7. Uji Boraks Dan Formalin

June 16, 2019 | Author: Dini Sri Octaviani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Uji Boraks Dan Formalin...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II UJI BORAKS DAN FORMLIN PADA MAKANAN

Kelompok 2 (Dua)

 Nama

: Dini Sri Octaviani Octaviani

 NIM

: 0610118141902

Dosen Pengasuh : Desi, S.Pd., M.T.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017

I.

Percobaan ke

:7

II.

Tanggal Praktikum

: 24 Maret 2017

III.

Judul Praktikum

: Uji Boraks dan formalin pada makanan

IV.

Tujuan Praktikum

: Mahasiswa dapat mengidentifikasi adanya boraks Dan formalin pada makanan.

V.

Dasar Teori

Boraks

Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium tetraborate decahydrate merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal  putih. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5, ini menunjukkan tingkat keasaman boraks cukup tinggi (Bambang, 2008). Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat (Na2B4O7.10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat  biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan. Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan  shock dan kematian. Efek akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala.

Gambar 7.1. Boraks dan strukturnya

Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7.10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005). Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai  boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/IX/1988, asam borat dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Karena asam borat dan senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen. Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan ternyata masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan, karena selain  berfungsi sebagai pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur bakso dan kerupuk hingga lebih kenyal dan lebih disukai konsumen (Mujianto, 2003). Formalin

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith.

Gambar 7.2. Formalin dan rumus strukturnya

Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan gejala: sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan syaraf dan gangguan peredaran darah. Injeksi formalin (suntikan) dengan dosis 100 gram dapat menyebabkan kematian dalam waktu 3 jam. Akibat masuknya formalin pada tubuh  bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut, dan pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf  pusat, menstruasi, dan memicu kanker. Ubi Ungu

Ditinjau dari potensi sumber daya wilayah, Indonesia memiliki potensi ketersediaan  pangan sebagai sumber karbohidrat yang cukup besar. Salah satu sumber karbohidrat adalah  jenis umbi-umbian seperti ubi jalar (Ipomoea batatasL).Berdasarkan pengamatan di lapangan, awalnya ubi jalar yang banyak ditemui adalah ubi jalar warna daging putih, kuning dan oranye.Akan tetapi, sejak diperkenalkannya dua varietas ubi jalar ungu dari Jepang dengan warna daging umbinya sangat gelap yaitu Ayamurasaki dan Yamagawamurasakidan telah diusahakan secara komersial, pemanfaatan ubi jalar ungu semakin memiliki prospek yang baik.Selain itu Balitkabi juga memiliki tiga klon ubi jalar ungu yaitu MSU 01022-12, MSU 01008-16 dan MSU 01016-19 (Yusuf dkk, 2003). Warna ungu pada ubi jalar disebabkan oleh adanya zat warna alami yang disebut antosianin. Antosianin adalah kelompok pigmen yang menyebabkan warna kemerahmerahan, letaknya di dalam cairan sel yang bersifat larut dalam air (Nollet, 1996). Kompon en antosianin ubi jalar ungu adalah turunan mono atau diasetil 3-(2-glukosil)glukosil-5-glukosil  peonidin dan sianidin (Suda dkk, 2003). Senyawa antosianin berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas, sehingga berperan untuk mencegah terjadi penuaan, kanker,

dan penyakit degeneratif. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik, mencegah gangguan fungsi hati, antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah (Jusuf dkk, 2008).

Gambar 7.3. Ubi Ungu Antosianin

merupakan

zat

pewarna

alami

yang

tergolong

ke

dalam

 benzopiran.Struktur utama turunan benzopiran ditandai dengan adanya dua cincin aromatik  benzene

(C6H6)

yang dihubungkan

dengan

tiga atom

karbon

yang membentuk

cincin.Antosianin merupakan pigmen alami yang dapat menghasilkan warna biru, ungu, violet, magenta dan kuning.Pigmen ini larut dalam air yang terdapat pada bunga, buah dan daun

tumbuhan

(Moss,

2002).Antosianin

terdapat

dalam

vakuola

sel

bagian

tanaman.Vakuola adalah organel sitoplasmik yang berisikan air, serta dibatasi oleh membran yang identik dengan membran tanaman (Kimbal, 1993). Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau  pengurangan gugus hidroksil, metilasi dan glikosilasi (Harborne, 1996).Antosianin adalah senyawa yang bersifat amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam maupun dalam basa.Dalam media asam antosianin berwarna merah seperti halnya saat dalam vakuolasel dan berubah menjadi ungu dan biru jika media bertambah basa.Perubahan warna karena perubahan kondisi lingkungan ini tergantung dari gugus yang terikat pada struktur dasar dari posisi ikatannya (Charley, 1970). Kunyit

Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah-rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia, Australia

 bahkan Afrika.  Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Dalam bahasa Banjar kunyit atau kunir ini dinamakan "Janar".

Gambar 7.4. Kunyit Kunyit tergolong dalam kelompok  jahe-jahean, Zingiberaceae.  Kunyit dikenal di  berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit   (Indonesia dan Malaysia) ,  janar   (Banjar), kunir   (Jawa), koneng   (Sunda), konyet  (Madura). Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkuminsebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dar iKeton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneoldan sineil. Kunyit juga mengandung lemak sebanyak 1-3%, karbohidrat sebanyak 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, da n kalsium.

VI.

VII.

Alat dan Bahan

Alat

Bahan

-

Plat tetes

-

Sosis bintang

-

Pipet tetes

-

Pentol ayam

-

Cawan porselen

-

Tahu kuning

-

Penumbuk

-

Tahu putih

-

Spatula

-

Pempek kulit

-

Beaker Gelas

-  Nugget -

Pentol bakso

-

Tempe

-

Sosis

-

Mie basah

-

KMnO4

-

Pempek lenjer

-

Bakso

Prosedur Percobaan

1. Kupas kunyit dan ubi ungu haluskan dan peras sehingga didapatkan air perasan kunyit yang berwarna kuning kunyit. 2. Buat larutan indikator kurkumin 10% dari air perasan kunyit dan ubi ungu (air  perasan 10 ml dalam 100 ml air). 3. Tumbuklah contoh makanan yang akan di uji hingga halus, dan letakkan dalam  plat tetes. Usahakan masing-masing bahan makanan tidak saling bercampur satu sama lain. 4. Dengan menggunakan pipet, teteskanlah air kunyit dan air ubi ungu ke atas contoh bahan makanan yang telah dihaluskan tadi untuk uji boraks. Dan kalium  permanganat untuk uji formlin. Amati dan catat perubahan yang terjadi.

Bagan Alir

Haluskan sampel yang akan diuji

Tunggu sampai terjadi  perubahan warna

Hasil uji positif jika sampel berwarna merah jika  pengujinya kunyit

Tempatkan sampel yang dihaluskan ke plat tetes

Teteskan dengan indikator alami yang telah dibuat dari kunyit, ubi ungu dan KMnO 4

Hasil uji positif jika sampel berwarna  biru jika pengujinya ubi ungu

Hasil uji positif jika sampel berwarna coklat tua jika  pengujinya KMnO4

VIII. Data hasil Pengamatan

 No

Sampel

Kunyit

Ubi Ungu

KmnO4

1

Sosis bintang

Sedikit merah

Ungu

2

Pentol ayam

Kuning

3

Tahu Kuning

4

Kesimpulan Boraks

Formalin

Cokelat

+

+

Ungu

Cokelat

-

+

Kuning

Ungu

Cokelat

-

+

Tahu Putih

Merah

Ungu

Cokelat

+

+

5

Pempek Kulit

Kuning

Ungu

Cokelat

-

+

6

Nugget

Merah

Cokleat

Cokelat

+

+

7

Pentol Bakso

Kuning

Ungu

Cokleat

-

+

8

Tempe

Kuning

Ungu

Cokleat

-

+

9

Sosis

Kuning

Ungu

Cokelat

-

+

10

Mie Basah

Merah

Biru

Cokelat

+

+

11

Pempek lenjer

Kuning

Ungu

Cokelat kehitaman

-

+

12

Bakso

Sedikit merah

Cokelat

Cokelat

_

+

IX.

Mekanisme Reaksi

Uji Boraks Reaksi yang terjadi pada percobaan identifikasi boraks pada makanan adalah: Boraks

+ Kurkumin

 Na2B4O7 + C21H20O6



Rosocyanine →

B[C21H19O6]2Cl

Uji formalin CH2O + 2 KMnO4 (ungu)

CHCOOH + 2MnO2 (coklat) + H2O

X.

Pembahasan

Pada percobaan kali ini kami melakukuan percobaan uji kandungan borak dan foemalin dalam makanan. Sampel makanan yang kami gunakan pada percobaan ini adalah sosis bintang, pentol ayam, tahu kuning, tahu putih, pempek kulit, nungget, pentol bakso, tempe. Sosis, mie basah, pempek lenjer, dan bakso. Indicator yang digunakan adalah KMnO4, kunyit, dan ubi ungu. Tumbuhan yang akan dijadikan indikator alami ini dihaluskan dan diambil sarinya. Sehingga dapatlah larutaan kunyit yang berwarna kuning, sampel yang mengandung boraks ditambahkan dengan indikator kunyit maka akan berwarna merah kecoklatan, warna merah tersebut disebut senyawa rososiania. Sedangkan ubi jalar terbentuk warna biru pekat jika positif akibat reaksi dari antosianin dengan boraks dan warna ungu jika negatif. Larutan itulah yang akan dijadikan indikator untuk menguji ada atau tidaknya boraks di dalam makanan. Akan tetapi, uji boraks dengan menggunakan kedua filtrat diatas memiliki tingkat kepercayaan yang rendah disebabkan kemampuan filtrat untuk teroksidasi dengan

udara sehingga menyebabkan warna filtrat segera berwarna

menjadi coklat tua setelah beraksi. Semua sampel makanan yang akan diuji kemudian dihaluskan. Setelah itu, sampel yang telah halus diletakkan ke plat tetes lalu ditetesi indikator alami yang telah dibuat sebelumnya. Dari semua sampel yang positif pada percobaan dengan kunyit, yang mengandung boraks adalah sosis bintang, tahu putih,nugget, mie basah dan bakso sedangkan  pada bakso hasilnya positif pada pentol bakso dan bakso dan mie basah. Uji formalin dilakukan dengan sampel uji yang sama, akan tetapi menggunakan indikator KMnO4 (kalium permanganat). Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan oksidator kuat seperti KMnO4. Tes positif jika ion MnO2- (warna ungu) berubah menjadi MnO2  (warna coklat). Sampel yang dinyatakan positif mengandung formalin apabila warnanya menjadi coklat. Sedangkan uji negatifnya sampel tidak berubah warna (tetap ungu). Dan hasil pengujian yang dilakukan menunjukan bahwa semua sampel positif mengandung formalin.

XI.

Kesimpulan

1. Tumbuhan yang dapat dijadikan indikator untuk mengidentifikasi adanya boraks antara lain kunyit dan ubi ungu 2. Percobaan dengan kunyit hasilnya positif boraks pada sosis bintang, tahu  putih,nugget, mie basah dan bakso ditandai dengan perubahan warna menjadi merah akibat reaksi Kurkumin dengan boraks menjadi senyawa rososiania 3. Percobaan dengan ubi ungu hasilnya positif boraks pada pentol bakso dan bakso dan mie basah ditandai dengan perubahan warna menjadi biru dan coklat akibat reaksi dari antosianin dengan boraks. 4. Pada uji formalin dengan KMnO4  semua sampel bereaksi positif ditandai dengan KMnO4 (kalium permanganat) yang berwarna ungu berubah menjadi coklat apabila  bereaksi dengan aldehid (formalin).

Daftar pustaka Anonim.

2012.

Bahaya

Boraks

dan

Formalin

pada

Makanan.

(Online)

(http://gasloy.blogspot.com/2012/04/bahaya-boraks-dan-formalin-pada-makanan.html ). Diakses pada tanggal 30 Maret 2017). Diana, Hayyun. 2011.  Formalin. (Online) http://dina-hacidi.blogspot.com/p/formalin.html. (Diakses pada tanggal 30 Maret 2017). Saputro,

Thomas.

2015.

Uji

Boraks

Dalam

Bahan

Pangan.

(Online).

http://www.ilmuternak.com/2015/04/uji-boraks-dalam-bahan-pangan.html. (Diakses pada tanggal 30 Maret 201). Syaroni. 2014.  Laporan Uji Boraks.  (Online). http://syaroniipa.blogspot.co.id/2014/03/laporanuji-boraks.html. (Diakses pada tanggal 30 Maret 2017).

LAMPIRAN

Indikator Dan Sampel

Uji Boraks Dengan Ubi Ungu Dan Kunyit

Uji Formalin Dengan KMnO4

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF