9436_LAPORAN RESMI 4 MIKRO.docx

May 8, 2019 | Author: AhmadFadhilMuzaky | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download 9436_LAPORAN RESMI 4 MIKRO.docx...

Description

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT TEKNIK PRESERVASI KULTUR MEDIA

AHMAD FADHIL MUZAKI 26020113130057 ILMU KELAUTAN –  A  A SHIFT II

AKBAR FIRMANSYAH 26020111130074 260201111300 74 MUHAMMAD SYAHRIAL

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

TEKNIK PRESERVASI KULTUR MIKROBA 1. Mengapa harus dilakukan preservasi dalam penelitian mikrobiologi? Karena mikroba yang ada beragam dan banyak dimanfaatkan manusia dalam  berbagai bidang. Maka dilakuakan penyimpanan dan pemeliharaan mikroba agar mendapat ketersediaan isolat mikroba yang stabil dan pemanfaatannya  berkelanjutan dalam jangka waktu yang diinginkan (Suarsana dan Suardana, 2007). Karena Preservasi mikroba dapat melakukan penyimpanan dan pemeliharaan koleksi atau plasma nutfah mikroba dalam jangka waktu tertentu dan apabila suatu saat diperlukan dapat dengan mudah diperoleh kembali dengan kondisi yang relatif stabil (Badjoeri,2010 ).

2. Mengapa digunakan gliserol pada salah satu jenis teknis preservasi? Gliserol konsentrasi rendah dapat digunakan sebgai media karena gliserol dapat melindungi aktivitas antimikroba dengan cara meningkatkan stabilitas struktur protein asli dari mikroba sehingga dapat memecah protein dari proses termal dan agregasi. Selain itu, gliserol dapat menyerap air pada permukaan  protein yang dapat mengakibatkan hidrasi yang dapat melindungi protein dari kerusakan (Ariwulan,2013). Karena

penambahan

senyawa

krioprotektan

seperti

gliserol

atau

dimethylsulfoxide (DMSO) pada salah satu teknik preservasi berfungsi untuk mengurangi dampak negatif (stress) dari pembekuan (Machmud, 2001).

3. Jelaskan karakteristik gliserol! Gliserol adalah poliatomik yang terdiri dari tiga atom karbon yang tiap atom kerbon mempunyai gugus alcohol. Gliserol diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak yang merupakan suatu zat cair yang tidak berwarna dan memiliki rasa yang agak manis. (Poedjiadi,2006).

Gliserol (1,2,3 propanatriol) merupakan cairan bening tidak berwarna yang memiliki kelarutan yang baik terhadap air.Gliserol dapat digunakan sebagai komponen formula CDS karena karakteristiknya yang dapat mengikat kandungan air pada udara (Bunyamin, 2011).

4. Jelaskan perbedaan preservasi jangka pendek dan jangka panjang, beserta kelebihan dan kekurangannya! Metode preservasi jangka pendek merupakan metode yang memungkinkan mikroorganisme

tetap

tumbuh,

atau

dengan

kata

lain

metabolisme

mikroorganisme tetap aktif. Sedangkan metode Metode preservasi jangka  pendek merupakanmetode yang memungkinkan mikroorganisme tetap tumbuh, atau dengan kata lain metabolisme mikroorganisme tetap aktif (Utami et. all; 2001). Preservasi jangka pendek dilakukan untuk keperluan rutin penelitian sedangkan preservasi jangka panjang dilakukan dalam kaitanya dengan koleksi dan konservasi plasma nutfah mikroba, sehingga jika diperlukan, daoat diperoleh kembali dalam keadaan yang sama atau stabil. Kelebihan  jangka pendek adalah bakteri dikontrol dan dipindaahkan dalam dala m waktu yang singkat sehingga mengurangi terjadinya kegagalan dalam penyimpanan,selain itu metode yang dilakukan mudah dan biaya yang murah. Kekurangannya adalah memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga dalam mengontrol dan memindahkan bakteri dalam jangka waktu yang pendek. Kelebihan preservasi  jangka panjang adalah mendapatkan bakteri yang stabil dalam waktu yang lama sehingga keberadaan bakteri tersebut terjaga, dan metode yang digunakan mudah. Kekurangannya adalah kontroling yang dilakukan dalam  jangka

waktu

yang lama

sehingga

dapat

terjadi

kegagalan

dalam

 penyimpanan (Machmud,2001). (Machmud,2001).

5. Carilah 3 metode preservasi lain beserta metodenya! 

Preservasi dalam minyak mineral (paraffin cair) Teknik ini merupakan teknik penyimpanan mikroba yang ditanam pada media agar dan melapisinya dengan minyak mineral atau paraffin cair.

Teknik ini mampu mempertahankan viabilitas mikroba dalam jangka waktu yang lama dengan mencegah kekeringan pada media. a. Penyediaan isolat bakteri dalam media agar miring yang telah diinkubasi 24-48 jam  b. Penyediaan minyak mineral yang telah diautoklaf pada suhu 121 0C selama 60 menit c. Minyak mineral dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi isolate  bakteri pada media agar miring. d. Tabung isolate yang telah dilapisi minyak mineral kemudian, disimpan pada suhu 4 0C e. Uji viabilitas dan pemeliharaan mikroba dilakukan secara rutin minimal 1 tahun sekali (Machmud, 2001) 

Preservasi dalam tanah steril Teknik ini mampu menyimpan mikroba selama 20 tahun atau lebih dengan biaya yang murah dan penyimpanan pada suhu ruang dan stabilitas genetik mikroba dapat dipertahankan. a. Tanah yang agak liat diambil dan dihaluskan setra diayak sampai  bersih, partikelnya halus dan homogeny  b. Tanah yang sudah kering dan diayak, dimasukan kedalam tabung atau botol dengan tutup berdrat ukuran 25 ml c. Tabung yang berisi tanah dimasukan aquades steril hingga kebasahan 30-50% kapasitas lapang, lalu ditutup d. Tanah kemudian diautoklaf dengan suhu 121 0C tiga kali berturutturut selama tiga hari masing-masing satu jam e. Suspensi mikroba dibuat dalam larutan pepton steril 2% dalam aquades f.

Sebanyak 0,1 ml suspense mikroba dimasukan kedalamm tabung  berisi tanah steril

g. Tabung disimpan kembali dalam desikator atau diruang koleksi h. Uji viabilitas dilakukan secara rutin minimal 1 tahun sekali (Machmud,2001).



Preservasi secara kriogenik Preservasi secara kriogenik yaitu teknik penyimpanan mikroba dalam media

cair

dengan

penambahan

senyawa

krioprotektan

(larutan

konservatif) dan dibekukan pada suhu sangat rendah dalam nitrogen cair. Semakin rendah suhu penyimpan mikroba akan semakin kecil kemungkinan kehilangan kemampuan viabilitasnya. Penyimpanan pada suhu sangat rendah dapat dilakukan dengan merendamnya dalam nitrogen cair yang suhunya mencapai -196 oC. Berbagai mikroba dapat disimpan langsung pada media tumbuh dengan menambahkan senyawa krioprotektan seperti gliserol atau dimetilsulfoksida (DMSO) yang dapat mengurangi dampak negatif akibat pembekuan. Krioprotektan lainnya adalah methanol, gula sacharida, polyvinyl pyrollidone (PVP). Proses  pembekuan pada kriopreservasi sebaiknya dilakukan secara bertahap hingga mencapai suhu 0 atau -40 oC,selanjutnya didinginkan secara cepat hingga suhu akhir mencapai -196 oC. Caranya: 1. Bakteri yang akan disimpan ditumbuhkan pada media a gar miring yang sesuai selama 24-48 jam. 2. Masukkan 5 mL larutan krioprotektan (gliserol 5-10% atau DMSO 5%) ke dalam tabung agar miring sehingga membentuk suspensi pekat biakan mikroba atau 1 mL suspensi bakteri ditumbuhkan pada media cair dalam ampul steril dan diinkubasi selama 16 – 18 18 jam kemudian ditambahkan larutan krioprotektan. 3. Suspensi mikroba dipindahkan sebanyak 0,3 – 0,4 0,4 mL ke dalam ampul steril dan ditambahkan 0,4 ml larutan krioprotektan, 4. Ampul dipotong (ditutup) dengan api las 5. Suspensi bakteri direndam dalam nitrogen cair (suhu -196 oC) selama 30 menit 6. Tabung berisi suspensi bakteri disimpan di dalam freezer suhu 20 oC dan

7. Uji viabilitas dengan mengambil suspensi bakteri dalam ampul dan ditumbuhkan pada media cair (Badjoeri,2010).

6. Bagaimana cara mengetahui bahwa bakteri hasil preservasi kita memiliki kemampuan viabilitas yang baik? Isolate bakteri harus disimpan dengan baik dan aman serta dilakukan kontroling secara berkala. Viabilitas yang baik adalah bakteri dapat tumbuh dan memiliki karakter yang sama dengan ketika sebelum disimpan (Chotiah, dan Natalia 2007). Viabilitas suatu bakteri dapat dilihat ketika bakteri tersebut ditumbuhkan atau ditanam di media agar, bakteri t dapat tumbuh di media agar tersebut (Priadi dan Kusmiati, 2003).

Kesimpulan

1. Laju aktivitas metabolisme mikroba dapat diperlambat dengan melakukan  preservasi mikroba. Preservasi mikroba adalah upaya penyimpanan dan  pemeliharaan koleksi atau plasma nutfah mikroba dalam jangka waktu tertentu dan apabila suatu saat diperlukan dapat dengan mudah diperoleh kembali dengan kondisi yang relatif stabil. 2. Tujuan koleksi dan preservasi meliputi tujuan jangka pendek dan jangka  panjang. Preservasi mikroba untuk jangka waktu pendek dapat dilakukan dengan menggunakan gliserol konsentarasi rendah yaitu 15 % karena jika lebih dari 15 % maka bakteri akan rusak/ terdenaturasi, jika menggunakan gliserol kurang dari 15 % maka bakteri yang akan diawetkan tidak bisa  bertahan lama. Sedangkan untuk preservasi mikroba tujuan jangka panjang dapat dilakukan dengan menggunakan minyak mineral atau parafin cair. Saran

1.

Sebaiknya sebelum melakukan kerja dilakukan sterilisasi tangan dan meja kerja menggunakan alkohol untuk menghindari kontaminasi

2.

Sebaiknya praktikan memperhatikan penjelasan asisten supaya lebih memahami proses kerja yang akan dilakukan

3.

Sebaiknya

dalam

melakukan

kerja,

paktikan

menggunakan alat agar tidak terjadi kerusakan

berhati-hati

dalam

Daftar Pustaka

Ariwulan, D.R. 2013.  Metode Penyimpanan Mikroba. Mikroba. (http://nightray13kuro.blogspot.com/2013/01/bioteknologi-review-tugas-2.html)   diakses 11 kuro.blogspot.com/2013/01/bioteknologi-review-tugas-2.html)  November 2014 Badjoeri, M. 2010. 2010 . Preservasi Mikroba untuk Pelestarian dan Stabilitas Palsma  Nutfah. Puslit  Nutfah. Puslit Limnologi. LIPI Bunyamin, Anas. 2011. Pemanfaatan Gliserol Hasil Samping Produksi Biodiesel Jarak Pagar Sebagai Komponen Coal Dust Suppressant. IPB. Bogor. Chotiah, Siti dan Lily, Natalia. 2007. Viabilitas Clostridium spp. Setelah  Konservasi Eksitu dalam Jangka Waktu Lama pada Suhu Kamar . Kamar . Seminar  Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Machmud, M. 2001. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba . Buletin ArgoBio Vol.4 Priadi, D., dan Kusmiati. 2003.  Kriopreservasi Bakteri Selulolitik Bacillus  pumilus dengan Krioprotektan Krioprotektan Berbeda. Berbeda. Cibinong. Bogor. Poedjiadi,A. 2006. 2006 . Dasar-dasar Biokimia. Biokimia . Edisi Revisi. Jakarta: UI-Press Suarsana, I.W., dan SUardana, I.W. 2007.  Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam  Laktat dari Cairan Rumen Sapi Bali sebagai Kandidat Biopreservatif . Biopreservatif . Universitas Udayana. Bali. Utami,T., Harmayani, E., Ngatirah., Rahayu. E. s. 2001.  Ketahanan dan Viabilitas Viabilitas  Probiotik Bakteri Asam Laktat Selama Proses Pembuatan Kultur Kering  Dengan Metode Freeze dan Spay Drying . Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nilai Akhir:............................................................................... Nama & Paraf Asisten: .... ........................................................

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF