Akuntansi Pendapatan Bank
October 11, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Akuntansi Pendapatan Bank...
Description
MAKALAH AKUNTANSII PERBANKAN AKUNTANS “AKUNTANSI PENDAPATAN BANK”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akuntansi Perbankan
Disusun oleh: ALFHIE SYAHRINA 555211 HERMAWAN KRISNA PUTRA 555211 LESTARI HANDAYANI
5552110867
MAYA KHOLIDA 555211
KELAS : VII C AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2014
AKUNTANSI PENDAPATAN
A. Pendapatan Bank
Pendapatan (revenues) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal bank selama suatu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan tidak secara langsung berasal dari kontribusi penanam modal (PAPI, 2001). Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku Standart Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah: “Arus masuk bruto dari manfaat manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari dari kontribusi penanaman modal”. modal”. Selain itu menurut Commite On Accounting Concept and Standart dari dari AAA dikutip oleh Theodorus Tuonakotta (1984:144) dalam buku teori Akuntansi memberikan definisi pendapatan adalah” Pernyataan moneter mengenai barang dan jasa yang ditransfer perusahaan kepada langganan-langganannya langganan-langganannya dalam jangka waktu tertentu”. tertentu”. Sedangkan menurut Accounting Principle Board dikutip oleh Theodorus Tuanakotta (1984:153) dalam buku Teori Akuntansi pengertian pendapatan adalah” Pendapatan sebagai inflow of asset kedalam perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa”. jasa”.
B. Dasar Pengaturan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersama-sama dengan pengakuan kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban. Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang dapat diterima, jumlah pendapatan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli yang diukur dengan
nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah discount dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan, umumnya berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
C. Jenis-Jenis Pendapatan Bank 1. Pendapatan Operasional a. Pendapatan Bunga Debitur
Pendapatan bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari penanaman dana bank pada aktiva produktif. Pendapatan bunga dari aktiva produktif non-perfoming, tidak diakui sebagai pendapatan periode berjalan sejak aktiva tersebut dinyatakan non-performing. Dengan demikian, bank tidak perlu melakukan penyesesuaian terhadap pendapatan bunga yang telah diakui sebelum aktiva produktif tersebut dinyatakan non-performing. Bunga dari aktiva non-performing yang tidak diakui sebagai pendapatan akan dicatat dalam rekening administrative karena merupakan peristiwa kontijensi. Hal yang perlu diperhatikan dalam hal terjadi pelunasan yang berkaitan dengan aktiva produktif non-performing, pelunasan tunggakan bunga tersebut terlebih dahulu diperlukan sebagai pelunasan tunggakan pokoknya.
Sebagai contoh, apabila pendapatan bunga debitur performing selama bulan Juli dihitung sebesar Rp. 100 juta, sedangkan debitur non-performing sebesar Rp. 23 Juta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut : Accrual Basis
Pendapatan diakui dan dicatat pada periode yang bersesuaian. Metode accrual basis diterapkan untuk pendapatan bunga kredit dalam kategori lancar, provisi dan komisi. (D) Pendapatan Pendapatan Debitur YMH Diterima.….…Rp. 100.000.000 100.000.000 (K) Pendapatan Bunga Debitur….………………………...........Rp. Debitur….………………………...........Rp. 100.000.000 Pada saat menerima hasil bunga akan dibukukan dengan ayat jurnal berikut ini : (D) Kas………………………………………Rp. 100.000.000 100.000.000 (K) Bunga Bunga Debitur YMH Diterima..…………………….Rp. 100.000.000 100.000.000 (D) Rekening Administrasi Rupiah – Rupiah – Tunggakan Bunga..…….Rp. Bunga..…….Rp. 23.000.000
Cash Basis.
Pendapatan diakui dan dicatat pada saat pembayaran bunga. Metode cash basis hanya diterapkan untuk pendapatan bunga kredit dalam kategori non lancar. Pada saat menerima hasil bunga akan dibukukan dengan ayat jurnal berikut ini : (D) Kas…………………………………….. Kas……………………………………..…Rp. …Rp. 23.000.000 23.000.000 (K) Pendapatan Pendapatan Bunga Debitur…………………….…….Rp. 23.000.000 23.000.000
b. Komisi dan Provisi
Komisi adalah imbalan atau jasa perantara yang diterima atau dibayar atas suatu transaksi atau aktivitas yang mendasari. Komisi merupakan beban yang diperhitungkan
kepada nasabah bank yang menggunakan jasa bank. Komisi juga lazimnya dibukukan langsung sebagai pendapatan pada saat bank menjual jasa kepada para nasabahnya. Provisi adalah imbalan yang diterima atau dibayar sehubungan dengan fasilitas yang diberikan atau diterima. Provisi kredit merupakan sumber pendapatan bank yang akan diterima dan diakui sebagai pendapatan pada saat kredit disetujui oleh bank. Biasanya provisi kredit langsung dibayarkan oleh nasabah yang bersangkutan. Komisi dan provisi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan namun terkait dengan jangka waktu diperlukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan diamortisasi secara sistimatis selang jangka waktunya. Pendapatan atau beban komisi dan provisi tersebut disajikan sebagai bagian dari pendapatan dan beban operasional lainnya dalam tubuh laporan laba-rugi. Sebagai contoh, Bank NAZAR menyetujui kredit untuk PT. ROZY sebesar RP. 200 Juta selama jangka waktu 5 tahun. Provisi kredit ditetapkan sebesar 0,6 persen dari pagu kredit. Ayat jurnal untuk mencatat mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut: (D) Kas…………………………………………Rp. 1.200.000 1.200.000 (K) Pr ovisi ovisi Kredit Diterima Dimuka…………….. Dimuka……………..……….Rp ……….Rp.. 1.200.000 Transaksi ini berkaitan dengan kegiatan perkreditan dan terikat dengan jangka waktu. Oleh sebab itu perlu dialokasikan setiap bulan selama lima tahun mendatang. Provisi kredit ini akan dialokasikan menjadi pendapatan dan akan disajikan dalam laporan laba-rugi bulanan. Alokasi pendapatan pada bulan pertama dilakukan dengan cara sebagai berikut : Alokasi Bulan Pertama = 1/60 1/60 x Rp. 1.200.000 1.200.000 = Rp. 20.000 Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut : (D) Provisi Kredit Diterima Dimuka…………Rp. 1.200.000 1.200.000 (K) Pendapatan Provisi Kredit…………………………….Rp. 1.200.000 1.200.000
Jenis pendapatan komisi yang dapat diciptakan dalam bank banyak sekali, yang lazimnya berasal dari jasa yang ditawarkan.
c. Pendapatan Atas Transaksi Valuta Asing
Pendapatan yang timbul dari transaksi valuta asing lazimnya berasal dari selisih kurs. Selisih kurs ini akan dimasukkan ke dalam pos pendapatan dalam laporan laba rugi. Laba rugi yang timbul dari transaksi valuta asing harus diakui sebagai pendapatan atau beban dalam perhitungan laba rugi periode berjalan. Terhadap aktiva dan kewajiban yang dimiliki suatu bank dalam valuta asing harus dijabarkan dalam Valuta Rupiah. Penjabaran aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing ke dalam valuta rupiah harus diakui sebagai pendapatan atau beban dalam perhitungan laba-rugi periode berjalan. Penjabaran seluruh aktiva dan kewajiban dalam Valuta Rupiah harus mempergunakan kurs tengah Bank Indonesia.
d. Transaksi Berjangka Valuta Asing
Seringkali suatu bank devisa yang memiliki aktiva atau kewajiban dalam valuta asing dalam jumlah yang besar berupaya untuk menghindar adanya kerugian akibat selisih kurs. Upaya ini dikenal dengan hedging dalam hutang ataupun piutang. Didalam melakukan hedging ini bank akan melaksanakan pembelian atau penjualan valuta asing secara bodangka, atau dikenal dengan forward. forward. Dalam transaksi forward, piutang forward, piutang atau hutang valuta asing dicatat sebesar kurs tunai yang berlaku pada saat itu (spot rate), sedangkan hutang atau piutang Rupiah dicatat sebesar kurs masa depan (forward rate), yaitu kurs pertukaran mata uang asing di hari kemudian yang ditentukan berdasarkan perjanjian.
Akibat dari penggunaan kurs yang berbeda antara kurs spot dan forward, maka akan timbul laba atau rugi kurs. Selisih kurs ini merupakan diskonto atau premi. yang harus diamorlisasi secara proporsional sesuai dengan jangka waktu transaksi valuta berjangkalaba atau rugi kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan kurs tunai tanggal neraca dan kurs tunai pada saat terjadinya transaksi valuta berjangka harus diakui pada penode yang bersangkutan. Dengan demikian akan teqadi dua macam laba atau rugi akibat transaksi berjangka dalam valuta asing ini, yaitu diskonto dan pengakuan laba-rugi karena perbedaan kurs neraca dan transaksi berjangka tersebut. Untuk transaksi berjangka valuta asing dalam rangka trading, selisih antara kurs yang diperjanjikan (contracted forward rate) dengan kurs tunai pada tanggal jatuh waktu (spot rate) diakui sebagai laba atau rugi transaksi valuta asing pada akhlr masa kontrak. Dalam neraca, hutang atau piutang dan diskonto atau premi belum diamortisasi yang timbulnya dari kontrak valuta berjangka yang berhubungan harus dijadikan sate dibagian harts atau kewajiban, tergantung pada saldo posisi neto dari kewajiban kontrakkontrak valuta berjangka tersebut. Premi atau diskonto tersebut disajikan sebagai penambah atau pengurang beban bunga.
e. Swap Suku Bunga
Salah satu jenis hedging dan upaya unluk meraih keuntungan dalam mekanisme pasar uang adalah dengan melakukan gadai valuta val uta asing atau dikenal dengan istilah swap. swap. Dalam kenyataannya, ada dua jenis transaksi swap. Pertama, adalah transaksi swap suku bunga dalam rangka pendanaan. pendanaan. Kedua, transaksi swap suku bunga dalam rangk rangkaa trading. trading. Untuk transaksi swap dalam rangka pendanaan, selisih antara suku bunga yang dipertukarkan (original interest rate) dengan suku bunga yang dipedanjikan (contracted
interest rate) disajikan sebagai penambah atau pengurang beban dana dan diamortisasiken secara proporsional selama proporsional selama jangka jangka waktu kontrak. Untuk transaksi swap transaksi swap suku bunga dalam rangka trading, selisih antara suku bunga yang dipertukarkan dengan suku bunga yang diperjanjikan diakui sebagai laba atau rugi pada akhir masa kontrak. kontrak.
f. Pendapatan Operasional Lainnya
Selain pendapatan operasional, juga terdapat pendapatan non-operasional yaitu pendapatan yang timbul bukan dari kegiatan utarna bisnis bank. Contoh dari pendapatan operasional lainnya adalah penerimaan deviden dari anak perusahaan atau penyertaan saham, laba rugi penjualan surat berharga pasar modal, dan lainnya. Pengakuan pendapatan dari deviden erat kaitannya dengan metode pencatatan dari penyertaan, apakah secara cost atau equity method. Hal ini telah dibahas pada bab penyertaan pada bagian akuntasi penanaman dana. Berikut ini diberikan contoh pendapatan lain yang timbul dari penjualan sural berharga. Apabila Bank Omega memiliki 100 lembar saham PT. BBC BBC sebesar nominal Rp. 100.000 per lembar dan telah dibeli sebesar Rp. 9.800.000 untuk seluruh saham tersebut. Kemudian saham lersebut dijual Rp. 98.500 per lembar secara tunai. Perhitungan keuntungan dari penjualan saham dan ayat jumal untuk membukukan transaksi tersebut dijabarkan sebagai berikut: Harga perolehan saham.......................... saham.......................... Rp. 9.800.000 Harga Jual :Rp. : Rp. 98.500 * 100.................. Rp. 9.850.000 Keuntungan.................................. Keuntungan........ ................................................ .............................. ........ Rp. 50.000
Keuntungan sebesar Rp. 50.000 harus disajikan dalam pendapatan operasional lainnya dalam lubuh laba-rugi bank. (D) Kas ................................................ .........................................................Rp. .........Rp. 9.850.000 (K) Keuntungan dan Penjualan surat berharga.............Rp.
50.000
(K) Surat Berharga .....................................................Rp. .....................................................Rp. 9.800.000
Capital gain penjualan Surat berharga pasar modal harus diakui sebagai pendapatan bank.
2. Pendapatan Pendapatan Non-Operasional Non-Operasional
Yang termasuk kedalam pendapatan Non-operasional adalah rupa-rupa pendapatan yang berasal dari aktivitas diluar usaha utama bank. Contohnya adalah pendapatan dari penjualan aktiva tetap, penyewaan fasilitas gedung yang dimiliki oleh bank, dan lainnya. Pendapatan ini harus diakui pada pendapatan periode berjalan. Sebagai contoh, apabila Bank Omega memiliki sebuah mobil dengan harga perolehan sebesar Rp. 35 juta dan telah disusutkan sebesar Rp. 30 juta dijual tunai seharga Rp. 7 juta. Perhitungan keuntungan ini akan dibukukan dengan ayat jumal sebagai berikut : (D) Kas ............................................. ....................................................... .......... Rp. 7.000.000 (D) Akumulasi Penyusulan Kendaraan .........Rp.30.000.000 (K) Kendaraan.............................................. Kendaraan................................................................. ................... Rp. 35.000.000 (K) Keuntungan Keuntungan Dan Penjualan Aktiva Tetap.................. Tetap.................. Rp. 2.000.000
a. Pendapatan Luar Biasa
Pendapatan laur biasa merupakan pendapatan yang memenuhi kriteria bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi. Keuntungan ini merupakan suatu windfall profit . Dan
harus digolongkan sebagai keuntungan atau pendapatan luar biasa. Pendapatan luar biasa harus dipisahkan dari hasil usaha sehari-hari dan ditujukan secara terpisah dalam perhitungan laba rugi disertai pengungkapan mengenai sifat dan jumlahnya. Dengan demikian perlu batasan atau definisi mengenai pos atau transaksi apa saja yang dapat digolongkan yang sifatnya luar biasa. Yang dimaksud dengan pos luar biasa adalah pos yang memenuhi kedua kriteria sebagai berikut: a. Bersifat tidak normal (tidak biasa) Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak berhubungan dengan aktifitas perusahaan sehari-hari. b. Tidak sering terjadi Kejadian dan transaksi yang bersangkutan tidak dihubungkan akan terulang lagi di masa yang akan datang. Jadi yang dalam menerapkan kedua kriteria tersebut, harus dipertimbangkan faktor lingkungan dari perusahaan yang bersangkutan, faktor geografis perusahaan, dan faktor lainnya seperti politis dan lain sebagainya. Pengakuan pendapatan yang bersifat luar biasa ini akan mengacu kepada prinsio Akuntansi Indonesia. Kejadian yang selalu menjadi pertimbangan bank adalah perubahan kurs valuta asing terhadap mata uang Rupiah. Kenaikan atau penurunan selisih kurs valuta asing tidak dapat dijadikan sebangai keuntungan atau kerugian luar biasabagi Bank Indonesia karena faham yang diterapkan dalam kurs valuta asing adalah gambang tekendali ( floating rate). rate). Akan tetapi, apabila terjadi selisih kurs yang naik secara tiba-tiba, atau naik dengan jumlah yang cukup besar seperti adanya devaluasi Rupiah terhadap valuta asing, maka kejadian ini dapat digolongkan kedalam pos luar biasa (extraordinary ( extraordinary item). item). Keuntungan yang timbul dari kenaikan selisih kurs akibat dari devaluasi merupakan keuntungan atau
pendapatan yang timbul dari transaksi yang luar biasa. Disebut luar biasa karena peristiwa devaluasi bukan merupakan yang biasa. Akan tetapi, bila kenaikan atau penurunan yang sagat tajam terjadi di negeri America selatan, yang terkenal dengan seringa adanyadevaluasi dan tingkat inflasi yang hipper tinggi, maka peristiwa ini tidak dapat dianggap sebagai peristiwa luar biasa.
D. Koreksi masa lalu
Tidak semua pos dala laba-rugi periode lalu harus dikoreksi. Pos-pos yang harus dilaporkan sebagai koreksi masa lalu dan tidak dapat diperhitungkan sebagai unsur laba periode bejalan adalah koreksi terhadap laporan l aporan keuangan periode yang laluyang berasal dari kesalahan perhitungan atau kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi yang tidak dapat diterima, kelalaian mencatat suatu transaksi atau kejadian yan telah terjadi, dan kesalahan yang bersifat matematis. Koreksi masa lalu yang dilakukan harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode yang dimana koreksi tersebut dilakukan. dilakukan.
E. Pengaruh Komulatif Perubahan Prinsip Akuntansi
Ada kalanya terjadi perubahan penerapan prinsip akuntasi dalam suatu periode tertentu karena alasan manajemen. Perubahan penerapan prinsip akuntansi ini dapat saja bepengaruh pada pendapatan bank sehingga harus dikoreksi dan diungkapkan dalam laporan keuangan. PAI mengatur mengenai pengaruh komulatif perubahan prinsip akuntansi sebagai berikut :
Pengaruh komulatif akibat perubahan dari suatu prinsip akuntansi yang lazim ke
prinsip lainnya yang juga sesuai dengan PAI harus dilaporkan dalam perhitungan
laba-rugi periode terjadinya perubahan, dan disajikan diatara pos luar biasa dan laba bersih.
Jumlah pengaruh komulatif dari perubahan keprinsip akuntansi yang baru merupakan
selisih antara jumlah laba yang ditahan pada awal periode perubahan dengan jumlah laba yang ditahan yang seharusnya dilaporkan bila prinsip akuntasi yang baru tersebut telah ditetapkan secara retroaktif untuk seluruh periode yang dipengaruhi.
View more...
Comments