Ability to Pay, WTP-TB Paru
October 30, 2018 | Author: Susan Susyanti | Category: N/A
Short Description
Download Ability to Pay, WTP-TB Paru...
Description
www .dardela.co m
PT. DARDELA YASA GUNA
Ability to Pay (ATP)/ Willingness (ATP)/ Willingness to Pay (WTP) Ability Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dari pendapatan rutin yang diterimanya. Dengan kata lain ability to pay adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya. Dalam studi ini, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ability to pay diantaranya:
1. Besar penghasilan; 2. Kebutuhan transportasi; 3. Total biaya transportasi (harga tiket yang ditawarkan); 4. Prosentase penghasilan yang digunakan untuk biaya transportasi; Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperoleh diperolehnya. nya. Pendekatan Pendekatan yang digunakan digunakan dalam analisis analisis WTP didasarka didasarkan n pada persepsi persepsi pengguna pengguna terhadap terhadap tarif tarif dari jasa pelayanan pelayanan angkutan angkutan umum tersebut. tersebut. Dalam permasal permasalahan ahan transpor transportasi tasi WTP dipengaruh dipengaruhii oleh oleh beberap beberapaa faktor faktor,, diantar diantaranya anya adalah: adalah:
1. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi; 2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan; 3. Utilitas pengguna terhadap angkutan tersebut; 4. Perilaku pengguna; Dalam pelaksanaan untuk menentukan tarif sering terjadi benturan antara besarnya WTP dan ATP, kondisi tersebut selanjutnya disajikan secara ilustratif yang terdapat pada Gambar 2.1.
Biaya per satuan jarak (Rp)
ATP
WTP
Prosentase responden yang mempunyai ATP dan WTP tertentu
Gambar 2.1 Kurva ATP dan WTP
Ability to Pay Pay (ATP)/ Willingness Willingness to Pay (WTP)
1
www .dardela.co m
PT. DARDELA YASA GUNA
1. ATP lebih besar dari WTP Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders. 2. ATP lebih kecil dari WTP Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi diatas, dimana keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut lebih besar dari pada kemampuan membayarnya. Hal ini memungkinkan terjadi bagi pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi ini pengguna disebut captive riders. 3. ATP sama dengan WTP Kondisi ini menunjukan bahwa antara kemampuan dan keinginan membayar jasa yang dikonsumsi pengguna tersebut sama, pada kondisi ini terjadi keseimbangan utilitas pengguna dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tersebut. Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek utama dalam sistem angkutan umum. Aspek-aspek tersebut adalah: 1. Pengguna (User ); 2. Operator; 3. Pemerintah ( Regulator ). Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna dalam hal ini dijadikan subyek yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan dengan prinsip sebagai berikut: 1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif yang diberlakukan, sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok masyarakat sasaran. Intervensi/campur tangan pemerintah dalam bentuk subsidi langsung atau silang dibutuhkan pada kondisi, dimana nilai tarif berlaku lebih besar dari ATP, sehingga didapat nilai tarif yang besarnya sama dengan nilai ATP (sesuai Gambar 2.2). 2. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, sehingga bila nilai WTP masih berada dibawah ATP maka masih dimungkinkan melakukan peningkatan nilai tarif dengan perbaikan kinerja pelayanan (sesuai Gambar 2.2).
Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP)
2
www .dardela.co m
PT. DARDELA YASA GUNA
Bila perhitungan tarif berada jauh dibawah ATP dan WTP, maka terdapat keleluasaan dalam perhitungan/pengajuan nilai tarif baru.
Zone Subsidi agar Tarif yang berlaku Maksimal = ATP
ATP Zone Keleluasaan Penentuan Tarif dengan Perbaikan Tingkat Pelayanan
WTP Zone Keleluasaan Penentuan Tarif Ideal tanpa Perbaikan Kinerja Pelayanan sampai batas nilai WTP
Nilai Tarif
Gambar 2.2 Kondisi ATP Lebih Rendah dari Tarif Berlaku
Secara kuantitatif dapat disampaikan sebagai berikut: Pada Nilai ATP = Rp. 10.000, maka tarif maksimal yang berlaku adalah maksimal Rp. 10.000,-. Pada kondisi dimana nilai tarif terpaksa lebih dari Rp. 10.000, misalnya Rp. 15.000, maka kelebihan Rp. 5.000,- harus disubsidi, dalam hal ini dapat ditanggungkan ke pihak regulator (sesuai Gambar 2.3). Keadaan terpaksa dapat terjadi karena dari sisi lain, tarif juga ditentukan oleh kondisi operasinya, yang tercakup di dalamnya biaya operasi kendaraan sebagai cost dan okupansi penumpang, rit/hari, jarak dan lain-lain. sebagai benefit .
Rp.
Rp 15.000,-
Tarif Berdasarkan Perhitungan Operasi
Subsidi Minimal = Rp. 5.000,Rp 10.000,-
ATP
Gambar 2.3 Kondisi ATP Lebih Rendah dari Tarif Berlaku
Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP)
3
www .dardela.co m
PT. DARDELA YASA GUNA
Pada kondisi lain, dimana Nilai ATP tetap = Rp. 10.000,- dan WTP = Rp. 5.000, dengan nilai tarif, berdasarkan perhitungan operasi, yang kurang dari Rp. 10.000 (ATP), misalnya Rp. 7.500, terdapat pilihan untuk memperbaiki tingkat pelayanan hingga WTP-nya naik sampai Rp. 7.500,- atau menurunkan tarif (tanpa perbaikan tingkat pelayanan) sampai Rp. 5.000,(sesuai Gambar 2.3). Selanjutnya kelebihan Rp. 2.500,- harus disubsidi.
Rp.
Rp 10.000
ATP
Rp 7.500
Tarif yang berlaku
Rp 5.000
WTP
Penyesuaian Tingkat Pelayanan/Tarif
Gambar 2.3 Tarif Diatas WTP namun Dibawah ATP
Pada kondisi selanjutnya, dimana Nilai ATP tetap = Rp. 10.000 dan WTP = Rp. 5.000, dengan nilai tarif, berdasarkan perhitungan operasi, yang kurang dari Rp. 10.000 (ATP), misalnya Rp. 5.000, terdapat keluasaan Rp. 5.000 untuk menaikkan nilai tarif sampai dengan Rp. 10.000 (sesuai Gambar 2.4). Namun demikian perlu dilakukan perbaikan tingkat pelayanan angkutan umum, sehingga WTP-nya juga meningkat hingga minimal sama dengan tarif yang berlaku.
Rp.
Rp 10.000
ATP
Keleluasaan peningkatan tarif = Rp. 5.000, dengan syarat perbaikan tingkat pelayanan Rp 5.000
Tarif yang berlaku = WTP
Gambar 2.4 Tarif Sama Dengan WTP
Ilustrasi terakhir adalah kondisi ideal, dimana Nilai ATP tetap = Rp. 10.000 dan WTP = Rp. 5.000, dengan nilai tarif, berdasarkan perhitungan operasi, yang kurang dari Rp. 5.000 (WTP), misalnya Rp. 2.500. Pada kondisi ini terdapat keluasaan Rp. 2.500 untuk menaikkan nilai tarif sampai dengan Rp. 5.000, tanpa perbaikan tingkat pelayanan (sesuai Gambar 2.5).
Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP)
4
www .dardela.co m
PT. DARDELA YASA GUNA
Sebagai pelengkap atas ilustrasi di atas, dapat disampaikan beberapa hal tambahan sebagai berikut: 1. Nilai tarif berdasarkan pertimbangan operasi kendaraan sudah memperhitungkan faktor keuntungan disamping faktor ekonomis lain (depresiasi, bunga bank dll.), sehingga pada kondisi tarif operasional saja, pihak operator sudah mendapatkan keuntungan. 2. Dalam konteks operasi kereta api, subsidi harus dilakukan dengan cara langsung, oleh pemerintah. Hal yang harus diperhatikan adalah bila tidak terdapat kondisi ideal, dimana tarif dibawah WTP (Gambar 2.5), maka regulator harus memberikan subsidi langsung pada kendaraan yang tarifnya diatas ATP.
Rp.
10.000
5.000
ATP
WTP
Keleluasaan peningkatan tarif = Rp. 2.500, tanpa perbaikan tingkat pelayanan 2.500
Tarif yang berlaku
Gambar 2.5 Tarif Dibawah WTP
Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP)
5
View more...
Comments