80-176-1-SM

June 13, 2019 | Author: Shaaahhera | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Hhhdhdjennrjrjrjr...

Description

 J urnal urnal K eseha sehattan B akti Tunas Tunas H usa usada V olume olume 12 No N o 1 Agustus Ag ustus 2014 PENGARUH INFUSA BUAH TERONG CEPOKA TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA TIKUS PUTIH JANTAN THE EFFECT OF FRUIT EGGPLANT CEPOKA INFUSION AGAINST WHITE MALE RATS SPERMATOZOA CONCENTRATION CONCENTRATION

 Nur Laili Dwi Hidayati Hidayati dan Tita Nofianti Prodi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya Jl. Cilolohan No. 36 Tasikmalaya Tasikmalaya e-mail : [email protected] [email protected] ABSTRAK  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh infusa buah terong Cepoka terhadap konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan. Tikus putih sebanyak sebanyak 20 ekor ekor umur 2-3 bulan dikelompokkan dikelompokkan  berdasarkan Rancangan Acak lengkap dengan perlakuan kelompok kontrol dan 3 dosis uji. Parameter P arameter yang diukur adalah adalah bobot testis basah per 100 g berat badan tikus; indeks indeks testis dan konsentrasi spermatozoa. Data dianalisis dengan Anava (α = 0,05) dan dilanjutkan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infus buah terung Cepoka belum dapat menurunkan bobot testis, indeks testis dan konsentrasi spermatozoa secara signifikan. Kata kunci : Buah terung Cepoka, konsentrasi spermatozoa

I.

Pengaruhnya

PENDAHULUAN

dapat

berupa

pemicu

1.1 Latar Belakang

kesuburan atau menghambat kesuburan

Masyarakat Masyarakat Indonesia sekarang ini terlihat

(anti

adanya

ditimbulkan sebagai agen anti fertilitas

kecenderungan

menggunakan dibandingkan

untuk

obat

lebih

tradisional

dengan

yang

mengganggu

spermatogenesis (Vijaykumar et al., 2003; al., 2003;

Menurut Nurhuda et al . (1995) dan

Priami et al., al., 2012; Margono, 2013) dan

Agustina et al . (2008),

keuntungan

menurunkan kualitas spermatozoa (Astuti

 penggunaan bahan tradisional diantaranya

et al., 1995; Wiyanti, 2006; Kiong et al,

toksisitas

diperoleh,

2006; Rusmiati, 2007; Herlina et al., al.,

kurang

2008; Diantini et al., al., 2008; Akmal et al., al.,

menimbulkan efek samping. Bahan-bahan

2008) sehingga menurunkan persentase

dari tumbuhan tersebut memiliki aktifitas

keberhasilan fertilisasi

yang sifatnya dapat balik (reversible (reversible), ),

Kemenkes, 2003).

sehingga bila pemakaiannya dihentikan,

Terong cepoka merupakan jenis tanaman

maka fungsinya dapat kembali seperti

yang

kondisi normal.

masyarakat Indonesia. Bagian tanaman

Berbagai

rendah,

obat

diantaranya

Pengaruh

sintetik.

harganya

dengan

fertilitas).

mudah

terjangkau

senyawa

dan

dimanfaatkan

oleh

pada

yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi

tumbuhan, khususnya kelompok senyawa-

adalah buahnya, baik sebagai sayuran

senyawa steroid, alkaloid, isoflafonoid,

ataupun lalapan. Tanaman ini memiliki

triterpenoid dan xanthon memiliki khasiat

senyawa sterol carpesterol yakni pada

sebagai

 buah dan daunnya. Buah dan daunnya

bahan

bioaktif

banyak

(Adnan, 2002;

pengatur

fertilitas.

202

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

mengandung alkaloid steroid yaitu jenis

II. TUJUAN DAN MANFAAT

solasodin, solasonin, chlorogenin.

PENELITIAN

Kandungan kimia jenis solasodin sebesar

2.1 Tujuan Penelitian

0,84% . Kandungan solasodin dalam biji

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini

dan lendir buah mencapai 5,5% yang

adalah untuk :

 berdasarkan informasi dapat dijadikan

1.

Mengetahui pengaruh buah terung

sebagai alat kontrasepsi berbasis bahan

cepoka

terhadap

alam (Sirait, 2009).

indeks

testis

Penelitian anti fertilitas pada hewan

Pemberian infus daun Puding

dan

berat,

konsentrasi

spermatozoa tikus putih jantan galur

 jantan telah dilakukan pada tanaman Puding.

terhadap

Wistar  ? 2.

Dosis efektif buah terung cepoka

( Polyscias guilfoylei L.H. Bailey) selama

yang

dapat

mempengaruhi

52 hari dengan dosis 50, 100 dan 200mg/g

indeks

BB dapat menurunkan konsentrasi dan

spermatozoa tikus putih jantan galur

kualitas spermatozoa vas deferen  tikus

Wistar  ?

testis

dan

berat,

konsentrasi

galur DDY (Elya dan Dadang, 2002).

2.2 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang anti fertilitas buah

Manfaat penelitian ini adalah memberikan

terung cepoka belum dilakukan. Oleh

informasi

karena itu, perlu diteliti pengaruh buah

 pengaruh buah terung cepoka sebagai agen

terung

anti fertilitas pada pria.

cepoka

terhadap

konsentrasi

kepada

masyarakat

tentang

spermatozoa. III. METODOLOGI PENELITIAN

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan

Apakah

pemberian

buah

terung

testis, indeks testis dan konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan galur

Pada dosis berapakah buah terung dapat

digunakan

dalam

(Pyrex) seperti cawan petri, seperangkat alat bedah (Yamaco), timbangan analitik elektrik (Sartorius), mikroskop (XSZ-107 BN

002621),

kandang

pemeliharaan,

tempat minum, pipet Pasteur, object glass,

Winstar  ?

cepoka

yang

 penelitian ini meliputi alat-alat gelas

cepoka berpengaruh terhadap berat

2.

Alat-alat

permasalahan

sebagai berikut : 1.

3.1. ALAT

berpengaruh

secara

efektif terhadap berat testis, indeks testis dan konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan galur Winstar  ?

cover glass, kertas saring, beker glass, kain flanel, panci infus, termometer, kain lap, gelas ukur 100mL dan 250 mL (Pyrex),

spuit

injeksi

1

mL

yang

termodifikasi, sonde oral, kapas, kamera digital, pipet tetes, mortar dan penumbuk, tabung reaksi, pinset, botol sampel (botol 203

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

salep

5

mL),

oven,

kertas

label,

 buah terong cepoka dalam variasi dosis

haemocytometer, hand counter .

tertentu. Masing-masing perlakuan terdiri

3.2. BAHAN

dari 5 ekor tikus putih jantan. Parameter

Bahan-bahan

yang

digunakan

yang diukur adalah indeks organ testis

dalam penelitian ini antara lain etinil

dan konsentrasi spermatozoa.

estradiol tablet (Schering), buah terung

3.6. Prosedur Penelitian

cepoka, serbuk gergaji kayu, NaCl 0,9 %,

3.6.1 Persiapan Hewan Uji

akuades, Na CMC 0,1 %, amonia 25%,

Hewan uji berupa tikus putih dicek

kloroform/eter,

kelayakannya

HCl10%,

pereaksi

pereaksi

magnesium,

amil

Dragendorff,

Mayer, alkohol,

serbuk

besi

(III)

sebagai

 penelitian. Tikus putih

hewan

uji

yang memenuhi

syarat untuk penelitian adalah yang sehat,

klorida 1%, asam sulfat, NaCl 0,9.

menunjukkan kenormalan secara fisik.

3.3. Hewan Uji

Tikus tersebut kemudian dipelihara selama

Hewan uji yang digunakan dalam

7 hari, diberi makanan dan minuman

 penelitian ini adalah tikus putih galur

sampai ad libidum. Serbuk gergaji kayu

Wistar  berumur 2-3 bulan dengan berat

sebagai alas pada kandang mencit diganti

 badan 200-250 g, yang sehat dan normal.

2 hari sekali untuk menjaga kebersihan

Hewan

kandang. Pakan yang diberikan adalah

uji

diperoleh

dari

Biofarma,

Bandung.

 pellet .

3.4. Determinasi Simplisia

3.6.2 Pembuatan

Bahan baku yang digunakan dalam

Simplisia

Buah

(Depkes RI, 1985)

 penelitian ini yaitu buah terong cepoka

Tanaman terong cepoka dipetik buahnya

yang diperoleh dari Kp. Cinangka, Desa

dengan tangan. Pada bagian tangkai

Pakemitan

 buahnya.

2,

Kec.

Cikatomas,

Buah yang digunakan adalah

Tasikmalaya. Bahan yang dikumpulkan

 buah

kemudian dipastikan identitasnya dengan

dimakan/dilalap dengan warna buah hijau

melakukan

keunguan,

kemudian

Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB,

tangkainya

dan

Bandung.

 bahan-bahan

3.5. Metode penelitian

menempel

determinasi

Penelitian menggunakan

ini

di

dilakukan metode

Herbarium

dengan

eksperimental

yang

sudah

masak,

dipisahkan

dari

kotoran-kotoran

atau

asing pada

siap

lainnya

simplisia

yang tersebut.

Sealanjutnya dicuci dengan air bersih untuk

menghilangkan

kotoran

dan

dengan rancangan acak lengkap (RAL)

mikroba yang menempel pada simplisia

dengan 4 kelompok perlakuan dengan

tersebut. Menurut Frazier (1978) dalam

 jumlah hewan uji sebanyak 20 ekor.

Depkes RI (1985), pencucian sebanyak 3

Kelompok perlakuan 1 sebagai kontrol

kali

negatif, dan 3 kelompok perlakuan sediaan

sebanyak 78%. Buah dijemur terlebih

dapat

menghilangkan

mikroba

204

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

dahulu

1

dirajang.

menit, kemudian disaring. Sebanyak 5 mL

Perajangan buah dilakukan dengan pisau

filtrat yang diperoleh ditambah serbuk

menjadi beberapa bagian yang lebih tipis

magnesium, amil alkohol dan 2 mL

dan

agar

campuran alkohol-asam klorida (1 : 1).

mempercepat pengeringan. Buah yang

Campuran tersebut dikocok kuat-kuat,

telah dirajang selanjutnya dikeringkan

kemudian dibiarkan memisah, dan diamati

dengan panas sinar matahari langsung.

warna yang terbentuk pada lapisan amil

Pengeringan dihentikan pada saat buah

alkohol.

telah kering. Buah yang telah kering

kuning, atau jingga pada lapisan amil

disortir dari bahan-bahan lain yang masih

alkohol menunjukkan adanya golongan

menempel pada simplisia tersebut.

senyawa flavonoid.

3.6.3 Penapisan

3.6.3.3. Saponin

kecil

hari

sebelum

secara

melintang

Fitokimia

(Farnsworth,

Simplisia

1966;

Nurliani,

2007; Yunita et al., 2009)

Terbentuknya

warna

merah,

Sebanyak 10 mL filtrat yang sama seperti yang

digunakan

pada

uji

flavonoid

3.6.3.1. Alkaloid

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

Sebanyak 2 gram ekstrak dilembabkan

dikocok

dengan 5 mL amonia 25%, digerus dalam

Kandungan saponin dalam ekstrak positif

mortir, kemudian ditambahkan 20 mL

apabila busa yang terbentuk di tabung

kloroform, dan digerus kuat-kuat.

stabil selama tidak kurang dari 10 menit

Campuran disaring. Filtrat diteteskan pada

setinggi 1-10 cm dan busa tidak hilang

kertas saring, kemudian ditetesi pereaksi

 pada penambahan asam klorida 2 N.

Dragendorff.

3.6.3.4. Tanin

Terbentuknya warna merah atau jingga

Sebanyak 10 gram ekstrak bahan yang

 pada kertas saring menunjukkan adanya

akan diperiksa dicampur dengan 100 mL

alkaloid. Filtrat yang sama diekstraksi dua

air panas, kemudian dididihkan selama 15

kali dengan larutan asam klorida 10%, lalu

menit. Campuran tersebut didinginkan,

dimasukkan ke dalam dua tabung masing-

kemudian disaring dan filtrat dibagi tiga.

masing 5 mL. Filtrat dalam tiap tabung

Ke

diuji

dan

ditambahkan larutan besi (III) klorida 1%.

endapan

Terbentuknya warna biru tua atau hitam

merah bata dengan pereaksi Dragendorff

kehijauan menunjukkan adanya golongan

atau endapan putih dengan pereaksi Mayer

senyawa tanin. Ke dalam filtrat kedua

menunjukkan adanya golongan senyawa

ditambahkan

alkaloid.

terbentuknya endapan putih menunjukkan

3.6.3.2. Flavonoid

adanya tanin. Ke dalam filtrat ketiga

Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan

ditambahkan 15 mL pereaksi Steasny dan

100 mL air panas, dididihkan selama 15

dipanaskan dalam penangas air suhu 90oC.

dengan

Dragendorff.

pereaksi

Mayer

Terbentuknya

vertikal

dalam

selama

filtrat

larutan

yang

10

detik.

pertama

gelatin

1%,

205

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

Terbentuknya endapan warna merah muda

mL ditambahkan ke dalam panci infus

menunjukkan

katekat.

kemudian panci infus dipanaskan di atas

Endapan kemudian dipisahkan dan filtrat

tanggas air. Waktu yang digunakan untuk

dijenuhkan

asetat,

menginfus simplisia adalah 15 menit.

kemudian ditambahkan beberapa tetes

Campuran simplisia dipanaskan hingga

larutan

adanya

dengan

besi

Terbentuknya

tanin

natrium

(III)

klorida

1%.

suhunya

mencapai

warna

biru

tinta

simplisia

diinfus

90oC selama

15

Campuran

3.6.3.5. Kuinon

Setelah infus dingin, infus disaring dengan

Ke dalam 5 mL larutan filtrat yang sama

menggunakan

seperti yang digunakan pada uji flavonoid

ditampung pada beker glass.

ditambahkan

larutan

simplisia yang masih tertinggal di panci

natrium hidroksida 1 N. Terbentuknya

infus ditambahkan sejumlah air panas

warna

kemudian disaring kembali. Filtrat hasil

merah

tetes

menunjukkan

adanya

kain

sesekali

menit.

menunjukkan adanya tanin galat.

beberapa

simplisia

kemudian

diaduk.

flanel,

filtratnya Ampas

golongan senyawa kuinon.

saringan ampas ditambahkan ke beker

3.6.3.6. Steroid/Triterpenoid

 glass hingga memperoleh volume 100 mL.

Sebanyak

1 gram

ekstrak

dimaserasi

Konsentrasi infus yang didapatkan adalah

dengan 20 mL eter selama 2 jam. Hasil

15 % (BPOM, 2010).

maserasi disaring dan diambil filtratnya.

3.6.5 Pemberian perlakuan hewan uji

Sebanyak 5 mL filtrat diuapkan dalam

Pemberian perlakuan hewan uji seperti

cawan penguap hingga diperoleh residu.

yang tertera pada Tabel 3.1. Kelompok I

Residu tersebut ditambahkan 2 tetes

sampai IV diberikan sedian selama 28 hari

anhidrida asetat dan 1 tetes asam sulfat

 berturut-turut secara oral dosis

 pekat. Terbentuknya warna merah ungu

(Kemenkes, 1993).

tunggal

menunjukkan adanya golongan senyawa

Tabel 3.1. Perlakuan, sediaan yang diberikan

triterpenoid,

dan jumlah yang diberikan tiap kelompok uji

sedangkan

terbentuknya

warna biru hijau menunjukkan adanya

 penelitian Perlakuan Kontrol Dosis uji I

golongan senyawa steroid. 3.6.4 Pembuatan Infus

Pemberian buah takokak dalam bentuk

Dosisi uji II

infus. Infus adalah sediaan air yang dibuat

Dosis Uji III

dengan menyari simplisia nabati dengan

Sediaan yang diberikan Suspensi Na CMC 0,1 % Infus buah cepoka kering (0,0135 g /200 g BB tikus) Infus buah cepoka kering (0,27 g /200 g BB tikus ) Infus buah cepoka kering (0,54 g/200 g BB tikus )

air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Infus

3.6.6 Penimbangan Bobot Testis

yang

dari

Pada akhir perlakuan, yakni hari ke-28,

dilakukan

semua tikus percobaan dikorbankan secara

akan

simplisia.

dibuat

adalah

Pembuatan infus

15%

dengan memasukkan simplisia sebanyak

dislocatio

15 gram ke panci infus. Air sebanyak 100

 pembedahan

cervicalis, bagian

lalu

dilakukan

abdomen

dan 206

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

dilakukan koleksi organ testis. Testis

kali).

diambil

spermatozoa

kemudian

dibersihkan

Penghitungan

konsentrasi menggunakan

menggunakan NaCl 0,9 % selanjutnya

haemocytometer. Suspensi testis diambil

diletakkan pada kertas saring agar cairan

menggunakan pipet tetes.

yang menempel pada testis akan terserap.

diteteskan ke haemocytometer sebanyak 1

Testis

ditimbang

kemudian

dihitung

bobot

basahnya

tetes.

indeks

organnya

 jumlah spermatozoanya pada 5 kotak

dengan rumus sebagai berikut :   ℎ

Kemudian diamati dan dihitung

sedang dengan menggunakan kaidah zig-

 

Indeks organ =

Spermatozoa

zag. Jumlah spermatozoa dirata-rata dan

 x 100%

dihitung konsentrasinya dengan rumus :

(Angelina et al , 2008).

Jumlah

3.6.7 Pengujian

Konsentrasi

Spermatozoa (Elya dan Dadang,

spermatozoa/mL

x

=

x

2,5

x105xfaktor pengenceran (104) 3.6.8 Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data berat

2002; Diantini et al., 2008)

cara

testis dan konsentrasi spermatozoa dirata-

bagian cauda epididimis  dan

rata dan diukur standar deviasinya. Data

testis pada cawan petri yang telah berisi

indeks organ (%) ditransformasi ke dalam

 NaCl 0,9 % (sebagai larutan stok). Larutan

Arcin.

 NaCl 0,9 % berfungsi sebagai bahan

(%),

 pengencer.

Selain berfungsi sebagai

spermatozoa selanjutnya dianalisis dengan

 pengencer, larutan NaCl 0,9% juga dapat

uji ANOVA untuk mengetahui pengaruh

 berfungsi untuk memperpanjang waktu

 perlakuan terhadap parameter yang diuji.

 penyimpanan

Apabila terdapat pengaruh nyata maka

Spermatozoa menyayat

diperoleh

sampel

dengan

(Wijayanti

dan

Hasil transformasi indeks organ berat

testis

dan

konsentrasi

Simanjuntak, 2006

dilanjutkan uji LSD (Steel dan Torrie,

Pengenceran dilakukan sebanyak 10.000

1991;

kali. Hal ini bertujuan agar jumlah

Gomes, 1995; Sari dan Nunung, 2004).

spermatozoa yang diamati tidak terlalu

3.6.9 Waktu dan Tempat Penelitian

 banyak.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada

Pengenceran dilakukan dengan

Kemenkes,

1993; Gomes dan

suspensi

 bulan Maret sampai dengan Juni 2014

spermatozoa dan ditambahkan 0,9 mL

 bertempat di Laboratorium Farmakologi

 NaCl 0,9 % (pengenceran 100 kali).

dan Toksikologi Prodi S1 Farmasi STIKes

Selanjutnya diambil sebanyak 0,1 mL

Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.

cara

mengambil

0,1

mL

suspensi spermatozoa dan ditambahkan 0,9 mL NaCl 0,9 % (pengenceran 1.000 kali).

Selanjutnya diambil 0,1

mL

suspensi spermatozoa dan ditambahkan 0,9 mL NaCl 0,9 % (pengenceran 10.000

IV. A.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil skrining fitokimia

Berdasarkan tabel hasil skrining fitokimia menunjukkan

bahwa

buah

Cepoka 207

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

mengandung

zat

aktif

diantaranya

hasil

yang tidak

signifikan (α>0,05)

flavonoid, saponin, kuinon dan steroid.

dengan nilai α sebesar 0,116.

B.

Cepoka

dapat diartikan bahwa pemberian buah

Swartz.)

Cepoka belum mampu menurunkan berat

Pengaruh ( Solanum

infusa

buah

tuberosum

terhadap berat testis tikus putih

Hal ini

testis secara signifikan. C.

Pengaruh

infusa

buah

Cepoka

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata

( Solanum

tuberosum

 berat testis (gram) pada masing-masing

terhadap indeks testis tikus putih

Swartz.)

kelompok perlakuan menunjukkan hasil

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata

yang berbeda. Rata-rata berat testis pada

indeks testis (%) pada masing-masing

kelompok kontrol sebesar 9,04 gram; pada

kelompok perlakuan menunjukkan hasil

kelompok dosis 1 sebesar 6,34 gram; pada

yang bervarasi.

kelompok dosis 2 sebesar 6,39 gram dan

 pada kelompok kontrol sebesar 2,98 %;

 pada kelompok dosis 3 sebesar 7,62 gram.

 pada kelompok dosis 1 sebesar 2,15 %;

Secara deskriptif, rata-rata berat testis

 pada kelompok dosis 2 sebesar 2,29 % dan

 pada kelompok dosis uji (1, 2 maupun 3)

 pada kelompok dosis 3 sebesar 2,44 %

lebih

(Gambar 4.2.).

rendah

dibandingkan

dengan

Rata-rata indeks testis

kelompok control (Gambar 4.1.). Hal ini

Secara deskriptif, rata-rata indek testis

menunjukkan bahwa pemberian ekstrak

 pada kelompok dosis uji (1, 2 maupun 3)

 buah Cepoka berpengaruh terhadap berat

lebih

testis.

Pemberian buah Cepoka terlihat

kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan

mampu menurunkan berat testis (Gambar

 bahwa pemberian ekstrak buah Cepoka

4.1.).

 berpengaruh

rendah

dibandingkan

terhadap

dengan

indeks

testis.

Pemberian buah Cepoka terlihat mampu menurunkan indeks testis.

Penurunan

indeks testis dapat dimungkinkan karena adanya senyawa aktif buah terung Cepoka yaitu alkaloid dan steroid.

Hasil uji

Anova menunjukkan hasil yang tidak Gambar 4.1. Berat testis (gram)

Menurut Fajria (2008), adanya penurunan  berat testis menunjukkan adanya efek antifertilitas. Penurunan berat testis dapat dimungkinkan karena adanya senyawa

signifikan (α>0,05) dengan nilai α sebesar 0,153.

Hal ini dapat diartikan bahwa

 pemberian buah Cepoka belum mampu menurunkan

indeks

testis

secara

signifikan.

aktif buah terung Cepoka yaitu alkaloid dan steroid. Hasil uji Anova menunjukkan 208

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

(0,775>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

3.50 3.00     )    %     (    s    i    t    s    e    t    s     k    e     d    n    I

 pemberian buah Cepoka belum mampu

2.50

menurunkan

2.00 1.50

konsentrasi

secara signifikan.

spermatozoa

Hal serupa dijumpai

1.00

 pada pemberian  Momordica charantia L.

0.50 0.00 Kontrol

Dosis 1

Dosis 2

sebanyak 900 mg/kg bb/hari selama 20

Dosis 3

hari,

Perlakuan

40

hari

menunjukkan Gambar 4.2. Indeks testis (%)

Pengaruh infusa buah cepoka ( Solanum tuberosum Swartz.) terhadap konsentrasi spermatozoa tikus putih Pemberian infus buah Cepoka (Solanum

tuberosum Swartz.) dapat mempengaruhi spermataozoa

tikus

putih

( Rattus norvegicus). Rata-rata konsentrasi spermatozoa

pada

kelompok

1,67x109

sejumlah

spz/ind.

60

hari

penurunan

tidak jumlah

spermatozoa tikus secara bertingkat dan

D.

konsentrasi

dan

kontrol Pada

kelompok dosis uji, rata-rata konsentrasi spermatozoa pada dosis 1 (0,0195 g/200 g BB tikus) sejumlah 1,39x109  spz/ind; dosis 2 (0,039 g/200 g BB tikus) sejumlah

 bermakna.

tetapi

pemberian

 Momordica charantia L.

900 mg/kg

 bb/hari

Akan

dapat

menurunkan

jumlah

spermatozoa tikus (Saptogino, 2010). Menurut

Elya

dan

Dadang

(2002);

Saptogino (2010) dan Hartati (2011), adanya

penurunan

konsentrasi

spermatozoa menunjukkan adanya efek antifertilitas.

Berdasarkan hasil skrining

fitokimia, zat aktif yang diduga memiliki efek antifertilitas adalah alkaloid dan steroid.

1,23x109  spz/ind dan pada dosis 3 (0,078

Alkaloid

g/200 g BB tikus) sejumlah 0,91x109

mekanisme kerjanya menyerupai estrogen alamiah

spz/ind (Gambar 4.3). Berdasarkan hasil penelitian, pemberian infusa

buah

adanya

takokak

memperlihatkan

kecenderungan

konsentrasi

spermatozoa

penurunan apabila

bersifat

sehingga

estrogenik

mampu

yang

berikatan

dengan reseptor estrogen. Dengan adanya senyawa alkaloid maka kadar hormon testosteron bebas dalam plasma darah akan meningkat

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Semakin besar dosis uji yang diberikan, maka

konsentrasi

spermatozoanya

semakin menurun. Hal ini dimungkinkan dikarenakan efek dari zat aktif pada buah terung Cepoka yaitu alkaloid dan steroid.  Namun hasil analisis varian menunjukkan 9

 bahwa pengaruh tersebut tidak signifikan

Gambar 4.3. Konsentrasi spermatozoa (10 )

209

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

dan

sebagai

akibatnya

akan

terjadi

dalam menginduksi lima  pathway FSH di

mekanisme umpan balik negatif yang

dalam sel Sertoli, yaitu  pathway mitogen-

mampu menghambat hipofisis anterior

activated protein kinase ( MAPkinase),

untuk memproduksi LH.

 pathway

Menurunnya

kalsium,

 pathway

kadar LH dapat menurunkan produksi

 phosphatidylinositol

testosteron sehingga dapat mengganggu

 pathwayPhospholipase A2, dan  pathway

spermatogenesis yang selanjutnya dapat

cAMP (cyclic adenosine monophosphate)-

menurunkan

 protein kinase A (PKA). Selain itu,

jumlah

spermatozoa.

3-kinase,

.Menurut Kellis dan Vickery (1984) dalam

terhambatnya

Saptogino

dapat

mengganggu  signaling LH di dalam sel

menghambat enzim aromatase. Dengan

Leydig untuk mensekresikan testosteron.

dihambatnya enzim tersebut yaitu yang

Hal

 berfungsi mengkatalisis konversi androgen

terganggunya

menjadi estrogen, maka jumlah androgen

testosteron di dalam sel Sertoli, yaitu

(testosteron) akan meningkat. Tingginya

 pathway

konsentrasi

kalsium (Walker dan Cheng, 2005 dalam

(2010),

flavonoid

testosteron

akan

berefek

ini

sekresi

juga

akan

dan  pathway

Akmah

melepaskan FSH dan atau LH; dengan

 pathway signaling FSH dan testosteron di

demikian

dalam

menghambat

sel

2010).

signaling

umpan balik negatif ke hipofisis tidak

akan

al .,

kinase

akan

menyebabkan

 pathway

MAP

et

LH

Sertoli

Terganggunya

akan

berdampak

spermatogenesis. Menurut Jackson dan

terhadap posforilasi dua gen penting, yaitu

Jones (1972) dalam Saptogino (2010),

cAMP element binding protein (CREB)

steroid

dan cAMP responsive element modulator

dapat

berperan

sebagai

 penghambat spermatogenesis dan bersifat

(CREM).

reversibel. Hal ini disebabkan adanya steroid

mengakibatkan

konsentrasi

testosteron yang terus meningkat dalam darah sehingga memunculkan efek umpan  balik ( feedback ) negatif terhadap kelenjar hipofisis,

sehingga

akan

berdampak

terhambatnya sekresi  Follicle Stimulating  Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone

sekresi

level FSH

terganggunya

molekuler, akan ikatan

A.

KESIMPULAN

Berdasarkan

hasil

disimpulkan

bahwa

terung

cepoka

penelitian

dapat

pemberian

buah

dengan

dosis

0,0135g/200BB tikus; 0,27 g/200BB tikus dan

0,54

g/200BB

tikus

mampu

menurunkan berat testis, indeks testis dan

(LH) (Priamini et al ., 2012). Pada

KESIMPULAN DAN SARAN

terhambatnya menyebabkan FSH

dengan

reseptornya (FSH-R) di dalam sel Sertoli. Hal ini berdampak terhadap aktivitas FSH

konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan galur Wistar namun belum signifikan. B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan adanya uji toksistas dosis 0,0135g/200BB 210

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

tikus, dan pengkajian morfologi, motilitas

 Nasional Tumbuhan Obat Indonesia

dan

 IX , Jogjakarta.

viabilitas

spermatozoa

serta

 pengukuran kadar hormone testosterone.

Badan POM RI. 2010.  Acuan Sediaan  Herbal. Volume 5. Edisi 1.

Badan

DAFTAR PUSTAKA

Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta

Adnan. 2002. Potensi Tumbuhan sebagai

: 3-4.

Bahan Pengatur Fertilitas. Skripsi. UNM, Makassar. Efek Estrogenik Biji Klebet

(Trigonella

Kesehatan

Indonesia.

Agustina, K., Sumali, W., dan Dadang, K. 2005.

Departemen

foecum-graecum

L.)

1985.

Republik

Cara Pembuatan

Simplisia. Diantini, A., Deni, H. Dan Anas, S. 2008. Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol

terhadap Perkemabangan Uterus Tikus

Daun

Putih Betina.

 serratum (L.) Moon.) pada Mencit dan

 Jurnal Bahan Alam

 Indonesia. 4 (2) : 280-285. Akmal,

Senggugu

(Clerodendrum

Tikus Jantan.  Farmaka. 6 (3) : 1-6.

M., Aulanni’am, Rasmiadar,

Elya, B. dan Dadang, K. 2002. Pengaruh

Dasrul, Tongku, N.S., dan Erdiansyah

Infus

R. 2008. Efek Paparan Dekok Biji

 guilfoylei 

Pinang

Kualitas Spermatozoa Tikus Jantan

( Areca

catechu)

terhadap

Daun

Puding

L.H.

Bailey)

Motilitas Spermatozoa Tikus ( Rattus

( Rattus

norvegicus)

 Makara Sains. 6 (2) : 1-7.

:

Upaya

Menemukan

Kandidat Antifertilitas Pria.  J. Ked.  Hewan. 2 (2) : 137-142. Peningkatan

Testosteron

pada

norvegicus) 2008.

Ekstrak

Akmah, M., Chanif, M. dan Aulanni’am. 2010.

Fajri, Lili.

Konsentrasi

Tikus

Akibat

( Pandanus

Berat

Tubulus,

dan

Spermatogenesis

Jurnal Veteriner. 11 (4) : 244-250.

musculus)

Banjarnahor, S.D.S., dan Meilawati,

Galur

Pandan

amaryllifolius

Terhadap

terhadap DDY.

Pengaruh Pemberian

Daun

Paparan Ekstrak Air Biji Pinang. Angelina, M., Hartati, S., Deijanti, I.D.,

( Polyscias

Strain

Testis,

Wangi Roxb) Diameter

Sel-sel

pada

Mencit

( Mus

Jepang.

Tesis.

Program Ilmu Biomedik, Universitas Andalas.

L. 2008. Penentuan LD50 Daun Cinco

Farnsworth, N. R. 1966. Biological and

(Cyclea barbata Miers.) pada Mencit.

Phytochemical Screening of Plant.

Lembaga

 Journal of

Ilmu

Pengetahuan

Indonesia. Vol.12(1), pp. 23-26.

Pharmaceutical Science.

55 (3) : 245-266.

Astuti, Y., B, Zulkarnain dan S. Sundari.

Gomez, K.A dan A. A. Gomez.1995.

1995. Penelitian Ekstrak Kayu Secang

 Prosedur Statistik untuk Penelitian

(Caesalpinia sappan L.)

 Pertanian

Motilitas

Spermatozoa

terhadap

dan

Laju

Fertilitas  Mus musculus L. Seminar

Edisi

kedua.Universitas

Indonesia Press, Jakarta. Hala, D.N., K.V. Look., W.V. Holt and S. Jobling.

2009.

Validation of a 211

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

Method for Measuring Sperm Quality

Strain LMR.

and Quantity in Reproduction Toxicity

YARSI. 3 (2) : 13-20.

with

Pair-Breeding Male Fathead

Minnows

( Pimephales

promelas).

 ILAR e-Journal . 50 : e1-e10. Hartati.

2011.

 Nurliani, A. 2007. Penelusuran Potensi Antifertilitas Kulit Buah Kayu Durian ( Durio

Pengaruh Dekok Daun

Jambu Biji Merah ( Psidium guajava

 Jurnal Kedokteran

zibethinus

Murr)

Skrinning Fitokimia.

Melalui

Sains

dan

Terapan Kimia. 1 (2) : 53-58.

L). Terhadap Jumlah, Kecepatan dan

Primiani, C.N., Umie, L dan Mohamad, A.

Morfologi Spermatozoa Tikus Putih

2012. Potensi Genistein pada Sistem

Jantan ( Rattus norvegicus).

Reproduksi

Mencit

musculus).

Seminar Nasional VIII

Ilmu

Bimedik, Universitas Andalas. Herlina, T., Euis, J., Unang, S., Wahyu, W., Anas, S dan Supriyatna, S. 2008. Potensi

Tumbuhan

Jantan

( Mus

 Pendidikan Biologi. 102-107. Purohit, A. 1992. Contraceptive Efficacy

 Erythrina

of Solanum xanthocarpum  Berry in

(Leguminose) sebagai Anti Fertilitas.

Male Rats.  Ancient Science of Life. 7

 JKM . 7 (2) : 1-6.

: 264-266.

ISFI. 2010. ISO Indonesia. Volume 45. PT ISFI, Jakarta : 277.

Per-Oral Daun  Hydrocotyle javanica

Kiong, ER, Eing-Mei T, Li-Yu, Ying-Chi Ko and Jau-Nan L. Effects

of

Motility

2006.

Aceroline and

Rinidar. 2003. Uji Aktivitas Kontrasepsi

on

Thumb. Pada Mencit ( Mus musculus).

Invitro

Tesis.

Sperm

Lampung.

Cyclooxygenase-2

Universitas Sumatera Utara,

Rusmiati. 2007. Pengaruh Ekstrak Kayu

Expression. J. Toxicological Sciences.

Secang

37 : 75-82.

terhadap

Margono, F.E.P. 2013. Efek Daun Katuk (Sauropus androgynous (L). Merr.) terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Putih

Jantan

( Rattus

Secara Histologi.

norvegians)

 Jurnal Ilmiah

Mencit

(Caesalpinia

sappa

Viabilitas Jantan

Spermatozoa

( Musmusculus  L.).

 Bioscience. 4 (2) : 63-70. Rusmiati. 2009. Uji Efek Antifertilitas Ekstrak Metanol Kulit Kayu Durian ( Durio

zibethinus

pada

Mencit

( Mus

Kehamilan

(1) : 1-14.

musculus L.).  Bioscientiae.

 Medicine

and

University

of

Science Series Washington

II .

Health

Science Centre. Washington. p 1-23.  Nur Huda, O. Soeradi, N. Suhana dan

Rusmiati. 1999. Mencit

setelah

 Diri

dan

Motilitas Spermatozoa Tikus Jantan

Perlakuan

Ekstrak Kayu Secang.

Buah

Jumlah

Gambaran Struktur

Morfologi Spermatozoa Epididimis

 Penelitian

terhadap

6 (2) :

26-36.

Sadikin. 1995. Pengaruh Pemberian Pare

Awal

Murr.)

 Mahasiswa Universitas Suarabaya. 2 Moore, D. 2000.  Laboratory Animal

L.)

Proyek

(PPD)

dengan  Laporan

Pengembangan

HEDS. 

Universitas

Lambung Mangkurat, Banjarmasin. 212

 J urnal Kesehatan Bakti Tunas H usada Volume 12 No 1 Agustus 2014

Sadsoeitoeboen, P.D. 2005.

Manfaat

Ekstrak Rumput Kebar ( Biophytum  petersianum 

Klotzsch)

terhadap

Bambang Sumantri.

Cetakan ke-2.

PT. Gramedia, Jakarta. Toelihere,

MR.

1985.

 Fisiologi

Penampilan Reproduksi Mencit Putih

 Reproduksi pada Ternak . Angkasa,

Betina. Tesis. IPB, Bogor.

Bandung.

Saptogino, R.A. 2010.

Pengaruh Lama

Vijaykumar,

B.,

I.

Sangammna,

A.

Pemberian  Momordica charantia L.

Sharanabasappa and S. B. Patil. 2003.

Terhadap Jumlah Spermatozoa pada

Antifertility

Tikus Balb/C Dewasa Jantan.  Artikel

Extrack of Crotalaria juncea  Linn.,

 Karya

Seeds in Male Mice.

Tulis

Ilmiah.,

UNDIP,

Semarang.

Daun

dari

Sambung

2004.

Ekstrak Nyawa

 procumbens  (Lour.)

Various

 Phillippine

Efek

Wardoyo, B.P.E. 1990. Pengaruh Fraksi

Etanol

Kloroform dan Fraksi Air dan Buah

(Gynura

Merr.)

pada

 Momordica Spermatozoa

Tikus.  Majalah Farmasi Indonesia.

Thesis.

15(4) : 158-162.

Jogjakarta.

Sastrawinata, S. R. 1980. Teknik Keluarga  Berencana. Elstar Offset, Bandung. Sherwood,

of

 Journal of Science. 132 (1):39-46.

Sari, I.P. dan Nunung, Y. Estrogenik

Activity

L. 2001.  Fisiologi Manusia

charantia 

terhadap

Epididimis

Fakultas Farmasi, UGM,

Widiyani, T. 2006. Efek Antifertilitas Ekstrak Akar Som Jawa (Talinum  paniculatum Gaertn. )  pada Mencit

dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:

( Mus

EGC.

 Bul.Penel.Kesehatan. 32 (3) :

Shin, I.M. 1990. Anti Motility Effects of

Tikus.

musculus 

L.)

Jantan. 119-

127.

Chinese Herbal Medicines on Human

Wijayanti, G.E. dan S.B.I., Simanjuntak.

Sperm.  Journal of Farmosom Medica

2006. Viabilitas Sperma Ikan Nilem

 Associaties.

(Osteochilus hasselti C.V.) Setelah

Sirait, Nursalam. 2009. (Solanum

torvum)

Terong Cepoka Herba

Berkhasiat sebagai Obat.  Penelitian

dan

Tanaman Industri.

yang Warta

Pengembangan 15 (1) : 11-13.

Steel. R. G. D, and J. H. Torrie. 1991.

Penyimpanan Jangka Pendek dalam Larutan Ringer.  Jurnal Perikanan (J.  Fish. Sci.). 8 (2) : 207-214. Yunita, Azidi, I. dan Radna, N. 2009. Skrining Fitokimia Daun Tumbuhan Katimah

( Kleinhovia hospital L.).

Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu

Sains dan Terapan Kimia. 3 (2) : 112

Pendekatan Biometrik. Alih Bahasa :

 –  123

213

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF