ABDOMEN 3 POSISI
March 31, 2017 | Author: Denta Adi Pradana | Category: N/A
Short Description
Download ABDOMEN 3 POSISI ...
Description
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengn pesat terutama dengan pekembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular atau molekular. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang radiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah. Pemeriksaan radiografi polos dalam kasus kedaruratan di negara maju perannya sudah semakin sempit dan diganti dengan teknologi CT scan serta perangkat digital lainnya termasuk USG dan MRI meskipun demikian, alat tersebut masih tetap dipakai karena murah, mudah dan cepat untuk kasus tertentu. Di Indonesia dengan pengembangan program pemerintah pusat dan daerah sudah banyak penempatan alat radiologi dasar di puskesmas besar sehingga dapat membantu dokter yang bertugas dan tidak perlu merujuk ke kota atau RS besar hanya untuk diagnosis penyakit tertentu. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi foto polos abdomen? 2. Bagaimana prinsip pemeriksaan foto polos abdomen? 3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukan foto polos abdomen? 4. Apa saja macam-macam pemeriksaan foto polos abdomen? 5. Bagaimana teknik pemeriksaan foto polos abdomen? 6. Bagaimana prosedur pemeriksaan foto polos abdomen? 7. Bagaimana anatomi radiografi pada foto polos abdomen? 8. Bagaimana cara mengitepretasi fotopolos abdomen? 9. Apa saja gambaran patologis pada foto polos abdomen? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui definisi foto polos abdomen. 2. Mengetahui prinsip pemeriksaan foto polos abdomen.
2
3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dilakukan foto polos abdomen. 4. Mengetahui macam-macam pemeriksaan foto polos abdomen. 5. Mengetahui teknik pemeriksaan foto polos abdomen. 6. Mengetahui prosedur pemeriksaan foto polos abdomen. 7. Mengetahui anatomi radiografi pada foto polos abdomen. 8. Mengetahui cara mengitepretasi fotopolos abdomen. 9. Mengetahui gambaran patologis pada foto polos abdomen. 1.4. Manfaat 1. Memperluas
wawasan
mahasiswa
kedokteran
mengenai
peran
dilakukannya pemeriksaan foto polos abdomen sebagai salah satu sarana pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis adanya suatu penyakit terutama di regio abdomen. 2. Membantu mahasiswa kedokteran untuk mengintepretasi adanya suatu kelainan pada foto polos abdomen.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen tanpa menggunakan kontras dengan sinar X yang menggambaran struktur dan organ di dalam abdomen, yaitu : lambung, hati, limpa, usus besar, usus kecil, dan diafragma yang merupakan otot yang memisahkan dada dan daerah abdomen. 2.2 Prinsip Kerja Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya dan ultra violet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Gelombang /sinar elektromagnetik terdiri atas : listrik, radio, inframerah, cahaya, ultraviolet, sinar-X, sinar gamma, dan sinar kosmik. Sinar-X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan antara Sinar-X dengan sinar elektomagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang, dimana panjang gelombang sinar-X sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yg kelihatan. Karena panjang gelombang yg pendek itu, maka sinar-X dapat menembus benda-benda. Panjang gelombang sinar elektromagnetik dinyatakan dalam satuan Angstrom. Gelombang yang dipergunakan dalam dunia kedokteran antara 0,50 A-0,125 A. 1A = 10⁻⁸ cm ( 1/100.000.000 cm ) Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus, pertebaran, penyerapan efek fotografik, pendar fluor (fluoresensi), ionisasi, dan efek biologik. 1. Daya Tembus Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besaran KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.
4
2. Pertebaran Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan/ zat yang dilaluinya. Hal ini akan menimbulkan gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka diantara subjek dengan film rontgen diletakkan grid. 3. Penyerapan Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya, makin besar penyerapannya. 4. Efek Fotografik Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak –bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap. 5. Pendar fluor (Fluorensi) Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium- tungstat atau Zink- sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X. Luminisensi ada 2 jenis, yaitu : a. Fluoresensi : memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-X saja. b. Fosforisensi : pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar-X sudah simatikan (after-glow) 6. Ionisasi Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan ionisasi partikel-partiel bahan atau zat tersebut. 7. Efek Biologik Sinar-X akan menimbulkan perubahan- perubahan biologik pada jaringan. Efek biologik ini digunakan dalam pengobatan radioterapi. Untuk pembuatan sinar-X diperlukan sebuah tabung roentgen hampa udara dimana terdapat elektron- elektron yng diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran (target). Dari proses tersebut diatas terjadi suatu keadaan dimana
5
energi elektron sebagian besar diubah menjadi panas (99%) dan sebagian kecil (1%) diubah menjadi sinar-X. Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa persyaratan, yaitu : •
Mempunyai sumber elektron
•
Gaya yang mempercepat gerakan elektron
•
Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
•
Alat pemusat berkas elektron (focusing cup)
•
Penghenti gerakan elektron Urutan proses terjadinya sinar X dari tabung roentgen adalah sebagai
berikut : 1. Katoda (filamen) dipanaskan (lebih dari 20.000˚C) sampai menyala dengan menggunakan aliran listrik yang berasal dari transformator. 2. Karena panas, elektron- elektron dari katode (filamen) terlepas. 3. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektronelektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup). 4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi. 5. Awan- awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (3,5 cm, usus halus pertengahan mengalami dilatasi bila diameternya >3 cm dan ileum dilatasi bila diameter yang terdilatasi terdapat plika sirkularis (valvulae coniventes) atau lipatan yang menyilang diameter jejunum secara transversal. Bila kolon tampak dilatasi, haustra harus ditemukan untuk memastikan bahwa kolon tersebut mengalami dilatasi. Haustra tampak saling mengunci (interdigitasi) dan tidak menyilang diameter kolon, berbeda dengan plika sirkulasi (valvulae coniventes) di jejunum. Kolon mengalami dilatasi bil;a diameter kolon transversum >3,5 cm atau diameter sekum pada dasarnya >8 cm. Bayangan psoas diperiksa secara bilateral: seharusnya simetris dengan tepi lateral sedikit konkaf. Periksa bayangan ginjal, seharusnya memiliki panjang normal 10-12 cm atau panjang longitudinal sepanjang 3,5 vertebra. Bayangan hati dan limpa. Tepi inferior hati berbatas tegas, khususnya di bagian lateral. Cairan adanya pengumpulan atau cairan bebas intraperitoneum. Garis lemak (fat line) properitoneal bergeser kearah lateral oleh cairan bebas. Cari adanya batu radioopak dan kalsifikasi di daerah kandung empedu, ginjal dan ureter. Hati-hati dengan phlebolith vena pelvis yang dapat menyerupai batu. Phlebolith berbentuk oval, halus dan terdapat bayangan lusen kecil di dalamnya. Batu tampak padat dengan tepi tidak teratur. Kalsifikasi pancreas berbentuk titiktitik dan aksis oblik. Kalsifikasi vascular sering ditemukan di aorta pada pasien usia lanjut, penderita diabetes dan penderita aortitis yang disebabkan oleh penyakit Takayashu. Carilah adanya massa jaringan lunak dan gas ekstraluminal. Udara akan terlihat hitam karena meneruskan sinar-X yang dipancarkan dan menyebabkan kehitaman pada film sedangkan tulang dengan elemen kalsium yang dominan akan menyerap seluruh sinar yang dipancarkan sehingga pada film akan tampak putih. Diantara udara dengan tulang misalnya jaringan lunak akan menyerap sebagian besar sinar X yang dipancarkan sehingga menyebabkan keabu-abuan yang cerah bergantung dari ketebalan jaringan yang dilalui sinar X. Udara akan terlihat relatif banyak mengisi lumen lambung dan usus besar sedangkan dalam jumlah sedikit akan mengisi sebagian dari usus kecil. Sedikit udara dan cairan juga mengisi lumen usus halus dan air fluid level yang minimal
17
bukan merupakan gambaran patologis. Air fluid level juga dapat djumpai pada lumen usus besar, dan tiga sampai lima fluid levels dengan panjang kurang dari 2,5 cm masih dalam batas normal serta sering dijumpai di daerah kuadran kanan bawah. Dua air fluid level atau lebih dengan diameter lebih dari 2,5 cm panjang atau kaliber merupakan kondisi abnormal dan selalu dihubungkan dengan pertanda adanya ileus baik obstruktif atau paralitik. Banyaknya udara mengisi lumen usus baik usus halus dan besar tergantung banyaknya udara yang tertelan seperti pada keadaan banyak bicara, tertawa, merokok dan lain sebagainya. Pada keadaan tertentu misalnya asma atau pneumonia akan terjadi peningkatan jumlah udara dalam lumen usus halus dan usus besar secara dramatik sehingga untuk pasien bayi dan anak kecil dengan keluhan perut kembung sebaiknya juga difoto kedua paru sekaligus karena sangat besar kemungkinan penyebab kembungnya berasal dari pneu-monia di paru. Beberapa penyebab lain yang mempunyai gambaran mirip dengan ileus antara lain pleuritis, pulmonary infarct, myocardial infarct, kebocoran atau diseksi aorta torakalis, payah jantung, perikarditis dan pneumotoraks. Selain komponen traktus gastrointestinal, juga dapat terlihat kontur kedua ginjal dan muskulus psoas bilateral. Adanya bayangan yang menghalangi kontur dari ginjal atau m.psoas dapat menujukkan keadaan patologis di daerah retroperitoneal. Foto radiografi polos abdmen biasa dikerjakan dalam posisi pasien terlentang (supine). Apabila keadaan pasien memungkinkan akan lebih baik lagi bila ditambah posisi berdiri. Untuk kasus tertentu dilakukan foto radiografi polos tiga posisi yaitu posisi supine, tegak dan miring kekiri (left lateral decubitus). Biasanya posisi demikian dimintakan untuk memastikan adanya udara bebas yang berpindah-pindah bila difoto dalam posisi berbeda. 2.9. Gambaran Patologis Foto Polos Abdomen A. Gambaran udara bebas intraperitoneum Foto toraks tegak dan foto dekubitus kiri abdomen sangat sensitif untuk mendeteksi udara bebas intraperitoneum dalam volume kecil (
View more...
Comments