Aerosol Farmasetik
September 29, 2017 | Author: Katarina Thealuffy Agrippina | Category: N/A
Short Description
Download Aerosol Farmasetik...
Description
Proses biofarmasetik sediaan aerosol Perjalanan sediaan aerosol didalam tubuh -
Transit atau penghirupan Penangkapan atau depo Penahanan atau pembersihan Penyerapan
Evaluasi ketersediaan hayati -
Tergantung dari efek yang diinginkan Untuk efek sistemik dapat diperkirakan aktivitas farmakologi atau terapeutik Untuk efek local (tidak bias, karena sangat tergantung ukuran partikelnya) Evaluasi yang dilakukan evaluasi ketersediaan hayati relative Membandingkan berbagai formulasi
Tahap-tahap evaluasi 1. -
Pemilihan tempat aksi (efek yang diinginkan) Aksi setempat/local atau sistemik Tergantung pada sifat zat aktif (stabilitas, penyerapan, metabolism, sifat fisiko-kimia) Diameter ukuran partikel
2. Pembuatan aerosol - Pemilihan alat dan bahan yang sesuai untuk pembuatan sediaan (diameter, partikel, higroskopisitas) - Sesuai dengan cara pemberian (bukal, nasal, masker wajah) - Pengujian dengan studi in vitro 3. Studi in vivo - Dengan menggunakan hewan penelitian - Dipasangkan pipa khusus ke berbagai tempat saluran nafas untuk mengamati reaksi yang terjadi - Dikonversikan ke dosis manusia 4. -
Evaluasi pada subjek manusia Keadaan pemberian dan penghirupan harus tepat Ritme pernafasan diatur Kedua hal diatas berhubungan dengan jumlah aerosol yang dihirup dan jumlah zat aktif yang diserap Perkiraan jumlah aerosol yang dihirup
-
Evaluasi biofarmasetik Pengukuran konsentrasi zat aktif dalam aerosol, dalam udara ekspirasi, dan yang tertahan Studi radiologi Evaluasi kadar obat dalam darah/efek farmakologi Evaluasi sifat alir getah bronkus Model kompartemen
AEROSOL FARMASETIK: Bentuk sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.( FI IV) Bentuk sediaan yang diberi tekanan megandung satu atau lebih bahan aktif yang bila diaktifkan memancarkan butiran – butiran cairan dan atau bahan bahan-bahan padat dalam media gas.(Ansel. 466). Penggunaan : 1. 2. 3. 4.
Topikal pada kulit Lokal hidung ( Aerosol Nasal) Lokal Mulut (Aerosol lingual) Lokal Paru-paru (Aerosol inhalasi)
Aerosol inhalasi memiliki kerja lokal pada selaput mukosa saluran pernafasan Ukuran partikel berkisar antara 10 – 50 um. Ukuran partikel Aaerosol inhalasi lebih kecil dari 10 um. Keuntungan bentuk sediaan Aerosol : 1. Sebagian zat aktif/obat dapat dengan mudah diambil dari wadah tanpa sisanya tercemar atau terpapar. 2. Penggunaan dapat langsung ditujukan ke tempat yang memerlukan secara lokal dalam bentuk yang disesuaikan dengan keperluan. 3. Wadah Aerosol yang kedap udara, sehingga terlindungi dari pengaruh kelembaban udara, cahaya dan sterilitas tetap terjaga. 4. Pengobatan topikal dapat diberikan secara merata melapisi kulit, tanpa menyentuh daerah yang diobati. Penguapan cepat zat pendorong juga memberikan efek pendinginan dan penyegaran. 5. Pengguaannya merupakan proses yang “bersih”. 6. Prinsip Aerosol terdiri dari 2 komponen : 1. Cairan pekat produk
Zat aktif yang dicampur dengan bahan pembantu yang dibutuhkan( antioksidan, emulgator, suspending agent, pelarut) untuk ketsabilan dan efektifitas produk. 2. Pendorong (Propelan) Gas cair atau campuran gas cair yang diberi tekanan. Bisa juga berfungsi sebagai pelarut atau pembawa cairan pekat produk. Contoh pendorong : 1. Gas yang tidak dicairakn: CO2, Nitrogen dan NO 2. Gas cair : Hidrokarbon terfuorinasi (Diklorodifluorometan “ Freon 12”) Sistem Aerosol 1. Sistem dua fase : sistem aerosol yang terdiri dari fase cair yang mengandung propelan cair dan cairan pekat produk, serta fase gas 2. Sistem tiga fase : sistem yang terdiri dari lapisan air-cairan propelan yang tidak bercampur, lapisan pekat produk yang sangat berair, serta gas. 3. Sistem gas bertekanan. (psia, pound per inci persegi) Komponen dasar Aerosol 1. Wadah 2. Propelan (Pendorong) 3. Konsentrat Zat Aktif) 4. Katup 5. Penyemprot.
Sediaan nasal Kebanyakan sediaan intranasal mengandung agen adrenergik dan digunakan karena aktivitas dekongestan pada mukosa nasal. Akan tetapi, dengan pengembangan bentuk sediaan dan penghantaraan baru, maka lapisan membran mukosa merupakan tempat masuk obat baru (new entry) yang dapat dimanfaatkan untuk sediaan sistemik. Beberapa obat yang diberikan untuk pengobatan nasal adalah: - Antibiotik - Sulfasetamide
- Vasokontriktor - Germisid - Antiseptik
Kebanyakan sediaan berbentuk larutan dan diberikan sebagai obat tetes hidung atau obat semprot (sprays); beberapa sediaan terdapat pula dalam bentuk jeli. Beberapa contoh produk yang sudah beredar dipasaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Nama Produk
Nama Produsen
Bahan Aktif
Penggunaan / indikasi
Afrin nasal Spray,
Schering - plough
Afrin Nose Drops Beconase AQ
Glaxo Smith Kline
Nasal Spray
Ozymetazole HCl
Adrenergic.
0.05%
decongestant
Beclometasone
Syntetic
dipropionate 0.042% corticosteroid for relief of seasonal, perennial allergic, vasommotor rhinitis
Diapid Nasal Spray Sandoz
Lopressin 0.185
Antidiuretic,
mg/mL
control, prevention of diabetes insipidus of deficiency of endogenous posterir pituitary antidiuretic hormone.
Nasalcrom Nasal
Pharmaci &
Cromolyn sodium
Prevention and
Spray
Upjohn
4%
treatment of symtoms of allergic rhinitis
Nasalide Nasal Solution
Dura
Flunisolide 0.025%
Symptoms of seasonal or
perennial rhinitis Neo-Synephrine
Sanofi – Winthrop
Nose Drops, Spray Neo-Synephrine
Sanofi – Winthrop
Maximum Strength
Phenylephrine HCl
Adrenergic,
0.125 to 1.0%
decongestant
Ozymetazoline HCl
Adrenergic,
0.05%
decongestant
Sodium chloride
Restore moisture,
0.65%
relieve dry, crusted,
12 Hour Ocean Mist
Fleming
inflamed nasal membranes Pivine HCl Nasal
Novartis
Solution Syntocinon Nasal
Sandoz
Naphazoline HCl
Adrenergic,
0.05%
decongestant
Oxytocin 40U/ml
Synthetic oxytocin
Spray
for initial milk letdown preparatory to breast feeding
Tyzine Pediatric
Key
Nose Drops
Tetrahydrozoline
Adrenergic,
HCl (0.05%)
decongestant
Sediaan – sediaan yang ada biasa diberikan dengan empat cara, yaitu: 1.
Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap lubang hidung dengan menggunakan pipet tetes.
2.
Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk mendapatkan hasil semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga yang agak halus (neulizer) artinya lebih halus dari atomizer.
3.
Dengan cara mencucikan dengan alat “nasal douche”
4.
Dapat juga dengan cara “inheler”.
Larutan inhalasi Inhalasi adalah obat atau larutan obat yang diberikan melalui nasal atau rute pernapasan oral. Obat dapat diberikan untuk bekerja lokal pada pohon bronkhail atau untuk efek sistemik melalui
absorpsi dari paru-paru. Beberapa gas, seperti oksigen dan eter, diberikan secara inhalasi, obat berbentuk serbuk halus dan larutan obat diberikan sebagai kabut halus. Sebagai pembawa sediaan inhalasi dapat digunakan air steril untuk injeksi USP atau larutan natrium klorida inhalasi USP. Instrumen yang digunakan secara luas dan mampu menghasilkan partikel halus untuk terapi inhalasi adalah “nebulizer”. Alat ini mengandung unit atomisasi yang tersambung dengan ruang kaca berbentuk bola. Bola karet pada ujung akhir kemasan ditekan dan larutan oral dikeluarkan melalui tabung gelas sempit dan pecah (terdistribusi) menjadi partikel halus bersama-sama dengan udara yang lewat. Rentang ukuran partikel yang dihasilkan adalah 0.5 dan 5 mikron. Partikel terbesar berupa tetesan yang lebih berat dari kabut tidak keluar dari alat, akan tetapi jatuh balik ke dalam reservior cairan obat. Partikel yang lebih ringan terbawa aliran udara dan dihisap oleh pasien yang mengoperasikan “nebulizer” dengan lubang keluar dalam mulut, dihisap sesudah bola karet ditekan. Selain “nebulizer” dapat pula digunakan alat lain, di antaranya larutan inhalasi isoetharim (bronkosal, sanofi) dan larutan isoproterenol (Isuprel Solution Sanofi). Keduanya digunakan untuk menghilangkan spasma asma bronkhral dan kondisi terkait. II.2.4
Inhalan
Inhalan adalah obat atau gabungan obat yang, karena efek tekanan tinggi, dapat terbawa oleh aliran udara ke dalam alur hidung tempat obat menunjukkan efeknya. Alat yang menampung obat atau gabungan obat dan alat pemberian obat berbentuk inhaler. Beberapa dekongestan nasal dibuat dalam bentuk inhalan. Sebagai contoh, propilheksedrin (Benzedrex) merupakan suatu cairan yang menguap (Volatilize) secara perlahan-lahan pada suhu kamar. Inhaler mengandung rol silindris material berserat (fibrous) yang dibacam (imprignasi) dengan obat yang menguap (volatile) tersebut. Inhaler yang berbau seperti amina, biasanya baunya ditutup dengan penambahan agen aromatik. Inhaler diletakkkan ke dalam nostrail dan uap dihirup untuk menghilangkan kongesti nasal. Hal yang perlu diperhatikan, seperti halnya dengan agen adrenergik nasal lainnya, adalah pemakaian yang terlalu sering atau penghisapan berlebihan dapat menyebabkan edema nasal dan akibatnya akan meningkatkan kongesti, bukan menurunkan. Untuk menjamin bahwa obat tidak hilang selama periode penyimpanan, penutup inhaler harus kedap. (Contoh bentuk sediaan yang beredar di Indonesia adalah Vick’s Inhaler)
Inhaler amilnitrit Amilnitrit adalah cairan jernih kekuning-kuningan yang menguap, bekerja sebagai modulator bila dihirup. Dibuat dalam vial gelas tersegel yang ditutup dengan penutup dari kasa (gauze) pelindung. Pada saat akan digunakan, vila gelas dipecahkan dengan jari, kasa akan terendam dalam cairan, dimana uap dapat dihirup. Vial biasanya mengandung 0.3 ml obat. Efek obat cepat, dan digunakan dalam pengobatan nyeri angina. Inhalan propilheksidin Propilheksidin adalah suatu agen adrenergik cair (vasokonstriktor) yang menguap (valatile) secara perlahan-lahan pada suhu kamar. Hal ini memungkinkan penggunaan secara efektif sebagai inhalan. Inhalan terdiri dari rol silinder material berserat yang sesuai, dibacam dengan propilheksidin, dan diberi aroma yang sesuai untuk menutupi bau amina. Uap dari obat dihirup melalui nostril bila diperlukan untuk menghilangkan kongesti nasal yang disebabkan oleh flu dan demam tinggi. Dapat pula digunakan untuk menghilangkan kuping tersumbat (ear block) dan nyeri tertekan saat bepergian dengan pesawat udara. Setiap tabung plastik produk komersial mengandung 250 mg propilheksidin dengan aroma penutup bau. Kontener harus ditutup kedap untuk mencegah hilangnya obat akibat penguapan selama penyimpanan.
Sistem Aerosol (3,5) 1. Sistem dua fase : sistem aerosol yang paling sederhana, terdiri dari fase cair yang mengandung propelan cair dan cairan pekat produk, serta fase gas. Sistem ini digunakan untuk formulasi aerosol penggunaan inhalasi atau penggunaan intranasal. Space spray terdiri dari 2% hingga 20% bahan aktif dan 80% hingga 98% propelan. Ukuran partikel yang dihasilkan kurang dari 1 hingga 50 μm. Surface Coating spray merupakan produk konsentrat yang terdiri dari 20% hingga 75% bahan aktif dan 25% hingga 80% propelan. Ukuran partikel yang dihasilkan berkisar antara 50 hingga 200 μm. 2. Sistem tiga fase : sistem yang terdiri dari lapisan air-cairan propelan yang tidak bercampur, lapisan pekat produk yang sangat berair, serta gas. Sistem dua lapisan, pada system ini propelan cair, propelan gas dan larutan bahan aktif akan membentuk tiga fase. Propelan cair dan air, tidak bercampur, propelan cair akan terpisah sebagai lapisan yang tidak bercampur. Sistem foam/busa, terdiri dari sistem tiga fase dimana propelan cair tidak lebih dari 10% bobotnya, yang diemulsifikasikan dengan propelan. Jika katup atau valve ditekan, emulsi akan dikeluarkan melalui nozel dan dengan adanya udara hangat dan tekanan atmosfer, propelan yang terperangkap berubah menjadi bentuk gas yang menguap dan mengubah emulsi menjadi foam/busa. 3. Sistem gas bertekanan. (psia, pound per inci persegi) Digunakan untuk produk padat, spray kering atau foam. Produk ini menggunakan gas inert seperti nitrogen, karbon dioksida, atau nitrogen oksida sebagai propelan.
View more...
Comments