aktivitas enzim
November 4, 2018 | Author: Della Novie Roseta | Category: N/A
Short Description
laporan biokimia...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II (KLINIK) PEMERIKSAAN TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
OLEH: Nama
: Della Novie Roseta
NIM
: 08121006037
Dosen Pembimbing
: 1. Dra. Budi Untari, Untari, MSi, Apt 2. Dr. rer.nat. Mardiyanto, MSi, Apt
Asisten Pembimbing : Tri Wahyuningsih
LABORATORIUM ANALISA FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2015
PRAKTIKUM VIII PEMERIKSAAN TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu memahami prinsip pemeriksaan terhadap aktivitas enzim sebagai salah satu dasar keahlian dalam bidang biokimia klinik.
II. PRINSIP KERJA Pemeriksaan aktivitas enzim yang terdapat dalam air ludah (saliva) dengan berbagai reagen.
III. TINJAUAN PUSTAKA Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Enzim merupakan suatu protein seperti halnya protein lain, enzim dapat mengalami perubahan struktur apabila dikenakan pada suhu yang ekstrem. Bila terjadi perubahan struktur, enzim menjadi tidak fungsional lagi. Supaya dapat bekera secara optimal, enzim memerlukan kondisi (pH, suhu, kepekatan) tertentu. Kerja enzim bersifat spesifik, emzim ptialin hanya bekerja untuk amilum, enzim katalase untuk hydrogen peroksida dan sebagain ya (Basoeki, 2000). Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem pencernaan manusia adalah enzim ptialin yang hanya bekerja untuk enzim amilase. Enzim ini terdapat dalam saliva atau air liur manusia. Saliva yang disekresikan oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amilase juga mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin yang bekerja sebagai pelumas atau hidrolisis awal pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Amilase yang terdapat dalam saliva adalah α-amilase liur yang mampu membuat polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi maltosa dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosodat α. Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH 4,0
atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan dalam mulut akan terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan. Amilase dapat dihasilkan di beberapa kelenjar eksokrin didalam tubuh, diantaranya air liur, pankeras, dll. Prinsip kerja praktikum kerja enzim amilum ini adalah komparasi kerja enzim yang diberi perlakuan termal yaitu dengan pemanasan dengan enzim yang tanpa pemanasan, dan dalam pengamatannya perlakuan iod sebagai indikator pengaruh suhu terhadap kerja enzim setiap interval 5 menit sekali (Sadikin, 2001). Saliva merupakan sarana untuk mengekskresikan obat-obat tertentu (misalnya etanol dan morfin), ion-ion organik seperti K+, Ca2+, HCO3-, tiosianat (SCN-) serta yodium dan imunoglobin (IgA). Nilai pH saliva biasanya berkisar sekitar 6,8, kendati dapat bervariasi pada salah satu dari kedua sisi netralitas tersebut. (Murray, 2003). Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah atau tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan aktivitas enzim (Poedjadi, 1994).
IV. ALAT DAN BAHAN Alat:
1. Beaker glass
6. Lumpang dan alu
2. Tabung reaksi
7. Spatel
3. Gelas Ukur 4. Pipet tetes 5. Rak tabung reaksi Bahan: 1. Amilum 0.5 dan1 % 2. NaCl 0.1 dan 1 % 3. Air ludah 4. Larutan Iodium 5. HCl 1 N
6. Aquadest 7. Nasi
V. PROSEDUR KERJA 1. Aktivitas enzim pada air ludah dengan reagen Siapkan 2 tabung reaksi dan masukkan 3 ml Amilum 0.5% pada tabung pertama 3 ml dan Amilum 1 % pada tabung kedua Ditambahkan Pada masing-masing tabung tambahkan NaCl 0.1% dan 1% sebanyak 1 ml Dimasukkan 1 ml air ludah dan 1 tetes iodium pada masing-masing tabung Diperiksa Amati perubahan yang terjadi dalam tabung Diulangi Prosedur diatas pada 3 tabung dan pada tiap tabung ditambahkan: Tabung 1 : 1 ml HCl 1 N Tabung 2 : 1 ml Aquadest Tabung 3 : 1 ml NaCl 0,1 dan 1% 2. Aktivitas enzim pada air ludah yang terdapat pada nasi Nasi dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama dikunyah 33 kali dan bagian kedua digerus dilumpang Diencerkan Masing-masing nasi tersebut dengan air dalam tabung reaksi Diteteskan Larutan iodium pada masing-masing tabung dan amati perubahan
VI. DATA HASIL PENGAMATAN 1.
Aktivitas enzim pada air ludah dengan reagen Tabung
Penambahan 1. 1 ml NaCl 0.1% dan NaCl 1% + air ludah 1 ml + 1 tts iodium 2. 1 ml HCl 1 N + air ludah 1 ml +
Amilum 0.5%
1 tts iodium 3. 1 ml Aquadest + air ludah 1 ml + 1 tts iodium 4. 1 ml NaCl 0.1% dan NaCl 1% + air ludah 1 ml + 1 tts iodium 1. 1 ml NaCl 0.1% dan NaCl 1% + air ludah 1 ml + 1 tts iodium 2. 1 ml HCl 1 N + air ludah 1 ml + 1 tts iodium
Amilum 1% 3. 1 ml Aquadest + air ludah 1 ml + 1 tts iodium 4. 1 ml NaCl 0.1% dan NaCl 1% + air ludah 1 ml + 1 tts iodium
2.
Hasil Reaksi Warna biru kehitaman disekitar endapan Larutan berwarna kehitaman Warna larutan: ungu bening Warna endapan: putih yang dikelilingi warna hitam Warna biru kehitaman disekitar endapan Warna biru kehitaman disekitar endapan Larutan berwarna biru kehitaman Warna larutan: keruh Warna endapan: putih yang dikelilingi warna hitam Warna biru kehitaman disekitar endapan
Aktivitas enzim pada air ludah yang terdapat pada nasi Tabung
Penambahan
Hasil Reaksi
Aquadest + Larutan iodium
Warna larutan ungu
Nasi yang dikunyah 33 kali
Nasi yang
kehitaman
Aquadest + Larutan iodium
digerus
Warna larutan biru kehitaman
VII. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan terhadap aktivitas enzim. Pemeriksaan dilakukan pada air liur langsung dan pada nasi yang dibagi menjadi
dua bagian yaitu bagian yang dikunyah dan digerus. Air liur atau saliva disekresikan oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amilase juga mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin yang bekerja sebagai pelumas atau hidrolisis awal pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Pada percobaan pemeriksaan enzim pada air liur secara langsung, air liur masing-masing dibagi menjadi tiga uji, dengan HCl 1 N, NaCl 0.1 dan 1%, dan Aquadest. Dimana tabung telah ditambahkan reagen Amilum 0.5% dan 1%, air liur, serta larutan iodium. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pH pada aktivitas enzim. Larutan substrat yang digunakan adalah amilum, karena antara amilum dan amilase memiliki hubungan dalam proses pencernaan. Amilase akan menghidrolisis amilum menjadi maltosa. Secara umum enzim amilase bekerja optimal pada pH 6,6. Suasana asam dilakukan pada HCl, suasana netral pada aquadest dan NaCl. Hasil uji iodium pada larutan HCl (pH 1) menunjukkan warna biru kehitaman. Hasil uji iodium pada aquadest dan NaCl (pH 7) menunjukkan warna ungu keruh dengan endapan. Warna kehitaman menunjukkan terjadinya denaturasi enzim yang berupa protein oleh asam. Sedangkan endapan pada suasana netral dikarenakan larutan jenuh oleh adanya kadar garam berlebih. Hal ini menyatakan bahwa air liur memiliki kandungan klorida yang jumlahnya relative sedikit. NaCl yang ditambahkan merupakan garam yang bersifat netral yang tidak berpengaruh terhadap pH yang termasuk asam dan berfungsi sebagai aktifator. Selain itu, penambahan NaCl berperan dalam mengaktifkan atau sebagai aktivator dari enzim amilase salivarius. Selain itu, larutan ini juga berfungsi sebagai larutan isotonis yang dapat menciptakan kondisi fisiologis yang sesuai dengan kondisi mulut sehingga enzim a-amilase saliva dapat bekerja optimal. Berdasarkan hasil percobaan enzim amilase bekerja optimal pada pH netral dan konsentrasi amilum tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil. Dalam lingkungan pH optimum, protein enzim mengambil struktur tiga dimensi yang sangat tepat sehingga ia dapat mengikat dan mengolah substrat dengan kecepatan yang setinggi-tingginya. Di luar pH optimum tersebut, struktur tiga dimensi enzim mulai berubah, sehingga substrat tidak dapat lagi duduk dengan tepat di bagian molekul enzim yang mengolah substrat. Akibatnya proses katalisis berjalan tidak optimum.
Pada pemeriksaan enzim pada nasi, nasi dibuat dua perlakuan, sebagian nasi dikunyah dan sisanya hanya digerus. Pada nasi yang dikunyah terdapat saliva yang dimana setelah ditetesi iodium terjadi perubahan warna menjadi ungu. Penambahan iodium berfungsi sebagai indikator terhadap reaksi yang terjadi dimana akan tampak perubahan warna dari tak berwarna menjadi biru. Pada nasi yang digerus, tidak terdapat enzim amilase karena tidak adanya saliva sehingga menghasilkan warna biru yaitu terjadinya ikatan antara iodium dengan amilum pada nasi. Sedangkan pada nasi yang dikunyah terdapan saliva yang mengandung enzim amilase, disini terjadi penguraian amilum dengan enzim, ikatan semu antara iodium dengan amilum akan putus dan warna biru yang dihasilkan tadi akan hilang dan menjadi ungu kehitaman. Nasi mengandung amilum dan enzim amilase adalah enzim yang berfungsi untuk mengkatalisis reaksi hidrolisa amilum menjadi maltosa. Pada kejadian ini disebut titik akromatik adalah titik dimana saat larutan uji dengan larutan iodium menghasilkan reaksi negatif yang menunjukkan bawa amilum sudah hilang atau terhidrolisis menjadi maltosa, titik akromatik dapat dilihat berdasarkan warna larutan yang terbentuk antara iodium dengan larutan yang berisi nasi dan air liur yang sudah menjadi berubah menjadi warna larutan iodiumnya. Amilase pada air ludah ini juga sering disebut dengan enzim ptialin. Proses perubahan amilum menjadi maltosa merupakan hidrolisis. Bila amilum ditambahkan air liur (amilase) maka molekul-molekulnya akan terhidrolisis manjadi maltosa dan glukosa.
VIII. KESIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Air liur atau saliva disekresikan oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amilase juga mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin. 2. Secara umum enzim amilase bekerja optimal pada pH 6,6. Berdasarkan percobaan enzim amilase bekerja optimum pada PH netral yaitu dengan penambahan aquadest dan NaCl. 3. NaCl berperan dalam mengaktifkan atau sebagai aktivator dari enzim amilase salivarius.
4. Penambahan iodium berfungsi sebagai indikator terhadap reaksi yang terjadi dimana akan tampak perubahan warna dari tak berwarna menjadi biru. 5. Nasi mengandung amilum dan enzim amilase adalah enzim yang berfungsi untuk mengkatalisis reaksi hidrolisa amilum menjadi malt osa.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press: Jakarta. Basuki, Purnomo. 2000. Dasar-Dasar Urologi. Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KTD): Jakarta. Murray, R.K. dkk. 2003. Biokimia Klinik Edisi 4. EGC: Jakarta. Sadikin, H. M. 2001. Biokimia Dasar . Widya Medika: Jakarta.
LAMPIRAN
Sampel urin yang digunakan
Sampel urin yang telah ditambah reagen Schesinger dan lugol
Proses penyaringan untuk mendapatkan filtrate urin
Reagen Lugol dan reagen Schesinger yang digunakan
View more...
Comments