ACARA 2
October 6, 2017 | Author: yosef_ganang | Category: N/A
Short Description
GRI...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA 2 REGIONALISASI DAN TIPOLOGI WILAYAH
DISUSUN OLEH : Nama
: Lilik Andriyani
NIM
: 13/348106/GE/07576
Jadwal Praktikum : Rabu, 07.00 – 09.00 WIB Asisten
: 1. 2.
LABORATURIUM ANALISIS DATA WILAYAH FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
ACARA 2 REGIONALISASI DAN TIPOLOGI WILAYAH
I.
TUJUAN 1. Memahami dasar-dasar regionalisasi 2. Memahami teknik-teknik dasar regionalisasi 3. Melakukan regionalisasi Indonesia berdasarkan kriteria yang dipilih 4. Memahami konsep tipologi wilayah (tipe, hirarki, dan kriteria) dan penerapannya di Indonesia.
II.
ALAT DAN BAHAN Alat 1. Alat tulis 2. Pensil warna 3. Kalkulator Bahan 1. Petunjuk Praktikum Geografi Regional Indonesia 2. Data luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan pertumbuhan penduduk Indonesia 3. Peta administrasi Indonesia 4. Dokumen-dokumen dan buku-buku acuan
III. DASAR TEORI Pemahaman mengenai suatu wilayah harus dipahami secara komprehensif. Namun, hal tersebut tidaklah mudah, karena setiap wilayah memiliki fenomena yang beragam yang disertai dengan dinamika masing-masing yang bervariasi pula. Pengertian region yaitu wilayah jelas teridentifikasi meskipun sebenarnya untuk wilayah tersebut relatif tergantung konteks waktu selain itu unsur yang mendorong identifikasi diri adalah secara sejarah dan juga geografisnya serta aktivitas yang dilakukan terutama di bidang ekonomi. Oleh karena kompleksitasnya, dalam studi ilmu-ilmu wilayah dikenal istilah regionalisasi. Regionalisasi merupakan cara untuk dapat melakukan deskripsi dan memiliki pengertian tentang aneka-ragam kawasan/wilayah dalam kurun waktu tertentu. Regionalisasi juga dapat merupakan suatu usaha untuk membagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi untuk tujuan tertentu (Christanto, 2014). Sumaatmaja
(1988:42) dalam Christanto, 2014 menggunakan konsep region, yaitu suatu wilayah yang memiliki karakteristik tertentu yang khas, yang membedakan diri dari region lain di sekitarnya, kemudian membuat regionalisasi berdasarkan konsep region tersebut. Pewilayahan atau regionalisasi dalam suatu program perencanaan memegang peranan yang sangat penting, sehingga mutlak perlu dipahami oleh para perencana. Hal ini antara lain karena pewilayahan sangat berguna untuk mengetahui variasi karakter dalam suatu wilayah tertentu. Terkait dengan pembangunan, tujuan pewilayahan di Indonesia diantaranya adalah untuk menyebarkan pembangunan dan menghindari pemusatan pembangunan yang berlebihan pada wilayah tertentu, keserasian dan koordinasi antar kegiatan pembangunan (sektoral di daerah), serta sebagai arahan kegiatan pembangunan (prioritas wilayah). Terdapat dua teknik sederhana yang dapat digunakan dalam menyusun regionalisasi, yaitu regional generalization (penyamarataan wilayah) dan regional classification (pengklasifikasian wilayah). Teknik regionalisasi dengan regional generalization dilakukan dengan menggolongkan wilayah ke dalam beberapa bagian tertentu dengan cara menonjolkan karakter-karekter tertentu, sedangkan regional classification dilakukan dengan menggolongkan wilayah secara sistematis ke dalam bagian bagian tertentu dengan memperhatikan semua unsur. Variabel dalam regionalisasi sendiri terbagi menjadi dua, yaitu berdasarkan jumlah kriteria dan teknik penentuan batas (delimitasi). Berdasarkan jumlah kriteria, variabel dibagi menjadi single variable (variable tunggal) dan multiple variabel (variable banyak). Berdasarkan teknik penentuan batas (delimitasi), variabel dibagi menjadi kualitatif (deskriptif, interpretasi foto udara) dan kuantitatif (Thiesen polygon, Railly’s law = Law of retail gravitation, komputer, statistik). Sebenarnya tidak ada satupun wilayah yang memiliki karakteristik yang sama atau identik. Sehingga sulit ada batas yang tegas antar wilayah. Hal yang terpenting untuk diperhatikan dalam regionalisasi adalah wilayah inti (core region) yang memiliki diferensiasi tinggi, sedangkan batas antar wilayah, lebih kepada zona peralihan (zone transition) dimana diferensiasinya paling rendah. Pemahaman komprehensif terhadap wilayah juga harus diawali dengan pemahaman batasan-batasan wilayah berdasarkan indikator tertentu, yang dalam hal ini dinamakan tipologi. Tipologi merupakan studi pengklasifikasian tipe-tipe dengan karakteristik tertentu (Sumaatmadja, 1981). Tipologi juga dapat menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengambil suatu kebijakan pada kegiatan
perencanaan. Pembentukan sebuah tipologi bertujuan untuk mengembangkan pendekatan kebijakan yang bersifat spesifik sesuai dengan tipe suatu wilayah. Dalam memberikan batasan/tipologi suatu wilayah, Bintarto (1986) dalam Daldjoeni (1992) mengemukakan beberapa pertimbangan atau kriteria, yaitu pertimbangan berdasarkan tipe, berdasarkan hirarki atau jenjang, dan berdasarkan kategori (jumlah kriteria).
IV. CARA KERJA Mempelajari naskah-naskah dan dokumen yang dipersiapkan tentang regionalisasi dan tipologi wilayah
Menjelaskan pengertian regionalisasi dan tipologi beserta contohnya ke dalam tabel
Menjelaskan berbagai konsepsi tipologi menurut Bintarto (1986) ke dalam tabel
Menghitung range dan kelas dari jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 dan 2010 pada tabel 2.1 yang ada pada modul praktikum
Membuat regionalisasi pada tabel berdasarkan range dan kelas yang telah dihitung dengan teknik regional generalization (penyamarataan wilayah) dan regional classification (pengklasifikasian wilayah)
Menggambar hasil regionalisasi (pada langkah ke-5) pada peta yang sudah tersedia (satu lembar untuk masing-masing teknik)
Membuat regionalisasi laju pertumbuhan penduduk tahun 1980-1990 dan 1990-2000 dengan cara yang sama dari tabel 2.2 yang ada pada modul praktikum
Menggambar hasil regionalisasi (pada langkah ke-7) pada peta yang sudah tersedia (satu lembar untuk masing-masing teknik)
V.
HASIL PRAKTIKUM 1. Tabel 2.1 Tabel pengertian regionalisasi dan tipologi wilayah 2. Tabel 2.2 Tabel tipologi konsepsi wilayah menurut Bintarto, 1986 3. Tabel 2.3 Tabel hasil perhitungan klasifikasi penduduk Indonesia periode 2000 dan 2010 4. Peta hasil regionalisasi jumlah penduduk Indonesia periode 2000 dan 2010 5. Tabel 2.4 Tabel hasil perhitungan laju pertumbuhan penduduk Indonesia periode 1980-1990 dan 1990-2000 6. Peta hasil regionalisasi laju pertumbuhan penduduk Indonesia periode 1980-1990 dan 1990-2000
VI. PEMBAHASAN Regionalisasi merupakan istilah dengan arti proses pengerucutan atau pemokusan hubungan dalam level regional. Regionalisasi ini merupakan sebuah proses pengerucutan fokus yang dapat memicu pembentukan region, yang kemudian memunculkan aktor-aktor, jaringan, dan organisasi regional. Regionalisasi dalam dunia nyata telah memberikan beberapa hasil nyata dalam hubungan internasional, seperti misalnya aliansi perdagangan, blok, dan institusi formal dalam ranah regional. Regionalisasi ini, seperti layaknya globalisasi, dapat dikatakan sebagai hasil dari kekuatan yang spontan. Regionalisasi bertujuan untuk membuat region-region lebih sempit atau lebih sederhana dan juga yang mengandung sifat-sifat keseragaman, mempunyai ciri-ciri, dan dapat mudah dibedakan antar region. Teknik sederhana yang dapat digunakan dalam menyusun regionalisasi, yaitu regional generalization (penyamarataan wilayah) dan regional classification (pengklasifikasian wilayah). Teknik regional generalization menggolongkan wilayah kedalam bagian-bagian tertentu, dengan cara menonjolkan karakter-karakter tertentu. Unsur-unsur yang kurang/tidak penting dan tidak relevan dihilangkan. Metode ini lebih memperhatikan skala peta dan tujuan pewilayahan. Regional generalization dapat menggunakan caracara delimitasi kuantitatif dan kualitatif, namun sebagian besar menggunakan metode kualitatif. Delimitasi wilayah kualitatif dalam generalisasi memiliki kelemahan yang disebabkan oleh cara memisah-misahkan wilayah yang satu dengan yang lain sematamata mendasarkan pada pengamatan bersifat kualitatif. Teknik regional classification merupakan usaha menggolongkan wilayah secara sistematis ke dalam bagian-bagian tertentu (klasifikasi) berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Unsur, kriteria, individu diperhitungkan dalam proses klasifikasi. Tujuan teknik ini adalah untuk mencari deferensiasi (perbedaan) antar bagian-bagian wilayah. Teknik regional classification sebagian besar menggunakan metode kuantitatif (statistik) sehingga lebih mudah untuk melakukan analisa dan datanya pun lebih akurat dan objektif sesuai fakta lapangan. Penerapan kedua teknik regionalisasi tersebut dapat dilihat pada regionalisasi jumlah penduduk Indonesia dan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Jumlah penduduk di Indonesia tahun 2000 dan 2010 dengan metode regional classification dapat dikelompokan menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Jumlah penduduk tahun 2000 dengan kelas rendah terdapat di 30 provinsi di Indonesia,
sedangkan dengan kelas tinggi terdapat di tiga provinsi. Pembagian kelas jumlah penduduk di tahun 2010 tetap sama dengan tahun 2000. Pembagian kelas jumlah penduduk Indonesia dengan metode regional generalization dibagi menjadi rendahrendah dan tinggi-tinggi, dengan hasil 30 provinsi dengan kelas rendah-rendah dan 3 provinsi dengan kelas tinggi-tinggi. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia periode 1980-1990 dan 1990-2000 dengan metode regional classification dapat dikelompokan menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia periode 1980-1990 dengan kelas rendah terdapat di 10 provinsi, kelas sedang terdapat di 12 provinsi, dan kelas tinggi terdapat di delapan provinsi. Pembagian kelas laju pertumbuhan penduduk Indonesia periode 1990-2000 dengan kelas rendah terdapat di 15 provinsi, kelas sedang terdapat di sembilan provinsi, dan kelas tinggi terdapat di enam provinsi. Pembagian kelas laju pertumbuhan penduduk Indonesia dengan metode regional generalization dibagi menjadi tujuh provinsi kelas rendah-rendah, satu provinsi kelas rendah-tinggi, dua provinsi kelas rendah-sedang, empat provinsi kelas sedang-sedang, delapan provinsi kelas sedang- rendah, lima provinsi dengan kelas tinggi-tinggi, dan tiga provinsi dengan kelas tinggi-sedang. Regionalisasi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk sangat penting untuk dilakukan. Regionalisasi menggambarkan daerah mana yang memiliki jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang rendah, sedang, ataupun tinggi sehingga dapat membantu dalam menentukan kebijakan terutama dalam pembangunan dan pengembangan wilayah. Kebijakan yang dapat diterapkan setelah regionalisasi adalah kebijakan mengurangi laju pertumbuhan dengan membatasi migrasi penduduk ataupun mengurangi angka kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB). Regionalisasi membantu kebijakan pembangunan dan pengembangan wilayah menjadi efektif, efisien, dan tepat guna. Tipologi merupakan taksonomi klasifikasi yang lahir lebih dulu sebelum adanya regionalisasi. Tipologi pada dasarnya mempelajari pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis. Konsep wilayah yang paling klasik mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu wilayah homogen, wilayah nodal, dan wilayah perencanaan. Konsep tipologi wilayah di Indonesia pun kemudian berkembang berdasarkan tipe, hirarki, dan kategori. Konsep tipologi wilayah berdasarkan tipe dibagi menjadi dua jenis, yaitu homogenitas dan heterogenitas. Konsepsi tipologi wilayah berdasarkan kategori dibagi
menjadi single topic region, combined topic region, multiple topic region, total region, dan compage region. Contoh penerapan tipologi di Indonesia saat ini adalah tipologi Ruang Terbuka Hijau. Tipologi tersebut menggunakan konsep tipologi berdasarkan kategori combined topic dengan jumlah kriteria yang dilihat ada empat, yaitu fisik, fungsi, struktur, dan kepemilikan. Pemanfaatan konsep-konsep tersebut dapat dilakukan secara tunggal ataupun kombinasi, tergantung kepada jenis kegiatan, lingkup usaha, masalah, cakupan wilayah, dan tujuan program yang dirancang.
VII. KESIMPULAN 1. Regionalisasi merupakan istilah dengan arti proses pengerucutan atau pemokusan hubungan dalam level regional. 2. Regionalisasi bertujuan untuk membuat region-region lebih sempit atau lebih sederhana. 3. Teknik dalam menyusun regionalisasi, yaitu regional generalization (penyamarataan wilayah) dan regional classification (pengklasifikasian wilayah). 4. Regionalisasi membantu kebijakan pembangunan dan pengembangan wilayah menjadi efektif, efisien, dan tepat guna. 5. Tipologi pada dasarnya mempelajari pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis. 6. Konsep tipologi wilayah di Indonesia berdasarkan tipe, hirarki, dan kategori. 7. Pemanfaatan konsep-konsep tersebut dapat dilakukan secara tunggal ataupun kombinasi, tergantung kepada jenis kegiatan, lingkup usaha, masalah, cakupan wilayah, dan tujuan program yang dirancang.
VIII. DAFTAR PUSTAKA Amiuza, C. 2006. Tipologi P.G. Kebon Agung di Kabupaten Malang. Jurnal RUAS. IV (1): 1-22 Daldjoeni. N. 1992. Geografi Baru.. Bandung: Alumni Endraw, Wawan. 2011. Geografi Regional. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta Loekito, J. 1994. Studi Tentang Tipologi di Kampung Surabaya pada Periode Sebelum Tahun 1942. Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Kristen Petra Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi.. Jakarta: Ghalia Indonesia Moneo, Rafael. 1985. On Typology dalam Oppositions 13 Journal. The MIT Press: Macashusette. Sumaatmadja, N. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Penerbit Alumni. Bandung. Supriyadi, Bambang. 2010. Ilmu Kewilayahan. Sumedang : Institut Pemerintahan Dalam Negeri
View more...
Comments