Akuntansi Tanaman Perkebunan Pada PT KLM - Megan Freelycia Sumarandak

February 7, 2017 | Author: Maria Virginia Melati | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

akuntansi perkebunan...

Description

UNIVERSITAS INDONESIA

AKUNTANSI TANAMAN PERKEBUNAN PADA PT KLM

KARYA AKHIR

MEGAN FREELYCIA SUMARANDAK 0906568420

PROGRAM VOKASI BIDANG STUDI AKUNTANSI DEPOK JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

AKUNTANSI TANAMAN PERKEBUNAN PADA PT KLM

KARYA AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

MEGAN FREELYCIA SUMARANDAK 0906568420

PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA BIDANG STUDI AKUNTANSI KEKHUSUSAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DEPOK JUNI 2012 i

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR & UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa mencurahkan berkat dan tuntunan-Nya kepada Penulis selama menyelesaikan karya akhir ini. Penulisan karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Ilmu Akuntansi.

Karya akhir ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ibu Dr. Dwi Martani, S.E., Ak. selaku dosen pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing Penulis menyelesaikan karya akhir ini. (2) KAP Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny, khususnya Ci Yelly Warsono, Ibu Lianny Leo, Mas Ario Bulan Awalia Noor dan Mbak Anastasia Dyaning Anggraini, yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis untuk melaksanakan magang dan memberikan pelajaran dan bimbingan selama pelaksanaan magang. (3) PT KLM yang telah menjadi objek penulisan laporan magang. (4) Orang tua dan adik Penulis, yaitu Papa Ferry Sumarandak, Mama Magda Matindas dan Adik Maria Christie Sumarandak yang senantiasa memberikan doa, dukungan, bimbingan dan cinta kasih kepada Penulis setiap waktu. (5) Emeraldy Putra Petrus yang tiada henti memberikan doa, dukungan, waktu dan bantuan kepada Penulis setiap saat. (6) Seluruh dosen dan karyawan Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Ilmu Akuntansi yang senantiasa memberikan bantuan dan bimbingan selama Penulis menjalani perkuliahan, khususnya Ibu Birawani D. Anggraeni, S.E., M.S.M. dan Ibu Marsdenia, S.E., Ak., MARS yang ikut serta memberikan masukan yang baik kepada Penulis dalam pembuatan karya akhir ini.

v

Universitas Indonesia

(7) Rekan-rekan seperjuangan di Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Ilmu Akuntansi angkatan 2009 yang telah bersama-sama dengan Penulis menjalani suka dan duka selama masa perkuliahan. (8) Pihak lain yang tidak dapat Penulis sebut satu persatu. Penulis adalah manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu, Penulis meminta maaf untuk segala kekurangan dalam karya akhir ini. Penulis berharap karya akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Depok, 23 Mei 2012 Penulis

(Megan Freelycia Sumarandak)

vi

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama Program Studi Judul

: Megan Freelycia Sumarandak : Vokasi Akuntansi : Akuntansi Tanaman Perkebunan pada PT KLM

Karya Akhir ini mengenai Akuntansi Tanaman Perkebunan pada PT KLM. Akuntansi tanaman perkebunan hanya diterapkan oleh perusahaan perkebunan. Hasil audit atas penyajian dan pengungkapan atas tanaman nanas, kelapa sawit dan tebu milik PT KLM pada laporan keuangan tahun 2011 menunjukkan bahwa penyajian dan pengungkapan telah sesuai dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Perbandingan antara SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang menggunakan metode biaya perolehan dengan IAS No. 41 mengenai Agriculture yang menggunakan metode nilai wajar dibutuhkan karena IAI sedang mempertimbangkan pengadopsian IAS No. 41.

Kata kunci: Akuntansi Tanaman Perkebunan, Penyajian dan Pengungkapan.

viii

Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name Study Program Title

: Megan Freelycia Sumarandak : Vokasi Akuntansi : Accounting for Plantation of PT KLM

This Final Project is about Accounting for Plantation of PT KLM. Accounting for plantation is only applied by plantation companies. Audit result for presentation and disclosures of PT KLM’s pineapple, palm and sugarcane plants on financial statement 2011 showed that the presentation and disclosures are in accordance with SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 about Presentation and Disclosures Guidelines for Financial Statement of Public Companies in Plantation Industry. Comparison between SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 that uses cost method and IAS No. 41 about Agriculture that uses fair value method is required because IAI is considering the adoption of IAS No. 41.

Keywords: Accounting for Plantation, Presentation and Disclosures.

ix

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN KARYA AKHIR .......................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR & UCAPAN TERIMA KASIH ................................ HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... ABSTRAK .................................................................................................. ABSTRACT .................................................................................................. DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

i ii iii iv v

1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1 Latar Belakang Program Magang ...................................................... 1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang ............................................... 1.2.1 Tujuan umum ............................................................................ 1.2.2 Tujuan khusus ........................................................................... 1.3 Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang ................................................ 1.4 Ruang Lingkup Penulisan Karya Akhir ............................................. 1.5 Metodologi Penulisan Karya Akhir ................................................... 1.6 Sistematika Penulisan Karya Akhir ...................................................

1 1 2 2 3 4 6 8 8

2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................ 2.1 Gambaran Umum KAP MSSL........................................................... 2.1.1 Sejarah perusahaan .................................................................. 2.1.2 Visi, misi dan nilai perusahaan ................................................ 2.1.3 Struktur organisasi perusahaan ................................................ 2.1.4 Jasa perusahaan ......................................................................... 2.2 Gambaran Umum PT KLM ............................................................... 2.2.1 Sejarah perusahaan ................................................................... 2.2.2 Profil perusahaan ..................................................................... 2.2.3 Visi, misi, nilai dan kode etik perusahaan ................................ 2.2.4 Struktur organisasi perusahaan ................................................. 2.2.5 Ikhtisar keuangan perusahaan ...................................................

10 10 10 10 12 13 14 14 14 18 21 22

vii viii ix x xiii xiv xv

3. LANDASAN TEORI ............................................................................... 27 3.1 Gambaran Umum Standar Akuntansi untuk Tanaman Perkebunan... 27 3.2 SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan ........................................................................... 28

x

Universitas Indonesia

3.2.1 Definisi tanaman perkebunan ................................................... 3.2.2 Pengakuan, pengukuran dan penyajian tanaman perkebunan .. 3.2.3 Pengungkapan tanaman perkebunan......................................... 3.3 Standar Akuntansi selain SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang Terkait dengan Akun Tanaman Perkebunan PT KLM....................... 3.3.1 PSAK No. 7 tentang Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi ...... 3.3.2 PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset ............................ 3.4 IAS No. 41 tentang Agriculture ......................................................... 3.4.1 Ruang lingkup penerapan IAS No. 41 ...................................... 3.4.2 Pengakuan dan pengukuran tanaman perkebunan .................... 3.4.3 Pengungkapan tanaman perkebunan......................................... 3.4.4 Hasil penelitian penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41 ....... 3.5 Audit atas Tanaman Perkebunan ........................................................ 3.5.1 Asersi manajemen dan tujuan audit mengenai penyajian dan pengungkapan ........................................................................... 3.5.2 Fase-fase audit atas laporan keuangan ...................................... 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 4.1 Analisis Industri ................................................................................. 4.2 Prosedur Akuntansi Tanaman Perkebunan PT KLM ......................... 4.2.1 Prosedur akuntansi tanaman PT KLM yang diklasifikasikan sebagai persediaan .................................................................... 4.2.2 Prosedur akuntansi tanaman belum menghasilkan PT KLM ... 4.2.3 Prosedur akuntansi tanaman telah menghasilkan PT KLM ...... 4.2.4 Penggunaan IAS No. 41 pada PT KLM ................................... 4.3 Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan PT KLM ............................................................................................. 4.3.1 Perencanaan dan pembuatan pendekatan audit......................... 4.3.2 Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman Perkebunan ............................................................................... 4.3.2.1 Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and obligations) .................................................. 4.3.2.2 Kelengkapan (completeness) ........................................ 4.3.2.3 Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation) 4.3.2.4 Pengklasifikasian dan pemahaman (classification and understandability) ......................................................... 4.3.3 Penyelesaian audit dan penerbitan Laporan Auditor Independen ................................................................................ 4.4 Penambahan Proyek Tebu oleh PT KLM pada Tahun 2011.............. 4.5 Analisis Akuntansi dan Audit atas Tanaman Perkebunan PT KLM .. 4.5.1 Analisis akuntansi tanaman perkebunan PT KLM ................... 4.5.2 Analisis audit atas tanaman perkebunan PT KLM ...................

29 30 34 37 37 39 41 41 42 52 55 56 57 58 59 59 61 63 67 71 77 80 80 82 82 83 84 84 85 86 88 88 90

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 92 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 92 5.2 Saran ....................................................................................... 93

xi

Universitas Indonesia

5.2.1 Saran untuk KAP MSSL........................................................... 93 5.2.2 Saran untuk PT KLM................................................................ 93 5.2.3 Saran untuk Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi ........................................................................ 94 DAFTAR REFERENSI ............................................................................... 96

xii

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Daftar Pemegang Saham PT KLM ......................................... 15

Tabel 2.2

Ikhtisar Keuangan PT KLM ................................................... 22

Tabel 2.3

Rasio Keuangan PT KLM ...................................................... 23

Tabel 3.1

Perbedaan Aset Biologis dan Produk Agrikultur ................... 44

Tabel 4.1

Klasifikasi Tanaman Nanas Belum Menghasilkan PT KLM . 68

Tabel 4.2

Komparasi Jurnal antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar ................................................................ 77

Tabel 4.3

Komparasi Penyajian Laporan Keuangan antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar ........................ 79

Tabel 4.4

Tren Penjualan dan Laba Kotor PT KLM Divisi Nanas Tahun 2008 – 2010 ................................................................. 87

Tabel 4.5

Kesesuaian Prosedur Akuntansi PT KLM dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 ......................................... 89

xiii

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Struktur Organisasi KAP MSSL ............................................ 12

Gambar 2.2

Daftar Anak Perusahaan PT PQR Tbk ................................... 15

Gambar 2.3

Alur Penjualan Tandan Buah Segar PT KLM ........................ 16

Gambar 2.4

Alur Penjualan Nanas Mentah PT KLM ................................ 17

Gambar 2.5

Struktur Organisasi PT KLM ................................................. 21

Gambar 4.1

Skema Umur Tanaman Perkebunan ....................................... 62

Gambar 4.2

Penyajian Persediaan PT KLM .............................................. 64

Gambar 4.3

Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Penting ............ 65

Gambar 4.4

Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Persediaan 66

Gambar 4.5

Penyajian Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM ............. 68

Gambar 4.6

Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting................................................................... 69

Gambar 4.7

Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Belum Menghasilkan ......................... 70

Gambar 4.8

Penyajian Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM ............... 74

Gambar 4.9

Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting................................................................... 75

Gambar 4.10 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Telah Menghasilkan .......................... 76 Gambar 4.11 Laporan Auditor Independen – Paragraf 2 & 3 ...................... 86

xiv

Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Checklist SE-02/PM/2002 Bagian Tanaman Perkebunan ...... 98

Lampiran 2

Laporan Posisi Keuangan PT KLM per 31 Desember 2011 dan 2010 ................................................................................. 102

Lampiran 3

Laporan Laba Rugi Komprehensif PT KLM untuk Tahuntahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 ................ 104

Lampiran 4

Laporan Perubahan Ekuitas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 .......................... 105

Lampiran 5

Laporan Arus Kas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 ................................... 106

xv

Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Program Magang Indonesia sebagai negara berkembang pasti membutuhkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Salah satu cara pemenuhan kebutuhan ini adalah melalui jalur pendidikan formal, yaitu pendidikan tinggi. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, pendidikan vokasi merupakan salah satu pendidikan yang dapat diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Penulis adalah salah satu mahasiswi Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Ilmu Akuntansi yang menyadari adanya kondisi ini dan berusaha memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Indonesia. Oleh karena itu, Penulis mengambil mata kuliah Magang yang diwajibkan sebagai syarat kelulusan oleh Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Ilmu Akuntansi untuk meningkatkan dan menerapkan kemampuan teknikal dan analitikal dalam bidang akuntansi di dunia kerja yang sesungguhnya. Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi merupakan transformasi dari Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Transformasi

ini

diselenggarakan

berdasarkan

SK Rektor UI No. 696A/SK/R/UI/2008. Perbedaan utama dari kedua entitas ini adalah struktur organisasi. Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia berada di bawah naungan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sedangkan Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi berada di bawah naungan Program Vokasi Universitas Indonesia. Jika dilihat dari sisi akademik, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua entitas tersebut karena jenis mata kuliah yang diajarkan dan bobot bagi masingmasing mata kuliah tersebut tetap sama. Magang yang merupakan salah satu mata kuliah di Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi diselenggarakan dalam usaha mencapai visi Program Vokasi Universitas Indonesia, yaitu “Menjadi pusat 1

Universitas Indonesia

2

unggulan pendidikan vokasional di ASEAN” dan visi Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi, yaitu “Menjadi center of excellence dalam pendidikan tinggi non gelar di bidang akuntansi di Indonesia”. Mata kuliah Magang membuka peluang bagi mahasiswa/mahasiswi untuk semakin mendalami setiap disiplin ilmu yang telah ditekuni di bangku kuliah, menerapkan setiap disiplin ilmu tersebut dengan baik di dunia kerja yang sesungguhnya dan mengikuti setiap perkembangan yang terjadi pada setiap disiplin ilmu tersebut. Tingkat pencapaian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi sistem perekonomian Indonesia yang semakin berkembang dari hari ke hari.

1.2

Tujuan Pelaksanaan Program Magang Pelaksanaan magang ini memiliki beberapa tujuan yang sejalan dengan

misi pertama Program Vokasi Universitas Indonesia, yaitu “Menyelenggarakan pendidikan vokasional dengan penekanan pada keahlian dan praktek selaras dengan kebutuhan dunia kerja dan industri untuk menghasilkan tenaga ahli madya profesional yang berstandar internasional”. Tujuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

1.2.1

Tujuan umum Secara umum, pelaksanaan magang bagi mahasiswa/mahasiswi jurusan

Akuntansi Sektor Publik bertujuan untuk menghasilkan praktisi yang kompeten dalam penyusunan dan pemeriksaan laporan keuangan untuk organisasi sektor publik dan komersial. Tujuan tersebut mencakup enam bidang kompetensi, yaitu: •

Akuntansi Keuangan dan Manajemen



Akuntansi Keuangan Organisasi Sektor Publik



Auditing



Perpajakan



Komputer Akuntansi



Manajemen Keuangan

Universitas Indonesia

3

1.2.2

Tujuan khusus Secara khusus, pelaksanaan magang bagi mahasiswa/mahasiswi Program

Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi bertujuan untuk: •

Meningkatkan kredibilitas Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi dalam menciptakan lulusan dengan kualitas tinggi dan siap kerja.



Menjalin kerja sama antara Program Vokasi Universitas Indonesia dengan perusahaan tempat magang.



Memberikan menerapkan

pemahaman setiap

kepada

kompetensi

mahasiswa/mahasiswi

yang

telah

didapatkan

untuk selama

menjalankan perkuliahan di Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi pada dunia kerja yang sesungguhnya. •

Meningkatkan kemampuan mahasiswa/mahasiswi dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi pada dunia kerja yang sesungguhnya menggunakan kemampuan teknikal dan analitikal yang telah didapatkan selama menjalani perkuliahan di Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi.



Membentuk budaya kerja yang disiplin kepada mahasiswa/mahasiswi dalam hal pengaturan waktu, penggunaan busana kerja, penempatan diri dalam kerja tim dan penguasaan diri dalam menghadapi setiap tekanan dalam dunia kerja.



Menjembatani dunia pendidikan dan dunia kerja, sehingga dapat terjalin keharmonisan dan keselarasan.



Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan bisnis perusahaan tempat magang.



Memberikan kesempatan kepada perusahaan tempat magang untuk mengangkat karyawan/karyawati yang berkualitas tinggi.

Universitas Indonesia

4

1.3

Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang Sesuai dengan kebijakan dari Program Vokasi Universitas Indonesia

Bidang Studi Akuntansi, magang harus dilaksanakan dalam jangka waktu minimal tiga bulan di perusahaan yang telah disetujui. Oleh karena itu, Penulis melaksanakan magang selama tiga bulan, terhitung sejak tanggal 16 Januari 2012 sampai dengan tanggal 16 April 2012 di Kantor Akuntan Publik Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny, selanjutnya disebut KAP MSSL, yang terletak di Intiland Tower Lt. 7, JL. Jend. Sudirman Kav. 32 Jakarta 10220. Penulis dipercaya untuk menjadi junior auditor bagi tiga klien, salah satunya adalah PT KLM. Penulis tergabung dalam tim yang terdiri dari satu orang partner, satu orang senior manager, satu orang manager 2, dua orang associate manager, satu orang supervisor, dua orang associate supervisor, dua orang senior auditor dan lima orang junior auditor. Penulis dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaan audit. Deskripsi pekerjaan yang diberikan kepada Penulis selama pelaksanaan magang adalah: •

Membandingkan saldo awal setiap akun yang ada dengan saldo akhir tahun sebelumnya yang sudah diaudit.



Memeriksa kesamaan antara neraca saldo dengan buku besar.



Membandingkan saldo setiap akun antara tahun 2010 dan 2011, kemudian meminta bukti – bukti pendukung untuk setiap akun yang memiliki presentase pergerakan yang material dan akun yang sifatnya lancar, namun tidak mengalami pergerakan dari tahun 2010 sampai 2011.



Mencari informasi mengenai siklus dan prosedur akuntansi klien melalui wawancara dan melihat langsung.



Mengirimkan konfirmasi atas saldo masing-masing bank, piutang, utang dan modal.



Memeriksa saldo atas transaksi antar divisi.



Melakukan prosedur analitik.



Membuat rekapitulasi atas rekening bank dari Januari sampai Desember 2011.



Membuat rekapitulasi PPh 21/26, PPh 22, PPh 23/26, PPh 25 dan PPh 4 (2). Universitas Indonesia

5



Memeriksa keandalan saldo setiap akun dengan memeriksa setiap dokumen pendukung, antara lain dokumen permintaan pembelian, dokumen pemesanan pembelian, laporan penerimaan barang, tagihan pembelian, slip PPN Masukan, memo retur pembelian, journal voucher pembelian, cek pembayaran, slip pembayaran melalui bank, dokumen pemesanan penjualan, dokumen pengiriman barang, tagihan penjualan, slip PPN Keluaran, memo retur penjualan, journal voucher penjualan, dokumen pembayaran dari pelanggan, perjanjian dan tabel angsuran pinjaman bank, perjanjian dan tabel angsuran kewajiban sewa pembiayaan, perjanjian dengan kontraktor, laporan aktuaris dan dokumen penutupan bank.



Memeriksa rekonsiliasi bank yang telah dibuat oleh klien.



Membuat rekapitulasi atas kewajiban kontinjensi.



Melakukan identifikasi atas klasifikasi kewajiban sewa pembiayaan dan pinjaman bank.



Menghitung bunga yang seharusnya diakui per tanggal pelaporan keuangan.



Menghitung ulang depresiasi aset tetap.



Menguji ketepatan atas akun piutang usaha, piutang lain-lain, persediaan, aset tetap, tanaman belum menghasilkan, uang muka pembelian, utang usaha, utang lain-lain, uang muka penjualan, pajak pertambahan nilai, harga pokok penjualan, beban penjualan, serta beban umum dan administrasi dengan membandingkan rincian akun dengan laporan keuangan.



Membuat mutasi atas akun aset tetap, tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan.



Menguji ketepatan pencatatan kas dengan membuat mutasi dari tanggal pemeriksaan kas sampai dengan tanggal pelaporan keuangan.



Menguji ketepatan pencatatan persediaan dengan membuat mutasi dari tanggal pemeriksaan persediaan sampai dengan tanggal pelaporan keuangan.

Universitas Indonesia

6



Menguji ketepatan pencatatan utang dan piutang dengan memeriksa pembayaran yang terjadi setelah tanggal pelaporan keuangan.



Membuat konsolidasi atas akun persediaan, beban pokok penjualan dan liabilitas sewa pembiayaan.



Memeriksa pengungkapan atas masing-masing akun dalam laporan keuangan.



1.4

Menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit.

Ruang Lingkup Penulisan Karya Akhir Seluruh tulisan yang disajikan dalam karya akhir ini adalah murni hasil

pekerjaan Penulis selama pelaksanaan magang. Berdasarkan peraturan dari Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi yang mengacu pada Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, maka Penulis menyamarkan identitas perusahaan menjadi PT KLM untuk menjaga kerahasiaan perusahaan yang diaudit. Ruang lingkup penulisan karya akhir ini adalah Akuntansi Tanaman Perkebunan pada PT KLM. PT KLM merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang perkebunan

nanas,

sawit

dan

tebu.

Laporan

keuangan

PT KLM untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 diaudit oleh KAP MSSL. Audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Karya akhir ini akan membahas mengenai prosedur akuntansi atas tanaman perkebunan yang dijalankan oleh PT KLM selama tahun 2011, terutama pada bagian penyajian dan pengungkapan. Prosedur akuntansi tersebut dilihat dari sisi auditor sebagai pihak yang menerima data mengenai tanaman perkebunan PT KLM dari manajemen. Selanjutnya, auditor memeriksa penyajian dan pengungkapan atas tanaman perkebunan untuk memenuhi presentation and disclosure-related audit objective.

Universitas Indonesia

7

Ada beberapa alasan yang membuat Penulis tertarik mengangkat akun tanaman perkebunan sebagai topik laporan magang dan menganggap akun tersebut unik. Alasan tersebut dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu dari sisi akun tanaman perkebunan, sisi standar akuntansi yang berlaku dan sisi PT KLM. Dari sisi akun perkebunan, hanya perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang memiliki akun tersebut, sehingga perlakuan atas akun tersebut perlu dipelajari lebih lanjut. Jika dilihat dari standar akuntansi yang berlaku, Indonesia belum memiliki Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang khusus mengatur tentang tanaman perkebunan. Indonesia masih mempertimbangkan untuk mengadopsi International Accounting Standard (IAS) No. 41 mengenai Agriculture. Butuh pertimbangan yang matang untuk mengimplementasikan standar tersebut di Indonesia karena terdapat kesulitan dalam penentuan nilai aset biologis menggunakan nilai wajar. Selanjutnya, keunikan tersendiri yang nampak dari PT KLM adalah keberadaan tiga proyek perkebunan yang dijalankan, yaitu kelapa sawit, nanas dan tebu. Ketiga proyek tersebut tidak dimulai pada saat yang bersamaan. Perusahaan diawali dengan proyek kelapa sawit, kemudian proyek kelapa sawit ditutup dan diganti dengan proyek nanas. Pada tahun 2005, manajemen memutuskan untuk mengaktifkan kembali proyek kelapa sawit tanpa menutup proyek nanas, kemudian pada tahun 2011 dimulai proyek tebu tanpa menutup kedua proyek sebelumnya. Jika dilihat dari lamanya masa tanam, ketiga proyek ini memiliki perbedaan masa tanam yang cukup jauh, yaitu kelapa sawit dalam waktu empat sampai lima tahun, nanas dalam waktu dua puluh dua bulan dan tebu dalam waktu enam bulan. Kondisi tersebut menyebabkan adanya perbedaan perlakuan akuntansi untuk masing-masing proyek. Keterlibatan Penulis secara langsung pada audit atas PT KLM membuat Penulis dapat mempelajari akun tanaman perkebunan.

Universitas Indonesia

8

1.5

Metodologi Penulisan Karya Akhir Metodologi yang digunakan Penulis dalam pencarian data untuk laporan

magang ini adalah dengan cara: •

Praktek lapangan



Studi literatur



Wawancara dengan auditor KAP MSSL



Wawancara dengan PT KLM

1.6

Sistematika Penulisan Karya Akhir Sistematika penulisan karya akhir ini adalah sebagai berikut: 1.

Pendahuluan Pada bab ini, Penulis membahas tentang hal-hal mendasar dalam pelaksanaan program magang, yaitu latar belakang program magang, tujuan magang, ruang lingkup pelaksanaan magang, ruang lingkup penulisan laporan, metodologi penulisan laporan, serta sistematika penulisan laporan.

2.

Gambaran Umum Perusahaan Pada bab ini, Penulis membahas mengenai gambaran umum KAP MSSL yang merupakan tempat Penulis melaksanakan program magang dan PT KLM yang merupakan perusahaan yang menjadi objek penulisan laporan magang. Gambaran umum ini meliputi profil perusahaan, jenis perusahaan, struktur organisasi, visi dan misi perusahaan dan informasi lainnya yang berhubungan dengan perusahaan.

3.

Landasan Teori Pada bab ini, Penulis membahas mengenai konsep, standar, maupun peraturan yang mendasari penulisan laporan magang, yaitu mengenai prosedur akuntansi tanaman perkebunan dan prosedur audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan.

Universitas Indonesia

9

4.

Pembahasan Pada bab ini, Penulis membahas akuntansi tanaman perkebunan yang dijalankan oleh PT KLM, perbandingan antara standar akuntansi yang dijalankan oleh PT KLM dengan standar akuntansi internasional yang belum diterapkan di Indonesia, serta audit atas tanaman perkebunan yang dilihat dari sisi penyajian dan pengungkapan.

5.

Kesimpulan dan Saran Pada bab ini, Penulis membuat kesimpulan atas prosedur akuntansi tanaman perkebunan pada PT KLM, prosedur audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM dan hasil audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM, serta memberikan saran bagi KAP MSSL, PT KLM dan Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi.

Universitas Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1

Gambaran Umum KAP MSSL

2.1.1

Sejarah perusahaan KAP MSSL yang berpusat di Intiland Tower Lt. 7, JL. Jend. Sudirman

Kav. 32 Jakarta 10220, berawal dari sebuah KAP yang didirikan oleh HL pada tanggal 1 Oktober 2002, yaitu KAP DMR. Pada saat itu, susunan partner terdiri dari DM, ES dan GMK. Pada awal tahun 2003, KAP DMR memulai afiliasi dengan Moore Stephens International Limited. Dengan adanya afiliasi ini, KAP DMR semakin berkembang demi menjadi KAP terkemuka di Indonesia. Sampai dengan saat ini, KAP DMR telah dua kali mengalami restrukturisasi organisasi. Restrukturasi organisasi yang pertama terjadi pada bulan Oktober 2006. Pada saat itu, susunan partner menjadi ES, GMK, LL, LSW dan SS. Pergantian partner tersebut secara otomatis membuat KAP DMR berganti nama menjadi KAP MSS. Restrukturisasi organisasi yang kedua terjadi pada bulan Oktober 2011. Proses restrukturisasi organisasi ini kembali mengubah susunan partner menjadi sebelas orang, yaitu AH, AS, AM, GMK, JM, LL, LSW, ML, SAR, SS dan YW. Satu hal yang sedikit berbeda dalam restrukturisasi organisasi yang kedua ini adalah terdapat managing partner yang dijabat oleh ES. Restrukturisasi organisasi tersebut menyebabkan KAP MSS kembali berganti nama menjadi KAP MSSL sampai sekarang.

2.1.2

Visi, misi dan nilai perusahaan Sebagai perusahaan afiliasi dari Moore Stephens International Limited di

Indonesia, KAP MSSL senantiasa menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam perusahaan untuk mencapai visi dan misi Moore Stephens International Limited.

10

Universitas Indonesia

11



Visi Menjadi pemimpin yang paling diakui dan dihargai dalam dunia akuntansi dan konsultasi internasional, serta selalu menjadi pilihan utama dalam pasar.



Misi Memberi kesuksesan bagi perusahaan afiliasi melalui kepemimpinan yang kuat dan sumber daya internasional yang terbaik, yang disertai dengan budaya yang berkualitas dari atas ke bawah.



Nilai o Serius dalam kesuksesan  Kualitas – tidak ada kompromi.  Inovasi atas apa yang dilakukan dan bagaimana melakukan hal tersebut.  Mendukung perkembangan profit perusahaan afiliasi.  Jujur, bermoral dan terbuka. o Menunjukkan komitmen kepada perusahaan afiliasi, pegawai dari perusahaan afiliasi dan klien dari perusahaan afiliasi  Memberikan kepercayaan melalui integritas dan kejujuran.  Ada dan cepat tanggap.  Proaktif dan cerdik o Bertanggungjawab terhadap penduduk setempat  Terlibat dan memberikan dukungan kepada komunitas lokal.  Memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan. o Nyaman dengan apa yang kami lakukan  Memiliki perasaan yang kuat.  Terlibat dengan perusahaan afiliasi kami dan Negara tempat perusahaan afiliasi bernaung.

Universitas Indonesia

12

2.1.3

Struktur organisasi perusahaan Managing Partner (1 orang) HRD & GA

Partner (11 orang)

Office Secretary IT

Management Support

Admin Support

Director (2 orang)

Senior Manager (4 orang)

F&A

Manager 2 (6 orang) Manager 1 (4 orang) Associate Manager (14 orang) Supervisor (17 orang) Associate Supervisor (36 orang) Senior (39 orang) Junior (50 orang)

Keterangan: HRD & GA Human Resources Development & General Affair IT Information & Technology F&A Finance and Accounting

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KAP MSSL

Sumber: Struktur Organisasi KAP MSSL (“ telah diolah kembali”) Universitas Indonesia

13

Jabatan tertinggi KAP MSSL adalah managing partner. Tugas managing partner adalah mengatur keseluruhan operasional KAP MSSL dan membawahi sebelas orang partner. Partner bertugas menjadi pemimpin dari masing-masing tim audit KAP MSSL. Selain itu, partner juga yang berwenang membubuhkan tanda tangan di atas Laporan Auditor Independen dan bertanggung jawab atas opini audit yang dikeluarkan. Masing-masing tim audit terdiri dari partner, senior manager, manager 2, manager 1, associate manager, supervisor, associate supervisor, senior

dan junior. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin tinggi pula

tanggung jawab yang diemban. Setiap anggota tim harus bekerja sama agar pelaksanaan audit dapat berjalan dengan baik. Jumlah anggota dalam setiap tim berbeda satu sama lain karena disesuaikan dengan kebutuhan audit. KAP MSSL juga memiliki dua orang director. Director bertugas sebagai quality control, yaitu pihak yang memeriksa kualitas pelaksanaan audit dan Laporan Auditor Independen yang dikeluarkan. Staf yang membantu pekerjaan director memiliki jabatan yang setara dengan manager 2. Keseluruhan operasional KAP MSSL ditunjang dengan keberadaan management support yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu Human Resources Development & General Affair, Office Secretary, Information & Technology, Admin Support dan Finance & Accounting. Management support tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan audit, namun KAP MSSL tidak dapat berjalan dengan baik tanpa keberadaan mereka.

2.1.4

Jasa perusahaan KAP MSSL menawarkan jasa audit dan assurance yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut: •

Audit atas laporan keuangan perusahaan.



Audit atas laporan keuangan untuk publik, termasuk penawaran umum dan pengajuan bursa.



Jasa atestasi, Review, dan Agreed Upon Procedure seperti : pemeriksaan laporan keuangan perspektif, informasi keuangan proforma, struktur pengendalian internal pada laporan keuangan, dan atestasi kepatuhan. Universitas Indonesia

14



Review of management discussion on analysis.



Performance audit.

2.2

Gambaran Umum PT KLM

2.2.1

Sejarah perusahaan Keberadaan Indonesia sebagai negara agraris yang kaya dengan hasil

alam yang berkualitas ditanggapi dengan sigap oleh PT KLM dengan mendirikan badan usaha yang bergerak dalam bidang perkebunan. Berdasarkan akta pendirian yang telah ditandatangani oleh notaris, perusahaan resmi berdiri sejak tanggal 20 Maret 1995. Akta pendirian tersebut mengalami perubahan pada tanggal 3 September 1996. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Perkebunan merupakan salah satu jenis industri yang unik. Industri ini membutuhkan pengetahuan dan perhatian khusus untuk menjalankan prosedur akuntansi untuk tanaman yang merupakan makhluk hidup yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Sampai dengan tahun 2010, perusahaan telah memiliki dua divisi perkebunan, yaitu divisi perkebunan nanas dan kelapa sawit. Pada tahun 2011, perusahaan memperluas usahanya dengan menambah divisi perkebunan tebu. Pencatatan akuntansi untuk masing-masing divisi ditangani oleh pegawai yang berbeda.

2.2.2

Profil perusahaan Sejak tahun 1999, perusahaan diakuisisi oleh PT PQR Tbk yang telah

mengembangkan sayap di kancah nasional dan internasional. Oleh karena itu, PT KLM semakin terdorong untuk maju mengikuti jejak PT PQR Tbk. Pada tahun 2011, jika dibandingkan dengan anak perusahaan PT PQR Tbk yang lain, PT KLM mengalami kemajuan yang paling besar. Kemajuan ini tercermin melalui penambahan divisi perkebunan tebu. Presentase kepemilikan PT PQR Tbk sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar 99,75% yang terlihat pada Tabel 2.1.

Universitas Indonesia

15

Tabel 2.1 Daftar Pemegang Saham PT KLM

Nama Pemegang Saham

PT PQR Tbk Bpk. ABC Bpk. GHI Jumlah

Presentase Kepemilikan %

Jumlah Modal Disetor Rp '000.000

997.500 1.250 1.250

99,750 0,125 0,125

99.750 125 125

1.000.000

100,000

100.000

Jumlah Saham

Sumber: Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

PT KLM bersama tujuh perusahaan yang lain merupakan anak perusahaan PT PQR Tbk. Struktur anak perusahaan PT PQR Tbk terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Daftar Anak Perusahaan PT PQR Tbk

Sumber: Laporan Keuangan 2011 PT PQR Tbk – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

16

Delapan anak perusahaan PT PQR Tbk bergerak dalam beberapa bidang usaha. PT DEF, PT GHI, PT LMN dan PT MNO bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit, PT JKL bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan jeruk, PT KLM bergerak dalam bidang perkebunan nanas, kelapa sawit dan tebu, PT ABC bergerak dalam bidang pabrikasi minyak sawit dan minyak inti sawit, dan PT OPQ merupakan holding company. PT OPQ mempunyai dua anak perusahaan, yaitu PT CBA dan PT FED. Kedua anak perusahaan PT OPQ tersebut sama-sama bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit. PT PQR Tbk dan anak perusahaan sering terlibat dalam transaksi pihak berelasi. Seluruh hasil perkebunan kelapa sawit milik anak perusahaan PT PQR Tbk, termasuk hasil perkebunan kelapa sawit PT KLM, dijual ke PT ABC yang akan mengolah hasil perkebunan tersebut menjadi minyak sawit dan minyak inti sawit yang kemudian dijual ke PT PQR Tbk. Selanjutnya, PT PQR Tbk memasarkan minyak sawit dan minyak inti sawit ke pasar lokal dan internasional. Alur transaksi tersebut terlihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Alur Penjualan Tandan Buah Segar PT KLM

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

17

Transaksi pihak berelasi yang melibatkan PT KLM juga terjadi atas penjualan nanas mentah. Perusahaan menjual seluruh nanas mentah kepada PT XYZ Tbk, yang merupakan anak perusahaan dari PT DCB (induk perusahaan dari PT PQR Tbk). Skema penjualan tersebut terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Alur Penjualan Nanas Mentah PT KLM

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Pada periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2011, belum terjadi penjualan tebu karena tanaman masih berbentuk tanaman belum menghasilkan. Apabila tanaman tebu sudah dipanen, perusahaan tidak akan langsung menjual tebu tersebut. Perusahaan sudah merencanakan untuk mengolah tebu menjadi gula cair. Oleh karena itu, mulai tahun 2011 perusahaan memulai proses konstruksi pabrik gula. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2011, proses konstruksi tersebut masih berlangsung. Konstruksi ini direncanakan akan selesai pada tahun 2012.

Universitas Indonesia

18

2.2.3

Visi, misi, nilai dan kode etik perusahaan Seluruh anak perusahaan PT PQR Tbk, termasuk PT KLM, senantiasa

bersatu padu dalam menerapkan nilai-nilai dan kode etik yang terkandung pada perusahaan untuk mencapai visi dan misi PT PQR Tbk. •

Visi Menjadi produsen minyak goreng nabati dan turunannya yang terintegrasi penuh dengan biaya produksi yang rendah dan ramah lingkungan.



Misi Kekuatan melalui integrasi.



Nilai o Transparansi (Keterbukaan Informasi)  Penyerahan Laporan Berkala Tepat Waktu Perusahaan selalu menyadari pentingnya penyediaan informasi yang cukup, jelas, akurat, konsisten dan tepat waktu bagi para pengguna laporan keuangan.  Penyebaran Informasi Perusahaan berusaha menyediakan berbagai informasi melalui media publik. o Akuntabilitas Perusahaan

memiliki

struktur

organisasi

dan

fungsi

pertanggungjawaban yang jelas guna menciptakan pengelolaan perusahaan secara efektif. o Tanggungjawab  Kebijakan Perusahaan dalam Pengelolaan Limbah Perusahaan selalu menyadari pentingnya pengelolaan limbah yang dihasilkan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan. Perusahaan sedang mengembangkan pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah berupa tandan kosong.

Universitas Indonesia

19

 Kebijakan Penciptaan Lapangan Kerja di Sekitar Unit Usaha Perkebunan Milik Perusahaan Kebijakan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah dalam penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, terutama daerah-daerah sekitar tempat operasi unit usaha perusahaan. o Kemandirian Independensi di dalam perusahaan tercermin dengan keberadaan seorang

Komisaris

Independen

yang

bertanggungjawab

dan

berwenang mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta memberikan nasihat kepada direksi jika diperlukan. Keberadaan Komisaris Independen dalam perusahaan juga sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan Dewan Komisaris. Komite Audit perusahaan secara independen dan profesional memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris. Laporan yang dibuat oleh Komite Audit menjadi landasan bagi Komisaris, termasuk Komisaris Independen, dalam menilai dan mengidentifikasi hal-hal yang menyangkut laporan keuangan dengan berbagai pertimbangan risiko yang ada. o Kewajaran Perusahaan memberikan perlakuan yang setara, baik kepada publik, maupun pemegang saham. Hubungan dengan karyawan juga terus dijaga dengan menghindari praktik diskriminasi. •

Kode Etik o Semua pekerja akan memenuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. o Setiap Direksi atau karyawan harus menyatakan suatu benturan kepentingan yang dapat memungkinkan terjadinya keuntungan pribadi yang menjadi beban perusahaan. o Karyawan seharusnya tidak memegang jabatan Direktur di luar perusahaan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Direksi.

Universitas Indonesia

20

o Tidak ada karyawan yang mencoba mendapatkan atau menerima kepuasan dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk uang maupun hadiah. o Tidak ada karyawan yang menawarkan, memberikan atau menjanjikan kepuasan dalam bentuk apapun. o Tidak ada pembayaran dalam hubungan dengan transaksi jual-beli yang akan dibayar kepada perorangan kecuali mereka yang berhak secara hukum atas sejumlah uang tersebut. o Pekerja hanya dapat menerima hadiah yang diterima dalam jumlah yang wajar. o Dimana hadiah dianggap perlu dalam kepentingan meningkatkan hubungan dengan pelanggan, jamuan/kepada klien dan calon klien mungkin dapat dilakukan. o Kontribusi kepada partai atau gerakan politik yang diizinkan oleh hukum hanya dapat dilakukan dengan persetujuan dari Pimpinan Perusahaan.

Universitas Indonesia

21

2.2.4

Struktur organisasi perusahaan

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT KLM

Sumber: Data Perusahaan PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT KLM sama dengan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT PQR Tbk dan tujuh anak perusahaan yang lain. Sejumlah pegawai yang bekerja pun relatif sama. Keberadaan ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan PT KLM. Dewan Komisaris bertanggungjawab dan berwenang mengawasi tindakan, kebijakan dan keputusan Direksi. Hal ini dilakukan agar Direksi Universitas Indonesia

22

berjalan sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, regulasi yang berlaku dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, Dewan Komisaris juga bertugas memberikan nasihat yang diperlukan bagi Direksi. Dewan

Direksi

bertugas

mengelola

perusahaan

dan

kekayaan

perusahaan. Hasil pekerjaan Direksi harus dipertanggungjawabkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Direksi dibantu oleh sejumlah pegawai perusahaan yang akan bekerja sama untuk memajukan perusahaan. 2.2.5

Ikhtisar keuangan perusahaan Ikhtisar keuangan PT KLM dalam dua tahun terakhir dapat digunakan

untuk melihat kondisi keuangan PT KLM. Ikhtisar keuangan tersebut terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Ikhtisar Keuangan PT KLM

Laporan Posisi Keuangan Per tanggal 31 Desember 2011 2010 Rp '000.000 Rp '000.000 Aset Lancar Persediaan Aset lancar lainnya Aset Tidak Lancar Tanaman telah menghasilkan Tanaman belum menghasilkan Aset tidak lancar lainnya Jumlah Aset Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Jumlah Liabilitas Ekuitas (Defisiensi Modal) Jumlah Liabilitas dan Ekuitas

20.337 3.019

3.307 870

14.903 71.230 92.004 201.493 8.836 152.358 161.194 40.299 201.493

15.551 49.232 46.121 115.081 3.791 73.630 77.421 37.660 115.081

Sumber: Data Ikhtisar Keuangan PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

23

Tabel 2.2 (“sambungan”)

Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 2010 Rp '000.000 Rp '000.000 Penjualan Bersih Laba Kotor Laba (Rugi) Komprehensif

15.893 5.443 2.638

8.985 2.231 (37)

Penulis menghitung rasio-rasio keuangan PT KLM untuk mempermudah pemahaman atas Ikhtisar Keuangan PT KLM. Rasio-rasio tersebut terlihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Rasio Keuangan PT KLM

2011 % Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan Laba (Rugi) Kotor Pertumbuhan Laba (Rugi) Komprehensif Pertumbuhan Aset Pertumbuhan Liabilitas Pertumbuhan Ekuitas (Defisiensi Modal) Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Penjualan Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Aset Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Ekuitas Aset Lancar terhadap Liabilitas Lancar Liabilitas terhadap Ekuitas Liabilitas terhadap Aset

2010 %

76,88 143,97 -7.229,73 75,09 108,20 7,01

64,53 -163,07 -99,46 -2,09 -53,03 -179,61

16,60 1,31 6,55

-0,41 -0,03 -0,10

264,33 400,00 80,00

110,18 205,58 67,28

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)



Rasio Pertumbuhan Penjualan Pada tahun 2010, perusahaan berhasil meningkatkan penjualan sebesar 64,53% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan berhasil meningkatkan penjualan sebesar 76,88% dari tahun 2010. Rasio ini Universitas Indonesia

24

membuktikan bahwa terjadi pertumbuhan penjualan yang signifikan dari tahun 2009 ke tahun 2010 dan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Selain itu, dapat dilihat juga bahwa pertumbuhan penjualan yang terjadi pada tahun 2011 lebih besar daripada tahun 2010. Pertumbuhan ini disebabkan oleh penjualan hasil panen kelapa sawit pada tahun 2011 lebih besar daripada penjualan hasil panen kelapa sawit pada tahun 2010. •

Rasio Pertumbuhan Laba (Rugi) Kotor Pada tahun 2010, perusahaan berhasil menurunkan rugi kotor sebesar 163,07% dari tahun 2009. Dengan kata lain, perusahaan telah berhasil mengubah rugi kotor pada tahun 2009 menjadi laba kotor pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan berhasil meningkatkan laba kotor sebesar 143,97% dari tahun 2010. Rasio ini menunjukkan bahwa mulai tahun 2010, kinerja perusahaan semakin membaik dalam mengelola beban pokok penjualan. Kinerja ini senantiasa berkembang sampai dengan tahun 2011.



Rasio Pertumbuhan Laba (Rugi) Komprehensif Pada tahun 2010, perusahaan berhasil menurunkan rugi komprehensif sampai sebesar 99,46% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011 terjadi perubahan yang sangat signifikan, yakni perusahaan berhasil menurunkan rugi komprehensif sampai dengan 7.229,73% dari tahun 2010. Hal tersebut berarti perusahaan berhasil mengubah rugi komprehensif pada tahun 2010 menjadi laba komprehensif pada tahun 2011. Perubahan yang sangat besar ini terjadi karena dua hal, yakni pada tahun 2011 perusahaan telah berhasil meningkatkan laba kotor perusahaan dan tidak ada penurunan nilai atas tanaman nanas seperti yang terjadi di tahun 2010.



Rasio Pertumbuhan Aset Pada tahun 2010, total aset milik perusahaan mengalami penurunan sebesar 2,09% dari tahun 2009, namun pada tahun 2011 total aset milik perusahaan justru mengalami kenaikan sebesar 75,09%. Perbedaan yang signifikan tersebut terjadi karena pada tahun 2011 perusahaan memulai proyek baru, yaitu proyek tebu yang diklasifikasikan sebagai persediaan. Universitas Indonesia

25



Rasio Pertumbuhan Liabilitas Pada tahun 2010, jumlah liabilitas milik perusahaan mengalami penurunan sebesar 53,03% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011 total liabilitas perusahaan mengalami kenaikan sebesar 108,20% dari tahun 2010. Kenaikan yang signifikan ini terjadi karena pada tahun 2011 perusahaan menambah liabilitas sewa pembiayaan dan utang bank untuk membiayai alat-alat berat yang digunakan untuk proyek tebu.



Rasio Pertumbuhan Jumlah Ekuitas (Defisiensi Modal) Pada tahun 2010, perusahaan telah berhasil menurunkan defisiensi modal sebesar 179,61% dari tahun 2009. Hal ini berarti perusahaan telah berhasil mengubah defisiensi modal pada tahun 2009 menjadi ekuitas pada tahun 2010. Penurunan defisiensi modal yang signifikan ini disebabkan

oleh

adanya

penambahan

modal

saham

sebesar

Rp 85.000 juta pada tahun 2010 dan penurunan rugi komprehensif dari tahun 2009 ke 2010. Pada tahun 2011, perusahaan kembali meneruskan keberhasilan di tahun 2010, dengan meningkatkan jumlah ekuitas sebesar 7,01% dari tahun 2010. •

Rasio Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Penjualan Pada tahun 2010, setiap Rp 1 penjualan justru menghasilkan rugi bersih sebesar Rp 0,41, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan telah mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 16,60 dari setiap Rp 1 penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 perusahaan dapat mengatur setiap beban yang dikeluarkan dengan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2010, sehingga kenaikan beban pada tahun 2011 lebih kecil daripada kenaikan penjualan.



Rasio Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Aset Pada tahun 2010, setiap Rp 1 investasi atas aset perusahaan hanya membawa rugi bersih sebesar Rp 0,03, namun pada tahun 2011 perusahaan telah berhasil mengelola investasi atas aset perusahaan menjadi laba bersih. Hal tersebut dapat dibuktikan menggunakan rasio laba bersih terhadap jumlah aset tahun 2011 yaitu setiap Rp 1 investasi atas aset perusahaan dapat dikelola menjadi Rp 1,31 laba bersih. Universitas Indonesia

26



Rasio Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Ekuitas Pada tahun 2010, setiap Rp 1 ekuitas perusahaan hanya mendapatkan pengembalian berupa rugi bersih sebesar Rp 0,10, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan berhasil meningkatkan laba komprehensif, sehingga setiap Rp 1 ekuitas mendapatkan pengembalian berupa laba bersih sebesar Rp 6,55.



Rasio Aset Lancar terhadap Liabilitas Lancar Pada tahun 2010, jumlah aset lancar 1,10 kali jumlah liabilitas lancar, sedangkan pada tahun 2011, jumlah aset lancar menjadi 2,64 kali liabilitas lancar. Hal ini berarti, baik tahun 2011 maupun 2010, perusahaan dapat menutupi seluruh liabilitas lancarnya menggunakan aset lancar. Kenaikan lebih dari 100% pada tahun 2011 disebabkan adanya tanaman tebu yang diklasifikasikan sebagai persediaan, sehingga meningkatkan nilai aset lancar.



Rasio Liabilitas terhadap Ekuitas Pada tahun 2010, total liabilitas 2,05 kali total ekuitas, sedangkan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 4,00 kali. Angka ini menunjukkan bahwa dalam hal pendanaan, perusahaan cenderung menambah utang daripada menambah jumlah saham. Pada tahun 2011 pun proporsi utang yang digunakan lebih besar daripada tahun 2010.



Rasio Liabilitas terhadap Aset Perhitungan rasio ini digunakan untuk memperjelas proporsi pendanaan menggunakan utang perusahaan yang telah dijelaskan pada rasio sebelumnya. Pada tahun 2010, 67,28% aset perusahaan didapat melalui pendanaan dari utang. Sedangkan pada tahun 2011, mengalami peningkatan menjadi 80%.

Universitas Indonesia

BAB 3 LANDASAN TEORI

3.1

Gambaran Umum Standar Akuntansi untuk Tanaman Perkebunan Tanaman merupakan aset vital bagi kelangsungan hidup perusahaan yang

bergerak dalam industri perkebunan. Tanaman memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan aset tetap pada umumnya, yaitu keberadaan tanaman sebagai aset biologis yang mengalami transformasi biologis. Transformasi biologis tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang kadang kala berada di luar kendali manajemen, misalnya terjadi gagal panen karena cuaca yang sedang tidak menentu, yang terjadi di luar prediksi manajemen. Oleh karena itu, manajemen perlu pengetahuan khusus secara jelas dan spesifik mengenai prosedur akuntansi bagi tanaman. Keberadaan Indonesia sebagai negara agraris telah membuka peluang bagi para pengusaha untuk menjalankan industri di bidang perkebunan, namun keadaan ini belum didukung dengan adanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, selanjutnya disebut PSAK, yang khusus mengatur mengenai tanaman maupun aset biologis. Ikatan Akuntan Indonesia, selanjutnya disebut IAI, masih mempertimbangkan untuk mengadopsi International Accounting Standard, selanjutnya disebut IAS, No. 41 mengenai Agriculture. Pada tahun 1994, Indonesia memiliki PSAK No. 32 tentang Kehutanan yang dapat dijadikan referensi untuk prosedur akuntansi bidang perkebunan. Hal ini karena kehutanan dan perkebunan merupakan industri yang mengelola aset biologis. PSAK No. 32 disahkan pada tanggal 7 September 1994 dan berlaku efektif untuk pelaporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Pada tahun 2009 PSAK No. 32 ini dicabut. Pencabutan tersebut berlaku efektif sejak tahun 2010. Martani, Dwi (2010, hal.77) menyatakan bahwa: “Alasan DSAK melakukan pencabutan tersebut dalam rangka melakukan konfergensi IFRS. Tidak ada standar khusus akuntansi kehutanan dalam IFRS. Alasan kedua, karena PSAK 32 melanggar konsep matching principles dalam pengakuan beban dan HTI dalam pengembangan tidak sesuai dengan definisi aset.” 27

Universitas Indonesia

28

Saat ini, PSAK yang paling erat hubungannya dengan perkebunan adalah PSAK No. 14 tentang Persediaan dan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap. PSAK No. 14 tentang Persediaan dapat diaplikasikan untuk tanaman yang dapat ditanam dan habis dipanen dalam satu siklus tanam, sedangkan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap dapat diaplikasikan untuk tanaman yang memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial pertama kali. Standar akuntansi, selain PSAK, yang juga berlaku di Indonesia adalah Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, selanjutnya disebut SE Bapepam. Bapepam telah mengeluarkan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Standar ini yang digunakan oleh PT KLM dalam menjalankan siklus akuntansi bidang perkebunan. Oleh karena itu, Penulis akan menjabarkan standar ini secara lebih mendalam. Penulis menyadari keberadaan penulis sebagai insan pendidikan Indonesia. Isu pertimbangan untuk mengadopsi IAS No. 41 tentang Agriculture telah berhasil menggerakkan naluri kependidikan penulis untuk membahas lebih jauh mengenai standar ini. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan perbandingan antara SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan yang sudah berlaku di Indonesia dengan IAS No. 41 tentang Agriculture yang kemungkinan akan berlaku di Indonesia pada waktu yang akan datang.

3.2

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan mengatur mengenai prosedur akuntansi khusus untuk industri perkebunan. Standar ini menjelaskan bahwa industri perkebunan memiliki karakteristik khusus yang membedakan industri perkebunan dengan sektor Universitas Indonesia

29

industri lain. Karakteristik khusus tersebut adalah adanya aktivitas pengelolaan dan transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Standar ini menggolongkan industri perkebunan dalam empat kegiatan, yaitu: •

Pembibitan dan penanaman, yaitu proses pengelolaan bibit tanaman agar siap untuk ditanam dan diikuti dengan proses penanaman.



Pemeliharaan, yaitu pemeliharaan tanaman melalui proses pertumbuhan dan pemupukan hingga dapat menghasilkan produk.



Pemungutan hasil, yaitu proses pengambilan atau panen atas produksi tanaman untuk kemudian dijual atau dibibitkan kembali.



Pengemasan dan pemasaran, yaitu proses lebih lanjut yang dibutuhkan agar produk tersebut siap dijual.

3.2.1

Definisi tanaman perkebunan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 menjabarkan istilah-istilah tanaman

perkebunan sebagai berikut: •

Tanaman semusim, yaitu tanaman yang dapat ditanam dan habis dipanen dalam satu siklus tanam. Contoh: padi, kedelai, jagung dan tebu.



Tanaman keras, yaitu tanaman yang memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial pertama kali. Contoh: kelapa sawit, karet dan coklat.



Tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali panen tetapi bukan tanaman keras. Contoh: cabe, tomat, semangka, melon dan timun.



Tanaman holtikultura, yaitu tanaman yang hasil panennya dapat dikonsumsi langsung. Tanaman holtikultura dapat berupa tanaman semusim, tanaman keras dan tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali panen tetapi bukan tanaman keras. Contoh: buah-buahan dan sayuran. Universitas Indonesia

30



Tanaman nonholtikultura, yaitu tanaman yang hasil panennya tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Tanaman nonholtikultura dapat berupa tanaman semusim, tanaman keras dan tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali panen tetapi bukan tanaman keras. Contoh: padi, kopi, teh, kelapa sawit dan bunga matahari.



Tanaman belum menghasilkan, yaitu tanaman yang dapat berupa semua jenis tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali. Tanaman belum menghasilkan digunakan sebagai sebutan akun untuk menampung biaya-biaya yang terjadi sejak saat penanaman sampai saat tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial.



Tanaman telah menghasilkan, yaitu tanaman keras yang dapat dipanen lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial. Tanaman menghasilkan digunakan sebagai sebutan akun untuk biaya-biaya yang sudah harus dikapitalisasi sebagai bagian aktiva tetap.

3.2.2

Pengakuan, pengukuran dan penyajian tanaman perkebunan “Financial statements are the principal means through which a company

communicates its financial information to those outside it” (Kieso, Donald E. et al, 2011, hal.5). Hal tersebut berarti laporan keuangan merupakan sarana utama yang digunakan perusahaan untuk menyebarluaskan informasi keuangan perusahaan kepada pihak di luar perusahaan. Pihak di luar perusahaan adalah investor yang dapat memberikan pendanaan bagi perusahaan, kreditur yang dapat memberikan pinjaman kepada perusahaan, badan perpajakan yang mewajibkan perusahaan untuk membayar pajak sebesar proporsi dari laba bersih perusahaan, serta pihak-pihak lain yang erat kaitannya dengan kemajuan perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan harus disajikan secara benar. Penyajian laporan keuangan secara benar harus dilakukan baik dari segi jumlah, maupun klasifikasi dari masing-masing akun yang ada, termasuk akun yang berkaitan dengan tanaman perkebunan. Tanaman perkebunan dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian dalam laporan keuangan, yaitu persediaan, tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Akun persediaan termasuk dalam aset lancar karena memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini: Universitas Indonesia

31



Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.



Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan.



Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.

Akun tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan termasuk dalam aset tidak lancar karena tidak memenuhi salah satu dari ketiga kriteria aset lancar. Yang termasuk dalam persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, aset dalam proses produksi, aset dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa, atau aset dalam perjalanan. Persediaan disajikan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value). Pada industri perkebunan, persediaan meliputi: •

Barang jadi yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan yang terdiri dari: o Hasil produksi perkebunan yang merupakan hasil panen atau hasil produksi dari perkebunan, misalnya buah-buahan, getah kerat, sayuran, tanaman pangan dan bunga. o Tanaman untuk dijual, misalnya pohon buah-buahan, bonsai dan sebagainya. o Bibit tanaman untuk dijual Barang jadi yang tersedia untuk dijual disajikan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value).



Tanaman semusim yang belum menghasilkan disajikan sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan atau pembelian bibit dan penanaman tanaman semusim sampai tanaman tersebut siap panen. Pengklasifikasian sebagai persediaan tidak memperhatikan jangka waktu dari saat tanam sampai panen lebih atau kurang dari satu tahun. Tanaman semusim

Universitas Indonesia

32

diperlakukan seperti barang setengah jadi (work in process) sampai dipanen. •

Barang atau material yang digunakan secara langsung dalam proses produksi yang terdiri dari: o Bibit tanaman yang dapat dipandang dari dua sisi. Bagi perusahaan penjual bibit, bibit tanaman merupakan persediaan, sedangkan bagi perusahaan perkebunan bibit merupakan persediaan sepanjang belum digunakan sendiri oleh perusahaan untuk menghasilkan secara komersial. Jika sudah digunakan oleh perusahaan sendiri untuk menghasilkan secara komersial, bibit merupakan tanaman belum menghasilkan dalam aset tidak lancar. o Persediaan bahan pembantu merupakan bahan baku atau barang yang diperlukan dalam proses transformasi untuk menghasilkan barang jadi tetapi hubungannya dalam proses tidak langsung, misalnya pestisida, pupuk dan sebagainya. o Persediaan lain merupakan barang yang diperlukan dalam proses produksi perusahaan seperti solar, suku cadang dan sebagainya. o Barang dalam perjalanan merupakan barang atau material yang merupakan milik perusahaan yang sudah dibeli, tetapi masih ada dalam perjalanan.

Bagi perusahaan yang mengikuti program Perkebunan Inti Rakyat, maka pencatatan atas tanaman semusim yang belum menghasilkan harus mencadangkan kemungkinan rugi apabila biaya penggantian dari pemberi pinjaman lebih rendah dari biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam pola Perkebunan Inti Rakyat, perusahaan membiayai operasional terlebih dahulu dan penggantiannya dapat lebih rendah sehingga sudah dapat dihitung berapa nilai penggantian yang akan diterima, selisihnya harus dicadangkan sebagai rugi. Perkebunan Inti Rakyat merupakan program pemerintah yang mewajibkan perusahaan tertentu untuk membina masyarakat transmigran untuk menghasilkan komoditas perkebunan tertentu, sedangkan Perkebunan Inti Plasma merupakan program pemerintah yang

Universitas Indonesia

33

mewajibkan perusahaan tertentu untuk membina masyarakat menghasilkan komoditas perkebunan. Tanaman belum menghasilkan merupakan tanaman yang belum menghasilkan dan dapat dipanen lebih dari satu kali. Tanaman belum menghasilkan dicatat sebesar biaya-biaya yang terjadi sejak penanaman sampai tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial. Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan kapitalisasi biaya pinjaman yang dipakai dalam pendanaan. Pada saat tanaman siap untuk menghasilkan, maka tanaman belum menghasilkan direklasifikasi menjadi tanaman telah menghasilkan. Pencatatan atas

tanaman

belum

menghasilkan untuk perusahaan yang mengikuti pola PIR harus dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: •

Tanaman belum menghasilkan yang ditujukan sebagai plasma. Cadangan atas kerugian yang mungkin terjadi apabila terdapat kenaikan harga bibit, tenaga kerja yang harus ditanggung oleh perusahaan dan tidak dapat dibebankan pada petani penerima atau taksiran jumlah penggantian lebih rendah dari jumlah biaya yang telah dan akan dikeluarkan. Penyesuaian atas cadangan ini akan dilakukan pada saat fakta atas kerugian telah diketahui.



Tanaman belum menghasilkan yang ditujukan sebagai inti yang dimiliki perusahaan.

Tanaman belum menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Tanaman telah menghasilkan merupakan tanaman keras yang dapat dipanen lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial. Tanaman telah menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan, yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan. Tanaman telah menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi deplesi.

Universitas Indonesia

34

3.2.3

Pengungkapan tanaman perkebunan Menurut SE Bapepam No. SE-02/PM/2002, pos-pos yang nilainya

material harus dirinci dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan, sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus untuk industri perkebunan harus dirinci

dan

dijelaskan

mempertimbangkan mengandung

dalam

Catatan

materialitasnya.

tanaman

perkebunan,

atas

Oleh seperti

Laporan

karena

itu,

persediaan,

Keuangan

tanpa

akun-akun

yang

tanaman

belum

menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan harus dirinci dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan, baik pada bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi, maupun pada bagian Pengungkapan atas Pos-pos Laporan Keuangan dan Pengungkapan Lainnya. Pada bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi, hal-hal yang harus diungkapkan adalah: •

Persediaan o Pengakuan Nilai Persediaan Perusahaan harus menjelaskan metode yang digunakan dalam pengakuan nilai persediaan, yaitu berdasarkan nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value). o Rumus Biaya Persediaan Perusahaan harus menjelaskan rumus yang digunakan untuk biaya persediaan. Rumus yang dapat digunakan adalah biaya masuk pertama keluar pertama (first in, first out), biaya rata-rata tertimbang (weighted average), biaya masuk terakhir keluar pertama (last in, first out) dan identifikasi khusus (specific identification). o Metode penyisihan untuk persediaan mati atau hilang dan persediaan yang perputarannya lambat (slow moving).



Tanaman Perkebunan o Dasar klasifikasi untuk jenis tanaman sebagai persediaan, tanaman belum menghasilkan atau tanaman telah menghasilkan. o Dasar penilaian dan pengukuran.

Universitas Indonesia

35

o Kebijakan akuntansi reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan. o Metode penyusutan dan masa manfaat tanaman yang disusutkan. o Kebijakan akuntansi biaya pinjaman.

Pada bagian Pengungkapan atas Pos-pos Laporan Keuangan dan Pengungkapan Lainnya, rincian yang harus diungkapkan adalah: •

Persediaan o Total jumlah tercatat dan nilai tercatat menurut klasifikasi tertentu, seperti persediaan barang jadi, persediaan dalam pertumbuhan, serta bahan baku dan pembantu. o Jumlah penyesuaian atas penurunan nilai persediaan. o Kondisi dan peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan. o Jumlah penyisihan atau penghapusan persediaan mati atau usang. o Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan atau penghapusan persediaan yang mati dan usang. o Nilai tercatat persediaan yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima jaminan. o Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi dan risiko yang ditutup. o Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi. o Nilai tercatat persediaan yang dijadikan jaminan. o Dalam situasi depresiasi rupiah luar biasa, yaitu jumlah selisih kurs yang dikapitalisasi, biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount). o Penjelasan mengenai kerugian persediaan yang jumlahnya material dan sifatnya luar biasa, seperti bencana alam. o Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dan tingkat kapitalisasi yang digunakan.

Universitas Indonesia

36



Tanaman Belum Menghasilkan o Mutasi tanaman belum menghasilkan yang terdiri dari saldo awal, tambahan tahun berjalan, pengurangan tahun berjalan dan saldo akhir. Tambahan tahun berjalan terdiri dari biaya langsung, jumlah kapitalisasi biaya pinjaman dan rugi kurs dalam hal terjadi depresiasi luar biasa. Pengurangan tahun berjalan terdiri dari jumlah yang direklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan dan pengurangan lainnya. o Nilai perkebunan dalam Perkebunan Inti Rakyat / Perkebunan Inti Plasma yang menjadi milik perusahaan (inti) dan tanaman yang bukan milik perusahaan (perkebunan rakyat / perkebunan plasma). o Cadangan kerugian yang mungkin timbul pada plasma.



Tanaman Telah Menghasilkan o Rincian nilai tercatat dan akumulasi penyusutan menurut jenis tanaman. o Rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan akhir tahun tanaman untuk setiap kelompok selama paling tidak dua tahun terakhir. o Status tanah yang digunakan untuk menanam. o Nilai

tanaman

telah

menghasilkan

berdasarkan

area/lokasi

penanaman. o Perbandingan saldo tanaman belum menghasilkan selama paling tidak dua tahun. o Tanaman yang dijaminkan.

Universitas Indonesia

37

3.3

Standar Akuntansi selain SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang Terkait dengan Akun Tanaman Perkebunan PT KLM

3.3.1

PSAK No. 7 tentang Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas

tertentu dalam menyiapkan laporan keuangan. •

Orang atau anggota keluarga terdekat berelasi dengan entitas pelapor jika: o Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor. o Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor. o Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk dari entitas pelapor.



Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika: o Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama. o Salah satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas yang lain. o Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama. o Salah satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga. o Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor. o Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang termasuk dalam tiga syarat pada poin pertama. o Orang yang memenuhi syarat pertama pada poin pertama memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).

Universitas Indonesia

38



Yang tidak termasuk dalam pihak-pihak berelasi adalah: o Dua entitas yang memiliki direktur atau anggota manajemen kunci yang sama, maupun manajemen kunci dari salah satu entitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap entitas lain. o Dua venturer yang mengendalikan bersama atas venturer bersama. o Penyandang dana, serikat dagang, entitas pelayanan publik, maupun departemen dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan, mengendalikan bersama, atau memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor. o Pelanggan, pemasok, pemegang hak waralaba, distributor, atau perwakilan/agen umum yang mengadakan transaksi usaha dengan entitas dalam volume yang signifikan.

Apabila terjadi transaksi pihak-pihak berelasi, maka entitas harus mengungkapkan transaksi tersebut dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Hal-hal yang perlu diungkapkan adalah: •

sifat dari hubungan dengan pihak-pihak berelasi;



informasi mengenai transaksi, saldo dan komitmen yang diperlukan untuk memahami potensi dampak hubungan tersebut dalam laporan keuangan, yaitu: o nilai transaksi; o jumlah saldo dan komitmen; o penyisihan piutang ragu-ragu yang terkait dengan jumlah saldo tersebut; o beban yang diakui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu atau penghapusan piutang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Universitas Indonesia

39

3.3.2

PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset Aset mengalami penurunan nilai apabila jumlah tercatat aset melebihi

jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Penurunan nilai ini didasarkan atas indikasi yang dinilai oleh entitas bahwa aset mengalami penurunan nilai. Indikasi-indikasi yang perlu dipertimbangkan oleh entitas adalah: •

Informasi dari Sumber Eksternal o Nilai pasar aset mengalami penurunan secara signifikan selama suatu periode laporan keuangan yang disebabkan oleh lamanya masa pemakaian atau pemakaian normal. o Terdapat perubahan signifikan atas teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum yang terkait dengan aset tetap selama suatu periode laporan keuangan yang merugikan entitas. o Kenaikan suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar atas investasi selama suatu periode laporan keuangan yang akan memengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset. o Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasar.



Informasi dari Sumber Internal o Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset. o Terjadi atau akan terjadi perubahan signifikan atas cara penggunaan aset yang merugikan entitas, misalnya aset menjadi tidak digunakan, rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di dalamnya aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diharapkan sebelumnya dan penilaian ulang umur manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas. o Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, maupun akan lebih buruk, dari yang diharapkan.

Jika terdapat salah satu atau lebih dari indikasi-indikasi di atas, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan atas aset yang bersangkutan. Jumlah terpulihkan didapat dari nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakai. Perbedaan kedua nilai tersebut adalah: Universitas Indonesia

40



Nilai Wajar Dikurangi Biaya untuk Menjual Cara terbaik yang dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual adalah menggunakan harga dalam suatu perjanjian penjualan mengikat yang disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat diatribusikan langsung pada pelepasan aset. Apabila tidak tersedia perjanjian penjualan mengikat maka entitas dapat menggunakan harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut dalam pasar aktif. Apabila tidak tersedia perjanjian penjualan mengikat dan pasar aktif, maka entitas dapat menggunakan informasi terbaik yang tersedia, misalnya hasil dari transaksi terkini untuk aset serupa dalam industri yang sama.



Nilai Pakai Langkah pertama yang dilakukan entitas untuk menentukan estimasi nilai pakai aset adalah mengestimasi arus kas masa depan yang meliputi proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset, proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan aset, serta arus kas neto yang akan diterima untuk pelepasan aset pada akhir masa manfaat. Langkah kedua yang dilakukan entitas adalah menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut. Tingkat diskonto ditetapkan dengan dasar tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari nilai waktu uang dan risiko spesifik atas aset yang belum disesuaikan dengan estimasi arus kas masa depan.

Setelah menentukan jumlah terpulihkan aset, entitas membandingkan jumlah terpulihkan tersebut dengan jumlah tercatat aset. Apabila jumlah terpulihkan aset lebih kecil daripada jumlah tercatat aset, maka nilai aset harus diturunkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan PSAK lain. Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan aset disesuaikan di periode selanjutnya, yakni menggunakan jumlah tercatat aset revisian (aset yang

Universitas Indonesia

41

sudah diturunkan nilainya) yang dikurangi dengan nilai residu dan dialokasikan sesuai sisa umur manfaat. Apabila pada periode selanjutnya rugi penurunan nilai mengalami penurunan atau tidak ada lagi, maka jumlah tercatat aset dinaikkan ke jumlah terpulihkan aset. Jumlah tercatat aset yang telah dinaikkan kembali tidak boleh melebihi jumlah tercatat aset seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai pada tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan PSAK lain. Setelah pengakuan pembalikan rugi penurunan nilai, beban penyusutan aset disesuaikan di periode selanjutnya, yakni menggunakan jumlah tercatat aset revisian (aset yang sudah dinaikkan nilainya) yang dikurangi dengan nilai residu dan dialokasikan sesuai sisa umur manfaat.

3.4

IAS No. 41 tentang Agriculture IAS No. 41 tentang Agriculture mengatur prosedur akuntansi yang

berkaitan dengan aktivitas agrikultur. Aktivitas agrikultur merupakan pengelolaan atas transformasi biologis (proses penambahan dan penurunan kualitas/kuantitas, produksi, serta penciptaan aset biologis baru) suatu aset biologis dengan tujuan untuk dijual, dibuat menjadi produk agrikultur, atau dibuat menjadi aset biologis tambahan.

3.4.1

Ruang lingkup penerapan IAS No. 41 IAS No. 41 mengenai Agriculture dapat diaplikasikan untuk akun-akun

berikut yang terkait dengan aktivitas agrikulutur: •

Aset Biologis Aset biologis merupakan makhluk hidup berupa tanaman atau hewan.



Produk Agrikultur Saat Dipanen Produk agrikultur merupakan hasil dari aset biologis milik perusahaan. Panen merupakan saat pelepasan hasil dari aset biologis atau penghentian proses hidup aset biologis. Jadi, produk agrikultur saat dipanen adalah hasil dari aset biologis milik perusahaan pada saat aset tersebut dilepas atau dihentikan dari proses hidup. Standar ini tidak berlaku lagi untuk Universitas Indonesia

42

proses lanjutan yang dilakukan oleh perusahaan atas aset biologis setelah dipanen. Contoh: Perusahaan memproduksi tanaman nanas. Standar ini berlaku sampai tanaman nanas tersebut dipanen. Pada saat perusahaan memproduksi nanas ini menjadi selai, standar ini tidak berlaku lagi. •

Hibah Pemerintah Hibah pemerintah merupakan bantuan dari pemerintah dalam bentuk transfer sumber daya kepada suatu entitas sebagai imbalan untuk masa lalu atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan aktivitas operasional entitas tersebut.

Standar ini tidak berlaku bagi: •

Tanah yang Berhubungan dengan Aktivitas Agrikultur Standar yang digunakan untuk akun ini adalah IAS No. 16 mengenai Property, Plant and Equipment dan IAS No. 40 mengenai Investment Property.



Aset Takberwujud yang Berhubungan dengan Aktivitas Agrikultur Standar yang digunakan untuk akun ini adalah IAS No. 38 mengenai Intangible Assets.

3.4.2

Pengakuan dan pengukuran tanaman perkebunan Perusahaan dapat mengakui suatu aset biologis dan produk agrikultur

jika, dan hanya jika: •

Perusahaan memiliki kontrol atas aset biologis dan produk agrikultur sebagai hasil dari kegiatan di masa lampau. Kontrol tersebut dapat dimiliki oleh perusahaan melalui kepemilikan secara hukum atau keberadaan tanda khusus atas akuisisi aset biologis dan produk agrikultur.



Ada kemungkinan yang besar bahwa keuntungan ekonomis di masa depan yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir untuk perusahaan. Keuntungan ekonomis di masa depan biasanya dinilai dengan mengukur atribut fisik yang signifikan. Universitas Indonesia

43



Nilai wajar atau biaya perolehan atas aset tersebut dapat diukur dengan andal. Aset biologis dan produk agrikultur seharusnya diukur pada saat pengakuan awal, pada akhir setiap periode pelaporan dan pada saat panen menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, kecuali untuk kasus-kasus tertentu saat nilai wajar tidak dapat diukur dengan andal.

Konsep yang membedakan IAS No. 41 mengenai Agriculture dengan SE

Bapepam

No.

SE-02/PM/2002

mengenai

Pedoman

Penyajian

dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan adalah konsep pengukuran aset biologis dan produk agrikultur menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Penentuan nilai wajar bagi aset biologis dan produk agrikultur dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan aset biologis dan produk agrikultur ke dalam atribut yang signifikan, misalnya berdasarkan umur atau kualitas. Perusahaan memilih atribut yang sesuai dengan atribut yang digunakan di pasar sebagai dasar pemberian harga. Pengukuran menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Keuntungan atau kerugian atas perhitungann nilai wajar harus dilaporkan pada laporan laba rugi komprehensif pada saat keuntungan atau kerugian tersebut terjadi. Secara umum, IAS No. 41 membagi bagian pengakuan dan pengukuran menjadi dua bagian utama, yaitu aset biologis dan produk agrikultur. Perbedaan antara keduanya terlihat pada Tabel 3.1.

Universitas Indonesia

44

Tabel 3.1 Perbedaan Aset Biologis dan Produk Agrikultur

Perbedaan

Waktu pengukuran menggunakan nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan

Aset

Produk

Biologis

Agrikultur

• Saat pengakuan awal

• Saat pengakuan awal (panen)

• Setiap akhir periode laporan keuangan

Sumber: IAS No. 41 tentang Agriculture (“telah diolah kembali”)

Aset biologis diukur menggunakan nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan pada saat pengakuan awal dan setiap akhir periode laporan keuangan, sedangkan produk agrikultur diukur menggunakan nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan pada saat pengakuan awal (panen). Setelah panen, produk agrikultur diukur menggunakan pendekatan persediaan. Penulis menggunakan ilustrasi tanaman kelapa sawit untuk memperjelas pemahaman.

Ilustrasi 1: Perusahaan memulai penanaman tanaman kelapa sawit pada tanggal 2 Jan 2006. Selama tahun 2006, perusahaan mengeluarkan biaya perawatan dan penanaman sebesar Rp 1.250.000.000 Menurut appraiser, nilai wajar tanaman kelapa sawit belum menghasilkan pada tanggal 31 Desember 2006 adalah sebesar Rp 1.300.000.000. Biaya untuk menjual merupakan biaya broker sebesar Rp 75.000.000.

Jurnal pengakuan tanaman belum menghasilkan adalah: Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan beban perawatan Kas

Rp 1.250.000.000 Rp 1.250.000.000

Universitas Indonesia

45

Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual: Nilai wajar

Rp 1.300.000.000

Biaya untuk menjual

Rp

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual

Rp 1.225.000.000

75.000.000

Perhitungan keuntungan atau kerugian: Nilai tercatat (31 Des 2006)

Rp 1.250.000.000

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (31 Des 2006) Rp 1.225.000.000 Kerugian

Rp

25.000.000

Jurnal pada tanggal 31 Des 2006: Kerugian atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode

Rp 25.000.000

Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan

Rp 25.000.000

Penyajian dalam laporan keuangan: •

Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2006

Tanaman belum menghasilkan •

Rp

1.225.000.000

Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2006

Kerugian atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode

(Rp

25.000.000)

Ilustrasi 2: Pada tanggal 31 Desember 2010, tanaman kelapa sawit telah menghasilkan secara komersial. Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan masih dapat diklasifikasikan sebagai aset biologis. Nilai tercatat tanaman kelapa sawit telah menghasilkan per tanggal 31 Desember 2010 adalah Rp 5.000.000.000. Menurut appraiser, nilai wajar tanaman kelapa sawit telah menghasilkan pada saat itu adalah sebesar Universitas Indonesia

46

Rp 6.500.000.000. Biaya untuk menjual merupakan biaya broker sebesar Rp 250.000.000.

Jurnal pengakuan tanaman telah menghasilkan (31 Desember 2010): Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan

Rp 5.000.000.000

Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan

Rp 5.000.000.000

Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual: Nilai wajar

Rp 6.500.000.000

Biaya untuk menjual

Rp

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual

Rp 6.250.000.000

250.000.000

Perhitungan keuntungan atau kerugian: Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (31 Des 2010) Rp 6.250.000.000 Nilai tercatat (31 Des 2010)

Rp 5.000.000.000

Keuntungan

Rp 1.250.000.000

Jurnal pada tanggal 31 Des 2010: Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan

Rp 1.250.000.000

Keuntungan atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode

Rp 1.250.000.000

Penyajian dalam laporan keuangan: •

Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2010

Tanaman telah menghasilkan

Rp

6.250.000.000

Universitas Indonesia

47



Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010

Keuntungan atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode

Rp

1.250.000.000

Ilustrasi 3: Pada tanggal 7 Juni 2011, perusahaan melakukan panen atas tanaman kelapa sawit. Hasil panen berupa tandan buah segar diklasifikasikan sebagai produk agrikultur. Panen merupakan saat pengakuan awal produk agrikultur. Hal ini berarti perusahaan harus menilai produk agrikultur menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Tandan buah segar yang berhasil dipanen sebesar 1.000.000 kg. Menurut appraiser, nilai wajar untuk tandan buah segar tersebut adalah sebesar Rp 1.700.000.000, sedangkan biaya broker adalah sebesar Rp 300.000.000.

Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan saat panen adalah: - Upah buruh panen (1.000.000 kg x Rp 1.000/kg)

Rp 1.000.000.000

- Biaya angkut panen (1.000.000 kg / 1000 * Rp 250.000) Rp Total biaya panen

250.000.000

Rp 1.250.000.000

Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual: Nilai wajar

Rp 1.700.000.000

Biaya untuk menjual

Rp

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual

Rp 1.400.000.000

300.000.000

Perhitungan keuntungan atau kerugian: Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual

Rp 1.400.000.000

Biaya panen

Rp 1.250.000.000

Keuntungan

Rp

150.000.000

Universitas Indonesia

48

Jurnal pada tanggal 7 Juni 2011: Persediaan – tandan buah segar

Rp 1.400.000.000

Kas

Rp 1.250.000.000

Keuntungan atas perhitungan nilai wajar produk agrikultur saat pengakuan awal

Rp

150.000.000

Perusahaan langsung menjual seluruh tandan buah segar setelah dipanen. Jurnal yang dicatat adalah: Kas

Rp 1.400.000.000

Beban penjualan

Rp

300.000.000

Penjualan

Beban pokok produksi

Rp 1.700.000.000

Rp 1.400.000.000

Persediaan

Rp 1.400.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2011, perusahaan menggunakan jasa penilai untuk menilai tanaman telah menghasilkan milik perusahaan. Menurut appraiser, nilai wajar tanaman telah menghasilkan adalah sebesar Rp 6.600.000.000. Biaya untuk menjual merupakan biaya broker sebesar Rp 300.000.000.

Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual: Nilai wajar

Rp 6.600.000.000

Biaya untuk menjual

Rp

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual

Rp 6.300.000.000

300.000.000

Perhitungan keuntungan atau kerugian: Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (31 Des 2011) Rp 6.300.000.000 Nilai tercatat (31 Des 2010)

Rp 6.250.000.000

Keuntungan

Rp

50.000.000

Universitas Indonesia

49

Jurnal pada tanggal 31 Des 2010: Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan

Rp 50.000.000

Keuntungan atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode

Rp 50.000.000

Penyajian dalam laporan keuangan: •

Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2011

Tanaman telah menghasilkan •

Rp

6.400.000.000

Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011

Penjualan

Rp

1.700.000.000

Beban pokok produksi

Rp

1.400.000.000

LABA KOTOR

Rp

300.000.000

Beban penjualan

(Rp

300.000.000)

Rp

150.000.000

Rp

50.000.000

Keuntungan atas perhitungan nilai wajar produk agrikultur saat pengakuan awal Keuntungan atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode

IAS No. 41 juga mengatur mengenai hal-hal khusus yang biasa terjadi pada perusahaan yang bergerak dalam industri perkebunan, yaitu: •

Kontrak pembelian atau penjualan Perusahaan biasanya menjalin kontrak untuk menjual aset biologis atau produk agrikultur kepada pihak ketiga di masa depan. Nilai kontrak tidak selalu relevan dalam menentukan nilai wajar, karena nilai wajar menunjukkan keadaan pasar kini saat calon pembeli dan penjual akan masuk dalam suatu transaksi. Jadi, nilai wajar atas aset biologis dan produk agrikultur tidak disesuaikan dengan nilai kontrak yang ada. Universitas Indonesia

50



Pasar aktif Perusahaan dapat berada dalam pasar aktif untuk aset biologis dan produk agrikultur. Pasar aktif adalah pasar yang di dalamnya terdapat kondisi berikut: o Barang atau jasa yang diperdagangkan sifatnya homogen. o Calon pembeli dan penjual dapat ditemukan setiap waktu. o Daftar harga tersedia untuk umum. Harga yang tertera di pasar aktif tersebut merupakan dasar yang sesuai untuk menentukan nilai wajar aset biologis dan produk agrikultur. Apabila perusahaan memiliki akses ke beberapa pasar aktif, perusahaan menggunakan harga yang paling relevan. Apabila tidak terdapat pasar aktif, perusahaan menentukan nilai wajar aset biologis dan produk agrikultur dengan menggunakan salah satu atau beberapa pilihan berikut (jika tersedia): o Harga transaksi pasar terkini, dengan ketentuan tidak ada perubahan yang signifikan pada keadaan ekonomi antara tanggal transaksi dengan akhir periode pelaporan. o Harga

pasar

untuk

aset

sejenis

dengan

penyesuaian

untuk

menggambarkan perbedaan yang ada. o Sektor standar seperti nilai sebuah kebun dinyatakan per baki ekspor, gantang atau hektar. Pilihan di atas dapat memberikan kesimpulan yang berbeda atas nilai wajar aset biologis atau produk agrikultur. Apabila kasus terjadi, perusahaan mempertimbangkan alasan untuk setiap perbedaan yang ada untuk mendapatkan estimasi nilai wajar yang terpercaya dan masuk akal. •

Harga atau nilai pasar tidak tersedia Harga atau nilai pasar yang ditentukan mungkin tidak tersedia untuk aset biologis. Apabila keadaan ini terjadi, perusahaan menentukan nilai wajar dengan menggunakan nilai kini atas arus kas bersih yang diharapkan dari aset biologis. Perusahaan mempertimbangkan tingkat diskonto yang digunakan dan estimasi arus kas bersih yang diharapkan. Arus kas bersih mencakup ekspektasi pelaku pasar bahwa aset akan menghasilkan di Universitas Indonesia

51

pasar yang paling relevan. Perusahaan tidak memasukkan arus kas untuk pendanaan aset, perpajakan, atau pembentukan kembali aset biologis setelah panen (Contoh: biaya penanaman pohon perkebunan setelah panen). Calon pembeli dan penjual menyetujui konsep arm’s length transaction price, sehingga mereka mempertimbangkan kemungkinan adanya variasi arus kas. Keadaan ini mengikuti ciri dari nilai wajar yang menunjukkan kemungkinan

adanya

variasi.

Oleh

karena

itu,

perusahaan

menggabungkan ekspektasi mengenai kemungkin variasi arus kas menjadi arus kas yang diharapkan, atau tingkat diskonto, atau kombinasi atas dua pilihan sebelumnya. Perusahaan menentukan tingkat diskonto dengan menggunakan estimasi yang konsisten dengan estimasi yang digunakan saat menentukan arus kas yang diharapkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya asumsi yang diperhitungkan dua kali atau diabaikan. •

Biaya perolehan disetarakan dengan nilai wajar Biaya perolehan dapat disetarakan dengan nilai wajar. Hal ini terjadi dalam dua situasi. Situasi pertama adalah pada saat aset biologis dan produk agrikultur hanya mengalami sedikit transformasi biologis sejak saat perolehannya sampai tanggal laporan keuangan. Misalnya, bibit pohon buah baru ditanam beberapa saat sebelum tanggal laporan keuangan. Pada tanggal laporan keuangan, transformasi biologis yang terjadi atas bibit pohon buah tersebut masih sedikit, sehingga biaya perolehan dapat disetarakan dengan nilai wajar. Situasi kedua adalah pada saat dampak transformasi biologis atas harga aset biologis dan produk agrikultur tidak material. Misalnya, awal pertumbuhan dari 30 tahun siklus produksi perkebunan pinus. Transformasi biologis yang terjadi pada awal pertumbuhan perkebunan pinus tidak material karena siklus produksi yang panjang, yaitu 30 tahun.



Aset biologis dan tanah untuk menanam aset biologis Aset biologis biasanya ditanam di atas tanah. Tidak ada pasar yang terpisah untuk aset biologis yang ditanam di atas tanah, namun terdapat Universitas Indonesia

52

pasar aktif untuk kombinasi aset tersebut, yaitu aset biologis, raw land dan land improvements. Perusahaan dapat menggunakan informasi dari kombinasi aset tersebut untuk menentukan nilai wajar aset biologis. Misalnya, perusahaan mengurangi nilai wajar atas raw land dan land improvement dari nilai wajar kombinasi aset untuk mendapatkan nilai wajar aset biologis. •

Nilai wajar tidak dapat diandalkan Nilai wajar tidak selalu dapat diandalkan. Oleh karena itu, IAS No. 41 mengizinkan

penggunaan

biaya

perolehan

dikurangi

akumulasi

depresiasi dan akumulasi penurunan nilai untuk kasus tertentu, yaitu pada saat pengakuan awal tidak tersedia nilai atau harga pasar yang ditentukan dan alternatif estimasi nilai wajar yang tidak dapat diandalkan. Pada saat nilai wajat dari aset biologis tersebut sudah dapat diukur secara andal, perusahaan harus mengukur aset biologis tersebut menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Penggunaan biaya perolehan dikurangi akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai hanya diperbolehkan pada saat pengakuan awal, karena pada saat panen nilai wajar dapat diukur secara andal.

3.4.3

Pengungkapan tanaman perkebunan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari laporan

keuangan yang berguna untuk mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan akun-akun yang ada di laporan keuangan. Akun tanaman juga memerlukan pengungkapan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. IAS No. 41 menjabarkan hal-hal yang perlu diungkapkan oleh perusahaan sehubungan dengan akun tanaman, yaitu: •

Keuntungan dan kerugian secara agregat yang timbul selama periode berjalan yang mencakup keuntungan dan kerugian saat pengakuan awal aset biologis dan produk agrikultur dan dari perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset biologis.



Deskripsi dari masing-masing kelompok aset biologis yang dapat berbentuk narasi atau uraian. Perusahaan disarankan untuk melengkapi Universitas Indonesia

53

deskripsi

dari

masing-masing

kelompok

aset

biologis

dengan

memisahkan antara consumable biological assets dan bearer biological assets. Consumable biological assets adalah aset biologis yang akan dipanen menjadi produk agrikultur atau dijual sebagai aset biologis, sedangkan bearer biological assets adalah aset biologis selain consumable biological assets

yang tidak termasuk dalam produk

agrikultur melainkan self-regenerating. Selain itu, kelompok aset biologis juga dapat dipisahkan menjadi tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Pemisahan ini memberikan informasi yang membantu dalam penentuan waktu atas arus kas masa depan. Perusahaan juga mengungkapkan standar yang digunakan dalam pembuatan pemisahan tersebut. •

Sifat dasar dari masing-masing kelompok aset biologis.



Pengukuran atau estimasi non-keuangan atas kuantitas fisik dari masingmasing kelompok aset biologis pada akhir periode dan hasil keluaran dari produk agrikultur selama periode berjalan.



Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar dari masing-masing kelompok produk agrikultur saat panen dan masing-masing kelompok aset biologis.



Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual yang ditentukan pada saat panen atas produk agrikultur yang dipanen selama periode berjalan.



Keberadaan dan nilai tercatat atas aset biologis yang penggunaannya dibatasi dan nilai tercatat atas aset biologis yang dijaminkan untuk liabilitas.



Nilai komitmen untuk pengembangan dan akuisisi aset biologis



Strategi manajemen resiko keuangan yang berhubungan dengan aktivitas agrikutur.



Rekonsiliasi atas perubahan nilai tercatat aset biologis antara awal dan akhir periode berjalan yang meliputi: o keuntungan dan kerugian yang muncul karena perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual; o peningkatan yang disebabkan oleh pembelian; Universitas Indonesia

54

o penurunan yang disebabkan oleh penjualan dan aset biologis yang diklasifikasikan sebagai held for sale; o penurunan yang disebabkan oleh panen; o peningkatan yang disebabkan oleh kombinasi bisnis; o nilai bersih selisih kurs yang disebabkan oleh adanya translasi laporan keuangan ke penyajian mata uang yang berbeda dan translasi atas operasional dalam negeri ke mata uang yang digunakan untuk penyajian laporan keuangan; dan o perubahan-perubahan lain. •

Perubahan atas nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Perusahaan sebaiknya memisahkan antara perubahan yang disebabkan oleh perubahan fisik dan perubahan harga di pasar. Pemisahan ini berguna untuk menilai kinerja pada periode berjalan dan prospek untuk masa depan, terutama untuk perusahaan yang memiliki siklus produksi lebih dari satu tahun.



Sifat dasar dan nilai pengaruh iklim, penyakit dan risiko alam lain terhadap aktivitas agrikultur yang menimbulkan pendapatan dan beban yang material bagi perusahaan.



Pengungkapan tambahan untuk aset biologis yang tidak dapat diukur secara andal menggunakan nilai wajar, melainkan menggunakan biaya perolehan dikurang akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai, yaitu: o deskripsi aset biologis; o penjelasan mengenai alasan nilai wajar tidak dapat diukur secara andal; o berbagai estimasi yang menunjukkan bahwa nilai wajar tidak dapat diandalkan o metode depresiasi yang digunakan; o masa manfaat atau tingkat depresiasi yang digunakan; o nilai kotor tercatat dan akumulasi depresiasi serta akumulasi kerugian penurunan nilai pada awal dan akhir periode;

Universitas Indonesia

55

o keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan aset biologis; dan o rekonsiliasi sebagaimana yang dijabarkan pada poin 10, dengan tambahan pengungkapan atas kerugian penurunan nilai, penyesuaian kembali kerugian penurunan nilai dan depresiasi. •

Pengungkapan tambahan untuk aset biologis yang awalnya diukur menggunakan biaya perolehan dikurangi akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai, kemudian sudah dapat diukur secara andal menggunakan nilai wajar pada periode berjalan, yaitu: o deskripsi aset biologis; o penjelasan mengenai alasan nilai wajar tidak dapat diukur secara andal; dan o efek atas perubahan.

3.4.4

Hasil penelitian penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41 Konsep nilai wajar pada IAS No. 41 ternyata menimbulkan pro dan

kontra. Ada pihak yang menganggap penggunaan nilai wajar lebih baik dibandingkan dengan nilai historis, namun ada juga pihak yang menganggap penggunaan nilai historis lebih baik daripada nilai wajar. Penelitian Saur dan Aria (2010) di Indonesia merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh Argilés, et.al (2009) di Spanyol. Secara keseluruhan, hasil penelitian tersebut memberikan hasil yang sejalan. Kedua penelitian ini lebih menekankan kepada kelebihan penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41 dibandingkan dengan penggunaan nilai historis, yaitu: •

Tidak ada perbedaan yang signifikan baik dalam pendapatan, maupun peningkatan volatilitas.



Tidak ada perbedaan profitabilitas dan manipulasi akuntansi.



Tidak ada perbedaan dalam relevansi informasi akuntansi.



Menghindari kompleksitas sektor agrikultur yang tidak terjangkau oleh perhitungan biaya. Oleh karena itu, ketika tersedia harga pasar yang

Universitas Indonesia

56

andal menjadi metode penilaian sederhana yang berguna untuk mencapai penggunaan akuntansi yang lebih luas di sektor agrikultur.

Penelitian yang dilakukan oleh Elad dan Herbohn (2011) berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Saur dan Aria (2010), serta Argiles, et.al (2009). Penelitian tersebut lebih menekankan kepada kekurangan penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41 dibandingkan dengan penggunaan nilai historis, yaitu: •

Adanya kemungkinan terjadi perbedaan sistem internasional atas praktek penggunaan nilai wajar di antara perusahaan yang mengadopsi IFRS. Hal ini disebabkan oleh tersedianya pilihan dalam IAS No. 41 untuk tidak menggunakan nilai wajar pada kondisi tertentu.



Menimbulkan konflik sosial di negara tropis. Stakeholder advocacy organizations berpendapat bahwa nilai wajar yang ditentukan melalui kekuatan pasar tidak merefleksikan nilai sebenarnya atas komoditas agrikultur seperti kopi, teh, pisang dan coklat.

3.5

Audit atas Tanaman Perkebunan “Auditing is the accumulation and evaluation about information to

determine and report on degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person” (Arens, Alvin A. et al, 2009, hal. 4). Hal ini berarti audit dijalankan dengan mengumpulkan dan mengevaluasi informasi yang diterima dari manajemen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang ada. Proses tersebut harus dilakukan oleh orang yang kompeten dalam bidang akuntansi dan independen. “Auditors conduct financial statements audits using the cycle approach by performing audit tests of the transactions making up ending balances and also by performing audit tests of the account balances and related disclosures” (Arens, Alvin A. et al, 2009, hal. 89). Penulis tertarik dengan bagian terakhir kalimat itu, yaitu mengenai audit test untuk pengungkapan. Oleh karena itu, Penulis mengangkat hal tersebut dalam laporan magang ini. Universitas Indonesia

57

3.5.1

Asersi manajemen dan tujuan audit mengenai penyajian dan pengungkapan Asersi manajemen adalah pernyataan manajemen mengenai laporan

keuangan, yang dilihat dari sisi transaksi, saldo dan pengungkapan. Tujuan audit adalah kerangka kerja yang dapat membantu auditor dalam melaksanakan prosedur audit. Asersi manajemen dan tujuan audit sama-sama diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu asersi manajemen dan tujuan audit mengenai kelas transaksi dan aktivitas yang terjadi selama periode audit, saldo pada akhir periode audit, serta penyajian dan pengungkapan. Penulis lebih menekankan pada bagian yang ketiga, yaitu penyajian dan pengungkapan. Khusus untuk bagian penyajian dan pengungkapan, asersi manajemen dan tujuan audit menyatakan empat hal yang sama, yaitu: •

Keterjadian serta Hak dan Kewajiban (Occurrence and Rights and Obligations) Tanaman perkebunan yang dideskripsikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan benar-benar ada dan milik perusahaan.



Kelengkapan (Completeness) Pengungkapan yang disyaratkan untuk tanaman perkebunan telah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.



Penilaian dan Pengalokasian (Valuation and Allocation) Pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan yang berhubungan dengan tanaman perkebunan telah diungkapkan dengan akurat.



Pengklasifikasian

dan

Pemahaman

(Classification

and

Understandability) Tanaman perkebunan telah diklasifikasikan sesuai dengan jenis tanaman, yaitu termasuk dalam aset lancar atau aset tidak lancar. Selain itu, pengungkapan yang disajikan harus dapat dipahami oleh pembaca laporan keuangan.

Universitas Indonesia

58

3.5.2

Fase-fase audit atas laporan keuangan Auditor membutuhkan bukti-bukti untuk mendukung asersi manajemen

dan mencapai tujuan audit. Oleh katena itu, auditor menjalankan empat fase audit untuk mendapatkan bukti-bukti tersebut. Keempat fase audit yang perlu dijalankan adalah: •

Merencanakan dan Membuat Pendekatan Audit Pada fase ini, auditor mencari informasi mengenai bisnis dan industri klien, terutama untuk klien baru dan klien yang memiliki industri yang unik. Setelah itu, auditor memahami internal control klien dan menilai control risk. Dengan beberapa pemahaman yang telah dimiliki, auditor dapat menilai risiko atas salah saji yang material.



Melaksanakan Uji Pengendalian dan Uji Substantif atas Transaksi Pada fase ini, auditor menguji penerapan internal control benar-benar terjadi atau tidak. Selanjutnya, auditor memeriksa transaksi-transaksi yang terjadi selama periode akuntansi untuk memastikan bahwa transaksi benar-benar terjadi, diotorisasi dan disertai dengan bukti dan pencatatan yang lengkap.



Melaksanakan Prosedur Analitis dan Uji atas Rincian Saldo Pada fase ini, auditor melaksanakan prosedur analitis untuk memastikan bahwa setiap akun mengalami kenaikan atau penurunan saldo yang masuk akal. Auditor juga menguji saldo akhir masing-masing akun untuk memastikan bahwa tidak ada salah saji yang material.



Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Auditor Independen Pada fase ini, auditor melakukan tes atas penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Setelah itu, auditor menggabungkan keseluruhan informasi yang didapatkan dari masing-masing fase. Auditor melakukan evaluasi atas hasil audit secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengeluarkan opini audit. Opini audit tersebut dituangkan dalam Laporan Auditor Independen.

Universitas Indonesia

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1

Analisis Industri Industri perkebunan merupakan industri yang cocok untuk dikembangkan

di Indonesia. Industri ini telah berjalan sejak Indonesia belum merdeka. Tekstur tanah yang subur di sebagian besar wilayah Indonesia merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan industri perkebunan di Indonesia. Industri perkebunan juga dapat menjadi penunjang perekonomian di Indonesia karena perkembangan industri ini dapat didukung dengan sumber daya dalam negeri. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya alam meliputi tanah, bibit perkebunan dan pupuk perkebunan, sedangkan sumber daya manusia meliputi orang yang ahli dalam bidang perkebunan dan para pekerja perkebunan. Pengelolaan yang baik atas semua sumber daya tersebut dapat memberikan hasil perkebunan yang berkualitas tinggi. Perusahaan yang bergerak dalam industri perkebunan membutuhkan prosedur akuntansi yang tepat untuk menunjang aktivitas ekonomi perusahaan. Prosedur akuntansi tersebut dapat dijalankan oleh seorang akuntan yang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai industri perkebunan. Kebutuhan atas akuntan juga harus berjalan beriringan dengan kebutuhan atas standar akuntansi untuk industri perkebunan. Indonesia masih dalam tahap pemenuhan kedua kebutuhan tersebut secara optimal. SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan menjabarkan mengenai sembilan risiko yang melekat pada industri perkebunan, yaitu: •

Kegagalan Panen Kegagalan panen dapat disebabkan oleh dua hal, yakni: o Keadaan alam, seperti kekeringan, kebakaran dan hama penyakit. o Kesalahan manajemen dalam hal perencanaan dan proses produksi.

59

Universitas Indonesia

60



Kegagalan karena Ikatan Tertentu Perusahaan kemungkinan menjalankan ikatan Perkebunan Inti Rakyat yang merupakan program pemerintah. Kegagalan yang ditimbulkan oleh Perkebunan Inti Rakyat harus ditanggung perusahaan.



Pembatasan melalui Peraturan Perundangan Tertentu Pembatasan melalui peraturan perundangan yang harus ditaati dapat berupa pembatasan lahan perkebunan, pengenaan pajak dan pembatasan wilayah distribusi regional. Hal ini membuat perusahaan terbatas dalam melakukan produksi dan pemasaran sehingga perusahaan harus memiliki perencanaan yang rapi dalam menjalankan aktivitas operasional.



Kondisi Internasional dan Regional Kondisi internasional dan regional dapat berupa: o perubahan harga, kuota, fluktuasi nilai tukar valuta asing; o perubahan iklim; dan o pembatasan-pembatasan tertentu.



Tingkat Kompetisi Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah akan meningkatkan kebutuhan akan pangan. Hal ini menjadi peluang bagi industri perkebunan yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Setiap perusahaan, baik lokal maupun luar negeri, akan berlomba-lomba dalam hal produksi dan pemasaran.



Perubahan Teknologi Bio-teknologi sektor perkebunan senantiasa berkembang setiap waktu. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk mengikuti perkembangan teknologi karena perusahaan yang menggunakan teknologi lama tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang menggunakan teknologi baru.



Pemogokan Karyawan Karyawan suatu perusahaan dapat merasa tidak nyaman dalam hal kompensasi, perubahan peraturan, serta keadaan ekonomi dan politik yang tidak stabil. Ketidakpuasan ini dapat dinyatakan dalam bentuk

Universitas Indonesia

61

demonstrasi dan pemogokan massal yang dapat menimbulkan kerusuhan. Kondisi ini didukung oleh kekuatan serikat karyawan. •

Kerusuhan dan Penjarahan Kerusuhan yang dapat ditimbulkan karena kondisi pada poin sebelumnya dapat semakin parah dan mencapai tahap penjarahan. Penjarahan ini dapat disebabkan oleh penyebaran pengaruh negatif. Masyarakat menjadi mudah terpengaruh karena desakan sosial dan ekonomi.



Risiko Leverage Perusahaan membutuhkan pendanaan yang cukup untuk pengembangan usaha perkebunan. Pendanaan dapat dilakukan melalui external financing. Semakin besar external financing yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mampu melunasi utang tersebut.

PT KLM merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri perkebunan di Indonesia. PT KLM berusaha untuk terus maju dan berkembang baik di kancah nasional, maupun internasional. Oleh karena itu, perusahaan terus meningkatkan aktivitas ekonomi perusahaan. Aktivitas ekonomi perusahaan dituangkan dalam laporan keuangan perusahaan yang dibuat oleh akuntan. Laporan keuangan ini dapat digunakan oleh pihak internal dan eksternal. Pada tahap ini, perusahaan membutuhkan jasa auditor untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan PT KLM sehingga dapat memberikan informasi yang tepat bagi para pengguna laporan keuangan.

4.2

Prosedur Akuntansi Tanaman Perkebunan PT KLM PT KLM memiliki tiga jenis tanaman perkebunan, yaitu nanas, kelapa

sawit dan tebu. Ketiga tanaman ini memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena itu, PT KLM memiliki empat orang staf akuntan untuk menangani masing-masing proyek, yakni proyek nanas, proyek kelapa sawit lokasi A dan B, proyek tebu lokasi C dan proyek tebu lokasi D. Perbedaan utama dari ketiga proyek tersebut adalah lama masa panen yang terlihat pada Gambar 4.1.

Universitas Indonesia

62

Gambar 4.1 Skema Umur Tanaman Perkebunan

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Nanas merupakan salah satu jenis tanaman yang memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen. Oleh karena itu, nanas disebut tanaman keras. Tanaman nanas milik PT KLM dapat dipanen pertama kali pada saat berumur dua puluh dua bulan. Sebelas bulan kemudian, tanaman nanas tersebut dapat dipanen untuk kedua kalinya. PT KLM memiliki beberapa blok perkebunan nanas. Hal ini menyebabkan panen dapat terjadi beberapa kali dalam satu periode laporan keuangan. Kelapa sawit memiliki karakteristik yang sama dengan nanas, yaitu memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen, Universitas Indonesia

63

namun waktu yang dibutuhkan oleh proyek kelapa sawit lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan oleh proyek nanas. Proyek kelapa sawit PT KLM dimulai pada saat perusahaan mulai melakukan kegiatan operasional, namun proyek ditutup dan diganti dengan proyek nanas. Pada tahun 2005, perusahaan membuka kembali proyek kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit milik PT KLM dapat dipanen pada saat berumur empat tahun. Setelah panen, perusahaan menyusutkan tanaman kelapa sawit telah menghasilkan selama dua puluh lima tahun. Perkebunan kelapa sawit milik PT KLM terletak di dua lokasi yang berbeda, yakni lokasi A dan B. Pencatatan akuntansi pada kedua lokasi tersebut dipisahkan untuk beberapa akun tertentu, termasuk akun tanaman perkebunan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah kontrol atas kedua lokasi tersebut. PT KLM memulai proyek tebu pada tahun 2011. Tebu termasuk dalam tanaman semusim karena tebu dapat ditanam dan habis panen dalam satu siklus tanam. PT KLM memiliki dua lokasi perkebunan tebu, yakni lokasi C dan D. Kedua lokasi ini tidak dimulai secara bersamaan. Perkebunan di lokasi C dimulai pada bulan Oktober 2011, sedangkan perkebunan di lokasi D dimulai pada bulan November 2011. Tanaman tebu ini akan siap dipanen dalam waktu enam bulan setelah ditanam. PT KLM menjalankan setiap prosedur akuntansi secara keseluruhan dengan berpedoman pada SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Standar tersebut diterapkan secara konsisten oleh PT KLM.

4.2.1

Prosedur akuntansi tanaman PT KLM yang diklasifikasikan sebagai persediaan Tanaman tebu milik PT KLM merupakan tanaman semusim maka harus

diklasifikasikan sebagai persediaan, yakni “persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan”. Akun ini berisi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT KLM sehubungan dengan tanaman tebu sampai tanaman tebu siap dipanen. Akun persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan diakui oleh PT KLM pada saat transaksi terjadi. Pengakuan tersebut dilakukan berdasarkan metode nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih Universitas Indonesia

64

(the lower of cost or net realizable value). Salah satu transaksi dan jurnal yang dicatat oleh PT KLM pada saat mengakui persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan terlihat di bawah ini. Jurnal dan transaksi tersebut berdasarkan sample of journal voucher yang diterima oleh Penulis.

Transaksi Pada tanggal 31 Desember 2011, PT KLM – divisi tebu mengakui beban asuransi atas 10 unit alat berat yang digunakan untuk pengelolaan tanaman tebu lokasi D. Beban asuransi yang diakui sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp 23 juta.

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2011 Persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan – beban asuransi

Rp 23 juta

Asuransi dibayar di muka

Rp 23 juta

Selanjutnya, akun persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan bagian Aset Lancar. Bentuk penyajian tersebut terlihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Penyajian Persediaan PT KLM

Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KLM 2011 (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

65

Pengungkapan persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Penting (selanjutnya disebut bagian pertama) dan bagian Persediaan (selanjutnya disebut bagian kedua). Pada bagian pertama, PT KLM mengungkapkan metode pengakuan nilai persediaan, metode pengakuan biaya persediaan, pengakuan tanaman semusim sebagai persediaan, serta metode penyisihan kerugian persediaan

usang

dan

penyisihan

penurunan

nilai

persediaan.

Bentuk

pengungkapan pada bagian pertama terlihat dalam Gambar 4.3.

Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting h. Persediaan Persediaan dinyatakan berdasarkan nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Biaya persediaan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang. Termasuk dalam persediaan adalah tanaman perkebunan yang dimaksudkan untuk dijual, bukan sebagai tanaman menghasilkan sebagaimana diatur dalam Catatan 2j. Perusahaan mengklasifikasikan tanaman tebu sebagai persediaan tanaman semusim. Tanaman semusim disajikan sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan atau pembelian bibit dan penanaman tanaman semusim sampai tanaman tersebut siap dipanen. Penyisihan kerugian persediaan usang dan penyisihan penurunan nilai persediaan dibentuk untuk menyesuaikan nilai persediaan ke nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa, dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan. Keterangan: Catatan 2j mengenai Tanaman Perkebunan

Gambar 4.3 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Penting

Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

66

Pada bagian kedua, PT KLM mengungkapkan jumlah tercatat untuk masing-masing

klasifikasi

persediaan

(termasuk

tanaman

tebu

dalam

pertumbuhan), jumlah kapitalisasi penyusutan aset tetap yang termasuk dalam tanaman tebu dalam pertumbuhan, besarnya nilai realisasi bersih berdasarkan pendapat manajemen dan nilai pertanggungan asuransi atas persediaan yang diasuransikan. Pengungkapan pada bagian kedua terlihat pada Gambar 4.4.

Persediaan

2011 Rp '000.000 Tanaman tebu dalam pertumbuhan Pupuk dan obat-obatan Suku cadang Bahan bakar dan pelumas Bibit Jumlah

2010 Rp '000.000

13.096 3.452 3.329 432 28 20.337

1.841 1.334 131 1 3.307

Termasuk dalam tanaman tebu dalam pertumbuhan pada tahun 2011 adalah kapitalisasi penyusutan aset tetap sebesar Rp 1.259 juta (Catatan 8). Manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat persediaan tidak melebihi nilai realisasi bersihnya. Pada tanggal 31 Desember 2011, persediaan diasuransikan kepada Asuransi Jaya Proteksi, pihak ketiga, terhadap risiko kebakaran, pencurian, gempa bumi, dan risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 5.130 juta. Sedangkan pada tahun 2010 seluruh persediaan tidak diasuransikan.

Gambar 4.4 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Persediaan

Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

67

4.2.2

Prosedur akuntansi tanaman belum menghasilkan PT KLM Akun tanaman belum menghasilkan PT KLM berisi biaya-biaya yang

terjadi sejak penanaman tanaman sampai tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial. Akun ini hanya digunakan untuk tanaman nanas dan kelapa sawit karena kedua tanaman tersebut diklasifikasikan sebagai tanaman keras. Manajemen menentukan kebijakan pengalokasian biaya yang terjadi ke tanaman belum menghasilkan. Alokasi untuk masing-masing proyek berbeda satu sama lain, yaitu 100% dari biaya yang terjadi pada proyek nanas, 74% dari biaya yang terjadi pada proyek kelapa sawit lokasi A dan 69% dari biaya yang terjadi pada proyek kelapa sawit lokasi B. PT KLM mengakui tanaman belum menghasilkan pada saat transaksi terjadi. Selanjutnya, tanaman belum menghasilkan tersebut disajikan sebesar biaya perolehan yang tidak disusutkan. Penyajian ini terdapat pada Laporan Posisi Keuangan bagian Aset Tidak Lancar. Salah satu sample of journal voucher mengenai transaksi tanaman belum menghasilkan yang terjadi pada proyek kelapa sawit lokasi A terlihat di bawah ini.

Transaksi Pada tanggal 31 Maret 2011, alat berat yang digunakan untuk proyek kelapa sawit lokasi A disusutkan sebesar Rp 224 juta. Penyusutan tersebut dialokasikan sebesar 74% ke tanaman belum menghasilkan, yakni Rp 166 juta.

Jurnal pada tanggal 31 Maret 2011 Tanaman belum menghasilkan – beban penyusutan Akumulasi penyusutan alat berat

Rp 166 juta Rp 166 juta

Pada akhir periode pelaporan keuangan, setiap biaya yang terjadi diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu penanaman, pembibitan dan pemeliharaan, pupuk dan obat-obatan, kapitalisasi penyusutan aset tetap, upah buruh, serta lain-lain. Besarnya biaya yang termasuk dalam tanaman belum menghasilkan yang terjadi selama tahun 2011 terlihat pada Tabel 4.1. Universitas Indonesia

68

Tabel 4.1 Klasifikasi Tanaman Nanas Belum Menghasilkan PT KLM

Penanaman, pembibitan dan pemeliharaan Pupuk dan obat-obatan Kapitalisasi penyusutan aset tetap Upah buruh Lain-lain Jumlah

Nanas Rp '000.000

Kelapa Sawit Rp '000.000

8.398 4.028 1.894 240 369

1.498 3.165 2.941 1.310 2.521

14.929

11.435

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Apabila tanaman nanas dan kelapa sawit telah siap untuk menghasilkan secara komersial, perusahaan melakukan reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan. Pengadaan reklasifikasi tersebut ditentukan oleh kebijakan manajemen. Tanaman belum menghasilkan diklasifikasikan sebagai Aset Tidak Lancar pada Laporan Posisi Keuangan. Bentuk penyajian tersebut terlihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Penyajian Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM

Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KLM 2011 (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

69

Setiap rincian atas tanaman belum menghasilkan harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. PT KLM membagi pengungkapan dalam dua bagian, sama halnya dengan persediaan, yaitu bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Penting (selanjutnya disebut bagian pertama) dan bagian Tanaman Belum Menghasilkan (selanjutnya disebut bagian kedua). Pada bagian pertama, PT KLM mengungkapkan dasar penilaian dan pengukuran tanaman belum menghasilkan, jenis-jenis biaya yang termasuk dalam tanaman belum menghasilkan, serta kebijakan reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan. Bentuk pengungkapan tanaman belum menghasilkan pada bagian pertama terlihat pada Gambar 4.6.

Tanaman Belum Menghasilkan

Tanaman belum menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehannya dan merupakan akumulasi biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembiayaan atas tanaman nanas dan kelapa sawit selama belum menghasilkan. Biaya ini meliputi biaya persiapan lahan, pembibitan, pemupukan, pemeliharaan, upah buruh, penyusutan aset tetap, bunga, dan biaya pinjaman lainnya yang timbul dari fasilitas kredit yang digunakan untuk membiayai

perolehan

tanaman

selama

masa

pengembangan

sampai

dengan

menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan tidak disusutkan.

Tanaman belum menghasilkan dipindahkan ke tanaman telah menghasilkan pada saat mulai menghasilkan secara normal.

Gambar 4.6 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting

Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

70

Pada bagian kedua, PT KLM mengungkapkan mutasi yang terjadi atas tanaman belum menghasilkan, yang terdiri dari saldo awal, penambahan biaya selama tahun 2011, reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan dan saldo akhir. Selain itu, PT KLM juga mengungkapkan besarnya tanaman belum menghasilkan yang diasuransikan dan kebijakan manajemen mengenai jumlah penyisihan kerugian penurunan nilai atas tanaman belum menghasilkan. Bentuk pengungkapan yang disajikan oleh PT KLM terlihat pada Gambar 4.7.

Tanaman Belum Menghasilkan

Nanas Rp '000.000

2011 Kelapa Sawit Rp '000.000

Jumlah Rp '000.000

Saldo awal tahun Penambahan: Penanaman, pembibitan dan pemeliharaan Pupuk dan obat-obatan Kapitalisasi penyusutan aset tetap (Catatan 8) Upah buruh Lain-lain Reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan

14.973

34.259

49.232

8.399 4.028

1.498 3.165

9.897 7.193

1.894 240 369

2.941 1.310 2.522

4.835 1.550 2.891

Saldo akhir tahun

25.535

(4.368)

45.695

(4.368) 71.230

Gambar 4.7 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Belum Menghasilkan

Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

71

Nanas Rp '000.000 Saldo awal tahun Penambahan: Penanaman, pembibitan dan pemeliharaan Pupuk dan obat-obatan Kapitalisasi penyusutan aset tetap (Catatan 8) Upah buruh Lain-lain Reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan Saldo akhir tahun

2010 Kelapa Sawit Rp '000.000

Jumlah Rp '000.000

10.171

41.313

51.484

3.655 2.103

688 1.136

4.343 3.239

1.196

2.671 1.115 3.535

3.867 1.115 3.774

(2.391)

(16.199)

(18.590)

14.973

34.259

49.232

239

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, tanaman nanas dan sawit tidak diasuransikan. Manajemen berkeyakinan bahwa jumlah penyisihan penurunan nilai atas tanaman belum menghasilkan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah cukup untuk menutup kerugian penurunan nilai tanaman belum menghasilkan.

Gambar 4.7 (“sambungan”)

4.2.3

Prosedur akuntansi tanaman telah menghasilkan PT KLM Tanaman belum menghasilkan PT KLM yang sudah dapat menghasilkan

secara komersial akan direklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan. Biaya-biaya pada tanaman belum menghasilkan sudah siap dikapitalisasi dalam tanaman telah menghasilkan. Tanaman telah menghasilkan tersebut diperlakukan seperti aset tetap. PT KLM mengakui tanaman telah menghasilkan pada saat terjadi reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan. Jumlah yang diakui adalah sebesar jumlah yang direklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan. Penulis mengambil sample of journal voucher yang digunakan untuk mengakui reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan.

Universitas Indonesia

72

Salah satu journal voucher tersebut adalah reklasifikasi tanaman nanas belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan yang terlihat seperti di bawah ini.

Tanaman telah menghasilkan

Rp 524 juta

Tanaman belum menghasilkan

Rp 524 juta

Penyajian tanaman telah menghasilkan PT KLM didasarkan pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan dilakukan setiap akhir periode laporan keuangan, yaitu pada tanggal 31 Desember. Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, tanaman telah menghasilkan yang disusutkan adalah tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit disusutkan dengan metode garis lurus dengan tarif 4% (100% : 25 tahun). Tanaman nanas tidak disusutkan karena tanaman nanas dihapuskan secara langsung pada akhir periode laporan keuangan. Penghapusan langsung ini dilakukan untuk menghabiskan tanaman nanas yang tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan secara bertahap. Perhitungan dan jurnal untuk mengakui penyusutan tanaman kelapa sawit telah menghasilkan yang dicatat oleh PT KLM – divisi sawit pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 terlihat di bawah ini.

31 Desember 2011 dan 2010 Divisi Kelapa Sawit Lokasi A Perhitungan: Beban penyusutan = jumlah tanaman telah menghasilkan x tarif penyusutan Beban penyusutan = Rp 9.763 juta x 4% Beban penyusutan = Rp 391 juta

Jurnal: Beban penyusutan tanaman telah menghasilkan

Rp 391 juta

Akumulasi penyusutan tanaman telah menghasilkan

Rp 391 juta

Universitas Indonesia

73

Divisi Kelapa Sawit Lokasi B Perhitungan: Beban penyusutan = jumlah tanaman telah menghasilkan x tarif penyusutan Beban penyusutan = Rp 6.436 juta x 4% Beban penyusutan = Rp 257 juta

Jurnal: Beban penyusutan tanaman telah menghasilkan

Rp 257 juta

Akumulasi penyusutan tanaman telah menghasilkan

Rp 257 juta

Perubahan pada tanaman telah menghasilkan dapat terjadi karena adanya reklasifikasi dari tanaman, penurunan nilai tanaman dan penghapusan langsung tanaman. Penurunan nilai tanaman terjadi pada tanaman nanas pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp 751 juta. Pada tahun 2011 tidak terjadi penurunan nilai atas tanaman nanas. Penurunan nilai ini didasarkan pada kebijakan manajemen. Jurnal yang dicatat oleh PT KLM untuk mengakui penurunan nilai tanaman nanas terlihat di bawah ini.

31 Desember 2010 Kerugian atas penurunan nilai tanaman Tanaman telah menghasilkan

Rp 751 juta Rp 751 juta

Penghapusan langsung tanaman nanas mencerminkan pembabatan habis tanaman nanas yang dilakukan oleh PT KLM. Perusahaan memulai pembabatan habis atas tanaman nanas sejak proyek kelapa sawit telah diaktifkan kembali. Pembabatan habis ini dilakukan secara bertahap yang bertujuan untuk menghabiskan tanaman nanas. Penghapusan langsung tanaman nanas yang terjadi pada tahun 2011 dan 2010 adalah sebesar Rp 4.368 juta dan Rp 1.640 juta. Pengakuan penghapusan langsung tanaman nanas dicatat oleh PT KLM melalui jurnal berikut:

Universitas Indonesia

74

31 Desember 2011 Beban pokok penjualan

Rp 4.368 juta

Tanaman telah menghasilkan

Rp 4.368 juta

31 Desember 2010 Beban pokok penjualan

Rp 1.640 juta

Tanaman telah menghasilkan

Rp 1.640 juta

Tanaman telah menghasilkan PT KLM diklasifikasikan sebagai Aset Tidak Lancar pada Laporan Posisi Keuangan. Bentuk penyajian tersebut terlihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Penyajian Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM

Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KLM 2011 (“telah diolah kembali”)

Setiap tahun PT KLM senantiasa mengungkapkan rincian atas tanaman telah menghasilkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Pengungkapan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Penting (selanjutnya disebut bagian pertama) dan bagian Tanaman Telah Menghasilkan (selanjutnya disebut bagian kedua). Pengungkapan pada bagian pertama berisi umur tanaman nanas dan kelapa sawit saat dipanen, metode Universitas Indonesia

75

penyajian tanaman telah menghasilkan, serta dasar perhitungan atas metode penyajian yang digunakan. Pengungkapan tersebut terlihat pada Gambar 4.9.

Tanaman Telah Menghasilkan Tanaman nanas dapat dipanen pertama kali pada saat berumur 22 bulan dan kedua kali pada saat berumur 33 bulan. Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman telah menghasilkan bila sudah berumur 4 - 5 tahun. Waktu tanaman telah menghasilkan yang sebenarnya ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif dan penilaian manajemen. Tanaman nanas dan kelapa sawit dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. Tanaman kelapa sawit disusutkan dengan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa menghasilkan selama 25 tahun. Penyusutan tanaman nanas dihitung dengan tarif sebagai berikut: Tarif Panen I (tanaman berumur 22 bulan) Panen II (tanaman berumur 33 bulan)

67% 33%

Setelah panen kedua, saldo biaya perolehan dan saldo akumulasi penyusutan atas tanaman nanas dikeluarkan dari akun ini dan selisihnya (sebesar nilai tercatatnya) disajikan sebagai “Penghapusan langsung atas tanaman menghasilkan” dalam beban pokok penjualan. Beban penyusutan atas tanaman telah menghasilkan dibebankan ke beban pokok penjualan.

Gambar 4.9 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting

Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

76

Pada bagian kedua, PT KLM mengungkapkan mutasi tanaman telah menghasilkan yang terdiri dari saldo awal, penambahan/reklasifikasi, pengurangan dan saldo akhir. Pengungkapan tersebut terlihat pada Gambar 4.10.

Tanaman Telah Menghasilkan 1 Januari 2011 Rp '000.000 Biaya perolehan Nanas Sawit

Perubahan selama tahun 2011 Penambahan/ Reklasifikasi Pengurangan Rp '000.000 Rp '000.000

-

4.368 16.199

Jumlah

16.199

Akumulasi penyusutan Sawit

(648)

Nilai Tercatat

-

(4.368)

31 Desember 2011 Rp '000.000 -

4.368 (648)

16.199 (4.368)

16.199

-

(1.296)

15.551

1 Januari 2010 Rp '000.000

14.903 Perubahan selama tahun 2010 Penambahan/ Reklasifikasi Pengurangan Rp '000.000 Rp '000.000

Biaya perolehan Nanas Sawit

-

2.391 16.199

Jumlah

-

18.590

Akumulasi penyusutan Sawit

-

Nilai Tercatat

-

(648)

(2.391) -

16.199

(2.391)

-

31 Desember 2010 Rp '000.000

16.199

(648) 15.551

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, pengurangan tanaman telah menghasilkan merupakan penghapusan langsung dan penurunan nilai atas tanaman nanas yang telah menghasilkan sebesar nilai tercatatnya masing-masing sebesar Rp 4.367.731.101 dan Rp 2.391.107.858 yang dibebankan ke beban pokok penjualan (Catatan 14).

Keterangan: Catatan 14 mengenai beban pokok penjualan

Gambar 4.10 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Telah Menghasilkan

Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”) Universitas Indonesia

77

4.2.4

Penggunaan IAS No. 41 pada PT KLM IAS No. 41 belum berlaku di Indonesia, sehingga PT KLM tidak

menerapkan standar tersebut. Laporan magang ini akan menunjukkan bentuk prosedur akuntansi yang dapat digunakan oleh PT KLM apabila IAS No. 41 diterapkan. Penulis membuat komparasi dengan standar yang telah diterapkan oleh PT KLM. Komparasi jurnal terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Komparasi Jurnal antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar

Metode Biaya Perolehan

Metode Nilai Wajar (IAS No. 41)

Saat pengakuan persediaan tanaman dalam pertumbuhan Persediaan tanaman dalam pertumbuhan - beban asuransi Asuransi dibayar di muka

Rp 23 juta Rp 23 juta

Persediaan tanaman dalam pertumbuhan - beban asuransi Asuransi dibayar di muka

Rp 23 juta Rp 23 juta

Saat pengakuan tanaman belum menghasilkan Tanaman belum menghasilkan biaya penyusutan Akumulasi penyusutan alat berat

Rp 166 juta Rp 166 juta

Tanaman belum menghasilkan biaya penyusutan Akumulasi penyusutan alat berat

Rp 166 juta Rp 166 juta

Saat pengakuan reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan Tanaman telah menghasilkan Tanaman belum menghasilkan

Rp 524 juta Rp 524 juta

Tanaman telah menghasilkan Tanaman belum menghasilkan

Rp 524 juta Rp 524 juta

Saat pengakuan penyusutan tanaman telah menghasilkan Beban penyusutan tanaman telah menghasilkan Akumulasi penyusutan tanaman telah menghasilkan

- no entry Rp 257 juta

Rp 257 juta

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL dan IAS No.41 tentang Agriculture (“telah diolah kembali”)

Universitas Indonesia

78

Tabel 4.2 (“sambungan”)

Metode biaya perolehan

Metode nilai wajar (IAS No. 41)

Saat pengakuan nilai wajar tanaman telah menghasilkan pada akhir periode nilai tercatat tanaman telah menghasilkan sebelum penyusutan sebesar Rp 16.199 juta nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sebesar Rp 20.000 juta - no entry -

Tanaman telah menghasilkan Rp 3.801 juta Keuntungan atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode Rp 3.801 juta

Saat pengakuan nilai wajar tanaman belum menghasilkan pada akhir periode nilai tercatat tanaman belum menghasilkan sebesar Rp 71.230 juta nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sebesar Rp 70.000 juta - no entry -

Kerugian atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode Tanaman belum menghasilkan

Rp 1.230 juta

Rp 1.230 juta

Saat pengakuan nilai wajar persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan pada akhir periode nilai tercatat persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan sebesar Rp 13.096 juta nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sebesar Rp 14.000 juta - no entry -

Persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan Keuntungan atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode

Rp 904 juta

Rp 904 juta

Perbedaan jurnal antara metode biaya perolehan dengan metode nilai wajar terjadi pada saat pengakuan penyusutan tanaman telah menghasilkan, karena penyusutan hanya dilakukan jika metode yang digunakan adalah metode biaya perolehan. Selain itu, perbedaan juga terjadi pada saat pengakuan nilai wajar tanaman telah menghasilkan, tanaman belum menghasilkan dan persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan. Hal tersebut dikarenakan nilai wajar hanya diakui jika metode yang digunakan adalah metode nilai wajar.

Universitas Indonesia

79

Penulis juga membuat komparasi mengenai penyajian laporan keuangan antara metode biaya perolehan dan metode nilai wajar. Penyajian laporan keuangan tersebut meliputi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif. Komparasi tersebut terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Komparasi Penyajian Laporan Keuangan antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar

Metode biaya perolehan

Metode nilai wajar (IAS No. 41) LAPORAN POSISI KEUANGAN (dalam jutaan rupiah)

Persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan Tanaman telah menghasilkan dikurangi akumulasi penyusutan Tanaman belum menghasilkan

Rp

13.096

Rp Rp

14.903 71.230

Persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan Tanaman telah menghasilkan

Rp Rp

14.000 20.000

Tanaman belum menghasilkan

Rp

70.000

Rp

3.475

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF (dalam jutaan rupiah) Keuntungan (kerugian) atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode

Rp

-

Keuntungan (kerugian) atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode

Sumber: Laporan Keuangan 2011 PT KLM dan IAS No. 41 tentang Agriculture (“telah diolah kembali”)

Komparasi laporan posisi keuangan menunjukkan perbedaan atas total aset biologis yang dilaporkan. Apabila perusahaan menggunakan metode biaya perolehan, total aset biologis berupa persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan dan tanaman belum menghasilkan disajikan berdasarkan akumulasi biaya yang terjadi, sedangkan tanaman telah menghasilkan disajikan berdasarkan nilai tercatat dikurangi

akumulasi

penyusutan.

Apabila

perusahaan

menggunakan

menggunakan metode nilai wajar, total aset biologis berupa persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan, tanaman telah menghasilkan dan tanaman belum

Universitas Indonesia

80

menghasilkan disajikan berdasarkan nilai wajar pada akhir periode laporan keuangan. Komparasi laporan laba rugi komprehensif menunjukkan perbedaan pengakuan keuntungan (kerugian) atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode. Pengakuan tersebut hanya dilakukan apabila perusahaan menggunakan metode nilai wajar. Pengakuan ini terjadi karena adanya selisih antara nilai tercatat dengan nilai wajar aset biologis pada akhir periode laporan keuangan. Apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai tercatat, perusahaan mengakui selisih tersebut sebagai keuntungan atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode. Apabila nilai wajar lebih kecil daripada nilai tercatat, perusahaan mengakui selisih tersebut sebagai kerugian atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada akhir periode.

4.3

Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan PT KLM

4.3.1

Perencanaan dan pembuatan pendekatan audit KAP MSSL telah memahami bisnis dan industri PT KLM karena

PT KLM merupakan klien lama. Selain itu, pada bulan Juni 2011 telah dilakukan Limited Review atas laporan keuangan interim PT KLM. Pemahaman ini mempermudah pembuatan pendekatan audit. Pada tahap ini, KAP MSSL melakukan pemilihan anggota tim audit yang sesuai untuk PT KLM. Pemilihan ini dilakukan oleh engagement partner berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang objektif. Penulis terpilih menjadi staf yang menjalankan audit atas PT KLM secara keseluruhan di bawah supervisi dari senior auditor dan manager. Sebelum melaksanakan audit atas PT KLM, engagement partner mengadakan pertemuan dengan seluruh anggota tim audit PT KLM untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai kondisi bisnis dan internal control PT KLM. Selain itu, pertemuan juga membahas mengenai prosedur audit secara keseluruhan atas PT KLM. Pembekalan seperti ini dilakukan untuk mempersiapkan auditor yang kompeten dalam melaksanakan audit atas PT KLM.

Universitas Indonesia

81

Selanjutnya, KAP MSSL menetapkan risiko bawaan untuk audit atas PT KLM. Risiko bawaan untuk tanaman perkebunan PT KLM adalah kemungkinan gagal panen yang disebabkan keadaan alam yang berada di luar kuasa manajemen. Letak perkebunan yang sulit untuk dijangkau menambah risiko bawaan atas tanaman perkebunan PT KLM karena dapat menghambat proses stock opname. Selain itu, kerusuhan yang terjadi di daerah dekat perkebunan PT KLM juga menjadi salah satu penghambat. KAP MSSL juga menetapkan tingkat materialitas sebesar 5%, tolerable error sebesar 30% dan cakupan nilai untuk PAJE (Proposed Adjustment Journal Entries) dan PRJE (Proposed Reclassification Journal Entries) sebesar 10% untuk audit atas PT KLM. Tingkat materialitas sangat penting dalam proses audit karena auditor memberikan pendapat yang meyakinkan pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang bersifat material. Tingkat materialitas untuk masing-masing perusahaan berbeda satu sama lain. Pada akhir tahap ini, KAP MSSL menetapkan pendekatan audit atas PT KLM. Pendekatan audit yang ditetapkan khusus untuk tanaman perkebunan adalah untuk memastikan bahwa: •

Aset tanaman perkebunan yang ada dalam Laporan Posisi Keuangan dimiliki oleh perusahaan atau dimiliki oleh pihak lain untuk perusahaan.



Aset tanaman perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan per tanggal Laporan Posisi Keuangan sudah termasuk dalam Laporan Posisi Keuangan.



Aset tanaman perkebunan dicatat dengan jumlah yang sesuai (setelah dikurangi akumulasi penyusutan).



Biaya atas tanaman telah menghasilkan dialokasikan pada periode akuntansi yang tepat secara sistematis dan rasional.



Biaya atas tanaman telah menghasilkan yang belum disusutkan dapat diperoleh kembali melalui penggunaan di masa depan.



Aset tanaman perkebunan yang sifatnya held for disposal dicatat menggunakan nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.

Universitas Indonesia

82



Perusahaan memiliki, atau memiliki hak secara hukum, atas seluruh aset perkebunan dalam Laporan Posisi Keuangan per tanggal Laporan Posisi Keuangan.



Seluruh aset tanaman perkebunan bebas dari hak gadai, perjanjian, kepentingan keamanan dan pembatasan. Apabila ada hak gadai, perjanjian, kepentingan keamanan dan pembatasan atas aset tanaman perkebunan, harus dapat diidentifikasi.



Aset tanaman perkebunan dan akun-akun yang berhubungan dengan tanaman perkebunan telah diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan dengan benar pada laporan keuangan, termasuk Catatan Atas Laporan Keuangan, sesuai dengan standar yang berlaku.

4.3.2

Tujuan

audit

atas

penyajian

dan

pengungkapan

tanaman

perkebunan PT KLM Penulis melaksanakan audit atas PT KLM berdasarkan masing-masing tujuan audit. Penulis akan menjelaskan mengenai tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan secara lebih mendalam.

4.3.2.1 Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and obligations) Keterjadian serta hak dan kewajiban mengacu pada kebenaran atas keberadaan dan kepemilikan tanaman perkebunan. Tim audit PT KLM mengadakan stock opname pada bulan Desember 2012 ke lokasi perkebunan milik PT KLM untuk memastikan keberadaan tanaman perkebunan PT KLM. Pada saat itu, Penulis belum memulai program magang, sehingga Penulis tidak ikut serta dalam kegiatan stock opname. Tim audit menghampiri empat lokasi perkebunan milik PT KLM, yaitu lokasi A, B, C dan D. Di lokasi A dan B terdapat perkebunan kelapa sawit, di lokasi C terdapat perkebunan nanas dan tebu, sedangkan di lokasi D terdapat perkebunan tebu. Kegiatan stockopname ini membuat tim audit percaya dengan keberadaan masing-masing perkebunan milik PT KLM.

Universitas Indonesia

83

Penulis memeriksa kepemilikan tanaman perkebunan menggunakan akta kepemilikan atas masing-masing tanaman. Berdasarkan akta yang Penulis terima dari PT KLM, tanaman nanas, kelapa sawit dan tebu yang berada di empat perkebunan PT KLM adalah benar milik PT KLM.

4.3.2.2 Kelengkapan (completeness) Kelengkapan berarti seluruh pengungkapan yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku telah diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.

Standar

akuntansi

yang

digunakan

adalah

SE

Bapepam

No. SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Penulis, junior auditor KAP MSSL, memeriksa penyajian dan pengungkapan laporan keuangan milik PT KLM dan mencocokkan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan tersebut dengan persyaratan yang ada pada SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Tindakan ini dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan PT KLM telah sesuai dengan standar yang berlaku. Di tahun 2012, PT PQR Tbk, induk perusahaan PT KLM, bermaksud mengadakan Penawaran Umum Obligasi II PQR dengan Tingkat Bunga Tetap Tahun 2012. Oleh karena itu, Bapepam memberikan Checklist SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan yang harus diisi. Checklist

SE-02/PM/2002

tentang

Pedoman

Penyajian

dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan berisi list pengungkapan yang disyaratkan dalam SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Ada tiga pilihan yang diberikan kepada perusahaan, yaitu ‘Ada’, ‘Tidak’ dan ‘N/A’. Perusahaan memberikan tanda (√) pada kolom pilihan yang sesuai. Pilihan ’Ada’ dipilih pada saat perusahaan telah mengungkapkan pengungkapan yang disyaratkan oleh Bapepam, pilihan ’Tidak’ dipilih pada saat perusahaan tidak mengungkapkan pengungkapan yang disyaratkan oleh Bapepam, sedangkan pilihan ’N/A’ dipilih

Universitas Indonesia

84

pada saat pengungkapan yang disyaratkan tidak dapat diaplikasikan pada perusahaan. Penulis menggunakan Checklist SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan pada bagian yang berhubungan dengan tanaman perkebunan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengungkapan mengenai tanaman perkebunan PT KLM pada Laporan Keuangan PT KLM untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 telah sesuai dengan pedoman dari SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Isi checklist tersebut terlihat pada Lampiran 1. 4.3.2.3 Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation) Penilaian dan pengalokasian mengacu pada pengungkapan dengan nilai yang akurat pada Catatan atas Laporan Keuangan yang berhubungan dengan tanaman perkebunan. Penulis menghitung ulang penyusutan atas tanaman kelapa sawit untuk memastikan bahwa nilai penyusutan yang diungkapkan telah akurat. Penulis juga melakukan vouching atas biaya-biaya yang termasuk dalam tanaman belum menghasilkan dan persediaan untuk memastikan keakuratan angka yang diungkapkan. Selain itu, penulis memeriksa dokumen pelengkap reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan, seperti buku besar dan journal voucher.

4.3.2.4 Pengklasifikasian

dan

pemahaman

(classification

and

understandability) Pengklasifikasian

mengacu

pada

ketepatan

klasifikasi

tanaman

perkebunan sesuai jenis tanaman, yaitu termasuk dalam aset lancar atau aset tidak lancar. Pemahaman mengacu pada kemudahan pembaca laporan keuangan dalam memahami setiap pengungkapan. Penulis mengidentifikasi jenis dari masing-masing tanaman milik PT KLM. Proses identifikasi dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan klien dan membaca pedoman SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Hasil dari proses identifikasi tersebut adalah: Universitas Indonesia

85



Tanaman tebu termasuk tanaman semusim karena tanaman tebu dapat ditanam dan habis dipanen dalam satu siklus tanam.



Tanaman nanas dan kelapa sawit termasuk tanaman keras karena memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial pertama kali

SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 mensyaratkan bahwa tanaman semusim diklasifikasikan sebagai persediaan, sedangkan tanaman

keras

diklasifikasikan sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Persediaan diklasifikasikan sebagai aset lancar, sedangkan tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Penulis memeriksa Catatan atas Laporan Keuangan klien dan membandingkan angka yang diungkapkan dengan data masing-masing proyek tanaman perkebunan PT KLM yang sudah diolah. Proses pemeriksaan tersebut menunjukkan

bahwa

angka

yang

diungkapkan

oleh

PT

KLM

telah

diklasifikasikan dengan benar. Penulis, auditor KAP MSSL, memiliki keyakinan bahwa Catatan atas Laporan Keuangan PT KLM dapat dipahami oleh setiap pengguna laporan keuangan. Keyakinan tersebut didasari dengan penggunaan metode penulisan Catatan atas Laporan Keuangan PT KLM yang sistematis, menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan disertai dengan tabel yang dapat mempermudah pemahaman pembaca.

4.3.3

Penyelesaian audit dan penerbitan Laporan Auditor Independen Pada tahap

ini,

Penulis

mengumpulkan

semua informasi

dari

masing-masing fase audit dan tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM yang telah dilaksanakan. Bedasarkan informasi tersebut, Penulis memperoleh keyakinan bahwa penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji material. Penulis menggunakan asumsi bahwa pos-pos lain, selain tanaman perkebunan, juga telah disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji material. Universitas Indonesia

86

Keyakinan auditor bahwa laporan keuangan PT KLM tahun 2011 telah disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji material dituangkan dalam Laporan Auditor Independen. Laporan tersebut ditandatangani oleh partner. Bagian Laporan Auditor Independen yang menyatakan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan PT KLM tahun 2011 telah disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji material terlihat pada Gambar 4.11.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT KLM tanggal 31 Desember 2011 dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Gambar 4.11 Laporan Auditor Independen – Paragraf 2 & 3

Sumber: Laporan Auditor Independen PT KLM 2011 – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)

4.4

Penambahan Proyek Tebu oleh PT KLM pada Tahun 2011 Penulis mendapatkan data dari manajemen PT KLM mengenai

penambahan proyek tebu berupa notulen Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Notulen RUPS tersebut berisi pertimbangan manajemen untuk menambah proyek tebu pada tahun 2011. Ada beberapa alasan penambahan proyek tebu PT KLM, yaitu:

Universitas Indonesia

87



Kemunduran Proyek Nanas Perusahaan terus mengalami kerugian selama menjalankan proyek nanas. Hal ini karena tanah milik PT KLM kurang cocok untuk tanaman nanas. Selain itu, nanas bukan makanan pokok masyarakat Indonesia, sehingga permintaan akan nanas di Indonesia juga tidak banyak. Oleh karena itu, perusahaan mengaktifkan kembali proyek kelapa sawit. Sejak proyek kelapa sawit diaktifkan, perusahaan berusaha untuk mengurangi proyek nanas

dengan

melakukan

pembabatan

secara

bertahap.

Proses

pembabatan tersebut membuat penjualan nanas semakin menurun, diikuti dengan laba kotor yang senantiasa negatif. Hal ini dapat dilihat dari penjualan

nanas

yang

semakin

menurun

dari

tahun

2008 – 2010 disertai dengan laba kotor yang senantiasa negatif. Kondisi ini terlihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Tren Penjualan dan Laba Kotor PT KLM Divisi Nanas Tahun 2008-2010

Penjualan HPP Laba (Rugi) Kotor

2008 Rp '000.000

2009 Rp '000.000

2010 Rp '000.000

6.836 8.587

5.461 8.998

1.362 2.506

(1.751)

(3.537)

(1.144)

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)



Pembatasan Ekspor Minyak Sawit Pemerintah merencanakan pembatasan ekspor produk sawit mentah sebesar 50% dari total produksi pada 2015 dan sebesar 30% dari total produksi pada 2020. Peraturan ini berpengaruh pada proyek kelapa sawit milik PT KLM karena kelapa sawit ini akan diolah dan diekspor melalui PT PQR Tbk (induk perusahaan PT KLM). Oleh karena itu, walaupun

Universitas Indonesia

88

PT KLM tetap akan melanjutkan proyek kelapa sawit, PT KLM perlu mencari alternatif usaha lain yang memiliki prospek lebih baik. •

Peluang Proyek Tebu PT KLM melakukan penelitian atas tanah perkebunan yang mereka miliki. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tanah perkebunan milik PT KLM cocok untuk tanaman tebu. PT KLM menanggapi hasil penelitian ini dengan melakukan penelitian lanjutan, yaitu penelitian pasar. Berdasarkan hasil penelitian pasar, permintaan terhadap gula selalu tinggi setiap tahun. Hal ini karena gula merupakan salah satu kebutuhan pokok. Kondisi ini tidak beriringan dengan jumlah produsen gula yang berkualitas di Indonesia. Jumlah produsen gula di Indonesia masih relatif sedikit. Hasil produksi yang dihasilkan juga masih belum optimal. Oleh karena itu, Indonesia terus melaksanakan impor gula setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan gula. Faktor-faktor di atas yang semakin membuat manajemen PT KLM yakin bahwa proyek tebu mempunyai prospek yang baik untuk masa depan PT KLM.

4.5

Analisis Akuntansi dan Audit atas Tanaman Perkebunan PT KLM

4.5.1

Analisis akuntansi tanaman perkebunan PT KLM Prosedur akuntansi atas tanaman perkebunan terdiri dari pengakuan dan

pengukuran tanaman perkebunan, serta penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan dalam laporan keuangan. PT KLM harus menjalankan masing-masing prosedur akuntansi sesuai dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Penulis melakukan analisis mengenai masing-masing prosedur akuntansi tanaman perkebunan PT KLM. •

Pengakuan dan Pengukuran Tanaman Perkebunan Pengakuan dan pengukuran tanaman perkebunan PT KLM telah dilakukan sesuai SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Hal tersebut terlihat pada Tabel 4.5.

Universitas Indonesia

89

Tabel 4.5 Kesesuaian Prosedur Akuntansi PT KLM dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002

No.

SE Bapepam

PT KLM

Keterangan

No. SE-02/PM/2002 1.

Tanaman semusim diakui sebagai persediaan.

Tanaman tebu diakui sebagai persediaan.

Sesuai

2.

Tanaman keras diakui sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan.

Tanaman nanas dan kelapa sawit diakui sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan.

Sesuai

3.

Tanaman semusim dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan dan penanaman sampai tanaman siap dipanen.

Tanaman tebu dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan dan penanaman sampai tanaman siap dipanen.

Sesuai

4.

Tanaman belum menghasilkan dicatat sebesar biaya yang terjadi sejak penanaman sampai panen.

Tanaman nanas dan kelapa sawit belum menghasilkan dicatat sebesar biaya yang terjadi sejak penanaman sampai panen.

Sesuai

5.

Tanaman telah menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

Tanaman nanas dan kelapa sawit telah menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan

Sesuai

Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)



Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan Penyajian tanaman perkebunan PT KLM telah sesuai dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002, yaitu persediaan disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar pada Laporan Posisi Keuangan, serta tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan disajikan sebagai bagian dari Aset Tidak Lancar pada Laporan Posisi Keuangan.

Universitas Indonesia

90

Pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM juga telah sesuai dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. PT KLM telah mengungkapkan setiap rincian tanaman perkebunan yang disyaratkan Bapepam.

PT KLM belum menerapkan IAS No. 41 karena standar tersebut belum diadopsi oleh IAI. Selain itu, saham PT KLM juga tidak diperdagangkan di negara yang telah mengadopsi IAS No. 41. Apabila di masa depan PT KLM harus menerapkan IAS No. 41, PT KLM perlu menggunakan jasa penilai untuk menilai nilai wajar tanaman perkebunan belum menghasilkan saat awal pengakuan tanaman perkebunan dan setiap akhir periode laporan keuangan. Jasa penilai juga dibutuhkan untuk menilai nilai wajar tanaman perkebunan telah menghasilkan saat panen.

4.5.2

Analisis audit atas tanaman perkebunan PT KLM Pelaksanaan audit atas tanaman perkebunan membutuhkan perhatian

khusus karena objek yang diaudit adalah makhluk hidup yang senantiasa bertumbuh dan berkembang. Auditor harus memiliki perhatian khusus atas akun ini. Penulis melakukan analisis mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dengan seksama oleh auditor. •

Keberadaan tanaman perkebunan Tanaman perkebunan merupakan bagian yang sangat material bagi industri perkebunan. Auditor perlu melakukan stock opname dalam setiap pelaksanaan audit untuk memastikan bahwa tanaman perkebunan milik klien benar-benar ada. Tim audit PT KLM telah melakukan prosedur ini dengan baik.



Pembatasan tertentu atas tanaman perkebunan Auditor harus memiliki inisiatif untuk meminta data mengenai pembatasan tertentu atas tanaman perkebunan. Setelah data diterima, auditor harus memiliki keyakinan yang cukup bahwa data yang diberikan adalah data yang benar. PT KLM merupakan klien yang sudah lama dipegang oleh KAP MSSL. Oleh karena itu, klien selalu menyediakan data yang dibutuhkan oleh auditor, bahkan ada data yang diberikan Universitas Indonesia

91

sebelum diminta oleh auditor. Hal ini akan mempermudah proses audit yang dilaksanakan. •

Reklasifikasi

dari

tanaman

belum

menghasilkan

ke

tanaman

menghasilkan Pada saat tanaman telah siap menghasilkan, perusahaan harus melakukan reklasifikasi atas seluruh biaya yang dicatat dalam tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan. Auditor harus memastikan bahwa jumlah yang direklasifikasi benar-benar akurat. Cara yang digunakan oleh KAP MSSL adalah memeriksa buku besar akun tanaman belum menghasilkan, kemudian mencocokkan saldo saat tanggal reklasifikasi

dengan

jumlah

yang

direklasifikasi.

KAP

MSSL

menemukan bahwa jumlah yang direklasifikasi oleh PT KLM telah sesuai.

Prosedur audit atas tanaman perkebunan PT KLM telah dijalankan dengan baik oleh KAP MSSL. Hal ini karena tanaman perkebunan merupakan komoditas utama yang sangat penting dalam industri perkebunan yang dijalankan oleh PT KLM. Setiap tujuan audit atas tanaman perkebunan PT KLM telah tercapai.

Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan Penulis telah melaksanakan audit atas tanaman perkebunan PT KLM.

Penulis menarik kesimpulan dari tiga sisi, yaitu: •

Prosedur Akuntansi Tanaman Perkebunan PT KLM PSAK yang khusus mengatur tanaman perkebunan belum dimiliki oleh Indonesia. Kondisi ini tidak melumpuhkan prosedur akuntansi tanaman perkebunan PT KLM. Perusahaan menggunakan standar akuntansi lain yang berlaku di Indonesia, yaitu SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Prosedur akuntansi tersebut telah dijalankan dengan baik.



Prosedur Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan PT KLM Prosedur audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM telah dijalankan dengan baik oleh auditor. Masing-masing tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM telah tercapai. Hal ini dapat tercapai karena auditor mengikuti Generally Accepted Auditing Standards (GAAS).



Hasil Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan PT KLM Hasil audit PT KLM menunjukkan opini wajar tanpa pengecualian. Hal ini berarti tanaman perkebunan yang merupakan salah satu bagian yang diaudit juga telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang material, serta sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

92

Universitas Indonesia

93

5.2

Saran

5.2.1

Saran untuk KAP MSSL Penulis melaksanakan magang selama tiga bulan di KAP MSSL. Penulis

dilibatkan secara langsung dalam setiap proses audit. Berdasarkan pengalaman tersebut, Penulis ingin menyampaikan beberapa saran untuk kemajuan KAP MSSL. KAP MSSL merupakan salah satu kantor akuntan publik yang baik bagi peserta magang untuk menimba ilmu dan pengalaman. Sistem pembelajaran yang diterapkan adalah prinsip “learning by doing”. Menurut Penulis, sistem tersebut baik untuk meningkatkan inisiatif dan kemampuan auditor dalam memecahkan suatu masalah, namun akan lebih baik apabila diadakan pelatihan bagi para auditor baru. Hal ini dapat didasarkan pada fakta bahwa setiap auditor baru memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Pelatihan ini akan menjadi bekal yang sangat baik, apalagi untuk industri yang sifatnya khusus, seperti industri perkebunan. Pelatihan dapat berupa pemberian pemahaman mengenai prosedur akuntansi tanaman perkebunan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan prosedur audit yang dijalankan untuk akun tanaman perkebunan. Pelatihan juga dapat dilakukan kepada auditor lama. Misalnya, saat IAS No. 41 telah diaplikasikan di Indonesia, auditor lama perlu diberi pelatihan agar benar-benar mengerti seluk-beluk IAS No. 41. KAP MSSL memiliki auditor yang berpengalaman dan ahli dalam bidang audit, namun tingkat turnover auditor cukup tinggi. Oleh karena itu, KAP MSSL perlu meningkatkan kerja sama magang dengan universitasuniversitas yang berkualitas, seperti Unversitas Indonesia. Melalui kerja sama ini, KAP MSSL akan mendapatkan bibit-bibit auditor handal untuk memajukan KAP MSSL.

5.2.2

Saran untuk PT KLM PT KLM merupakan salah satu klien KAP MSSL yang menjadi objek

laporan magang ini. Selama pelaksanaan magang, Penulis berhubungan langsung dengan staf akuntansi dan manager keuangan PT KLM. Penulis memiliki beberapa saran bagi PT KLM yang terkait dengan prosedur akuntansi perkebunan. Universitas Indonesia

94

PT KLM memiliki staf untuk masing-masing proyek, yaitu staf untuk proyek nanas, staf untuk proyek kelapa sawit dan staf untuk proyek tebu. PT KLM perlu memberikan pengetahuan yang mendalam kepada masing-masing staf mengenai prosedur akuntansi untuk masing-masing tanaman perkebunan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan secara berkala. PT KLM telah melakukan kontrol atas prosedur akuntansi yang dijalankan. Kontrol tersebut berupa pemeriksaan laporan keuangan setiap bulan oleh supervisor. Menurut Penulis, kontrol tersebut perlu ditingkatkan. Misalnya, laporan keuangan bulanan diperiksa oleh supervisor, kemudian diperiksa lagi oleh manager keuangan agar hasilnya lebih meyakinkan.

5.2.3

Saran untuk Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi

merupakan tempat perkuliahan yang baik bagi para mahasiswa yang mau mengembangkan kemampuan praktikal. Penulis menjalankan perkuliahan di Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi selama tiga tahun. Penulis mendapatkan banyak pengetahuan selama berkuliah. Penulis ingin menyampaikan beberapa saran untuk kemajuan Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi. Tenaga praktisi membutuhkan bekal yang kuat untuk melaksanakan praktek. Bekal yang dibutuhkan oleh tenaga praktisi bidang akuntansi adalah pemahaman yang mendalam atas standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Pemahaman tersebut sudah Penulis dapatkan selama menjalankan perkuliahan, namun bahan perkuliahan hanya mencakup perlakuan akuntansi atas industriindustri yang sifatnya umum. Menurut Penulis, mahasiswa juga perlu mengeetahui standar akuntansi untuk industri-industri yang sifatnya spesifik, misalnya industri perkebunan. Oleh karena itu, pelaksanaan kuliah umum mengenai prosedur akuntansi untuk industri tertentu perlu diadakan secara berkala. Mahasiswa juga memerlukan staf pengajar dan sistem pengajaran yang berkualitas. Penulis merasakan pengaruh yang sangat baik dari staf pengajar Universitas Indonesia

95

berkualitas yang senantiasa membimbing Penulis dengan baik. Menurut Penulis, setiap staf pengajar perlu mengikuti setiap perkembangan dalam bidang akuntansi agar dapat meneruskan informasi perkembangan tersebut kepada mahasiswa. Salah satu perkembangan yang ada adalah prosedur akuntansi dan prosedur audit yang tidak lagi dijalankan secara manual. Perkembangan ini sebaiknya diikuti oleh Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi melalui pelaksanaan mata kuliah Laboratorium Akuntansi dan Laboratorium Audit menggunakan komputer. Hal ini dapat membiasakan mahasiswa dengan dunia kerja yang sesungguhnya. Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi juga memberikan bekal mengenai praktek kerja melalui pelaksanaan magang. Pelaksanaan magang ini telah didukung oleh kerja sama dengan sejumlah KAP dan perusahaan. Program kerja sama ini sebaiknya ditingkatkan dengan cara menambah jumlah KAP dan perusahaan, serta melakukan seleksi yang cukup bagi setiap KAP dan perusahaan. Selain itu, pihak Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi juga perlu memantau pelaksanaan magang tersebut. Hasil akhir dari pelaksanaan magang adalah laporan magang. Penulisan laporan magang membutuhkan keterampilan khusus dalam hal penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), sistematika penulisan dan format penulisan. Oleh karena itu, perlu diadakan kuliah umum mengenai penulisan laporan magang. Penulis berharap setiap mahasiswa dapat menyelesaikan laporan magang dengan baik setelah diberikan bekal yang cukup.

Universitas Indonesia

96

DAFTAR REFERENSI

Arens, Alvin A, Amir Abadi Jusuf, Mark S. Beasley, & Randal J. Elder. (2009). Auditing and Assurance Services An Integrated Approach An Indonesian Adaptation. Singapura : Prentice Hall. Argiles, Joseph M, et al. (2009). Fair Value versus Historic Cost Valuation for Biological Assets: Implications for the Quality of Financial Information. Documents De Treball De La Facultat D’Economia I Empresa, 1-21. Badan Pengawas Pasar Modal. (2002, Desember 27). Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Februari 25, 2012. http://www.bapepam.go.id/old/ragam/Lampiran13-Perkebunan.pdf Elad, Charles & Kathleen Herbohn. (2011). Implementing Fair Value Accounting in the Agricultural Sector Executive Summary. The Scottish Accountancy Trust for Education and Research, v-x. European Commission. (2009). International Accounting Standards 41 Agriculture. Februari 25, 2012. http://ec.europa.eu/internal_market/accounting/docs/consolidated/ias41_en.pdf. Ikatan Akuntan Indonesia. (2008). PSAK No. 14: Persediaan. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). PSAK No. 48: Penurunan Nilai Aset. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). PSAK No. 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). PSAK No. 16: Aset Tetap. Jakarta: Salemba Empat. Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, & Terry D. Warfield. (2011). Intermediate Accounting, volume 1 (IFRS ed.). United States of America : John Wiley & Sons, Inc.

Universitas Indonesia

97

Martani, Dwi. (2010). Dampak Pencabutan PSAK: Akuntansi Kehutanan PSAK 32. Jurnal Economics Business and Accounting Review, 71-79. Martani, Dwi. Slide Agriculture (IAS 41).Maret 4, 2012. http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/seminar_ias41/2-Agriculture IAS 41- Dwi Martani.pdf Mita, Aria Farah & Saur Maruli. (2010). Analisis Pendekatan Nilai Wajar dan Nilai Historis dalam Penilaian Aset Biologis pada Perusahaan Agrikultur: Tinjauan Kritis Rencana Adopsi IAS 41. Karya Ilmiah dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. PricewaterhouseCoopers. (2009, November). A Practical Guide to Accounting for Agricultural Assets. April 10, 2012. http://pwcinform.pwc.com/inform2/content?action=resource&id=0000000585 03175.pdf

Universitas Indonesia

98

Lampiran 1: Checklist SE-02/PM/2002 Bagian Tanaman Perkebunan

No 2.

Keterangan

Ada

Tidak

N/A

Keterangan

Unsur-unsur Catatan Atas Laporan Keuangan

d.

Ikhtisar Kebijakan Akuntansi

2)

Kebijakan akuntansi tertentu yang diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi penting Kebijakan akuntansi meliputi tetapi tidak terbatas pada hal sebagai berikut :

c)

Persediaan Yang harus dijelaskan adalah:

(1)

Pengakuan nilai persediaan, yaitu



Catatan 2.h



Catatan 2.h



Catatan 2.h



Catatan 2.j



Catatan 2.j

berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih secara agregat, mana yang lebih rendah, (the lower of cost or net realizable value). Rumus biaya persediaan. (2)

Rumus yang digunakan apakah biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata tertimbang (weighted average cost method), masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO) atau identifikasi khusus (specific identification)

(3)

Metode penyisihan untuk persediaan mati atau hilang dan persediaan yang perputarannya lambat (slow moving).

(f)

Tanaman Perkebunan Yang harus dijelaskan adalah

(1)

Dasar klasifikasi untuk jenis tanaman sebagai persediaan, tanaman belum menghasilkan, atau tanaman telah menghasilkan.

(2)

Dasar penilaian dan pengukuran.

Universitas Indonesia

99

(“lanjutan”)

(3)

Kebijakan akuntansi reklasifikasi tanaman



Catatan 2.j



Catatan 2.j



Catatan 2.j

belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan.

(4)

Metode penyusutan dan masa manfaat tanaman yang disusutkan.

(5)

Kebijakan akuntansi biaya pinjaman.

e.

Pengungkapan atas Pos-Pos Laporan Keuangan dan Pengungkapan Lainnya Bagian ini menjelaskan hal-hal yang penting untuk diungkapkan pada tiap-tiap pos, yang dapat mempengaruhi pembaca dalam pengambilan keputusan, yang disusun dengan memperhatikan urutan penyajian Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas, serta informasi tambahan. Pengungkapan pos-pos laporan keuangan dan pengungkapan lainnya sebagai berikut:

6)

Persediaan Yang harus diungkapkan antara lain:

a)

Total jumlah tercatat dan nilai tercatat menurut klasifikasi tertentu, seperti:



(1)

Persediaan barang jadi

(2)

Persediaan dalam pertumbuhan



Catatan 5

(3)

Bahan baku dan pembantu



Catatan 5

b)

Jumlah penyesuaian atas penurunan nilai



persediaan; c)

Kondisi dan peristiwa penyebab terjadinya



pemulihan nilai persediaan yang diturunkan; d)

Jumlah penyisihan atau penghapusan



persediaan mati atau usang;

Universitas Indonesia

100

(“lanjutan”)

e)



Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan atau penghapusan persediaan yang mati atau usang;

f)



Nilai tercatat persediaan yang dijaminkan dan nama pihak yang menerima jaminan;

g)

Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai



Catatan 5



Catatan 5

pertanggungan asuransi, dan risiko yang ditutup; h)

Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi;

i)



Nilai tercatat persediaan yang dijadikan jaminan;

j)



Dalam situasi depresiasi rupiah luar biasa: jumlah selisih kurs yang dikapitalisasi, biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount);

k)



Penjelasan mengenai kerugian persediaan yang jumlahnya material atau sifatnya luar biasa, seperti bencana alam;

l)



Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dan tingkat kapitalisasi yang dipergunakan, untuk persediaan yang memenuhi kriteria aktiva tertentu (qualifying asset).

14)

Tanaman Perkebunan Yang harus diungkapkan antara lain:

a)

Untuk tanaman telah menghasilkan ;

(1)

Rincian nilai tercatat dan akumulasi



Catatan 7



Catatan 7



Catatan 18

penyusutan menurut jenis tanaman (2)

Rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan akhir tahun tanaman untuk setiap kelompok selama paling tidak 2 tahun terakhir.

(3)

Status tanah yang digunakan untuk menanam.

Universitas Indonesia

101

(“lanjutan”)

(4)



Nilai tanaman telah menghasilkan berdasarkan area/lokasi penanaman

(5)

Perbandingan saldo tanaman belum



Catatan 7

menghasilkan selama paling tidak 2 tahun. (6)

Tanaman yang dijaminkan.

b)

Untuk tanaman belum menghasilkan ;

(1)

Mutasi tanaman belum menghasilkan

(a)

Saldo awal.

(b)

Tambahan tahun berjalan



sebagai berikut :

i.

Biaya langsung

ii.

Jumlah kapitalisasi biaya pinjaman, dan



Catatan 7



Catatan 7



rugi kurs dalam hal terjadi depresiasi luar biasa. (c) i.

Pengurangan tahun berjalan Jumlah yang direklasifikasi ke tanaman



Catatan 7

telah menghasilkan. ii.



Pengurangan lainnya.

(d)

Saldo akhir.

(2)

Nilai tanaman dalam Perkebunan Inti



Catatan 7



Rakyat / Perkebunan Inti Plasma yang menjadi milik perusahaan (inti) dan tanaman yang bukan milik perusahaan (perkebunan rakyat/perkebunan plasma). (3)

Cadangan kerugian yang mungkin timbul



pada plasma.

Universitas Indonesia

102

Lampiran 2: Laporan Posisi Keuangan PT KLM per 31 Desember 2011 dan 2010

Universitas Indonesia

103

(“lanjutan”)

Universitas Indonesia

104

Lampiran 3: Laporan Laba Rugi Komprehensif PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010

Universitas Indonesia

105

Lampiran 4: Laporan Perubahan Ekuitas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010

Universitas Indonesia

106

Lampiran 5: Laporan Arus Kas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010

Universitas Indonesia

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF