51565716 Multipel Trauma Yang Bener

July 13, 2018 | Author: Odelia Syafira Suraadiningrat | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

fkg...

Description

MULTIPEL TRAUMA

I.

Pendahuluan

Mulltipel trauma merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penderita dengan beberapa macam perlukaan dari suatu kejadian. Istilah trauma biasanya berhubungan dengan system mukoskeletal seperti kontusio. Keseleo, fraktur, dan dislokasi dan mungkin termasuk trauma lain seperti trauma kepala, trauma toraks, trauma abdomen, pendarahan dan syok. Multiple trauma biasanya disebabkan oleh kecelakaan. Kecelakaan industri, kecelekaan lau lintas baik mobil, motor atau sepeda s epeda penyebab umumnya. Prioritas penatalaksanaan diantaranya yaitu penangan ABC, pendarahan, shock, trauma toraks, trauma spinal dan gangguan kesadaran. Trauma lain seperti fraktur. Keseleo dan laserasi minor diterapi kemudian karena tidak mengancam mengancam kehidupan. Trauma multiple pada anak memerlukan penatalaksanaan khusus karena kepala, hepar dan limpa anak besar sehingga banyak trauma dapat terjadi di tempat tersebut. Saluran nafas pada anak juga cukup kecil dan mudah terobstruksi oleh darah atau mucus, sehingga memerlukan intervensi cepat. Trauma yang terjadi pada kecelakaan lalu-lintas memiliki banyak bentuk, tergantung dari organ apa yang dikenai. Trauma semacam ini, secara lazim, disebut sebagai trauma benda tumpul ( trauma multiple). Ada tiga trauma yang paling sering terjadi dalam  peristiwa ini, yaitu cedera kepala, trauma thorax ( dada) dan fraktur ( patah tulang).1 Trauma pertama yaitu trauma kepala, terutama jenis berat, merupakan trauma yang memiliki prognosis (harapan hidup) yang buruk. Hal ini disebabkan oleh karena kepala merupakan pusat kehidupan seseorang. Di dalam kepala terdapat otak yang mengatur seluruh aktivitas manusia, mulai dari kesadaran, bernapas, bergerak, melihat, mendengar, mencium  bau, dan banyak lagi fungsinya. Jika otak terganggu, maka sebagian atau seluruh fungsi tersebut akan terganggu. Gangguan utama yang paling sering terlihat adalah fungsi kesadaran. Itulah sebabnya, trauma kepala sering diklasifikasikan berdasarkan derajat kesadaran, yaitu trauma kepala ringan, sedang, dan berat. Makin rendah kesadaran seseorang makin berat derajat trauma kepala.1 Trauma kedua yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu 1

 jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. 1 Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan  bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang. Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan dan perpendekan tulang. 1 Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan  bawah, tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. 1 Trauma yang ketiga, yang sering terjadi pada kecelakaan adalah trauma dada atau toraks. Tercatat, seperempat kematian akibat trauma disebabkan oleh trauma toraks. Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan alias trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan. 1 Gangguan yang biasa terjadi pada paru-paru pasca kecelakaan adalah fraktur iga, kontusio (memar) paru, dan hematotoraks. Fraktur iga merupakan cedera toraks yang terbanyak. Fraktur iga tidak termasuk ke dalam fraktur yang dijelaskan sebelumnya karena efek dari fraktur ini lebih kompleks daripada fraktur di daerah lain yaitu bisa mengganggu  paru-paru dan jantung. Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru, sedangkan hematotoraks adalah terdapatnya darah di dalam selaput paru. 1

II. PEMBAHASAN

1.

Trauma Trauma, jamaknya traumatas ata traumata ( L; Yun) definisinya ialah luka atau cedera,  baik fisik atau psikis yang mempengaruhi kontinuitas dari jaringan. traumatologi ialah cabang ilmu bedah yang berhadapan dengan luka- luka dan cacat akibat cedera. Secara umum, efek trauma dapat terlihat pada tubuh misalnyatimbulnya nyeri dan hilangnya fungsi tubuh.

2

Penyebab 1.

trauma tumpul dapat disebabkan kecelakaan lalu lintas, terjatuh atau pekerjaan. pola  perlukaan dapat diramalkan dari mekanisme traumanya, usia dan aktivitasnya.

2.

trauma tajam akibat pisau, senjata api atau benda tajam lainnya makin sering ditemuka. jenis dan berat perlukaan ditentukan oleh daerah tubuh yang terluka, organ yang terkena dan velositas (kecepatan). velositas, caliber, arah dan jarak( terutama untu senjata) merupakan informasi yang sangat penting

3.

suhu panas/ dingin contoh luka bakar, frost bite, dll

4.  bahan berbahaya kontak dengan bahan kimia, toksin atau radiasi

2.1 Cedera Kepala 2.1.1 Definisi dan Epidemiologi

Cedera kepala adalah kekerasan pada kepala yang dapat menyebabkan kerusakan yang kompleks di kulit kepala, tulang tempurung kepala, selaput otak, dan jaringan otak itu sendiri.2 Menurut Brain Injury Assosiation of America cedera kepala adalah suatu kerusakan  pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisi k.2 Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Jika sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelekaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi.3,4

2.1.2 Klasifikasi

Cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme, berat dan morfologi.

3

Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas:4 1.

Cedera kepala tumpul Biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, jatuh atau pukulan benda tumpul. Pada cedera tumpul terjadi akselerasi dan deselerasi yang cepat menyebabkan otak bergerak di dalam rongga cranial dan melakukan kontak pada protuberans tulang tengkorak.

2.

Cedera tembus Biasanya disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan.

Berdasarkan morfologinya cedera kepala dikelompokkan menjadi:4 1.

Fraktur tengkorak Fraktur tengkorak dapat terjadi pada atap dan dasar tengkorak. Fraktur dapat  berupa garis/linear, multipel dan menyebar dari satu titik (stelata) dan membentuk fragmen-fragmen tulang (kominutif). Fraktur tengkorak dapat berupa fraktur tertutup yang secara normal tidak memerlukan perlakuan spesifik dan fraktur tertutup yang memerlukan perlakuan untuk memperbaiki tulang tengkorak. Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh foto rontgen, karena terjadi sangat dasar. Tanda-tanda klinik yang dapat membantu mendiagnosa adalah Battle sign (warna biru/ekhimosis dibelakang telinga di at as os mastoid), ekimosis daerah kedua periorbital (racoon eyes), Rhinorrhoe (liquor keluar dari hidung), Otorrhoe ( liquor keluar dari telinga) , paresis nervus facialis dan kehilangan pendengaran. pemulihan  peresis nervus facialis lebih baik daripada paresis nervus VIII. Fraktur dasar tengkorak yang menyilang kanalis karotikus dapat merusak arteri carotis. 4

2.

Lesi intrakranial4 a.

Dapat berbentuk lesi fokal a)

Perdarahan epidural Disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat fraktur tengkorak. Perdarahan epidural 0,5% dari cedera otak. Dari CT scan didapatkan gambaran  bikonveks atau menyerupai lensa cembung.

 b)

Perdarahan subdural Disebabkan robeknya vena-vena kecil di permukaan korteks cerebri. Perdarahan ini biasanyanya menutup seluruh permukaan hemisfer otak. Prognosis  perdarahan subdural lebih buruk daripada perdarahan epidural.

4

c)

Kontusio dan peradarahan intraserebral Kontusio serebri sering terjadi (20-30% dari cedera kepala berat). Area tersering adalah frontal dan temporal. Dalam beberapa jam atau hari kontusio dapat  berubah menjadi perdarahan intraserebral yang membutuhkan operasi.

 b.

lesi difus Cedera otak difus yang erat biasanya diakibatkan hipoksia, iskemia dari otak akibat syok yang berkepanjangan atau periode apneu yang terjadi segera setelah trauma. Hasil CT scan dapat menunjukkan hasil yang normal, edema otak dengan dengan  batas area putih dan abu abu yang kabur. Pada beberapa kasus yang jarang ditemukan bercak bercak perdarahan diseluruh hemisfer otak yang dikenal dengan cedera akson difus yang memberikan prognosis yang buruk. Secara umum untuk mendeskripsikan beratnya penderita ceder a kepala digunakan

Glasgow Coma Scale (GCS). Penilaian ini dilakukan terhadap respon motorik (1-6), respon verbal (1-5) dan buka mata (1-4), dengan interval GCS 3-15. Sedangkan pada anak yang tidak dapat bicara deskripsi beratnya penderita cedera kepala digunakan Children Coma Scale (CCS). Dalam penilaian GCS jika terdapat asimetri ekstremitas, maka yang digunakan adalah respon motorik yang terbaik.4

5

2.2 Trauma Toraks 2.2.1 Definisi dan Epidemiologi

Trauma adalah penyebab kematian terbanyak diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks. Insiden penderita trauma toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan menyebabkan kematian sebesar 20-25% . Canadian Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban Trauma Unit" menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96.3% dari seluruh trauma toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam. Penyebab terbanyak dari trauma tumpul toraks masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%).5 Trauma toraks harus ditangani secepatnya karena dapat menyebabkan hipoksia otak dan jantung yang berakibat fatal. Banyak penderita meninggal setelah sampai di rumah sakit, dan banyak diantara kematian ini dapat dicegah.6 Hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian. Kematian sering disebabkan oleh obstruksi jalan nafas,  flail chest , pneumotoraks terbuka, hemotoraks massif, tension  pnemothorax dan tamponade jantung.6

2.2.2 Patofiologi

Trauma thoraks terdiri atas trauma tajam dan trauma tumpul. Pada trauma tajam, terdapat luka pada jaringan kutis dan subkutis, mungkin lebih mencapai jaringan otot ataupun lebih dalam lagi hingga melukai pleura parietalis atau perikardium parietalis. Dapat juga menembus lebih dalam lagi, sehingga merusak jaringan paru, menembus dinding jantung atau  pembuluh darah besar di mediastinum.8 Trauma tajam yang menembus pleura parietalis akan menyebabkan kolaps paru, akibat masuknya udara atmosfer luar kedalam rongga paru. Bila pleura viseralis pun tertembus, kemungkinan trauma tajam terhadap jaringan paru sangat besar, sehingga selain terjadi penurunan ventilasi akibat hubungan pendek bronkho  –  udara luar melalui luka tajam, mungkin terjadi pula Hemoptoe massif dengan akibat –  akibatnya.8 Trauma tajam yang melukai perikardium parietalis dapat menimbulkan tamponade  jantung dengan tertimbunya darah dalam rongga pericardium, yang akan mampu meredam aktivitas Diastolik jantung. Eksanguinasi akibat tembusnya dinding jantung atau pembuluh darah besar di mediasternum, mampu menimbulkan henti jantung dalam waktu 2  –   5 menit, tergantung derajat perdarahannya.8 6

Satu jenis lain dari trauma tajam, yaitu trauma tertembus peluru. Fatalitas akibat trauma peluru ini lebih besar dari jenis trauma dari pleura, berakibat luka tembus keluar yang relatif lebih besar dari luka tembus masuk. 8 Trauma tumpul toraks, bila kekuatan trauma tajam lainnya, karena faktor kerusakan  jaringan yang lebih besar akibat rotasi berkecepatan tinggi tidak cukup besar, hanya akan menimbulkan desakan terhadap kerangka dada, yang karena kelenturannya akan mengambil  bentuk semula bila desakan hilang. Trauma tumpul demikian, secara tampak dari luar mungkin tidak memberi gambaran kelainan fisik, namun mampu menimbulkan kontusi terhadap otot kerangka dada, yang dapat menyebabkan perdarahan in situ dan pembentukan hematoma inter atau intra otot, yang kadang kala cukup luas, sehingga berakibat nyeri pada respirasi dan pasien tampak seperti mengalami dispnea. 8 Trauma tumpul dengan kekuatan cukup besar, mampu menimbulkan patah tulang iga, mungkin hanya satu iga, dapat pula beberapa iga sekaligus, dapat hanya satu lokasi fraktur  pada setiap iga, dapat pula terjadi patahan multiple, mungkin hanya melibatkan iga sisi unilateral, mungkin pula berakibat bilateral. 8 Trauma tumpul jarang menimbulkan kerusakan jaringan jantung, kecuali bila terjadi trauma dengan kekuatan cukup besar dari arah depan, misalnya : akibat dorongan kemudi atau setir mobil yang mendesak dada akibat penghentian mendadak mobil berkecepatan sangat tinggi yang menabrak kendaraan atau bangunan didepannya. Desakan setir mobil tersebut mampu menimbulkan tamponade jantung, akibat perdarahan rongga pericardium ataupun hematoma dinding jantung yang akan meredam gerakan sistolik dan diastolik.8 Meskipun secara morfologis hanya di dapat fraktur sederhana dan tertutup dari iga dalam kedudukan baik, namun mampu menimbulkan hematotoraks atau pneumotoraks,  bahkan tidak tertutup kemungkinan terjadi “Tension Pneumotorax”, karena terjadi keadaan dimana alveoli terbuka, pleura viseralis dengan luka yang berfungsi “Pentil” dan luka pleur a  parietalis yang menutup akibat desakan udara yang makin meningkat di rongga pleura. Tension pneumotoraks selanjutnya akan mendesak paru unilateral, sehingga terjadi  penurunan ventilasi antara 15  –   20 %. Bila desakan berlanjut, terjadi penggeseran mediastinum kearah kontralateral dan selanjutnya bahkan akan mendesak paru kontralateral yang berakibat sangat menurunnya kapasitas ventilasi.8 Hemotoraks maupun hemopneumotoraks adalah merupakan keadaan yang paling sering dijumpai pada penderita trauma toraks, pada lebih dari 80% penderita dengan trauma toraks didapati adanya darah pada rongga pleura.2 Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang 7

disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul.2,4 Dislokasi fraktur dari vertebra torakal  juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi.7 Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks, sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jam untuk 2 sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus, torakotomi harus dipertimbangkan.9,7,8

Gambar 1. Hematotoraks8

2.3 Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang kekuatannya melebihi kekuatan tulang.10

2.3.1 Etiologi Terjadinya Fraktur

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan.11,12

8

Trauma dapat bersifat: 

Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.



Trauma tidak langsung Disebut trauma tidak langsung bila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula.

III. Kesimpulan

Mulltipel trauma merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penderita dengan beberapa macam perlukaan dari suatu kejadian. Istilah trauma biasanya berhubungan dengan system mukoskeletal seperti kontusio. Ada tiga trauma yang paling sering terjadi dalam peristiwa ini, yaitu cedera kepala, trauma thorax ( dada) dan fraktur ( patah tulang). Trauma kepala, terutama jenis berat, merupakan trauma yang memiliki prognosis (harapan hidup) yang buruk. Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

9

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF