Acara I Penampang Terukur

November 28, 2017 | Author: Bagus Firmansyah Lumpeng | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Acara I Penampang Terukur...

Description

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI ACARA I: PENAMPANG TERUKUR

TUGAS PENDAHULUAN

NAMA NIM

: BAGUS FIRMANSYAH : D611 12 009

MAKASSAR 2014

BAB I MAKSUD DAN TUJUAN

1.1 Maksud Maksud dari praktikum Prisnsip Stratigrafi ini merupakan untuk menimplematasikan teori-teori dan materi pada perkuliahan yang di realisasikan dengan melakukan praktikum ini.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut: a. Praktikan dapat membuat Arah Lintasan dari problem set yang di dapatkan saat praktikum b. Praktikan dapat menghitung ketebalan berdasarkan Arah Lintasan c. Praktikan dapat membuat penampang Stratigrafi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penamapang Stratigrafi Terukur Penampang stratigrafi terukur (measured stratigraphic section) adalah suatu penampang atau kolom yang menggambarkan kondisi stratigrafi suatu jalur, yang secara sengaja telah dipilih dan telah diukur untuk mewakili daerah tempat dilakukannya pengukuran tersebut. Jalur yang diukur tersebut dapat meliputi satu formasi batuan atau lebih. Sebaliknya pengukuran dapat pula dilakukan hanya pada sebagian dari suatu formasi, sehingga hanya meliputi satu atau lebih satuan lithostratigrafi yang lebih kecil dari formasi, misalnya anggota atau bahkan hanya beberapa perlapisan saja

2.2 Manfaat Penamapang Stratigrafi Terukur 1. Keterangan litologi terperinci yang menyangkut tentang jenis, macam, komponen penyusun, tekstur, kemas, kandungan fosil, struktur sedimen dan lain-lain sifat geologis dari setiap satuan yang terdapat pada jalur tersebut. 2. Kedudukan dan ketebalan dari setiap litologi yang dijumpai. 3. Urutan dari semua litologi yang ada serta jenis hubungan dari dua litologi yang berdampingan, apakah selaras, tidak selaras, menyisip, selang seling, bergradasi normal atau terbalik dan lain sebagainya

kolom stratigrafi yang diperoleh dari jalur yang diukur siap dijadikan dasar untuk : 1. Penentuan batas secara tepat dari satuan-satuan stratigrafi formal maupun informal, yang dalam peta dasar yang dipakai terpetakan atau tidak, sehingga akan meningkatkan ketepatan dari pemetaan geologi yang dilakukan di tempat dimana dilakukan pengukuran tadi. 2. Penafsiran lingkungan pengendapan satuan-satuan yang ada di kolom tersebut serta sejarah geologi sepanjang waktu pembentukan kolom tersebut. 3. Sarana korelasi dengan kolom-kolom yang diukur di jalur yang lain. 4. Pembuatan penampang atau profil stratigrafi (stratigraphic section) untuk wilayah tersebut. 5. Evaluasi lateral (spatial = ruang) dan vertical (temporal = waktu) dari seluruh satuan yang ada ataupun sebagian dari satuan yang terpilih, misalnya saja : a. lapisan batupasir yang potensial sebagai reservoir. b. lapisan batubara. c. lapisan yang kaya akan fosil tertentu. d. Lapisan bentonit dan lain-lain.

2.3 Metode Penamapang Stratigrafi Terukur Ada dua metoda yang biasa dilakukan dalam usaha pengukuran jalur stratigrafi. Metoda tersebut adalah : •

Metoda rentang tali.



Metoda tongkat Jacob (Jacob’s staff method).

Metoda rentang tali atau yang dikenal juga sebagai metoda Brunton and tape (Compton, 1985; Fritz & Moore, 1988) “dilakukan dengan dasar perentangan tali atau meteran panjang. Semua jarak dan ketebalan diperoleh berdasar rentangan terbut. Pengukuran dengan metoda ini akan langsung menghasilkan ketebalan sesungguhnya hanya apabila dipenuhi syarat sebagai berikut”: •

Arah rentangan tali tegak lurus pada jalur perlapisan.



Arah kelerengan dari tebing atau rentangan tali tegak lurus pada arah kemiringan.



Diantara 2 ujung rentangan tali tidak ada perubahan jurus maupun kemiringan

BAB III PROSEDUR KERJA

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum acara penampang terukur ini berupa: a. Membuat Arah Lintasan Pembuatan arah lintasan dilakukan berdasarkan data-data yang di dapatkan dari problem set yaitu berupa arah, strike/dip dan litologi. b. Menghitung Koreksi Dip Perhitungan koreksi dip dilakukan setelah arah lintasan telah selesai. Dengan memanfaatkan arah lintasan untuk membuat garis bayangan agar dapat menentukan sudut bearing (sudut bearing adalah sudut terkecil yang dibentuk antara garis strike dan garis bayangan), yang kemudian di lakukan perhitungan koreksi dip per litologi berdasarkan rumus: Tan (Dip Terkoreksi)-1 = Tan Dip x Sin Bearing c. Menghitung Ketebalan Lapisan Perhitungan ketebalan lapisan dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun pada praktikum ini, kami menggunakan rumus: Ketebalan = Sin Dip Terkoreksi x Jarak Lapangan d. Membuat Penampang Stratigrafi Terukur Penampang stratigrafi dapat di buat berdasarkan data-data litologi yang didapatkan pada problem set dan Ketebalan.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Problem Set Dengan menggunakan metode measuring section, seorang geologist melakukan penelitian stratigrafi pada suatu daerah, dimulai dari dasar lereng hingga ke puncak dengan litologi sebagai berikut : Lapisan pertama dijumpai batuan Sekis Biru dengan cirri fisik warna segar biru kehitaman, warna lapuk kecokelatan, tekstur lepidoblastik, struktur schistose, komposisi mineral Glaucophane, Muskovite, dan Biotit, dengan foliasi 25o dan kedudukan 125oE. Sang geologist melanjutkan penelitiannya dengan berjalan kea rah N 175oE dan menjumpai perlapisan Batulempung dengan kedudukan N 150oE/41o dengan ciri fisik warna segar abu – abu, warna lapuk cokelat kehitaman, tekstur klastik halus, struktur berlapis dan dijumpai adanya struktur sedimen berupa laminasi, komposisi silika, adapun batuan ini dijumapi sepanjang 16 meter dengan slope 27o. Sang geologist kemudian menjumpai Batupasir halus dengan kedudukan batuan N 135oE/23o sepanjang 10 meter dengan slope 15o, dengan ciri fisik batuan warna segar abu – abu, warna lapuk cokelat kehitaman, tekstur klastik halus dengan ukuran butir 1/8 – 1/4 mm, komposisi kimia silika, struktur berlapis, dan struktur sedimen laminasi. Pengukuran berikutnya dengan arah N 220oE ditemukan lapisan Napal dengan ciri fisik, warna segar abu – abu, warna lapuk kecokelatan, tekstur klastik

halus dengan ukuran butir < 1/256 mm, dan struktur berlapis, komposisi kimia karbonat dengan kedudukan batuan N 100oE/32o, batuan ini dijumpai sepanjang 11 meter dengan slope 20o. Selanjutnya sang geologist menjumpai Batugamping dengan ciri fisik warna segar abu – abu kecokelatan, warna lapuk cokelat kehitaman, tekstur bioklastik, komposisi kimia karbonat, struktur berlapis, adapun kedudukan batuannya adalah N 110oE/25o dengan slope 17o, batuan ini ditemukan sepanjang 10 meter. Sang geologist kemudian berjalan kea rah N 145oE menemukan Batupasir kuarsa dengan ciri fisik warna segar cokelat muda, warna lapuk cokelat kehitaman, tekstur klastik kasar, kedudukan batuannya adalah N 105oE/27o, slope 15o, singkapan ini dijumpai sepanjang 8 meter. Kemudian arah N 160oE ditemukan Batulanau dengan ciri fisik adalah warna segar kecokelatan, tekstur klastik halus, kedudukan batuan N 138oE/25o, slope 14o, singkapan ini dijumpai sepanjang 9 meter. Sang geologist kemudian menjumpai Batupasir kasar sepanjang 5 meter, kemiring lereng 10o, dengan kedudukan batuan N 117oE/26o, dimana ciri fisik batuan yaitu warna segar abu – abu kehitaman, tekstur klastik, ukuran butir 1 – ½ mm, struktur sedimen laminasi. Setelah lelas melakukan pengukuran, sang geologist tersebut beristirahat sejenak. Di puncak ia mendapatkan singkapan batuan Konglomerat dengan warna segar abu – abu kecokelatan, warna lapuk abu – abu kehitaman, tekstur klastik kasar, ukuran butir 1/4 - > 64 mm, sortasi jelek, roundness subangular hingga subrounded, fragmen dari batuan beku berupa basalt, matriks batuan beku, dan semen berupa gelas silika, batuan Konglomerat ini dijumpai sepanjang 15 meter dengan arah

kedudukan batuannya adalah N 132oE/30o, dengan kemiringan lereng 15o, dari hasil analisis didapatkan kisaran umur singkapan adalah Paleogen dan termasuk ke dalam formasi Mallawa.

TUGAS : 1. Buatlah arah lintasan dari data di atas ! 2. Tentukan ketebalan masing – masing lapisan batuan (perhitungan dijabarkan disertai gambar dan ditulis tangan) ! 3. Buatlah penampang stratigrafi terukur pada kertas grafik dengan sekala 1 : 100 !

4.2 Perhitungan Koreksi Dip a. Batulempung Tan -1 = tan 41 x sin 23 = 0,86 x 0,39 = 18,57 b. Batupasir Halus Tan -1 = tan 23 x sin 40 = 0,39 x 0,64 = 14,07 c. Napal Tan -1 = tan 30 x sin 71 = 0,57 x 0,94 = 28,32

d. Batugamping Tan -1 = tan 25 x sin 50 = 0,46 x 0,76 = 19,41 e. Batupasir Kuarsa Tan -1 = tan 27 x sin 76 = 0,50 x 0,97 = 25,88 f. Batulanau Tan -1 = tan 25 x sin 32 = 0,46 x 0,52 = 17,63 g. Batupasir Kasar Tan -1 = tan 26 x sin 61 = 0,48 x 0,87 = 22,77 h. Konglomerat Tan -1 = tan 30 x sin 45 = 0,57 x 0,70 = 21,95 4.3 Perhitungan Ketebalan a. Batulempung Ketebalan

= sin 18,57 x 16

= 5,09 m b. Batupasir Halus Ketebalan

= sin 14,07x 10 = 2,43 m

c. Napal Ketebalan

= sin 28,32 x 11 = 5,21 m

d. Batugamping Ketebalan

= sin 19,41 x 10 = 3,32 m

e. Batupasir Kuarsa Ketebalan

= sin 25,88 x 8 = 3,49 m

f. Batulanau Ketebalan

= sin 17,63 x 9 = 2,72 m

g. Batupasir Kasar Ketebalan

= sin 22,77 x 5 = 1,93 m

h. Konglomerat Ketebalan

= sin 21,95 x 15 = 5,60 m

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari laporan ini sebagai berikut: a. Pembuatan arah lintasan dilakukan berdasarkan data-data yang di dapatkan dari problem set yaitu berupa arah, strike/dip dan litologi. Arah lintasan dapat dilihat pada lampiran. b. Perhitungan ketebalan lapisan dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun pada praktikum ini, kami menggunakan rumus: Ketebalan = Sin Dip Terkoreksi x Jarak Lapangan c. Penampang stratigrafi terukur dapat di buat berdasarkan data-data litologi yang didapatkan pada problem set dan Ketebalan. Pada penampang stratigrafi terukur berisikan formasi, umur, tebal, struktur sedimen dan ukuran butiran, litologi

dan pemberian. Penampang stratigrafi terukur

dapat diliahat pada lampiran

L A M P I R A N

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF