6.Sistem Grazing
February 19, 2019 | Author: Fadhli Fajri | Category: N/A
Short Description
grazing...
Description
grazing ) adalah sistem pengelolaan padang penggembalaan yang mana Penggembalaan ternak ( grazing
ternak mengambil langsung (menyenggut/merumput) pada pad ang rumput/pastura Pengaruh baik buruknya pengelolaan padang penggembalaan terlihat pada produksi ternak yang memakan tanaman padang penggembalaan tersebut. Reksohadiprodjo (1985) menjelaskan bahwa dari cara konsumsi hijauan padangan, terdapat 5 (lima) cara penggembalaan ternak yaitu: 1. PENGGEMBALAAN EKSTENSIF Pada penggembalaan ini, ternak digembalakan secara liar dan bebas memilih sendiri hijauan yang disukainya di padangan yang luas tanpa rotasi. 2. PENGGEMBALAAN SEMI-EKSTENSIF Pada penggembalaan ini, ternak digembalakan secara bebas di daerah yang luas yang telah dibagi-bagi menurut petak-petak luas, telah dilakukan rotasi tetapi pemilihan hijauan masih bebas. 3. PENGGEMBALAAN INTENSIF Pada penggembalaan ini, ternak digembalakan pada daerah terbatas yang dibagi menjadi petak petak terbatas. Pemilihan hijauan terbatas, rotasi diperketat, setiap hari beralih petak. 4. PENGGEMBALAAN STRIP GRAZING Pada penggembalaan ini, ternak dibatasi geraknya dalam merenggut tanaman. Dua kawat beraliran listrik ditempatkan di muka dan di belakang ternak, serta pergeseran kawat dilakukan tiap hari. 5. PENGGEMBALAAN SOILING Pada penggembalaan ini, hijauan padangan dipotong manusia dan diberikan pada ternak di kandang.
SISTEM PENGEMBALAAN Dalam tatalaksana pengembalaan ternak di pastura dikenal beberapa macam sistem, diantaranya adalah sebagai berikut : A. Penggembalaan Kontinyu Cara penggembalaan kontinyu adalah menempatkan ternak dalam pastura yang sama untuk dalam jangka waktu yang lama. Cara ini biasanya dikatagorikan sebagai ekstensip total yang umumnya dilakukan pada pastura alam. Jumlah ternak yang digembalakan relatif rendah, hal ini disebabkan karena sumbangan nutrisi dari rumput alam kurang memadai apabila dilakukan penggembalaan berat. Pada musim penghujan sistem penggembalaan semacam ini akan menampilkan produksi ternak yang lebih baik diband ingkan dengan sistem penggembalaan bergilir. Sebaliknya, pada musim kemarau terjadi ketidakseimbangan antara ternak yang digembalakan dengan ketersediaan hijauan. Tingkat produktivitas ternak biasanya nampak bervariasi pada masing - masing ternak dibandingkan dengan sistem penggembalaan yang lain. Hal ini disebabkan karena adanya tingkat selektivitas ternak yang tinggi dan kompetisi antar ternak untuk memenuhi kebutuhannya. Adanya kompetisi yang ketat menyebabkan ternak yang besar cenderung dominan dibandingk an yang kecil atau masih muda, selain itu dengan tidak adanya pengelompokkan berdasarkan umur, maka ternak-ternak muda akan mudah terserang ekto maupun endo parasit. Pada sistem penggembalaan ini terlihat jarak jangkau ternak untuk mendapatkan hijauan sangat jauh lebih-lebih pada saat kemarau. Namun untuk pastura yang tersedia tempat air minum, maka ternak terlihat berkumpul disekitar air minum dan akibatnya vegetasi disekitar air tersebut tidak ada karena cekamannya terlalu berat dan sebagai akibatnya kon disi ternak kurus. B. Penggembalaan bergilir. Penggembalaan bergilir adalah cara penggembalaan ternak dengan cara membagi areal pastura menjadi beberapa bagian ( paddock) kemudian ternak digembalakan secara bergantian dari satu bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari sistem ini adalah memberikan kesempatan pada ternak untuk mendapatkan hijauan pada saat nilai nutrisi hijauan tinggi, serta memberikan waktu istirahat yang cukup bagi tanaman untuk dapat tumbuh kembali. Dengan cara penggembalaan seperti ini ternak dibatasi ruang geraknya sehingga pemanfaatan hijauan efisien dan ternak tidak mengeluarkan energi yang banyak untuk mencari hijauan. Cara ini juga menekan seleksi ternak terha dap hijauan, sehingga pemanfaatan hijauan dalam suatu areal merata. Penggembalaan bergilir juga juga dapat dijumpai pada pastura alam, yaitu dengan cara memindahkan ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain yang lebih banyak hijauannya, hal ini sering ditemui di daerah Sulawesi Tenggara pada peternak yang memilki sapi dalam jumlah besar. Namun karena produksi hijauan pada pastura alam rendah, maka mobilitas peternak sangat tinggi dan hal ini akan berpengaruh pada biaya transportasi untuk pemindahan ternak. C. Penggembalaan Jalur Penggembalaan jalur ini merupakan sistem penggembalaan bergilir yang intensif dengan menggunakan pagar llistrik yang dapat dipindah-pindah melintasi petak penggembalaan. Dengan
cara ini jumlah hijauan yang tersedia bagi ternak terbatas, kesempatan seleksi ternak ditekan serendah mungkin dan penggunaan padangan merata serta kerusakan karena injakan dan pencemaran oleh kotoran ternak lebih terkendali/merata. Untuk mencegah agar ternak tidak merenggut tanaman yang sedang tumbuh kembali, maka dipasang pagar kedua di belakang ternak. Pelaksanaan penggembalaan jalur ini akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilaksanakan pada pastura yang berproduksi tinggi (kuantitas dan kualitasnya). D. Penggembalaan berpantang Penggembalaan berpantang adalah suatu cara untuk mengistirahatkan pastura sekaligus merupakan suatu upaya untuk mempersiapkan persediaan pakan, artinya pada suatu saat pastura tidak digembalai ternak, pada saat produksi sudah tinggi areal dipaksa dikeringkan sehingga tanaman kering. Areal pastura ini nantinya digembalai ternak atau dipotong untuk disimpan dalam bentuk kering guna mengantisipas i situasi kekurangan hijauan. Hijauan yang dipaksa kering di pastura ini disebut dengan standing hay. Standing hay ini berbeda dengan rumput yang sudah mengering karena tua, karena standing hay ini rumput dipaksa kering pada saat kualitasnya tinggi dengan cara menghentikan proses biologis melalui pengeringan lahan. Dengan melakukan penggembalaan ber pantang ini diharapkan tanaman menjadi tegar saat tumbuh kembali nantinya, karena perakaran berkembang bebas tanpa ada injakan ternak, sehingga produktifitas t anaman berikutnya menjadi tinggi.
View more...
Comments