Acara 3 : Pengaruh Transplanting terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

April 27, 2017 | Author: Rivandi Pranandita Putra | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan Resmi Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Acara III dengan judul Pengaruh Transplanting terhadap Pert...

Description

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN (PNA3109)

ACARA III PENGARUH TRANSPLANTING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN

Disusun oleh: Nama

: Rivandi Pranandita Putra

NIM

: 10/ 304773/ PN/ 12175

Golongan/Kelompok : C5/ 11 (Sebelas) Nama Rekan

: 1. Jayeng Syahputra (12178) 2. Dian Alice Widara (12180) 3. Fitrah Deri Saputra (12182)

Nama Co-Asisten

: 1. Sary Prihatini 2. Nurmasari Fitrisiana 3. Fitriana Solikhatun 4. Rianni Capriyati

LABORATORIUM ILMU TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

ACARA III PENGARUH TRANSPLANTING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN

I. TUJUAN Melihat pengaruh transplanting terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. II. TINJAUAN PUSTAKA Sistem budidaya yang tepat tidak hanya menyangkut masalah penggunaan varietas unggul, tetapi juga pemilihan sistem tanam yang tepat. Penggunaan sistem tanam dalam budidaya padi akan mempengaruhi hasil produksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan petani. Pada umumnya, petani padi sawah di Indonesia menggunakan sistem tanam pindah (tapin) pada kegiatan usahataninya. Dengan sistem ini, padi harus disemaikan terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman di petak sawah. Sistem tanam pindah yang biasa disebut sistem transplanting ini memiliki kelemahan antara lain cara pengolahan tanah yang boros air, penggunaan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, serta memerlukan waktu yang relatif lama dan kurang efisien (Aruan dan Rita, 2010). Transplanting atau replanting dalam dunia pertanian dan perkebunan adalah sebuah teknik memindahkan tanaman dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya. Hal yang paling sering dilakukan adalah menanam tanaman dari benih di lokasi persemaian yang optimal, seperti di rumah kaca atau nursery bed, setelah itu baru dipindah tanam (transplanting) ke tempat lainnya, biasanya di lapangan. Tanaman yang akan ditransplanting harus dipindahkan secara hati-hati sekali karena ada resiko signifikan tanaman menjadi mati. Biasanya, tanaman yang baru dipindahtanamkan ke lapangan butuh periode yang disebut aklimatisasi atau penyesuaian tanaman dengan lingkungan baru. Dalam memindahkan tanaman, kerusakan pada akar sebisa mungkin harus diminimalkan (Anonim, 2012). Transplanting adalah memindahkan bibit pre-nursery ke main-nursery, dimana terjadinya etiolasi dan biaya konsolidasi yang dikeluarkan lebih banyak untuk perawatan bibit. Kegiatan transplanting dilakukan secara hati-hati supaya akar tanaman yang akan dipindah tidak terpotong atau meminimalkan pemotongan akar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tranplanting, antara lain harus ada kendaraan khusus untuk

mengangkut top soil, tenaga kerja yang digunakan harus optimal/ mencukupi, kondisi areal lahan kondusif, iklim yang kondusif, serta kontrol pekerjaan yang optimal (Simson, 2010). Kegiatan transplanting sering menimbulkan pengurangan sistem perakaran pada tanaman yang akan dipindahkan. Kerusakan anatomis semacam ini terjadi pada area absortif akar dan area daun untuk transpirasi secara alami yang dapat menimbulkan stres air dan dapat menimbulkan jangka panjang berupa performance buruk tanaman atau kematian tanaman. Sejumlah variasi perlakuan transplanting sudah dibuat sedemikian rupa untuk mengurangi kehilangan akar tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi penyerapan air bagi tanaman (Ranney et al., 2009). Transplanting telah diketahui dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan tanaman, pengurangan jumlah hasil panen, dan kelainan fisiologis pada tanaman budidaya. Semua tanaman yang dipindahtanamkan akan mati di bawah kondisi lingkungan yang ekstrim atau menyebabkan variabilitas signifikan tanaman di lapangan. Meskipun demikian, transplanting pada proses pembibitan pada stase vegetatif awal tanaman dilaporkan dapat meminimalkan efek buruk transplanting pada hasil tanaman budidaya (Agbaje dan Olofintoye, 2008). Pada tanaman padi (Oryza sativa L.), tanam pindah seharusnya dilakukan pada saat bibit masih berumur muda, dapat 10 hari setelah sebar (10 HSS), 15 HSS, atau 21 HSS agar pembentukan anakan menjadi lebih optimal. Indikator bibit siap untuk ditanam adalah apabila daun tanaman sudah mencapai empat helai. Pindah tanam yang terlalu lama (tanaman berumur lebih dari 21 HSS) menyebabkan tanaman menjadi tumbuh secara tidak optimal yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil tanaman (Meta, 2006).

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Acara III yang berjudul Pengaruh Transplanting terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 5 Oktober 2012 di kebun percobaan dan pendidikan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Dalam melaksanakan praktikum ini, digunakan beberapa bahan dan alat. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain bibit sawi (Brassica rapa), kangkung (Ipomoea reptans L.), bayam cabut (Amaranthus tricolor L.), pak choi (B. campestris var. chinensis), selada hijau (Lactuca sativa var. Crispa L.), selada merah (Lactuca sativa L.), pupuk kandang, pupuk urea, SP36, KCl, dan polibag berdiameter 30 cm. Alat-alat yang digunakan, antara lain tray (baki), polibag, bak persemaian, penggaris, alat tulis, timbangan, dan oven. Cara kerja dalam praktikum ini dimulai dengan melakukan pembibitan tanaman sawi, bayam cabut, caisim, selada, bayam merah, dan kangkung untuk perlakuan transplanting. Pada perlakuan tanpa transplanting, benih langsung ditanam di dalam polibag. Polibag berdiameter 30 cm disiapkan, kemudian diisi dengan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang (tanah : pupuk kandang = 3 : 1) sampai ketinggian 5 cm dari permukaan polibag. Setiap kelompok menanam 1 komoditas dengan 3 ulangan. Pindah tanam dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (3 MST) dengan setiap polibag diisi 5 tanaman. Setiap kelompok memiliki 16 polibag, 8 polibag untuk transplanting dan 8 polibag lagi untuk non-tranplanting. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara rutin, terutama penyiraman. Pengamatan rutin mingguan dilakukan terhadap tanaman sampel untuk variabel tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengamatan dimulai sejak minggu pertama setelah penanaman sampai dengan panen akhir. Pemanenan tanaman korban dilakukan dua kali, yaitu pada umur 3 MST dan 6 MST. Variabel yang diamati pada saat panen tanaman korban adalah luas daun (gravimetri), bobot segar dan bobot kering (akar, daun, batang), jumlah akar, dan panjang akar. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor. Perlakuan yang akan diuji adalah perlakuan transplanting dan tanpa transplanting, sedangakn untuk faktor kedua adalah jenis tanaman sayur (sawi, kangkung, bayam cabut, caisim, selada, dan bayam merah). Dari hasil pengamatan pada tanaman korban, kemudian dihitung LAB (Laju Asimilasi Bersih), LPN (Laju Pertumbuhan Nisbi), serta IP (Indeks Panen). Setiap variabel yang diperoleh lalu dianalisis varian dengan taraf kepercayaan 5 %, apabila ada beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT. Adapun rumus matematis untuk mencari nilai LAB, LPN, dan IP adalah sebagai berikut.

1. Net Assimilation Rate (NAR) = Laju Asimilasi Bersih (LAB) NAR = W2 - W1 x ln La2 – ln La1 T2 - T1

La2 – La1

2. Relative Growth Rate (RGR) = Laju Pertumbuhan Nisbi (LPN) RGR = ln W2 – ln W1 g/g/minggu T2 - T1 3. Harvest Index (HI) = Indeks Panen (IP) HI = We W Keterangan: La = Luas daun Lw = Bobot daun T = Waktu W = Bobot kering total We = Berat kering hasil (ekonomis)

IV. HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM A. Tabel Hasil Pengamatan 4.1. Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans L.) Parameter TT JD Jml Akar Pjg Akar 29a 31.16667a transplanting 21.26667a 25.66667a Nontransplanting 27.66667a 15.33333a 21.66667b 24.36667a Perlakuan

Perlakuan transplanting Nontransplanting

Parameter LAB LPN IP -0.0027a 0.132a 0.348a 0.0002b 0.018b 0.723a

*Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

4.2. Selada Merah Perlakuan

transplanting Nontransplanting

TT 0,057 ns 0,664 ns

Perlakuan transplanting Nontransplanting

Parameter Jml JD Akar 0,6433 0,530 ns ns 0,375 0,386 ns ns

Pjg Akar 0,186 ns 0,812 ns

Parameter LAB LPN IP 0,189 0,716 ns ns 0,0106* 0,710 0,6 ns 0,0001* ns

*Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

4.3. Tanaman Selada Hijau (Lactuca sativa L.) Perlakuan

TT 18,33a 13,00a

Transplanting Nontransplanting

Perlakuan Transplanting Nontransplanting

Parameter JD LD Jml Akar 5,00a 125,00a 39,00a 3,33a 56,94a 28,33a

Pjg Akar 9,00a 6,33a

Parameter LAB LPN IP 0,0022a 0,5977a 0,1296a 0,0004a 0,1554a 3,3974b

*Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

4. 4. Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) Perlakuan transplanting Nontransplanting

TT 52.93 a 43.07 a

Perlakuan transplanting Nontransplanting

JD 9.0 a 7.67 a

Parameter Jml Akar 53.67 a 37 a

Pjg Akar 10.27 a 8.47 a

Parameter LAB LPN IP 0.0086 a 1.223 a 0.34 a 0.006 a 0.932 b 0.304 a

*Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

4. 5. Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) Parameter TT JD Jml Akar Pjg Akar Transplanting 23.1a 5.33a 6a 2.55b Nontransplanting 15.33b 7.33a 7.67a 5.58a Perlakuan

Parameter LAB LPN IP Transplanting 0.0168a 1.0188a 0.2588a Nontransplanting 0.0116a 0.6798a 0.5606a Perlakuan

*Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

4. 6. Tanaman Pak Choi (B. campestris var. Chinensis) Parameter TT JD Jml Akar Pjg Akar Transplanting 19.77a 9.67a 1.33a 7.33a Nontransplanting 21.83a 11.67a 1a 13.23b CV 10.678 19.327 42.857 8.356 Perlakuan

Parameter LAB LPN IP Transplanting 0.0077a 0.55a 3.419a Nontransplanting 0.0059a 0.49a 5.361a CV 26.655 51.012 44.889 Perlakuan

*Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

B. Contoh Perhitungan Analisis Pertumbuhan Tanaman (APT). (Analisis Pertumbuhan Tanaman Pada tanaman kangkung (Ipomoea reptans L.) Perlakuan Transplanting Ulangan 1)

Net Assimilation Rate (NAR) = Laju Asimilasi Bersih (LAB) NAR = W2 - W1 x ln La2 – ln La1 T2 - T1

La2 – La1

= 3,03 - 4,65 x (ln (223,40) - ln (148,23)) 6–3

223,40 – 148,23

= -1,62 x 5,41 – 5,00 3

75,17

= -0,54 x 0,0055 = -0,0029 Relative Growth Rate (RGR) = Laju Pertumbuhan Nisbi (LPN) RGR = ln W2 – ln W1 g/g/minggu T2 - T1 = ln (3,03) – ln (4,65) 6-3 = -0,4283 3 = -0,1428 g/g/minggu

