasi regulasi
x
Kinerja operasi yang baik;
periodikterlambat
Implementasi regulasi
Tingkat penyesuaian tarif
x
Kinerja operasi yang baik;
lebih rendah dari proyeksi
Implementasi regulasi
Kesalahan perhitungan
x
estimasi tarif
Survei user affordability and willingness yang handal
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas membangun dan
x
Standar kinerja operasi dan
67
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
memelihara jaringan yang diperlukan Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk Ingkar janji otoritas untuk tidak
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
pengawasan yang baik x
membangun fasilitas penghubung Risiko jaringan (3)
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
x
membangun fasilitas pesaing
Pemahaman kontrak yang baik
Dapat juga menjadi
oleh sektor publik
bagian risiko pendapatan
Pemahaman kontrak yang baik
Dapat juga menjadi
oleh sektor publik
bagian risiko pendapatan
8. RISIKO INTERFACE Risiko Interface (1)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
x
x
Pekerjaan perbaikan oleh pihak Kontrak konstruksi dari
dukungan pemerintah dan yang
yang kualitas pekerjaannya
pihak pemerintah maupun
dikerjakan BU.
lebih rendah
BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
Risiko Interface (2)
Rework yang substantial terkait
Kesepakatan para pihak sedini
Kontrak konstruksi pihak
perbedaan standar / metode layanan
x
mungkin tentang standar /
pemerintah dan BU harus
yang digunakan
metode yang akan diterapkan
selaras dalam kualitas pekerjaan
9. RISIKO POLITIK Pembiayaan domestik
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Akun pembiayaan luar negeri
Rupiah
Penjaminan dari bank sentral
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
x
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan pemerintah Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
x
Mediasi,negosiasi
Kejelasan provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak termasuk
Penjaminan pemerintah
kompensasinya
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
68
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Kombinasi Konsesi Penuh dan O&M Jalan Tol Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
10. RISIKO KEADAAN KAHAR Bencana alam
Force majeure politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tdk tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Dalam struktur kombinasi ini, sedikit berbeda dengan matriks dengan 2 struktur sebelumnya, risiko interface akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab BU. Karenanya, kontrakkonstruksi kepada kontraktor dari pihak pemerintah maupun BU harus selaras dalam menetapkan kualitas pekerjaan yang diinginkan terhadap jaringan jalan tol secara keseluruhan sebagai satu kesatuan. 4.2.4
Matriks Risiko KPS sektor Perkeretaapian
Ada dua matriks risiko disediakan untuk struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana diuraikan pada subbab 2.2.4, yaitu: Konsesi Penuh perkeretaapian dan O&M perkeretaapian. Risiko yang teridentifikasi lebih relevan untuk proyek perkeretaapian yang memberikan jasa transportasi penumpang (dibandingkan kargo). Risiko desain dan konstruksi di sektor ini biasanya lebih tinggi dibandingkan moda transportasi lain (misalnya jalan dan jembatan) karena kompleksitas teknologi yang diterapkan dan spesifikasi yang diperlukan untuk tingkat pelayanan tertentu dari jasa yang diberikan. Untuk risiko yang terkait lingkup kerjama dengan skema TOD, tidak menjadi lingkup risiko proyek yang utama.
4.2.4.1. Konsesi Penuh Perkeretaapian Berikut ini matriks risiko untuk proyek perkeretaapian dengan struktur Konsesi Penuh yang melibatkan desain, konstruksi, pembiayaan, pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas transportasi perkeretaapian secara keseluruhan, termasuk penagihan tiket kepada pelanggan retail/pengguna akhir (penumpang).
69
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Tabel 9. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Perkeretaapian Konsesi Penuh Perkeretaapian Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LAHAN Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan masif
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan yang
x
proyek sebelum proses
dan dipengaruhi trase
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan
rencana
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
dibebaskan
proyek karena proses pembebasan
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan
pembebasan lahan proyek
bisa menjadi kendala
Kompensasi yang wajar dan
Dampak sosial relatif
x
lahan yang sulit Proses pemukiman
Keterlambatan dan kenaikan biaya
x
kembali yang rumit
karena rumitnya isu proses
komunikasi yang baik dengan
luas bila lahan di
pemukiman kembali
pihak yang terkena dampak
perkotaan dan sifatnya masih produktif
Risiko status tanah
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
Melaksanakan
x
validasi
status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
x
Data historis penggunaan lahan
Potensi risiko geoteknis
dan penyelidikan tanah
bisa signifikan karena volume pekerjaan tanah relatif besar
Keterbatasan ruang kerja
Terkait penyediaan lahan untuk ruang
/working space konstruksi
kerja pada masa konstruksi
x
Metode konstruksi yang baik;
Bila ada penolakan
Sosialisasi oleh pemerintah
masyarakat Pemerintah dapat membantu
Kerusakan artefak dan
x
barang kuno pada lokasi
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
Kontaminasi/polusi ke
x
lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
Kerusakan artefak dan
x
barang kuno pada lokasi
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibat spesifikasi output tidak jelas
x
x
Klarifikasi saat proses tender;
Spesifikasi output PJPK
Kapasitas desain yang baik
mengacu ke best practice
70
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Perkeretaapian Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
Publik
Swasta x
yang diminta operator Terlambatnya
Dapat termasuk terlambatnya
penyelesaian konstruksi
pengembalian akses lokasi
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi
berpengalaman dan baik
saat uji operasi teknis
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor
x
yang buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in olehfinancier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
konsorsium)
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
uang
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
Faktor indeksasi tarif;
terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko tertentu tidak lagi tersedia di pasaran
x
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait keadaan kahar
71
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Perkeretaapian Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Risiko asuransi (2)
Publik
Kenaikan substansial tingkat premi
Swasta
Bersama
x
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Konsultansi dengan
terhadap estimasi awal
spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
tersedianya layanan Aksi industri
Spesifikasi output yang jelas kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
x
Menerapkan program
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Pemberdayaan masyarakat Menyusun rencana manajemen
x
operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
profesional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
monitoring proyek
terdeteksi akibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi
dan monitoring oleh Badan Usaha atau
berkala terhadap efektivitas
PJPK
rancangan dan pelaksanaan
Kenaikan biaya O&M
Akibat kesalahan estimasi biayaO& M
x
Menyusun rencana kontrol dan
x
x
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
atau kenaikan tidak terduga Kesalahan estimasi biaya
x
Kesepakatan/kontrak dengan
life cycle
supplier seawal mungkin
Kecelakaan lalu lintas atau
x
Asuransi kewajiban pihak
isu keselamatan
ketiga
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi
Mengakibatkan penurunan pendapatan
volume permintaan
dan defisit bagi BU
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
Pinjaman lunak di awal operasi
Pemerintah, jaminan permintaan minimum dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi pendapatan dari model
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi Pemerintah, jaminan
72
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Perkeretaapian Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
awal
pendapatan minimal dapat dipertimbangkan
Pelanggan akhir tidak
Akibat user affordability and
membayar
willingness di bawah tingkat kelayakan
Kegagalan memungut
x
Sosialisasi yang baik ke publik
Akibat kegagalan / tidak optimalnya
pembayaran tarif
sistem pemungutan tarif
Kegagalan mengajukan
Akibat BU tidak mampu memenuhi
penyesuaian tarif
standar minimal yang disepakati
Penyesuaian tarif
Subsidi (khususnya tarif) x
Survei user affordability and
willingness yang handal x
Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
x
Kinerja operasi yang baik;
periodikterlambat
Regulasi yang mendukung
Tingkat penyesuaian tarif
x
Kinerja operasi yang baik;
lebih rendah dari proyeksi
Regulasi yang mendukung
Kesalahan perhitungan
x
estimasi tarif
Survei user affordability and willingness yang handal
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas untuk membangun
x
Standar kinerja operasi dan
& memelihara jaringan KA yang
pengawasan yang baik
diperlukan Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk
x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas trek penghubung Risiko jaringan (3)
Ingkar janji otoritas untuk tidak
oleh sektor publik x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas pesaing
oleh sektor publik
8. RISIKO INTERFACE Risiko Interface (1)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
x
x
dukungan pemerintah dan yang
yang kualitas pekerjaannya
dikerjakan BU. Risiko Interface (2)
Pekerjaan perbaikan oleh pihak lebih rendah
Rework yang substantial terkait
x
Kesepakatan para pihak sedini
perbedaan standar / metode layanan
mungkin tentang standar /
yang digunakan
metode yang akan diterapkan
9. RISIKO POLITIK x
Pembiayaan domestik
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Akun pembiayaan luar negeri
Rupiah
Penjaminan dari bank sentral
73
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Perkeretaapian Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko
Deskripsi
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan Pemerintah Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
x
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
10. RISIKO KEADAAN KAHAR Bencana alam
Force majeure politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tdk tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, struktur Konsesi Penuh perkeretaapian memiliki sejumlah risiko sektoral (yang mirip dengan risiko dalam Konsesi Penuh jalan tol), yaitu: risiko pembebasan lahan, risiko permintaan, risiko tarif dan risiko interface.
74
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
4.2.4.2. O&M Perkeretaapian Serupa dengan Kontrak O&M di sektor jalan tol, BU memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna akhir (penumpang).Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU dalam menjaga kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif. Tabel 10. Matriks Risiko untuk O&M Perkeretaapian O&M Perkeretaapian Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Gagal menjaga keselamatan
x
dalam lokasi
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusike
x
lingkungan lokasi Risiko status tanah
Implementasi prosedur Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
Melaksanakan validasi status
x
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Terlambatnya
Dapat termasuk terlambatnya
penyelesaian konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga
yang diminta operator Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
tertentu dalam kontrak x
Koordinasi kontraktor dan
dalam uji operasi teknis
operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota konsorsium)
4. RISIKO FINANSIAL
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
Proses PQ untuk memilih sponsor yang kredibel
75
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Perkeretaapian Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
Publik
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
x
uang
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
Faktor indeksasi tarif;
terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko tertentu
x
tidak lagi tersedia di pasaran
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait keadaan kahar
5. .RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
tersedianya layanan Aksi industri
Spesifikasi output yang jelas kebijakan SDM, hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
x
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Pemberdayaan masyarakat x
Terjadinya penyimpangan yang tidak
monitoring proyek
terdeteksi akibat kegagalan kontrol
Implementasi rencana manajemen operasi secara
operasional Proyek Kerjasama Kegagalan kontrol dan
Menerapkan program
profesional x
Menyusun rencana kontrol dan monitoring serta melakukan
76
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Perkeretaapian Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
dan monitoring oleh Badan Usaha atau
evaluasi berkala terhadap
PJPK
efektivitas rancangan dan pelaksanaan
Kenaikan biaya O&M
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
x
atau kenaikan tidak terduga
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
Kesalahan estimasi biaya
x
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
Kecelakaan lalu lintas atau
x
Asuransi kewajiban pihak ketiga
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
Pinjaman lunak di awal operasi
Pemerintah, jaminan
isu keselamatan 6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi volume permintaan
permintaan minimum dapat dipertimbangkan Kesalahan estimasi
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
pendapatan dari model
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimum dapat dipertimbangkan
Pelanggan akhir tidak
Akibat user affordability and
membayar
willingness di bawah tingkat kelayakan
Kegagalan memungut
x
Sosialisasi yang baik ke publik
Akibat kegagalan / tidak optimalnya
pembayaran tarif
sistem pemungutan tarif
Kegagalan mengajukan
Gagalnya penyesuaian tarif karena BU
penyesuaian tarif
tidak mampu memenuhi standar
Subsidi (khususnya tarif) x
Survei user affordability and willingness yang handal
x
Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
minimal yang disepakati Penyesuaian tarif periodik
x
Kinerja operasi yang baik;
terlambat Tingkat penyesuaian tarif
Regulasi yang mendukung x
Kinerja operasi yang baik;
lebih rendah dari proyeksi Kesalahan perhitungan estimasi tarif 7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN
Regulasi yang mendukung x
Survei user affordability and willingness yang handal
77
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Perkeretaapian Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas untuk
Publik
Swasta
x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Standar kinerja operasi dan
membangun dan memelihara jaringan
pengawasan yang baik
yang diperlukan Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk
x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas jalan
oleh sektor publik
penghubung Risiko jaringan (3)
Ingkar janji otoritas untuk tidak
x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas pesaing
oleh sektor publik
8. RISIKO INTERFACE Risiko Interface (1)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
Pekerjaan perbaikan oleh pihak
Kontrak konstruksi dari
dukungan pemerintah dan yang
x
x
yang kualitas pekerjaannya lebih
pihak pemerintah maupun
dikerjakan BU.
rendah
BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
Risiko Interface (2)
Rework yang substantial terkait
x
Kesepakatan para pihak sedini
Kontrak konstruksi dari
perbedaan standar / metode layanan
mungkin tentang standar /
pihak pemerintah maupun
yang digunakan
metode yang akan diterapkan
BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
9. RISIKO POLITIK Pembiayaan domestik
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Akun pembiayaan luar negeri
Rupiah
Penjaminan dari bank sentral
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
x
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan pemerintah Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
dan spesifik
x
-Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
-Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
-Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
78
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Perkeretaapian Kategori Risiko dan
Deskripsi
Publik
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak /
x
persetujuan perencanaan
tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Peristiwa Risiko
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeure politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tdk tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Transfer bisnis KA
Ketidakpastian kondisi bisnis setalah
x
Studi
eksisting
transfer dari operator sebelumnya
Transfer aset KA eksisting
Tidak terantisipasinya kondisi trek yang dibangun
kelayakan
bisnis yang
baik dan lengkap (dalam PFS) x
Studi kelayakan aset yang baik dan lengkap (dalam PFS)
Seperti sektor jalan tol, risiko khusus dalam struktur O&M perkeretaapian ini (dibandingkan dengan Konsesi Penuh perkeretaapian) adalah risiko lokasi (yaitu yang berhubungan dengan pembebasan tanah), risiko desain konstruksi & uji-operasi dan risiko kepemilikan/pengalihan aset. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih menjadi perhatian BU, hanya eksposurnya mungkin tidak sebesar pada proyek Konsesi Penuh.
4.2.5
Matriks Risiko KPS sektor Ketenagalistrikan
Matriks risiko disediakan untuk 2 struktur KPS yang diidentifikasi untuk sektor ini sebagaimana dijelaskan pada subbab 2.2.5 yaitu: BOT Ketenagalistrikan dan BOO Ketenagalistrikan.
79
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
4.2.5.1. BOT Ketenagalistrikan Berikut ini matriks risiko untuk suatu proyek pembangkit listrik dengan kontrak BOT (Build, Operate, Transfer). BU (umumnya dikenal sebagai IPP) menjual tenaga listrik kepada PLN sebagai pembeli ( off-taker) selama periode perjanjian jual beli listrik (PPA) dan akan menyerahkan unit pembangkit listrik kepada PLN setelah kontrak tersebut berakhir. Tabel 11. Matriks Risiko untuk BOT Ketenagalistrikan BOT Ketenagalistrikan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LAHAN Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan untuk
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan
x
proyek sebelum proses
pembangkit sudah
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
diidentifikasi dengan jelas
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
dibebaskan
proyek karena proses pembebasan
x
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
bisa menjadi kendala
Proses pemukiman
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Kompensasi yang wajar dan
Kebutuhan lahan proyek
kembali yang rumit
karena rumitnya isu proses
x
komunikasi yang baik kepada
ini biasanya tidak luas
pemukiman kembali
pihak yang terkena dampak
dan dampak sosial relatif kecil
Risiko status tanah
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
x
Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
x
Data historis penggunaan lahan
Karena lahan tidak luas
dan penyelidikan tanah
risiko geoteknis relatif bisa dikelola
Kerusakan artefak
x
danbarang kuno pada
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
lokasi Gagal menjaga keselamatan
x
dalam lokasi Kontaminasi/polusike
Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
x
Kesesuaian dengan
80
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Ketenagalistrikan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
lingkungan lokasi
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
studi Amdal yang baik
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibat spesifikasi output tidak jelas
x
x
Klarifikasi saat proses tender; Kapasitas desain yang baik
Spesifikasi output PJPK harus mengacu ke best
practice Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
yang diminta operator Terlambatnya penyelesaian
Dapat termasuk terlambatnya
konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi
berpengalaman dan baik
saat uji operasi teknis
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor yang
x
buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
konsorsium)
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
uang
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi life-cycle cost
x
Faktor indeksasi tarif;
Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila
81
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Ketenagalistrikan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
x
tertentu tidak lagi tersedia di pasaran
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait keadaan kahar
Risiko asuransi (2)
Kenaikan substansial tingkat premi
x
terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
tersedianya layanan Aksi industri
Spesifikasi output yang jelas kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
x
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented; Pemberdayaan masyarakat
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Menerapkan program
x
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
profesional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
x
x
monitoring proyek
terdeteksiakibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi
dan monitoring oleh Badan Usaha
berkala terhadap efektivitas
atau PJPK Kenaikan biaya O&M
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
rancangan dan pelaksanaan x
atau kenaikan tidak terduga Kesalahan estimasi biaya
karena inefisiensi unit
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
x
life cycle Kenaikan biaya energi–
Menyusun rencana kontrol dan
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
x
Kualitas dan spesifikasi unit yang baik
82
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Ketenagalistrikan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Tidak teraturnya
Swasta x
ketersediaan utilitas Gangguan (downtime)
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Biasanya diantisipasi
back up listrik/utilitas lainnya
sedini mungkin
berkepanjangan x
bakar Menurunnya kualitas
x
bahan bakar Ketidakpastian tersedianya
x
Kontrak suplai bahan bakar
bahan bakar
jangka panjang
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan volume
x
Survei volume permintaan yang
permintaan output proyek
handal
Pelanggan akhir tidak
Akibat user affordability and
membayar
willingness di bawah tingkat
x
Subsidi (khususnya tarif) Sosialisasi yang baik ke publik
kelayakan Penyesuaian tarif periodik
x
Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
terlambat Tingkat penyesuaian tarif
x
Kinerja operasi yang baik;
lebih rendah dari proyeksi
Regulasi yang mendukung
Kesalahan perhitungan
x
estimasi tarif
Survei user affordability and willingness yang handal
7.RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas untuk menjaga
x
jaringan transmisi yang diperlukan Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk membangun
Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik
x
fasilitas yang diperlukan
Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik
8. RISIKO INTERFACE Risiko interface (1)
Output tidak terserap di awal periode operasional
x
Perencanaan yang baik Jaringan distribusi yang handal
9. RISIKO POLITIK
Alokasi Risiko
Tindakan antisipasi: fasilitas
x
Berkurangnya suplai bahan
Kondisi Spesifik terkait
83
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Ketenagalistrikan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Publik
Swasta
Bersama
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan bank sentral
Rupiah Mata uang asing tidak
Strategi Mitigasi Sesuai
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan bank sentral
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan Pemerintah Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan Pemerintah
termasuk kompensasinya
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
akses ke lokasi proyek
/tidak wajar dari otoritas terkait
Risiko parastatal (1)
Wanprestasi kewajiban kontraktual
x
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x x
akibat privatisasi offtaker atau default
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya Asuransi Risiko Politik
x
Penjaminan pemerintah
PJPK sebagai offtaker Risiko parastatal (2)
Provisi kontrak yang jelas
Asuransi Risiko Politik
x
Penjaminan pemerintah
PJPK 10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeur politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Setiap pihak dapat mengakhiri
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
84
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Ketenagalistrikan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
asuransi tdk ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Transfer aset setelah
Asuransi
x
kontrak KPS berakhir
Umumnya dalam struktur BOT Ketenagalistrikan, risiko spesifiknya adalah risiko pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian jual beli listrik (PPA). Risiko sektor spesifik lainnya adalah risiko parastatal (pelanggaran kontrak oleh off-taker dan privatisasi off-taker).
4.2.5.2 . BOT Mulut Tambang Berikut ini matriks risiko untuk suatu proyek pembangkit listrik mulut tambang dengan kontrak BOT (Build, Operate, Transfer). Sebagaimana diuraikan sebelumnya, struktur BOT dipilih karena pertimbangan teknologi yang relatif tinggi dan lokasi tambang pemasok batu bara pembangkit swasta ditentukan oleh (dan kemudian dimiliki oleh) PLN yang juga sebagai PJPK. Tabel 12. Matriks Risiko untuk BOT Mulut Tambang BOT Mulut Tambang Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LAHAN Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan proyek
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan
proyek sebelum proses
juga sangat tergantung
pembebasan lahan
yang berkepanjangan
pengadaan,
dari lokasi tambang
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
x
yang dipilih dibebaskan
Status hukum lahan dan
Kompleksitas
proyek karena proses pembebasan
prosedur yang jelas dalam
bertambah apabila
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
kesepakatan harga
x
tambang tidak dapat tercapai Proses pemukiman kembali
Keterlambatan dan kenaikan biaya
yang rumit
karena rumitnya isu proses
x
Kompensasi yang wajar dan
Biasanya lokasi tambang
komunikasi yang baik dengan
terpencil sehingga isu
85
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Mulut Tambang Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice pihak yang terkena dampak
pemukiman kembali Risiko status tanah
Bersama
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko ini relatif bisa dikelola
Melaksanakan validasi status
x
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi, baik pembangkit
x
Data historis penggunaan
Alokasi risiko ke sektor
lahan dan penyelidikan tanah
publik karena opsi
maupun tambang batubara
kepemilikan tambang oleh sektor publik
Kerusakan artefak
x
danbarang kuno pada
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
lokasi Gagal menjaga
x
keselamatan dalam lokasi
Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi
x
ke lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibat spesifikasi output tidak jelas
Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
x
Klarifikasi saat proses tender;
Spesifikasi output PJPK
Kapasitas desain yang baik
harus mengacu ke best
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi
berpengalaman dan baik
saat uji operasi teknis
practice x
yang diminta operator Terlambatnya penyelesaian
Dapat termasuk terlambatnya
konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor yang buruk
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
86
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Mulut Tambang Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Default sub-kontraktor
Publik
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel
x
konsorsium)
Proses PQ untuk memilih sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
uang
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
Faktor indeksasi tarif;
dalam estimasi life-cycle cost
Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
Fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
x
tertentu tidak lagi tersedia di pasaran
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait keadaan kahar
Risiko asuransi (2)
Kenaikan substansial tingkat premi
x
terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
tersedianya layanan Aksi industri
Spesifikasi output yang jelas Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf
industrial yang baik
operator,subkontraktor atau penyuplai
87
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Mulut Tambang Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Risiko sosial danbudaya
Risiko yang timbul karena tidak
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat x
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
profesional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
monitoring proyek
terdeteksi akibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi
dan monitoring oleh Badan Usaha atau
berkala terhadap efektivitas
PJPK
rancangan dan pelaksanaannya
Kenaikan biaya O&M
x
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
x
x
atau kenaikan tidak terduga
Menyusun rencana kontrol dan
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
Kesalahan estimasi biaya
x
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
Kenaikan biaya energi–
x
karena inefisiensi unit
Kualitas dan spesifikasi unit yang baik
Tidak teraturnya
x
ketersediaan utilitas
Tindakan antisipasi: fasilitas
Biasanya sudah harus
back up listrik/utilitas lainnya
diantisipasi sedini mungkin
Gangguan (downtime)
x
berkepanjangan Kenaikan biaya bahan
Risiko ini bisa dipicu kenaikan harga
bakar
batubara di pasar ekspor
x
Kontrak suplai bahan bakar
Meski dalam opsi ini
jangka panjang;
tambang dimiliki oleh
Operator tambang yang baik; Regulasi harga batubara
sektor publik, risiko suplai bahan bakar erat terkait operasional tambang
Berkurangnya suplai atau
Risiko ini bisa dipicu
menurunnya kualitas
kenaikan harga batubara di
bahan bakar
pasar ekspor
x
Kontrak suplai bahan bakar
Meski dalam opsi ini
jangka panjang;
tambang dimiliki oleh
Operator tambang yang baik; Regulasi harga batubara
sektor publik, risiko suplai bahan bakar erat terkait operasional tambang
88
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Mulut Tambang Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Ketidakpastian tersedianya
Risiko ini bisa dipicu tidak selaranya
bahan bakar
waktu produksi tambang dengan
Publik
Swasta
x
masa operasional pembangkit
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Best Practice
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
Kontrak suplai bahan bakar
Meski dalam opsi ini
jangka panjang;
tambang dimiliki oleh
Operator tambang yang baik; Regulasi harga batubara
sektor publik, risiko suplai bahan bakar erat terkait operasional tambang
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan volume
x
Survei volume permintaan yang
permintaan output proyek
handal
Pelanggan akhir tidak
Akibat user affordability and
membayar
willingness di bawah tingkat kelayakan
Penyesuaian tarif periodik
x
Subsidi (khususnya tarif) Sosialisasi yang baik ke publik
x
Kinerja operasi yang baik dan
terlambat
jelas;
Tingkat penyesuaian tarif
x
Kinerja operasi yang baik dan
lebih rendah dari proyeksi
jelas;
Kesalahan perhitungan
x
estimasi tarif
Survei user affordability and willingness yang handal
7.RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas untuk menjaga
x
jaringan transmisi yang diperlukan Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk membangun
Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik
x
fasilitas yang diperlukan
Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik
8. RISIKO INTERFACE Risiko interface (1)
Output tidak terserap di awal periode
x
Perencanaan yang baik Jaringan distribusi yang handal
operasional 9. RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
x
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral
Rupiah Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Pembiayaan domestik
x
Pembiayaan domestik Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan bank sentral
x
Mediasi,negosiasi
89
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
BOT Mulut Tambang Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan Pemerintah Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik
Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan Pemerintah
termasuk kompensasinya
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan
persetujuan perencanaan
sepihak/tidak wajar dari otoritas
x
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
terkait Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
akses ke lokasi proyek
/tidak wajar dari otoritas terkait
Risiko parastatal (1)
Wanprestasi kewajiban kontraktual
x x
akibat privatisasi offtaker atau default
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya Asuransi Risiko Politik
x
Penjaminan pemerintah
PJPK sebagai offtaker Risiko parastatal (2)
Provisi kontrak yang jelas
Asuransi Risiko Politik
x
Penjaminan pemerintah
PJPK 10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeur politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Setiap pihak dapat mengakhiri
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun Transfer aset setelah kontrak KPS berakhir
Kebakaran, ledakan, dsb
x x
Asuransi
90
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Dari matriks risiko di atas, terkait dengan opsi struktur proyek KPS mulut tambang yang dipilih, terlihat bahwa ada beberapa risiko baru yang muncul akibat kepemilikan tambang batubara oleh PJPK yaitu risiko lahan (terkait biaya dan proses akuisisi tambang, risiko geoteknik tambang). Selain itu, meskipun struktur ini dipilih untuk meminimalkan risiko ketersediaan bahan bakar pembangkit (subset dari risiko operasi), risiko kenaikan biaya dan ketersediaan suplai batubara sangat terkait operasional tambang. Lebih jauh, risiko suplai bahan bakar bisa juga dipicu tidak selarasnya kesiapan produksi tambang dengan kesiapan operasional pembangkit. Sebagai langkah mitigasi, selain keterlibatan operator tambang yangkredibeldankontrak suplai jangka panjang, pengaturan suplai dan harga batubara mulut tambang juga diperlukan terkait potensi pengalihan suplai sebagai dampak akibat kenaikan harga batubara di pasar ekspor atau industri lainnya. 4.2.6
Matriks Risiko KPS sektor Kepelabuhanan
4.2.6.1. Konsesi Penuh Kepelabuhanan Matriks risiko berikut ini mengacu pada proyek pelabuhan dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan fasilitas kepelabuhanan, termasuk pemungutan tarif kepada pelanggan akhir. Tabel 13. Matrik Risiko untuk Konsesi Penuh Kepelabuhanan Konsesi Penuh Kepelabuhanan Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko
Deskripsi
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan yang
x
proyek sebelum proses
biasanya masif dan
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan,
dipengaruhi dari trase
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
dibebaskan
yang direncanakan x
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
proyek karena proses pembebasan
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
bisa menjadi kendala
Proses pemukiman kembali
Keterlambatan dan kenaikan
Kompensasi yang wajar dan
Dampak sosial relatif
yang rumit
biayakarenarumitnya isu proses
x
komunikasi yang baik ke pihak
luas bila lahan di
pemukiman kembali
yang terkena dampak
perkotaan dan sifatnya masih produktif
91
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Kepelabuhanan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Risiko status tanah
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
Publik
Swasta
x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
x
Data historis penggunaan lahan
Karena lahan tidak luas,
dan penyelidikan tanah
risiko geoteknis relatif bisa dikelola
Kerusakan artefak dan
x
barang kuno pada lokasi
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
Gagal menjaga
x
keselamatan dalam lokasi
Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusi ke
x
lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibatspesifikasi output tidak jelas
x
x
Klarifikasi saat proses tender; Kapasitas desain yang baik
Spesifikasi output PJPK harus mengacu ke best
practice Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
yang diminta operator Terlambatnya penyelesaian
Dapat termasuk terlambatnya
konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi
berpengalaman dan baik
saat uji operasi teknis
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor yang
x
buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke terminasi/step-in oleh financier
x
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
92
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Kepelabuhanan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Publik
Swasta x
konsorsium)
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
uang
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
Faktor indeksasi tarif;
terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
x
tertentu tidak lagi tersedia di pasaran
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait keadaan kahar
Risiko asuransi (2)
Kenaikan substansial tingkat premi
x
terhadap estimasi awal
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
tersedianya layanan Aksi industri
Spesifikasi output yang jelas Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
x
Menerapkan program
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek
Pemberdayaan masyarakat
93
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Kepelabuhanan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Publik
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
profesional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
x
x
monitoring proyek
terdeteksiakibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi
dan monitoring oleh Badan Usaha atau
berkala terhadap efektivitas
PJPK Kenaikan biaya O&M
Menyusun rencana kontrol dan
rancangan dan pelaksanaannya
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
x
atau kenaikan tidak terduga
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
Kesalahan estimasi biaya
x
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan supplier sedini mungkin
Kecelakaan lalu lintas atau
x
isu keselamatan
Asuransi kewajiban pihak ketiga
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi
x
volume permintaan
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
Pinjaman lunak di awal operasi
Pemerintah, jaminan permintaan minimum dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
pendapatan dari model
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimal dapat dipertimbangkan
Pelanggan akhir tidak
Akibat user affordability and
membayar
willingness di bawah tingkat kelayakan
Kegagalan memungut
sistem pemungutan tariff
Kegagalan mengajukan
Akibat BU tidak mampu memenuhi
penyesuaian tarif
standar minimal yang disepakati
Subsidi (khususnya tarif) Sosialisasi yang baik ke publik
Akibat kegagalan / tidak optimalnya
pembayaran tarif
Penyesuaian tarif
x x
Survei user affordability and willingness yang handal
x
Kinerja operasi yang baik dan jelas;
x
Kinerja operasi yang baik dan
periodikterlambat Tingkat penyesuaian tarif
jelas; x
Kinerja operasi yang baik dan
lebih rendah dari proyeksi Kesalahan perhitungan
jelas; x
Survei user affordability and
94
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Kepelabuhanan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
willingness yang handal
estimasi tarif 7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas untuk
x
Standar kinerja operasi dan
membangun & memelihara jaringan
pengawasan yang baik
sesuai rencana Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk
x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas penghubung Risiko jaringan (3)
Ingkar janji otoritas untuk tidak
oleh sektor public x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas pesaing
oleh sektor public
8. RISIKO INTERFACE Risiko interface (1)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
Pekerjaan perbaikan oleh pihak
Kontrak konstruksi dari
dukungan pemerintah dan yang
x
x
yang mutu pekerjaannya lebih
pihak pemerintah
dikerjakan BU.
rendah
maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
Risiko interface (2)
Rework yang substantial terkait
x
Kesepakatan para pihak sedini
Kontrak konstruksi dari
perbedaan standar / metode layanan
mungkin tentang standar /
pihak pemerintah
yang digunakan
metode yang akan diterapkan
maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
9. RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral
Rupiah Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan bank sentral
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan Pemerintah Perubahan regulasi (dan pajak) yang umum
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
95
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Kepelabuhanan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
Publik
Swasta
Bersama
x
dan spesifik
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Mediasi,negosiasi
Selain memiliki provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak yang jelas
Penjaminan pemerintah
termasuk kompensasinya
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
x
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeur politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tdk tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Profil alokasi risiko pada struktur Konsesi Penuh pelabuhan laut ini mirip dengan Konsesi Penuh perkeretaapian, dimana risiko spesifiknya juga adalah risiko pembebasan tanah, risiko operasi tertentu (misalnya kecelakaan lalu lintas atau masalah keselamatan umum), risiko permintaan, risiko tarif, dan resiko interface (terhadap standar layanan dan teknologi). 4.2.7
Matriks Risiko KPS sektor Kebandaraan
4.2.7.1 Konsesi Penuh Kebandaraan Berikut ini matriks risiko untuk proyek kebandaraan dengan struktur Konsesi Penuh yang mencakup desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan fasilitas bandara, termasuk penagihan tarif kepada pelanggan.
96
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Tabel 14. Matriks Risiko untuk Konsesi Penuh Kebandaraan Konsesi Penuh Kebandaraan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Keterlambatan dan
Keterlambatan dan kenaikan biaya
Pemerintah menyediakan lahan
Kebutuhan lahan
kenaikan biaya
akibat proses pembebasan lahan yang
x
proyek sebelum proses
biasanya masif dan
pembebasan lahan
berkepanjangan
pengadaan,
dipengaruhi dari trase
Lahan tidak dapat
Kegagalan perolehan lokasi lahan
dibebaskan
yang direncanakan x
Status hukum lahan dan
Kejelasan status hukum
proyek karena proses pembebasan
prosedur yang jelas dalam
dan tata ruang lahan
lahan yang sulit
pembebasan lahan proyek
bisa menjadi kendala
Kompensasi yang wajar dan
Dampak sosial relatif
Proses pemukiman kembali
Keterlambatan dan kenaikan
x
yang rumit
biayakarenarumitnya isu proses
komunikasi yang baik dengan
luas bila lahan di
pemukiman kembali
pihak yang terkena dampak
perkotaan dan sifatnya masih produktif
Risiko status tanah
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
x
Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
Kesulitan pada kondisi
Keterlambatan karena ketidakpastian
lokasi yang tak terduga
kondisi lokasi
x
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
Kerusakan artefak
x
danbarang kuno pada
Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah
lokasi Gagal menjaga
x
keselamatan dalam lokasi
Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusike
x
lingkungan lokasi
Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi
Keterlambatan dan kenaikan biaya
output
akibatspesifikasi output tidak jelas
Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
x x
yang diminta operator Terlambatnya penyelesaian
Dapat termasuk terlambatnya
konstruksi
pengembalian akses lokasi
x
Klarifikasi saat proses tender;
Spesifikasi output PJPK
Kapasitas desain yang baik
mengacu ke best practice
Konsultan desain yang
Biasanya teridentifikasi
berpengalaman dan baik
saat uji operasi teknis
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
97
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Kebandaraan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Kenaikan biaya konstruksi
Publik
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
x
dalam uji operasi teknis
Koordinasi kontraktor dan operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Kinerja subkontraktor yang
x
buruk
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default sub-kontraktor
x
Proses pemilihan subkontraktor yang kredibel
Default BU
Default BU yang mengarah ke
x
terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
x
anggotakonsorsium)
Proses PQ untuk memilih sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
uang
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
Faktor indeksasi tarif;
terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko
x
tertentu tidak lagi tersedia di pasaran
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait keadaan kahar
Risiko asuransi (2)
Kenaikan substansial tingkat premi terhadap estimasi awal
x
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
98
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Kebandaraan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
Spesifikasi output yang jelas
tersedianya layanan Aksi industri
kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial dan budaya
Risiko yang timbul karena tidak
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek
Pemberdayaan masyarakat
Kegagalan manajemen
Kegagalan atauketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
x
x
Menerapkan program
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
operasional Proyek Kerjasama
profesional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
x
x
monitoring proyek
terdeteksiakibat kegagalan kontrol
monitoring serta evaluasi
dan monitoring oleh Badan Usaha atau
berkala terhadap efektivitas
PJPK Kenaikan biaya O&M
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M
rancangan dan pelaksanaan x
atau kenaikan tidak terduga Kesalahan estimasi biaya
x
life cycle
Operator yang handal;
Dapat dipicu dari
Faktor eskalasi dalam kontrak;
keusangan teknologi
Bisnis plan yang komprehensif
yang digunakan
Kesepakatan/kontrak dengan supplier sedini mungkin
Kecelakaan lalu lintas atau
x
isu keselamatan Risiko “hit and run”
Menyusun rencana kontrol dan
Asuransi kewajiban pihak ketiga
Cost overrun dari Idle facility akibat permintaan airline yang pailit
x
Bisnis plan yang komprehensif; Operator yang handal;
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi volume permintaan
x
Survei permintaan yang handal;
Bila dipicu aksi
Pinjaman lunak di awal operasi
Pemerintah, jaminan permintaan minimum dapat dipertimbangkan
99
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Kebandaraan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Kesalahan estimasi
Swasta x
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Survei permintaan yang handal;
Bila dipicu aksi
pendapatan dari model
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimal dapat dipertimbangkan
Pelanggan akhir tidak
User affordability and willingness di
membayar
bawah tingkat kelayakan
Kegagalan memungut
x
Sosialisasi public yang baik
Akibat kegagalan / tidak optimalnya
pembayaran tarif
sistem pemungutan tarif
Kegagalan mengajukan
Akibat BU tidak mampu memenuhi
penyesuaian tarif
standar minimal yang disepakati
Penyesuaian tarif
Subsidi (khususnya tarif) x
Survei user affordability and willingness yang handal
x
Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
x
Kinerja operasi yang baik;
periodikterlambat
Regulasi yang mendukung
Tingkat penyesuaian tarif
x
Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
lebih rendah dari proyeksi Kesalahan perhitungan
x
estimasi tarif
Survei user affordability and willingness yang handal
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas untuk membangun
x
Standar kinerja operasi dan
& memelihara jaringan sesuai rencana Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk
pengawasan yang baik x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas penghubung Risiko jaringan (3)
Ingkar janji otoritas untuk tidak
oleh sektor publik x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas pesaing
oleh sektor publik
8. RISIKO INTERFACE Risiko interface (1)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
Pekerjaan perbaikan oleh pihak
Kontrak konstruksi dari
dukungan pemerintah dan yang
x
x
yang kualitas pekerjaannya
pihak pemerintah
dikerjakan BU.
lebih rendah
maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
Risiko interface (2)
Rework yang substantial terkait
x
Kesepakatan para pihak sedini
Kontrak konstruksi dari
perbedaan standar / metode layanan
mungkin tentang standar /
pihak pemerintah
yang digunakan
metode yang akan diterapkan
maupun BU harus selaras dalam kualitas
100
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Konsesi Penuh Kebandaraan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko pekerjaan
9. RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri
Penjaminan dari bank sentral
Rupiah Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral
Risiko ekspropriasi
Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa
Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
kompensasi (yang memadai)
Penjaminan Pemerintah Perubahan regulasi (dan
Bisa dianggap sebagai risiko bisnis
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan
Berbentuk kebijakan pajak oleh
pajak) yang diskriminatif
otoritas terkait (pusat atau daerah)
x
dan spesifik Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
persetujuan perencanaan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
x
Mediasi,negosiasi
Kejelasan provisi
Asuransi Risiko Politik
kontrak termasuk
Penjaminan pemerintah
kompensasinya
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu
termasuk kompensasinya
selain perencanaan
10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeure politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tdk tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
101
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
Mirip dengan Konsesi Penuh kepelabuhanan laut dan perkeretaapian, risiko spesifik yang melekat pada Konsesi Penuh kebandaraan adalah risiko pembebasan lahan, risiko permintaan dan tarif, dan resiko interface yaitu atas standar penyerahan dan teknologi.
4.2.7.2 O&M Kebandaraan Serupa dengan Kontrak O&M di sektor jalan tol, BU memelihara fasilitas dan menagih pembayaran dari pelanggan retail/pengguna akhir (penumpang).Pendapatan diperhitungkan sebagai bagian dari pembayaran yang dikumpulkan untuk insentif BU dalam menjaga kualitas pelayanan. BU juga akan memperhatikan baik masalah lalu lintas maupun tarif. Tabel 15. Matriks Risiko untuk O&M Kebandaraan O&M Kebandaraan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Gagal menjaga
x
keselamatan di lokasi
keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusike
x
lingkungan lokasi Risiko status tanah
Implementasi prosedur Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik
Kepemilikan sertifikat tanah ganda
x
Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek
kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kependudukan)
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Terlambatnya penyelesaian
Dapat termasuk terlambatnya
konstruksi
pengembalian akses lokasi
Kenaikan biaya konstruksi
x
Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar
x
Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak
Kesalahan desain
Menyebabkan ekstra/revisi desain
x
Kesepakatan faktor eskalasi
yang diminta operator Risiko uji operasi
Kesalahan estimasi waktu/ biaya
harga tertentu dalam kontrak x
Koordinasi kontraktor dan
dalam uji operasi teknis
operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR Default BU
Default BU yang mengarah ke terminasi/step-in oleh financier
x
Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid
102
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Kebandaraan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko Default sponsor proyek
Default pihak sponsor (atau anggota
Publik
Swasta x
konsorsium)
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai
Tidak tercapainya financial close
financial close
karena ketidakpastian kondisi pasar
Risiko struktur finansial
Inefisiensi karena struktur modal
x
Koordinasi yang baik dengan
Bisa juga karena
potential lenders
conditions precedence tidak terpenuhi
x
proyek yang tidak optimal Risiko nilai tukar mata
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
x
uang
Instrumen lindung nilai;
Bisa dibagi dengan
Pembiayaan dalam Rupiah
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi
x
Faktor indeksasi tarif;
terhadap asumsi dalam life-cycle cost
Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko suku bunga
fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku
x
bunga
Lindung nilai tingkat suku
Bisa dibagi dengan
bunga
Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim
Risiko asuransi (1)
Cakupan asuransi untuk risiko tertentu
x
tidak lagi tersedia di pasaran
Konsultansi dengan
Khususnya untuk
spesialis/broker asuransi
cakupan risiko terkait keadaan kahar
5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun
x
Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak
Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x
Operator yang handal;
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
tersedianya layanan Aksi industri
Spesifikasi output yang jelas kebijakan SDM dan hubungan
Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik
subkontraktor atau penyuplai
Risiko sosial danbudaya
Risiko yang timbul karena tidak
x
lokal
diperhitungkannya budaya atau
pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat
yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen
Kegagalan atau ketidakmampuan
proyek
Badan Usaha dalam mengelola
Menerapkan program
Pemberdayaan masyarakat x
Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan secara
103
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Kebandaraan Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko
Deskripsi
Publik
Swasta
operasional Proyek Kerjasama
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
profesional
Kegagalan kontrol dan
Terjadinya penyimpangan yang tidak
monitoring proyek
terdeteksiakibat kegagalan kontrol dan
x
x
Menyusun rencana kontrol dan monitoring serta evaluasi
monitoring oleh Badan Usaha atau PJPK
berkala terhadap efektivitas rancangan dan pelaksanaan
Kenaikan biaya O&M
Akibat kesalahan estimasi biayaO&M
x
atau kenaikan tidak terduga
Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak
Kesalahan estimasi biaya
x
life cycle
Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin
Kecelakaan lalu lintas atau
x
isu keselamatan
Asuransi kewajiban pihak ketiga
6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi
x
volume permintaan
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
Pinjaman lunak di awal operasi
Pemerintah, jaminan permintaan minimum dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi
x
Survei lalu lintas yang handal;
Bila dipicu aksi
pendapatan dari model
Pemerintah, jaminan
awal
pendapatan minimum dapat dipertimbangkan
Pelanggan akhir tidak
Akibat user affordability and
membayar
willingness di bawah tingkat kelayakan
Kegagalan memungut
x
Sosialisasi yang baik ke publik
Akibat kegagalan / tidak optimalnya
pembayaran tarif
sistem pemungutan tarif
Kegagalan mengajukan
Gagalnya penyesuaian tarif karena BU
penyesuaian tarif
tidak mampu memenuhi standar
Subsidi (khususnya tarif) x
Survei user affordability and willingness yang handal
x
Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
minimal yang disepakati Penyesuaian tarif periodik
x
terlambat Tingkat penyesuaian tarif lebih rendah dari proyeksi
Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
x
Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung
104
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Kebandaraan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Peristiwa Risiko
Publik
Kesalahan perhitungan
Swasta x
estimasi tarif
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Survei user affordability and willingness yang handal
7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN Risiko jaringan (1)
Ingkar janji otoritas untuk membangun
x
Standar kinerja operasi dan
dan memelihara jaringan yang
pengawasan yang baik
diperlukan Risiko jaringan (2)
Ingkar janji otoritas untuk membangun
x
Pemahaman kontrak yang baik
fasilitas jalan penghubung Risiko jaringan (3)
Ingkar janji otoritas untuk tidak
oleh sektor publik x
Pemahaman kontrak yang baik
membangun fasilitas pesaing
oleh sektor publik
8. RISIKO INTERFACE Risiko Interface (1)
Ketimpangan kualitas pekerjaan
x
x
Pekerjaan perbaikan oleh pihak Kontrak konstruksi dari
dukungan pemerintah dan yang
yang kualitas pekerjaannya
pihak pemerintah
dikerjakan BU.
lebih rendah
maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
Risiko Interface (2)
Rework yang substantial terkait
x
Kesepakatan para pihak sedini
Kontrak konstruksi dari
perbedaan standar / metode layanan
mungkin tentang standar /
pihak pemerintah
yang digunakan
metode yang akan diterapkan
maupun BU harus selaras dalam kualitas pekerjaan
9. RISIKO POLITIK Pembiayaan domestik
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak tersedianya
dapat dikonversi
dan/atau tidak bisa dikonversi dari
Akun pembiayaan luar negeri
Rupiah
Penjaminan dari bank sentral
Mata uang asing tidak
Mata uang asing tidak bisa ditransfer
dapat direpatriasi
ke negara asal investor
x
Pembiayaan domestik
x
Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral
Risiko ekspropriasi
Proyek bisa juga diambilalih atau
Mediasi,negosiasi
x
Asuransi Risiko Politik
diterminasi akibat defaultPJPK
Penjaminan pemerintah Perubahan regulasi (dan
x
pajak) yang umum Perubahan regulasi (dan pajak) yang diskriminatif
x
Mediasi,negosiasi Asuransi Risiko Politik
105
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
O&M Kebandaraan Kategori Risiko dan
Deskripsi
Publik
Keterlambatan perolehan
Hanya jika dipicu keputusan sepihak /
x
persetujuan perencanaan
tidak wajar dari otoritas terkait
Gagal/terlambatnya
Hanya jika dipicu keputusan sepihak
perolehan persetujuan
/tidak wajar dari otoritas terkait
Peristiwa Risiko
Swasta
Bersama
Strategi Mitigasi Sesuai
Kondisi Spesifik terkait
Best Practice
Alokasi Risiko
Penjaminan pemerintah
dan spesifik
Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
x
Provisi kontrak yang jelas
Biasanya terkait isu selain
termasuk kompensasinya
perencanaan
10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam
Force majeure politis
Peristiwa perang, kerusuhan,
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
Asuransi, bila dimungkinkan
x
gangguan keamanan masyarakat Cuaca ekstrim
Force majeure
Jika di atas 6-12 bulan,dapat
Setiap pihak dapat mengakhiri
Terutama bila asuransi
berkepanjangan
mengganggu aspek ekonomis pihak
kontrak KPS dan memicu
tdk tersedia untuk risiko
yang terkena dampak (terutama bila
terminasi dini
tertentu
asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun
Kebakaran, ledakan, dsb
x
Asuransi
Transfer bisnis KA
Ketidakpastian kondisi bisnis setalah
x
Studi
eksisting
transfer dari operator sebelumnya
Transfer aset KA eksisting
Tidak terantisipasinya kondisi trek yang dibangun
kelayakan
bisnis yang
baik dan lengkap (dalam PFS) x
Studi kelayakan aset yang baik dan lengkap (dalam PFS)
Seperti sektor jalan tol, risiko khusus dalam struktur O&M kebandaraan ini (dibandingkan dengan Konsesi Penuh perkeretaapian) adalah risiko lokasi (yaitu yang berhubungan dengan pembebasan tanah), risiko desain konstruksi & uji-operasi dan risiko kepemilikan/pengalihan aset. Pada risiko sektoral spesifik lainnya (risiko permintaan, risiko jaringan dan risiko interface), masih menjadi perhatian BU, hanya eksposurnya mungkin tidak sebesar pada proyek Konsesi Penuh.
106
5
KPS di Indonesia: Acuan Alokasi Risiko
RINGKASAN Dari diskusi di atas, khususnya pada alokasi risiko pada setiap sektor dan struktur KPS, ada beberapa persamaan dan perbedaan dalam bagaimana alokasi setiap peristiwa risiko antara sektor publik dan sektor swasta, termasuk saat risiko harus ditanggung bersama oleh kedua pihak. Ringkasan dari matriks-matriks risiko tersebut ditampilkan pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Ringkasan Matriks risiko untuk Semua Sektor dan Struktur KPS Alokasi
Persamaan
Perbedaan
Sektor Publik
-
Risiko lokasi (terkait pembebasan lahan dan status lahan) Risiko politik - Currency inconvertibiity & Non transfer - Ekspropriasi/pengambil alihan - Perubahan Perundangan (termasuk pajak) diskriminatif & spesifik - Perijinan - Risiko parastatal - Default PJPK - Risiko operasi - kuantitas, kualitas & kontinuitas input - Risiko pendapatan - kelayakan proyek - cidera janji penyesuaian tariff - Risiko konektivitas jaringan - Fasilitas penyaing dan konektivitas
- Risiko pendapatan - Risiko permintaan (BOT Air Minum, BOT Persampahan, BOT Ketenagalistrikan, BOT Mulut Tambang)
Sektor Swasta
- Risiko lokasi (terkait kondisi tanah) - Risiko desain, konstruksi & uji operasi - Risiko operasi - Kuantitas dan kualitas output - Risiko politik - Perubahan Perundangan (termasuk pajak) yang umum - Risiko pendapatan - Risiko finansial - Risiko sponsor - Default BU, default kontraktor
- Risiko pendapatan - Risiko permintaan (Konsesi Penuh air minum, Kebandaraan,Pelabuhan)
Bersama
- Risiko force majeure - Risiko interface - Perbedaan kualitas pekerjaan antara sektor publik & sektor swasta
- Risiko pendapatan - Risiko permintaan (Konsesi Penuh dan O&M sektor Jalan tol, keretaapi, kebandaraan) – tergantung pemicu risiko
View more...
Comments