5. Geografi Pertanian Dan Permasalahan Pangan
April 23, 2018 | Author: Budi Prayitno | Category: N/A
Short Description
Document...
Description
5
GEOGRAFI PERTANIAN DAN PERMASALAHAN PANGAN
5.1
Pengertian Geografi Pertanian Sebagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Pertanian itu sendiri diartikan sebagai proses menghasilkan bahan pangan, ternak, pangan, ternak, serta serta produkproduk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan daya tumbuhan dan hewan. dan hewan. Pemanfaatan sumber daya untuk kepentingan pertanian ini disebut budi daya (bahasa Inggris: cultivation, cultivation, atau untuk ternak: raising ). ). Namun ada beberapa definisi terkait dengan pertanian yang perlu dipahami, antara lain: 1. Pertanian merupakan merupakan terjemahan dari agriculture, yang agriculture, yang mana agri dari bahasa latin berarti lahan atau ladang ( field ) dan culture culture berarti budidaya. Dengan demikian agrikultur atau pertanian dapat didefinisikan sebagai usaha budidaya yang didalamnya termasuk tanaman dan hewan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan pangan (C.J. Cox). 2. Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. 3. Pertanian dalam arti sempit berkaitan dengan usaha bercocok tanam, sedangkan dalam artian luas sebagai kajian ilmiah: pertanian merupakan sumber kehidupan manusia melalui penggunaan lahan untuk bercocok tanam dan menghasilkan bahan pangan lainnya. 4. Terkait dengan pertanian, usaha tani (farming ( farming ) adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun hewan). 5. Menurut A. T. Mosher (1966), (1966), pertanian adalah adalah suatu bentuk bentuk proses produksi yang yang sudah khas yang didasarkan pada proses pertumbuhan dari pada hewan dan tumbuhan. 6. Menurut Harjadi (1975) dalam Kid and Pimentel (1992), pertanian adalah usaha untuk mencapai hasil maksimum dengan mengelola faktor tanaman dan lingkungan. Terkait dengan alokasi ruang, geografi pertanian sudah pertanian sudah lama dikenal oleh masyarakat. Berikut adalah definisi terkait dengan geografi pertanian: 1. 'Geografi' berasal dari kata Yunani ' Geographia' Geographia' yang berarti bumi dan 'Graphia ' Graphia'' makna untuk menjelaskan. menjelaskan. Sedangkan Sedangkan "pertanian" berasal dari istilah Latin Agercultura' 'Agercultura' yang berarti ladang dan 'culture ' culture'' makna budaya atau memupuk. 2. Geografi pertanian adalah cabang geografi yang berhubungan dengan bidang budidaya tanah dan pengaruh budidaya seperti pada lanskap fisik. 3. Geografi pertanian merupakan studi pola spasial dalam kegiatan pertanian, termasuk variasi dalam kegiatan pertanian dalam biomes utama, penetapan batas wilayah pertanian, studi pertanian sebagai suatu sistem, dan klasifikasi sistem pertanian. 4. Geografi Pertanian mempelajari mengenai konsep k onsep dan lingkungan geografi geogr afi pertanian, klasifikasi sistem pertanian, faktor produksi pertanian dan karakteristik sistem pertanian, studi perkembangan pertanian, pembangunan pertanian, dan penelitian sistem pertanian.
1
5. Geografi pertanian merupakan kegiatan yang mengkaji pertanian di berbagai belahan bumi sebagai hasil interaksi manusia dengan alam dan juga mengkaji polapola dari kegiatan pertanian yang bervariasi dari tempat-tempat, meliputi segala kegiatan pertanian pada ruang dan waktu pertanian. 6. Terdapat beberapa definisi lain: a. Ahli geografi tidak memandang Geografi Pertanian sebagai satu bagian besar dalam geografi, tetapi mereka mengkelaskan Geografi Pertanian adalah sebagai bagian daripada Geografi Ekonomi. Kebanyakan ahli geografi menerima Geografi Pertanian sebagai sebahagian daripada Geografi Manusia. b. Geografi Pertanian adalah lebih sesuai dipanggil dengan geografi ‘pembiak-baik ’ manusia terhadap tanah (man's husbandary of lands), yaitu aktivitas memanfaatkan tanaman dan ternakan untuk kegunaan sendiri atau untuk faedah ekonomi. Pertanian menggunakan sepertiga dari permukaan bumi dan terdapat sekitar 45% dari seluruh jumlah penduduk dunia yang bekerja dan terlibat dengan aktivitas pertanian. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan geografi pertanian sejalan dengan perkembangan pertanian.
5.2
Sejarah Pertanian
5.2.1 Hunting and Gathering Penelitian arkeologi menunjukan bahwa manusia telah mengolah tanah beribu-ribu tahun. Ketika itu manusia berada di dalam satu kumpulan kecil yang berjumlah sekitar 20 orang. Manusia ketika itu hanya menjalankan aktivitas prapertanian seperti memburu, menangkap ikan, memungut tanaman-tanaman hutan, dan madu. Prapertanian pada masa ini dikenali sebagai masa ‘berburu dan mengumpul kan’ atau masa disebut dengan masa ‘hunting and gathering ’. Pertanian pada masa ini masih bersifat primitif, masyarakat yang hidup dalam kelompok kecil ini masih nomaden atau hidup ber pindah pindah. Teknologi berburu dan kehidupan domestik yang digunakan juga masih sederhana yang umumnya berasal dari tulang dan batu. Bahan bahan metal sudah mulai digunakan pada masa ini seperti timah, besi, tembaga emas baik itu untuk palu, kampak maupun peralatan dapur lainnya.
5.2.2 Revolusi Pertanian Pertama atau Revolusi Neolitikum Sejalan dengan perkembangan dan semakin banyaknya jumlah manusia dalam kelompok, perlahan manusia mulai membiakkan tumbuhan melalui proses pemilihan, menternak hewan yang dahulunya liar, seraya membentuk komunitas/kelompokkelompok pertanian yang lebih besar. Banyak jenis-jenis tanaman yang telah berubah dari proses pemilihan dan penanaman sebelum selanjutnya tanaman tersebut dipindahkan ke tempat-tempat lain di dunia ini. Masa ini disebut sebagai Revolusi Pertanian Pertama atau Neolithic Revolution. Peristiwa ini terjadilebih dari 12.000 tahun lalu, dimana manusia mulai mengenal domestikasi pertanian yang berkaitan dengan bercocok tanam, membiakkan tumbuhan melalui proses pemilihan, dan memelihara hewan yang dulunya liar untuk keperluan kebutuhan pangan kelompok. Manusia mulai membentuk komunitas/kelompokkelompok pertanian yang lebih besar dan mulai tinggal menetap serta semakin meningkatkan kemampuan mereka dalam menghasilkan produk pangan menuju
2
terbentuknya peradaban baru. Proses pertanian yang mereka laksanakan berbentuk vegetative dan seed planting atau menanam secara vegetatif dan dengan biji. Dari sini lah dimulai perpindahan tanaman dan hewan ke seluruh dunia. Mulainya kemampuan manusia untuk memproduksi pangan tanpa harus mengembara menyebabkan terjadinya perubahan dalam daya dukung bumi ( carrying capacity of the earth) menuju kepada apa yang sekarang disebut sebagai civilization atau kebudayaan. Iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman telah menyebabkan sebaran spesies-spesies tanaman tersebar luas di dunia. Menurut white (2010) berikut ini adalah beberapa lokasi di dunia dimana domestifikasi pertanian di mulai: a) Kawasan Asia tenggara merupakan pertama kali tejadi domestifikasi tanaman, seperti tanaman pangan, yamn, pisang sejak lebih dari 14,000 tahun lampau. b) Kawasan Asia barat yang berhampiran lembah Sungai Tigris adalah merupakan kawasan pertanian yang berkembang sejak tahun 6,000 SM. Tanaman barli, kurma, buah lai, buah delima, bawang, dan kacang telah ditanam di kawasan yang subur ini. Tanaman apel juga pada awalnya ditemui di keliling Lautan Hitam dan Kaspian. Wilayah ini dikenal sebagai Fertile Crescent dan merupakan sejarah pertanian yang ternama di dunia. c) Amerika tengah, tempat dimulai usaha budidaya jagung, kacang kacangan dan jeruk/squash. Andes di Amerika selatan dan timur laut Amerika utara merupakan wilayah-wilayah lainnya dimana praktek pertanian menetap mulai dijalankan oleh penduduk asli. d) Afrika dimana dimulai dibudidayakan tanaman sorgum, millet, dan holtihultura seperti melon. Wilayah peradaban pertanian dimulai dari Lembah Nil yang subur, Ethiopia dan Afrika barat. e) Dataran Tiongkok, terutama di sepanjang sungai Huang ho dimana peradaban pertanian dimulai melalui domestikasi tanaman dan hewan ternak pada wilayah wilayah subur untuk mendukung kebutuhan kelompok manusia yang mulai hidup menetap.
5.2.3 Revolusi Pertanian Kedua Pertumbuhan industri ekonomi dan berkurangnya model pedesaan abad ke-16 dan ke17 mendorong terjadinya urbanisasi petani menuju perkotaan, seperti yang terjadi di Inggris dan Eropa barat untuk mencari pekerjaan lain di luar pertanian. Keadaan ini menyebabkan terjadinya lompatan besar kebutuhan pangan dari pedesaan ke perkotaan yang berdampak pada inovasi di bidang pertanian. Transportasi, irigasi, pemupukan dan lainnya merupakan teknologi yang mulai dikenal masyarakat tani di pedesaan sebagai usaha untuk meningkatkan kebutuhan pangan di perkotaan. Pertanian yang awalnya hanya dilaksanakan untuk keperluan domestik saja mulai menjadi bisnis yang menjanjikan terkait dengan peningkatan kebutuhan pangan di perkotaan. Masa ini disebut sebagai Revolusi Pertanian Kedua.
5.2.4 Revolusi Pertanian Ketiga atau Revolusi Hijau Semakin bertambahnya jumlah penduduk perkotaan dan mulai berkembangkan industri di perkotaan dan pedesaan menyebabkan produksi pertanian global meningkat drastis dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Dimulainya inovasi teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian dimana bibit-bibit unggul, penggunaan pupuk, pestisida, herbisida, fungisida dan bahan kimia lainnya yang semakin intensif diperkenalkan. Dampak dari usaha ini adalah terjadinya peningkatan 3
produk, banyak ditemukannya varietas baru, teknik menurunkan kegagalan panen, mengatasi permasalahan kerawanan pangan berikut dampak dari teknologi ini. Masa ini disebut sebagai Revolusi Pertanian Ketiga, atau sering disebut sebagai Green Revolution atau Revolusi Hijau. Istilah Green Revolution pertama kali digunakan pada tahun 1968 oleh salah seorang direktur USAID William Gaud, yang berkaitan dengan teknologi baru di dunia pertanian. Mekanisasi pertanian, pemanfaatan pupuk, pestisida, fungisida berbasis kimia semakin banyak digunakan pada masa ini untuk meningkatkan produksi pertanian.
5.2.5 Pertanian Berkelanjutan atau E verg reen R evolution Sejalan dengan menurunnya kualitas lingkungan sebagai dampak dari revolusi hijau, manusia mulai memikirkan pola pertanian yang lebih berwawasan lingkungan sehingga dapat mencapai pertanian yang berkelanjutan ( sustainable agriculture development ). Masa pertanian yang terjadi di abad modern ini disebut sebagai Evergreen Revolution yang sudah meluas dilaksanakan oleh negera negara maju, dimana penggunaan bahan kimia sudah mulai dikurangi dan metodenya lebih kembali ke alam. Beberapa negara yang telah menerapkan sistem ini sebagai contoh adalah Jepang, Taiwan, dan Belanda. Prinsip metode, praktek, dan f alsafah yang betujuan agar: 1. pertanian layak dan menguntungkan secara ekonomi; 2. secara ekologi dapat dipertanggung jawabkan; 3. secara sosial dapat diterima, berkeadilan; dan 4. secara budaya sesuai dengan kondisi setempat, serta menggunakan pendekatan holistik. Ciri-ciri dari pertanian berkelanjutan ini menurut Sutanto (2002) antara lain: 1. Mampu meningkatkan produksi pertanian dan menjamin keamanan pangan di dalam negeri; 2. Mampu menghasilkan pangan yang terbeli dengan kualitas gizi yang tinggi serta menekan atau meminimalkan kandungan bahan-bahan pencemar kimia maupun bekteri yang membahayakan; 3. Tidak mengurangi dan merusak kesuburan tanah, tidak meningkatkan erosi, dan menekan ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan; 4. Mampu mendukung dan menopang kehidupan masyarakat pedesaan dengan meningkatkan kesempatan kerja, menyediakan penghidupan yang layakdan mantap bagi para petani; 5. Tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat yang bekerja atau hidup di lingkungan pertanian, dan bagi yang mengkonsumsi hasil-hasil pertanian; 6. Melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di lahan pertanian dan pedesaan serta melestarikan sumber daya alam dan keragaman hayati. Prinsip dasar dari revolusi pertanian ini adalah terjadinya keeratan sistem dan keragaan sistem, dimana: 1. Produktif, dikontrol oleh keragaman system. 2. Memadukan tanaman pohon – pangan – pakan – ternak – tanaman spesifik yang lain. 3. Bahan tercukupi secara swadaya dan memanfaatkan daur energi. 4. Mempertahankan kesuburan tanah melalui prinsip daur-ulang. 5. Menerapkan teknologi masukan rendah (LEISA). 6. Produksi tinggi. 7. Stabilitas pertanaman tinggi. 8. Pengolahan tanah secara mekanik dilakukan pada arang sedang. 4
9. 10. 11. 12. 13.
5.3
Erosi dikontrol secara biologi. Petak usaha tani dipisahkan menggunakan pagar hidup. Menggunakan varietas yang tahan terhadap hama dan penyakit. Pertanaman campuran. Tanaman toleran terhadap gulma.
Klasifikasi Pertanian Pertanian di dunia sangatlah beragam. Oleh karena itu, secara garis besar pertanian dapat diklasifikasikan dalam: 1. Pertanian Subsisten a. Ladang Berpindah b. Subsisten Intensif c. Penggembalaan Nomaden d. Kebun 2. Pertanian Komersial a. Pertanian Komersil Skala Besar atau Large Commercial Farming b. Peternakan Besar dan Penggembalaan c. Hortikultura d. Produk Susu atau Dairy Product e. Perkebunan f. Tanaman Pangan Campuran g. Medditeranean
5.3.1 Pertanian Subsisten Pertanian subsisten merupakan pertanian tradisional yang awalnya dilaksanakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga atau kelompok kecil masyarakat semata. Sistem pertanian ini tidak berorientasi bisnis sehingga tidak terjadi cash flow economy dalam prosesnya. Teknologi yang digunakanpun masih menggunakan peralatan dan metode sederhana serta menggunakan bibit yang umumnya ada di alam. Sistem pertanian ini banyak dijumpai di Amerika selatan dan tengah, Afrika, Asia selatan dan Asia tenggara. Petani umumnya tidak mempunyai lahan, melainkan hanya memanfaatkan lahan kosong atau hutan yang ada di sekitar kediaman mereka. Sistem pertanian ini bisanya dilakukan dalam pola ladang berpindah ( shifting cultivation) maupun peternakan keluarga ( pastoralism). Slash and burn atau tebang dan bakar merupa metode yang mereka gunakan untuk membuka lahan pertanian. Pohon atau semak yang telah ditebang/dibabat setelah kering kemudian dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen tiba. Setelah ditanami 3 hingga 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak subur lagi. Kejadian ini berlangsung terus menerus, setelah jangka waktu 10 hingga 20 tahun, para petani ladang kembali lagi ke ladang yang pertama kali mereka buka, yang secara alami sudah berasimilasi dan kembali pada kesuburan semula. Sistem ladang berpindah ini dapat mengakibatkan dampak negatif, diantaranya: mengurangi luas hutan, kerusakan hutan, tanah menjadi tandus/lahan kritis, tanah mudah tererosi, kebakaran hutan, pencemaran udara, dan banjir. Pada era modern, beberapa negara mempraktekan sistem pertanian subsisten intensif, yang sudah menuju pada komersialisasi. Praktek pertanian seperti ini bertujuan untuk meningkatkan produk pertanian dan umumnya tidak menggunakan mesin, melainkan 5
bekerja dengan tangan dan hewan. Pertanian ini umumnya bersifat padat karya yang masih menggunakan tenaga kerja yang banyak. Sistem padi sawah yang banyak dipraktekan di Negara-negara Asia merupakan salah salah satu contoh pertanian subsisten intensif ini. Pengembalaan nomaden, sebenarnya merupakan bagian dari pertanian subsisten di sektor peternakan. Biasanya disebut pastoralism atau peternakan keluarga. Keseharian mereka sangat tergantung pada hewan ternak daripada tanaman pangan. Pada awalnya kelompok masyarakat menjinakan dan pengembangbiakan hewanhewan liar yang mereka manfaatkan hasil ternaknya untuk kebutuhan sehari-hari. Misalnya susu, daging, untuk kebutuhan pangan harian, kulit untuk pakaian, dan tenda dan sebagainya. Kelompok masyarakat ini mempraktekan TRANSHUMANANCE atau berpindah-pindah secara musiman antara padang rumput dan pegunungan, tergantung pada kebutuhan pakan ternak. Dengan ternak sebagai produk utama pertanian mereka, kelompok masyarakat ini biasanya mengkonsumsi sereal yang juga digunakan untuk kebutuhan ternak. Kebun merupakan bagian dari pertanian subsisten yang umumnya dipraktekkan pada pekarangan kelompok masyarakat. Dalam hal ini mereka menanam tanaman pertanian holtikultura seperti sayur-sayuran, buah-buahan, maupun tanaman untuk keperluan bumbu dan obat-obatan. Pada abad modern praktek pertanian ini dilaksanakan secara intensif untuk tujuan komersial yang umumnya menggunakan lahan pekarangan yang terbatas.
5.3.2 Pertanian Komersial Sejalan dengan bertambahnya populasi dunia dan berkembangnya kota dan desa, komersialisasi pertanian mulai dijalankan untuk mencukupi kebutuhan manusia. Komersialisasi pertanian lebih berorientasi pasar, umumnya sudah mengandalkan mekanisasi atau mesin mesin modern sebagai penganti hewan dan tenaga kerja manusia. Yang termasuk dalam pertanian ini antara lain: a. Large Commercial Farming Grain atau biji dari berbagai spesies rumput-rumputan seperti gandum, jagung, oats, barley, millet , dan lain-lain, merupakan produk utama yang dihasilkan dari pertanian ini yang umumnya digunakan untuk membuat roti, sereal, dan snack, atau makanan ringan. Tanaman pangan ini didproduksi secara besar-besaran untuk kepentingan pasar global dan perdagangan internasional. AS dan Kanada merupakan dua negara utama pengekspor gandum yang menguasai setengah dari ekspor gandum dunia, sehingga disebut sebagai ‘the world’s breadbasket’ . Kemampuan menyediakan pangan untuk dunia merupakan sumber kekuatan ekonomi dan politik AS dan Kanada. b. Peternakan Besar dan Penggembalaan Peternakan besar dan penggembalaan merupakan praktek pertanian komersial lainnya yang juga dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia. Peternakan sistem gembala (livestock ranching ) merupakan praktek pertanian komersial yang memerlukan ranch atau areal yang luas dan biasanya dilaksanakan di daerah semiarid atau arid (dry ). Peternakan ini menghasilkan hewan produk protein hewani untuk kebutuhan ekspor. Selain itu dairy farming merupakan pertanian komersil yang sangat penting, yang umumnya berlokasi dekat dengan daerah perkotaan. Susu dan olahannya merupakan produk yang dihasilkan dari praktek pertanian ini.
6
c. Pertanian Hortikultura Pertanian holtikultura dalam skala besar untuk keperluan pasar dunia di sisi sayurmayur dan buah-buahan juga dilaksanakan secara besar besaran. Praktek pertanian ini selain dapat dilaksanakan secara ekstensif pada lahan yang luas, juga dilaksanakan secera intensif pada lahan yang terbatas dengan teknologi tinggi untuk peningkatan hasil. d. Perkebunan Perkebunan merupakan praktek pertanian komersial yang menghasilkan komoditas pertanian tertentu seperti kopi, tebu, tembakau, gula, kapas, dan lain lain. Biasanya dioperasikan oleh perusahaan perkebunan pada lahan yang luas. Di Eropa, kita mengenal Perkebunan Mediterranean. Perkebunan ini terletak pada wilayah Mediterania yang umumnya berbatasan dengan laut dan beriklim hangat. Karena kondisi fisiknya tersebut, produk utama yang diandalkan untuk kebutuhan pasar dunia adalah buah zaitun (olive), anggur, buah-buahan, dan sayur-mayur. Kebun buah komersil juga merupakan praktek pertanian sistem perkebunan yang dijalankan pada lahan luas dengan mekanisasi dan pengolahan modern. Tipe pertanian ini memiliki musim tanam yang panjang dan biasa disebut sebagai Truck Farming . Di Asia, Thailand dan China merupakan dua negara pengekspor buahbuahan dan produk olahannya ke berbagai penjuru dunia. e. Tanaman Pangan Campuran Tanaman pangan campuran merupakan praktek pertanian yang mengabungkan tanaman pangan dan peternakan. Tanaman pangan, seperti jagung atau kedele, digunakan sebagai pakan ternak, praktek pertanian komersial seperti ini antara lain dapat dijumpai di AS. Di Indonesia, sistem pertanian dapat digolongan sebagai berikut: a. Sistem Ladang Sistem ini memerlukan pengolahan tanah minimum sekali, dimana aktivitas pertanian bergantung pada lapisan humus yang berbentuk dari sistem hutan. Oleh karena itu, sistem ini hanya akan bertahan di daerah yang berpenduduk jarang, dan sumber tanah yang terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, baik padi, jagung maupun umbi-umbian. b. Sistem Tegal Pekarangan Sistem ini berkembang di tanah-tanah kering dan jauh dari sumber-sumber air yang sinambung. Biasanya diusahakan pada wilayah pemukiman yang telah lama terbentuk. Pengolahannya masih sederhana dan sangat tergantung pada tenaga manusia dengan peralatan sederhana. Tenaga hewan jarang digunakan pada sistem pertanian ini. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanamantanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan. c. Tegalan Tegalan adalah lahan kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan, seperti padi ladang, palawija, dan holtikultura. Tegalan sangat tergantung pada turunnya air hujan. Tegalan biasanya diusahakan pada daerah yang belum mengenal sistem irigasi. Permukaan tanah tegalan tidak selalu datar. Pada musim kemarau keadaan tanahnya terlalu kering sehingga tidak ditanami. Tanaman utama di lahan tegalan adalah jagung, ketela pohon, kedelai, kacang tanah, dan jenis kacang-kacangan untuk sayur. Tanaman padi yang ditanam pada tegalan hanya panen sekali dalam satu tahun dan disebut padi gogo. Tanah tegalan dapat ditanami kelapa, buah-buahan, bambu, dan pohon untuk kayu bakar. Cara bertani di lahan tegalan menggunakan sistem tumpangsari, yaitu dalam sebidang lahan pertanian ditanami bermacam-macam tanaman. Sistem tumpangsari sangat menguntungkan karena dapat mencegah terjadinya kegagalan panen. d. Sistem Sawah Sistem sawah merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengolahan air. Sistem ini memungkinkan tercapainya stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan karena sistem 7
pengairan yang sinambung dan drainase yang lambat. Sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija; di beberapa daerah tanaman tebu dan tembakau sangat bergantung padanya. Macam-macam sawah di Indonesia: Sawah Irigasi, adalah sawah dengan pengairan yang teratur Sawah Lebak, adalah sawah yang terletak pada dataran banjir Sawah Tadah hujan, adalah sawah yang pengairannya dari air hujan Sawah Pasang Surut, adalah sawah yang terletak di muara sungai/tepi pantai. e. Sistem perkebunan Sistem perkebunan dapat berupa perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate). Perkebunan berkembang karena kebutuhan ekspor, seperti karet, kopi, teh, dan cokelat yang merupakan hasil utama.
5.4
Vegetasi Alami
5.4.1 Pengertian Vegetasi Alami Vegetasi alami diartikan sebagai tumbuh tumbuhan yang tumbuh secara alami tanpa intervensi manusia. Pertumbuhan vegetasi sangat tergantung pada nutrisi di alam, seperti serasah daun, humus, curah hujan, matahari dan sebagainya. Sebaran vegetasi di muka bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim, ketinggian tempat, dan bentang lahan. Iklim yang membagi zona vegetasi alami dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 5.1. Zona iklim dan kaitannya dengan zona vegetasi alami (sumber: Norton and Co. 2002)
Vegetasi iklim yang terdapat pada zona iklim tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Tipe iklim
Karakteristik iklim
wilayah
Iklim dingin kutub
66,5 – 90 derajat lintang, di wilayah Arktik.
8
Vegetasi alami
Tipe-tipe tundra, seperti lumut (mosses), jamur (lichens), rumput tebal (hardygrasses), tanaman kecil (small plants), dan bunga tundra (tundra flowers).
Iklim sedang
40 – 65 derajat lintang.
Hutan daun jarum iklim sedang (temperate coniferous forest ).
Iklim subtropis
30 – 40 derajat lintang.
Hutan daun lebar iklim sedang (temperate decidious forest )
30 – 40 derajat lintang, pada pusat benua.
Padang rumput iklim sedang (temperate grassland ) atau prairie/stepa
Warm to hot tropical climate: 10 – 23.5 derajat lintang di antara gurun yang panas dan lahan hutan tropis.
Padang rumput tropis (tropical grassland )/sabana.
Iklim tropis basah (hot & wet tropical climate): antara 23,5o LU – 23,5o LS.
Hutan hujan tropis (tropical rain forest ) Hutan mangrove (mangrove forest ) Hutan musim tropis (tropical monsoon forest ) Rawa
Iklim tropis kering (hot & dry tropical climate): antara 20o – 30o lintang, baik LU maupun LS.
Vegetasi gurun (desert vegetation) atau jenis-jenis kaktus dan rumput gurun
Iklim tropis
5.4.2 Tipe Vegetasi Alami Terdapat beberapa tipe vegetasi alami, seperti tundra, taiga/hutan daun jarum iklim sedang, hutan daun lebar iklim sedang, padang rumput iklim sedang, padang rumput tropis, hutan hujan tropis dan hutan musim tropis. a. Tundra Daerah tundra terdapat di belahan bumi utara dan kebanyakan di lingkungan kutub utara. Hampir semua wilayahnya tertutup oleh salju/es. Daerah ini memiliki musim dingin yang panjang dan musim panas yang panjang serta terus-menerus. Peristiwa ini terjadi karena gerak semu matahari hanya sampai di posisi 23,5° LU/LS. Usia tumbuh tanaman sangat pendek, berkisar antara 30 s. d. 120 hari (1 s. d. 4 bulan). Daerah ini banyak ditumbuhi oleh alga, lumut kerak, rumput teki, tumbuhan terna, dan semak-semak pendek. Fauna yang terdapat di wilayah ini memiliki bulu dan lapisan lemak yang tebal untuk tetap membuat tubuhnya hangat, misalnya rusa, rubah, kelinci salju, hewan-hewan pengerat, hantu elang, dan beruang kutub. b. Taiga atau Hutan Daun Jarum Iklim Sedang Taiga adalah hutan pohon pinus yang daunnya jarum. Daerah taiga merupakan bioma yang hanya terdiri dari satu spesies pohon. Kebanyakan terdapat di belahan bumi utara seperti Siberia Utara, Rusia, Kanada Tengah, dan Kanada Utara. Masa pertumbuhan taiga pada musim panas yang berlangsung 3 sampai 6 bulan. Jenis fauna di daerah ini adalah moose, serigala, burung hitam, burung hantu, elang, serigala, dan sebagainya.
9
c. Hutan Daun Lebar Iklim Sedang Hutan daun lebar iklim sedang adalah hutan yang menggugurkan daunnya pada musim musim tertentu, utamanya pada musim dingin. Jenis vegetasi ini dapat dijumpai pada daerah dengan iklim dingin yang ringan (tidak terlalu dingin) dan pegunungan, seperti di Jepang selatan, Amerika serta Australia. Contoh tanaman ini antara lain: oak, maple, dan elm. d. Padang Rumput Iklim Sedang Padang rumput iklim sedang merupakan rerumputan yang hidup pada daerah sedang dan mengalami dorman pada musim digin. Terbentang di daerah tropika sampai subtropika. Curah hujan antara 250-500 mm/tahun. Hujan yang tidak teratur dan porositas yang rendah menyebabkan tumbuhan sulit untuk mengambil air. Prairie/stepa perupakan contoh dari vegetasi ini. Stepa yang dalam Bahasa Inggris disebut steppe, merupakan rumput biasanya terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah curah hujannya tidak cukup untuk perkembangan hutan. Stepa tanpa pohon (kecuali yang berada di dekat sungai atau danau) ditumbuhi rumput pendek.
sebuah padang subtropika yang adalah dataran yang umumnya
Bentuk dari stepa berupa semi-gurun, biasanya tertutup oleh rumput atau semak, atau mungkin keduanya, tergantung berdasarkan musim dan garis lintang. Istilah stepa juga digunakan untuk menunjukkan iklim pada suatu daerah yang terlalu kering untuk menunjang suatu hutan, hanya saja tidak cukup kering untuk menjadi gurun. Persebaran bioma stepa meliputi Afrika, Amerika selatan, Amerika Serikat bagian barat, Argentina, dan Australia. Flora yang berhasil hidup di bioma stepa adalah pohon akasia dan semak belukar. Sedangkan untuk faunanya meliputi herbivora dan karnivora, yaitu rusa, antelop, harimau, kanguru, harimau, singa, dan ular. Istilah prairie digunakan untuk menyebutkan padang rumput di Amerika Serikat dengan karakteristik stepa. e. Padang Rumput Tropis Padang rumput tropis merupakan jenis vegetasi yang umumnya dijumpai pada Terdapat di daerah yang curah hujannya sedikit dan suhu yang tinggi. Sabana merupakan contohnya. Sabana merupakan jenis padang rumput yang dipenuhi oleh semak/perdu dan diselingi oleh beberapa jenis pohon yang tumbuh menyebar. Vegetasi ini biasanya terdapat di antara daerah tropis dan subtropis. Kurangnya curah hujan menjadi pendorong munculnya sabana, sehingga sabana dikenal juga padang rumput tropis. Iklimnya tidak terlalu kering untuk menjadi gurun pasir, tetapi tidak cukup basah untuk menjadi hutan. Beberapa benua yang memiliki padang sabana di antaranya adalah Afrika, Amerika Selatan, dan Australia, termasuk Indonesia. f. Hutan hujan tropis Terdapat di daerah yang bersuhu tinggi dengan curah hujan yang banyak. Hutan ini terdiri atas pohon raksasa yang berdaun rindang; yang dibelit dengan tumbuhan sulur dan ditempeli tumbuhan epifit. Di bawahnya terdapat ribuan jenis tumbuhan yang kecil. Sinar matahari tak dapat menembus ke bawah. Hutan-hutan ini didapati di Asia, Australia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko dan Kepulauan Pasifik. Layer hutan hujan tropis: Emergence: merupakan pepohonan yang menjulang paling tinggi pada hutan hujan tropis dengan ketinggian di atas 40 meter. Layer ini bisa mendapatkan sinar matahari penuh.
10
Canopy : merupakan layer atas yang mendominasi hutan hujan tropis. Ketinggian rata rata tanaman 20 hingga 40 meter. Merupakan rumah bagi berjenis jenis burung, insek dan mamalia. Under Canopy : merupakan layer kedua pada hutan hujan tropis. Sinar matahari sangat terbatas. terdapat vegetasi epifit, parasite maupun liana. Shrub level : merupakan tanaman penutup (ground cover ), dapat berupa belukar dan semak semak serta tanaman melata lainnya di tanah yang tahan tumbuh pada kelembaban dan kurang sinar matahari. Merupakan bagian yang gelap dan lembab dari hutan hujan dengan vegetasi yang jarang antar pepohonan. Pada waktu hujan lebat daerah ini akan kebanjiran.
g. Hutan musim tropis Hutan musim adalah hutan yang meranggas daunnya pada musim kemarau bersemi lagi pada musim penghujan. Terdapat di daerah dengan curah hujan yang sedang yang terletak pada wilayah tropis dan subtropis yang memiliki iklim hangat sepanjang tahun, namun mengalami musim kering (kemarau) yang panjang selama beberapa bulan. Lapisan/layer hutan musim tropis mirip dengan hutan hujan tropis dengan kerapatan yang lebih jarang dibandingkan dengan hutan hujan tropis.
11
View more...
Comments