Harvest Index (HI) = Indeks Panen (IP) HI = We W = 1,30 gram 3,84 gram = 0,3385

V. PEMBAHASAN Transplanting adalah memindahkan bibit pre-nursery ke main-nursery, terjadinya etiolasi dan biaya konsolidasi yang akan dikeluarkan lebih banyak untuk perawatan bibit. Pada tanaman yang diperbanyak melalui benih dan memerlukan persemaian pindah tanam sebaiknya dilakukan pada saat stadia yang tepat. Pindah tanam lebih dini akan mempercepat adaptasi tanaman terhadap lingkungan, sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan cukup menghasilkan bagian vegetatif yang lebih baik. Jika pindah tanam terlambat, maka tanaman tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan pertumbuhan vegetatifnya, tanaman lebih cepat menua dan cepat memasuki stadia generatif. Pada kegiatan transplanting, terdapat ada hal-hal yang diperhatikan, antara lain adanya tenaga kerja yang maksimal dan kontrol pekerjaan yang maksimal pula. Kerusakan akar tunggang pada kecambah yang dipindahkan akan berpengaruh terhadap sistem perakaran yang dibentuk selama di pembibitan yang pada akhirnya akan mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh akar. Terdapat dua daerah penyerapan unsur hara pada akar, yaitu: (1) daerah penyerapan dari sistem akar yang meliputi seluruh volume tanah di sekitar akar dan (2) daerah penyerapan dari permukaan akar yang meliputi volume tanah di sekitar permukaan akar-akar rambut saja. Waktu pindah tanam yang tepat ditentukan, selain oleh jenis tanaman dan kultivar juga ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat tanaman dipindah-tanamkan serta teknik budidayanya. Penanaman dengan lingkungan terkendali dibawah naungan memungkinkan pemindahan tanaman lebih awal dibandingkan penanaman di lahan terbuka. Luas daun dan morfologi daun sangat dipengaruhi oleh cahaya selama perkembangannya. Dibanding dengan daun naungan, daun cahaya mempunyai luas perhelai yang lebih rendah, lebih tebal, bobotnya per satuan luas daun lebih berat, menyebar lebih rapat pada batang dan tangkai daun lebih pendek dan mempunyai lebih banyak klorofil per satuan bobot kering tanaman.

1. Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans L.)

Tinggi Tanaman Kangkung 30

Tinggi Tanaman

25 20 15

Transplanting

10

Non Transplanting

5 0 1

2

3

4

5

6

Waktu Pengamatan (MST)

Gambar 1.1. Grafik Tinggi Tanaman Kangkung pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas menunjukkan perkembangan tinggi tanaman kangkung pada perlakuan transplanting dan non-transplanting yang diamati seminggu sekali selama 6 minggu. Berdasarkan grafik tinggi tanaman kangkung di atas, dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan besarnya tinggi tanaman dari waktu ke waktu. Perlakuan yang menunjukkan tinggi tanaman tertinggi adalah non transplanting (21,27 cm pada minggu pengamatan ke 6) dan perlakuan transplanting memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah (27,67 cm pada minggu pengamatan ke 6). Berdasarkan hasil analisis CRD yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap tinggi tanaman kangkung, sehingga perlu dilanjutkan dengan uji DMRT 5%. Berdasarkan hasil uji DMRT 5%, ternyata diperoleh hasil terdapat beda nyata antar perlakuan.

Jumlah Daun Kangkung 30

Jumlah Daun

25 20 15

Transplanting

10

Non Transplanting

5 0 1

2

3 4 5 Pengamatan (MST)

6

Gambar 1.2. Grafik Jumlah Daun (JD) Kangkung pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas menunjukkan perkembangan jumlah daun tanaman kangkung pada perlakuan transplanting dan non-transplanting yang diamati seminggu sekali selama 6 minggu lamanya. Berdasarkan grafik jumlah daun kangkung di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun yang lebih tinggi nilainya adalah pada perlakuan transplanting (sebesar 25,67 pada minggu pengamatan ke-6) dan yang lebih rendah adalah pada perlakuan non-transplanting (sebesar 15,33 pada minggu pengamatan ke-6). Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan CRD, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap jumlah daun tanaman kangkung. Hal ini disebabkan karena selisih jumlah daun tanaman kangkung yang tidak terlalu berbeda jauh antara kedua perlakuan tersebut.

Panjang Akar Kangkung 35.00 Panjang Akar (cm)

30.00 25.00 20.00 15.00

Transplanting

10.00

Non Transplanting

5.00 0.00 3 MST

6 MST Umur Tanaman

Gambar 1. 3. Histogram Panjang Akar Kangkung pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram di atas menunjukkan panjang akar tanaman kangkung pada perlakuan transplanting dan non-transplanting saat tanaman berumur 3 MST dan 6 MST. Dari histogram panjang akar di atas, dapat diketahui bahwa pada umur 3 minggu setelah tanam (3 MST), panjang akar tanaman perlakuan non-transplanting (20,67 cm) menunjukkan nilai yang lebih besar daripada panjang akar tanaman perlakuan transplanting (18,67 cm). Sementara itu, pada umur 6 MST, panjang akar tanaman yang diperlakukan transplanting justru lebih besar nilainya (31,17 cm) dibandingkan dengan panjang akar tanaman non-transplanting (24,37 cm). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap besarnya panjang akar tanaman kangkung. Hal ini disebabkan karena selisih nilai panjang akar yang relatif tidak berbeda jauh antara kedua perlakuan tersebut.

Jumlah Akar Kangkung 35.00

Jumlah Akar

30.00 25.00 20.00 15.00

Transplanting

10.00

Non Transplanting

5.00 0.00 3 MST

6 MST Umur Tanaman

Gambar 1.4. Histogram Jumlah Akar Kangkung pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram tersebut memperlihatkan jumlah akar tanaman kangkung perlakuan transplanting dan non-transplanting saat tanaman berumur 3 MST dan 6 MST. Berdasarkan histogram jumlah akar kangkung di atas, dapat diketahui bahwa pada saat tanaman kangkung berumur 3 MST, jumlah akar tanaman perlakuan non-transplanting (20,67) lebih banyak daripada jumlah akar tanaman perlakuan transplanting (18,67). Sebaliknya, pada saat kangkung berumur 6 MST, jumlah akar pada perlakuan transplanting justru lebih banyak (29,00) daripada jumlah akar tanaman perlakuan non-transplanting (21,67). Berdasarkan analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap jumlah akar tanaman kangkung sehingga perlu dilakukan analisis lanjutan menggunakan DMRT 5%. Berdasarkan hasil analisis DMRT 5%, diketahui bahwa terdapat beda nyata antara kedua perlakuan tersebut terhadap jumlah akar tanaman kangkung.

BS - BK Kangkung Umur 6 MST 25.00

Berat (gram)

20.00 15.00 Transplanting

10.00

Non Transplanting 5.00 0.00 BS

BK

Variabel Pengamatan

Gambar 1.5. Histogram BS-BK Kangkung pada Perlakuan Berbeda Umur 6 MST Histogram di atas menunjukkan berat segar dan berat kering tanaman kangkung pada perlakuan transplanting dan non-transplanting saat berumur 6 minggu. Berdasarkan histogram berat segar (BS) dan berat kering (BK) tersebut, dapat dilihat bahwa BS (Berat Segar) tanaman perlakuan transplanting bernilai lebih besar (22,78 gram) daripada berat segar tanaman perlakuan non-transplanting (16,20 gram). Demikian pula untuk hasil pengukuran berat kering, dimana tanaman kangkung perlakuan transplanting bernilai lebih besar daripada tanaman kangkung perlakuan non-transplanting (tanaman transplanting dan non-transplanting masing-masing bernilai 3,01 gram dan 1,89 gram.

2. Tanaman Selada Merah (Lactuca sativa L.)

Gambar 2.1. Grafik Tinggi Tanaman Selada Merah pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas menunjukkan tinggi tanaman selada merah pada perlakuan transplanting dan non transplanting yang diamati selama sekali selama 6 minggu. Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tinggi tanaman selada merah perlakuan non transplanting bernilai lebih besar dibandingkan pada perlakuan transplanting. Pada akhir pengamatan (6 MST), tinggi tanaman perlakuan non transplanting mencapai 16,6 cm sedangkan pada perlakuan transplanting hanya setinggi 10,6 cm. Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap besarnya tinggi tanaman selada merah. Hal tersebut dapat terjadi karena selisih tinggi tanaman antara kedua perlakuan tersebut yang tidak terlalu berbeda jauh.

JUMLAH DAUN

JUMLAH DAUN SELADA MERAH 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0.000

1

2

3

4

5

6

Transplant

2.000

4.000

5.667

6.667

6.667

7.333

non transplanting

2.000

4.000

6.000

7.333

7.667

8.000

Gambar 2.2. Grafik Jumlah Daun Tanaman Selada Merah pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas menggambarkan jumlah daun selada merah yang diamati seminggu sekali selama 6 MST pada perlakuan transplanting dan non transplanting. Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tanaman perlakuan non transplanting menunjukkan jumlah daun yang lebih banyak (sebanyak 8) dibandingkan dengan jumlah daun tanaman perlakuan transplanting (sebanyak 7,33). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap banyaknya jumlah daun tanaman selada merah. Hal tersebut dapat terjadi karena selisih jumlah daun tanaman selada merah antara kedua perlakuan tersebut yang tidak terlalu berbeda jauh.

PANJANG AKAR SELADA MERAH

PANJANG AKAR

12 10 8 6 4 2 0 Transplanting non transplanting

3 mst 4.333

6 mst 8.333

7

11.333

Gambar 2.3. Histogram Panjang Akar Tanaman Selada Merah pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram di atas menunjukkan panjang akar tanaman selada merah pada umur 3 MST dan 6 MST pada perlakuan transplanting dan non transplanting. Berdasarkan histogram tersebut, dapat diketahui bahwa baik pada saat tanaman berumur 3 MST maupun pada 6 MST, tanaman perlakuan non transplanting menunjukkan panjang akar paling besar dibandingkan pada tanaman transplanting. Pada umur 3 MST, panjang akar tanaman non transplanting (sepanjang 7 cm) lebih besar daripada panjang akar tanaman transplanting (sepanjang 4,33 cm). Pada umur 6 MST, panjang akar tanaman non transplanting juga bernilai lebih besar (sepanjang 11,33 cm) dibandingkan tanaman perlakuan transplanting (sepanjang 8,33 cm). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap besarnya panjang akar tanaman selada merah. Hal tersebut dapat terjadi karena selisih nilai panjang akar tanaman selada merah antara kedua perlakuan tersebut yang tidak terlalu berbeda jauh.

JUMLAH AKAR SELADA MERAH JUMLAH AKAR

50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 TRANSPLANTING NONTRANSPLANTING

3 mst

6 mst

25

33.667

35.667

44.333

Gambar 2.4. Histogram Jumlah Akar Tanaman Selada Merah pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram tersebut menunjukkan jumlah akar selada merah pada perlakuan transplanting dan perlakuan non transplanting saat umur 3 MST dan 6 MST. Berdasarkan histogram di atas diketahui bahwa pada umur 3 MST dan umur 6 MST, jumlah akar selada merah terpanjang sama-sama diperlihatkan oleh tanaman perlakuan non transplanting. Saat umur 3 MST, jumlah akar tanaman perlakuan non transplanting lebih banyak (sebanyak 35,667) dibandingkan jumlah akar pada tanaman perlakuan transplanting (sebanyak 25). Sementara itu, saat tanaman berumur 6 MST, jumlah akar tanaman non transplanting juga lebih banyak (sebanyak 44,333) daripada tanaman perlakuan transplanting (sebanyak 33,667). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap banyaknya jumlah aakr tanaman selada merah. Hal tersebut dapat terjadi karena selisih jumlah akar tanaman selada merah antara kedua perlakuan tersebut yang tidak terlalu berbeda jauh.

BS-BK SELADA MERAH 50

BS-BK

40 30 20 10 0 Transpalnting

bs 43.69

bk 21.6

non transplanting

28.567

15.2

Gambar 2.5. Histogram Berat Segar dan Berat Kering Akar Tanaman Selada Merah pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram di atas menunjukkan berat segar (BS) dan berat kering (BK) tanaman selada merah perlakuan transplanting dan non transplanting pada umur 6 MST. Pada saat umur 3 MST, BS tanaman perlakuan transplanting bernilai lebih besar (sebesar 43,69 gram) dibandingkan BS tanaman perlakuan non transplanting (sebesar 21,6 gram). Pada pengukuran BK pun demikian, dimana BK tanaman perlakuan transplanting memberikan hasil lebih besar (sebesar 28,567 gram) daripada tanaman perlakuan non transplanting (sebesar 15,2 gram).

3. Tanaman Selada Hijau (Lactuca sativa L.)

Tinggi Tanaman Selada Hijau 20 18 16 tinggi (cm)

14 12

transplant

10

non transplant

8 6 4 2 0 1

2

3 4 pengamatan ke-

5

6

Gambar 3.1. Grafik Tinggi Tanaman Selada Hijau pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas menggambarkan tinggi tanaman selada hijau yang diamati seminggu sekali selama 6 MST pada perlakuan transplanting dan non transplanting. Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa pada umur 6 MST, tinggi tanaman selada hijau perlakuan transplanting (18,33 cm) lebih besar daripada tinggi tanaman selada hijau perlakuan non transplanting (13 gram). Berdasarkan hasil analisis CRD yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap tinggi tanaman selada hijau. Hal ini disebabkan karena besarnya selisih tinggi tanaman kedua perlakuan tersebut yang tidak terlalu berbeda jauh.

Jumlah Daun Selada Hijau 6

jumlah daun

5 4

transplant

3

non transplant

2 1 0 1

2

3 4 pengamatan ke-

5

6

Gambar 3.2. Grafik Jumlah Daun Tanaman Selada Hijau pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas menunjukkan jumlah daun pada perlakuan transplanting dan non transplanting yang diamati selama seminggu sekali selama 6 minggu lamanya. Dari grafik tersebut, diketahui bahwa pada minggu ke enam (6 MST), jumlah daun selada hijau perlakuan transplanting (sebanyak 5) lebih banyak dibandingkan jumlah daun selada hijau perlakuan non transplanting (sebanyak 3,33). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap jumlah daun tanaman selada hijau. Hal ini disebabkan karena selisih nilai jumlah daun yang relatif tidak terlalu jauh pada kedua perlakuan tersebut.

panjang akar (cm)

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Panjang Akar Selada Hijau

transplant non transplant

Gambar 3.3. Histogram Panjang Akar Tanaman Selada Hijau pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram di atas menggambarkan panjang akar tanaman selada hijau pada umur 3 MST dan pada umur 6 MST. Pada umur 3 MST, diketahui bahwa panjang akar tanaman perlakuan transplanting (sebesar 8 cm) lebih panjang dibandingkan panjang akar tanaman perlakuan non transplanting (sebesar 4,5 cm). Pada umur 6 MST, diketahui bahwa panjang akar tanaman perlakuan transplanting juga lebih besar (sebesar 9 cm) dibandingkan panjang akar tanaman non transplanting (sebesar 6,33 cm). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap panjang akar tanaman selada hijau. Hal ini disebabkan karena selisih nilai panjang akar tanaman selada yang relatif tidak terlalu jauh pada kedua perlakuan tersebut.

45

Jumlah Akar Selada Hijau

40 35 jumlah akar

30 25

transplant

20

non transplant

15 10 5 0

Gambar 3.4. Histogram Jumlah Akar Tanaman Selada Hijau pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram di atas menggambarkan jumlah akar tanaman selada hijau pada umur 3 MST dan pada umur 6 MST. Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa pada umur 3 MST, jumlah akar tanaman perlakuan transplanting (sebanyak 24,67) lebih besar dibandingkan jumlah akar tanaman perlakuan non transplanting (sebanyak 19). Pada umur 6 MST, jumlah akar tanaman perlakuan transplanting (sebanyak 39) juga lebih banyak dibandingkan jumlah akar tanaman perlakuan non transplanting (sebanyak 28,33). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap jumlah akar tanaman selada hijau. Hal ini disebabkan karena selisih nilai jumlah akar tanaman selada yang relatif tidak terlalu jauh pada kedua perlakuan tersebut.

BS-BK Tanaman Selada Hijau 6

bobot (gram)

5 4 3

transplant

2

non transplant

1 0

Gambar 3.5. Histogram Berat Segar (BS) dan Berat Kering (BK) Tanaman Selada Hijau pada Perlakuan Berbeda Umur 6 MST Histogram di atas menggambarkan berat segar (BS) dan berat kering (BK) akar tanaman selada hijau pada umur 3 MST dan pada umur 6 MST. Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa berat segar tanaman selada hijau perlakuan transplanting (2,14 gram) lebih besar dibandingkan pada perlakuan non transplanting (1,30 gram) pada umur 3 MST. Pada umur 6 MST, tanaman perlakuan transplanting memiliki berat segar yang lebih besar (5,70 gram) dibandingkan tanaman perlakuan non transplanting (1,92 gram). Sementara itu, untuk variabel berat kering, pada umur 3 MST terlihat bahwa tanaman perlakuan transplanting (0,14 gram) memiliki berat kering yang lebih besar daripada perlakuan non transplanting (0,13 gram). Pada umur 6 MST, tanaman perlakuan transplanting menunjukkan berat kering lebih besar (0,48 gram) dibandingkan tanaman perlakuan non transplanting (0,15 gram).

4. Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.)

Tinggi Tanaman Bayam Tinggi taaman (cm)

60 50 40 30

transplanting

20

nontransplanting

10 0 1

2

3

4

5

6

Pengamatan ke-

Gambar 4.1. Grafik Tinggi Tanaman Bayam pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik tersebut menunjukkan tinggi tanaman bayam perlakuan transplanting dan non transplanting yang diamati selama seminggu sekali selama 6 minggu pengamatan. Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa tinggi tanaman yang lebih besar pada minggu ke 6 dimiliki tanaman bayam perlakuan transplanting (sebesar 52,93 cm) dibandingkan tanaman bayam perlakuan non transplanting (sebesar 43,07 cm). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil tidak ada beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap tinggi tanaman bayam. Hal ini disebabkan karena nilai tinggi tanaman yang tidak terlalu berbeda jauh antar kedua perlakuan tersebut.

Jumlah daun

Jumlah Daun Bayam 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

transplanting nontransplanting

1

2

3

4

5

6

Pengamatan ke-

Gambar 4.2. Grafik Jumlah Daun Tanaman Bayam pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas memperlihatkan banyaknya jumlah daun tanaman bayam yang diperlakukan transplanting dan non transplanting yang diamati seminggu sekali selama 6 minggu. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa pada pengamatan minggu ke 6 (terakhir), jumlah daun tanaman bayam perlakuan transplanting lebih besar (sebanyak 9) daripada jumlah daun bayam perlakuan non transplanting (sebanyak 7,67). Berdasarkan analisis CRD yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap jumlah daun tanaman bayam. Hal ini disebabkan karena besarnya nilai jumlah daun yang tidak terlalu berbeda jauh antar kedua perlakuan tersebut.

Histogram Panjang Akar Bayam 12 Panjang akar (cm)

10 8 6

Transplanting

4

Nontransplanting

2 0 3 mss

6 mss

Waktu pengamatan

Gambar 4.3. Histogram Panjang Akar Tanaman Bayam pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram di atas menunjukkan besarnya panjang akar tanaman bayam pada perlakuan transplanting dan non transplanting pada umur 3 MST dan 6 MST. Dari histogram tersebut diketahui bahwa pada umur 6 MST, tanaman perlakuan transplanting memiliki panjang akar yang lebih panjang (sebesar 10,27 cm) dibandingkan panjang akar tanaman perlakuan non transplanting (sebesar 8,47 cm). Dari analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil tidak ada beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap panjang akar tanaman bayam. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya jumlah akar yang tidak terlalu berbeda jauh nilainya antar perlakuan.

Jumlah Akar Bayam 60

Jumlah akar

50 40 30

Transplanting

20

Nontransplanting

10 0 3 mss

6 mss

Waktu pengamatan

Gambar 4.4. Histogram Jumlah Akar Tanaman Bayam pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram di atas menunjukkan besarnya jumlah akar tanaman bayam pada perlakuan transplanting dan non transplanting pada saat tanaman berumur 3 MST dan 6 MST. Pada saat tanaman berumur 6 MST, jumlah akar tanaman bayam perlakuan transpanting lebih besar (sebanyak 53,67) daripada jumlah akar tanaman perlakuan non transplanting (sebanyak 37). Dari analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap banyaknya jumlah akar tanaman bayam. Hal ini terjadi karena jumlah akar yang tidak berbeda jauh nilainya antar kedua perlakuan tersebut.

Berat Segar dan Berat Kering Bayam 8 7

Berat (gr)

6 5 4

transplanting

3

non-transplanting

2 1 0 BS

BK

Gambar 4.5. Histogram Berat Segar (BS) dan Berat Kering (BK) Tanaman Bayam pada Perlakuan Berbeda Umur 6 MST Histogram di atas menunjukkan besarnya berat segar dan berat kering tanaman bayam pada perlakuan transplanting dan non transplanting saat berumur 6 MST. Dari histogram di atas, dapat dilihat bahwa berat segar tanaman transplanting (sebesar 7,37 gram) lebih besar daripada berat segar tanaman non transplanting (sebesar 5,45 gram). Pada pengukuran berat kering, diketahui bahwa berat kering tanaman perlakuan transplanting (1,15 gram) bernilai lebih besar daripada tanaman perlakuan non transplanting (0,75 gram).

5. Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

Tinggi Tanaman Sawi 25.00

Tinggi Tanaman

20.00 15.00 Trans

10.00

Nontrans 5.00 0.00 1

2

3

4

5

6

Pengamatan Ke-

Gambar 5.1. Grafik Tinggi Tanaman Sawi pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik tersebut menunjukkan besarnya tinggi tanaman sawi pada perlakuan transplanting dan non transplanting yang diamati seminggu sekali selama 6 minggu pengamatan. Dari histogram tersebut, dapat diketahui bahwa tanaman perlakuan transplanting memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi (sebesar 23,1 cm) daripada tinggi tanaman perlakuan non transplanting (sebesar 15,33 cm). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan CRD, diperoleh hasil bahwa terdapat beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap tinggi tanaman sawi, sehingga perlu dilakukan analisis lanjutan dengan DMRT 5%. Berdasarkan hasil analisis DMRT 5%, diperoleh hasil bahwa terdapat beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap tinggi tanaman sawi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tanaman sawi perlakuan transplanting memberikan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan tanaman sawi perlakuan non transplanting.

Jumlah Daun Sawi 8.00

Jumlah Daun

7.00 6.00 5.00 4.00

Trans

3.00

Nontrans

2.00 1.00 0.00 1

2

3

4

5

6

Pengamatan Ke-

Gambar 5.2. Grafik Jumlah Daun Tanaman Sawi pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas menggambarkan jumlah daun tanaman sawi perlakuan transplanting dan non transplanting yang diamati seminggu sekali selama 6 minggu (sebanyak 6 kali pengamatan). Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa pada umur 6 MST, jumlah daun tanaman perlakuan non transplanting lebih banyak (sebanyak 7,33) dibandingkan jumlah daun tanaman transplanting (sebanyak 5,33). Berdasarkan hasil analsis CRD, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap jumlah daun tanaman sawi. Hal ini disebabkan karena selisih jumlah daun antar kedua perlakuan tersebut yang tidak terlalu berbeda jauh nilainya.

Histogram Panjang Akar Sawi 6

Panjang Akar

5 4 3

Transplanting

2

Non-Transplanting

1 0 Transplanting

Non-Transplanting Perlakuan

Gambar 5.3. Histogram Panjang Akar Tanaman Sawi pada Perlakuan Berbeda Umur 6 MST Histogram di atas menunjukkan panjang akar tanaman sawi pada perlakuan transplanting dan non transplanting umur 6 MST. Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa tanaman perlakuan non transplanting mempunyai panjang akar yang lebih besar (sebesar 5,58 cm) dibandingkan panjang akar tanaman perlakuan transplanting (sebesar 2,55 cm). Berdasarkan hasil analisis CRD yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap besarnya panjang akar tanaman sawi sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan DMRT 5%. Setelah dilakukan analisis lanjut menggunakan DMRT 5%, diperoleh hasil ada beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap panjang akar tanaman sawi.

Jumlah Akar

Histogram Jumlah Akar Sawi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Transplanting Non-Transplanting

Transplanting

Non-Transplanting Perlakuan

Gambar 5.4. Histogram Jumlah Akar Tanaman Sawi pada Perlakuan Berbeda Umur 6 MST Histogram di atas menggambarkan jumlah akar tanaman sawi pada umur 6 MST. Berdasarkan histogram tersebut, dapat diketahui bahwa tanaman sawi perlakuan non transplanting mempunyai jumlah akar yang lebih banyak (sebanyak 7,67) dibandingkan jumlah akar tanaman transplanting (sebanyak 6). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diketahui bahwa tidak terdapat beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap jumlah akar tanaman sawi. Hal ini disebabkan karena selisih jumlah akar kedua perlakuan tersebut yang relatif tidak berbeda jauh nilainya.

Bobot Segar dan Bobot Kering

Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Tanaman Sawi 6 5 4 3

Bobot Segar

2

Bobot Kering

1 0 Transplanting

Non-Transplanting Perlakuan

Gambar 5.5. Histogram Bobot Segar (BS) dan Bobot Kering (BK) Tanaman Sawi pada Perlakuan Berbeda Umur 6 MST Histogram di atas menunjukkan berat segar dan berat kering tanaman sawi pada perlakuan transplanting dan non transplanting saat berumur 6 MST. Berdasarkan histogram tersebut, dapat diketahui bahwa berat segar tanaman perlakuan non transplanting lebih besar nilainya (8,72 gram) dibandingkan berat segar tanaman perlakuan transplanting (4,52 gram). Sebaliknya, berat kering tanaman transplanting justru bernilai lebih besar (2,91 gram) dibandingkan berat kering tanaman non transplanting (1,59 gram).

6. Tanaman Pak Choi (B. campestris var. Chinensis)

Tinggi Tanaman Pak Coy Tinggi Tanaman (cm)

25 20 15 Transplanting

10

Non Transplanting

5 0 1

2

3

4

5

6

Pengamatan ke-

Gambar 6.1. Grafik Tinggi Tanaman Pak Choi pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas menggambarkan perbandingan tinggi tanaman (TT) tanaman pak choi pada perlakuan transplanting dan non transplanting yang diamati setiap seminggu sekali selama 6 minggu (sebanyak 6 kali pengamatan). Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa pada umur 6 MST, tanaman perlakuan non transplanting memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi (sebesar 21,83 cm) dibandingkan tanaman perlakuan transplanting (sebesar 19,67 cm). Berdasarkan hasil analisis CRD yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap tinggi tanaman pak choi. Hal ini disebabkan karena selisih nilai tinggi tanaman yang relatif tidak berbeda jauh antara kedua perlakuan tersebut.

Jumlah Daun Pak Coy 14

Jumlah Daun

12 10 8 6

Transplanting

4

Non Transplanting

2 0 1

2

3

4

5

6

Pengamatan ke-

Gambar 6.2. Grafik Jumlah Daun Tanaman Pak Choi pada Perlakuan dan Umur Berbeda Grafik di atas menggambarkan perbandingan jumlah daun (JD) tanaman pak choi pada perlakuan transplanting dan non transplanting yang diamati setiap seminggu sekali selama 6 minggu (6 kali pengamatan). Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa pada umur 6 MST, jumlah daun terbanyak dimiliki tanaman pak choi perlakuan non transplanting (sebanyak 11,67) dibandingkan tanaman pak choi perlakuan transplanting (sebanyak 9,67). Berdasarkan analisis CRD yang dilakukan, diperoleh hasil tidak ada beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap jumlah daun tanaman pak choi. Hal ini disebabkan karena selisih jumlah daun antar kedua perlakuan tersebut yang tidak jauh berbeda nilainya.

Panjang Akar (cm)

Panjang Akar Pak Coy 14 12 10 8 6 4 2 0

3 mss 6 mss

Transplanting

Non Transplanting Perlakuan

Gambar 6.3. Histogram Panjang Akar Tanaman Pak Choi pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram tersebut menggambarkan besarnya panjang akar tanaman pak choi pada perlakuan transplanting dan non transplanting saat tanaman berumur 3 MST dan umur 6 MST. Berdasarkan histogram tersebut, dapat diketahui bahwa baik pada umur 3 MST maupun pada umur 6 MST, tanaman non transplanting memiliki panjang akar yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan tanaman transplanting. Pada umur 6 MST, tanaman pak choi perlakuan non transplanting memiliki panjang akar yang lebih panjang (sebesar 13,23 cm) daripada tanaman perlakuan transplanting (sebesar 7,33 cm). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat beda nyata antara perlakuan tranplsnting dan non transplanting terhadap panjang akar tanaman pak choi, sehingga perlu dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT 5%. Setelah dilakukan analisis lanjut, diperoleh hasil bahwa terdapat beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap panjang akar tanaman pak choi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tanaman pak choi perlakuan non transplanting memiliki panjang akar yang lebih panjang. Hal ini disebabkan karena akar tanaman perlakuan non transplanting tidak mengalami kerusakan/ terpotong pada waktu pindah tanam dilakukan.

Jumlah Akar

Jumlah Akar Pak Coy 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0

3 mss 6 mss

Transplanting

Non Transplanting Perlakuan

Gambar 6.4. Histogram Jumlah Akar Tanaman Pak Choi pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram di atas menggambarkan banyaknya jumlah akar tanaman pak choi pada perlakuan transplanting dan non transplanting saat tanaman berumur 3 MST dan umur 6 MST. Berdasarkan histogram tersebut dapat diketahui bahwa pada umur 6 MST, jumlah akar tanaman perlakuan transplanting lebih banyak (sebanyak 1,33) dibandingkan jumlah akar tanaman perlakuan non transplanting (sebanyak 1). Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada beda nyata antara perlakuan transplanting dan non transplanting terhadap jumlah akar tanaman pak choi. Hal ini disebabkan karena selisih jumlah akar yang nilainya tidak jauh berbeda antar kedua perlakuan tersebut.

Berat (gram)

Berat Segar dan Berat Kering Pak Coy 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Transplanting Non Transplanting

3 mss

6 mss BS

3 mss

6 mss BK

Gambar 6.5. Histogram Berat Segar (BS) dan Berat Kering (BK) Tanaman Pak Choi pada Perlakuan dan Umur Berbeda Histogram di atas menggambarkan berat segar (BS) total dan berat kering (BK) total tanaman pak choi pada perlakuan transplanting dan non transplanting pada umur 3 MST dan pada umur 6 MST. Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa berat segar total tanaman pakchoi umur 3 MST perlakuan transplanting lebih besar daripada perlakuan non transplanting, sedangkan berat kering total tanaman pak choi perlakuan non transplanting lebih besar daripada perlakuan transplanting. Pada umur 6 MST, diketahui bahwa berat segar tanaman perlakuan non transplanting lebih besar dibandingkan tanaman perlakuan transplanting, sedangkan berat kering tanamannya lebih besar pada perlakuan non transplanting dibandingkan pada perlakuan transplantingnya.

VI. KESIMPULAN 1. Pada kebanyakan tanaman sayuran, tanaman yang dipindah tanam (transplanting) dapat menurunkan hasil tanaman karena terpotongnya akar sewaktu dipindah tanam. 2. Waktu pindah tanam terbaik yaitu pada umur 7 hari. 3. Transplanting, jika pada prosesnya dilakukan secara tepat maka akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ditandai dengan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar akar yang optimal. Sehingga pertumbuhan yang optimal ini juga aka berpengaruh memberikan hasil yang maksimal yang ditandai dengan bobot kering yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Agbaje, G.O. dan J.A. Olafintoye. 2008. Effects of transplanting on yield and growth of grain sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench). Journal of Tropicultura 20 : 217 – 220. Anonim. 2012. Transplanting. . Diakses pada tanggal 1 Oktober 2012. Aruan, Y.L. dan Rita M. 2010. Perbandingan pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah sistem tanam pindah dan tanam benih langsung di desa Sidomulyo kecamatan Anggana kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal EPP 7 : 30 – 36. Meta, K.P. dan Kurniasari B. 2006. Teknologi Pembudidayaan Tanaman Padi. Kartika Pustaka Jaya, Bandung. Ranney, T.G., N.L. Bassuk, dan T.H. Whitlow. 2009. Effect of transplanting practices on growth and water relation of ‘colt’ cherry trees during reestablishment. Journal of Environmental Horticulture 7 : 41 – 45. Simson, S. 2010. Basic Sciences of Horticulture. Oxford Book Company, London.

LAMPIRAN 1. TABEL ANOVA 1. Tanaman Selada Merah (Lactuca sativa L.) Tinggi Tanaman Variable 1

Variable 2

Mean

10.6

16.6

Variance

5.16

10.36

3

3

Observations Pooled Variance

7.76

Hypothesized Mean Difference

0

df

4

t Stat

-2.637946718

P(T
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF