Alkalimetri Dan Potensiometri - Materi
September 14, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Alkalimetri Dan Potensiometri - Materi...
Description
ALKALIMETRI DAN POTENSIOMETRI POTENSIOMETRI June 19th, 2010 | Author: Author: mohq07 mohq07
Nama NIM
: Moh. Qomarudin : G34070123 ALKALIMETRI DAN POTENSIOMETRI POTENSIOMETRI
1. I. Prinsip Teori Percobaan Percobaan Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Asidimetri dapat diartikan sebagai pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garam), dengan asam sebagai titran. Secara tersirat, bahwa titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan/atau basa diantaranya : asam kuat – kuat – basa kuat, asam kuat – – basa lemah, asam lemah – lemah – basa basa kuat, asam kuat – kuat – garam garam dari asam lemah, basa kuat – kuat – garam garam dari basa lemah. Perubahan titik akhir dan cara perhitungan adalah perubahan pH titrat (larutan yang dititrasi) (Harjadi 1986). Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset 1994). Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi titrasi potensiometri yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO 4, K 2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar 1990). Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst
dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai 1995). 1. II. Tujuan Percobaan Percobaan Untuk melatih melakukan analisis asidi-alkalimetri sederhana dan menentukan konsentrasi HCl dengan analisis potensiometri. 1. III. Prosedur Percobaan Percobaan Standardisasi NaOH dengan Asam Oksalat. Kristal asam oksalat ditimbang sebanyak 0,315 gram kemudian dilarutkan dalam 50 ml akuades. 10 ml larutan asam oksalat diambil dan dititrasi dengan NaOH dengan indikator fenolftalin. Titrasi dihentikan ketika terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah yang tiba-tiba muncul. Volume NaOH yang terpakai dihitung. Percobaan ini dilakukan enam kali. Penentuan kadar asam cuka murni dalam cuka biang. 1 ml cuka biang dipindahkan ke dalam erlenmeyer. Larutan tersebut kemudian diencerkan dengan akuades sampai 100 ml. 10 ml larutan tersebut diambil dan dititrasi dengan NaOH dengan indikator fenolftalin. Titrasi dihentikan ketika terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah yang tiba-tiba muncul. Volume NaOH yang terpakai dihitung. Percobaan ini dilakukan enam kali. Standardisasi NaOH. Asam NaOH. Asam oksalat 0,1 N diambil sebanyak 10 ml kemudian dipindahkan ke dalam gelas piala 200 ml. Larutan kemudian diencerkan sampai 100 ml dengan akuades. Elektroda gelas kombinasi dicelupkan dan strirer ditempatkan ke dalam larutan. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N. GGL larutan dibaca dengan interval volume 0-5 ml pada penambahan 1 ml, 5-15 ml pada penambahan 0,5 ml, dan 15-20 ml pada penambahan 1 ml. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Penentuan konsentrasi HCl. HCl 0,1 N sebanyak 10 ml diencerkan dengan 100 ml akuades. Alat dipasang dan elektroda dihubungkan dengan potensiometer lalu alat dihubungkan dengan sumber arus. Titik nol ditepatkan dari potensiometer dan besar potensial larutan ditetapkan dengan memakai skala 0-100 mV. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N. GGL larutan dibaca dengan interval volume 0-5 ml pada penambahan 1 ml, 5-15 ml pada penambahan 0,5 ml, dan 15-20 ml pada penambahan 1 ml. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. 1. IV. Hasil Pengamatan Pengamatan Tabel 1 Standardisasi NaOH dengan Asam Oksalat.
Ulangan
V. Asam Oksalat V. NaOH (ml) (ml) Awal Akhir
[NaOH] Terpakai
1
10
0
11.0
11.0
0.0910
0.0909
2
10
11.0
21.5
10.5
0.0953
0.0952
3
10
21.5
32.3
10.8
0.0927
0.0926
4
10
32.3
43.0
10.7
0.0935
0.0934
5
10
0.5
11.5
11.0
0.0910
0.0909
6
10
11.5
22
10.5
0.0953
0.0952
0.0931
0.0930
(N)
: Contoh Perhitungan : Indikator yang digunakan: fenolftalein (PP) Reaksi pembuatan asam oksalat: (COOH)2 (P) + 2 H2O
(COOH)2 (aq) + 2 H2O
Reaksi standarisasi NaOH 0,1 M oleh asam oksalat: 2NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2 H2O Titrat: asam oksalat, titran: NaOH Perubahan warna dari asam ke basa: bening menjadi merah muda 1. a. Bobot ekivalen asam oksalat oksalat BE = = = 63 g/eq 1. b. Bobot asam oksalat perhitungan perhitungan M= 0.1 = 100 g = 63 Bobotasam oksalat = 0.63 gram 1. c. Bobot asam oksalat hasil penimbangan penimbangan
N= N= Nasam oksalat = 0.1001 N 1. d. Standardisasi NaOH NaOH (V x N)NaOH= (V x N)asam oksalat 11.0 x NNaOH = 10 x 0.1001 NNaOH = 0.0910 N 1. e. Standar Deviasi Deviasi SD = SD = SD = 1.77×10-3 1. f. % Ketelitian Ketelitian % ketelitian = 1- x 100% % ketelitian ketelitian = 1- x 100% % ketelitian = 100.1075 % Tabel 2 Penentuan kadar asam cuka murni dalam cuka biang. Ulangan
V. NaOH (ml) Awal
Akhir
Terpakai
N. asam cuka N. asam cuka Kadar asam biang biang cuka biang sebenarnya (%b/v)
1
1 5.0 15.0
16.2
1.2
0.0112
1.12
2
1 6.2 16.2
17.5
1.3
0.0121
1.21
3
1 7.5 17.5
18.2
0.7
0.0065
0.65
4
1 8.2 18.2
19.4
1.2
0.0112
1.12
5
1 9.4 19.4
20.7
1.3
0.0121
1.21
6
2 0.7 20.7
21.5
0.8
0.0074
0.74
Perhitungan: Contoh Perhitungan: Indikator: fenolftalein (PP) Reaksi: NaOH + CH3COOH
CH3COONa + H2O
Perubahan warna dari asam ke basa: tidak berwarna 1. a. Konsentrasi asam cuka biang biang (VxN)asam cuka = (VxN)NaOH 10 x Nasam cuka = 1.2 x 0.0931 Nasam cuka = 0.0112 N 1. b. Konsentrasi asam cuka biang sebenarnya sebenarnya Nasam cuka sebenarnya = Nasam cuka x faktor pengenceran Nasam cuka sebenarnya = 0.0112 x 100 Nasam cuka sebenarnya = 1.12 N 1. c. Kadar asam cuka biang biang Hasil Pengamatan Potensiometri Potensiometri Tabel 3 Standardisasi NaOH Ulangan 1 Volume (ml)
Ulangan 1 GGL (mV)
turunan 1
turunan 2
0
227
1
225
-2
2
222
-3
-1
3
219
-3
0
4
213
-6
-3
5
200
-13
-7
5.5
195.2
-9.6
6.8
6
183.4
-23.6
-28
merah muda
6.5
168.7
-29.4
-11.6
7
160.3
-16.8
25.2
7.5
155.2
-10.2
13.2
8
141.4
-27.6
-34.8
8.5
133.7
-15.4
24.4
9
127.4
-12.6
5.6
9.5
100.7
-53.4
-81.6
10
88.3
-24.8
57.2
10.5
62.7
-51.2
-52.8
11
55.4
-14.6
73.2
11.5
-219
-548.8
-1068.4
12
-242
-46
1005.6
12.5
-255
-26
40
13 13.5
-265 -268
-20 -6
12 28
14
-273
-10
-8
14.5
-276
-6
8
15
-279
-6
0
16
-283
-4
2
17
-287
-4
0
18
-289
-2
2
19
-291
-2
0
20
-293
-2
0
Gambar 1. Kurva hubungan antara volume dengan potensial listrik GGL (Ulangan 1) Gambar 2. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 1 (dE/dv) potensial listrik GGL (Ulangan 1) Gambar 3. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 2 (∆(dE/dv)) potensial listrik GGL (Ulangan 1) Tabel 4 Standardisasi NaOH Ulangan 2
Volume (ml)
Ulangan 2
Turunan 1
Turunan 2
0
222
1
221
-1
2
220
-1
0
3
218
-2
-1
4
210
-8
-6
5
206
-4
4
5.5
190.1
-31.8
-55.6
6
184.6
-11
41.6
6.5
167.4
-34.4
-46.8
7
158.1
-18.6
31.6
7.5
129
-58.2
-79.2
8
100.7
-56.6
3.2
8.5 9
81.5 60.3
-38.4 -42.4
36.4 -8
9.5
-126.4
-373.4
-662
10
-166.1
-79.4
588
10.5
-205
-77.8
3.2
11
-227
-44
67.6
11.5
-253
-52
-16
12
-261
-16
72
12.5
-266
-10
12
13
-272
-12
-4
13.5
-274
-4
16
14
-276
-4
0
14.5
-279
-6
-4
15
-280
-2
8
16
-284
-4
-2
17
-287
-3
1
18
-290
-3
0
19
-293
-3
0
20
-295
-2
1
Gambar 4. Kurva hubungan antara volume dengan potensial listrik GGL (Ulangan 2) Gambar 5. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 1 (dE/dv) potensial listrik GGL (Ulangan 2) Gambar 6. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 2 (∆(dE/dv)) potensial listrik GGL (Ulangan 2) Tabel 5 Standardisasi NaOH Ulangan 3 Volume (ml)
Ulangan 3
Turunan 1
Turunan 2
0
221
1
220
-1
2
218
-2
-1
3 4
215 206
-3 -9
-1 -6
5
193.8
-12.2
-3.2
5.5
191.4
-4.8
14.8
6
184.6
-13.6
-17.6
6.5
172.1
-25
-22.8
7
159.2
-25.8
-1.6
7.5
150.4
-17.6
16.4
8
143.7
-13.4
8.4
8.5
130
-27.4
-28
9
122.4
-15.2
24.4
9.5
110.4
-24
-17.6
10
92.7
-35.4
-22.8
10.5
72.6
-40.2
-9.6
11
6.6
-132
-183.6
11.5
-166
-345.2
-426.4
12
-239
-146
398.4
12.5
-256
-34
224
13
-264
-16
36
13.5
-270
-12
8
14
-274
-8
8
14.5
-277
-6
4
15
-281
-8
-4
16
-286
-5
3
17
-289
-3
2
18
-293
-4
-1
19
-295
-2
2
20
-298
-3
-1
Gambar 7. Kurva hubungan antara volume dengan potensial listrik GGL (Ulangan 2) Gambar 8. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 1 (dE/dv) potensial listrik GGL (Ulangan 3) Gambar 9. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 2 (∆(dE/dv)) potensial listrik GGL (Ulangan 3) Tabel 6 Penentuan Konsentrasi HCl Ulangan 1 Volume Potensial listrik (mv)
Turunan 1
Turunan 2
0
204
1
205
1
2
204
-1
-2
3
203
-1
0
4
202
-1
0
5
200
-2
-1
5.5
199
-2
0
6
197.6
-2.8
-1.6
6.5
195.8
-3.6
-1.6
7
194.3
-3
1.2
7.5
191.9
-4.8
-3.6
8
188.9
-6
-2.4
8.5
185.3
-7.2
-2.4
9
178.3
-14
-13.6
9.5
169.9
-16.8
-5.6
10
154.4
-31
-28.4
10.5
-55.5
-419.8
-777.6
11.5
-271
-215.5
204.3
12
-285
-28
375
12.5
-289
-8
40
13
-294
-10
-4
13.5
-298
-8
4
14
-303
-10
-4
14.5
-307
-8
4
15 16
-309 -312
-4 -3
8 1
17
-316
-4
-1
18
-319
-3
1
19
-321
-2
1
20
-324
-3
-1
Gambar 10. Kurva hubungan antara volume dengan potensial listrik GGL (Ulangan 1) Gambar 11. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 1 (dE/dv) potensial listrik GGL (Ulangan 1) Gambar 12. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 2 (∆(dE/dv)) potensial listrik GGL (Ulangan 1) Tabel 7 Penentuan Konsentrasi HCl Ulangan 2 Volume Potensial listrik (mv)
0
203
1
203
Turunan 1
0
Turunan 2
2
202
-1
-1
3
201
-1
0
4
199.5
-1.5
-0.5
5
197.7
-1.8
-0.3
5.5
196.4
-2.6
-1.6
6
195.2
-2.4
0.4
6.5
193.2
-4
-3.2
7
191.6
-3.2
1.6
7.5
189.3
-4.6
-2.8
8
185.7
-7.2
-5.2
8.5
182
-7.4
-0.4
9
176.9
-10.2
-5.6
9.5
165.6
-22.6
-24.8
10 10.5
148 -20.1
-35.2 -336.2
-25.2 -602
11
-258
-475.8
-279.2
11.5
-277
-38
875.6
12
-287
-20
36
12.5
-292
-10
20
13
-298
-12
-4
13.5
-302
-8
8
14
-305
-6
4
14.5
-308
-6
0
15
-309
-2
8
16
-315
-6
-4
17
-318
-3
3
18
-320
-2
1
19
-322
-2
0
20
-325
-3
-1
Gambar 13. Kurva hubungan antara volume dengan potensial listrik GGL (Ulangan 2)
Gambar 14. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 1 (dE/dv) potensial listrik GGL (Ulangan 2) Gambar 15. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 2 (∆(dE/dv)) potensial listrik GGL (Ulangan 2) Tabel 8 Penentuan Konsentrasi HCl Ulangan 3 Volume Potensial listrik (mv)
Turunan 1
Turunan 2
0
201
1
201
0
2
200
-1
-1
3
199.1
-0.9
0.1
4
197.7
-1.4
-0.5
5
195.7
-2
-0.6
5.5
194.5
-2.4
-0.8
6
193.2
-2.6
-0.4
6.5
191.5
-3.4
-1.6
7
189.5
-4
-1.2
7.5
186.9
-5.2
-2.4
8
183.9
-6
-1.6
8.5
180
-7.8
-3.6
9 9.5
173.5 162.7
-13 -21.6
-10.4 -17.2
10
128.7
-68
-92.8
10.5
-188.5
-634.4
-1132.8
11
-258
-139
990.8
11.5
-276
-36
206
12
-287
-22
28
12.5
-295
-16
12
13
-299
-8
16
13.5
-303
-8
0
14
-307
-8
0
14.5
-309
-4
8
15
-312
-6
-4
16
-316
-4
2
17
-319
-3
1
18
-321
-2
1
19
-324
-3
-1
20
-325
-1
2
Gambar 16. Kurva hubungan antara volume dengan potensial listrik GGL (Ulangan 3) Gambar 17. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 1 (dE/dv) potensial listrik GGL (Ulangan 3) Gambar 18. Kurva hubungan antara volume dengan turunan 2 (∆(dE/dv)) potensial listrik GGL (Ulangan 3) 1. V. Pembahasan Pembahasan Percobaan yang dilakukan pada alkalimetri mengunakan titrasi basa sebagai titran, basa yang diguanakan adalah NaOH. Dari hasil percobaan diketahui bahwa reaksi berasal dari asam dan basa kuat. Dalam menentukan standar deviasi dan ketelitian diperoleh melalui standardisasi larutan NaOH dengan larutan baku (COOH) 2.2H2O dengan indikator yang digunakan adalah fenolftalein (PP). Indikator sebagai penanda terjadinya titik ekivalen (TE) titik akhir tercapai ditandai dengan adanya perubahan warna yaitu dari tidak berwarna (bening) menjadi merah. Perubahan tersebut dipenggaruhi oleh perubahan pH. Selain itu NaOH tersebut merupakan basa kuat, sedangkan fenolftalein merupakan indikator yang jenisnya asam dimana trayek pH berada antara . Intinya setiap indikator mempunyai trayeknya sendiri Reaksi pembuatan asam oksalat: (COOH)2 (P) + 2 H2O (COOH)2 (aq) + 2 H2O. Reaksi standarisasi NaOH 0,1 M oleh asam oksalat: 2NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2 H2O. Tujuan intinya ialah melihat seberapa banyak NaOH yang terpakai sekaligus perhitungan Normalitasnya. NaOH mempunyai sifat Higroskopis (menarik air dari udara) dan mudah bereaksi dengan CO 2 di udara sehingga sulit didapat dalam keadaan murni. Hal ini dapat diatasi dengan dilakukan standardisasi dengan larutan baku primer. Hasil percobaan menunjukan ketelitian yang cukup tinggi yaitu mencapai 100.1075 % dengan standar deviasinya 1.77×10-3. Rata-rata konsentrasi NaOH hasil standardisasi yaitu 0,0930 N. Data Data ini menunjukan kebenaran data yang cukup akurat jika dilihat dari tingginya nilai ketelitian dan rendahnya nilai SD.
Hasil percobaan pertama standardisasi NaOH sebagai tahap awal dalam penentuan kadar asam cuka murni. Kenormalan rata-rata asam cuka biang N, dengan nilai SD dan ketelitian %. Adapun rata-rata kadar asam cuka murni dalam cuka biang adalah 1,205, dengan standar deviasi 0,0778 dan ketelitian 93,54%. Ratarata volume titran yang terpakai adalah 7,6 ml. dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai kenormalan cuka biang dan kadar asam cuka murni cukup akurat karena nilai SDnya rendah dan nilai ketelitiannya cukup tinggi. Titrasi potensiometri yang digunakan dalam percobaan ini merupakan salah satu metode elektroanalisis untuk menentukan konsentrasi suatu zat. Dalam percobaan ini, metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi NaOH. NaOH merupakan suatu basa higrokopis, Karena itu, dalam titrasi potensiometri, dapat dilakukan pengukuran pH berdasarkan konsentrasi OH-. Hal tersebut menunjukkan terjadinya suatu reaksi penetralan larutan asam lemah yaitu asam oksalat dengan titran berupa basa kuat NaOH. Larutan NaOH merupakan golongan oksidator kuat, yang mampu mengubah larutan yang bersifat asam menjadi larutan yang bersifat basa dengan penambahan volume NaOH ke dalam larutan asam yang berperan sebagai titrat. Titrasi potensiometri yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam oksalat dilakukan dengan pengukuran pH pada setiap penambahan basa dengan volume tertentu. Penambahan basa (larutan NaOH) ini menyebabkan pH larutan semakin meningkat. Maka volume penambahan NaOH diatur atau berkurang dari 1 mL agar nilai pH yang terukur konstan. Pada titik-titik penambahan tertentu peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar. Lonjakan ini merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan pH larutan. Kenaikan pH akibat penambahan basa tidak dapat ditentukan secara matematis. Hal ini disebabkan faktor waktu yang digunakan dalam penetesan, kesempurnaan pengadukan dengan magnetik stirrer sehingga diperoleh larutan yang homogen, dan kepekaan pH meter yang digunakan. pH meter merupakan suatu elektroda gelas atau kaca, dimana dimana diketahui bahwa elektroda gelas merupakan elektroda yang paling sensitif karena membrannya sensitif terhadap ion H+ serta paling sering digunakan, namun satu kelemahan yang utama dari elektroda ini yaitu tidak efektif pada pengukuran pH di atas 10. Dari grafik hubungan volume dan GGL mula-mula Nampak terjadi keseragaman data namun sebelum titik ekivalen terjadi penurunan (tanda Negatif) setelah itu titik ekivalen tercapai. Sesudah titik ekivalen tercapai, kurva kembali melandai. Titik ekivalen merupakan titik pada saat dimana tercapainya suatu kesetimbangan kimia dalam larutan. Kesetimbangan kimia terjadi pada saat laju pembentukan produk sama dengan laju penguraian reaktan. Grafik yang ditunjukkan pada percobaan menunjukan adanya perubahan pada turunan 1 dan 2 yaitu terjadi perubahan yang drastis yaitu mula-mula kurva turun tajam kemudian melonjak tinggi. Titik ekuivalen ditunjukkan oleh kurva yang mengalami kenaikan yang cukup drastis. Setelah titik ekuivalen tercapai, maka konsentrasi asam
oksalat dapat dihitung melalui nilai pH pada titik kesetaraan. Grafik yang diperoleh bervariasi, dengan kurva naik turun dan tidak linear. Grafik hubungan antara volume NaOH dengan pH larutan tersebut didapatkan berbentuk integral seperti pada literatur. Dari semua grafik yang diperoleh, grafik tersebut memiliki puncak dan penurunan pH yang sangat drastis pada saat penambahan larutan NaOH. Penentuan konsentrasi menggunakan NaOH12sebagai titrannya. TE pada padavolume grafik pertama terbentuk ketikaHCl titrasi mencapai volume ml, turunan pertama 10,5 ml, dan turnan kedua pada volume 11,5 ml. Grafik kedua TE terbentuk ketika titrasi mencapai volume 12 ml, 11 ml, dan 11,5 ml. TE pada grafik ketiga terbentuk ketika titrasi mencapai volume 12 ml, 10,5 ml, dan 11 ml. Dari ketiga grafik tersebut TE dicapai dengan rata-rata volume titran yang hampir sama dan kenormalan NaOH nilainya tidak berbeda jauh. Hal ini menunjukan percobaan ini berhasil karena hasilnya konstan dari ulangan 1, 2, dan 3. 1. VI. Simpulan Simpulan Alkalimetri menggunakan metode penetralan asam basa, indikator fenolftalein untuk menentukan titik ekivalen dan basa kuat sebagai titrannya. Rata-rata kenormalan NaOH hasil standardisasi adalah 0,0930 N dengan nilai SD 1.77×10 -3 dan nilai ketelitian 100.1075 % Nilai SD yang kecil dan tingginya nilai ketelitian menunjukan ketepatan hasil percobaan. Titrasi potensiometri merupakan metode elektroanalisis suatu zat dengan menggunakan elektroda pembanding dan elektroda indikator dan dalam percobaan ini digunakan untuk menentukan konsentrasi asam oksalat. TE standardisasi NaOH pada grafik pertama, kedua, dan ketiga rata-rata membentuk TE ketika titrasi mencapai volume 11,5 ml dengan. Penentuan konsentrasi HCl TE terbentuk pada grafik pertama, kedua, dan ketiga rata tercapai ketika titrasi mencapai volume 12 ml. TE adalah Titik dimana peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan. 1. VII. Daftar Pustaka Pustaka Bassett J et al . 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Day RA dan AL Underwood. 1981. Analisa 1981. Analisa Kimia Kuantitatif . Jakarta: Erlangga. Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar . Jakarta: Gramedia. Khopkar S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta : Universitas Indonesia Press. Rivai Harrizul. 1995. Asas 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . Jakarta: UI Press.
POTENSIOMETRI POTENSIOMETRI
Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakandua metode yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggalterhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan airKedua (titrasi langsung), ion dapatdititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel,diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatupetensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalamlarutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia. Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikatordan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yangdiperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiteryang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan.Dari grafik gra fik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri p otensiometri inibermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhirtitrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangatpendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi titrasi dengan indikator. Titik akhir dalam dalamperubahan titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkanvolume pada mana terjadi p otensial potensial yang relatif besar ketikaditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelahpenambahan titran secara berurutan, dan hasil h asil pengamatan digambarkan padasuatu kertas grafik terhadap volum titran titran untuk diperoleh suatu suatu kurva titrasi.Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jikatersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pHmeter ini telah menjadi demikian demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan dipergunakan untuksemua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan.
View more...
Comments