ACARA VI
October 7, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download ACARA VI...
Description
ACARA VI PENILAIAN UNJUK KERJA PERONTOK PADI (T H R E S E R )
I. Pendahuluan A. Latar Belakang
Di zaman sekarang, padi merupakan komoditas strategis nasional dan dikonsumsi sebagian besar penduduk Indonesia. Bahan makanan pokok penduduk Indonesia adalah beras. Konsumsi beras terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Untuk mencukupi kebutuhan beras yang berasal dari bulir padi padi
maka perlu dilakukuan
penanganan pasca panen yang mampu mengurangi resiko resi ko kerusakan pada padi (Anonim. 2017). 2017). Penanganan pasca panen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi. Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras. gabah/beras. Agar kehilangan hasil saat panen rendah maka penggunaan penggunaan mesin perontok sangat sangat efektif untuk menekan rendahnya produksi karena kehilangan saat panen. Untuk itu kesaadaran petani pada saat perontokan padi agar lebih peduli saat melakukan proses perontokan (Wahyuningsih. 2016). Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja dan meningkatkan effisiensi kerja sehingga akan diperoleh mutu hasil yang baik dan susut tercecer yang kecil. Bermacam-macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di Indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar (Saputra Dwi. 2016) .
64
65
B.
Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi dan spesifikasi teknis threser. 2. Mengetahui komponen, cara kerja, dan cara mengoprasikan alat perontokan padi (thresher ). 3. Mengetahui kemampuan kerja dari perontok padi.
C. Landasan Teori
Kegiatan
perontokan
padi
dilakukan
setelah
kegiatan
panen
menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. oleh karena itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah diciptakannya suatu mesin yang digunakan untuk merontokkan hasil panen, seperti padi,jagung dsb. Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik. Bermacam – macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar( Fadli Rustam 2000) Perontokan padi secara konvensional menggunakan iles, di pukul, di banting. Sedangkan yang secara modern sudah memanfaatkan alat, mesin yang ada, misalnya dengan menggunakan thresher . Menurut sumber tenaga penggeraknya thresher dibedakan menjadi dua, yaitu Pedal thresher dan Power thresher . Pedal threshe adalah threser yang digerakkan oleh tenaga manusia, sedangkan Power thresher adalah threser yang digerakkan oleh tenaga mesin/motor. Ditunjau dari cara memasukan bahan, thresher dapat dibedakan manjadi dua tipe, yaitu Tipe hold on dan Tipe thrown in. Tipe hold on dalam proses perontokannya haya malai dan batang bagian atas yang dimasukan kedalam thresher . Tipe thrown in yaitu
66
semua bahan ( malai dan batang padi ) yang dipanen dimasukan ke dalam thresher (Anonim. 2017). Suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di lapangan akan timbul faktor-faktor teknis yang menentukan aspek ekonomi penggunaan alat, mesin pertanian. Faktor teknis tersebut antara lain kapasitas dan effisiensi kerja. Kapasitas kerja perontokan didefinisikan sebagai kemampuan karja threser dalam memberikan hasil yaitu jumlah berat gabah (kg) yang keluar dari lubang pengeluaran utama yang dihitung dalam satuan waktu tertentu. Sedangakan effisiensi yaitu persentasi berat gabah yang keluar dari semua lubang pengeluaran
terhadap total padi yang dimasukan selama
perontokanKelancaran kegiatan perontokan padi menggunakan mesin ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan alat atau mesin perontok (thresher ), kinerja thresher , dan sifat padi yang dirontokkan. (Anonim. 2017). Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia. Alat dan Mesin Pertanian (mesin perontok padi) dapat memberi kontribusi yang cukup berarti dalam rangka meningkatkan keuntungan usahatani padi sawah. Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya (Irwanto, A.K., 1983). Prinsip dasar alat perontok ini adalah merontokkan bulir dari malai atau tangkai tanaman dengan menarik-nariknya dengan menggunakan suatu silinder putar yang dilengkapi gigi-gigi. Silinder diputar dengan menggunakan rantai yang dihubungkan dengan engkol (untuk perontok manual) atau poros mesin yang berputar. Gabah yang telah dirontokkan langsung ditampung dalam karung. Kapasitas perontok manual dapat mencapai 67 kg per jam dengan kebersihan 80%, sedangkan alat perontok
67
mesin dapat mencapai 300 kg/jam dengan tingkat kebersihan 95% (Sukirno. 1999).
II. Metodologi A. Waktu dan Tempat
Waktu
: Rabu, 26 April 2017
Tempat
: Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman Yogyakarta.
B. Alat, Bahan, dan Cara Kerja 1. Alat:
a. Perontok padi (tresher ) b. Roll meter. c. Stop watch. d. Timbangan. e. Moisture tester. f. Gelas ukur. g. Karung. i. Tachometer.
2. Bahan:
a. Padi b. Buku Petunjuk alat/mesin pertanian
3. Cara Kerja:
a. Mengamati dan mencatat spesifikasi alat yang digunakan. b. Mengambil sejumlah sample bahan yang akan dipakai untuk praktikum, untuk diamati : jenis tanaman, varietas, kadar air, nisabah gabah. Masingmasing dngan ulangan 2x c. Menimbang sejumlah bahan padi secukupnya
68
d. Menyiapkan
threser , mengisi
bahan
bakar
dengan
penuh,
kemudian menghidupkan mesin dan menempatkan penampung gabah dibawah corong pengeluaran lubang utama e. Setelah mesin hidup tambah gas (throttle) sesuai yang dikehendaki, kemudian memasukan bahan yang telah ditimbah di atas, sampa habis f. Mencatat waktu operasi, dan mengukur RPM mesin dan RPM As silinder yang dipakai untuk operasi. g. Mematikan mesin, menimbang berat gabah yang dieroleh dari lubang pengeluaran utama, da mengambiil sejumlah sample (secukupnya) untuk keperluan analisa. Mengukur bahan bakar yang digunakan untk operasi tersebut. h. Mengumpulkan dan menimbang jerami yang keluar dari lubang pengeluaran (Outlet ) jerami. i.
Mengumpulkan dan menimbang gabah hampa yang keluar dari lubang pengeluaran (Outlet ) hampa
j.
Mengumpulkan dan menimbang gabah utuh yang keluar dari lubang pengeluaran (Outlet ) utama
k. Mengulangi
pekerjaan
ketiga
sampai
kesepuluh
untuk
mendapatkan ulangan 2x l.
Untuk analisa hasil perontokan, menimbang sejumlah sample yang diperoleh
dari
langkah
ke-7
kemudian
memisahkan
dan
menimbang dari masing-masing : gabah utuh, gabah rusak dan yang tidak terontok.
69
III. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Spesifikasi Alat Perontok Padi (Thresher) No 1 2 3 4
5
6
7 8 9
Spesifikasi Jenis Merek dagang Model/tipe Negara pembuat Mesin/motor penggerak - Merek/model - Tipe/nomor seri - Jumlah silinder - Volume Silinder - HP/RPM - Bahan bakar - Kapasitas tangki BBM
Power tresher Quick New type ER 50 B/Throw in Indonesia Honda G200 1 197 3/500 cc Bensin 5 Liter
Dimensi Thresher - Panjang - Lebar - Tinggi - Berat tanpa mesin Kapasitas teoritis Sistem pemasukan bahan Gambar bagian-bagian dari tresher . 8
180 cm 130 cm 150 cm 100 Kg 650 Kg/Jam Throw in
9
1
2 6
3
5
4
1. Hopper 2. Motor penggerak 3. Blower (Kipas) 4. Outlet Primer 5. Outlet Skunder 6. Outletjerami 7. Gigi perontok
: Untuk pemasukan padi : Sebagai sumber tenaga : Membersihkan gabah terontok : Untuk tempat pengeluaran gabah utama : Untuk tempat pengeluaran gabah hampa : Untuk tempat keluarannya jerami : Untuk merontokan gabah
70
8. Silinder/drum 9. Saringan
: Untuk memasang gigi paku : Untuk memisahkan gabah dengan jerami yang telah terontok
1. Keadaan Bahan a. Jenis tanaman
: Padi
b. Varietas
: IR 64
Tabel 6.2 Hasil Gabah dari Semua Lubang Pengeluaran Threser Jenis Hasil Berat GU GTR Bahan Keluaran Sampling GR I II I II I II I II I II Gabah (Kg) (Kg) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) Utama 8 8,8 6 9 4 8 1 1 0 0 Rerata 8,4 7,5 6 1 0 I II I II I II I II I II Gabah (Kg) (Kg) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) Hampa 1,5 1,35 4 4 1 0 1 2 0 0 Rerata 1,425 4 0,5 1,5 0 I II I II I II I II I II Jerami (Kg) (Kg) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) (g) 6,9 6,2 11 16 0 0 0 0 0 0 Rerata 6,55 13,5 0 0 0 1. Diketahui : a. A =
Berat Ulangan 1+ Berat Ulangan 2 2
=
17 + 17,5 2
= 17,25 kg b. B sampel 1 =
=
Berat Gabah Utuh Berat Sampling 6 7,5
= 80% B =
80
x 8,4 100
= 6,72 kg
x 100%
100%
Jerami
I II (g) (g) 1 0 0,5 I II (g) (g) 2 1 1,5 I II (g) (g) 11 16 13,5
71
B sampel 2 =
Berat Gabah Rusak (outlet utama) Berat Sampling
=
1 7,5
x 100%
x 100%
= 13,3% B =
13,3 x 8,4 100
= 1,12 kg B total = berat sampel 1 + berat sampel 2 = 6,72 + 1,12 = 7,84 kg c. Tp = =
T1+T2 2 99 + 102 2
= 100,5 detik Dalam Jam =
100,5 detik 3600
= 0,0279 jam = 1,67 menit d. E =
=
Rerata berat gabah rusak dari outlet utama Rerata berat sampling
x 100%
1
x 100% 7,5
= 13,3% = e. F
13,3 x 8,4 = 1,11 kg 100
= Berat total sampling outlet utama = 7,5 gr
f.
1) Outlet Hampa =
berat gabah (utuh + hampa + t idak terontok) x 100% 4
=
0,5 + 1,5+ 0 4
x 100%
72
= 50% =
50 100
x 1,425
= 0,7125 kg berat gabah (utuh + hampa + t idak t erontok) g. 2) Outlet Jerami = x 100% 4
=
0+0+0 4
x 100%
= 0% =
0 100
x 6,55
= 0 kg G = Berat gabah dari outlet hampa + berat gabah dari outlet jerami = 0,7125 + 0 = 0,7125 kg h. H = Berat gabah tidak terontok dari outlet (Utama + Hampa + Jerami) =0+0+0 = 0 gr i.
M =
=
Berat gabah utuh dari outlet utama rata-rata berat sampling 6
x 100% 7,5
= 80% =
80
x 8,4 100
= 6,72 kg
2. Perhitungan a. Kapasitas perontokan (Kp)
=
=
B Tp 7,84 1,67
x 100%
73
= 4,69 kg/ menit = 281,4 kg/ jam H
b. Efisiensi perontokan (Ep)
= ( 1= ( 1-
) x 100% A 0
) x 100% 17,25
= 100% c. Rendemen (Tr)
B
= x 100% A
=
7,83
x 100% 17,25
= 45,39 % G
d. Persentase kehilangan hasil
= x 100% A
=
0,7125 x 100% 17,25
= 4, 13% e. Persentase gabah rusak
= =
E
x 100%
F
1,11 7,5
x 100%
= 14,8% f.
Kemurnian gabah
= =
M F
x 100%
6,72 7,5
x 100%
= 89,6%
g. Presentase gabah tak terontok
= =
H A
x 100% 0
x 100% 17,25
= 0%
74
Tabel 6.3 Hasil Faktor Teknis Perontokan Threser No.
Faktor Teknis
Nilai
1
Kapasitas perontokan (Kp)
281,4 kg/ jam
2
Efisiensi perontokan (Ep)
100%
3
Rendemen (Tr)
4
Presentase kehilangan hasil
4,13%
5
Persentase gabah rusak
14,8%
6
Kemurnian gabah
89,6%
7
Presentase gabah tak terontok
45,39%
0%
IV. Pembahasan
Berdasarkan hasil pegamatan pada praktikum penilaian unjuk kerja perontok padi (threser ), dapat diketahui spesifkasi alat perontok padi yang termasuk jenis power thresher . Alat perontok padi ini memiliki merek dagang quick, dengan model ER-50 dan tipe trow in. Alat pengolah tanah ini dibuat di Indonesia. Spesifikasi alat perontok padi ini yaitu memiliki mesin penggerak dengan merek honda,engan tipe G200, jumlah silinder pada mesin adalah 1, volume silinder 197 cc, HP/RPM 3/500, berbahan bakar bensin, dan memiliki kapasitas tangki 5 liter. Dimensi thresher memiliki panjang 180 cm dengan lebar 130 cm, tinggi 150 cm dan berat tanpa mesin sebesar 100 Kg. Threser ini memiliki kapasitas teoritis sebesar 650 kg/jam dan istem pemasukan bahan yaitu throw in. Alat perontok padi memiliki bagian-bagian, dan fungsi dari setiap bagian-bagian itu berbeda antara lain hopper yang brfungsi untuk memasukan padi, motor penggerak yang brfungsi sebagai sumber tenaga, blower (Kipas) yang brfungsi untuk membersihkan gabah terontok, outlet primer yang brfungsi untuk tempat keluaranya gabah utama, outlet skunder yang brfungsi untuk tempat keluaranya gabah hampa, outlet jerami yang brfungsi untuk tempat keluarannya jerami, gigi perontok yang brfungsi untuk merontokan gabah, silinder/drum yang brfungsi Untuk memasang gigi paku dan saringan yang
75
brfungsi untuk memisahkan gabah dengan jerami yang telah terontok. Jenis tanaman yang di rontokan yaitu padi dengan varietas IR 64. Langkah-langkah utuk mengoprasikan alat perontok padi ini yaitu mengisi bahan bakar threser dengan penuh, kemudian menghidupkan mesin dan menempatkan penampung gabah dibawah corong pengeluaran lubang utama. Setelah mesin hidup tambah gas (throttle) sesuai yang dikehendaki, kemudian memasukan padi yang akan dirontokan. Lalu, pisahkan padi yang keluar dari outlet utama yaitu gabah utuh, yang keluar dari outlet sekunder yaitu gabah hampa dan yang keluar dari outlet jerami yaitu jerami. Mesin dimatikan dengan mengurangi gas terlebih dahulu kemudian baru mesin dapat dimatikan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diperoleh rata-rata berat total padi sebesar 17,25 kg, rata-rata berat gabah pada pengeluaran utama 8,4 kg dengan rata-rata berat sampel yaitu 7,5 gram. Dari sampel yang diambil ini memiliki rata-rata berat gabah utuh 6 gram, rata-rata berat gabah rusak 1 gram, rata-rata gabah tidak terontok 0 gram, dan rata-rata berat jerami 0,5 gram. Lubang pengeluaan gabah hampa memiliki hasil rata-rata berat 1,425 kg, dengan atarata berat samplel yaitu 4 gram. Dari sampel yang diambil ini memiliki ratarata berat gabah utuh yaitu 0,5 gram, rata-rata berat gabah rusak 1,5 gram, ratarata berat gabah tidak terontok yaitu 0 gr, dan rata-rata berat jerami yaitu 1,5 gram. Lubang pengeluaan jerami memiliki hasil rata-rata berat 6,55 kg, ratarata berat sampling 13,5 gram, rata-rata berat gabah utuh 0 gram, rata-rata berat gabah rusak yaitu 0 gram, rata-rata berat gabah tidak terontok 0 gram, dan ratarata berat jerami 13,5 gram. Waktu operasional thresher untuk merontokan padi yaitu 0,0245 jam. Dari
hasil
pengamatan
digunakan
untuk
menghitungan
kapasitas
perontokan padi, efisiensi perontokan, rendemen, persentase kehilangan hasil, persentase gabah rusak, kemurnian gabah dan persentase gabat tak terontok. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui kapasitas perontokan sebesar 281,4 kg, efisiensi perontokan sebesar 100%, rendemen sebesar 45,39%,
76
persentase kehilangan hasil sebesar 4,13%, persentase gabah rusak 14,8 %, kemurnian gabah sebesar 89,6%, dan persentase gabah tak terontok 0%.
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa treaser memiliki komponen atau bagian-bagian yang terpenting, yaitu gigi perontok, drum, filter , hoper , mesin atau motor bakar, blower , outlet primer , outlet sekunder dan outlet jerami .Cara pengoperasian threser yaitu menyiapkan threser , mengisi bahan bakar thresher lalu menghidupkan mesin dan menempatkan penampung gabah di bawah lubang pengeluaran, lalu memasukkan padi yang sudah di timbang, thresher dimatikan dengan mengurangi perlahan gas kemudian baru mesin dimatikan. Kemampuan kerja dari perontok padi atau threser dipengaruhi oleh kualitas mesin, jenis varietas padi dan keahlian dari operatornya. Dalam praktikum ini efektivitas perontokan yang dihasilkan adalah 100%. Hal ini berarti mesin perontok padi dalam keadaan baik karena memiliki nilai efektivitas perontokan lebih dari 75%.
77
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Pengantar dan Petunjuk Praktikum Mekanisasi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Fadli, Rustam. 2000 , Pemberdayaan P3A-WISMP-IMRI , Fakultas Pertanian. Universitas Jember ; Jember Irwanto, A.K., 1983, Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor; Bogor. Saputra, Dwi. 2016. Pengenalan Alat Perontok Padi (Power Threser). http://dsandrfs.blogspot.co.id. Diakaes pada tanggal 29 April 2017. Sukirno. 1999, Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian .Universitas Gadjah Mada ;Jogjakarta. Wahyuningsih. 2016. Pengenalan Alat Perontok Padi (Power Threser). http://harinawahyuni.blogspot.co.id. Diakaes pada tanggal 29 April 2017
View more...
Comments