Adaptasi Masyarakat Kawasan Pesisir Semarang Terhadap Bahaya Banjir Pasang Air Laut (Rob)

November 18, 2016 | Author: mizzakee | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Adaptasi Masyarakat Kawasan Pesisir Semarang Terhadap Bahaya Banjir Pasang Air Laut (Rob)...

Description

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

ISSN 1978.3450

.i\daptasi Masyarakat Kawasan Pesisir Semarang Terhadap Bahaya Banjir Pasang Air Laut (Rob) Emi Dwi SuryantP), Muh Aris Marfap,2) 2).

I). Pusat Studi Bencana (PSBA-UGM), Bulaksumur C-16 Jogjakarta. Fakultas Geografi UGM, Bulaksumur 55281 Jogjakarta, email: [email protected]

Abstract

Tidal flood is one of the disaster phenomena which occur frequently in Semarang coastal area, Indonesia. The impact of the tidal flood is increasing under enhanced land subsidence and changes of the coastallanduse. In the future, impact of tidal flood is predicted even worse with the scenario of sea level rise due to global warming, The coastal community is the most vulnerable group due to the flood. However, the coastal community has also capacity to adapt such condition. In more detail, tidal flood give impact to the daily activity, disturbing the accessibility and causes damage to the infrastructures. The coastal community has applied the structural and non-structural measurement including raising the floor, build the temporary dam in front of the house, creating dykes, increasing street levels in the neighborhood area, and some people have initiated to adjust the structure of the house to adapt such inundation (in local language: rumah panggung). However, in the future, it is necessary to set up the mitigation action based on the community participation in order to reduce the risk on the coastal area. Key words: tidal flood, impact of inundation, community adaptive capacity.

1. Pendahuluan

Banjir genangan sebagai akibat dari

Rob adalah banjir akibat proses pasang

pasang surut air laut, yang terkenal dengan

surut air laut yang menggenangi lahan/

banjir pasang (jawa: rob), sering terjadi di

kawasan pesisir yang lebih rendah dari

kawasan pesisir Semarang. Banjir rob di

permukaan air laut rata-rata (mean sea level).

kawsasan pesisir Semarang akan semakin

Proses pasang surut merupakan pergerakan

parah dengan adanya genangan air hujan

vertikal permukaan air laut yang disebabkan

atau banjir kirirnan, dan banjir lokal akibat

pengaruh gaya tarik bulan, matahari dan

saluran drainase yang kurang terawat. Banjir

benda angkasa terhadap bumi. Intensitas

rob menggenangi bagian dataran pantai dan

gaya tarik berfluktuasi sesuai posisi bulan,

berbagai temp at yang lebih rendah dari muka

matahari dan bumi. Air dengan bantuan

air laut pasang tinggi (high water level),

gay a gravitasi akan mengalir ketempat-

Fenomena banjir rob di kawasan pesisir

tempat rendah dan mengisi seluruh ruang

Semarang merupakan akibat dari berbagai

yang ada pada bagian yang lebih rendah.

proses, antara lain: pertama, terjadinya

Fenomena alam inilah yang menyebabkan

perubahan penggunaan lahan di wilayah

terjadinya banjir genangan akibat pasang air

pantai. Lahan tambak, raw a dan sawah,

laut pada beberapa kawasan pesisir,

yang dulu secara alarni dapat menampung

terutama pada pantai dengan morfologi

pasang air laut telah berubah menjadi lahan

landai.

permukiman, kawasan industri, dan 335

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

pemanfaatan

ISSN 1978-3450

Perubahan

kenaikan muka air laut sebesar 60 em maka

penggunaan ini ini dilakukan dengan eara

Indonesia akan mengalarni kehilangan lahan

menimbun atau meninggikan daerah

akibat terjadinya genangan di kawasan

tambak, raw a dan sawah untuk berbagai

pesisir sebesar lebih kurang 34.000 Km'.

lainnya.

penggunaan lain, sehingga air pasang laut

Dalam skala yang lebih detil dalam

tidak tertampung lagi dan kemudian

lingkup wilayah administratif, banjir rob di

menggenangi kawasan yang lebih rendah

kawasan pesisir Semarang terjadi terutama

lainnya. Dari sekitar 790,5 lahan di

di wilayah Keeamatan Serna rang Tengah

Keeamatan Serna rang Utara sudah tidak

dan Serna rang Utara. Banjir rob ini telah

ada lahan tambak, dan dari sekitar 585 Ha

menggenangi

lahan total di Keeamatan Serna rang Barat

(kawasan kota lama, perumahan Tanah Mas,

hanya terdapat sekitar 126,5 Ha lahan

permukiman

tambak (Bappeda Semarang, 2000). Kedua,

Bandarharjo), jalan raya, dan berbagai

terjadinya proses penurunan muka tanah di

fasilitas umum yang bemilai sangat tinggi,

kawasan pantai (land subsidence). Penurunan

seperti Pelabuhan Laut Tanjung Mas, Stasiun

muka tanah pada wilayah pantai Kota

KA Tawang, dan Terminal Bus Terboyo.

Semarang terjadi khusus di wilayah

Terjadinya

kawasan

padat

banjir

permukiman

penduduk

rob

di

tersebut

Kelurahan Bandarharjo, Tanjung Mas dan

menimbulkan pengaruh yang besar terhadap

sebagian Kelurahan Terboyo Kulon. Menurut

kondisi sosial ekonorni masyarakat, terutama

Marfai and King (2008a), luas lahan yang

yang bertempat tinggal di kawasan pesisir.

mengalarni penurunan di kawasan pesisir

Identifikasi tentang adaptasi dan perilaku

Semarang dapat meneapai 2.227 hektar pada

masyarakat (khususnya yang tinggal di

Tahun 2020. Lebih lanjut dapat dijelaskan

kawasan pesisir) untuk menghadapi kondisi

bahwa penunman permukaan air tersebut

lingkungan yang ada, sehingga mereka tetap

dapat terjadi sebagai akibat dari penggunaan

dapa! bertempat tinggal di kawasan tersebut,

air tanah yang berlebihan dan keberadaan

sangat penting untuk dilakukan sebagai

recharge air tanah pada kawasan konservasi

masukan untuk merumuskan kebijakan

yang buruk. Ketiga, kenaikan muka air laut

pereneanaan dan pengelolaan kawasan

(sea level rise) sebagai efek pemanasan global.

pesisir (Dewi 2007). Tulisan ini membahas

Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on

karakteris tik dan kondisi sosial ekonomi

Climate Change-Working Group 2, 2001),

masyarakat kawasan pesisir, dampak banjir

pemanasan global akan menyebabkan

rob terhadap masyarakat kawasan pesisir,

perubahan iklim burni, dan kenaikan muka

danperilaku masyarakat di kawasan pesisir

air laut. Lebih lanjut dijelaskan oleh Nicholls

dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan

dan Mimura (1998) bahwa dengan skenario

lingkungannya. Penelitian difokuskan pada 336

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

JurnaTKebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

.ISSN1978-3450

dua' kelurahan di kawasan pesisir, yaitu

2008 menggunakan daftar pertanyaan/

Kelurahan Terboyo Wetan dan Trimulyo.

kuesioner. Kuesioner memuat pertanyaan mengenai kondisi sosial ekonorni komunitas·

2. Metode Penelitian Dewi (2007) melakukan penelitian di

ka~asall

pesisir

Semarang

untuk

mengindentifikasi kegiatan masyarakat dalammenanggulangi banjir. Dewi (2007) .

-,'

melakukan analisis berbasis komunitas untuk inerancang aksi-aksi penanggulangan banjir. i<

Penelitian yang dilakukan pada saat ini mempertajam dari hasil penelitian Dewi (2007) dan melakukan analisis lebih mendalam dengan fokus analisis pada dua kelurahan di kawasan pesisir. Marfai et al (2008) telah melakukan penelitian untuk mengetahui dampak dari banjir rob di Kelurahan Tanjung Mas dan B~darharjo di kawasan pesisir Semarang. Penelitian ini merupakan

penelitian

lanjutan

pesisir, dampak banjir pasang terhadap' masyarakat pesisir, dan adaptasi masyarakat pesisir Semarang dalam menghadapi banjir rob. Untuk melengkapi informasi secara

kualitatif dilakukan wawancara non formal dengan

dampak

banjir

setempat

serta

pengamatan/observasi terkait dengan upaya: masyarakat

menyesuaikan/

dalam

mengadaptasikan diri terhadap kondisi lingkungan yang ada. Jumlah reponden untuk penelitian ini adalah 40 orang yang ditentukan secara random di dua kelurahan lokasi penelitian. Secara lebih detil metode penelitian yang dilakukan deijelaskan dalam diagram alir pada Gambar 1. .

dari

penelitian Marfai et. aI., (2008) untuk mengetahui

pemerintah

dan

Peta Banjir Pasang (Rob)

I--Citra Peta Topografi I Tkonos

I

I

mengindentifikasi pola adaptasi masyarakat Faktoryang mempengarnhi banjir pa,aug (Rob)

di Kelurahan Terboyo Wetan dan Trimulyo. Methode

penelitian

yang

dilakukan

mengadopsi metode yang digunakan oleh

Penentuan sampel

Dewi (2007) dan Marfai et. aI., (2008) dengan melakukan masyarakat

wawancara kawasan

terhadap

pesisir

: Kuesioner

dan Pcngnmpulan data

pengamatan di lapangan. Untuk

memperoleh

!

,

pemahaman

- karakteri,tile masyarakat kawasan

keruangan dari lokasi penelitian dan untuk

Pesisir

- dampak baujir pasang terhadap

desain penentuan sample, digunakan Peta

masyarakat kawasan pesisir

- adaptasi dan interaksi masyarakat pe,i,ir terhadap banjir pa,aug

Topografi, Citra Ikonos, dan Peta Banjir rob. Data primer telah dikumpulkan selama kerja lapangan dari bulan Agustus-September

Gambar 1. Diagram alir penelilian

337

J

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008 3. Kondisi Wilayah

ISSN 1978-3450

bertambahnya aktifitas perkotaan, wilayah

Semarang merupakan salah satu kota

pantai kotaSemarang dibangun dan

pantai di Pulau Jawa yang sangat strategis

dikembangkan dengan .fungsi utamanya

secara letak geografis. Letak geografis Kota

sebagai

Semarang berada di tengahPulau Jawa yang

perumahan, kawasan pergudangan, serta

menjadikan Semarang sebagai kota besar

pusat pendukungnya berupa pelayanan

penghubung kawasan Jawa bagian barat dan

umum, seperti fasilitas

Jawa

2

perkantoran, kesehatan, perhotelan dan lain

memperlihatkan letak geografis dari Kota

sebagainya (Kobayashi 2003). Kawasan

Semarang. Kawasan pantai kota Semarang

pantai Semarang Utara juga merupakan

memiliki 4 kecamatan yang berbatasan

pusat transportasi dari tiga moda yang

langsung dengan laut utara pulau Jawa, yaitu

meliptui Pelabuhan laut Tanjung Mas,

Kecamatan

Bandara Akhmad Yani, dan Stasiun kereta

bagian

timur.

Tugu,

Gambar

Semarang

Barat,

Semarang Utara, dan Genuk. Sejalan dengan

kawasan

permukiman

api Tawang dan Ponco!.

Gambar 2. Letak geografis Kota 8emarang (Marfai and King 2008b)

338

dan

pedagangan,

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

Dengan fungsi utama seperti tersebut diatas,

menjadikan

kawasan

ISSN 1978-3450

secara efisien. Akan tetapi, beberapa kendala

pesisir

harus tetap menjadi bahan pertimbangan menging~t

Sem.uang terrnasuk kawasan yang memiliki

utama,

kawasan ini rentan

intensitas kegiatan yang tinggi, merupakan

terhadap

kawasan dengan nilai lahan yang strategis,

kenaikan muka air laut, ataupun penurunan

dekat dengan pusat kota ataupun pusat

tanah.

kegiatan, serta jumlah penduduk yang tinggi.

penggunaan lahan dan dinamika kawasan

Kondisi ini ditunjang oleh ketersediaan

pesisir Semarang disajikan dalam bagan

lahan yang datar dan landai, sehingga

pada Gambar 3.

ancaman banjir genangan,

Secara

umum

kompleksitas

memungkinkan untuk pemanfaatan ruang ,--c__----,.---.

Harbourand industrial

Coastal dynamis

and multicuse purposes in Semarang

Gambar 3. Kompleksitas penggunaan lahan dan dinamika kawasan pesisir Semarang (Marfai and King 2008c)

Kawasan pesisir Semarang terdiri dari

Bandarharjo, Tanjung Mas, dan Terboyo

20 (duapuluh) kelurahan (Marfai et aI2008),

Kulon, Terboyo Wetan and Trimulyo.

dimana beberapa kelurahan diantaranya

Dampak banjir rob akan sangat terasa pada

mengalami banjir rob paling parah sebagai

daerah dengan kepadatan penduduk tinggi.

akibat penurunan muka tanah. Beberapa

Tabel 1 menjelaskan ten tang kepadatan

kelurahan tersebut meliputi Kelurahan

penduduk di berbagai kelurahan di kawasan

Tambakharjo, Tawangsari, Panggunglor,

pesisir yang mengalami banjir rob.

Tabel 1. Kepadatan penduduk di berbagai kelurahan di kawasan pesisir Semarang

Tambakhario Jumlah Pcnduduk Lua' (Ha)

1553 375.8

Tawang

-sari 5875 209.2

Kelurahan Tanjung

Panggunglor

BlIIldar-

hario

-Mas

14295

18946

28414

123.5

343.0

339

324.0

Terboyo Kulon

3820 285.4

Terboyo

wetan 505 1275

Trimulyo

Total

1893

75301

2959

2084.3

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Jurnai Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

ISSN 1978-3450

4. Hasil dan Pembahasan

sangat berpengaruh terhadap kemampuan

4.1. Karakteristik responden (karakteristik masyarakat kawasan Pesisir)

pola

pikir,

status sosial

dan

mata

pencaharian. Apabila dilihat dari mata

Jumlah respond en pria sebanyak 27

pencahariannya, sebagian masyarakat

orang dan 13 responden lainnya adalah

mempunyai mata pencaharian sebagai buruh

wanita. Usia responden bervariasi antara 18

industri dan nelayan. Dengan melihat mata

- 65 tahun. Tingkat pendidikan responden

pencaharian ini dapat dikatakan bahwa

bervariasi, dimana 21 responden mempunyai

mayoritas penduduk yang tinggal di kawasan

pendidikan SMP, 14 responden mempunyai

pesisir di Kelurahan Trimulyo dan Terboyo

tingkat pendidikan SMA dan universitas,

Wetan merupakan masyarakat kelas

sedangkan 5 responden mempunyai tingkat

menengah kebawah dengan penghasilan

pendidikan SD. Berdasarkan aktivitasl

bulanan yang sangat minim. Status so sial

rna tapencaharian

dapat

masyarakat di kawasan pesisir dapat pula

diungkapkan bahwa 47,5% responden

dilihat dari kondisi rumah tinggal. Meskipun

adalah buruh industri, 25% responden petani

mayoritas penduduk mempunyai tempat

dan nelayan, 20% responden PNS, dan 7,5%

tinggal permanen (sebanyak 34 responden),

bekerja di sektor lain.

tetapi kondisi rumahnya sangat jauh dari

responden

Tingkat pendidikan masyarakat di kawasan pesisir sebagian besar adalah lulusan SMP. Tingkat pendidikan akan

standar rumah sehat dan baik. Gambar 4 memperlihatkan contoh rurnah di kawasan pesisir Semarang.

Gambar 4. Kondisi rumah di kawasan pesisir Semarang

340

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Junlal Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

ISSN 1978-3450

Tabel 1. Karakteristik responden

Karakteristik

JumIah Responden

Jenis Kelamin : Laki-Iaki Perempuan Umur: 18-25 25-45 45-65 >65 Tingkal Pendidikan : Tidak sekolah - sekolah dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) SMA dan Per~ruan Tinggi Mala Pencaharian : Buruh Industri PetaniINelayan PNS Bekeria di sektor lain Tipe rumah: Permanen Semi-permanen Total

4.2. Dampak Banjir Rob Terhadap Masyarakat Kawasan Pesisir Banjir rob dan banjir kiriman hujan

Persentase .

27 13

67,5 325

22 9 9 0

55 22,5 22,5

5 21 14

12,5 52,5 35

19

47,5 25 20 7,5

10

8 3 34 6 40

85 15

air bersih dan listrik, tidak dapat berfungsi selama kenaikan air laut. Berdasarkan data yang dikumpulkan dapat dikatakan bahwa

telah memberikan pengaruh negatif tehadap

secara keseluruhan, 22,5% responden tidak

kawasan pantai Kota Semarang. Pada

dapat melanjutkan pekerjaan harian mereka

batasan tertentu, bahkan telah merubah fisik

ketika terjadi banjir rob. Sementara 77,5%

lingkungan, sehingga memberikan dampak

responden masih mempu melaksanakan

negatif yang cukup signifikan bagi

pekerjaan harian secara normal. Secara

masyarakat, bangunan, dan infrastruktur

kualitatif dapat dikatakan bahwa banjir rob

permukiman yang ada di kawasan tersebut.

mengakibatkan masyarakat tidak dapat

Dengan adanya banjir rob, kegiatan

bekerja karena berbagai alasan seperti tidak

harian, termasuk bekerja dan pekerjaan

ada akses lain ke tempat kerja dan mengurus

rumah tangga tidak dapat dilakukan secara

keluarga dan perala tan rumahtangga yang

normal. Penduduk tidak mempunyai

terkena genangan banjir rob. Sebanyak 77,5%

aksesibilitas untuk pergi ketempat kerja dan

responden

melakukan aktivitas dengan normal karena

mengumpulkan uang untuk keluarganya.

fasilitas jalan di kawasan pesisir tergenang

Semen tara itu 20% responden tidak dapat

air laut. Pelayanan tunum/publik pemmjang

memasak dan 42,5% responden tidak dapat

kegiatan rumah tangga, seperti ketersediaan

mencuci baju selama banjir berlangsung

341

masih

tetap

bekerja

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

ISSN 1978-3450

Tabel 2. dampak banjir pasang'tehadap kegiatan penduduk seliap hari

Aktivitas Harian

Melanjutkan pekerjaan harian Melanjutkan pekerjaan rumah tangga memasak Mencuci baiu

Jumlah responden Tidak Va 31 9

Lebih lanjut penelitian Kobayashi (2003)

32 23

Persentase Va Tidak 77,5 22,5 80 57,5

8

17

20 42,5

4.3. Adaptasi dan Interaksi Masyarakat

Pesisir Terhadap Banjir Pasang

juga menyebutkan bahwa pekerja domestik wanita atau penjaga rumah mengalami

Dalam kajian adaptabilitas manusia

kesulitan yang lebih berat selama kejadian

terhadap ling kung an, ekosistem adalah

banjir rob. Mereka harus mengamankan

keseluruhan situasi di mana adaptabilitas

peralatan rumah tangga selama muka air laut

berlangsung/terjadi. Karena populasi

naik dan membersihkan lingkungan serta

manusia tersebar di berbagai belahan bumi,

rumah setelah banjir rob berlalu. Menurut

konteks adaptabilitas akan sangat berbeda-

Soedarsono (1996), anak-anak juga mudah

beda. Suatu populasi di suatu ekosistem

terkena penyakit dan iufeksi dari genangan

tertentu menyesuaikan diri terhadap kondisi

banjir tersebut. Penyakit seperti diare,

lingkungan dengan cara-cara yang spesifik.

demam, dan malaria menjadi lebih mudah

Ketika suatu populasi/masyarakat mulai

menyerang selama banjir karena kondisi

menyesuaikan

sanitasi yang buruk. Banjir rob juga

lingkungan yang baru, suatu proses

mempengaruhi kualitas bangunan atau

perubahan akan dimulai dan (mungkin)

kondisi bangunan. Akibat genangan pada

membutuhkan waktu yang lama untuk

bangunan secara kontinyu dengan frekuensi

dapat menyesuaikan diri (Moran 1982).

yang tinggi, bangunan tempat tinggal

Sahlins (1968) menekankan bahwa proses

mengalarni kerusakan. Pintu, jendela, lantai

adaptasi

dan tembok mengalarni kerusakan. Secara

lingkungan dan populasi manusia berubah

kualititaf menurut responden bangunan

terus.

diri

sangatlah

terhadap

dinamis

snatu

karena

rumah idealnya selalu diganti setiap tahun

Masyarakat kawan pesisir pantai utara

dikarenakan rusak akibat genangan air laut.

Kota Semarang tetap memilih tinggal di

Menurut Kobayashi (2003) meskipun telah

daerah tersebut, meskiplm daerahnya tidak

banyak dilakukan perbaikan bangunan di

nyaman untuk hunian. Berbagai hal yang

wilayah pesisir Semarang, namun tidak ada

memotivasi masyarakat tetap tinggal di

dampak kemajuan yang berarti.

daerah ini antara lain:

342

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

ISSN 1978-3450

1. Sebagian besar masyarakat bermata

usaha untuk penanggulangan banjir rob

pencaharian sebagai buruh industri,

tersebut (Gambar 5). Berbagai adaptasi yang

dan nelayan sehingga mereka enggan

telah dilakukan oleh masyarakat tersebut

untuk berpindah, karena mereka

antara lain:

merasa aksesnya lebih dekat dan

1. Membuat tanggul kecill urug di dalam

mudah jika tinggal di daerah tersebut.

rumah atau meninggikan pondasi

2. Sebagian besar masyarakat merupakan

rumah, sehingga air tidak menggenang

masyarakat kelas menengah kebawah

di dalam rumah.

yang tidak mempunyai kekuatan modal

2. Membuat talud dan tanggul permanen

untuk pindah.

dan non perrnanen di pantai.

Menurut masyarakat yang tinggal di

3. Meninggikan jalan sekitar 1 - 1,5 m,

Kelurahan Terboyo Wetan dan Trimulyo,

agar jalan tersebut tidak tergenangi air

selama ini respon dan tindakan dari

ketika banjir rob terjadi, dan aksesibilitas

pemerintah terkait dengan penanganan

teta p lancar.

banjir rob belum optimal. Masyarakat di

4. Ada beberapa warga yang telah

Kelurahan Terboyo Wetan dan Trimulyo

berinisiatif untuk membangun rumah

juga belum mengetahui ten tang sistem

panggung, namun ini baru dilakukan

koordinasi dan organisasi penanggulangan

oleh 2 KK di Kelurahan Terboyo Wetan.

bencana yang ada di kecamatan, kabupaten,

Warga lain belum meniru/melakukan

dan propinsi. Meskipun demikian, secara

renovasi rumahnya menjadi rumah

mandiri masyarakat telah melakukan usaha-

panggung dengan alasan ekonomi.

343

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

ISSN 1978-3450

(4a)

(4c)

(4b)

(4d)

Gambar 4. Adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat, (4a) Masyarakat meninggikan pondasi rumah, (4b)tanggul disepanjang garis pantai, (4c)meninggikan jalan dan (4d)membangun rumah panggung.

Selaian itu, banjir rob yang terjadi

dibuat

masyarakat

kemudian

hampir setiap hari mengakibatkan kerusakan

dipergunakan secara kolektif mauptm untuk

lingkungan dan mencemari sumberdaya air

kepentingan pribadi. Penggunaan secara

dikawasan pesisir. Kebutuhan air bersih di

kolektif dengan berbagi untuk masyarakat

kawasaninitidakdapatdiperolehdarisumur

lain dilakukan dengan sistem membayar.

air tanah dangkal. Masyarakat Kelurahan

Setiap 1 sumur artesis dapat digunakan untuk

Terboyo Wetan dan Trimulyo melakukan

memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat

adaptasi dari kondisi lingkungan dengan

di

membuat sumur artesis (Gambar 6). Beberapa

sekitar 50-60 KK. Kedalaman sumur artesis

warga yang mempunyai kemampuan

tersebut ± 95 m, dengan biaya pembuatan

finansial melakukan pembangunan sumur

sekitar 50-60 juta rupiah.

artesis secara mandiri. Sumur artesis yang

I

I !

oleh

344

Kelu~ahan

Terboyo Wetan dan Trirnulyo

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol.! No.5, November 2008

ISSN 1978-3450

Gambar 6. Sumur artesis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kelurahan Terboyo Wetan

5. Kesimpulan

kawasan pesisir Semarang. Masyarakat

1. Dampak dari banjir rob antara lain

kawasan Pesisir Semarang masih

terganggunya aktivitas sehari-hari

menderita akibat banjir pasang tersebut.

termasuk memasak dan mencuci,

Komunitas

terganggunya aksesibilitas jalan dan

pemerintah . terkait bencana dan

keterbatasan penggunaan sarana dan

mitigasinya harus lebih berkoordinasi

prasarana.

dalam perencanaan dan implementasi

2. Masyarakat kawasan pesisir telah

lokal

dan

instansi

kegiatan.

melakukan beberapa adaptasi terhadap banjir

rob

dengan

Ucapan Terima Kasih

melakukan

pembangunan fisik/infrastruktur,

Makalah ini merupakan bagian dari

seperti meninggikan lantai, membuat

Proyek: STRENGTHENING COMMUNITY

urug, membuat talud dan tanggul

RESISTANCE TO TIDAL FLOOD HAZARD

permanen, menambah ketinggian jalan

IN

seputar rumah, dan beberapa warga

INDONESIA (SCORE-SEMARANG), A

telah berinisiatif untuk membuat rumah

multidisciplinary approach by elaborating

panggung.

the community adaptive capacity and using

3. Pembangunan

secara

fisik

SEMARANG

COASTAL

AREA,

oleh

the state of the. art of GIS-technique,

pemerintah Kabupaten dan Propinsi

kerjasama Pusat Studi Bencana (PSBA-

masih belum mencukupi

dalam

UGM), Fakultas Geografi UGM dan Yayasan

mengatasi masalah banjir rob di

Wahana Hijau Yogyakarta. Proyek ini

345

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1508335346.pdf

ISSN 1978-3450

Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol. 1 No.5, November 2008

mendapatkan dukungan finansial dari

enhanced land subsidence in

ProVention Research and Action Grants dan

Semarang, Central Java Indonesia. Natural Hazards, 44: 93-109. h.tlp.;.L

disupervisi ~leh Asian Disaster Preparedness

Idx.doi.orgIl0.l007/s11069-007-

Center (ADPC).

9144-z Marfai, MA and King L. 2008c. Coastal flood

Daftar Pustaka

management

Bappeda Semarang. 2000. Profil Kola Semarang.

Pemerintah

in

Semarang,

Indonesia. Environemntal Geology

Kota

55: 1507-1518. http://dx.doi.org/

Semarang

10.1007/s00254-007-1101-3

Dewi, A. (2007). Community-based analysis of coping with urban flooding: A

Marfai MA, King L, Sartohadi J, Sudrajat S,

case study in Semarang, Indonesia.

Budiani SR, Yulianto F (2008) The

M.sc. thesis, International Instihtte

impact of tidal flooding on a coastal

for Geo-Information and Earth

community in Semarang, Indonesia.

Observation, lTC, Enschede, The

Environmentalist, 28: 237-248.

Netherlands, 90 pp.

http://dx.doi.orgIl0.1007/s10669007-9134-4

IPCC (2001) Climate Change 2001: Impacts, I

adaptation, and vulnerability:

Moran, Emilio F. 1982. Human adaptability

Contribution of Working Group II to

an introduction to ecological

the Third Assessment Report of the

anthropology. Boulder, Colorado:

Intergovernmental Panel on Climate

Westview Press, Inc.

JJ McCarthy, OF

Nicholls JR, Mimura N (1998) Regional issues

Canziani, NA Leary, DJ Dokken, KS

raised by sea-level rise and their

White (Eds.) Cambridge

policy

Change (IPCC) In

implications,

Climate

Research 11, 5-18

Kobayashi H (2003) Vulnerability assessment and adaptation strategy to sea-level

Sahlins,

M.D.

1968.

"Culture

and

rise in Indonesian coastal urban

environment: The study of cultural

areas. National Institute for Land

ecology". Dalam Robert A. Manners

and Infrastructure Management,

dan David Kaplan (eds.), Theory in

Japan

anthropology: a source book, hal 367-73. Chicago: Aldine

Marfai, MA and King L. 2008a. Monitoring land subsidence in Semarang,

Soedarsono, S. 2006. Impact of flood

Indonesia. Environmental Geology,

inundation due to sea level rise on

53: 651-659. http://dx.doi.org/

the settlement area in Semarang

10.1007Is00254-007-0680-3

City, (In lndonesian). MasterThesis,

Marfai, MA and King L. 2008b. Tidal

Geography Faculty, Gadjah Mada

inundation

mapping

University, Indonesia

under 346

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF