al-hikmah

March 10, 2018 | Author: Saraswanto Abduljabbar | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Ilmu-ilmu Hikmah yang sangat bermanfaat untuk kehidupan...

Description

Home

DAFTAR ISI

halaman 1. Muqodimah ..................................................................................................................... 2. Prakata............................................................................................................................. 3. Sejarah Asal Usul Al-Hikmah......................................................................................... 4. Al-Hikmah dan Perkembangannya di tangan Abah H. Syaki Abdul Syukur.......................................................................... 5. Apa itu Al-Hikmah.......................................................................................................... - Kenapa Harus Al-Hikmah ............................................................................................ - Faedah Ilmu Al-Hikmah ............................................................................................... - Praktek Ilmu Al-Hikmah .............................................................................................. 6. Tata Cara dan Peraturan dalam ilmu Al-Hikmah............................................................ - Tata cara ingin belajar ilmu Al-Hikmah ....................................................................... - Peraturan dalam mempelajari ilmu Al-Hikmah............................................................ - Adab Menerima Tamu non Muslim atau diluar Islam.................................................. 7. Al-Hikmah dan Hubungannya dengan Khadam ............................................................. 8. Masalah Wirid dalam Ilmu Al-Hikmah ..........................................................................

XW

MUQODIMAH

Bismillah hirrohman nirrohim

Dengan menyebut nama Allah S.W.T. yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah S.W.T. yang telah memberikan keunggulan melebihi semesta alam dengan ilmu dan amal. Rahmat Allah S.W.T. semoga tetap atas junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W. sebagai penghulu bangsa Arab dan Ajam, para keluarga dan sahabat-sahabatnya yang menjadi sumber ilmu pengetahuan dan ilmu hikmah. Dengan rasa syukur kehadirat Allah S.W.T. yang dengan limpahan Rahmat, Taufik dan Inayat-Nya semata, alhamdulillah saya sebagai guru Al-Hikmah dapat memenuhi keinginan dari pada ikhwan/akhwat Al-Hikmah, untuk menerbitkan sebuah buku yang membahas tentang masalah-masalah yang terdapat dalam ilmu AlHikmah. Besar harapan saya, dengan adanya buku ini mudah-mudahan bisa dijadikan pedoman bagi khususnya para ikhwan/akhwat Al-Hikmah dan umumnya muslimin/ muslimat yang belum mengerti tentang apa itu ilmu Al-Hikmah.

Cisoka, 1 April 2006 Guru Al-Hikmah

KH. Iskandar H.M.S

PRAKATA

Jadi Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah harus jujur dan benar. Jujur, artinya jangan melebihi jangan mengurangi. Karena syarat dari belajar ilmu Al-Hikmah harus Islam yang bisa mengerjakan segala perintah Allah S.W.T. dan menjauhi segala larangan-Nya. Islam yang tidak bisa mengerjakan segala perintah Allah S.W.T. dan menjauhi segala larangan-Nya tidak boleh belajar ilmu Al-Hikmah. Benar, artinya syarat belajar ilmu Al-Hikmah harus terlebih dahulu diijajahan oleh perawat atau pembina. Cara menggunakan ilmu Al-Hikmah adalah dengan mengeraskan perut sekeras-kerasnya baik laki-laki maupun perempuan, karena jaminannya tergantung dari cara mengeraskan perut. Kalau cara mengeraskan perutnya kurang keras, maka kurang puas hasilnya, namun apabila mengeraskan perutnya keras seperti batu, berbicara dan bernafas tidak terganggu serta badan tidak kaku, maka akan lebih puas hasilnya. Masalah wiridan akan dibahas dihalaman selanjutnya.

SEJARAH ASAL USUL AL-HIKMAH Al-Hikmah sebelum bernama Al-Hikmah dipelajari oleh Pak Toha (sebagai Polisi) dari pesantren, kemudian dari Pak Toha dipelajari oleh H. Syaki Abdul Syukur sebagai seorang santri dan jawara, kemudian saya sebagai anak didik H. Syaki Abdul Syukur akan mengembalikan ke pesantren dan akan saya sebarkan kembali ke seluruh jajaran. Sekelumit riwayat mengenai Pak Toha, konon semenjak kecil Pak Toha hanya bercita-cita ingin punya ilmu ini (Al-Hikmah), maka berangkatlah Pak Toha ke pesantren di daerah Banten selama 7 (tujuh) tahun, namun hasilnya hanya mendapat ilmu Qiro’at, Fiqih dan Silat Cipecut. Setelah 7 tahun Pak Toha berpikir, biaya sudah habis namun ilmu yang dicitacitakan belum juga didapat. Akhirnya Pak Toha pulang dari pesantren kerumahnya yang berada di Jakarta. Ditengah perjalanan di atas kereta api, yang Insya Allah jumlah dari gerbong kereta api tersebut adalah sebanyak 6 gerbong. Beliau duduk melamun memikirkan biaya telah habis, namun ilmu yang dicita-citakan belum didapat. Tiba-tiba datanglah 3 (tiga) orang berpakaian jawara menyapanya. Sambil duduk salah seorang dari mereka berkata : “Ada ilmu yang dibaca dua kalimat syahadat, tapi bila ditunjuk ke orang yang berniat jahat, maka orang tersebut langsung terpental”. Pak Toha kaget lalu bertanya : “Ilmu apa yang tadi diceritakan dan berada dimana?”. Kemudian salah seorang dari ke 3 orang tersebut mengambil bungkusan rokok yang isinya hanya tingal 1 (satu) batang saja, lalu bungkus rokok itu dipakai untuk menuliskan alamat keberadaan ilmu tersebut. Selagi Pak Toha membaca alamat tersebut, ke 3 orang itu tiba-tiba menghilang. Setelah dicari di 6 gerbong, ke 3 orang tersebut tidak dapat ditemukan. Sangat disesalkan bagi kita sebagai ikhwan/akhwat Al-Hikmah, bahwa kita tidak diberitahukan alamat atau nama kampung yang tertera ditulisan pada bungkus rokok itu. Dan setelah menempuh perjalanan, akhirnya PakToha pun sampai dirumahnya. Setiba dirumah beliau disambut oleh Bapaknya, dengan pertanyaaan : “Gimana Toha, apakah yang kamu cita-citakan sudah berhasil?”. Pak Toha menjawab : “Belum berhasil Pak, sewaktu dalam perjalanan pulang, ada 3 orang di kereta api yang memberi saya alamat, namun biaya telah habis”. Pada waktu itu Bapaknya Pak Toha mempunyai seekor kuda dan delman, maka dijuallah kuda dan delman tersebut, seharga Rp. 40, - (empat puluh rupiah) dengan tujuan untuk dipakai biaya Pak Toha mencari Ilmu. Hingga akhirnya Bapaknya Pak Toha beralih profesi menjadi tukang daun dan tali. Berangkatlah Pak Toha dari rumahnya di Jakarta, naik di satu halte dan turun di halte yang lain. Tetapi setiap ditanya berhenti di halte yang mana? Pak Toha selalu menjawab : “diam kamu!”. Setelah turun di halte terakhir, Pak Toha berjalan kaki melewati sawah yang luas, pada saat itu sedang panen. Sampai ditengah persawahan tibalah saatnya waktu maghrib, akhirnya Pak Toha pun membabat jerami (pohon padi) untuk digunakan sebagai ampar tidur dan sisanya dipakai sebagai selimut.

Di kelelahan dan kehinangan malam Pak Toha pun tertidur, hingga Pak Toha terbangun diwaktu subuh. Setelah itu Pak Toha melanjutkan perjalanannya menuju alamat pesantren yang tertera di bungkus rokok itu. Pak Toha tiba di pesantren pada saat menjelang waktu magrib. Pak Toha mengucapkan salam dan dijawab oleh Kyai pesantren tersebut dengan wa’alaikum salam. Kyai tersebut lalu bertanya : "mau ke mana kamu Toha?”. Pak Toha kaget dan tertegun (karena Kyai itu tahu namanya) sambil menjawab : “Saya hanya ingin mencari ilmu Kyai”. Ditempatkanlah Pak Toha di masjid oleh Kyai tersebut dengan kalimat karena “ilmu Qiroat dan Fiqih kamu sudah cukup, ketika waktu sholat tiba kamu harus mengisi air tempat wudhu”. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh Pak Toha selama 3 tahun kurang 10 hari. Pada saat itu santri dari Kyai tersebut berjumlah sebanyak 300 (tiga ratus) orang. Sepengetahuan Pak Toha selama 3 tahun kurang dari 10 hari itu, Pak Toha belum pernah melihat Kyai tersebut melaksanakan sholat di masjid, yaitu melaksanakan sholat jum’at ataupun sholat yang 5 (lima) waktu. Hanya saja bila datang waktu siang selepas waktu dhuha, Kyai tersebut mengajak Pak Toha untuk menanam padi, singkong dan jenis palawija lainnya. Setelah 3 tahun kurang 10 hari Pak Toha berpikir, saat tiba waktu subuh Pak Toha membawa Al-Qur’an menghadap Kyai tersebut dengan maksud ingin mengaji. Tapi di tolak oleh Kyai tersebut dengan ucapan: “Toha, Ilmu qiro’at kamu sudah cukup di Banten’’, lalu Pak Toha diberi uang se-gobang atau 5 (lima) sen, kemudian disuruh membeli daun kawung atau daun rokok dengan pesan “kamu jangan tidur sebelum saya datang’. Pada waktu itu uang se-gobang dapat daun kawung sebanyak 5 (lima) ikat dan di bawalah daun kawung itu ke masjid. Sesuai dengan pesan, Pak Toha menunggu di masjid dari subuh sampai kurang lebih jam 02:00 WIB dini hari. Akhirnya Kyai tersebut datang memasuki masjid. Pada saat itu Pak Toha sedang duduk ditiang masjid tengah, sesampainya di dalam masjid Kyai tersebut mengucapkan salam dan di jawab oleh Pak Toha dengan wa’alaikum salam. Sambil duduk Kyai itu berkata; “Toha, ternyata niat kamu memang sudah sungguh-sungguh”. Duduklah Kyai tersebut berhadapan dengan Pak Toha yang pada waktu itu duduk menghadap arah kiblat, maka disitulah jatuh syarat ngerawat bahwa si murid harus menghadap arah kiblat dan Pembina atau Perawat Al-Hikmah menghadap ke arah si murid, yaitu saling berhadapan. Setelah duduk saling berhadapan Kyai tersebut pun bertanya tentang daun kawung yang dipesannya. Pak Toha mengeluarkan ke 5 (lima) ikat daun kawung tersebut, lalu mulailah Kyai tersebut mencabuti satu persatu daun kawung itu yang ternyata di dalamnya sudah tertulis ayat-ayat Al-Qur’an, sambil mencabut Kyai tersebut bertanya “ini yang kamu cari Toha ?“. Pak Toha menjawab : “ bukan Kyai“. Terus menerus seperti itu, sampai akhirnya daun kawung yang 5 (lima) ikat tersebut hanya tinggal tersisa 2 (dua) lembar saja. Lalu Kyai tersebut memegang kedua lembar daun kawung yang tersisa sambil bertanya : “Toha setiap yang dicabut tadi terdapat tulisan ayat Al-Qur’an, tapi kenapa kamu menolaknya?”. Pak Toha menjawab “maaf Kyai, bukan itu yang saya cari“. Selanjutnya Kyai tersebut berkata lagi : “gimana kalau yang kamu cari tidak ada disini (2 lembar daun kawung yang tersisa)?“. Pak Toha menjawab kembali : “saya ridho kalau memang tidak ada, tapi karena ilmu itu diturunkan kedunia, tolong saya diberi petunjuk”. Kyai tersebut

tersenyum sambil berkata : “tenang kamu Toha“, lalu Kyai tersebut mencabut 2 lembar daun kawung yang tersisa sambil membaca :

“Benar itu Kyai !“ seru Pak Toha, namun Kyai tersebut membelah daun kawung tersebut sambil berkata : “semua yang bergerak diperut adalah hak kamu dan yang bergerak di tangan adalah hak H. Amilin”. Pada waktu itu H. Amilin baru berusia 7 (tujuh) tahun, tapi sudah dipanggil Haji. Kyai tersebut berkata : “pada suatu hari nanti akan ada anak buah kamu yang dapat menyatukan ilmu ini”. Terjadi perbedaan pendapat antara murid Pak Toha dengan murid H. Amilin, bahwa “bohong H. Syaki ngaku- ngaku muridnya H. Amilin“. Kebenarannya, pada waktu itu Pak Toha mempunyai 60 (enam puluh) perwakilan yang diantaranya termasuk Abah H. Syaki, namun dari ke 60 (enam puluh) perwakilan tersebut hanya Abah H. Syaki yang menerima surat dari Pak Toha untuk belajar ke H. Amilin di Garut. Ini fakta yang menguatkan bahwa Abah H. Syaki adalah termasuk salah satu muridnya H. Amilin. Itulah jerih payahnya guru kita, orang tua kita atas ilmu Al-Hikmah yang sekarang kita miliki. Oleh karena itu Pak Toha ketika membicarakan ilmu ini beliau suka menangis, karena merasa dan melihat untuk memiliki ilmu ini anak sekarang begitu mudahnya. Padahal pada waktu mendapatkan ilmu ini beliau begitu prihatin. Setelah 3 (tiga) tahun kurang 10 (sepuluh) hari dan merasa telah mendapatkan ilmu yang diinginkanya, Pak Toha pun pulang kerumahnya. Setelah sampai dirumah, di sambut oleh adiknya yang bernama Sukardi yang kebetulan pada waktu itu sedang kalah main. ”Wah kebetulan Toha kamu pulang, ajarin gue silat Cipecut nih!” ucap Sukardi. Lalu Pak Toha pun bersedia mengajari adiknya. Namun setelah belajar dari mulai waktu isya sampai menjelang subuh, Sukardi tidak bisa mempelajari ilmu silat. Setelah waktu subuh tiba dan pada waktu itu ibunya Pak Toha sedang menggoreng singkong diatas sebuah wajan atau kuali, keduanya sudah merasa kelelahan. Pak Toha pun sedikit lepas kontrol dan berkata, ”goblog amat kamu, belajar silat begini aja nggak bisa-bisa”. Sukardi yang mendengar omongan seperti itu merasa tersinggung dan langsung emosi, maka dia menyerang berniat memukul Pak Toha, namun Pak Toha secara reflek sambil menunjuk sukardi sehingga terpental menduduki kuali yang sedang dipakai menggoreng singkong. Si ibu menjerit-jerit ketakutan, namun bapaknya Pak Toha bersorak girang sambil berkata “nggak percuma aku habis modal akhirnya anakku berhasil mendapatkan ilmu yang diinginkannya”. Sehabis kejadian itu akhirnya Sukardi berkata, ”ngapain lu ngajarin gue silat cipecut, itu aja yang lu ajarin ke gue”, di situlah pertama kali Pak Toha mengajarkan ilmu Al-Hikmah kepada adiknya Sukardi dan jatuh kebiasaan dimana kita ikhwan AlHikmah disyahkan menjadi Pembina atau Perawat Al-Hikmah, dihimbau untuk membina atau merawat keluarga terlebih dahulu sebelum orang lain. Setelah diajarkan ilmu Al-Hikmah, akhirnya Sukardi berangkat main lagi. Tetapi begitu Sukardi main dia kalah lagi. Maka di ikatlah sama Sukardi hinga semuanya tampak bengong seperti patung dan di ambilah semua uangnya oleh Sukardi. Lalu Sukardi pulang kerumah dan kejadian itu diketahui oleh Pak Toha. Pak Toha lalu menegur Sukardi : “ngak boleh sukardi, uang itu harus dikembalikan”. Tapi Sukardi membantah dengan ucapan “ngak bisa! gue udah kalah lebih dari 20 (dua

puluh) kambing disitu “, akhirnya diambilah uang tersebut oleh Pak Toha sebesar harga 20 (dua puluh) kambing dan sisanya dikembalikan. Dari kejadian tersebut diatas jatuh sumpah Pak Toha, bahwa setiap muslimin/ muslimat yang ingin masuk atau belajar ilmu Al-Hikmah harus bisa dan mau mengerjakan segala perintah Alllah S.W.T. dan menjauhi segala larangan-Nya.

AL-HIKMAH DAN PERKEMBANGANNYA DI TANGAN ABAH H. SYAKI ABDUL SYUKUR

Pada tahun 1935, Abah H. Syaki sedang berjalan di suatu jalanan di Jakarta dan melihat orang-orang yang sedang latihan. Abah (H. Syaki) melihat kejadian yang aneh, masa orang yang mau mukul ditunjuk saja langsung terpental. Akhirnya Abah pun penasaran dan turun ke gelanggang, tapi begitu Abah nyerang dan berniat memukul, beliau langsung terpental pula. Setengah bergumam beliau berkata : ”ah... mungkin kaki gue disenggol nih!” Abah pun menyerang kembali sambil memperhatikan kaki dan ternyata mental lagi, “wah, bener nih” gumamnya lagi. Setelah kejadian itu Abah langsung minta diajarin ilmu ini sama Pak Toha, tapi dijawab dengan kalimat “nanti aja dek, kalau kamu sudah dewasa tagih hutang sama saya”. Pada waktu itu Pak Toha memberi Abah kenit (batu cincin yang dibuntel) sebanyak 3 (tiga) buntelan, sambil berkata “bawa ini, dengan membawa inipun Insya Allah kamu akan selamat “. Tahun 1952 setelah H. Ramli lahir (anak Abah yang pertama) Abah pun di syahkan menjadi Pembina atau Perawat untuk mengajar. Pada waktu itu Abah belum mau menerima untuk disyahkan, tapi dipaksa oleh Pak Toha dengan ucapan : “nggak apa-apa, terima aja dulu”. Setelah disyahkan ngajar pada tahun 1952, maka pada tahun 1957 pak Toha pun wafat. Inilah saat pertama kali turun wiridan dari Pak Toha ke Abah H.Syaki, karena sebelumnya Al-Hikmah tanpa wiridan. Riwayatnya ketika Abah datang ke Jakarta, Pak Toha sedang sakit karena kedatangan 3 (tiga) orang tamu yang kurang sopan. Pak Toha waktu itu sedang lengah. Tamu tersebut mengucap salam dan dengan kasar mereka bertanya : “mana si Toha?” Pak Toha marah lalu keluar dan memukul tamu tersebut, namun Pak Toha malah terpental. Kemudian tamu itu pulang dan berkata “Toha, sampai disini saja kamu mengurus ilmu ini”. Dari mulai tahun 1935 sampai 1952 dan 1957 ketika pak Toha meninggal, AlHikmah tidak ada wiridan. Ceritanya, setelah seminggu Abah di Jakarta menemani Pak Toha yang sedang sakit, Abah disuruh pulang sama Pak Toha dengan kalimat “kamu dosa meninggalkan anak istri di rumah”. Akhirnya Abah pun pulang dan setibanya di rumah Abah menyuruh H. Surnita (adiknya Abah H. Syaki) untuk ke Jakarta menunggu atau menemani Pak Toha yang sedang sakit. Begitu H.Surnita datang, Pak Toha sedang dikelilingi sama keluarga. Pak Toha bertanya “mana adiknya Syaki”, “saya Abah” sahut H. Surnita. Pada waktu itu Pak Toha memberikan amplop sambil berkata : ”amplop ini jangan dibuka, kalau bukan Syaki sendiri yang membukanya”. Begitu jatuh amplop ke tangan H. Surnita, maka saat itulah Pak Toha wafat. Setelah Pak Toha wafat, H. Surnita pulang ke rumah dan memberikan amplop tersebut ke Abah H. Syaki. Di dalam amplop tersebut ternyata berisi 3 (tiga) lembar kertas surat dan satu lembaran kitab “Tajul Muluk”.

Lembar pertama dari surat itu berisi amanat yang bunyinya : Bahwa syarat masuk AlHikmah harus taat kepada hukum syara dan hukum negara Lembar kedua berisi wiridan :

Lembar ketiganya berisi minta sumbangan karena mau meninggal. Inilah pertama kali jatuh wiridan terhadap Al-Hikmah. Sesudah Pak Toha wafat pada tahun 1957, maka pada tahun 1958 Abah Syaki mulai bergerak luas meningalkan pekerjaan-pekerjaannya dan fokus mengajarkan ilmu Al-Hikmah. Pada tahun 1965, didaerah Lampung anggota Al-Hikmah waktu itu sudah mencapai 10 (sepuluh) ribu anggota. Maka saat itulah Abah Syaki membentuk KSBPI (Kesatuan Seni Budi Pekerti Islam) tapi di Malaysia di sebut-sebut sebagai KSBPIM (Kesatuan Seni Budi Pekerti Islam Malaysia), karena sifatnya berbentuk kesatuan, maka didirikanlah CV. DENGKUL. Kegiatan dari pada CV. DENGKUL waktu itu ialah, setiap anggotanya bergerak mengumpulkan sembako atau bahan pangan untuk dikelola dan diperjual belikan. Direkturnya bernama Marzuki tapi dia bukan anggota Al-Hikmah. Pada waktu itu Marzuki berbicara dengan Abah bahwa dia menginginkan seorang sekretaris. Tetapi Abah ragu untuk mengabulkannya, namun mengingat kepentingan akan kegiatan CV. DENGKUL maka hal tersebut dikabulkan juga.

Dengan kehadiran seorang sekretaris di CV. DENGKUL, Marzuki sebagai seorang direktur justru tertarik dengan sekretarisnya, sehingga tidak melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan hal tersebut memicu kecurigaan Abah. Suatu saat Marzuki jalan dengan sekretarisnya yang bernama Tati dengan maksud untuk memulangkannya ke Jawa dengan kapal laut. Karena kecurigaan sebelumnya Abah mengikuti perjalanan mereka dengan tujuan untuk memata-matai. Ternyata kepulangan Tati ke Jawa tidak bersama dengan Marzuki. Setelah Marzuki turun dari kapal, Abah kemudian menghampiri Tati dengan maksud menanyakan kenapa Tati dipulangkan ke Jawa oleh Marzuki. Abah mendapat jawaban bahwa Marzuki berjanji akan menikahi Tati di Jawa. Setelah mendapat jawaban tersebut Abah turun dari kapal dan balik ke lampung lalu membubarkan CV. DENGKUL, tetapi sebelumnya hutang-hutang CV. DENGKUL dilunasi terlebih dahulu. Kemudian setelah semuanya selesai Abah kembali ke Jakarta dengan maksud melaporkan ke KSBPI Pusat bahwa CV. DENGKUL di Lampung sudah dibubarkan. Setibanya di Jakarta Abah langsung ke KSBPI Pusat. Di KSBPI Pusat Abah mendengar suara gaduh dari ruangan ustadz Ramli. Setelah uluk salam 3 kali, tanpa menunggu balasan Abah langsung masuk keruangan tersebut. Abah pun bertanya “ sedang apa kamu Ramli “ ustadz Ramli menjawab “ sedang meng Islamkan syetan “. Mendengar jawaban seperti itu Abah marah dan pada akhirnya KSBPI pusat pun dibubarkan. Sesampainya di kediaman Abah bingung karena memikirkan, harus di namai apa Ilmu Allah ini? Abah pun melakukan istikhoroh dan hasil dari istikhoroh Abah turunlah nama AL-HIKMAH. Selanjutnya ustadz Ramli dan rombongannya (bekas KSBPI) membentuk persatuan yang diberi nama NURUL HIKMAH, salah satu muridnya adalah ustadz Usman Ciledug, pada waktu jamannya Pak Toha yang pada waktu itu membentuk persatuan SINLAMBA, beliau juga punya anak buah yang bernama Usman orang tanah Abang yang pada waktu itu mendirikan SRI MURNI dan diteruskan oleh anaknya ki Ibrahim.

APA ITU AL-HIKMAH?

Ilmu Al-Hikmah bukan Ahli Hikmah, bukan Hijib, bukan Kontak. Ahli Hikmah ialah ilmu yang menggunakan kitab Aufak, sedangkan yang dinamakan dengan Hijib ialah yang mengamalkan puasa dan wiridan. Adapun yang dimaksud dengan Kontak ialah mereka yang memasukan benda-benda tertentu kedalam tubuh seseorang seperti sambatan, susuk dan benda-benda keras lainnya. Sedangkan ilmu Al-Hikmah menurut hukum, adalah “Sirrullah”, yaitu contoh-contoh akhir kalam:

“Barang siapa mengucap Laa Ilaha Illallah diakhir ucapan, maka jaminannya masuk surga” itu diakhirat, sedangkan di dunianya dicontohkan dengan ilmu Al-Hikmah Al-Hikmah yang bergerak di perut itu “laa illaha ilallah“ yang bergerak ditangan “muhammadurrasulullah“ karena ditangan adalah utusan.

A. Kenapa Harus Al-Hikmah Karena mungkin tidak ada ilmu seindah dan semudah ilmu Al-Hikmah, indah karena cukup menyebut nama Allah mudah karena hanya mengeraskan perut, maka sudah mencakup seluruh tujuan. Misalnya untuk menghindari seluruh mahluk Allah yang berniat jahat atau untuk pengobatan. Kenapa indah? Karena likalimatin thoyibah “laa illaha ilallah“, bahwa tidak ada kalimat sebagus dan seindah kalimat “laa illaha ilallah“, yang bergerak di perut dalil akhirul kalam “laa illaha ilallah dakholal janah“, untuk menyelamatkan kita diakhirat, sedangkan yang bergerak di tangan “ya abdul jabar”, yang disebut tingkat dua untuk menyelamatkan kita di dunia. Kalimat “abdul jabar” dari gerakan tangan atau yang disebut “muhammadur rasulullah“, menurut ulama dalam kitab tafsir showi itu adalah bahasa ahli neraka yang tertolong oleh nabi Muhammad S.A.W. setelah diangkat ke surga, mereka memberi julukan “ya abdul jabar“ kepada nabi Muhammad S.A.W., tetapi dikitab lain “ya abdul jabar“ itu merupakan julukan malaikat izra’il yang diberikan oleh ahli surga yang tidak merasakan neraka. Di riwayatkan dalam kitab ‘Jawahirul Buchori’ ketika Rasul pulang dari perang Handak, beliau beristirahat bersama seorang sahabat bernama Jabir di bawah satu pohon yang rindang. Pedang Rasul di gantung di salah satu dahan pohon dan sahabat Jabir pun kemudian pergi menjauh dengan maksud supaya tidak mengganggu istirahatnya Rasul. Tiba-tiba muncul seorang orang kafir arabi yang berniat membunuh Rasul, kafir arabi itu mengambil pedang Rasul yang tergantung di dahan dan mengarahkannya tepat ke leher Rasul, tetapi dia langsung terpental dan akhirnya lari terbirit-birit.

Setelah kejadian itu sahabat Jabir menghampiri Rasul dan bertanya; “Ya Rasul, aku melihat pedang tadi di arahkan tepat ke leher engkau, tapi mengapa mereka bisa terpental?” Rasul menjawab; “Aku hanya menyebut nama Allah”. Inilah salah satu riwayat Rasul yang menggambarkan betapa indah dan mudahnya Al-Hikmah, karena hanya dengan menyebut nama Allah bisa menghindarkan seluruh mahluk Allah yang berniat jahat terhadap kita. Walaupun riwayatnya waktu itu Rasul tidak di barengi dengan mengeraskan perut, karena itu adalah bagian dari mukjijat kenabian. Menurut ulama dalam kitab “pawaidul makiyah“ setiap sindiran itu syair setiap syair adalah haram setiap ilmu adalah sihir setiap sihir adalah haram. Sedangkan menurut hadist rasul setiap omongan anak adam haram kecuali amal ma’ruf nahi mungkar maka syair tersebut haram kecuali syair rukun wudhu, rukun shalat dan lain-lain Sihir, setiap ilmu sihir haram kecuali Al-Hikmah karena syarat dari AlHikmah harus Islam, yaitu Islam yang sanggup menjalankan segala perintah Allah S.W.T. dan sanggup meninggalkan segala larangan-Nya. Baca dua kalimat syahadat atau menyebut nama Allah itu Halal lain itu hanya Allah S.W.T. yang tahu. Mukjijat adalah keistimewaan bagi Nabi dan Rasul dari Allah, maka ukuran ilmu bukan dari nabi dan rasul. Hidayah adalah keistimewaan bagi orang yang ahli ibadah. Sedangkan Istidzraj merupakan sindiran Allah bagi orang yang bukan ahli ibadah. Apa khijab? adalah kelihatan. Apa istidzraj? adalah sindiran. Kenapa mukhasafah hanya terbayang? karena ilmu tidak akan berkembang. Barang siapa yang sudah bisa melihat neraka dan surga maka tidak akan sanggup hidup di dunia. Tetapi kalau rasul Nabi Muhammad S.A.W, surga atau neraka sudah berbanding atau seimbang dengan badan beliau yang sudah dari cahaya. Namun Hidayah atau Mukhasafah itupun harus diatur atau mengerti hukum-hukum syara atau agama karena syetan tidak mau ketinggalan. Syetan lebih cerdik dengan berbisik ketika kita sedang mengerjakan shalat (ingat Allah), maka diajak berpaling oleh syetan. Apabila ada Hidayah harus ditimbang oleh hukum, jika tidak cocok di TOLAK ! apabila sesuai silahkan dipakai, Mukhasafah pun sama syetan pun bisa bikin bayangan dimana tidak cocok dengan hukum di TOLAK ! hati-hati bagi orang yang ahli ibadah jangan sampai tertipu syetan, karena ada ahli ibadah yang tertipu oleh syetan. Contoh : 1. Ki Barsisoh ulama besar ahli dzikir Menurut riwayat, Barsisoh mempunyai 4000 santrinya sudah bisa dzikir diawang-awang. Jin adalah anak buah syetan, syetan anak buah iblis, iblis di usir dari surga didasar bumi ke tujuh bisa tembus kelangit ke tujuh. Pada waktu itu Allah S.W.T. merintahkan malaikat untuk menulis di Laihil mahfuth bahwa ki Barsisoh adalah ahli neraka, maka para malaikat menangis sedangkan jin, syetan dan iblis ketawa.

Malaikatpun bertanya : ya robbi, Barsisoh kan ahli ibadah, kenapa masuk neraka ? Allah menjawab : itu urusanku, karena Barsisoh ibadahnya sombong. Syetan turun dari langit kedunia, Barsisoh sedang dzikir maka syetan mengucap salam barsisoh tidak menjawab. Setelah 4x mengucapkan salam tetapi tidak dijawab juga sedangkan hukum menjawab ucapan salam adalah wajib, dzikir adalah sunah. Ketika kelima kalinya syetan mengucapkan salam, Barsisoh menjawab bukan dengan salam tapi memaki dengan kalimat “goblog kamu mengganggu orang yang sedang ibadah“ itulah kesombongan Barsisoh dalam ibadahnya. Akhirnya syetan berubah wujud menyerupai ulama. Syetan yang menyerupai ulama duduk berendeng dengan Barsisoh sama-sama dzikir namun Barsisoh manusia biasa kena lapar dan ngantuk, Barsisoh makan dan tidur sedangkan syetan luar biasa tidak kena lapar tidak kena ngantuk, maka Barsisoh bertanya? bangsa apa kamu, ibadahnya melebihi aku? Syetan menjawab : kamu tidak bisa ibadah seperti aku kalau belum banyak dosa atau ahli maksiat sedangkan Barsisoh belum pernah maksiat. Akhirnya Barsisoh bertanya maksiat mana yang bisa menguatkan ibadah? Syetan menjawab : minum arak, berzina dan membunuh. Lalu Barsisoh berkata dimana? Syetan menjawab : istilah jaman sekarang diwarjok atau warung remang-remang, Kemudian Barsisoh berangkat minum sampai mabuk setelah Barsisoh mabuk lalu menjima’ pelayan warung minuman, sedang melalukan jima’ tiba-tiba datang laki-laki yang mau minum. Barsisoh menyangka itu adalah suaminya akhirnya laki-laki tersebut dibunuh oleh Barsisoh, maka cukup tiga dosa besar dilalui oleh Barsisoh. Hukum Islam menjawab harus diranjam, itulah kejadian Barsisoh. Setelah Barsisoh lelah datang syetan yang berbentuk ulama tadi, Barsisoh bertanya wahai ulama aku begini karena engkau, lalu bagaimana? Syetan menjawab: dimana aku ngedip engkau manggut begitu terjadi Barsisoh meninggal itulah mati su’ul khatimah. 2. Wali Bal’am, wali sakti ilmu sihir Cerita wali Bal’am, wali sakti ilmu sihir diajak nyihir oleh Fir’aun untuk menyihir nabi Musa, namun Bal’am menolak. Jawab ki Bal’am, Musa adalah rasul Allah sedangkan Fir’aun adalah musuh Allah, akhirnya Fir’aun tidak tinggal diam beberapa masa kemudian istrinya ki Bal’am dibawakan emas satu nampan, ki Bal’am bertanya : buat apa itu? Kata Fir’aun tidak untuk apa-apa hanya ngasih belaka. Setelah sekian lama istrinya ki Bal’am sedang senang-senangnya memakai emas pemberian Fir’aun, maka Fir’aun mengajak ki Bal’am dengan kalimat : “hei Bal’am ayo sihir si musa kata Fir’aun”. Ki Bal’am kaget ditambah bingung kalau di tolak takut dimarahin istri karena lagi senang-senangnya memakai perhiasan emas. Akhirnya ki Bal’am tertipu oleh Fir’aun, sehingga menyihir nabi Musa. Setelah disihir oleh ki Bal’am nabi Musa jadi patung. Akhirnya nabi Musa bertanya kepada Allah S.W.T. : kenapa aku jadi patung? Allah menjawab : di sihir si Bal’am akhirnya nabi Musa bertanya lagi Bal’am wali atau nabi kata nabi Musa? Allah menjawab: Bal’am adalah wali, lalu nabi Musa bertanya lagi : aku nabi atau wali kata nabi musa? Allah menjawab: kamu adalah nabi. Kemudian nabi Musa bertanya lagi : tinggi nabi atau wali? Allah menjawab: tinggi nabi. Musa berkata kalau tinggi nabi tolong kembalikan sihirnya Bal’am setelah sihir Bal’am dikembalikan maka matilah ki Bal’am itulah mati yang su’ul khatimah. Maka saya menghimbau ke seluruh Pembina atau Perawat Al-Hikmah dan khususnya anggota Al-Hikmah umumnya untuk muslimin muslimat hati–hati cara menggunakan ilmu jangan sampai membawa mati su’ul khatimah buat kita.

Ilmu Al-Hikmah menurut medis begitu hebat, tanpa puasa tanpa wirid dengan perbandingan tanah lawan tanah. Artinya seluruh kenikmatan di dunia terbuat dari tanah, dan seluruh musibah juga terbuat dari tanah. Misalnya : a. Susu nikmat, itupun kalau sudah masuk perut. Artinya susu berasal dari binatang atau tumbuhan yang terbuat dari tanah, sedangkan perut kita juga terbuat dari tanah. b. Golok atau Senjata Api itu apabila terkena tubuh sakit, sakitpun kalau sudah masuk keperut atau kebadan kita. Artinya Golok atau Senjata Api terbuat dari tanah, sedangkan perut kita juga terbuat dari tanah. Perbandingannya, kita harus mengeraskan perut untuk melawan Golok atau Senjata Api (tanah dilawan dengan tanah). c. Apabila sakit kepala kita minum obat. Artinya kepala terbuat dari tanah sedangkan obat juga terbuat dari tanah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan ilmu Al-Hikmah menurut teknologi, badan kita ini tergantung kebutuhan, kalau ingin keturunan atau anak harus digerakan dengan istri. Kalau ingin ilmu harus berangkat ke majlis ta’lim, kalau ingin padi dan pisang harus digerakan dengan cangkul. Kalau kita ingin menghindar dari mahluk Allah yang akan berbuat jahat kepada kita, maka harus digerakan perut dengan sekeras-kerasnya. Hal ini khusus bagi orang yang sudah berijajah ilmu Al-Hikmah, sedangkan bagi yang belum berijajah tidak bisa. B. FAEDAH ILMU AL-HIKMAH Ilmu Al-Hikmah dapat dicontohkan seperti diorganisasi pemerintahan, yaitu : - DEPKES - DEPNAKER - DEPSOS - DEPAG, dll Kenapa hal tersebut bisa demikian? Karena manusia mempunyai hak dan keahliannya dalam bidang masing-masing. Setiap anggota Al-Hikmah pun mempunyai hak dan keahliannya dalam bidang masing-masing juga. Jika tidak hak dan ahli dipengobatan atau perdagangan, maka dapat dicari sesuai dengan hak dan keahliannya masing-masing seperti dicontohkan di departemen tadi. Dapat diambil sebagai contoh yaitu Tongkat Nabi Musa dan Batu Merah Delima Nabi Sulaiman yang batu dibawa oleh Nabi Adam dari surga. Tongkat Nabi Musa adalah warisan dari mertuanya yaitu Nabi Sueb. Sedangkan Batu Merah Delima Nabi Sulaiman adalah warisan dari bapaknya yaitu Nabi Daud. Kenapa tidak disebut tongkat atau batu Nabi Adam atau tongkat Nabi Sueb atau batu Nabi Daud. Ini karena hak dan ahlinya Nabi Musa dan Nabi Sulaiman, maka begitu pula dengan ilmu Al-Hikmah. Karena contoh tersebut diatas, dunia itu untuk contoh akhirat, misalnya : 1. Tidur diakhirat, di dunia dicontohkan dengan tidurnya ashabul kahfi. Perasaan ashabul kahfi hanya tertidur dalam satu malam, ternyata telah tertidur selama 300 tahun lamanya. 2. Makan di akhirat, di dunia dicontohkan dengan makannya Siti Maryam. Konon riwayatnya ketika Siti Maryam ingin melahirkan, dia menghindar ke tempat yang lain dikarenakan tidak mempunyai suami. Ketika sedang kelelahan berjalan di padang pasir, dia berhenti lalu bersandar melepas lelah dibawah pohon kurma yang sudah rapuh dan hampir mati. Dan ketika Nabi Isya terlahir di bawah pohon kurma tersebut, pohon itu kembali muda dan berbuah lebat. Saat Siti

Maryam merasa lapar terjadi keanehan, pohon kurma itu merunduk dengan sendirinya mengantarkan buah kurma yang masih menempel didahannya ke mulut Siti Maryam dengan kecepatan seperti tangan yang menggaruk gatal. Sepertinya terjadi kontak antara Siti Maryam dengan pohon kurma tersebut, itulah contoh untuk makan di akhirat. 3. Melihat di surga, di dunia dicontohkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Apa yang ada didepan dan dibelakang kelihatan oleh Rasulullah dan ini contoh cara melihat di surga. 4. Jima’ di surga, di dunia dicontohkan oleh Nabi Sulaiman. Konon riwayatnya Nabi Sulaiman mempunyai 1000 (seribu) orang istri, dia bernadzar istri yang sebanyak itu mau di jima’ dalam satu malam. Untuk itu Nabi Sulaiman melaksanakan secara tehnik, yaitu dengan menjima’ satu orang istri, yang 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) istri yang lain dapat turut merasakan di jima’ pula. Nabi Sulaiman pun merasakan menjima’ 1000 (seribu) orang istri pada waktu yang bersamaan. Itulah contoh jima’ di akhirat. Maka saya menghimbau khusus kepada seluruh anggota Al-Hikmah, umumnya kepada seluruh muslimin/muslimat untuk tidak meragukan bahwa akhirat itu ada dan setiap kejadian di dunia itu adalah contoh untuk di akhirat. Berhubung contoh seluruh kenikmatan dan seluruh musibah itu hanya 1% nya saja yang diturunkan ke dunia, maka sisanya yang 99% akan kita rasakan nantinya di akhirat baik nikmat maupun musibahnya.

C. PRAKTEK ILMU AL-HIKMAH Bohong Al-Hikmah tidak ada biayanya karena dulu setiap orang yang mau belajar ilmu Al-Hikmah membawa susu, pisang ambon, kopi, rokok, biskuit dan lainlain. Itu simbol yang artinya setiap orang yang mau belajar ilmu Al-Hikmah kena sumpah harus sanggup melaksanakan segala perintah Allah S.W.T. dan sanggup menjauhi segala larangan-Nya, susu melambangkan harus syukur menerima manis, pisang ambon melambangkan bayi, maksiat yang dulu harus ditinggalkan atau ditobati, kopi melambangkan harus siap menghadapi pahit. Karena syarat-syarat tersebut dianggap Bid’ah, maka dengan ridho guru dihilangkanlah kebiasaan tersebut, padahal faedahnya apabila selesai latihan dapat minum susu, sedangkan kalau lapar ada makanan. Ilmu Al-Hikmah yang bergerak di tangan syaratnya apabila melipat satu jari maka harus puasa selama satu bulan, sedangkan apabila melipat sepuluh jari maka puasanya selama sepuluh bulan, kalau tidak sanggup puasa, maka harus bayar (mud) pada fakir miskin. Hal tersebut tersebut dihilangkan oleh guru, maka tidak ada puasa. Namun rata-rata manusia rugi dan salah yang berawal dari keliru paham, contoh : apabila ada orang yang maju itu sebetulnya membantu, tapi tidak untuk orang yang keliru paham. Mereka mengganggap orang-orang yang maju sebagai penghalang, akibatnya timbul sifat hati hasud, sedangkan hasud dan maksiat itu berbeda. Hasud itu membakar seluruh amal ibadah kita baik doa maupun sodakoh sampai hancur tidak ada debunya. Tolong hindari sifat hasud tersebut. Sedangkan maksiat dapat menghabiskan amal ibadah kita tergantung dari besar kecilnya, maka saya himbau khususnya kepada seluruh anggota Al-Hikmah, umumnya kepada muslimin/muslimat hindari sifat hasud dan maksiat jika ingin kaya atau selamat diakhirat.

Al-Hikmah cara menggunakannya harus dengan praktek bukan dengan wirid contoh : ada barang kita dimasryk atau dimaghrib barang tersebut lupa di kunci atau di tinggal di luar rumah. Kita bisa mengeraskan perut dan bayangkan barang tersebut, namun kekuatannya yang disebut titipan hanya 24 jam, kalau sudah 24 jam harus dititip kembali. Contoh nyata : ada ikhwan Al-Hikmah dari Jasinga yang mempunyai toko di Tanah Abang, setelah pulang dari toko ke rumah baru ingat kalau tokonya belum dikunci, langsung dibayangkan toko tersebut dari rumah sambil perut dikeraskan dan kebetulan didalam toko tersebut sudah ada maling. Besok harinya ketika dia sampai di toko ternyata didapatinya si maling sudah kaku seperti patung.

TATA CARA DAN PERATURAN DALAM ILMU AL-HKMAH Ilmu Al-Hikmah tidak lepas dari hukum syara dan riwayat Nabi Muhammad S.A.W, contohnya walaupun sudah lincah atau mahir di Al-Hikmah jika belum punya istri tidak boleh di syahkan ngajar atau jadi pembina Al-Hikmah. Bila ada orang yang belum punya istri ternyata sudah mengajar Al-Hikmah, orang itu berarti telah melanggar peraturan Al-Hikmah. Dan bagi orang yang telah melanggar peraturan sebagaimana yang telah di tetapkan Al-Hikmah, maka dia akan menghadapi resikonya masing-masing. Dasar dalilnya adalah, nabi Muhammad S.A.W. belum dicap kenabian sebelum menikah dengan Siti Khadijah, itulah patokan menjadi Pembina atau Perawat Al-Hikmah dan tidak lepas dari hukum syara seluruh gerak-gerik dan tindaktanduk Al-Hikmah. Menurut sebuah pengalaman, ada seorang ikhwan yang belum mempunyai istri tapi ingin buru-buru menjadi Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah. Akhirnya ikhwan tersebut menikahi seorang janda dan setelah beberapa bulan di syahkan menjadi Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah, si janda itu pun langsung diceraikannya. Dengan kalimat resiko masing-masing, maka dia mendapatkan masalah sendiri. A. Tata cara ingin belajar ilmu Al-Hikmah, yaitu : 1. Aqil Baligh, itupun kalau sanggup mengerjakan segala perintah Allah S.W.T. dan sanggup meninggalkan segala larangan-Nya. 2. Bersih dari Hadast besar dan kecil. seandainya anak dibawah umur mau belajar ilmu Al-Hikmah, hukum bai’atnya harus diserahkan/diamanahkan kepada orang tua yang mengantarkan mereka, dalam hal ini apabila mereka sudah baligh atau dewasa, hukum bai’atnya harus disampaikan oleh orang tuanya dan apabila ada kegagalan setelah masuk AlHikmah, misalnya dengan berzina (jima’) dengan orang yang belum dinikahi maka mereka harus menunggu selama delapan tahun dengan cara baik-baik dalam arti bertobat dahulu. Dari beberapa pengalaman yang sudah terjadi seperti diatas, ada ikhwan mengadu ke Pembina atau Perawat Al-Hikmah, kemudian pengaduan tersebut ditanggapi dengan jawaban hanya disuruh mandi besar (junub) akhirnya ikhwan tersebut dirawat kembali. Pengalaman tersebut resikonya menimpa diri masing-masing ikhwan dan Pembina atau ilmu tidak manfaat, sedangkan ada hadist Rasul yang berisi ancaman yang berbunyi :

yang artinya : “siksaan yang paling berat bagi manusia dihari kiamat adalah mereka yang punya ilmu tetapi tidak bermanfaat, maha suci Allah S.W.T. “ 3. Mampu mengeraskan perut. Tolak ukur dari pendidikan ilmu Al-Hikmah, tergantung dari cara mengeraskan perut. Kalau cara mengeraskan perutnya kurang keras, maka kurang puas hasilnya, namun apabila mengeraskan perutnya keras seperti batu, berbicara dan bernafas tidak terganggu serta badan tidak kaku, maka akan lebih puas

hasilnya. Menurut ucapan guru kita Abah H. Syaki, “wajib mengeraskan perut sambil menganggukkan kepala”. Adapun cara melatih untuk mengeraskan perut adalah membiasakan diri terlebih dahulu mengeraskan perut setiap ingin minum, makan, mandi dan tidur. Ini untuk memancing kebiasaan kita sehingga menjadi reflek terhadap hal-hal mengejutkan yang bersifat mengandung bahaya. Contoh : Perut terlebih dahulu dikeraskan, ketika kita ingin minum. Hal ini untuk mengantisipasi apabila minuman tersebut mengandung racun, maka Insya Allah gelasnya akan hancur. Begitu juga halnya ketika kita ingin makan, apabila didalam makanan tersebut mengandung barang yang haram maka makanan itu tidak bisa diambil. Dalam hal ini muncul pertanyaan, “Bagaimana kalau gelasnya terbuat dari plastik atau kaleng yang tidak bisa hancur ? ” maka jawabannya, “Gelas tersebut tidak akan pecah tetapi tidak bisa diambil”. Apabila ada seorang ikhwan Al-Hikmah yang di pukul, walaupun sudah mengeraskan perut ternyata masih bisa kena. Itu mencontohkan, bahwa tidak setiap Islam masuk surga. Kemudian apabila di pukul kena tapi tidak merasakan sakit dan badan tidak terluka, itu mencontohkan bahwa orang Islam ahli ibadah tetapi bukan ahli surga. Tehnik penggunaan ilmu Al-Hikmah adalah setiap menggunakannya hanya dengan mengeraskan perut sambil menyebut nama Allah (Allahu Akbar), tanpa harus terlebih dahulu membaca wirid, karena ilmu Al-Hikmah bukan Hijib. Atas dasar itulah guru kita Abah H. Syaki berpesan kepada seluruh Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah, diwajibkan untuk terlebih dahulu mendidik muridnya bagaimana cara mengeraskan perut dan tidak boleh diijajahkan ilmu Al-Hikmah sebelum muridnya benar-benar bisa.

B. Peraturan dalam mempelajari ilmu Al-Hikmah, yaitu : 1.

Harus Islam, yaitu Islam yang sanggup menjalankan segala perintah Allah S.W.T dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika tidak cukup syarat menurut hukum syara, maka batal (tidak boleh). Contoh : Orang luar Islam dirawat masuk Al-Hikmah, kenapa demikian karena mengutip dari ayat Al -Qur’an (Qs. :)

Barang siapa Pembina atau Perawat Al-Hikmah merawat diluar Islam, maka tunggu kehancurannya. Menurut riwayat, sebelum Pak Toha meninggal beliau sudah mengesahkan Pembina atau Perawat 60 orang termasuk Abah H. Syaki setelah diperhatikan oleh Abah H. Syaki diantara 60 orang kebanyakan ngerawat diluar Islam, dari situlah Abah H. Syaki berpikir dan berprinsip tidak mau sama-sama diakhirat nanti bersama orang-orang diluar Islam. Abah H. Syaki memisahkan diri dari SINLAMBA karena singkatan SINLAMBA (saudara lahir batin) artinya bersatu dari dunia sampai akhirat, umpamanya ke neraka ke nerakalah semua, kalau ke surga ke surgalah semuanya, itulah pepatah Pak Toha guru besar kita, maka yang terjadi Abah membentuk nama asosiasi

KSBPI. Setelah goyang dan bubar KSBPI tersebut maka Abah istikhoroh turunlah nama Al-Hikmah, maka sampai sekarang ilmu tersebut dinamakan ilmu Al-Hikmah. Sehingga ada julukan kata di mana di sebut Abah H. Syaki itu adalah Al-Hikmah dan begitu juga sebaliknya. Kenapa hasil istikhoroh turun Al-Hikmah? Karena sesuai dengan tingkah laku Abah H. Syaki yang bersifatkan amar ma’ruf nahi mungkar. 2.

Jika ada ikhwan/akhwat Al-Hikmah yang melakukan zina, maka harus bertahan selama delapan tahun untuk tidak dirawat dulu. Setelah melewati masa delapan tahun, maka silahkan ikhwan/akhwat tersebut dirawat kembali dan ini adalah peraturan dalam ilmu Al-Hikmah. Jika sebelum delapan tahun ikhwan/akhwat tersebut memaksa ingin dirawat kembali, kemudian Pembina atau Perawatnya mengabulkan permintaan ikhwan/akhwat tersebut, maka resikonya akan menimpa si ikhwan/akhwat dan Pembina atau Perawatnya.

3.

Jika ada seorang akhwat ingin belajar ilmu Al-Hikmah, sedangkan akhwat tersebut sudah mempunyai suami, maka Pembina atau Perawat ilmu Al-Hikmah harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari suami akhwat tersebut. Hal ini untuk mencegah fitnah yang akan timbul dikemudian hari.

Tolong patuhi peraturan-peraturan yang terdapat dalam ilmu Al-Hikmah, pertahankanlah amanat guru jangan sampai resiko menimpa diri kita masing-masing. Itulah pandangan saya atau pengalaman saya terhadap perkembangan ilmu AlHikmah yang semakin merosot dan tidak bermanfaat. C. Adab Menerima Tamu non Muslim atau diluar Islam. Cara menerima tamu non muslim atau diluar Islam, apabila minta obat karena sakit atau minta syarat usaha itu boleh, asal jangan dikasih kekuatan, alasannya karena pada suatu saat nanti apabila terjadi perang antar agama, takut membahayakan kita. Konon riwayatnya pada zaman nabi Ibrahim pada waktu itu ada seorang raja kafir bilang jangan ikut agama Ibrahim karena agamanya susah dan nabi Ibrahim tidak menyembah api maka di akhirat nanti akan di bakar oleh api menurut raja kafir. Maka mereka menyembah api dengan kenyakinan bahwa api neraka akan jinak. Tetapi dari zaman nabi Adam sampai hari kiamat nanti tidak setiap orang kafir itu kaya dan tidak setiap orang Islam itu miskin, itulah perjalanan dunia yang telah diatur oleh Allah S.W.T. Namun tiba-tiba nabi Ibrahim kedatangan seorang kafir yang miskin, nabi Ibrahim tersinggung oleh perkataan raja kafir tadi kemudian nabi Ibrahim mengusir orang kafir yang miskin tadi, tetapi tidak mau pergi akhirnya nabi Ibrahim yang pergi. Di tengah perjalanan Nabi Ibrahim mendapat teguran Allah S.W.T. dengan mengutus malaikat Jibril untuk berkata : “kamu hanya disuruh menyampaikan amanat tapi kenapa kamu marah, sedangkan Aku (Allah) sudah memberikan Rizki kepada mereka (orang-orang kafir) namun mereka tidak percaya pada Aku (Allah) akan tetapi Aku tidak marah karenanya“ Akhirnya nabi Ibrahim kembali dan menghormati tamu si kafir tadi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa menerima tamu orang kafir itu boleh tetapi jangan mendoakannya. Riwayatnya, nabi Ibrahim pernah mendoakan bapaknya yang kafir namun ditolak do’anya oleh Allah S.W.T.

AL-HIKMAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KHADAM Kita sebagai ikhwan/akhwat Al-Hikmah harus bisa membedakan, mana khadam soleh dan mana khadam salah. Karena diambil dari beberapa riwayat, jangankan benda mati, setiap benda yang lahirpun diberi khadam oleh Allah S.W.T. yaitu sebanyak sepuluh Malaikat, namun direbut oleh segerombolan syetan. Contohnya seperti setiap bayi yang baru lahir di sunahkan untuk di azdanin, tujuannya untuk mengusir syetan supaya Malaikat lebih dekat. Maka kita harus bisa membedakan mana khadam soleh dan mana khadam salah. Contoh yang paling gampang, apabila kita banyak beribadah maka jelas itu khadamnya adalah Malaikat yang sepuluh. Sebaliknya apabila kita banyak berbuat maksiat maka khadamnya adalah syetan. Jika memakai benda berupa ajimat kemudian dipakai untuk ibadah, maka khadamnya adalah Malaikat yang sepuluh. Begitu juga sebaliknya jika dipakai berbuat maksiat dan berhasil, maka ajimat tersebut khadamnya adalah syetan. Karena syetan menginginkan kita supaya kita lebih banyak berbuat maksiat. Jadi yang disebut dengan khadam soleh, khadamnya adalah Malaikat, sedangkan khadam salah, kadamnya adalah syetan. Konon sering ada kejadian, jika ajimat yang dari Al-Hikmah dibawa maksiat, maka pada terbang, mungkin khadam ajimat tersebut adalah sepuluh Malaikat, tetapi khadam tersebut bukan dari penulis ajimat tersebut, kemungkinan khadam yang pada diri masing-masing yang memakai ajimat itu. Tapi jika ajimat tersebut dipakai maksiat tidak terbang dan berhasil, maka khadam ajimat tersebut adalah syetan yang ada pada diri masing-masing pemakai ajimat tersebut. Saya ngambil pengalaman banyak sekali Pembina atau Perawat Al-Hikmah atau anggota Al-Hikmah merasa kedatangan Pak Toha, Abah H. Syaki, atau kedatangan H. Iskandar ketika sedang wirid ditengah malam, dia punya pendapat atau perasaanya itu orang tua beneran padahal mutlak itu adalah syetan menyerupai sang guru? Karena anggota tersebut sedang idola kepada gurunya setelah terpengaruhi karena dianggap gurunya, nanti sama syetan di sasarkan itulah tipuan syetan. Karena saya pribadi atas nama ikhwan Al-Hikmah sebagai murid Abah H. Syaki saya tidak senang dan tidak ridho guru besar saya sekaligus orang tua saya dijadikan marakhayangan (penampakan), sedangkan saya dan yang lainnya setiap saat setiap waktu memohonkan ampun kepada Allah S.W.T. supaya diberikan rahmat. Memang ada pesan dari seluruh guru, dimana kesulitan ingatlah guru bukan menghadirkan guru. Dan supaya lebih mengerti, hati-hatilah terhadap masalah khadam. Barang siapa dirinya merasa mengIslamkan jin anak buah syetan, syetan anak buah iblis orang tersebut sudah ketipu, Allah S.W.T. berfirman dalam ( QS AlBaqarah ) yaitu :

Dulu riwayatnya iblis minta tolong sama nabi Musa. Kata iblis wahai nabi Musa aku ingin masuk ke surga coba tolong tanyakan kepada Allah apa yang harus aku lakukan? Nabi Musa menjawab : bohong kamu, sampai empat kali. Iblis menjawab: benar, sampai empat kali Nabi Musa bertanya kepada Allah : Ya robbi, iblis ingin ke surga apa yang harus mereka lakukan? Allah menjawab : bohong, sampai empat kali.

Akhirnya Allah memberi cara dengan kalimat “kalau iblis ingin masuk kesurga ia harus sujud dikuburan nabi Adam as. Nabi Musa menjawab: untung dan enak amat si iblis. Akhirnya nabi Musa menghadap iblis dan menyampaikan apa yang di katakan oleh Allah. Kemudian iblis berangkat menuju kekuburan nabi Adam as, ditengah perjalanan iblis berkata “hina amat gue kalau sampai sujud di kuburan nabi Adam as. yang telah menjadi mayat, sedangkan waktu dia hidup gue ogah untuk sujud” Maka turunlah ayat :

“aba was takbaro” yang artinya : Si Iblis adalah pembohong yang paling besar”, istilah penyakit tidak ada obatnya. Lengkapnya apabila anak buah iblis menggoda manusia tidak berhasil maka kaki dan tangannya diikat lalu di buang kesamudera tidak dibuka sampai hari kiamat nanti dan bagi kita menurut keterangan hukum jangan pernah pelihara jin, karena tidak dipeliharapun jin sudah banyak disekeliling kita. Syetan menggoda manusia dengan cara baik setelah terpengaruh atau dikuasai baru disasarkan. Allah S.W.T tidak akan berbisik kepada manusia yang berbisik kepada manusia adalah syetan. Itulah yang menjadi patokan supaya kita jangan sampai tertipu oleh syetan, maka turun ayat :

artinya :” aku berlindung kepada allah dari godaan syetan yang terkutuk” Kamu tidak akan mampu melawan syetan karena syetan mempunyai kesaktian hanya dengan pertolongan-Ku (Allah) bisa mengalahkannya untuk lebih lengkapnya boleh di pelajari dari riwayat lain yang lebih lengkap.

MASALAH WIRID DALAM ILMU AL-HIKMAH

Wirid, silahkan anda baca sebanyak-sebanyaknya karena itu untuk kekayaan akhirat. Wirid artinya adalah doa, doa itu ibadah. Namanya doa adalah ; shalat, shalawat, tasbih, tahmid, dzikir, baca Al-Qur’an. Doa untuk kekayaan akhirat, sedangkan Ibadah yang dibayar tunai itu adalah doa, sodakoh, zakat, zakat fitrah, nafkah anak istri, infak, memberikan nafkah kepada kedua orang tua yang miskin adalah wajib, sedangkan kepada kedua orang tua yang mampu adalah sunah, ibadah sodakoh sunah jariyah fakir miskin. Maka kalau ingin kaya di akhirat ibadah ini harus diperbanyak. Kalau takut miskin ingin kaya sungguh-sungguhlah dalam berusaha, artinya kalau ingin ke surga takut ke neraka, maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah. Tidak akan kaya usaha di dunia kalau tidak dibarengi dengan ilmunya, artinya dari ibadah tadi diambil barokahnya kalau ilmu ingin manfaat. Wirid :

Itu adalah Ijma atau Qiyas ulama dititipkan sama yang mengamal Al-Hikmah, karena para ulama mengetahui kelemahan kelemahan kita, dikasih wiridpun tidak ingat sama Allah S.W.T., apalagi tidak kasih wirid, namun wirid tersebut harus diamalkan karena wirid dan ngamal itu beda. Wirid adalah ucapan atau omongan, sedangkan ngamal itu adalah ucapan yang disertai dengan pelaksanaan. Kalimat amal itu berasal dari bahasa arab yang artinya kerja. konon riwayatnya dari rasulullah ke anas bin malik satu riwayat ke abi yashar satu riwayat ke abi umamah dua riwayat namun kesimpulan tiga sahabat empat riwayat barang siapa sering membaca doa tersebut akan diangkat derajatnya diakhirat barang siapa membaca doa tersebut diatas tadi dipakai maksiat kemudian berhasil itu khadamnya syetan, karena tukang santet apabila ingin menyantet membaca shalawat untuk menundukan jin yang diperintahnya, maka kita mengusirnya pun harus dengan membaca shalawat. Riwayat wirid pada mulanya simpang siur. Karena pada zaman Abah H. Syaki, beliau tidak dikasih wirid atau doa oleh Pak Toha. Sedangkan pada waktu itu Abah sering pergi keluar. Ketika Abah sedang tidak dirumah, datang tamu yang dilayani oleh bapaknya atau adiknya, yang akhirnya kalau ditanya masalah wirid dikasih sembarangan contoh : bahasa jawokan. Anggapan para tamu adalah bahwa Abah H. Syaki dapat ilmu dari bapaknya, padahal Abah H. Syaki justru membina atau merawat tetangganya terlebih dahulu dilanjutkan adiknya (H. Surnita) lalu bapaknya (Abah Sartawi). Dari situlah wiridan simpang siur. Setelah saya (H. Iskandar) terjun ke Al-Hikmah wiridan Al-Hikmah baru dibenahi.

NB: Mohon ma’af kalau di dalam file Buku Al-Hikmah ini tidak di lengkapi dengan keterangan hadist/Nas Al-Qur’an beraksara arab, Karena keterbatasan fasilitas dalam compter kami. mohon untuk melengkapinya sendiri sesuai yang tertera di buku. trim’s.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF