5 Bab III Fakta Dan Analisis
September 19, 2017 | Author: claudia floo | Category: N/A
Short Description
fakta dan analisa kab tangerang...
Description
[STUDIO PERENCANAAN KOTA]
2015
BAB III FAKTA DAN ANALISA
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
III-0
3.1 Aspek Fisik Lingkungan Dan Penggunaan Lahan 3.1.1 Fakta Aspek Fisik Lingkunga dan Penggunaan Lahan 3.1.1.1 Kondisi Geografis o
o
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106 48’ BT dan 6 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Luas Wilayah Kota bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kemudian Secara Administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja Kabupaten Bogor.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor.
Untuk lebih jelasnya, gambaran wilayah administrasi Kota Bogor dapat dilihat pada tabel 3.1 dan gambar 3.1 Tabel 3.1 Luas Wilayah Administratif Kota Bogor Menurut Kecamatan No
Kecamatan
Luas (Ha)
%
1
Bogor Utara
1,772
14.95
2
Bogor Barat
3,285
27.72
3
Bogor Timur
1,015
8.57
4
Bogor Selatan
3,081
26
5
Bogor Tengah
813
6.86
6
Tanah Sareal
1,884
15.9
11,850 Jumlah Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2012
100
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
III-1
3.1.1.2 Kondisi Fisik Lingkungan dan Penggunaan Lahan A. Klimatologi Kota Bogor mempunyai keadaan cuaca dan udara yang sejuk, suhu udara rata-rata o
setiap bulannya 260 C, dan kelembaban udara yang kurang lebih 70%. Suhu o
terendah di Kota Bogor adalah 21,80 C, yang sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah mata angin di Bulan Desember sampai Januari ini dipengaruhi oleh angin muson. Sementara Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi oleh Angin Muson Barat dengan arah mata angin 6% terhadap arah Barat. Kota Bogor disebut Kota Hujan karena memiliki curah hujan rata-rata yang tinggi. Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar 4.000 sampai 4.500 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar 250─335 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Oktober sekitar 346 mm. Temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 26 ºC, dengan temperatur tertinggi sekitar 34,4 ºC dan kelembaban udara rata-rata lebih dari 70%. Untuk lebih jelasnya, sebaran curah hujan dan rata-rata hari hujan di Kota Bogor dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Curah Hujan Kota Bogor Menurut Kecamatan Tahun 2006 No
Kecamatan
3500 - 4000 mm/th (Ha)
4001 - 4500 mm/th (Ha)
4501 - 5000 mm/th (Ha)
Jumlah (Ha)
1
Bogor Utara
217,25
1.554,75
0,00
1.772,00
2
Bogor Timur
140,08
874,92
0,00
1.015,00
3
Bogor Selatan
1.994
1.087
0
3.081
4
Bogor Tengah
0,00
813,00
0,00
813,00
5
Bogor Barat
1.561,21
1.290,74
433,05
3.285,00
6
Tanah Sareal
1.080,21
803,79
0,00
1.884,00
3.994,98
433,05
9.063,00
Kota Bogor 4.634,97 Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2012
Gambar 3.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Bogor
B. Jenis tanah Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah Latosil coklat kemerahan dan sebagian besar mengandung tanah liat (clay) serta bahan-bahan yang berasal dari letusan gunung berapi, sehingga keadaan tanahnya mengandung tanah liat, batubatuan dan pasir. Kekuatan tanah di daerah ini bisa mencapai 2 sampai 5 kg per 2
2
cm , sedangkan pada tempat yang tak berbatu masih menahan 1.50 kg per cm . C. Topografi dan kelerengan 1. Morfologi Wilayah Kota Bogor pada dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit(antara 0 - 200 mdpl sampai dengan >300 mdpl). Kedudukan topografis Kota Bogor yang berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelasnya, uraian luas wilayah berdasarkan ketinggian Kota Bogor menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel 3.3.
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 3.3 Ketinggian Kota Bogor Menurut Kecamatan Ketinggian (Ha) Kecamatan 0 ─ 200 201─ 250 251─ 300 >300 869.18 853.68 49.14 0.00 Bogor Utara Bogor Timur 0.00 46.00 348.00 620.00 Bogor Selatan 0.00 24.00 480.00 2,577.00 Bogor Tengah 0.00 317.33 491.27 4.40 Bogor Barat 1,639.80 1,318.96 326.24 0.00 Tanah Sareal 1,519.13 364.84 0.00 0.00 Jumlah 4,028.11 2,924.81 1,694.65 3,201.40 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2012
Jumlah (Ha) 1,772.00 1,015.00 3,081.00 813.00 3,285.00 1,884.00 11,850.00
2. Kemiringan Lereng Kemiringan lereng di Kota Bogor berkisar 0 ─ 2% sampai dengan > 40%. Kemiringan lereng 0 ─ 2% (datar) seluas 1.763,94 ha, 2 ─ 15% (landai) seluas 8.091,27 ha, 15 ─ 25% (agak curam) seluas 1.109,89 ha, 25 ─ 40% (curam) seluas 764,96 ha, dan > 40% (sangat curam) seluas 119,94 ha. Adapun kondisi luasan lereng di Kota Bogor tersaji pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kemiringan Lereng Kota Bogor Menurut Kecamatan Kemiringan Lereng (Ha) No 1 2 3 4 5 6
Kecamatan
0 ─ 2% (Datar)
2 ─ 15 % (Landai)
25 ─ 40% (Curam)
137.85 1,565.65 0.00 182.30 722.70 56.00 169.10 1,418.40 1,053.89 125.44 560.47 0.00 618.40 2,502.14 0.00 530.85 1,321.91 0.00 1,763.9 8,091.27 1,109.89 4 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2012
68.00 44.00 350.37 117.54 153.81 31.24
0.50 10.00 89.24 9.55 10.65 0.00
1,772.00 1,015.00 3,081.00 813.00 3,285.00 1,884.00
764.96
119.94
11,850.00
Bogor Utara Bogor Timur Bogor Selatan Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal
Jumlah
Jumlah (Ha)
15 ─ 25% (Agak Curam)
>40% (SangatCuram)
D. Geologi tata lingkungan Struktur geologi Kota Bogor terdiri dari aliran andesit, kipas aluvial, endapan, tufa, dan lanau breksi tufan dan capili. Secara umum, Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Salak dan Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil pelapukan endapan, yang tentunya baik untuk vegetasi. Tabel 3.5 Jenis Batuan di Kota Bogor Menurut Kecamatan Jenis Batuan (Ha) No 1 2 3 4 5 6
Kecamatan
Aliran Andesit
Kipas Aluvial
Bogor Utara 0.00 1,766.64 Bogor Timur 0.00 304.21 Bogor Selatan 445.01 0.00 Bogor Tengah 0.00 226.98 Bogor Barat 1,012.45 348.89 Tanah Sareal 1,262.15 603.26 Jumlah 2,719.61 3,249.98 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2012
Endapan 0.00 0.00 0.00 0.17 1,372.51 0.00 1,372.68
Tufa 5.36 710.79 1,838.81 582.81 238.81 18.59 3,395.17
Lanau Breksi Tufan & Capili 0.00 0.00 797.18 3.04 312.34 0.00 1,112.56
Jumlah (Ha) 1,772.00 1,015.00 3,081.00 813.00 3,285.00 1,884.00 11,850.00
E. Hidrologi Air permukaan di Kota bogor berupa sungai berfungsi untuk mengumpulkan air hujan ke daerah aliran sungai. Potensi air permukaan ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari oleh penduduk Kota Bogor, seperti untuk minum, mandi maupun mencuci. Selain itu juga digunakan untuk kebutuhan air bagi industri. Oleh karena itu, untuk beberapa aliran sungai yang mempunyai cakupan daerah
aliran sungai yang cukup luas perlu mendapat perhatian untuk dilakukan perlindungan, untuk mencegah terjadinya pencemaran air. Wilayah Kota Bogor dialiri oleh 2 sungai besar dan 7 anak sungai, yang secara keseluruhan anak-anak sungai itu membentuk pola aliran pararel-subpararel sehingga mempercepat waktu mencapai debit puncak (time to peak) pada 2 sungai besar yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Kota Bogor memanfaatkan kedua sungai ini sebagai sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum. Secara hidrologis, Kota Bogor berada pada 3 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Cimahpar, DAS Cikereti dan DAS Kali Baru. Menurut asalnya, sumber air bagi Kota Bogor diperoleh dari sungai, air tanah, dan mata air. Sungai utama yang mengalir di Kota Bogor adalah Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, dan beberapa anak sungainya. Selain dua sungai tersebut, beberapa sungai lain yang ada di Kota Bogor di antaranya Sungai Cipakancilan, Sungai Cidepit, Sungai Ciparigi, dan Sungai Cibalok. Sungai-sungai tersebut memiliki permukaan air yang jauh di bawah permukaan. Karenanya, Kota Bogor terbilang relatif aman dari bahaya banjir. Pada umumnya, aliran sungai-sungai tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Kota Bogor sebagai sarana MCK, usaha perikanan keramba, serta sumber air baku bagi PDAM. Selain beberapa aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Bogor, terdapat juga beberapa mata air yang umumya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan air bersih sehari-hari. Kemunculan mata air tersebut umumnya terjadi karena adanya pemotongan bentuk lahan atau topografi, sehingga secara otomatis aliran air tanah tersebut terpotong. Kondisi tersebut di antaranya berada di tebing jalan tol Jagorawi, pinggiran sungai Ciliwung di Kampung Lebak Kantin, Babakan Sirna, dan Bantar Jati, dengan besaran debit bervariasi. Kedalaman air tanah bervariasi sekitar 3 ─12 m, kedalaman muka air tanah dalam keadaan normal (musim hujan) berkisar 3 ─ 6 m, sedangkan pada musim kemarau kedalaman muka air tanah mencapai 10 ─12 m. Kualitas air tanah di Kota Bogor terbilang cukup baik. Namun, tingkat pelapukan batuan yang cukup tinggi serta tingginya laju perubahan penutupan lahan oleh bangunan meyebabkan kapasitas infiltrasi air hujan menjadi sangat rendah, dan pada akhirnya mempertinggi run
off. Hal ini merupakan salah satu penyebab menurunnya permukaan air tanah di musim kemarau. Secara alamiah, air tanah akan banyak ditemui pada struktur lapisan batuan muda karena sifatnya yang mampu meresapkan air hujan yang lebih baik dari struktur batuan lainnya. Muka air tanah pada struktur batuan yang demikian juga lebih tinggi dari yang lainnya. Namun, pada kenyataannya, hal ini akan sangat tergantung pada kepadatan bangunan yang ada di atasnya karena semakin padat bangunan akan semakin rendah daya resap permukaan tanah terhadap air hujan. Air tanah akan sulit ditemukan pada struktur batuan tua, tua irigasi dan aliran lava karena adanya pelapukan batuan yang berpengaruh terhadap porositas tanah. Dengan kondisinya yang demikian, jebakan air tanah akan berada jauh di dalam batuan dasarnya sehingga muka air tanah menjadi rendah. Hal ini merupakan salah satu penyebab menurunnya permukaan air tanah di musim kemarau. Tabel 3.6 Hidrogeologi Kota Bogor Hidrogeologi (Ha) No 1 2 3 4 5 6
Kecamatan Bogor Utara Bogor Timur Bogor Selatan Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Jumlah
Muda 823.39 249.36 1,101.56 268.97 1,883.04 972.01 5,298.33
Muda Irigasi 946.72 79.35 498.12 4.44 540.79 870.13 2,939.55
Tua 0.00 188.08 1,179.23 15.56 618.99 6.75 2,008.61
Tua Irigasi 1.89 498.22 207.69 524.03 242.18 35.11 1,509.12
Aliran Lava 0.00 0.00 94.40 0.00 0.00 0.00 94.40
Jumlah (Ha) 1,772.00 1,015.01 3,081.00 813.00 3,285.00 1,884.00 11,850.01
Muda Irigasi : Lapisan Tidak Terlipat, Miring, Lemah Batuan Vulkanik Muda Beririgasi Tua : Lapisan Tidak Terlipat, Miring, Lemah Batuan Vulkanik Tua Tua Irigasi : Lapisan Tidak Terlipat, Miring, Batuan Vulkanik Tua Beririgasi Aliran Lava : Aliran Lava Bersusun Andesit Basah F. Kawasan rawan bencana Kota Bogor merupakan daerah rawan bencana tanah longsor dan banjir. Terdapat beberapa kawasan yang berpotensi mengalami bencana tersebut berada pada daerah yang sering longsor umumnya di sekitar tebing sungai, sedangkan daerah
yang rawan banjir hanya merupakan titik genangan yang tersebar pada setiap kecamatan. Titik lokasi bencana longsor ini berada di Kecamatan Bogor Selatan, sedangkan untuk bencana banjir lintasan berada di wilayah Kecamatan Bogor Utara, tanah sareal dan beberapa daerah lainnya di wilayah Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan hasil pemetaan dari pemutahiran data daerah rawan bencana yang telah dilakukan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Bogor, ada beberapa titik lokasi bencana seperti kawasan yang tidak pernah mengalami banjir kini justru terkena dampaknya. No I
Lokasi Kecamatan Bogor Barat
1
Sepanjang Sungai
2
Sepanjang Saluran Kel. Pasir Jaya Kp. Muara Kel. Gn. Batu Kp. Gn. Batu
3 4 5
Kel. Cilendek Timur Rw 05
6
Kel Gunung Batu Rw 12
Tabel 3.7 Rawan Bencana Kota Bogor Tahun 2007 Sumber Kerawanan Jenis Kerawanan - S. Ciomas - S. Cisadane - Sal. Sek. Cidepit
Tanah Longsor Tanah Longsor Tanah Longsor
- S. Cisadane
Banjir
1
- S. Cisadane
Banjir
1
Air Lapangan/ Limpasan air permukaan Air Lapangan/ Limpasan air permukaan - Saluran Cibenda
7
Kel. Situ Gede - Saluran Cibanten
8
Kel. Margajaya
9 10 II
Kel. Balumbang Jaya Rw 06 Kel. Semplak Kecamatan Bogor Tengah
1
Sepanjang Sungai
2
Sepanjang Saluran
3 4 5 III
Kel. Paledang Kp. Nusa Kel. Panaragan Kp. Mantarena dan Panaragan Kel. Pamoyanan
Saluran Ciherang/Cibungur Sungai Ciapus Sal. Sekunder Cidepit
Banjir dan Tanah Longsor Banjir
Sepanjang Sungai
2
Kel. Muarasari
1.5
Tanggul Saluran Jebol Tanggul Saluran Jebol Banjir Tanah Longsor Banjir
2 0.5
- S. Cisadane - S. Cipakancilan - S. Ciliwung - Saluran Induk Cisadane Empang
Tanah Longsor Tanah Longsor Tanah Longsor Tanah Longsor
S. Cisadane
Banjir
1
S. Cisadane S. Cisadane Sal. Ciranjang/Cioyanan
Banjir Banjir
1 1
Banjir dan Longsor
1
- S. Cibeureum - S. Cisadane - S. Cipakancilan - S. Cibalok
Tanah Longsor Tanah Longsor Tanah Longsor Tanah Longsor
Kecamatan Bogor Selatan
1
Luas Genangan (Ha)
No
V 1
Lokasi Tajur, Pakuan Kel. Ranggamekar Kp. Cibeureum Kel. Empang Kp. Parung Jambu Kecamatan Bogor Timur Sepanjang Sungai Kel. Sindangsari Kel. Katulampa Kp. Katulampa Kel. Baranangsiang Kp. Pulo Geulis Kecamatan Tanah Sareal Sepanjang Sungai
2
Sepanjang Saluran
3 4 IV 1 2 3 4
3 4 5
Kel. Kebon Pedes Kp. Pacilong Kel. Cibadak Rw. 09 Komplek Bukit Cimanggu Villa Kp. Asem Kel. Kayumanis
7 8 9
Kel. Mekarwangi Kp. Asem Kel. Sukadamai Kel. Kencana Kel. Sukaresmi
10
Kel. Kedung Waringin
VI 1
Kecamatan Bogor Utara Sepanjang Sungai Kel. Tegalgundil Tanah Kapling Kp. Luwuk Kel. Bantarjati Kp. Warungjambu Kel. Cibuluh Kp. Kaumsari Kp. Pangkalan Kel. Kedungbadak
6
2 3 4 5 6 7
Kp. Kedunghalang Kel. Tanah Baru Kp. Kramat Kel. Ciluar
Sumber Kerawanan
Jenis Kerawanan
Luas Genangan (Ha)
S. Cisadane
Banjir
1
S. Cisadane
Banjir
1
S. Ciliwung Sal. Cibalok
Tanah Longsor Tanah Longsor
S. Ciliwung
Banjir
1
S. Ciliwung
Banjir
1
S. Ciliwung Saluran Induk Cisadane Empang
Tanah Longsor
Sal. Cibalok
Banjir
2
Sal. Cimanggu
Banjir
2
Sal. Cigede Wetan Sal. Cigede Kulon Sal. Cikeumeuh Sal. Cimanggu
Banjir Banjir Banjir Banjir
2 2 1 1
Sal. Cigede Wetan
Banjir
2
Sal. Ters.Cibuluh 5 Sal. Kali Murni Sal. Kali Duren Sal. Tersier Cidepit 4, Cidepit 5 dan air lapangan
Banjir Banjir Banjir
2 2 1
Banjir
2
S. Ciliwung S. Ciparigi S. Ciparigi S. Ciparigi S. Ciparigi Sal. Cibagolo S. Ciparigi S. Cibuluh S. Ciliwung S. Ciliwung S. Ciparigi Sal. Cibagolo
Tanah Longsor Tanah Longsor Banjir Banjir Tanah Longsor Banjir Banjir Banjir Banjir Banjir Banjir Banjir
S. Ciluar
Banjir
Tanah Longsor
S. Ciluar Banjir Jumlah Sumber : Seksi Pemeliharaan Jaringan & Drainase Kota Bogor Tahun 2006
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
2 2 3 2 2 1 2 1 1 1 2 52
III-9
Gambar 3.2 Peta Ketinggian Kota bogor
Gambar 3.3 Peta Kelerengan Kota Bogor
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
III-11
G. Jenis dan intensitas penggunaan lahan 0
Kota Bogor adalah salah satu kota di Jawa Barat yang terletak 106 48' Bujur Timur dan 6036' Lintang Selatan. Secara batas administrasi kota Bogor terletak di tengah-tengah Kabupaten Bogor. Wilayah Administrasi Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan diantaranya Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Utara, dan Tanah Sereal , dengan luas wilayah keseluruhan 11.850 ha. Dari segi pola penggunaan lahan, dengan luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 km2, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu : a. Kawasan Terbangun dengan luas total sebesar 4.411,86 ha atau sekitar 37,23% dari luas total Kota Bogor, yang berupa lahan perdagangan, permukiman, perumahan, komplek militer, istana, industri, terminal, dan gardu. Kawasan terbangun di wilayah Kota Bogor didominasi oleh 3.135,79 ha (26,46%) kawasan permukiman, yang di dalamnya terdapat fasilitas kesehatan, pendidikan, peribadatan, serta perkantoran. b. Kawasan Belum Terbangun dengan luas total sebesar 7.438,14 ha atau sekitar 62,77% dari luas total Kota Bogor, yang berupa Situ, Sungai, Kolam, RTH, Tanah Kosong Non RTH, dan Lain-Lain yang tidak teridentifikasi. Kawasan Belum Terbangun di Kota Bogor didominasi oleh 6.088,58 ha atau 51,38% RTH, yang didalamnya terdapat hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau SUTET, kawasan hijau, kebun raya, lahan pertanian kota, lapangan olah raga, sempadan sungai, TPU, taman kota, taman lingkungan, taman perkotaan, dan taman rekreasi Wilayah Kota Bogor terbagi ke dalam 4.155,87 Ha atau 35,07% lahan perumahan dan permukiman yang di dalamnya terdapat fasilitas kesehatan, pendidikan, peribadatan, serta perkantoran. Pada umumnya, lahan terbangun berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan yang ada, sehingga berpotensi dalam menambah laju tingkat perkembangan wilayah Kota Bogor. Penggunaan lahan lainnya adalah RTH, yang mendominasi penggunaan lahan Kota Bogor seluas 6.088,58 Ha atau 51,38%, yang di dalamnya terdapat hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau SUTET, kawasan hijau, kebun raya, lahan pertanian kota, lapangan olah raga, sempadan sungai, TPU, taman kota, taman lingkungan, taman
perkotaan, dan taman rekreasi. Sementara sisanya seluas 1.605,55 Ha digunakan untuk kegiatan lainnya seperti perdagangan, komplek militer, istana, industri, terminal, gardu, situ, sungai, kolam, tanah kosong non RTH, dan lain-lain yang tidak teridentifikasi Tabel 3.8 Jenis dan Intensitas Penggunaan Lahandi Kota Bogor Tahun 2007 No 1
Jenis Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
%
81,02
0,68
3.135,79
26,46
a. Kesehatan
-
-
b. Pendidikan
-
-
c. Perkantoran
-
-
d. Ibadah
-
-
Perdagangan Permukiman termasuk :
2
3
Perumahan
1.020,08
8,61
4
Komplek Militer
73,96
0,62
5
Istana
1,17
0,01
6
Industri
92,59
0,78
7
Situ
14,40
0,12
8
Sungai
124,59
1,05
9
Kolam
81,84
0,69
10
Terminal
5,41
0,05
11
Gardu
1,84
0,02
RTH
6.088,58
51,38
a. Hutan Kota
57,62
0,49
b. Jalur Hijau Jalan
138,02
1,16
c. Jalur Hijau SUTET
14,36
0,12
1.963,92
16,57
72,12
0,61
f. Lahan Pertanian Kota
3.117,27
26,31
g. Lapangan Olah Raga
151,51
1,28
h. Sempadan Sungai
181,79
1,53
i. TPU
134,64
1,14
j. Taman Kota
3,19
0,03
k. Taman Lingkungan
90,49
0,76
l. Taman Perkotaan
123,57
1,04
m.Taman Rekreasi
40,08
0,34
13
Tanah Kosong Non-RTH
984,38
8,31
14
Lain-Lain (Tidak Teridentifikasi)
144,35
1,22
11.850,00
100,00
d. Kawasan Hijau e. Kebun Raya 12
Jumlah Sumber : Bappeda Kota Bogor
Gambar 3.4 Peta Geologi Kota Bogor
Gambar 3.5 Peta Hidrogeologi Kota Bogor
Gambar 3.6 Peta aliran Sungai Kota Bogor
Gambar 3.7 Peta Rawan Bencana Kota Bogor
Gambar 3.8 Peta Penggunaan lahan Kota Bogor
3.1.2 Analisis Fisik Lingkungan dan Penggunaan Lahan 3.1.2.1 Analisis SKL morfologi Analisa kemampuan lahan adalah merupakan analisis spesifik atau superimpose terhadap data dan peta tematik yang ada. Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi. Morfologi berhubungan dengan kondisi fisik permukaan bumi yang menyatakan kondisi roman muka bumi atau bentang alam. Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan. Kemampuan lahan morfologi tinggi berarti kondisi morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa gunung, pegunungan, dan gelombang. Akibatnya, kemampuan pengembangannya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak dikembangkan. Morfologi tinggi tidak bias digunakan untuk peruntukan lading dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budi daya. Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Morfologi Kota Bogor adalah sebagai berikut: Tabel 3.9 Kondisi SKL Morofologi Morfologi Lereng
Lokasi Wilayah
SKL Morfologi
Nilai
Bogor Selatan
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40%
Kemampuan lahan dari morfologi tinggi
1
Bogor Selatan
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25 - 40 %
Kemampuan lahan dari morfologi cukup
2
Bogor Selatan Bogor Tengah, Bogor Timur
Bukit/Perbukitan
15 - 25%
Kemampuan lahan dari morfologi sedang
3
Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Tengah
Datar
2 - 15 %
Kemampuan lahan dari morfologi kurang
4
Tanah Sereal, Bogor Barat, Bogor utara
Datar
0–2%
Kemampuan lahan dari morfologi rendah
5
Pada bagian Kecamatan Bogor selatan, didominasi oleh kemampuan lahan dengan morfologi tinggi dengan lereng > 40% sehingga tidak memiliki potensi untuk perkembangan karena pada wilayah ini memiliki lereng >40% dengan morfologi perbukitan dan pegunungan. Pada bagian tengah didominasi oleh kemampuan
lahan dengan morfologi sedang dan berpotensi sebagai perkembangan perkotaan sedangkan bagian didominasi utara kemampuan lahan dengan morfologi rendah rendah dengan lereng antara 0-2% lereng datar sehingga memiliki potensi untuk perkembangan kota. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat Gambar 3.9. 3.1.2.2 Analisis SKL kestabilan lereng Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil atinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau pemukimann dan budi daya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan, dan resapan air. Sedangkan kawasan dengan kestabilan lereng tinggi artinya wilayah tersebut stabil dan aman untuk dikembangkan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi geologi yang ada dan tingkat curah hujan yang tinggi atau rendah. Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Kestabilan Lereng Kota Bogor adalah sebagai berikut : Tabel 3.10 Kondisi SKL Kestabilan Lereng Kota Bogor Lokasi Wilayah
Morfologi
Bogor Selatan
Gunung/Pegunun gan dan Bukit/Perbukitan
Bogor Selatan
Gunung/Pegunun gan dan Bukit/Perbukitan
Bogor Selatan Bogor Tengah, Bogor Timur
Bukit/Perbukitan
Air Tanah
Penggunaan Lahan
Lereng
Geologi
SKL Lereng
Nilai
> 40 %
Batuan Gunung Api Pangrango,Batuan Gunung Api Salak,
Terbatas setempat
Hutan, Semak, Ladang
Kesetabilan Lereng Rendah
1
25 40%
Batuan Gunung Api Pangrango,Batuan Gunung Api Salak,
Terbatas setempat
Kebun, Hutan
Kesetabilan Lereng Kurang
2
15 25%
Batuan Gunung Api Pangrango,Batuan Gunung Api Salak, Kipas Aluvium
Terbatas setempat, dangkal langka
Semua
Kesetabilan Lereng Sedang
3
Lokasi Wilayah Tanah Sereal, Bogor Tengah, Bogor Barat, Bogor utara Tanah Sereal, Bogor Tengah, Bogor Barat, Bogor utara
Morfologi
Datar
Datar
Lereng
Geologi
Air Tanah
2 - 15 %
Batuan Gunung Api Salak, Formasi Jatiluhur,Formasi Bojonmanik
Terbatas setempat, dangkal
0-2 %
Batuan Gunung Api Salak, Formasi Jatiluhur,Formasi Bojonmanik
dangkal
Penggunaan Lahan
SKL Lereng
Nilai
Semua
Kesetabilan Lereng Tinggi
4
Semua
Kesetabilan Lereng Tinggi
5
Kestabilan lereng yang tinggi karena merupakan wilayah dengan kemiringan wilayah yang relatif datar di Kecamatan Bogor Barat, Bogor Utara dan Tanah Sereal. Sedangkan Wilayah dengan kesetabilan lereng sedang berada diwilayah Kecamatan Bogor Timur, Bogor Tengah, dan Bogor Barat. Kesetabilan lereng kurang dan rendah dengan kemiringan wilayah yang didominasi dengan perbukitan dan pegunungan berada di wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar 3.10. 3.1.2.3 Analisis kestabilan pondasi Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mendukung
bangunan berat dalam pengembangan
perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Analisis ini merupakan kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan khususnya untuk kawasan budidaya permukiman. Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Kestabilan Pondasi Kota Bogor adalah sebagai berikut :
Tabel 3.11 Kondisi Kestabilan Pondasi Kota Bogor Lokasi Wilayah
SKL Lereng
Geologi
Air Tanah
Kesetabilan Lereng Rendah
Batuan Gunung Api Pangrango,Batuan Gunung Api Salak,
Kesetabilan Lereng Kurang
Batuan Gunung Api Pangrango,Batuan Gunung Api Salak,
Bogor Selatan
Kesetabilan Lereng Sedang
Batuan Gunung Api Pangrango,Batuan Gunung Api Salak, Kipas Aluvium
Terbatas setempat,dang kal langka
Tanah Sereal, Bogor Tengah, Bogor Barat, Bogor utara, Bogor Timur, Bogor Selatan
Kesetabilan Lereng Tinggi
Batuan Gunung Api Salak, Formasi Jatiluhur,Formasi Bojonmanik
Terbatas setempat,dang kal
Bogor Selatan
Bogor Selatan
Terbatas setempat
Terbatas setempat
Penggunaan Lahan
SKL Kesetabilan Pondasi
Nilai
Hutan,Sema k, Ladang
Daya Dukung dan Kestabilan Pondasi Rendah
1
Kebun, Hutan
Daya Dukung dan Kestabilan Pondasi Kurang
2
Semua
Daya Dukung dan Kestabilan Pondasi Kurang
3
Semua
Daya Dukung dan Kestabilan Pondasi tinggi
4
Kestabilan pondasi yang tinggi karena merupakan wilayah stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi, tersebar hampir diseluruh kota terutama di Kecamatan Tanah Sereal dan Bogor Utara. Kesetabilan pondasi rendah dan kurang sebagian besar berada di wilayah Kecamatan Bogor selatan dan sebagian kecil berada di kecamatan lainya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar 3.11. 3.1.2.4 Analisis skl terhadap erosi SKL untuk erosi dimaksudkan untuk mengetahui daerah-daerah yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Kemampuan lahan untuk erosi dipengaruhi oleh kondisi topografi, geologi berupa ketebalan tanah
dan sifat kekerasannya. Sedangkan dari sisi eksternal dipengaruhi oleh klimatologinya. Namun yang utama adalah kondisi geologinya. Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah. Pada kawasan yang kondisi geologinya memiliki sifat kekerasan yang tinggi meskipun pada lereng yang curam mungkin tidak terjadi erosi yang tinggi dan sebaliknya jika sifat kekerasan batuan yang rendah meskipun pada lereng yang rendah pula maka dapat terjadi erosi yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Erosi Kota Bogor adalah sebagai berikut : Tabel 3.12 Kondisi SKL Erosi Kota Bogor Lokasi Wilayah
Air Tanah
Penggunaan lahan
Batuan Gunung Api Pangrango,Batuan Gunung Api Salak,
Terbatas setempat
25 - 40 %
Batuan Gunung Api Pangrango,Batuan Gunung Api Salak,
15 - 25 %
Morfologi
Lereng
Geologi
Bogor Selatan
Gunung/Pegunun gan dan Bukit/Perbukitan
> 40 %
Bogor Selatan
Gunung/Pegunun gan dan Bukit/Perbukitan
Bukit/Perbukitan
Bogor Selatan Bogor Tengah, Bogor Timur Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Barat, Bogor utara
Tanah Sereal, Bogor utara
Datar
Datar
SKL Erosi
Nilai
Hutan, Semak, Ladang
Erosi Tinggi
1
Terbatas setempat
Kebun, Hutan
Erosi Cukup Tinggi
2
Batuan Gunung Api Pangrango,Batuan Gunung Api Salak, Kipas Aluvium
Terbatas setempat, dangkal langka
Semua
Erosi Sedang
3
2 - 15 %
Batuan Gunung Api Salak, Formasi Jatiluhur,Formasi Bojonmanik
Terbatas setempat,d angkal
Semua
Erosi Rendah
4
0-2%
Batuan Gunung Api Salak, Formasi Jatiluhur,Formasi Bojonmanik
dangkal
Semua
Tidak ada erosi
5
Sebagian Besar tidak ada erosi di dominasi di Kecamatan Tanah Sereal dan Bogor Utara, pada wilayah Kecamatan Bogor Barat sebagian wilayah tidak ada Erosi dan
sebagiannya di dominasi dengan tingkat erosi rendah berada di wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Sedangkan wilayah Kecamatan Bogor selatan sebagian besar memiliki tingkat erosi Tinggi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar 3.12. 3.1.2.5 Analisis SKL rawan bencana SKL Rawan Bencana Alam dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi kerugian dan korban akibat bencana tersebut. Dalam paradigma pengurangan resiko bencana, bencana dibagi menjadi tiga aspek, yaitu ancaman, kerentanan, dan kemampuan/kapasitas. Gabungan ketiga aspek bencana tersebut mencerminkan apa yang disebut resiko bencana. Resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilanngnya rasa aman, mengungsi, kerusakan, atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Dengan menggunakan paradigma pengurangan resiko bencana, fokus, penelitian penanggulangan bencana tidak hanya pada aspek mitigasi ancaman saja, tetapi juga bagaimana tingkat kerentanan masyarakat dan infrastruktur pada daerah yang terancam, serta bagaimana upaya penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Berdasarkan hasil analisis, Kondisi SKL Rawan Bencana Kota Bogor sebagai berikut : Tabel 3.13 Kondisi SKL Rawan Bencana Kota Bogor Lokasi Wilayah
Morfologi
Bogor Selatan
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
> 40 %
Bogor Selatan
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25 - 40 %
Lereng
Topografi
Air Tanah
Penggunaan Lahan
SKL Rawan Bencana Alam
Nilai
Tinggi
Terbatas setempat
Hutan, Semak, Ladang
Potensi Bencana Alam tinggi
5
Terbatas setempat
Kebun, Hutan
Potensi Bencana Alam tinggi
4
Cukup Tinggi
Lokasi Wilayah
Morfologi
Lereng
Bogor Selatan Bogor Tengah, Bogor Timur
Bukit/Perbukitan
15 - 25 %
Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Barat, Bogor utara
Datar
2 - 15 %
Datar
0-2%
Tanah Sereal, Bogor utara
Penggunaan Lahan
SKL Rawan Bencana Alam
Nilai
Sedang
Terbatas setempat, dangkal langka
Semua
Potensi Bencana Alam Cukup
3
Rendah
Terbatas setempat, dangkal
Semua
Potensi Bencana Alam Rendah
2
dangkal
Semua
Potensi Bencana Alam Rendah
1
Topografi
Air Tanah
Sangat Rendah
Potensi bencana alam tinggi terletak di daerah Kecamatan Bogor Selatan karena memiliki daerah dengan topografi tinggi, dan ada beberapa tersebar titik lokasi yang memiliki potensi bencana alam tinggi di beberapa kecamatan yang memiliki topografi rendah dengan lokasi yang berdekatan dengan aliran sungai. Sebagian besar dengan morfologi datar memiliki potensi bencana alam yang rendah. Untuk lebih jelasnya bisa gambar 3.13. 3.1.2.6 Analisis SKL ketersediaan air Ketersedian air artinya wilayah tersebut terdapat air atau tidak untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan pemanfaatan lahan. Analisis ini salah satu kriteria dalam Pengalokasian pengunaan lahan khususnya jika suatu wilayah akan dikembangkan untuk kawasan permukiman. Ketersedian air tersebut dipengaruhi aspek kondisi morfologi dan kelerengan. Namun hal ini juga tergantung pada kondisi morfologi dan kelerengan. Namun hal ini juga tergantung pada kondisi geologi/batuan wilayah khususnya hidrologi dan krimatologi yang ditunjukan dengan tingkat curah hujan tinggi atau tidak. Dari sisi geologi, jika sifat porositas (melewatkan air) dari batuan/tanahnya tinggi maka akan dapat menyimpan air dan sebaliknya semakin kecil sifat porositasnya maka semakin pula sifat menyimpanan
airnya.Berdasarkan hasil analisis, Kondisi SKL Ketersediaan Air Kota Bogor sebagai berikut : Tabel 3.14 Kondisi Ketersediaan Air Kota Bogor Lokasi Wilayah
Morfologi
Lereng
Penggunaan Lahan
SKL Ketersediaan Air
Nilai
Bogor Utara, Bogor Timur
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
> 40 %
Hutan, Semak, Ladang
ketersediaan air sangat rendah
5
Bogor Selatan
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25 - 40 %
Kebun, Hutan
ketersediaan air rendah
4
Bogor Selatan Bogor Barat, Bogor Utara
Bukit/Perbukitan
15 - 25 %
Semua
ketersediaan air sedang
3
Tanah Sereal, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Barat, Bogor utara
Datar
2 - 15 %
Semua
ketersediaan air tinggi
2
Tanah Sereal, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Barat, Bogor utara
Datar
0-2%
Semua
ketersediaan air tinggi
1
Ketersediaan air tinggi melintang dari daerah Kecamatan Bogor Selatan sampai Kecamatan Tanah Sereal hampir seluruh daerah memiliki ketersedian air tinggi. Untuk ketersedian air sedang berada di sebagian Bogor Selatan, Bogor Barat, dan Bogor Utara, dan ketersedian air sangat rendah ada disebagian kecil Bogor Utara dan Bogor Timur. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar 3.14.
Gambar 3.9 Peta SKL Morfologi
Gambar 3.10 Peta SKL Kesetabilan Lereng
Gambar 3.11 Peta SKL Peta Kesetabilan Pondasi
Gambar 3.12 Peta SKL Terhadap Erosi
Gambar 3.13 Peta SKL Rawan Bencana Alam
Gambar 3.14 Peta SKLKetersediaan Air
3.1.2.7 Analisis Kemampuan lahan Analisis kemampuan lahan merupakan rangkuman dan kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan dalam bentuk SKL. Analisis ini untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya perkotaan sebagai arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap berikutnya. Kemampuan lahan dipengaruhi oleh karakteristik fisik wilayah, penggunaan lahan serta arahan kebijakan pengembangan wilayah. Secara umum, kemampuan lahan di kota Bogor dapat diuraikan menjadi 4 kelas kemampuan lahan, Yaitu 1
Kemampuan pengembangan sangat rendah
2
Kemampuan pengembangan rendah
3
Kemampuan pengembangan Sedang
4
Kemampuan pengembangan Agak Tinggi
Dari kelas tersebut, secara garis besar kemampuan lahan tersebut dapat diklasifikasikan kedalam penggunaan lahan yaitu penggunaan lahan budidaya untuk perkotaan ( kemampuan tinggi), penggunaan lahan non perkotaan (kemampuan sedang), penggunaan kawasan lindung (kemampuan sangat rendah), dan penggunaan lahan sebagian kawasan lindung dan sebagian kawasan budidaya Berdasarkan analisis yang telah dilakukan 4 kelas kemampuan lahan tersebut adalah sebagai berikut :
Bobot 5
skl kestabilan lereng Bobot 5
5
5
3
5
3
25
46
10
10
6
10
6
20
62
15
3
15
9
15
15
72
20
20
12
20
12
10
94
25
25
15
25
15
5
110
skl morfologi
Bobot Nilai
Tabel 3.15 Analisis Kemampuan Lahan skl skl kestabilan ketersedian Skl Erosi Skl Bencana pondasi alam air Bobot 3 Bobot 5 Bobot 3 Bobot 5
Kemampuan lahan
Klasifikasi Pengembangan
Total Nilai Kemampuan pengembangan sangat rendah Kemampuan pengembangan rendah Kemampuan pengembangan Sedang Kemampuan pengembangan Agak Tinggi Kemampuan pengembangan Tinggi
Gambar 3.15 Peta Kemampuan Lahan
3.1.2.8 Arahan Tata Ruang Pertanian Tujuan
dari
pengembangan
arahan
tata
pertanian
ruang sesuai
pertanian dengan
Untuk
mendapatkan
arahan
kesesuaian
lahannya.
Dengan
karakteristik wilayah yang ada, maka perlu menganalisis arahan tata ruang pertanian untuk menentukan tata ruang pertanian di kota Bogor. Berdasarkan arahan tata ruang pertanian di kota dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Kelas
Tabel 3.16 Arahan Tata Ruang Pertanian Arahan Tata Ruang Kemampuan Lahan Pertanian Kemampuan Pengembangan Klasifikasi Nilai
A
Kemampuan pengembangan sangat rendah
Lindung
1
B
Kemampuan pengembangan rendah
Kawasan Penyangga
2
C
Kemampuan pengembangan Sedang
Tanaman Tahunan
3
D
Kemampuan pengembangan Agak Tinggi
Tanaman Setahun
4
Lokasi Sebagian kecil di Kec. Bogor Selatan Sebagian kecil di Kec. Bogor Selatan Sebagian besar di Kec. Bogor Selatan Bogor Tengah, Bogor Timur Sebagian besar di Kec. Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Tengah Tanah Sereal, Bogor Barat, Bogor utara.
2.1.2.9 Arahan Rasio Penutupan Lahan Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran perbandingan daerah yang bisa tertutup oleh bangunan bersifat kedap air dengan luas lahan keseluruhan. Dalam hal ini perlu mengetahui perbandingan daerah yang Boleh dibangun dengan luas lahan keseluruhan dan kendala fisik tiap wilayah. Kendala fisik yang menjadi pertimbangan adalah klasifikasi kemampuan lahan, kemampuan drainase, kestabilan lereng, tingkat erosi dan bencana alam. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pembagian rasio tutupan lahan Kota Bogor menjadi 4 ( empat ) bagian sesuai dengan kemampuan Iahannya. Arahan rasio tutpan lahan tersebut adalah sebagai berikut : Arahan Rasio Tutupan Lahan Kelas Kemampuan Lahan KelasA
Tabel 3.17
Arahan Rasio Tutupan Lahan Klasifikasi Non Bangunan
nilai 1
Lokasi Sebagian besar di Kec. Bogor Selatan dan sebagian kecilnya tersebar di
Kelas Kemampuan Lahan
Arahan Rasio Tutupan Lahan Klasifikasi
Kelas B
Rasio Tutupan Lahan Maks 10%
Kelas C
Rasio Tutupan Lahan Maks 20%
nilai
2
3 Kelas D
Rasio Tutupan Lahan Maks 30%
Lokasi Kec. Bogor utara, Bogor tengah, Bogor timur, Bogor,barat Sebagian kecil di Kec. Bogor Selatan Sebagian besar di Kec. Bogor Selatan Bogor Tengah, Bogor Timur Sebagian besar di Kec. Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Tengah Tanah Sereal, Bogor Barat, Bogor utara.
2.1.2.10 Arahan Ketinggian Bangunan Arahan ketinggian bangunan dimaksudkan untuk mengetahui daerah-daerah yang sesuai untuk dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi pada pengembangan kawasan. Dasar pertimbangan arahan ketinggian bangunan juga memperhatikan karakteristik fisik seperti kestabilan pondasi serta bencana alam, maka dapat disimpulkan bahwa arahan ketinggian bangunan sebagai berikut. Tabel 3.18 Arahan Ketinggian Bangunan Arahan Ketinggian Bangunan Kelas Kemampuan Lahan
Klasifikasi
nilai
Kelas a
Non Bangunan
1
Kelas b
Non Bangunan
2
Kelas c
Bangunan < 4 Lantai
3
Kelas d
Lokasi Sebagian kecil di Kec. Bogor Selatan Bogor Barat, , Bogor Timur, Bogor Selatan Sebagian kecil di Kec Bogor Selatan Sebagian kecil di Kec Bogor Selatan Tanah Sereal, Bogor Tengah, Bogor Barat, Bogor utara, Bogor Timur,
3.1.2.11 Perkiraan Daya Tampung Lahan Perkiraan daya tampung lahan dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk yang bias ditampung di wilayah / kawasan dengan pengertian masih dalam batas kemampuan lahan. Berikut daya tampung lahan terkait dengan : 1. Daya tampung berdasarkan ketersediaan air tinggi 2. Daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan 3. Membandingkan daya tampung ini dengan jumlah penduduk yang ada saat ini dan proyeksinya untuk waktu perencanaan
Dalam konteks ini, asumsi masing-masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum dan dengan anggapan luas lahan yang digunakan untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan efektif yang akan dikembangkan Tabel 3.19 perkiraan daya tampung Luas Wilayah
1
Bogor Utara
1.772
6,6
710
724
2
Bogor Barat
3.285
39,0
827
796
231.834
269.996
3
Bogor Timur
1.015
12,3
419
320
103.466
118.656
4
Bogor Selatan
3.081
43,8
756
1.572
196.942
224.801
5
Bogor Tengah
813
15,8
453
49
106.439
115.577
6
Tanah Sareal
1.884
7,8
909
918
216.855
266.157
11.85
125,2
4.074
4.379
1.043.789
1.216.226
Jumlah
Kawasan Terbangun
Perbandingan Daya Tampung Dengan Jumlah Penduduk Yang Ada Kepadatan Kepadatan Penduduk 2012 Penduduk 2017 188.253 221.039
Wilayah
No
Luas Sungai
Kawasan Potensi Pengembangan
3.1.2.12 Persyaratan dan Pembatasan Pengembangan Analisis
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
persyaratan
dan
pembatasan
pengembangan pada masing-masing arahan peruntukan dan kendala fisiknya. Kendala fisik yang digunakan adalah analisis bencana alam. Dengan mengacu pada kondisi atau karakteristik bencana alam yang berpotensi terjadi di kota Bogor maka dapat disimpulkan bahwa : Pembatasan evaluasi lahan untuk menghindari bencana seperti erosi dan banjir yang tinggi karena Janis tanah pada umumnya mudah erosi dan sebaagian besar daerah bogor dialiri aliran sungai. Pada Kawasan yang memiliki potensi gerakan tanah yang menengah – tinggi sebaiknya tidak membangun bangunan tinggi. Terkait dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup Kota Bogor, berikut kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisa fisik : 1. Kondisi topografi dan kelerengan. Dengan karakteristik topografi dan kelerengan yang sebagian besarnya dengn kemiringan wilayah relatif datar maka secara umum daya dukung untuk pemanfaatan untuk kawasan budidaya khususnya permukiman, peragangan dan jasa serta pertanianatau perkebunan dapat dikembangkan.
2. Karakteristik sumber daya air yang mempengaruhinya. Sumberdaya air merupakan persyaratan utama dalam pengembangan wilayah dengan kondisi yang ada dengan banyaknya sungai yang melintasi wilayah di kota bogor maka potensi pengembangan wilayah sangat tinggi. 3. Kondisi geologi lingkungan yang dimiliki Secara umum kondisi geologi yang dimiliki tidak berbahaya sehingga dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya. 4. Potensi bencana yang dimiliki Secara umum bencana relatif rendah, hanya beberapa titik lokasi yang rawan terjadi bencana maka perlu diimbangi dengan penggunaan lahan dengan tinggkat vegetasi yang tinggi. 3.1.3 Kesesuaian Lahan Berdasarkan analisis Skl – Skl, Analisis arahan –arahan dan kriteria kawasan lindung dan budidaya menurut RTRWN dan permen Pu 41/2007, kota Bogor memiliki kesesuaian lahan untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya dengan rincian klasifikasi sebagai berikut : Tabel 3.20 Klasifikasi Kawasan Lindung No Klasifikasi Kawasan Lindung Kriteria penetapan Curah Hujan tinggi, Tanah mudah diresapi air, bentuk yang 1 Kawasan Resapan Air memudahkan peresapan air banyak 5 M sebelah luar tanggul sungai, 100 m dari tepi sungai besar 2 Sempadan Sungai tak bertanggul diluar permukiman Sumber : PP 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
No 1
2 3
4
Tabel 3.21 klasifikasi Kawasan Budidaya KlasifikasiBudidaya Kriteria Penetapan Permukiman Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%), Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi), Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan, Tidak berada pada kawasan lindung, Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga Perdagangan dan jasa Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam, Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota Industri kemiringan lereng yang sesuai untuk kegiatan industri berkisar 0% - 25%, pada kemiringan > 25% - 45% dapat dikembangkan kegiatan industri dengan perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl, dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan bencana longsor Pertanian Kemiringan 15 - 40% Sumber : Permen PU No 41 Tahun 2007 Tentang Kriteria Kawasan Budidaya
Berikut adalah rincian luas per kecamatan di Kota Bogor, kawasan lindung dan budidaya sebagai berikut :
No 1
kecamatan Bogor Utara
2
Bogor Barat
3
Bogor Timur
4
Bogor Selatan
5
Bogor Tengah
6
Tanah Sereal
No 1
2
3
4
5
3
Tabel 3.22 Kawasan Lindung Kota Bogor klasifikasi Kawasan Lindung Sempadan Sungai Sempadan Sungai Kawasan Konservasi Sempadan Sungai Kawasan Resapan Air Sempadan Sungai Sempadan Kereta Api Kawasan Resapan Air Kawasan Konservasi Sempadan Sungai Sempadan Kereta Api Kawasan Konservasi Sempadan Sungai Sempadan Kereta Api
Tabel 3.23 Kawasan Budidaya Kota Bogor kecamatan klasifikasi Kawasan Lindung Permukiman Perdagangan dan jasa Bogor Utara Industri Pertanian Permukiman Perdagangan dan jasa Bogor Barat Industri Pertanian Permukiman Perdagangan dan jasa Bogor Timur Industri Pertanian Permukiman Perdagangan dan jasa Bogor Selatan Industri Pertanian Permukiman Bogor Perdagangan dan jasa Tengah Pertanian Permukiman Perdagangan dan jasa Tanah Sereal Industri Pertanian
Luas (Ha) 407 500 39 223 16 724 48 233 0,51 175 18 112 398 29
Luas (Ha) 724 115 6 625 796 43 27 550 320 44 16 409 1572 43 30 765 49 102 0,37 908 91 25 843
Gambar 3.16 Peta Kesesuaian Lahan Kota Bogor
3.1.4 Potensi, Masalah, dan Konsep Aspek Fisik Lingkungan dan Kemampuan Lahan A. Potensi Kota Bogor mempunyai banyak potensi untuk melakukan pembangunan disetiap kecamatan di Kota Bogor. Hanya sebagian kecil di kecamatan bogor barat dan tengah yang masih memiliki wilayah 50% rawan bencana longsor dan banjir. sebagian besar di kecamatan tanah sereal, bogor utara, bogor tengah, bogor barat, bogor timur dan bogor selatan. Namun pada pengembangan harus sesuain dengan arahan agar kota berkembang secara berkelanjutan. Untuk daerah keberadaan kawasan lindung dan mengendalikan pemanfaatannya sehingga tidak mengurangi fungsi lindungnya dan kawasan resapan air untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah berubah fungsi dengan cara penataan kawasan sempadan sungai dan kawasan lindung lainnya. Merehabilitasi kawasan lindung yang mengalami penurunan fungsi. Pemanfaatan lahan untuk masyarakat yang berada di daerah pinggiran kota, agar lahan tersebut
dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan, karena lahan sebagai
tempat untuk.bercocok tanam. Bagi penduduk perkotaan, lahan sebagai tempat untuk permukiman dll. B. Masalah Bencana alam yang mungkin terjadi di Kota Bogor adalah longsor dan banjir dikarenakan Kota bogor merupakan dataran tinggi dan banyak dialiri oleh aliran sungai. Masalah pemanfaatan lahan sering terjadi di kota-kota besar. Sesuai dengan hasil analisis kesesuaian lahan pada penggunaan lahan ada beberapa lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan seperti pemenuhan kebutuhan masyarakat yang terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah urbanisasi Kota yang terjadi di Kota Bogor yang mengakibatkan pemenuhan lahan pemukiman bertambah. Masalah pemukiman dapat terjadi karena Terdapat ketidak sesuaian dengan kemiringan lerang, daerah sempadan dan daerah yang berpotensi banjir. Selain itu menurunnya kelestarian alam
seperti
tercemarnya air sungai dan
berbagai kerusakan lainnya dan banyak potensi tanah yang baik untuk pertanian
sekarang disalahgunakan oleh penggunaan lahan yang menjadi perumahan atau tempat-tempat rekreasi sehingga pasokan kebutuhan pangan Kota berkurang Adapun masalah atau potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk berkelanjutan masyarakatnya. Bagi penduduk perkotaan semakin tingginya tingkat urbanisasi menjadikan lahan untuk pengembangan kawasan pemukian. Untuk orang yang berada di daerah di pnggiran Kota Bogor agar kebutuhan hidupnya terpenuhi sebagian besar lahan sebagai besar dimanfaatkan sebagai tempat bercocok tanam. C. Konsep Aspek Fisik Lingkungan dan Kemampuan Lahan Berdasarkan hasil analisis kawasan yang ditetapkan dengan fungsi melindungi kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan merupakan ruang untuk menampung kegiatan penduduk Kota Bogor dalam menjalankan aktivitasnya. ruang dimaksudkan supaya diperoleh efektifitas kegiatan baik dari segi pergerakan maupun keuntungan ekonomis. Disamping itu distribusi ruang budidaya juga diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan aktivitas dan kehidupan penduduk Kota Bogor maka dikonsepkan pemanfaatan kawasan Kota Bogor sebagai berikut: 1. Kawasan lindung a) Kawasan Sempadan Sungai Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai
dan mengamankan aliran sungai yang dapat dikembangkan
sebagai area penghijauan. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi fungsi sungai dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai dan mengamankan aliran sungai. Kriteria jalur sempadan sungai adalah: Kawasan sempadan sungai yang tidak bertanggul dan memiliki kedalaman ≤ 3 meter, maka garis sempadannya adalah 10 meter kiri kanan sungai dihitung dari tepi sungai
Kawasan sempadan sungai yang tidak bertanggul dan memiliki kedalaman > 3 meter dan ≤ 20 meter, maka garis sempadannya adalah 10 meter kiri kanan sungai dihitung dari tepi sungai Kawasan sempadan sungai yang tidak bertanggul dan memiliki kedalaman > 20 meter, maka garis sempadannya adalah 30 meter kiri kanan sungai dihitung dari tepi sungai Kawasan sempadan sungai yang bertanggul, maka garis sempadannya adalah 3 meter kiri kanan sungai dihitung dari sebelah luar sepanjang kaki tanggul Kawasan sempadan saluran adalah minimal 3 meter kiri kanan saluran dari batas banjir Kawasan sempadan situ adalah minimal 50 meter dari batas situ yang sudah teridentifikasi sesuai dengan peraturan yang berlaku sekurangkurangnya 5 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan. Kawasan sempadan sungai yang terdapat di Kota Bogor meliputi sempadan Sungai Ciliwung dan Cisadane, sempadan anak sungai dan sempadan saluran yang melintas wilayah adminsitrasi Kota Bogor. b) Kawasan sempadan danau atau situ Kawasan sempadan danau atau situ memiliki kriteria yaitu daratan sepanjang tepian danau buatan/bendungan yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau buatan/bendungan antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan sempadan danau/situ yang terdapat di Kota Bogor meliputi sempadan Situ Gede, Situ Leutik, Situ Anggalena, Situ Panjang dan Danau Bogor Raya. Luas ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bogor setiap tahun semakin berkurang, hal tersebut disebabkan terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa lahan terbuka menjadi terbangun untuk berbagai keperluan seperti perumahan, industri, perdagangan daan jasa, kantor, dan lain-lain. Semakin sempitnya RTH, khususnya taman dapat menimbulkan
munculnya
kerawanan
dan
penyakit
sosial
sifat
individualistik dan ketidakpedulian terhadap lingkungan yang sering ditemukan di masyarakat perkotaan. Disamping ini semakin terbatasnya RTH juga berpengaruh terhadap peningkatan iklim mikro, pencemaran udara, banjir dan berbagai dampak negatif lingkungan lainnya.konsep pengembangan RTH diarahkan sebagai berikut: 1) RTH Kawasan Lindung a. Mempertahankan yang telah ada Situ, danau dan sempadannya Sempadan sungai b. Membangun RTH baru Sempadan situ, danau Mengembalikan sempadan yang tidak berupa RTH c. Sempadan sungai Mengembalikan sempadan yang tidak berupa RTH Menata sempadan sungai potensial menjadi RTH (dapat dimanfaatkan menjadi taman, tempat bermain) d. Hutan kota Diarahkan ke Bogor Selatan, Bogor Timur dan Bogor Barat (wilayah yang belum terbangun) 2. Kawasan Budidaya untuk Kota Bogor meliputi: a) Perumahan Kecenderungan perkembangan permukiman yang terjadi saat ini adalah ke arah pusat kota dan sepanjang jalan-jalan utama, hal ini dikarenakan tingkat aksesibilitasnya disepanjang jalan tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya. Adapun yang dapat agar perkembangan tidak terpusat di sepanjang jalan utama dan Pusat Kota adalah dengan melakukan pengembangan dan peningkatan jalan lingkar yang menghubungkan daerah-daerah belum terbangun dan potensial sebagai kawasan pengembangan, serta dilakukan peningkatan jalan-jalan lingkungan, diharapkan dengan dilakukannya pengembangan atau
peningkatan jalan tersebut akan sangat mendorong arah perkembangan permukiman kota. Pembentukan
umum
lingkungan
perumahan
didasarkan
pada
pertimbangan sebagai berikut: pengembangan penyebaran atau distribusi penduduk, hal ini karena adanya keterkaitan antara kepadatan penduduk dengan luas kapling perumahan. Peningkatan kualitas perumahan, sehingga membentuk lingkungan perumahan yang sehat dan nyaman, tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara) serta tersedianya air bersih dan air minum. Mempunyai aksesibilitas yang baik sehingga pencapaian dari dan ke kawasan lainnya relatif mudah untuk dicapai. Penetapan pusat pelayanan sebagai komponen pengikat disetiap unit lingkungan perumahan yang mempunyai jarak tempuh relatif dekat. Pemanfaatan ruang terbuka sebagai suatu orientasi kegiatan disetiap unit lingkungan perumahan yang dijadikan unsur pengikat dan dapat diwujudkan dalam bentuk taman dan fasilitas sosial yang sifatnya lokal. b) Industri Sektor perindustrian yang akan dikembangkan di Kota Bogor adalah industri non pollutan dan ramah lingkungan baik berupa industri kecil, menengah maupun besar.
Pengembangan industri yang tidak
berwawasan lingkungan seperti yang menggunakan potensi air yang sangat banyak, berpolusi udara tinggi sudah tidak mungkin dialokasikan di Kota Bogor ini. kawasan industri yang direncanakan pun terbatas pada kawasan yang telah berkembang industri tidak ada penambahan kawasan industri baru kecuali untuk kegiatan industri kecil atau industri rumah tangga (home industry). Peruntukan industri Kota Bogor diarahkan sebagai berikut: 1. Mengendalikan kegiatan industri yang telah ada dari dampak polusi dan lalu lintas
2. Membatasi perkembangan industri pada lokasi industri yang ada saat ini; 3. Mengarahkan lokasi industri dan pergudangan di koridor Jalan Raya Pemda di Wilayah 4. Mempertahankan
dan
mengembangkan
industri
kecil
yang
berkembang di perumahan dengan syarat tidak menimbulkan dampak negatif. 5. Menata industri kecil dalam bentuk sentra di Wilayah c) Perdagangan dan Jasa Perkembangan kegiatan perdagangan di Kota Bogor saat ini cukup pesat, karena selain melayani penduduk Kota Bogor juga daerah-daearah sekitarnya diantaranya Kabupaten Bogor, juga merupakan salah satu kota wisata,
baik
lokal
maupun
mancanegara,
yang
akhirnya
akan
mempengaruhi kegiatan perdagangan. Kebutuhan fasilitas perdagangan (skala kota dan regional) di Kota Bogor hingga akhir tahun perencanaan dapat
dikatakan
sudah
mencukupi
terutama
besar/sedang (Pasar Induk, Supermarket, Plaza,
jenis
perdagangan
Mall dan sejenisnya).
Sedangkan untuk jenis perdagangan kecil diantaranya, perdagangan dan jasa komersial skala sekunder (pasar lokal/lingkungan dan pertokoan) masih diperlukan terutama dalam hal pendistribusian dimasing-masing Wilayah Pelayanan peruntukan perdagangan dan jasa diarahkan sebagai berikut:
Kegiatan perdagangan dan jasa skala kota dan regional,
Kegiatan perdagangan dan jasa skala lingkungan,
Kegiatan perdagangan dan jasa diarahkan untuk berkembang pada wilayah pelayanan kota sebagaimana direncanakan.
Pengembangan
pasar tradisional dengan kualitas pelayanan sama
dengan pasar modern Perlu kebijakan dalam pengaturan pemanfaatan lahan yang akan di implementasikan untuk pengembangan kota sebagai berikut: Pelarangan kegiatan pemanfatan lahan yang berpotensi bencana alam
Pengembangan kawasan pemukiman yang aman dari bencana alam, memberikan manfaat bagi peningkatan ketersediaan pemukiaman. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pemukiman disusun dengan memperhatikan penetapan jenis dan sarat penggunaan bangunan yang diizinkan.
3.2
Aspek Kependudukan
3.2.1 Fakta Aspek Kependudukan 3.2.1.1 Jumlah Penduduk di Kota Bogor Jumlah Penduduk di Kota Bogor tahun 2012 sebesar 1.004.831 jiwa. Berdasarkan data Statistik tahun 2012, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Bogor Barat sebesar 223.168 jiwa dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Timur sebesar 99.983 jiwa. Berikut tabel 3.24 mengenai Jumlah Penduduk di Kota Bogor. Tabel 3.24 Jumlah Penduduk di Kota Bogor Tahun 2008 - 2013 Jumlsh Penduduk (Tahun) No Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012 179.494 181.298 183.120 184.336 190.535 1 Bogor Selatan 2 Bogor Timur 94.329 95.277 96.235 96.617 99.983 3 Bogor Utara 166.245 167.916 169.603 173.732 180.847 4 Bogor Tengah 111.952 113.077 114.214 102.145 104.270 5 Bogor Barat 205.123 207.185 209.267 214.826 223.168 6 Tanah Sareal 185.061 186.921 188.799 195.742 206.028 942.204 951.674 961.238 967.398 1.004.831 Kota Bogor Sumber : Kota Bogor Dalam Angka 2012
2013* 196.942 103.466 188.253 106.439 231.834 216.855 1.043.712
3.2.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan Kota Bogor pada tahun 2012 sebesar yang terbesar di Kecamatan Tanah Sareal 5,25% dan yang terkecil di Kecamatan Bogor Tengah 2,08% . Untuk lebih jelasnya bisa lihat pada tabel 3.25. Tabel 3.25 Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Bogor No 1 2 3
Kecamatan Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara
Jumlah Penduduk (jiwa) 2011 2012 184.336 190.535 96.617 99.983 173.732 180.847
Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 3,36 3,48 4,10
No
Kecamatan
4 Bogor Tengah 5 Bogor Barat 6 Tanah Sareal Sumber : Pengolahan Data
Jumlah Penduduk (jiwa) 2011 2012 102.145 104.27 214.826 223.168 195.742 206.028
Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 2,08 3,88 5,25
Berikut adalah grafik laju pertumbuhan penduduk di Kota Bogor berdasarkam 6 kecamatan
Gambar 3.17 Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Bogor berdasarkan kecamatan Sumber : Pengolahan Data
Gambar 3.18 Peta persebaran penduduk
Gambar 3.19 Peta laju pertumbuhan penduduk tahun 2012
3.2.1.3 Kepadatan Penduduk Luas Wilayah Kota Bogor Sebesar 11.850 Ha. Kepadatan Penduduk Pada Tahun 2012 yang terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Tengah Sebesar 12.825 2
jiwa/Km dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Selatan sebesar 6.184 2
jiwa/Km . Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 3.26. Tabel 3.26 Kepadatan Penduduk di Kota Bogor tahun 2012 2 Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk per Km2 (jiwa) Luas (Km )
No
Kecamatan
1
Bogor Selatan
30,81
190.535
6.184
2
Bogor Timur
10,15
99.983
9.851
3
Bogor Utara
17,72
180.847
10.206
4
Bogor Tengah
8,13
104.27
12.825
5
Bogor Barat
32,85
223.168
6.794
6
Tanah Sareal
18,84
206.028
10.936
1.004.831
8.480
118,50 Kota Bogor Sumber : Pengolahan Data
3.2.1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin Jumlah Penduduk Kota Bogor berdasarkan Jenis Kelamin pada tahun 2012, jenis kelamin laki-laki yang terbesar berada di Kecamatan Bogor Barat sebesar 113.373 jiwa dan yang terkecil berada di Kecamatan Bogor Timur sebesar 50.533 jiwa. Untuk jenis kelamin perempuan yang terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Barat sebesar 109.795 jiwa dan yang terkecil berada di Kecamatan Bogor Timur sebesar 49.430 jiwa. Tabel 3.27 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin (jiwa) No Kecamatan Laki-laki Perempuan 97.698 92.837 Bogor Selatan 1 2 Bogot Timur 50.553 49.430 3 Bogor Utara 91.874 88.973 4 Bogor Tengah 52.720 51.550 5 Bogor Barat 113.373 109.795 6 Tanah Sareal 104.666 101.362 Jumlah 510.884 493.947 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka 2013
Jumlah 190.535 99.983 180.847 104.270 223.168 206.028 1.004.831
Gambar 3.20 Peta kepadatan penduduk
3.2.1.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Jumlah Penduduk Kota Bogor Berdasarkan Kelompok Umur pada tahun 2012, kelompok umur 25-29 merupakan kelompok usia yang terbesar (9,84%) dan yang terkecil di Kelompok umur 70-74 (1,02 %). Penduduk Kota Bogor didominasi oleh usia produktif 15-65 (68,31 %). Berikut tabel 3.28.
Umur 0-4 05-09 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75 +
Tabel 3.28 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Umur Bogor Selatan Bogot Timur Bogor Utara Bogor Tengah 16.914 8.732 17.737 17.551 18.078 8.723 16.215 7.788 17.737 8.353 15.329 7.841 17.551 8.826 15.795 8.772 16.244 8.718 16.318 11.552 17.340 9.242 16.816 9.912 16.213 8.920 16.424 8.653 14.653 8.122 14.760 7.971 12.648 6.899 12.883 7.178 10.029 5.460 10.387 6.304 8.534 4.708 8241 5.402 6.387 3.533 5.588 4.446 4.122 2.271 3.419 2.980 3.173 1.650 2.283 2.165 2.255 1.175 1.549 1.649 2.458 1.285 1.653 1.946 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka 2012
Bogor Barat 16.244 35.524 34.443 35.203 33.680 35.824 34.053 30.897 26.446 13.152 10.894 7.833 4.986 3.791 2.571 2.620
Tanah Sareal 17.340 18.818 17.966 16.820 16.836 18.971 18.272 17.059 14.447 11.222 9.326 6.454 4.028 2.916 1.965 2.061
3.2.1.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Jumlah penduduk berdasarkan Pendidikan di Kota Bogor pada tahun 2012, terbesar berada ditingkat lulusan SLTA sebesar 217.830 Jiwa sedangkan untuk tingkat D1 adalah yang terkecil sebesar 6.646 jiwa. Berikut tabel 3.29 tentang jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di Kota Bogor tahun 2012. Tabel 3.29 Jumlah Penduduk Bedasarkan Pendidikan No Ijazah Tertinggi yang dimiliki Laki-laki Perempuan 1 Tidak Punya Ijazah 60.653 63.318 2 Sekolah Dasar 97.418 105.186 3 SLTP 71.516 71.474 4 SLTA 112.808 105.022 5 a. D1/D2 1.569 5.077 6 b. D3+Sarjana Muda 10.418 9.994 7 D4+S1 28.933 18.063 8 S2+S3 3.852 2.914 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka 2013
Jumlah 123.971 202.604 142.990 217.830 6.646 20.412 46.996 6.766
3.2.1.7 Jumlah Penduduk Menurut Agama Penduduk Kota Bogor yang beragama Islam lebih mendominasi dibandingkan dengan agama lain. Jumlah Penduduk Kota Bogor sebesar 877.498 jiwa menganut agma Islam, 23.350 jiwa menganut agama Katolik, 38.433 jiwa menganut agama Protestan, 4.956 jiwa menganut agama Hindu, dan 9.933 jiwa menganut agama Budha. Berikut tabel 3.30 mengenai jumlah penduduk menurut agama di Kota Bogor Tahun 2012. Tabel 3.30 Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Agama Tahun 2012 Agama
No
Kecamatan
1
Bogor Selatan
180.345
4.123
2
Bogot Timur
90.484
3
Bogor Utara
4
Bogor Tengah
5 6
Islam
Katolik
Protestan
Jumlah
Hindu
Budha
Lainnya
6.321
451
1.163
4.674
197.077
6.782
7.798
470
1.050
3.563
110.147
157.306
3.653
5.920
1.430
1.989
2.453
172.751
94.563
5.030
8.371
745
4.061
4.245
117.015
Bogor Barat
207.534
1.897
3.812
1.010
949
975
216.177
Tanah Sareal
181.141
1.865
6.211
850
721
876
191.664
Jumlah
911.373
23.350
38.433
4.956
9.933
16.786
1.004.831
Sumber : Kota Bogor Dalam Angka 2013
3.2.1.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Berdasarkan data Kota Bogor dalam angka pada tahun 2012, jumla penduduk Kota Bogoryang bekerja di bidang perdagangan, restoran dan hotel adalah yang terbesar di Kota Bogor. Untuk jumlah pekerja yang terkecil berada di sektor pertanian, kehutanan, perburuan, danperikanan sebesar 6.198 jiwa. Berikut tabel 3.31 tetang penduduk menurut lapangan peerjaan. Tabel 3.31 Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Tahun 2012 No Lapangan Pekerjaan Jumlah % 1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 6.198 1,62 2 Industri 67.674 17,66 3 Perdagangan, Restoran, dan Hotel 115.406 30,12 4 Jasa Kemasyarakat 113.108 29,52 5 Lainnya 80.725 21,07 Jumlah 383.111 100,00 Sumber : Kota Bogor dalam Angka 2013
3.2.2 Analisis Kependudukan Analisis kependudukan bertujuan untuk memberikan informasi yang terkait dengan penilaian apakah sumber daya yang ada pada sebuah wilayah merupakan petensi/masalah
bagi
usaha-usaha
peningkatan
produktifitas
daerah
dan
membandingkan tingkat perkembangan relatif dari subwilayah yang terdapat pada sebuah kota. Analisis kependudukan terdiri dari analisis jumlah dan distribusi penduduk, analisa kepadatan penduduk, analisa penduduk menurut jenis kelamin, analisi penduduk menurut agama, analisa penduduk menurut pendidikan, analisa penduduk menurut lapangan pekerjaan, dan analisis penduduk menurut umur. 3.2.2.1 Analisis Proyeksi Penduduk Analisis distribusi penduduk bertujuan untuk melihat jumlah penduduk terbesar hingga terkecil di Kota Bogor. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan distribusi penduduk pada masing-masing kecamatan. Metode yang digunakan adalah Metode Geometric Karena:
Jumlah penduduk sudah merata di setiap Kecamatan..
Angka pertumbuhan penduduk di Kota Bogor dihitung berdasarkan angka pertumbuhan penduduk rata-rata pada 5 tahun terkahir.
Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk digunakan rumus penghitungan laju pertumbuhan penduduk yaitu sebagai berikut: Pt
=
Po (1+r)
n
Pt
= jumlah penduduk di tahun akhir penghitungan
Po
= jumlah penduduk di tahun awal penghitungan
R
= laju pertumbuhan penduduk
n
= tahun ke-n
Metode Geometric Pertumbuhan penduduk secara geometric adalah pertumbuhan penduduk yang menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk). Jadi pertumbuhan penduduk dimana angka pertumbuhan (rate of growth) adalah sama untuk setiap tahun.
Rumus Metode Geometric1 :
Pn= Po (1+ r) n
Pn
= Jumlah penduduk pada tahun n
Po
= Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
r
= Angka pertumbuhan penduduk
n
= Waktu dalam tahun
Tahun No
1
Presentase 2013 %
2
2014 %
3
2015 %
4
2016 %
5
2017 %
6
2018 %
7
2019 %
8
2020 %
9
2021 %
10
2022 %
11
1
2023
Tabel 3.32 Proyeksi Penduduk Tahun 2013-2032 Kecamatan Bogor Bogot Bogor Bogor Bogor Selatan Timur Utara Tengah Barat
Tanah Sareal
Jumlah
196.942
103.466
188.253
106.439
231.834
216.855
1.043.790
18,87
9,91
18,04
10,20
22,21
20,78
100
203.565
107.071
195.963
108.654
240.836
228.250
1.084.339
18,77
9,87
18,07
10,02
22,21
21,05
100
210.411
110.801
203.989
110.914
250.188
240.244
1.126.547
18,68
9,84
18,11
9,85
22,21
21,33
100
217.487
114.661
212.343
113.221
259.904
252.869
1.170.485
18,58
9,80
18,14
9,67
22,20
21,60
100
224.801
118.656
221.039
115.577
269.996
266.157
1.216.225
18,48
9,76
18,17
9,50
22,20
21,88
100
232.361
122.790
230.091
117.981
280.480
280.143
1.263.846
18,39
9,72
18,21
9,34
22,19
22,17
100
240.175
127.067
239.514
120.436
291.372
294.864
1.313.428
18,29
9,67
18,24
9,17
22,18
22,45
100
248.251
131.494
249.324
122.941
302.686
310.359
1.365.055
18,19
9,63
18,26
9,01
22,17
22,74
100
256.600
136.075
259.534
125.499
314.440
326.668
1.418.816
18,09
9,59
18,29
8,85
22,16
23,02
100
265.229
140.816
270.163
128.110
326.650
343.834
1.474.802
17,98
9,55
18,32
8,69
22,15
23,31
100
274.148
145.722
281.227
130.775
339.334
361.902
1.533.109
Sutarsih Muliakusumna, Dasar-Dasar Demografi, (Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia),254-257
Tahun No
Kecamatan Bogot Timur
17,88
9,50
18,34
8,53
22,13
23,61
100
283.367
150.799
292.745
133.495
352.511
380.919
1.593.837
17,78
9,46
18,37
8,38
22,12
23,90
100
292.897
156.052
304.734
136.273
366.200
400.936
1.657.091
17,68
9,42
18,39
8,22
22,10
24,20
100
302.747
161.489
317.214
139.108
380.420
422.005
1.722.982
17,57
9,37
18,41
8,07
22,08
24,49
100
312.928
167.115
330.205
142.002
395.192
444.181
1.791.622
17,47
9,33
18,43
7,93
22,06
24,79
100
323.451
172.937
343.728
144.956
410.538
467.522
1.863.132
17,36
9,28
18,45
7,78
22,03
25,09
100
334.328
178.962
357.805
147.971
426.480
492.089
1.937.636
17,25
9,24
18,47
7,64
22,01
25,40
100
345.571
185.197
372.459
151.050
443.040
517.948
2.015.265
17,15
9,19
18,48
7,50
21,98
25,70
100
357.192
191.649
387.712
154.192
460.244
545.166
2.096.156
17,04
9,14
18,50
7,36
21,96
26,01
100
369.204
198.325
403.591
157.400
478.116
573.813
2.180.450
% 16,93 Sumber: Pengolahan Data
9,10
18,51
7,22
21,93
26,32
100
% 12
2024 %
13
2025 %
14
2026 %
15
2027 %
16
2028 %
17
2029 %
18
2030 %
19
2031 %
20
2032
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal
Jumlah
Bogor Selatan
Presentase
Dari tabel 3.32 jumlah penduduk pada tahun 2032 yang terbanyak berada di Kecamatan Tanah Sareal berjumlah 573.813 jiwa dan yang terkecil berada di kecamatan Bogor Tengahberjumlah 157.400 jiwa. Untuk persebarannya dapat dilihat pada gambar 3.22 3.2.2.2 Analisis Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan Kota Bogor pada tahun 2012 yang terbesar terdapat di Kecamatan Tanah Sareal dengan laju 5,25% dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Tengah dengan laju pertumbuhan 2,08%. Setelah melihat proyeksi penduduk 2013-2032 bisa lihat laju pertumbuhan tetap sama dengan tahun 2012. Laju pertumbuhan pada tahun 2032 yang terdapat pada Kecamatan
Tanah Sareal sama dengan pada tahun 2012 dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Tengah sama dengan 2012. Tabel 3.33 Laju Pertumbuhan Penduduk tahun 2013-2032 Kecamatan Bogor Bogot Bogor Bogor Tahun Selatan Timur Utara Tengah 2013 3,36 3,48 4,10 2,08 2014 3,36 3,48 4,10 2,08 2015 3,36 3,48 4,10 2,08 2016 6,87 3,48 4,10 2,08 2017 3,36 3,48 4,10 2,08 2018 3,36 3,48 4,10 2,08 2019 3,36 3,48 4,10 2,08 2020 3,36 3,48 4,10 2,08 2021 3,36 3,48 4,10 2,08 2022 3,36 3,48 4,10 2,08 2023 3,36 3,48 4,10 2,08 2024 3,36 3,48 4,10 2,08 2025 3,36 3,48 4,10 2,08 2026 3,36 3,48 4,10 2,08 2027 3,36 3,48 4,10 2,08 2028 3,36 3,48 4,10 2,08 2029 3,36 3,48 4,10 2,08 2030 3,36 3,48 4,10 2,08 2031 3,36 3,48 4,10 2,08 2032 3,36 3,48 4,10 2,08 Sumber: Pengolahan Data
Bogor Barat 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88 3,88
Gambar 3.21 Grafik Laju Pertumbuhan Tahun 2032 Sumber: Pengolahan Data
Tanah Sareal 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25 5,25
3.2.2.3 Analisis Kepadatan Penduduk Analisis Kepadatan penduduk untuk mengetahui kepadatan suatau wilayah dengan melihat jumlah penduduk per luas tertentu (dalam satuan Km² atau Ha). Analisis kepadatan penduduk dilakukan untuk menghitung dan memprediksi kapasitas wilayah terhadap jumlah penduduk yang ada. Luas wilayah yang ada terbatas akan tetapi jumlah penduduk akan selalu meningkat, dengan menganalisis kepadatan penduduk maka akan menunjukan suatu kemampuan wilayah dalam menampung jumlah penduduk. Rumus untuk menghitung kepadatan penduduk :
Berdasarkan hasil pengolahan data, kepadatan penduduk kota Bogor tahun 2032 yang paling padat terdapat di kecamatan Tanah sareal dan yang terkecil di Kecamatan Bogor Selatan. Berikut Tabel tentang kepadatan penduduk di Kota Bogor.
Tabel 3.34 Kepadatan Penduduk di Kota Bogor Tahun 2013-2032 Kecamatan
Tahun
Bogor Selatan
Bogot Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal
30,81
10,15
17,72
8,13
32,85
18,84
2013
6.278
9.996
10.424
12.618
6.939
11.235
2014
6.372
10.143
10.646
12.413
7.087
11.542
2015
6.468
10.292
10.874
12.212
7.239
11.858
2016
6.566
10.444
11.106
12.015
7.393
12.182
2017
6.665
10.598
11.343
11.82
7.551
12.516
2018
6.766
10.754
11.585
11.629
7.713
12.858
2019
6.868
10.912
11.832
11.441
7.878
13.21
2020
6.972
11.073
12.085
11.255
8.046
13.571
2021
7.077
11.236
12.343
11.073
8.218
13.942
2022
7.184
11.401
12.606
10.894
8.394
14.324
2023
7.292
11.569
12.876
10.717
8.573
14.715
2024
7.402
11.74
13.15
10.544
8.756
15.118
2025
7.514
11.913
13.431
10.373
8.943
15.532
Luas Km
2
Kecamatan
Tahun
Bogor Selatan
Bogot Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal
2026
7.627
11.913
13.718
10.205
9.135
15.956
2027
7.742
12.266
14.011
10.04
9.33
16.393
2028
7.859
12.447
14.31
9.877
9.529
16.841
2029
7.978
12.63
14.615
9.718
9.733
17.302
2030
8.098
12.816
14.927
9.56
9.941
17.775
2031
8.22
13.005
15.246
9.405
10.153
18.262
2032
8.344
13.196
15.572
9.253
10.37
18.761
Sumber: Pengolahan Data
Gambar 3.22 Peta proyeksi persebaran penduduk tahun 2032
Gambar 3.23 Peta laju pertumbuhan penduduk tahun 2032
Gambar 3.24 Peta proyeksi kepadatan penduduk Tahun 2013-2032
3.2.2.4 Analisis Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Analisis komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin untuk melihat perbedaan penduduk dari jenis kelaminnya, baik dari laki-laki maupun dari perempuan. Pada tahun 2012 komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Bogor lebih di dominasi oleh laki-laki sebesar 510.884 jiwa. Untuk jenis kelamin perempuan sebesar 493.947 jiwa. Penduduk untuk jenis kelamin laki-laki tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Barat sebesar 113.373 jiwa dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Timur sebesar 50.553 jiwa. Untuk jenis kelamin perempuan pun masih sama dengan jenis kelamin laki-laki, yang tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Barat sebesar 109.795 jiwa dan yang terendah di Kecamatan Bogor Timur sebesar 49.430 jiwa. Setelah di proyeksi 20 tahun kemudian, tahun 2032 penduduk berdasarkan jenis Kelamin laki-laki dan perempuan tetap terdapat di Kecamatan Bogor Barat dan yang terendah di Kecamatan Bogor Timur. Untuk kecamatan Bogor Barat, jenis kelamin laki-laki terbanyak berjumlah 246.016 jiwa dan jenis kelamin perempuan berjumlah 238.252 jiwa. Untuk yang terkecil dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 109.698 jiwa dan jenis kelamin perempuan berjumlah 107.261 jiwa. Berikut tabel tentan proyeksi penduduk berdasarkan jenis kelamin.
No
Tahun
1
2013
2
2014
3
2015
4
2016
5
2017
6
2018
7
2019
8
2020
9
2021
Jenis Kelamin L P L P L P L P L P L P L P L P L
Tabel 3.35 Proyeksi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Bogor Kecamatan Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Selatan Timur Utara Tengah Barat 101.486 52.513 95.436 54.764 117.769 96.436 51.346 92.423 53.549 114.052 105.428 54.553 99.144 56.892 122.344 100.183 53.341 96.013 55.629 118.483 109.532 56.677 103.003 59.106 127.106 104.082 55.418 99.750 57.794 123.095 113.804 58.887 107.020 61.411 132.063 108.142 57.579 103.641 60.048 127.895 118.251 61.188 111.202 63.811 137.224 112.368 59.829 107.691 62.395 132.893 122.882 63.584 115.556 66.310 142.597 116.768 62.172 111.908 64.838 138.097 127.702 66.079 120.090 68.911 148.191 121.348 64.611 116.298 67.382 143.515 132.722 68.676 124.810 71.620 154.016 126.118 67.150 120.869 70.030 149.156 137.949 71.381 129.726 74.440 160.082
Tanah Sareal 108.724 105.292 112.948 109.382 117.344 113.640 121.921 118.072 126.685 122.686 131.646 127.490 136.810 132.492 142.188 137.700 147.788
Jumlah 530.692 513.098 551.308 533.031 572.768 553.779 595.107 575.378 618.363 597.862 642.574 621.272 667.783 645.645 694.032 671.023 721.365
No
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tahun
Jenis Kelamin
Bogor Selatan P 131.085 L 143.392 2022 P 136.258 L 149.062 2023 P 141.645 L 154.966 2024 P 147.256 L 161.116 2025 P 153.100 L 167.523 2026 P 159.187 L 174.196 2027 P 165.529 L 181.149 2028 P 172.136 L 188.393 2029 P 179.019 L 195.941 2030 P 186.192 L 203.806 2031 P 193.665 L 212.001 2032 P 201.453 Sumber : Pengolahan Data
Bogor Timur 69.795 74.197 72.549 77.131 75.417 80.186 78.405 83.368 81.516 86.683 84.758 90.136 88.134 93.734 91.652 97.482 95.317 101.388 99.136 105.457 103.115 109.698 107.261
Kecamatan Bogor Bogor Utara Tengah 125.629 72.788 134.844 77.378 130.587 75.661 140.176 80.437 135.749 78.652 145.728 83.623 141.127 81.767 151.512 86.942 146.728 85.012 157.536 90.399 152.562 88.393 163.812 94.000 158.640 91.914 170.350 97.752 164.971 95.583 177.162 101.661 171.568 99.405 184.260 105.734 178.442 103.387 191.656 109.978 185.605 107.537 199.364 114.401 193.068 111.862
Bogor Barat 155.030 166.399 161.147 172.977 167.518 179.829 174.154 186.966 181.066 194.400 188.265 202.145 195.765 210.213 203.579 218.619 211.720 227.378 220.202 236.505 229.041 246.016 238.252
Tanah Sareal 143.123 153.619 148.770 159.693 154.652 166.018 160.778 172.607 167.159 179.471 173.805 186.620 180.729 194.069 187.943 201.830 195.458 209.916 203.289 218.341 211.449 227.122 219.952
Jumlah 697.450 749.830 724.972 779.475 753.634 810.351 783.486 842.511 814.580 876.012 846.970 910.910 880.711 947.268 915.864 985.148 952.488 1.024.617 990.648 1.065.744 1.030.412 1.108.601 1.071.849
3.2.2.5 Analisis Penduduk Berdasarkan Agama Analisis penduduk berdasarkan agama bertujuan untuk melihat agama apa saja yang dipercaya oleh penduduk Kota Bogor. Penduduk Kota Bogor menganut 5 kepercayaan agama seperti agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan budha. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Bogor yang memeluk agama Islam Sebesar 911.373 jiwa (90,70%). Setelah diproyeksi 20 tahun kemudian, pada tahun 2032 penduduk kota Bogor yang paling banyak menganut agama Islam sebesar 1.977.649 jiwa. Semakin meningkatnya penduduk maka kebutuhan tempat ibadah pun harus dipikirkan agar bisa menampung warganya yang ingin melaksanakan ibadah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.36 yang terdapat pada lampiran. 3.2.2.6
Analisis Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Analisis penduduk berdasarkan kelompok umur bertujuan untuk melihat usia produktif dan tidak prodktif. Kriteria untuk mengetahui mana yang usia produktif
dan tidak produktif sudah ada ketentuannya. Berdasarkan sumber yang saya dapat, yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, disebutkan bahwa usia produktif masuk ke dalam kelompok umur 15 – 64 dan usia yang tidak produktif di kelompok umur kurang dari 15 dan lebih dari sama dengan 65. Pada tahun 2012, usia produktif di Kota Bogor mencapai 750.624 jiwa (68,31%) dan usia yang tidak produktif sebesar 340.498 (31,69%). Banyaknya usia produktif di Kota Bogor menunjukkan bahwa penduduk Kota Bogor banyak yang dapat untuk diberdayakan menjadi SDM yang produktif yang efeknya akan membuat Kota Bogor menjadi kota yang unggul. Setelah diproyeksi 20 tahun kemudian, pada tahun 2032 Kota Bogor masih didominasi oleh penduduk usia produktif berjumlah 1.500.014 jiwa (68,79%) dan usia tidak produktif berjumlah 680.436 jiwa (31,21%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.37 yang terdapat pada lampiran. 3.2.2.7 Analisis Jumlah Penduduk Berdasarkan pendidikan Analisis penduduk berdasarkan pendidikan bertujuan untuk melihat tingkat pendidikan penduduk Kota Bogor sampai mana. Tingkat pendidikan di Kota Bogor dari yang tidak sekolah sampai S2/S3. Pada tahun 2012 tingkat pendidikan Kota Bogor yang paling tinggi ada di tingkat Sekolah Dasar dan yang paling rendah ada di tingkat S2/S3. Setelah di proyeksi 20 tahun ke depan. Tahun 2032 tingkat penduduk Kota Bogor yang paling tinggi ada ditingkat SLTA dan paling rendah ada ditingkat S2/S3. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.38 yang terdapat pada lampiran. 3.2.3 Potensi, masalah dan konsep Aspek Kependudukan A. Potensi 1. Penduduk di Kecamatan Bogor Selatan sudah cukup merata karena jumlah penduduk Bogor Selatan Terbesar ke 3 di Kota Bogor dengan jumlah 190.535 jiwa. Dengan begitu di Kecamatan Bogor Selatan tidak menutup Kemungkinan kecamatan itu dijadikan Peruntukan pemukiman.
2. Penduduk di Kecamatan Bogor Tengah sudah cukup merata namun jumlah penduduk no 2 yang terkecil setelah Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah penduduknya 104.270 jiwa. 3. Penduduk di Kecamatan Bogor Barat padat karena jumlah penduduk Bogor Barat terbesar pertama di Kota Bogor dengan jumlah 223.168 jiwa. Di Kecamatan Bogor Barat dilalui oleh 4 sungai. B. Masalah Aspek Kependudukan 1. Banyak terjadinya alih fungsi lahan di Kecamatan Bogor Selatan yang awalnya lahan non permukiman menjadi lahan permukiman. Karena masyarakat membutuhkan rumah yang lebih banyak. 2. Penduduk yang tinggal di Kecamatan Bogor Tengah kebanyakan hanya menyelesaikan pendidikan terakhir ditingkat SLTA/sederajat. 3. Kebutuhan rumah bagi yang tinggal di Kecamatan Bogor barat masih kurang sehingga masih bnyak masyarakat yang tinggal dibantaran sungai. C. Konsep 1. Perlu diadakan pelatihan atau keterampilan bagi masyarakat di Kecamatan Bogor Tengah hal itu dilakukan untuk bisa lebih mengembangkan SDM dan mengembangkan wilayah kecamatan Bogor Tengah lebih maju. 2. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja.
3.3
Sosial Budaya
3.3.1 Fakta Sosial-Budaya 3.3.1.1 Sejarah Adat Isitiadat Setempat Sejarah Kota Bogor Bogor selain berarti tunggul kawung, juga berarti daging pohon kawung yang biasa dijadikan sagu (di daerah Bekasi). Dalam bahasa Jawa “ Bogor” berarti pohon kawung dan kata kerja “dibogor” berarti disadap. Dalam bahasa Jawa Kuno, “pabogoran” berarti kebun kawung. Dalam bahasa Sunda umum, menurut Coolsma, L “ Bogor” berarti “droogetaple kawoeng” (pohon enau yang telah habis di sadap) atau “bladerlooze en taklooze boom” (pohon yang tak berdaun dan
tak bercabang). Jadi sama dengan pengertian kata “pugur” atau “pogor”. Akan tetapi dalam bahasa Sunda “mugran” dengan “mogoran” berbeda arti. Yang pertama dikenakan kepada pohon yang mulai berjatuhan daunnya karena menua, yang kedua berarti bermalam di rumah wanita dalam makna yang kurang susila. Pendapat desas-desus bahwa Bogor itu berarti “pamogaran” bisa dianggap terlalu iseng. Setelah sekian lama hilang dari percaturan historis yang berarti kurang lebih selama satu abad sejak 1579, kota yang pernah berpenghuni 50.000 jiwa itu menunjukan perubahan yang lambat laun adanya ciri-ciri kehidupan. Reruntuhan kehidupannya mulai tumbuh kembali berkat ekspedisi berturut-turut dilakukan oleh Scipio pada tahun 1687, Adolf Winkler tahun 1690 dan Abraham van Riebeeck tahun 1704 dan 1709. Dalam memanfaatkan wilayah yang dikuasainya, VOC perlu mengenal suatu wilayah tersebut terlebih dahulu. Untuk meneliti wilayah yang dimaksud, dilakukan ekspedisi pada tahun 1687 yang dipimpin Sersan Scipio dibantu oleh Letnan Patinggi dan Letnan Tanujiwa, seorang sunda terah Sumedang. Dari ekspedisi tersebut serta ekspedisi lainnya, tidak ditemukannya pemukiman di bekas ibu kota kerajaan, kecuali dibeberapa tampat, seperti Cikeas, Citeureup, Kedung Halang dan Parung Angsana. Pada tahun 1687 juga, Tanujiwa yang mendapat perintah dari Camphuijs untuk membuka hutan Pajajaran, akhirnya berhasil mendirikan sebuah perkampungan di Parung Angsana yang kemudian diberi nama Kampung Baru. Tempat inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal tempat kelahiran Kabupaten Bogor yang didirikan kemudian. Kampung-kampung lain yang didirikan oleh Tanujiwa bersama anggota pasukannya adalah : Parakan Panjang, Parung Kujang, Panaragan, Bantar Jati, Sempur, Baranang Siang, Parung Banteng dan Cimahpar. Dengan adanya Kampung Baru menjadi semacam Pusat Pemerintahan bagi kampung-kampung lainnya. Dokumen tanggal 7 November 1701 menyebut Tanujiwa sebagai Kepala Kampung Baru dan kampung-kampung lain yang terletak di sebelah hulu Ciliwung, De Haan memulai daftar bupati-bupati Kampung Baru atau Buitenzorg
dari tokoh Tanujiwa (1689 – 1705), walaupun secara resmi penggabungan distrikdistrik baru terjadi pada tahun 1745. Pada tahun 1745 Bogor ditetapkan sebagai Kota Buitenzorg yang artinya kota tanpa kesibukan dengan sembilan buah kampung digabungkan menjadi satu pemerintahan dibawah Kepala Kampung Baru yang diberi gelar Demang, daerah tersebut
disebut
Regentschap
Kampung
Baru
yang
kemudian
menjadi
Regentschap Buitenzorg. Sewaktu masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van Imhoff (1740) dibangunlah tempat peristirahatan, pada lokasi Istana Bogor sekarang yang diberi nama Buitenzorg. Pada tahun 1752 tersebut, di Kota Bogor belum ada orang asing, kecuali Belanda. Kebun Raya sendiri baru didirikan tahun 1817. Letak Kampung Bogor yang awal itu di dalam Kebun Raya ada pada lokasi tanaman kaktus. Pasar yang didirikan pada lokasi kampung tersebut oleh penduduk disebut Pasar Bogor (sampai sekarang). Pada tahun 1808, Bogor diresmikan sebagai pusat kedudukan dan kediaman resmi Gubernur Jenderal. Pada tahun 1904 dengan keputusan Gubernur Jenderal Van Nederland Indie Nomor 4 tahun 1904 Hoofplaats Buitenzorg mencantumkan luas wilayah 1.205 yang terdiri dari 2 Kecamatan dan 7 Desa, diproyeksikan untuk 30.000 jiwa. Pada tahun 1905 Buitenzorg diubah menjadi Gemmente berdasarkan Staatblad 1926 yang kemudian disempurnakan dengan Staatblad 1926 Nomor 328. Pada tahun 1924 dengan keputusan Gubernur Jenderal Van Nederland Indie Nomor 289 tahun 1924 ditambah dengan desa Bantar Jati dan desa Tegal Lega seluas 951 hektar, sehingga mencapai luas 2.156 hektar, diproyeksikan untuk 50.000 jiwa. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1941, Buitenzorg secara resmi lepas dari Batavia dan mendapat otonominya sendiri. Keputusan dari gubernur jenderal Belanda di Hindia Belanda Nomor 11 tahun 1866. nomor 208 tahun 1905 dan nomor 289 tahun 1924 menyebutkan bahwa wilayah Bogor pada waktu itu seluas 22 km persegi, terdiri dari 2 sub distrik dan 7 desa.
Berdasarkan
Undang-undang
Nomor
16
tahun1950
Kota
Bogor
ditetapkanmenjadi Kota besar dan Kota Praja yang terbagi dalam 2 wilayah Kecamatan 22 kelurahan, 5 kecamatan sdan 1 perwakilan kecamatan. Terakhir berdasarkan PP No. 44/1992, perwakilan kecamatan Tanah Sareal ditingkatkan statusnya menjadi kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No.13 Tahun 2008, wilayah Kota Bogor terdapat 6 kecamatan dan 68 kelurahan. 3.3.1.2 Tempat-Tempat Bersejarah A. Kelenteng Hok Tek Bio (Vihara Dhanagun ) Kelenteng Hok Tek Bio letaknya di Jl. Suryakencana No.1, Bogor yang letaknya sedikit jauh dari jalan memang, karenanya tidak akan terlihat oleh para pejalan, kecuali jika para pejalan kaki menengokkan kepalanya ke
Sabella kiri ketika
lewat di Jl. Suryakencana. Pengunjung masuk melalui sebuah gang lebar, khusus menuju ke kelenteng, yang bisa dilalui oleh dua kendaraan roda empat.Kelenteng Hok Tek Bio pada gerbang Kelenteng, yang ditulis sebagai Vihara Dhanagun, dengan bentuk dan warna merah kuning khas ini sebenarnya sangat mudah dilihat ketika masuk ke Jalan Suryakencana. Kelenteng Hok Tek Bio berada tepat di belakang gerbang masuk, dengan halaman yang cukup luas dan terawat. Pada permukaan dinding di sayap kiri bangunan Kelenteng Hok Tek Bio terdapat mural harimau belang, serta Biksu Tong Sam Chong yang digambarkan sedang duduk di atas punggung seekor kuda putih, dikawal oleh Sun Go Kong, Tie Pat Kay dan Sam Cheng, dalam perjalanannya ke Barat menuju India. Kelenteng Hok Tek Bio pada bangunan utama Kelenteng, dengan dua tungku pembakar kertas di kiri kanan depan bangunan. Di wuwungan Kelenteng Hok Tek Bio terdapat dua ekor naga berjaga, dan di bawah bola api matahari di bagian tengah wuwungan terdapat dua ekor burung Hong dalam posisi saling berhadapan. Kelenteng Hok Tek Bio pada sayap sebelah kanan bangunan Kelenteng, dengan mural indah yang menggambarkan Legenda Delapan Dewa yang merupakan dewa-dewa hebat dalam ajaran Tao, dan diduga berawal pada Dinasti Tang. Mereka adalah Cao Guojiu, Han Zhongli, Han Xiangzi, He Xianggu, Lu Dongbin, Lan Caihe, Tie Guali, dan Zhang Guolao, Senjata yang mereka bawa adalah botol labu, keranjang
bunga, kipas, lonceng kayu, pedang, seruling, tongkat, dan Tao yang disebut “Delapan Harta” dan merupakan simbol Delapan Dewa. Kisah menarik tentang Delapan Dewa ini bisa anda baca di situs Kebajikan. Kelenteng Hok Tek Bio ini konon berdiri sejak tahun 1672, tentu tidak dalam bentuknya seperti sekarang ini. Menurut penuturan seorang pria Cina sepuh yang saya temui di tempat ini, Kelenteng Hok Tek Bio sebenarnya bukan merupakan kelenteng tertua di Bogor. Adalah Kelenteng Maha Brahma (Pan Kho Bio) di daerah Pulo Geulis yang merupakan kelenteng tertua di Bogor. Pulo Geulis terletak di tengah Sungai Ciliwung, di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah.
Gambar 3.25 Kelenteng Hok Tek Bio Sumber : Survey Lapangan Kota Bogor
B. Istana Bogor Istana
Bogor merupakan
salah
satu
dari
enam Istana
Presiden Republik
Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan faunanya. Salah satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang. Saat ini sudah menjadi trend warga Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu, dan hari libur lainnya berjalan-jalan di seputaran Istana Bogor sambil memberi makan rusa-rusa indah yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel yang diperoleh dari petani-petani tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan wortel-wortel tersebut setiap hari libur. Seperti namanya, istana ini terletak di Bogor, Jawa Barat. Walaupun berbagai kegiatan kenegaraan sudah tidak dilakukan lagi, khalayak umum diperbolehkan mengunjungi secara
rombongan, dengan sebelumnya meminta izin ke Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.
Gambar 3.26 Istana Kota Bogor. Sumber : Survey Lapangan Kota Bogor
1) Sejarah Istana Bogor Istana Bogor dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti “tanpa kekhawatiran”.
Sejak
tahun 1870 hingga 1942,
Istana
Bogor
merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris. Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pdajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal. Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur-angsur, seiring dengan waktu perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan istana paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektar dan luas bangunan 14.892 m². Namun,
musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat. 2) Bangunan induk dan sayap kiri dan kanan Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851 1856) bangunan lama sisa gempa itu dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19. Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda
van
Starkenborg
Stachourwer yang
terpaksa
harus
menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang. Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana Presiden Indonesia.Pada tahun 1968 Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas restu dari Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya mencapai sekitar 10 ribu orang. Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan menteri ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana diterbitkanlah Deklarasi Bogor. Deklarasi ini merupakan komitmen 18 negara anggota APEC untuk mengadakan perdangangan bebas dan investasi sebelum tahun 2020. Pada 16 Agustus 2002, pada masa pemerintahan Presiden Megawati, diadakan acara “Semarak Kemerdekaan” untuk memperingati HUT RI yang ke-57, dan dimeriahkan dengan tampilnya Twilite Orchestra dengan konduktor Addie
MS
.Pada 9
Juli 2005 Presiden Susilo
Bambang
Yudhoyono melangsungkan pernikahan anaknya, Agus Yudhoyono dengan Anisa Pohan di Istana Bogor.zeron Pada 20 November 2006 Presiden Amerika Serikat George W. Bush melangsungkan kunjungan kenegaraan ke Istana Bogor dan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kunjungan singkat ini berlangsung selama enam jam.
3) Bangunan dan ruangan di Istana Bogor Sebelumnya Istana Bogor dilengkapi dengan sebuah kebun besar, yang dikenal sebagai Kebun Raya Bogor namun sesuai dengan kebutuhan akan pusat pengembangan ilmu pengetahuan akan tanaman tropis, Kebun Raya Bogor dilepas dari naungan istana pada tahun 1817. Istana Bogor mempunyai bangunan induk dengan sayap kiri serta kanan. Keseluruhan kompleks istana mencapai luas 1,5 hektar. Bangunan induk Istana Bogor terdiri dari :
Bangunan induk istana berfungsi untuk menyelenggarakan acara kenegaraan resmi, pertemuan, dan upacara.
Sayap kiri bangunan yang memiliki enam kamar tidur digunakan untuk menjamu tamu negara asing.
Sayap kanan bangunan dengan empat kamar tidur hanya diperuntukan bagi kepala negara yang datang berkunjung.
Pada tahun 1964 dibangun khusus bangunan yang dikenal dengan nama Dyah
Bayurini sebagai
ruang
peristirahatan
presiden
dan
keluarganya, bangunan ini termasuk lima paviliun terpisah.
Kantor pribadi Kepala Negara.
Perpustakaan.
Ruang makan.
Ruang sidang menteri-menteri dan ruang pemutaran film.
Ruang Garuda sebagai tempat upacara resmi.
Ruang teratai sebagai sayap tempat penerimaan tamu-tamu negara.
C. Gedung Bakorwil Bogor Bogor merupakan kota yang memiliki nilai sejarah, banyak bangunan-bangunan kuno masih berdiri kokoh di beberapa tempat di kota ini. Mulai dari Istana Bogor, Kantor Pemerintahan, Gedung Sekolah, Hotel, Tempat Ibadah sampai ke Tempat Tinggal. Bangunan bekas kolonial Belanda di Kota Bogor cukup banyak. Kabarnya, pemerintah Belanda saat menjajah negeri ini betah tinggal di kota hujan. Mungkin karena udara Bogor sejuk sehingga cocok jadi tempat tinggal
hingga mereka mendirikan rumah peristirahatan dan kantor. Menurut catatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), jumlah bangunan kolonial peninggalan Belanda di Kota Bogor mencapai 240 bangunan. Namun untuk bangunan yang sudah disahkan menjadi milik pemkot jumlahnya baru 24 bangunan. Hingga saat ini, warga Bogor nampaknya cukup menghargai peninggalan para penjajah ini. Terbukti sejak merdeka beberapa bangunan kolonial ini masih kokoh berdiri, meski terdapat perubahan. Para arkeolog dan budayawan membagi empat kategori peninggalan kolonial, yakni bangunan umum dan pribadi, bangunan khusus, infrastruktur dan kawasan. Bangunan umum yakni rumah sakit, perkantoran dan gedung sekolah. Bangunan pribadi yakni bangunan peninggalan kolonial yang telah dijadikan rumah tinggal. Bangunan khusus yakni markas serdadu, sarana pertahanan dan kompleks militer. Infrastruktur yakni bangunan jembatan, jalan dan trotoar. Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) R Susilowati mengatakan hasil pendataan dan pengamatan arkeolog, 70% bangunan kolonial telah berubah bentuk. Ia menjelaskan, bagian bangunan yang paling banyak berubah yakni bagian luar (eksterior) seperti jendela, lantai, atap dan pintu. Sedangkan yang masih asli hanya bangunan umum, seperti Kantor Bakorwil. “Gedung Balaikota juga sudah banyak berubah,”. perubahan bentuk bangunan terjadi karena tuntutan praktis dan perubahan fungsi bangunan.
Gambar 3.27 Gedung Bakorwil Bogor. Sumber : Survey Lapangan Kota Bogor
Gambar 3.28 Peta persebaran tempat bersejarah di Kota Bogor
3.3.1.3 Karakteristik Sosial Budaya Budaya Dengan mayoritas penduduk Kota Bogor adalah suku Sunda tidak sedikit masyarakat yang masih melakukan tradisi upacara panen yang dikenal dengan Upacara Seren Taun Guru Bumi di Kaki Gunung Salak, upacara ini merupakan simbolisasi dari keberhasilan panen. Upacara ini sangat kental dengan Budaya Sunda karena selain diramaikan oleh pertujukan Angkung Gubrag, juga dalam ritualnya banyak menggunakan instrumen tradisional Sunda, seperti Jempana dan Dongdang yang merupakan makanan tradisional dan hasil usaha tani. Sudah 5 tahun belakangan ini kegiatan ini sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Kota Bogor. Selain itu tradisi menyambut acara Maulid Nabi di Kota Bogor sangat beragam. Untuk memeriahkan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW banyak hal yang dilakukan oleh sebagian umat Islam. Seperti yang dilakukan warga Kampung Semplang Baru RW 02 Kelurahan Cilendek Barat Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, Perayaan maulid Nabi dengan dihadiri ratusan jamaah yang dipusatkan di Musholla Baitul Muttaqin RW 02 Kampung Cemplang Baru itu berlangsung meriah, mulai dari anak-anak hingga orang tua hadir dalam acara tersebut. Selain diisi dengan ceramah, juga diisi dengan musik rebana ibu-ibu pengajian Baitul Muttaqin, dan pembacaan kitab berjanzi yang mengisahkan perjuangan Rasulullah SAW. Uniknya lagi, ratusan jamaah yang hadir sepulang dari Masjid, mendapatkan bingkisan bongsang berisi makanan. Tradisi, ini terus dipertahankan setiap peringatan Maulid maupun Isro Mi’raj. Meskpun saat ini sudah banyak kemasan makanan mulai dari kotak kardus maupun plastik, tapi, masyarakat disini tetap mempertahankan tradisi bongsang. Tradisi maulid semacam ini yang mampu untuk mempererat tali silaturrahmi dan ukuwah Islamiyah antar warga. Sedangkan di Masjid Agung di Jalan Dewi Sartika Pasar Kebon Kembang Bogor Tengah masih mempertahankan tradisi membaca Kitab Berjanji dan Marhaba,
Ratib
Hadad, dan pembacaan Asmaul Husna. Seperti pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di yang digelar pada hari Sabtu, yang disemarakan pembacaan
Kitab Barjanji dan Marhaba berisi shalawatan dan puji-pujian kepada Rasulullah SAW yang
dibaca melalui kitab Barzanji. Selain itu diiringi pula dengan alat
musik qosidah seperti rebana. Tradisi ini tidak akan dihilangkan walaupun disejumlah Masjid di Kota sudah menghilangkan tradisi seperti ini. Peringatan Cap Gomeh Merupakan tradisi Tionghoa yang di adakan di Kota Bogor yang dijadikan sebagai acara pesta rakyat. Etnis Tionghoa Bogor merayakan Cap Go Meh di Vihara Dhanagun. Yang menarik dari acara ini adalah selain ornamen khas China seperti lampion dan pertunjukan budaya seperti barongsai, ada pula musik khas Betawi yaitu Tanjidor yang ikut memeriahkan acara ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, perayaan Cap Go Meh di Bogor bertajuk Pesta Budaya Bogor. Kebanyakan warga Tionghoa berdoa untuk mengucapkan syukur mereka dan meminta kepada dewa agar selalu diberi kesehatan dan keselamatan. Tradisi Cap Go Meh di Bogor memang agak berbeda dari kota lain. Di Bogor, tradisi ini bukan hanya milik etnis Tionghoa tapi juga masyarakat sekitar. Salah satu buktinya adalah dengan adanya pertunjukan Tanjidor. Serta adanya acara peragaan baju adat Nusantara yang akan di peragakan oleh putra-putri Kota Bogor.
Gambar 3.29 Tradisi Cap Go Meh Bogor Dan Perayaan Maulid Nabi SWT. Sumber : Survey Lapangan Kota Bogor
3.3.1.4 Kegiatan Masyarakat Setempat A. Interaksi Sosial Dalam kehidupan sosial, Masyarakat Kota Bogor pun tergolong kedalam masyarakat pedesaan yang mayoritas penduduknya adalah warga asli Kota Bogor namun dengan semakin berkembangnya Kota Bogor tidak sedikit masyarakat pendatang. Di Kota Bogor sendiri penduduk pendatangnya sangat tinggi, etnis yang datang ataupun beragam seperti etnis Arab dan etnis Tionghoa, sedangkan untuk suku lokalnya adalah suku Sunda, suku Betawi, dan suku Batak. Mereka berinteraksi sangat baik karena toreransi diantara sangat tinggi. Mereka memperlakukan etnis-etnis lain layaknya seperti saudara. B. Gotong Royong Meski di Kota Bogor sudah banyak masyarakat pendatang tidak mengakibatkan masyarakat menjadi tidak perduli terhadap lingkungannya, karena meski begitu kegiatan gotong royong masih rutin mereka lakukan bila ada warga yang membutuhkan bantuan dan ada ada kegiatan bersih-bersih kampung. Dan sering memperingati acara keagamaan seperti Maulid Nabi masyarakat setempat sering melakukan acara pengajian di Masjid Kramat yang sudah menjadi tradisi. Acara 17 agustusan merupakan salah satu acara tahunan yang menjadi ritinitas setiap tahunnya, acara ini merupakan peringatan hari kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang dimana setiap tahunnya pasti ada acara perlombaan. Banyaknya perlombaan mengakibatkan terbentuknya panitia-panitia yang menangani acara perlombaan tersebut. Tidak sedikit masyarakat yang ikut serta dalam acara perlombaan tersebut. Dan sebelum perlombaan dimulai remaja setempat ikut pula dalam mempersiapkan acara tersebut merekapun menikmati kegiatan itu.
Gambar 3.30 Gotong Royong Masyarakat Kota Bogor. Sumber : Survey Lapangan Kota Bogor
C. Kebiasaan Masyarakat Sebagian besar mayarakat Kota Bogor adalah sebagai pedagang, dan mereka biasa mulai untuk berdagang dari pukul 06.00 WIB, sedangkan mereka yang bekerja sebagai pegawai memulai aktivitas pada pukul 06.30-07.00 WIB.
Sehingga
kemacetan sering terjadi di jam-jam tersebut. Banyaknya jumlah kendaraan umum seperti angkot yang sering ngetem dan berhenti tidak beraturan sehingga menimbulkan kemacetan yang begitu padat. Serta banyaknya masyarakat yang tidak mengikuti aturan seperti memberhentikan angkot disembarang tempat. Letak halte yang jauh yang menjadi kendala masyarakat. Sehingga masyarakat memilih untuk memberhentikan angkot di sembarang tempat.
Gambar 3.31 Aktifitas Masyarakat Kota Bogor Sumber : Survey Lapangan Kota Bogor
3.3.2 Analisis Sosial-Budaya 3.3.2.1 Analisis Adat Istiadat Yang Mendukung Dan Menghambat Pembangunan Kota A. Analisis Kependudukan Perkembangan Kota Bogor semakin pesat dari tahun ketahun dapat dilihat dari jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 sebasar 1.004.831 orang yang terdiri dari penduduk perempuan sebesar 493.947 orang dan jumlah penduduk leki-laki sebesar 510.884 orang . meningkatnya penduduk Kota Bogor dibandingkan tahun sebelumnya cukup besar karena bertambah sebesar 37.433 orang atau meningkat sebanyak 3,87%. Hal tersebut menunjukan bahwa Kota Bogor salah satu Kota yang memiliki daya tarik yang kuat bagi para penduduk pendatang karena yang mendominasi meningkatnya penduduk di Kota Bogor ialah selain penduduk asli Kota Bogor itu sendiri ialah penduduk pendatanganya. Faktor pedorongnya meningkatnya penduduk di Kota Bogor ialah dari lokasi Kota Bogor yang mudah dilalui akses pengguna jalan roda dua dan roda empat lokasi yang berdekatan dengan Kota DKI Jakarta dan Kota Bogor yang sudah berkembang menjadi Kota penyanggah Ibu Kota DKI Jakarta itu sebagian kecil alasan mengapa banyak perantau yang memilih Kota Bogor sebagai tempat tinggal mereka. Karena tidak sedikit dari mereka yang memilih tinggal di Kota Bogor karena sodara mereka yang lebih dulu bertempat tinggal di Kota Bogor. Tabel 3.39 Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 No
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
1
493.947 orang
510.884 orang
1.004.831 orang
Sumber : Kota Bogor dalam angka 2012
Pada tabel 3.39dapat dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin bahwa penduduk Kota Bogor didominasi oleh penduduk berjenis kelamin lakilaki yang mana banyak jumlahnya sebesar 510.884 orang dari jumlah penduduk sebesar 1.004.831 orang pada tahun 2012.
B. Analisis Pendidikan Dilihat dari perkembangan Kota Bogor yang lambat laun semakin berkembang hal dengan itu Pemerintahan Kota Bogor pun menyediakan banyak fasilitas untuk mendukung kebutuhan penduduk Kota Bogor salah satunya yaitu sarana pendidikan. Karena tidak sedikit penduduk Kota Bogor yang termasuk usia wajib sekolah dan Perkembangan pendidikan di Kota Bogor ditunjukkan dengan adanya beberapa peningkatan baik yang dikelola oleh Dinas Pendidikan maupun oleh Kementerian Agama Kota Bogor. Untuk pendidikan dasar jumlah sekolah dasar di Kota Bogor terdapat sebanyak 288 unit dengan jumlah guru sebanyak 4.697 orang dan jumlah murid sebanyak 111.747 orang. Jumlah Sekolah menengah pertama pada tahun 2012 terdapat sebanyak 113 unit dengan jumlah guru sebanyak 2.737 orang dan jumlah murid sebanyak 46.256 orang. Untuk sekolah menengah atas pada tahun 2012 terdapat sebanyak 47 unit dengan jumlah guru sebanyak 1.532 orang dan jumlah murid sebanyak 18.825 orang. Sedangkan jumlah sekolah menengah kejuruan pada tahun 2012 terdapat sebanyak 74 unit dengan jumlah guru sebanyak 2.509 orang dan jumlah murid sebanyak 38.432 orang. Sementara itu pendidikan dasar dan menengah yang dikelola oleh kementerian agama Kota Bogor pada tahun 2012 terdapat sebanyak 131 unit dengan jumlah guru sebanyak 578 orang dan jumlah murid sebanyak 5.081 orang. Pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (Tsanawiyah) pada tahun 2012 terdapat sebanyak 36 unit dengan jumlah guru sebanyak 763 orang dan jumlah murid sebanyak 9.002 orang. Sedangkan pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas (Aliyah) pada tahun 2012 terdapat sebanyak 16 unit dengan jumlah guru sebanyak 367 orang dan jumlah murid sebanyak 3.056 orang. Dengan sebaran sekolah yang sudah cukup merata di Kota Bogor sudah cukup merata pula kebutuhan pendidikan untuk masyarakat Kota Bogor dengan demikian masyarakat di Kota Bogor maoyoritas sudah mengenyam pendidikan dari pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.
Tabel 3.40 Jumlah Sekolah, Banyaknya Guru Dan Banyaknya Murid Di Kota Bogor Sekolah Sekolah Menengah Atas
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas Aliyah
47 Unit
74 Unit
36 Unit
16 unit
Guru Sekolah Menengah Atas
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas Aliyah
1.532 Orang
4.697 orang
763 Orang
367 orang
Murid Sekolah Menengah Atas
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas Aliyah
18.825 Orang
38.432 Orang
9.002 Orang
3.056 orang
Sumber : Kota Bogor dalam angka 2012
Pada tabel 3.40 dapat dilihat bahwa sebaran sekolah di Kota Bogor sudah cukup merata namun untuk jumlah sekolah yang paling mendominasi di Kota Bogor ialah Sekolah Dasar dengan jumlah 74 unit sekolah dengan memiliki jumlah guru sebanyak 4.697 orang dan memiliki murid sebasar 38.432 orang dengan demikian dapat dikatan bahwa jumlah penduduk yang memiliki usia anak yang wajib sekolah di Kota Bogor cukup tinggi. Melihat dari besarnya minat sekolah di Kota Bogor Pemerintah pun cukup memerhatikan sarana pendidikan di Kota Bogor sehingga kebutuhan sarana pendidikan cukup terpenuhi. 3.3.2.2
Analisis Sosial Budaya
Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, Kota yang memilik budaya sunda, Arab dan Tionghoa. Dari budaya itu poteni yang di miliki Kota Bogor cukup besar karena sangat banyaknya budaya yang ada. Hanya saja
pemanfaatannya belum dilakukan secara maksimal. Untuk kebudayaan misalnya saja Kota Bogor hampir memiliki semua baik yang bersifat tradisional maupun kontemporer. Budaya-budaya yang ada di Kota Bogor ternyata rutin mengadakan acara atau kegiatan yang berhubungan dengan budayanya. Pemerintahan Kota Bogor sangat mendukung kegiatan-kegiatan semacam ini. Karena kegiatan ini menampilkan budaya Kota Bogor menjadi nilai positif bagi Kota ini sebagai ajang promosi Kota Bogor. 3.3.2.3 Analisa Sosial Ekonomi Bekerja adalah salah satu kebutuhan dari setiap masayarakat begitupun dengan masyarakat Kota Bogor. Dengan masyarakat yang berkerja didominasi oleh pekerja seperti perdagangan dan jasa. Jenis pekerjaan ini yang mendominasi Kota Bogor, dengan banyaknya jumlah pekerja tidak memungkiri banyak pula pengangguran. Namun dengan demikian jumlah pengangguran di Kota Bogor menurun yang di tahun 2011 sebesar 44.985 dan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi sebesar 39.417. Pengangguran tersebut itu menurun karena bertambahnya lapangan kerja di Kota Bogor sehingga masyarakat yang awalnya mengalami pengangguran kini mendapatkan pekerjaan, selain itu masyarakat memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga hal tersebut dapat menekan angka pengangguran. Kemiskinan Kemiskinan adalah salah satu masalah yang tidak mudah diselesaikan didalam satu Kota. Begitu pun dengan Kota Bogor. Tercatat kemiskinan di Kota Bogor 2012 sebesar 161.650. penyebab kemiskinan di Kota Bogor adalah karena tidak sedikit masyarakat Kota Bogor yang mengalami pengangguran sehingga menjadi penyebab kemiskinan di Kota Bogor itu sendiri. Namun kemiskinan di Kota ini bukan menjadi masalah yang signifikan karena di imbangi oleh lapangan kerja yang sudah cukup mereta di Kota Bogor. Perubahan Mata Pencarian Masyarakat Kota Bogor. Pesatnya perkembangan Kota Bogor sedikit banyaknya memberikan dampak positif kepada mayarakat Kota Bogor, misalnya saja dengan
berdirinya
bangunan-bangunaan seperti hotel, restoran, mall, ruko-ruko hal tersebut
memberikan dampak positif karena banyak dari masyarakat Kota Bogor yang bekerja di tempat tersebut. Selain itu masyarakatpun melihat peluang yang cukup besar di Kota Bogor itu sendiri, dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor maka masyarakatpun membuka home industri seperti kerajinan tangan yang bisa dibawa pulang oleh para wisatawan dan banyak pula home industri makanan seperti kue bolu talas, pengolahan keripik dan makanan-makanan lainnya. Selain menarik wisatawan untuk mengunjungi Kota Bogor hal tersebut juga meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Bogor karena seperti yang disebutkan diatas bahwa banyak masyarakat yang memanfaatkan peluang dengan membuka home industri dan banyak dari mereka yang bekerja di pertokoan dan mall-mall dan banyak juga industri-industri makanan dan minuman
yang awalnya banyak dari mereka yang bekerja hanya sebagai
petani dan bekerja serabutan meski tidak sedikit dari masyarakat sudah bekerja di perkantoran sebagai pegawai negri dan sebagai guru di sekolah-sekolah, seperti sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah akhir. 3.3.2.4 Analisis
tingkat
partisipasi/
peran
masyarakat
terhadap
pembangunan Kota Bogor kini sudah berubah menjadi Kota yang berkembang dan sebagai Kota penyanggah bagi Ibu Kota Jakarta karena hal tersebutlah kini Kota Bogor memliki banyak suku etnis, yang tanpa disadari memberikan manfaat hal ini terbujti dengan pembangunan Kota Bogor yang sudah semankin berkembang dan lebih maju dari pada beberapa tahun lalu itu. Namun meski Kota ini sudah berkembang suku Sunda tetap menjadi suku mayoritas di Kota Bogor terbukti meski sudah banyak suku etnis yang berdatangan ke Kota Bogor seperti suku etnis Arab dan Tionghoa suku Sunda tidak bergesar atau tersisih oleh suku lainnya hal tersebut malah memberikan dampak positif karena dengan beragamnya suku etnis di Kota Bogor membantu pembangunan Kota ini dengan menjadikan suku etnis ajang promosi dan daya tarik bagi wisatawan yang berada diluar Kota Bogor untuk berkunjung ke Kota Bogor kerana masih cukup kental kebudayaannya. dengan mengadakan pentas seni dan tarian tradisional yang mengangkat cerita-cerita suku
sunda membuat daya tarik tersendiri, terlebih kini Kota Bogor telah berkembang pesat fasilitas penunjang pun kini sudah cukup merata bagi masyarakatnya kerana masyarakat sudah tidak kesulitan lagi bila ingin melaksanakan pentas seni kebudayaan tradisional Kota Bogor secara tidak langsung masyarakat sudah partisipasi dalam tingkat pembangunan. 3.3.2.5 Analisa Pergeseran Nilai Dan Norma Yang Berlaku Dalam Masyarakat Setempat A. Faktor eksternal Terknologi. 1. Perkembangan Kota Bogor yang sangat pesat seperti sekarang cukup berpengaruh pada perkembangan penduduk dan sistem informasi hal tersebut sangat berkaitan satu sama lainnya karena selain menjadi alat komunikasi yang sangat memudahkan masyarakat saat ini dalam berkomunikasi dan dalam menyebarkan segala sesuatunya adapula dampak negatif dari perkembangan sistem informasi di era sekarang karena berdampak kepada bidang sosial dan budaya. Secara umum dampak dari kemajuan teknologi dapat dilihat dari berpengaruh negatif terhadap aspek budaya. 2. Penurunan moral dikalangan masyarakat, terutama dikalangan remaja dan pelajar. Meski kemajuan dapat terlihat di aspek ekonomi dan informasi namun tidak seimbang antara kaya materi dengan kerohaniannya. Yang mana mayarakat hanya kaya dalam materi namun miskin dalam kerohaniannya. Karena semakin mudah mereka dalam menggunakan alat komunikasi seperti telepon genggam dan sosial media lainnya menyebabkan masyarakat menjadi enggan melaksanakan kebaikan seperti sholat dan mengaji di masjid remaja saat ini lebih menyukai berdiam diri di kamar dan memainkan alat komunikasi mereka, hal tersebutlah yang menyebabkan ketidak seimbangan dalam kehidupan karena yang seharusnya di maanfakan dengan baik namun terkadang disalah gunakan oleh penggunanya meski dijaman sekarang alat komunikasi tersebut sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi alat berkomunikasi.
3. Kenakalan dan tindak yang menyimpang dikalangan remaja untuk saat ini semakin meningkat, lemahnya untuk saat ini terutama tradisi-tradisi yang ada di masyarakat seperti kebiasaan masyarakat dalam gotong royong dan tolong-menolong. Namun kini tradisi seperti itu sudah jarang terjadi. Malah yang kini sering terjadi ialah tradisi seperti corat-coret tembok, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan dikalangan masyarakat. 4. Interaksi antar masyarakat yang kini terjalin sudah berubah drastris di sebabkan kemajuan teknologi di jaman sekarang yang sudah berkembang dan canggih karena hadirnya komputer dan internet. Hal tersebut memberikan beberapa dampak nagatif karena dengan hadirnya alat tersebut membuat masyarakat yang dulunya sering bertemu meski hanya untuk bertegur sapa namun kini mareka hanya melalui komputer dan handphonelah berkomunikasinya. B. Faktor internal. Lingkungan. Masyarakat Kota Bogor berupaya untuk melestarikan budaya mereka dengan cara mempertahankan kebudayan tradisional kepada anak cucunya secara turun temurun mereka berupaya untuk mengajarkan seni, budaya, dan aturan yang ada di dalam budaya mereka. Tujuannya selain untuk melestarikan budaya, juga untuk menanamkan nilai-nilai moral seperti saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Tetapi terkadang nilai moral tersebut dilupakan atau diacuhkan. Sehingga yang terjadi bukan saling menghormati dan menghargai antara satu sama lain yang ada kini adalah timbulnya gesekan-gesekan social. Namun tidak sedikit juga masyarakat yang masih menanamkan nilai-nilai norma baik seperti tetap ada tenggangrasa antara satu sama lain meski jarang terlihat di kalangan remaja. 3.3.2.6 Analisa Kinerja Tingkat Pelayanan Fasilitas Dan Ultilitas Sosial. Menurut dinas seni budaya dan pariwisata Kota Bogor, Kota ini memiliki beragam seni budaya dan pariwisata yang mendukung pelastarian kebudayaan Kota Bogor agar kesenian dan kebudayaan yang telah diwariskan tidak hilang
begitu saja maka Kota Bogor sering kali mengadakan lomba-lomba dan festifal kesenian dan kebudayaan Kota Bogor seperti agar kesenian dan kebudayaan di Kota ini tetap bertahan dan terjaga kelestariannya selain itu hal tersebut dilakukan agar kota-kota tetangga mengetahui adanya kesenian dan kebudayaan Kota Bogor. Sebagai contoh sanggar tari dewi sri yang salah satu sanggar tari tradisional Kota Bogor yang membantu mengembangkan dan mempertahankan tarian tradisional khas Kota Bogor tariannya yaitu tari rompak gendang, tari jaipong, tari klasik tarian tersebut adalah tarian khas Kota Bogor. Dan dengan keberadaan sanggarsanggar tari tradisional tersebut membantu pemerintah dalam menggali potensi masyarakat yang ada dalam kesenian dan kebudayaan Kota Bogor. Selain itu Pemerintah Kota Bogor cukup menunjang kebutuhan fasilitas masyarakatnya seperti menyediakan tempat bermain keluarga, tempat berkumpulnya para remaja dan fasilitasa sosial lainnya. 3.3.3 Potensi, masalah dan konsep Aspek Sosial-Budaya A. Potensi Kota Bogor banyak mengalami perubahan di sosial budaya yang cukup signifikan dan kestarian budaya yang sangat baik untuk etnis-etnis yang ada di Kota Bogor dan untuk kegiatan gotong royong mayarakat Kota Bogor masih melakukannya meski pun hanya dalam kegiatan tertentu namun tenggangrasa di antara masyarakat masih tinggi. Kelestarian kebudayaan di Kota Bogor masih cukup tinggi dan masih dipertahankan seperti tarian tradisional masih menjadi daya tarik Kota Bogor meski tidak sedikit masyarakat yang melupakan kebudayaan tradisional Kota Bogor. Namun untuk tempat-tempat bersejarah di Kota Bogor masih terjaga dengan baik dan masih menjadi tujuan pariwisata masyarakat sekitar ketika berlibur. B. Masalah Masalah yang ada di Kota Bogor tidak terlalu menonjol hanya saja mengalami nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat karena faktor lingkungan dan pengaruh faktor external yang sedikit banyaknya memberikan pengaruh dampak negatif atas terjadinya kemajuan teknologi.
C. Konsep Meningkatkan potensi masyarakat terhadap kelestarian kebudayaan Kota Bogor. Adapun cara melestarikan kebudayaan Kota Bogor ialah: Pemerintah memfasilitasi masyarakat untuk menyediakan sanggar tradisional serta mempertahankan sanggar yang telah ada agar kebudayaan tradisional Kota Bogor tetap lestari. Adanya kegiatan rutin pementasaan kebudayaan tarian tradisional Kota Bogor ditingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Tingkat Akhir agar generasi muda tetap dapat mempertahankan kebudayaan tradisional. Pemerintah pun rutin mengadakan lomba kebudayaan tradisonal Kota Bogor untuk tetap mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Kota Bogor.
3.4 Aspek Ekonomi Pembangunan perekonomian daerah merupakan suatu proses yang berdampak terhadap kondisi ekonomi daerah serta tingkat kehidupan masyarakat di daerah yang secara nyata dapat dilihat melalui peningkatan pendapatan perkapita dan peningkatan daya beli masyarakat. Pembangunan perekonomian membutuhkan kebijakan ekonomi yang mampu mengarahkan segala tindakan perekonomian menuju tujuan dan sasaran pembangunan daerah. 3.4.1 Fakta Aspek Ekonomi 3.4.1.1 Tenaga Kerja Penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 terdapat sebanyak 1.004.831 jiwa. Dari total tersebut, terdapat sebanyak 422.528 jiwa yang termasuk dalam angkatan kerja. Berikut uraiannya dalam tabel 3.41.
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 3.41 Penduduk Angkatan Kerja Kota Bogor Tahun 2011 – 2012 Jumlah (jiwa) Jenis Kegiatan 2011 2012 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 4.703 6.198 Industri 60.857 67.674 Perdagangan, Restoran dan Hotel 112.774 115.406 Jasa Kemasyarakat 113.697 113.108 Lainnnya 99.190 80.725 Pengangguran 44.985 39.417 Total 436.206 422.528 Sumber: BPS Kota Bogor
Gambar 3.32 Grafik Persentase Angkatan Kerja Kota Bogor Tahun 2011 – 2012
Dari tabel 3.39, terlihat bahwa penduduk yang bekerja di Kota Bogor terserap pada lapangan pekerjaan perdagangan dan jasa-jasa. Pada tahun 2012, tercatat pada kegiatan perdagangan, restoran, dan hotel terdapat 115.406 jiwa penduduk Kota Bogor yang bekerja di kegiatan ini. Kemudian sebanyak 113.108 jiwa bekerja pada kegiatan jasa kemasyarakat. Jumlah penduduk yang bekerja di kegiatan pertanian tercatat paling rendah, yaitu sebanyak 6.198 jiwa. Dari gambar 3.32, digambarkan persentase angkatan kerja di Kota Bogor pada tahun 2011 – 2012. Dari tiap jenis kegiatan kerja, terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja dari tahun 2011 ke tahun 2012. Hal ini kecuali pada jenis kegiatan kerja lainnya dan pengangguran. Salah satu yang baik yaitu angka pengangguran menurun, dari 10,31 persen pada tahun 2011 menjadi 9,33 persen pada tahun 2012. 3.4.1.2
PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) barang dan jasa yang ditimbulkan oleh faktor-faktor produksi yang dihasilkan di suatu wilayah tertentu dalam waktu tertentu (biasanya dalam tahun tertentu), tanpa memperhatikan kepemilikan faktor-faktor produksinya. PDRB merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kinerja makro perekonomian daerah yang mampu menggambarkan pendapatan per kapita, strukur ekonomi, dan laju pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Meskipun bukan
merupakan pengukuran yang sempurna, PDRB merupakan suatu pendekatan yang baik untuk pengukuran kinerja ekonomi suatu daerah. Perhitungan PDRB dengan pendekatan produksi, merupakan penghitungan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan berbagai unit produksi dalam jangka waktu satu tahun. PDRB kemudian dibagi melalui tiga sektor, berikut uraiannya. Unit-unit produksi yang digunakan secara umum dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha, yaitu: 1. Pertanian 2. Pertambangan 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan 9. Jasa-jasa Pengelompokkan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder, dan tersier.
Sektor Primer, yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya. Yang termasukkelompok ini adalah Sektor Pertanian serta Sektor Pertambangan dan Penggalian.
Sektor Sekunder, yaitu sektor yang mengolah bahan mentah atau bahan baku baik berasal dari Sektor Primer maupun dari Sektor Sekunder sendiri menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini mencakup Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum serta Sektor Bangunan. Sektor Tersier atau dikenal sebagai Sektor Jasa, yaitu sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa. Sektor yang tercakup adalah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Sektor Angkutan
dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa-jasa. Penghitungan PDRB didasarkan pada dua harga, yaitu harga berlaku (current price) dan harga dasar/konstan (constant price). Berikut uraian kedua PDRB.
PDRB atas dasar harga berlaku (current price) atau disingkat PDRB ADHB adalah jumlah nilai barang dan jasa, pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga berlaku pada tahun bersangkutan. PDRB ADHB biasa digunakan pula untuk mengetahui besaran kontribusi suatu sektor terhadap daerah tersebut. Hal ini selanjutnya dapat dijadikan acuan suatu daerah untuk mengembangkan sektor perekonomiannya.
PDRB atas dasar harga konstan (constant price) atau disingkat PDRB ADHK adalah jumlah dari barang dan jasa, pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga pasar yang tetap (tahun dasar). Besar kecilnya PDRB suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumber ekonomi yang dimiliki daerah tersebut. PDRB ADHK biasa digunakan pula untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah tersebut.
A. PDRB Kota Bogor Berdasarkan PDRB ADHB, PDRB Kota Bogor pada tahun 2012 secara umum untuk seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 11,85 persen dibanding tahun 2011, yaitu dari Rp 15.487.433,94 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 17.323.335,98 juta di tahun 2012. Sedangkan berdasarkan PDRB ADHK, PDRB Kota Bogor tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,15 persen dari Rp 5.081.482,70 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 5.394.161,34 juta di tahun 2012.
No
Uraian
Tabel 3.42 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kota Bogor Tahun 2008-2012 PDRB (juta Rupiah) 2008
2009
2010
2011
2012
SEKTOR PRIMER
22.457,84
24.215,77
26.140,70
28.337,53
30.488,88
Pertanian
55,562.22
54,220.42
52,616.22
50,110.24
22,522.22
165.14
522.24
552.62
516.46
512.02
SEKTOR SEKUNDER
.4.004.223.3
.45.04444323
.422544.0334
340244340303
34542452.324
3
Industri Pengolahan
5,225,662.62
2,244,220.42
2,644,211.26
4,120,606.22
4,262,222.22
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
514,412.20
542,551.22
501,260.12
212,522.26
240,122.26
5
Bangunan
222,252.65
622,211.50
244,122.56
266,265.21
025,662.25
243.34243333
345.3433034.
5404045023.2
4244524.4.34.
444.2345.03.5
1 2
Pertambangan dan Penggalian
SEKTOR TERSIER 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
2,622,202.05
4,250,226.62
2,142,456.26
2,622,202.62
6,526,520.22
7
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan
1,220,200.62
1,216,262.22
5,126,226.64
5,260,222.26
5,622,245.62
1,252,622.51
1,516,405.22
1,201,020.21
1,222,222.14
1,206,161.02
452,501.26
425,242.22
254,111.12
226,241.24
622,556.66
12,206,642.66
11,624,266.66
12,620,066.22
12,402,422.64
12,252,222.60
8 9
Jasa-Jasa Total Sumber : BPS Kota Bogor
No
Uraian
Tabel 3.43 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kota Bogor Tahun 2008-2012 PDRB (juta Rupiah)
SEKTOR PRIMER 1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
2008
2009
2010
2011
2012
13.242,11
13.661,59
14.099,65
14.484,52
14.793,89
12,151.20
12,226.61
12,622.02
14,225.42
14,665.20
152.22
151.60
152.02
115.15
121.01
442..4.24333
443.0425.323
444.24..4345
445..4425333
042344325344
1,162,260.25
1,522,265.22
1,222,262.22
1,426,122.22
1,252,450.61
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
126,056.26
146,526.21
126,262.64
162,256.02
126,202.22
5
Bangunan
566,024.12
215,266.14
254,624.22
220,426.02
225,226.02
042234433350
0432045.434.
045..445.330
.440044043.4
.4.0243543..
1,562,210.16
1,221,024.25
1,260,524.62
1,425,226.02
1,222,551.62
455,252.52
422,222.22
402,522.25
255,264.22
226,202.52
625,212.02
640,652.05
225,050.20
265,242.22
052,222.22
215,410.61
250,612.46
246,226.56
262,226.02
204,412.62
4,525,051.20
4,220,222.22
4,202,424.26
2,201,405.22
2,264,161.24
SEKTOR TERSIER 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
8 9
Total Sumber : BPS Kota Bogor
Gambar 3.33 Grafik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut SektorKota Bogor Tahun 2008 – 2012
Dari uraian tabel 3.42dan tabel 3.43, dapat disimpulkan bahwa kemampuan aktivitas ekonomi Kota Bogor meningkat dari tahun 2008 – 2012 dapat terlihat dari PDRB atas dasar harga berlaku yang terus meningkat dari Rp 10.089.943,96 juta pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 17.323.335,98 juta pada tahun 2012. Dari jenis sektornya, Kota Bogor memiliki nilai Sektor Tersier yang cukup memberikan kontribusi besar dalam PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu Rp 11.305.942,49 juta pada tahun 2012. B. PDRB Kecamatan di Kota Bogor Secara administratif, Kota Bogor memiliki 6 (enam) Kecamatan antara lain Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Tanah Sareal. Tiap kecamatan di Kota Bogor memiliki PDRB masing-masing yang menggambarkan aktivitas perekonomiannya. Berikut uraian PDRB dari masing-masing kecamatan. 1) Kecamatan Bogor Barat Berdasarkan PDRB ADHB, PDRB Kecamatan Bogor Barat pada tahun 2012 secara umum untuk seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 11,85 persen dibanding tahun 2011, yaitu dari Rp 2.023.866,06 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 2.263.762,68 juta di tahun 2012. Sedangkan berdasarkan PDRB ADHK, PDRB Kecamatan
Bogor Barat tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,15 persen dari Rp 608.976,82 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 646.449,03 juta di tahun 2012. Tabel 3.44 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Bogor Barat Tahun 2010-2012 PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011
No
SEKTOR PRIMER 1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5
Bangunan SEKTOR TERSIER
2012
7.472,96
8.154,38
9.201,92
2,425.66
0,124.20
6,142.22
2.22
2.22
24.02
.224..3320
.3.4244350
3254344340
555,522.22
524,221.22
504,420.52
42,602.12
22,124.22
20,266.41
126,264.62
146,105.06
166,212.21
44.4.43..334
443204250332
443..453032.
6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
264,245.26
024,262.12
662,662.52
7
Pengangkutan dan Komunikasi
222,622.62
200,162.12
442,126.41
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
122,516.20
126,164.22
164,222.56
9
Jasa-Jasa
115,066.25
152,622.66
120,262.22
1,050,242.26
5,252,066.26
5,562,265.60
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Barat
Tabel 3.45 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kecamatan Bogor Barat Tahun 2010-2012 PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 2012
No
SEKTOR PRIMER 1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
3.723,70
3.837,22
4.119,41
2,252.22
2,022.55
4,261.20
2.22
2.22
50.22
4324420344
4424330332
44543.4352
3
Industri Pengolahan
02,220.20
00,210.02
65,122.62
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
52,064.21
56,620.60
22,622.62
5
Bangunan
26,456.25
61,062.52
66,202.22
.554222340
.0.434234.
.304353330
162,264.12
160,626.60
102,250.61
SEKTOR TERSIER 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
26,540.22
02,261.12
61,242.21
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
02,262.24
61,524.22
62,266.40
9
Jasa-Jasa
22,522.20
26,221.42
02,022.05
222,621.62
620,626.05
646,446.22
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Barat
Tabel 3.44 dan tabel 3.45, dapat disimpulkan bahwa kemampuan aktivitas ekonomi Kecamatan Bogor Barat meningkat dari tahun 2010 – 2012 dapat terlihat dari PDRB atas dasar harga berlaku yang terus meningkat dari Rp 1.828.343,09 juta pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 2.263.762,68 juta pada tahun 2012. Dari jenis sektornya, Kecamatan Bogor Barat memiliki nilai Sektor Tersier yang menyumbang nilai kontribusi terbesar. Dalam PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012, nilai Sektor Tersier menyumbang sebesar 77,08 persen dari total PDRB ADHB 2012, yaitu sebesar 1.744.972,64 juta.
Gambar 3.34 Grafik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Kecamatan Bogor Barat Tahun 2008 – 2012
2) Kecamatan Bogor Selatan Berdasarkan PDRB ADHB, PDRB Kecamatan Bogor Selatan pada tahun 2012 secara umum untuk seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 11,85 persen dibanding tahun 2011, yaitu dari Rp 2.685.930,44 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 3.004.304,08 juta di tahun 2012.
Sedangkan berdasarkan PDRB ADHK, PDRB Kecamatan
Bogor Selatan tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,15 persen dari Rp 882.505,27 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 936.808,48 juta di tahun 2012.
Tabel 3.46 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2010-2012 PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 2012
No
SEKTOR PRIMER 1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
9.253,08
10.239,19
11.746,19
6,522.20
12,526.16
11,662.00
2.22
2.22
05.21
5.2444232.
44220423.304
4400445.03.2
222,056.22
065,562.61
664,222.16
22,206.22
26,252.46
62,660.61
122,262.65
142,256.04
122,266.66
44.334453324
4424.42.432.
4432.42433..
SEKTOR SEKUNDER 3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5
Bangunan SEKTOR TERSIER
6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
622,222.25
1,252,022.62
1,110,562.22
7
Pengangkutan dan Komunikasi
562,626.62
252,266.24
226,262.02
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
142,606.01
161,044.22
124,152.66
9
Jasa-Jasa
65,222.22
125,652.22
111,260.25
5,422,222.22
5,602,622.44
2,224,224.20
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Selatan
No
Tabel 3.47 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2010-2012 PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 2012 SEKTOR PRIMER
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
4.929,81
5.079,41
5.425,06
4,656.01
2,226.41
2,452.26
2.22
2.22
2.22
.254.00332
.544.44332
.44443233.
501,226.54
560,025.05
252,106.26
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
56,621.02
21,042.22
22,222.51
5
Bangunan
20,411.61
62,022.11
64,620.42
.334225333
.4345..342
34.4040324
525,226.22
562,222.42
520,201.62
SEKTOR TERSIER 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
62,622.42
22,555.56
26,622.02
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
22,265.22
05,426.54
00,542.66
9
Jasa-Jasa
62,265.22
64,222.51
66,452.46
021,265.20
005,222.52
626,020.40
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Selatan
Gambar 3.35 Grafik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2008 – 2012
Dari uraian tabel 3.46 dan tabel 3.47, dapat disimpulkan bahwa kemampuan aktivitas ekonomi Kecamatan Bogor Selatan meningkat dari tahun 2010 – 2012 dapat terlihat dari PDRB atas dasar harga berlaku yang terus meningkat dari Rp 2.407.330,73 juta pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 3.004.304,08 juta pada tahun 2012. Dari jenis sektornya, Kecamatan Bogor Selatan memiliki nilai Sektor Tersier yang menyumbang nilai kontribusi terbesar. Dalam PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012, nilai Sektor Tersier menyumbang sebesar 58,70 persen dari total PDRB ADHB 2012, yaitu sebesar 1.763.615,43 juta. 3) Kecamatan Bogor Tengah Berdasarkan PDRB ADHB, PDRB Kecamatan Bogor Tengah pada tahun 2012 secara umum untuk seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 11,85 persen dibanding tahun 2011, yaitu dari Rp 3.458.476,80 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 3.868.423,33 juta di tahun 2012. Sedangkan berdasarkan PDRB ADHK, PDRB Kecamatan Bogor Tengah tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,15 persen dari Rp 1.178.267,70 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 1.250.770,10 juta di tahun 2012.
No
Tabel 3.48 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Bogor Tengah Tahun 2010-2012 PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 2012 SEKTOR PRIMER
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5
Bangunan SEKTOR TERSIER
162,28
156,53
153,91
124.50
156.26
156.62
50.22
52.44
52.21
..34423332
.4.40.4324
.024044334
126,402.60
126,262.26
120,616.42
42,665.02
40,242.01
25,162.06
164,606.21
122,124.04
106,121.25
043334342353
.423.4235302
.4..4423334.
1,622,242.24
1,022,626.12
5,220,541.05
6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
204,102.20
455,226.01
425,215.00
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
655,640.61
665,254.14
204,222.22
9
Jasa-Jasa
111,121.54
155,606.51
125,242.26
2,152,220.01
2,420,426.02
2,060,452.22
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Tengah
No
Tabel 3.49 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kecamatan Bogor Tengah Tahun 2010-2012 PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 2012 SEKTOR PRIMER
107,07
107,76
105,80
1
Pertanian
61.26
62.22
62.65
2
Pertambangan dan Penggalian
12.40
14.21
11.00
4.344443.3
43044.3302
42.4443344
SEKTOR SEKUNDER 3
Industri Pengolahan
46,221.64
25,012.16
24,262.22
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
52,224.64
52,152.42
56,266.20
5
Bangunan
21,614.02
24,060.65
02,405.22
52.4.3332.
442034.00324
4424243.3340
222,464.16
222,224.66
222,226.62
64,622.66
121,051.20
122,606.26
562,612.20
210,665.02
224,222.10
62,624.64
22,022.22
25,420.51
1,120,642.26
1,120,562.22
1,522,222.12
SEKTOR TERSIER 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
9
Jasa-Jasa
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Tengah
Dari uraian tabel 3.48 dan tabel 3.49, dapat disimpulkan bahwa kemampuan aktivitas ekonomi Kecamatan Bogor Tengah meningkat dari
tahun 2010 – 2012 dapat terlihat dari PDRB atas dasar harga berlaku yang terus meningkat dari Rp 3.123.738,81 juta pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 3.868.423,33 juta pada tahun 2012. Dari jenis sektornya, Kecamatan Bogor Tengah memiliki nilai Sektor Tersier yang menyumbang nilai kontribusi terbesar. Dalam PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012, nilai Sektor Tersier menyumbang hampir seluruh total PDRB ADHB 2012, yaitu sebesar 58,70 persen atau 1.763.615,43 juta
Gambar 3.36 Grafik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Kecamatan Bogor Tengah Tahun 2008 – 2012
4) Kecamatan Bogor Timur Berdasarkan PDRB ADHB, PDRB Kecamatan Bogor Timur pada tahun 2012 secara umum untuk seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 15,97 persen dibanding tahun 2011, yaitu dari Rp 1.902.257,40 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 2.206.036,64 juta di tahun 2012. Sedangkan berdasarkan PDRB ADHK, PDRB Kecamatan Bogor Timur tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,15 persen dari Rp 607.357,03 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 644.729,55 juta di tahun 2012. Tabel 3.50 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Bogor Timur Tahun 2010-2012 No PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 SEKTOR PRIMER 1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
2012
5.297,12
5.940,21
6.487,72
2,512.12
2,022.62
6,422.66
02.66
05.21
04.26
No
PDRB (juta Rupiah)
Uraian
2010
SEKTOR SEKUNDER
2011
2012
32.405.33.
32443.4345
2.04405304
266,612.16
426,255.56
216,411.06
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
22,146.22
20,264.01
45,266.62
5
Bangunan
60,222.16
22,651.15
01,242.25
4402.4.52320
44.534335322
443324345334
SEKTOR TERSIER 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
666,220.12
220,452.66
056,240.02
7
Pengangkutan dan Komunikasi
264,640.25
422,522.62
406,520.25
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
122,222.26
124,012.25
102,226.25
9
Jasa-Jasa
46,624.01
24,502.15
22,026.24
1,225,602.02
1,625,522.42
5,526,226.64
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Timur
No
Tabel 3.51 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kecamatan Bogor Timur Tahun 2010-2012 PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 2012 SEKTOR PRIMER
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
2.668,07
2.734,38
2.854,43
5,651.61
5,665.24
5,011.02
46.46
45.24
45.62
45.4004323
02343.4354
0034254300
142,602.01
124,252.26
125,542.46
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
10,612.12
16,045.26
52,262.22
5
Bangunan
56,652.22
21,166.42
25,202.20
.34425435.
.54445233.
.42434.352
101,215.52
161,522.42
522,002.22
SEKTOR TERSIER 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
02,120.52
02,226.24
61,502.21
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
22,266.62
04,442.22
02,241.22
9
Jasa-Jasa
24,521.61
26,105.52
22,522.64
222,200.60
622,222.22
644,256.22
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Timur
Dari uraian Tabel 3.50 dan tabel 3.51, dapat disimpulkan bahwa kemampuan aktivitas ekonomi Kecamatan Bogor Timur meningkat dari tahun 2010 – 2012 dapat terlihat dari PDRB atas dasar harga berlaku yang terus meningkat dari Rp 1.772.987,87 juta pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 2.206.036,64 juta pada tahun 2012. Dari jenis sektornya, Kecamatan Bogor Timur memiliki nilai Sektor Tersier yang menyumbang
nilai kontribusi terbesar. Dalam PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012, nilai Sektor Tersier merupakan penyumbang terbesar dibanding sektor lainnya, yaitu sebesar 70,57 persen atau 1.556.719,71 juta.
Gambar 3.37 Grafik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Kecamatan Bogor Timur Tahun 2008 – 2012
5) Kecamatan Bogor Utara Berdasarkan PDRB ADHB, PDRB Kecamatan Bogor Utara pada tahun 2012 secara umum untuk seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 11,85 persen dibanding tahun 2011, yaitu dari Rp 2.737.350,74 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 3.061.830,65 juta di tahun 2012. Sedangkan berdasarkan PDRB ADHK, PDRB Kecamatan Bogor Utara tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,15 persen dari Rp 943.968,93 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 1.002.054,19 juta di tahun 2012. Tabel 3.52 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Bogor Utara Tahun 2010-2012 No PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 SEKTOR PRIMER 1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
2012
1.297,66
1.295,54
1.503,10
1,541.66
1,542.62
1,442.25
26.22
24.02
22.20
44.2445..332
4423243023.2
445.3423.34.
1,506,622.24
1,422,262.16
1,244,242.62
22,022.12
22,616.10
65,242.22
No 5
Uraian Bangunan SEKTOR TERSIER
PDRB (juta Rupiah) 2010
2011
2012
151,462.26
122,211.26
126,601.24
5334.30324
4423543..342
4444.403.3.4
6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
241,424.22
225,252.62
265,662.26
7
Pengangkutan dan Komunikasi
204,242.02
451,452.52
452,206.26
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
122,224.26
522,265.52
511,225.22
9
Jasa-Jasa
22,664.62
02,406.42
02,566.16
5,442,622.54
5,222,222.24
2,261,022.62
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Utara
No
Tabel 3.53 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kecamatan Bogor Utara Tahun 2010-2012 PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 2012 SEKTOR PRIMER
885,21
903,05
966,86
1
Pertanian
024.52
022.25
620.06
2
Pertambangan dan Penggalian
22.66
50.22
50.22
3224244334
35.4..2340
2.44.24325
SEKTOR SEKUNDER 3
Industri Pengolahan
402,246.11
226,012.60
221,101.16
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
52,212.26
56,202.41
21,500.50
5
Bangunan
22,224.51
22,522.42
20,060.65
.0242333.3
..44245322
.35434530.
SEKTOR TERSIER 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
65,621.42
62,552.04
121,112.12
7
Pengangkutan dan Komunikasi
02,616.62
61,225.00
62,022.62
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
66,620.20
122,622.21
126,212.11
9
Jasa-Jasa
21,120.06
22,654.62
22,222.22
000,126.56
642,660.62
1,225,224.16
Total Sumber: BPS Kecamatan Bogor Utara
Dari uraian tabel 3.52 dan tabel 3.53, dapat disimpulkan bahwa kemampuan aktivitas ekonomi Kecamatan Bogor Utara meningkat dari tahun 2010 – 2012 dapat terlihat dari PDRB atas dasar harga berlaku yang terus meningkat dari Rp 2.440.603,24 juta pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 3.061.830,65 juta pada tahun 2012. Dari jenis sektornya, Kecamatan Bogor Utara memiliki nilai Sektor Sekunder yang menyumbang nilai kontribusi terbesar. Dalam PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012, nilai Sektor Sekunder merupakan penyumbang terbesar dibanding sektor lainnya, yaitu sebesar 63,59 persen atau 1.947.074,14 juta.
Gambar 3.38 Grafik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Kecamatan Bogor Utara Tahun 2008 – 2012
6) Kecamatan Tanah Sareal Berdasarkan PDRB ADHB, PDRB Kecamatan Tanah Sareal pada tahun 2012 secara umum untuk seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 11,85 persen dibanding tahun 2011, yaitu dari Rp 2.609.647,12 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 2.918.978,63 juta di tahun 2012.Sedangkan berdasarkan PDRB ADHK, PDRB Kecamatan Tanah Sareal tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,15 persen dari Rp 860.406,60 juta pada tahun 2011 menjadi Rp 913.350,01 juta di tahun 2012. Tabel 3.54 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Tanah Sareal Tahun 2010-2012 No PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 SEKTOR PRIMER 1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5
Bangunan SEKTOR TERSIER
2012
2.657,60
2.656,27
2.781,12
5,621.61
5,621.42
5,216.24
22.66
24.02
61.20
44242400.323
444..444233.
44.2.4552342
022,254.04
626,006.40
1,262,212.52
22,151.12
20,220.11
66,242.22
116,222.12
150,415.62
140,624.52
44.0.4243344
44.2.44423.4
442444022334
6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
222,622.56
056,201.02
642,026.26
7
Pengangkutan dan Komunikasi
240,614.62
205,416.45
426,522.21
No
Uraian
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
9
Jasa-Jasa
Total Sumber: BPS Kecamatan Tanah Sareal
No
PDRB (juta Rupiah) 2010
2011
2012
126,662.06
126,662.24
162,265.66
02,222.12
65,212.25
66,251.65
5,222,062.02
5,626,642.15
5,610,620.62
Tabel 3.55 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kecamatan Tanah Sareal Tahun 2010-2012 PDRB (juta Rupiah) Uraian 2010 2011 2012 SEKTOR PRIMER
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
1.785,79
1.822,43
1.937,56
1,224.02
1,264.42
1,620.01
22.66
50.22
50.22
.524402333
.4544453.2
..34230323
214,252.20
224,522.12
222,021.62
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
56,106.62
21,521.14
22,151.24
5
Bangunan
25,516.26
24,202.22
20,256.20
.4.42543.3
..4432.343
.2.43223.2
522,222.22
512,222.46
552,122.06
SEKTOR TERSIER 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
22,205.45
02,242.22
00,422.61
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
25,612.21
26,242.25
02,622.21
9
Jasa-Jasa
22,262.42
62,266.26
65,466.26
011,222.02
062,426.62
612,222.21
Total Sumber: BPS Kecamatan Tanah Sareal
Dari uraian tabel 3.54 dan tabel 3.55, dapat disimpulkan bahwa kemampuan aktivitas ekonomi Kecamatan Tanah Sareal meningkat dari tahun 2010 – 2012 dapat terlihat dari PDRB atas dasar harga berlaku yang terus meningkat dari Rp 2.335.895,85 juta pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 2.918.978,63 juta pada tahun 2012. Dari jenis sektornya, Kecamatan Tanah Sareal memiliki nilai Sektor Tersier yang menyumbang nilai kontribusi terbesar. Dalam PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012, nilai Sektor Tersier menyumbang hampir setengah dari total PDRB ADHB 2012, yaitu sebesar 55,20 persen atau 1.611.206,71 juta.
Gambar 3.39 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Sektor Kecamatan Tanah Sareal Tahun 2008 – 2012
Gambar 3.40 Peta Sebaran PDRB Per-Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2012
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-107
3.4.1.3 Struktur Ekonomi Proses pembangunan ekonomi biasanya diikuti dengan terjadinya perubahanperubahan dalam struktur ekonomi baik struktur permintaan domestik, struktur produksi maupun struktur perdagangan. Perubahan struktur ini sesun7gguhnya terjadi akibat adanya interaksi antara dua proses, yaitu proses akumulasi (pembentukan modal) dan perubahan pola konsumsi masyarakat yang terjadi karena perubahan pendapatan perkapita. Perubahan pola permintaan ini yang kemudian mengubah komposisi barang dan jasa yang diproduksi dan diperdagangkan. Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bogor secara umum sangat dipengaruhi oleh distribusi persentase PDRB secara sektoral yang menunjukkan peranan masingmasing sektor dalam pembentukan PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu dengan melihat perkembangan suatu sektor dalam kurun waktu tertentu akan kurang tepat tanpa memperhatikan peranan sektor tersebut dalam PDRB secara keseluruhan dengan kurun waktu yang sama. Jadi persentase ini dapat dianggap sebagai penimbang apabila kita ingin melihat perkembangan sektoral dengan lebih teliti serta dapat diartikan bahwa jika peranan suatu sektor besar maka terjadinya perubahan kecil saja dalam sektor tersebut akan berpengaruh secara signifikan terhadap perekonomian daerah tersebut. Sebaliknya jika peranan suatu sektor kecil maka terjadi perubahan besar maupun kecil dalam sektor tersebut, pengaruh yang diakibatkan kurang signifikan terhadap perubahan ekonomi daerah tersebut.
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 3.56 Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2012 PDRB (%) Uraian 2008 2009 2010 SEKTOR PRIMER 0,22 0,20 0,19 Pertanian 2.55 2.52 2.16 Pertambangan dan Penggalian 2.22 2.22 2.22 SEKTOR SEKUNDER 32,93 33,12 33,57 Industri Pengolahan 52.12 52.22 56.52 Listrik, Gas dan Air Bersih 5.12 5.26 5.25 Bangunan 2.22 2.46 2.22 SEKTOR TERSIER 66,85 66,68 66,24 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 26.52 20.24 22.21 Pengangkutan dan Komunikasi 12.52 14.42 12.22 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 12.12 12.55 6.62
2011 0,18 2.10 2.22 34,02 56.02 5.22 2.16 65,80 26.62 12.56 12.14
2012 0,18 2.12 2.22 34,56 52.21 5.21 2.24 65,26 26.52 12.22 12.22
No 9
Uraian Perusahaan Jasa-Jasa
Total Sumber: BPS Kota Bogor
2008 4.52 122.22
PDRB (%) 2009 2010 2.62 122.22
2.22 122.22
2011
2012
2.25 122.22
2.66 122.22
Gambar 3.41 Grafik Perbandingan Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sektor Primer, Sekunder, Tersier Kota Bogor Tahun 2012 (%)
Dalam tabel 3.54 diuraikan data kontribusi perekonomian Kota Bogor. Struktur ekonomi Kota Bogor ditunjang oleh Sektor Tersier dan Sektor Sekunder. Pada tahun 2012, Sektor Sekunder dan Sektor Tersier memberikan kontribusi masingmasing sebesar 34,56 persen dan 65,26 persen dari total PDRB atas dasar harga berlaku. Sedangkan kontribusi Sektor Primer menyumbang kontribusi terkecil, yaitu sebesar 0,18 persen. Dari gambar 3.41, terlihat bahwa perbandingan kontribusi antar kelompok Sektor Primer, Sekunder dan Tersier pada PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Bogor pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan karakteristik perekonomian regional Kota Bogor. Pada Sektor Primer, terlihat angka kontribusi yang sangat kecil yaitu sebesar 0,18 persen . Di sisi lain pada Sektor Tersier, angka kontribusi perekonomian Kota Bogor mencapai angka 65,26 persen. Dengan kata lain, struktur perekonomian Kota Bogor lebih mengarah kepada sektor tersier, khususnya Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang memang merupakan penyumbang kontribusi terbesar dalam perekonomian Kota Bogor dengan total 36,23 persen.
Dalam sebuah struktur ekonomi, selain melihat struktur ekonomi sebuah Kota perlu pula melihat struktur ekonomi dari tiap kecamatannya. Hal ini dapat mengetahui kecamatan mana yang menyumbang kontribusi terbesar untuk Kota Bogor. Diketahui Kota Bogor mempunyai kontribusi Sektor Tersier terbesar. Dari tiap Kecamatan, diketahui pula bahwa sektor Tersier merupakan penyumbang kontribusi terbesar. Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, berikut Grafik perbandingan kontribusi tiap kecamatan di Kota Bogor.
Gambar 3.42 Perbandingan Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sektor Primer, Sekunder, Tersier Seluruh Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2012 (%)
Dari gambar 3.42, dapat terlihat bahwa seluruh Kecamatan di Kota Bogor memiliki angka kontribusi sektor Tersier yang lebih besar dibanding sektor Primer dan sektor Sekunder. Salah satu kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Utara memiliki nilai kontribusi terbesar berbeda yaitu dari sektor Sekunder. Dari keseluruhan
sektor,
Sektor
Primer
memiliki
kontribusi
paling
rendah
dibandingkan dengan sektor lainnya. Nilai kontribusi terbesar dari sektor primer hanya 11.746,19 juta Rupiah. Angka kontribusi tertinggi yaitu dari Sektor Tersier. Di Kota Bogor Tengah, nilai kontribusi sektor tersier mencapai 3.448.057,84 juta Rupiah. Dari sektor sekunder, nilai kontribusi tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Utara dengan nilai sebesar 1.947.074,14
juta
Rupiah.
Dari
karakteristik
tingginya
sektor
tersier
menggambarkan sektor ekonomi Kota Bogor cocok dengan karakter suatu perkotaan. Kota Bogor pun memang memiliki karakter urban,
karakter suatu
perkotaan yang lebih mengarah kepada struktur ekonomi perdagangan dan jasa.
Berdasarkan peta sebaran sektor unggulan, digambarkan pula bahwa Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mendominasi di Kota Bogor. Kecamatan yang memiliki sektor unggulan berupa Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran adalah Kecamatan Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Tengah, dan Bogor Timur. Untuk Bogor Utara dan Tanah Sareal, sektor unggulan berupa Sektor Industri Pengolahan.
Gambar 3.43 Peta Sektor Unggulan Per-Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2012
3.4.1.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Salah satu indikator utama perkembangan ekonomi suatu daerah adalah dengan melihat laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut. Indikator ini menunjukkan perkembangan atau pertumbuhan produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di daerah tersebut pada kurun waktu tertentu. Berikut laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor yang disajikan dalam tabel 3.57. Tabel 3.57 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Laju Pertumbuhan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kota Bogor Tahun 2009-2012 (%) PDRB ADHB PDRB ADHK Uraian 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 SEKTOR PRIMER 7,83 7,95 8,40 7,59 3,17 3,21 2,73 2,14 Pertanian 7,83 7,95 8,49 7,67 3,19 3,22 2,84 2,22 Pertambangan dan Penggalian 7,91 8,02 (2,00) (2,57) 1,20 1,53 (9,47) (9,20) SEKTOR SEKUNDER 18,67 18,44 12,83 13,63 5,98 6,02 5,90 5,85 Industri Pengolahan 20,18 19,72 14,12 14,59 6,34 6,38 6,20 6,14 Listrik, Gas dan Air Bersih 14,37 14,74 10,25 12,23 6,87 6,95 6,99 7,02 Bangunan 13,65 13,87 7,45 9,18 4,10 4,12 4,15 4,02 SEKTOR TERSIER 17,68 16,07 10,61 10,95 6,06 6,22 6,38 6,36 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,50 13,67 10,26 10,58 5,08 4,98 5,28 5,31 Pengangkutan dan Komunikasi 28,46 25,57 9,67 10,09 7,29 7,44 7,21 7,03 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 18,80 13,59 13,64 13,94 7,65 8,36 8,47 8,49 Jasa-Jasa 10,64 10,87 9,91 9,93 5,28 5,36 5,42 5,22 Total 17,98 16,84 11,35 11,85 6,02 6,14 6,19 6,15 Sumber: BPS Kota Bogor
Gambar 3.44 Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor Tahun 2009 – 2012 (%)
Pada gambar 3.44, terlihat bahwa selama tahun 2009 sampai tahun 2011, Laju Pertumbuhan PDRB ADHB mulai melambat dari 17,98 persen hingga 11,35 persen. Lalu pada tahun 2012, pertumbuhannya mulai meningkat yaitu sebesar 11,85 persen. Sebaliknya pada Laju Pertumbuhan PDRB ADHK selama tahun 2009 sampai tahun 2012 rata-rata pertumbuhannya sebesar 6 persen dan mencapai
6,15 persen pada tahun 2012. Laju pertumbuhan ini amat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan antar masing-masing sektornya. Berikut grafik Laju Pertumbuhan PDRB antar sektor Kota Bogor pada tahun 2012.
Gambar 3.45 Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB Antar Sektor Kota Bogor Tahun 2012 (%)
Berdasarkan gambar 3.45, terlihat bahwa PDRB ADHB Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang paling tinggi pertumbuhannya yaitu sebesar 14,59 persen dan sektor yang pertumbuhannya negatif adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar minus 2,57 persen. Di sisi lain, dilihat dari PDRB ADHK, Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan merupakan sektor yang paling tinggi pertumbuhannya yaitu 8,49 persen. Sedangkan sektor yang pertumbuhannya negatif adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu minus 9,20 persen dikarenakan penurunan kuantitas yang sangat signifikan selama tahun 2012 ini. Bila lapangan usaha dikelompokkan ke dalam kelompok Sektor Primer, Sektor Sekunder, dan Sektor Tersier, maka Laju pertumbuhan Kota Bogor atas dasar harga berlaku tahun 2012, masing-masing 7,59 persen, 13,63 persen serta 10,95 persen. Pengaruh harga yang cenderung meningkat di Sektor Sekunder yaitu Sektor Pengolahan mengakibatkan Laju Pertumbuhan Sektor Sekunder cukup tinggi. Sedangkan Laju Pertumbuhan atas dasar harga konstan tahun 2012, masing-masing 2,14 persen, 5,85 persen, dan 6,36 persen. Lebih lanjut digambarkan dalam grafik pada gambar 3.46.
Gambar 3.46 Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB ADHB Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier Kota Bogor Tahun 2009 – 2012 (%)
Dilihat dari Laju Pertumbuhan PDRB ADHK, pertumbuhan Sektor Tersier mengalami pertumbuhan tercepat dibanding sektor lainnya dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 Sektor Tersier tumbuh sebesar 6,36 persen. Pertumbuhan yang cukup cepat di sektor ini dipicu juga oleh makin melambatnya pertumbuhan sektor primer dan sektor sekunder di Kota Bogor. Sektor tersier yang meliputiSektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Sektor Angkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasajasa berkembang cukup pesat di Kota Bogor karena hal ini sesuai dengan karakteristik perekonomian perkotaan secara umum. Lebih lanjut digambarkan dalam dua grafik dibawah berikut.
Gambar 3.47 Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Sektor Primer, Sekunder, dan Tersier Kota Bogor Tahun 2009 – 2012 (%)
3.4.1.5 Pendapatan per Kapita (PDRB per Kapita)
Pendapatan per Kapita atau PDRB per Kapita merupakan hasil bagi antara Pendapatan Regional (Nilai PDRB) dengan jumlah penduduk. Saat ini indikator ekonomi makro yang menyajikan perolehan pendapatan wilayah, baru terbatas pada PDRB, dimana PDRB merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan nilai tambah. Dengan demikian PDRB per Kapita merupakan pendekatan yang masih valid terhadap pendapatan per kapita. Pendapatan per Kapita ini menunjukkan rata-rata banyaknya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk. Tabel 3.58 Pendapatan per Kapita Kota Bogor Tahun 2010 – 2012 Pendapatan per Kapita Atas Dasar Harga Tahun Berlaku Konstan (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) 2010 14,47 4,98 2011
16,01
5,25
2012 17,24 Sumber: BPS Kota Bogor
5,37
Dari uraian tabel 3.58 terlihat bahwa berdasarkan PDRB ADHB, Pendapatan per kapita Kota Bogor menunjukkan peningkatan. Dari total pendapatan per kapita sebesar Rp 14,47 juta pada tahun 2010 menjadi Rp 17,24 juta pada tahun 2012. Sedangkan berdasarkan PDRB ADHK juga mengalami peningkatan. Dari Rp 4,98 juta pada tahun 2010 menjadi Rp 5,37 juta pada tahun 2012. Tabel 3.59 Pendapatan per Kapita Seluruh Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 – 2012 Pendapatan per Kapita Atas Dasar Harga
Bogor Barat
2010 8,74
Berlaku (Juta Rupiah) 2011 9,42
2010 2,74
Konstan (Juta Rupiah) 2011 2,83
2012 10,14
2012 2,90
Bogor Selatan
13,15
14,57
15,77
4,54
Bogor Tengah Bogor Timur
27,35 18,42
4,79
4,92
33,86 20,41
37,10 22,06
9,71 5,98
11,54 6,29
12,00 6,45
Bogor Utara
14,39
15,76
16,93
5,24
5,43
5,54
12,37 13,33 Tanah Sareal Sumber: BPS Kota Bogor
14,17
4,30
4,40
4,43
Tahun
Dari tabel 3.59, diuraikan pendapatan per kapita di seluruh kecamatan di Kota Bogor. Dari data PDRB ADHB, dapat disimpulkan bahwa pendapatan per kapita
tertinggi terdapat pada Kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 37,10 juta pada tahun 2012. Dilanjutkan dengan Kecamatan Bogor Timur dan Bogor Utara dengan masing-masing pendapatan per kapita sebesar 22,06 juta dan 16,93 juta. Sedangkan pendapatan per kapita terkecil terdapat pada Kecamatan Bogor Barat dengan nilai sebesar 10,14 juta. Dari data PDRB ADHK tidak jauh berbeda dari data PDRB ADHB. Di urutan pertama dengan pendapatan per kapita tertinggi masih tetap Kecamatan Bogor Tengah sebesar 12,00 juta pada tahun 2012. Dilanjutkan oleh Kecamatan Bogor Timur dan Bogor Utara dengan besar masing-masing 6,45 juta dan 5,54 juta. Di urutan paling kecil yaitu Kecamatan Bogor Barat sebesar 2,90 juta. Dari sisi pertumbuhan, pendapatan per kapita di tiap kecamatan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya, berikut gambar 3.48 yang menggambarkan grafik pertumbuhan pendapatan per kapita tiap Kecamatan di Kota Bogor.
Gambar 3.48 Pertumbuhan Pendapatan per Kapita Seluruh Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 – 2012
3.4.2 Analisis Aspek Ekonomi Dalam pembangunan wilayah, dibutuhkan suatu analisis untuk mengetahui beberapa informasi yang berkaitan dengan ekonomi wilayah tersebut. Informasi ini nantinya akan berguna untuk menentukan keputusan ekonomi yang akan diterapkan pada wilayah tersebut. Dalam bahasan ini, akan dibahas analisis ekonomi dengan menggunakan 3 cara analisis, antara lain:
1. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Alat analisis ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan yang ada di Kota Bogor. 2. Analisis LQ (Location Quotient) adalah salah satu teknik untuk menghitung kapasitas ekspor suatu perekonomian (wilayah) dan juga untuk mengetahui derajat kemandirian suatu sektor di perekonomian wilayah tersebut. Dalam proses perhitungannya analisis LQ menggunakan perbandingan acuan yang melingkupi daerah yang lebih besar. 3. Analisis Shift Share merupakan salah satu metode analisis yang digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding. 3.4.2.1 Analisis LQ (Location Quotient) Analisis LQ (Location Quotient) digunakan untuk menentukan sektor unggulan dari pertumbuhan PDRB. Analisis ini digunakan pula untuk menentukan kegiatas basis dan non basis. untuk nilai LQ > 1 yaitu basis ekonomi yang menjadi sumber pertumbuhan dan merupakan keunggulan komparatif. Sedangkan, untuk nilai LQ < 1 yaitu sektor non basis. Berikut rumus perhitungan metode analisis LQ:
Keterangan : Vik = Nilai output PDRB sektor i daerah studi k (Kota Bogor) Vk
= PDRB total semua sektor di daerah studi k (Kota Bogor)
Vip = Nilai output PDRB sektor i daerah referensi p (Provinsi Jawa Barat) Vp
= PDRB total semua sektor di daerah referensi p (Provinsi Jawa Barat)
Berikut perhitungan analisis LQ Kota Bogor pada tahun 2012.
No
Tabel 3.60 Analisa LQ Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 PDRB atas dasar harga konstan Sektor Bogor Jawa Barat 14.692,08 41.801.728,00
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5
Bangunan
6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7
Angkutan dan Komunikasi
8 9
LQ - Bogor 0,0237
101,81
6.575.728,00
0,0010
1.527.428,91
149.677.170,00
0,6894
179.083,37
8.008.797,00
1,5106
352.056,83
15.317.835,00
1,5527
1.550.221,93
84.523.738,00
1,2390
559.085,23
19.763.392,00
1,9111
Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan
827.077,55
13.209.862,00
4,2297
Jasa-jasa
384.413,63
25.527.155,00
1,0173
5.394.161,34
364.405.405,00
1,0000
TOTAL
Sumber: Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014
Dari tabel 3.58, dijelaskan mengenai perhitungan analisis LQ untuk Kota Bogor pada tahun 2012. Dari perhitungan tersebut terlihat 3 sektor di Kota Bogor memiliki nilai LQ lebih kecil dari satu dan terdapat 6 sektor yang memiliki nilai LQ lebih besar dari satu. Sektor-sektor yang memiliki nilai LQ lebih rendah dari satu ini adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,0010); Sektor Pertanian (0,0237); dan Sektor Industri Pengolahan (0,6894). Ketiga sektor ini memiliki nilai produksi sektor yang kecil dan memang tidak eksis dalam perekonomian Kota Bogor. Sektor-sektor yang memiliki nilai LQ lebih besar dari satu antara lain Sektor Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan (4,2297); Sektor Angkutan dan Komunikasi (1,9111); Sektor Bangunan (1,5527); Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,5106); Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (1,2390); dan Sektor Jasa-jasa (1,0173). Dengan demikian maka sektor-sektor tersebut memiliki kelebihan produk yang diekspor. Berikut diagram hasil perhitungan analisa LQ.
Gambar 3.49 Diagram LQ per Sektor Kota Bogor Tahun 2012 Sumber : Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014
Dari hasil analisis ini, didapatkan bahwa Kota Bogor relatif memiliki keunggulan di Sektor Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan. Sektor lain yang mengikuti yaitu Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta Sektor Jasa-jasa. Dilihat dari observasi lapangan, memang Kota Bogor cenderung memiliki kegiatan ekonomi di bidang perdagangan barang dan jasa. Selain itu Kota Bogor juga memiliki potensi di bidang angkutan karena akses transportasinya seperti jalur tol Jagorawi, yang menghubungkan Kota Jakarta dengan Kabupaten Ciawi. Dilihat dari sisi non potensial, Sektor Pertambangan, Sektor Pertanian, dan Sektor Industri Pengolahan adalah tiga sektornya. Sektor-sektor ini tidak cocok untuk daerah perkotaan seperti Kota Bogor. Daerah perkotaan memang lebih diperuntukkan untuk
kegiatan ekonomi
yang mengarah
pada
kegiatan
perdagangan dan jasa. Fakta di lapangan, luas Kota Bogor memang tidak begitu besar. Dengan begitu, sektor seperti pertanian dan industi pengolahan kurang berkembang karena tidak banyaknya lahan yang dapat dipakai. Kedua sektor ini membutuhkan lahan yang luas untuk menjalankan aktifitas ekonominya. Pada sektor pertambangan, Kota Bogor tidak begitu memiliki sumber daya alam berupa tambang yang melimpah, bahkan sektor ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Dengan pertimbangan kebutuhan lahan, masyarakat cenderung melakukan kegiatan ekonomi berupa sektor perdagangan dan jasa yang tidak begitu membutuhkan kebutuhan lahan yang besar. Sektor ini berkembang pesat dengan didukung akses transportasi yang memadai. Tol Jagorawi dan adanya Stasiun Bogor yang berada di tengah Kota Bogor, menjadikan kegiatan perekonomian perdagangan makin meningkat dan meningkatkan nilai sektor Angkutan Kota Bogor. Selain itu, faktor akses yang baik ini menjadikan daya tarik masyarakat sekitar Kota Bogor untuk mengunjungi Kota Bogor. Tidak heran maka sektor wisata seperti Restoran dan Hotel makin menjamur dan tumbuh berkembang. 3.4.2.2 Analisis Shift-Share Analisa shift-share merupakan teknik sederhana untuk menganalisis perubahanperubahan dalam struktur ekonomi wilayah lokal dalam kaitannya dengan ekonomi acuan tertentu yang lebih besar, pada periode waktu tertentu.Pendekatan shift-share
cenderung
melakukan
disagregasi
ekonomi
sektoral
dengan
menganalisis peranan masing-masing sektor terhadap perekonomian lokal. Pertumbuhan ekonomi lokal diasumsikan dapat didekomposisikan menjadi 2 komponen utama, yakni komponen share dan komponen shift. Komponen share merupakan komponen kontribusi dari pertumbuhan perekonomian wilayah acuan secara keseluruhan, sedangkan komponen shift merupakan simpangan atau pergeseran terhadap komponen share tersebut. Terjadinya komponen shift disebabkan oleh dua hal yakni: simpangan antara pertumbuhan sektoral wilayah acuan dengan pertumbuhan total wilayah acuan dan simpangan antara pertumbuhan sektor lokal dengan pertumbuhan sektor wilayah acuan. Komponen shift yang pertama merupakan pengaruh kontribusi dari pertumbuhan sektor eksternal terhadap ekonomi lokal, sedangkan komponen shift yang kedua merupakan pengaruh kontribusi dari pertumbuhan sektor internal. Komponen shift yang pertama sering juga disebut sebagai proportional shift atau kadang-kadang disebut sebagai komponen industri campuran (industrial mix). Sedangkan komponen shift yang kedua sering disebut sebagai differential shift.
Tabel 3.61 Perhitungan Shift-Share Kota Bogor Pertumbuhan Ek. Provinsi Proportion No Sektor (Faktor al Shift Share) 1 Pertanian 0,2514 -0,1258 2 Pertambangan dan Penggalian 0,2514 -0,2915 3 Industri Pengolahan 0,2514 -0,1323 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,2514 0,0866 5 Bangunan 0,2514 0,3228 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,2514 0,2331 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,2514 0,3641 8 Keuangan, Sewa, dan Jasa 0,2514 0,2042 Perusahaan 9 Jasa-Jasa 0,2514 0,0581 Sumber: Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014
Differentia l Shift
Pertumbuhan Sektoral-lokal
-0,0058 -0,1152 0,1562 -0,0292 -0,3999 -0,2615 -0,2929 -0,0828
0,1197 -0,1553 0,2752 0,3088 0,1743 0,2230 0,3226 0,3727
-0,0790
0,2304
Hasil perhitungan yang disajikan dalam tabel diatas memperlihatkan pertumbuhan ekonomi sektoral dalam konteks lokal perekonomian Kota Bogor. Dari seluruh sektor, terlihat bahwa sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang mengalami penurunan PDRB sebesar 15,53%. Sedangkan sektor-sektor yang lain cenderung menunjukkan peningkatan pada periode 2008 – 2012. Sektor Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan merupakan sektor yang meningkat paling pesat sebesar 37,27% diikuti oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 32,26%. Ditinjau dari nilai Proportional Shift, hanya ada enam sektor yang mengalami pertumbuhan yang relatif pesat, antara lain Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (36,41%), Sektor Bangunan (32,28%), Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (23,31%), Sektor Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan (20,42%), Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (8,66%), serta Sektor Jasa-jasa (5,81%). Hal ini menunjukkan bahwa sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan Sektor Bangunan merupakan sektor unggulan bagi perekonomian Provinsi Jawa Barat. Tingkat pertumbuhan yang relatif pesat pada komponen differential shift bahkan lebih sedikit lagi. Pertumbuhan yang cukup pesat hanya terjadi pada Sektor Industri Pengolahan. Artinya, sektor tersebut merupakan sektor unggulan bagi perekonomian Kota Bogor pada periode tahun 2008 – 2012. Berikut diagram gambaran pertumbuhan sektoral-lokal.
Gambar 3.50 Diagram Pertumbuhan Sektoral-Lokal Kota Bogor Tahun 2012 Sumber : Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014
3.4.2.3 Analisis Tipologi Klassen Analisa Tipologi Klassen adalah salah satu teknik untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi sektor berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi sektor dan kontribusi tiap sektor. Melalui analisis ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: 1. Kuadran I, Sektor maju dan tumbuh dengan pesat. 2. Kuadran II, Sektor maju tapi tertekan. 3. Kuadran III, Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat. 4. Kuadran IV, Sektor relatif tertinggal Berikut cara perhitungan dari Tipologi Klassen pada tabel 3.62.
Sektor
Tabel 3.62 Perhitungan Tipologi Klassen Kota Bogor Rata-Rata Pertumbuhan Rata-Rata Kontribusi Kota Bogor Prov. Jawa Kota Bogor Prov. Jawa (gi) Barat (g) (Si) Barat (S) 2,867 3,134 0,291 12,665 - 3,983 -0,838 0,002 2,197 6,267 2,893 28,274 42,876 6,959 7,645 3,268 2,188 4,098 12,071 6,790 3,707 5,162 10,391 29,254 21,449 7,240 12,784 10,165 4,777
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan 8,242 9,871 Lainnya Jasa-Jasa 5,321 6,993 Sumber: Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014
14,715
3,337
7,240
6,804
Kuadran 4 4 3 2 2 2 2 2 2
Tabel 3.63 Tabel Tipologi Klassen Kota Bogor Rata-Rata Pertumbuhan Sektor PDRB (g)
Rata-Rata Kontribusi Sektor PDRB (S)
Si> S Kuadran I Sektor maju dan tumbuh dengan pesat
gi> g
gi< g
Kuadran III Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat - Industri Pengolahan
Si< S Kuadran II Sektor maju tapi tertekan - Listrik dan Air Minum - Bangunan dan Konstruksi - Perdagangan, Hotel & Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya - Jasa-Jasa Kuadran IV Sektor relatif tertinggal -
Pertanian Pertambangan & Penggalian
Sumber : Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014
Melalui skema perhitungan tipologi Klassen, diketahui Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor potensial di Kota Bogor. Sektor Industri Pengolahan dikatakan demikian karena laju pertumbuhan sektor ini tumbuh meningkat dari tahun ke tahun. Angka laju pertumbuhannya juga merupakan yang paling besar di antara sektor lainnya. Lalu untuk sektor maju tapi tertekan di Kota Bogor yaitu Sektor Listrik dan Air Minum ; Sektor Bangunan dan Konstruksi ; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ; Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ; dan Sektor Jasa-Jasa. Ke enam sektor ini memiliki angka laju pertumbuhan yang meningkat dari tahun ke tahun. Namun bila dibandingkan dengan kontribusi yang diberikan, ke enam sektor ini memiliki angka yang tidak begitu besar. Dan terakhir Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor relatif tertinggal. Kedua sektor ini memiliki angka laju pertumbuhan yang cenderung menurun. Bahkan Sektor Pertambangan dan Penggalian memiliki angka laju yang cenderung negatif. Sektor maju dan tumbuh dengan pesat tidak dimiliki sektor manapun di Kota Bogor.
3.4.2.4 Proyeksi PDRB Proyeksi PDRB dilakukan untuk mengetahui gambaran PDRB Kota Bogor 20 tahun kedepan. Untuk memproyeksikan PDRB tersebut, digunakan rumus pertumbuhan secara geometrik (geometric rate of growth), dengan rumus sebagai berikut: Pn = Po (1 + r)
n
Keterangan : Pn
= Jumlah PDRB pada tahun akhir n
Po
= Jumlah PDRB pada tahun dasar
r
= Angka pertumbuhan PDRB
n
= Jangka Waktu
Untuk memproyeksikan PDRB Kota Bogor, hal pertama yang dilakukan yaitu menghitung nilai angka pertumbuhan PDRB atau r. Hasil perhitungan dengan rumus tersebut, maka didapat:
Tabel 3.64 Proyeksi PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kota Bogor Tahun 2015-2035 (juta Rupiah) Tahun
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2013
5.724.475,47
2014
6.075.016,54
Tahun
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2015
6.447.023,18
2020
8.677.968,38
2025
11.680.915,86
2030
15.723.011,35
2035
21.163.844,41
Sumber : Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014
Langkah selanjutnya adalah menyusun PDRB tiap-tiap lapangan usaha. Untuk itu diperlukan data kontribusi PDRB 2008 dan 2012 dan dilihat kecenderungannya. Selanjutnya dilakukan perkiraan kontribusi PDRB Kota Bogor ADHK hingga tahun 2035. Tabel 3.65 Komposisi PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Serta Perubahannya Kota Bogor Tahun 2005 dan 2009 (juta Rupiah) +/+/Sektor 2008 2012 2005-2009 Per tahun 0,31 0,27 -0,04 -0,01 Pertanian 0,00 0,00 0,00 0,00 Pertambangan dan Penggalian 28,16 28,32 0,15 0,04 Industri Pengolahan 3,22 3,32 0,10 0,03 Listrik dan Air Minum 7,05 6,53 -0,52 -0,13 Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel & 29,80 28,74 -1,07 -0,27 Restoran Pengangkutan dan 9,94 10,36 0,42 0,11 Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan 14,17 15,33 1,17 0,29 Lainnya Jasa-Jasa 7,35 7,13 -0,22 -0,05 PDRB 100,00 100,00 Sumber : Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014 Tabel 3.66 Perkiraan Komposisi PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Kota Bogor Tahun 2012-2032 (juta Rupiah) Sektor
2012
2017
2022
2027
2032
SEKTOR PRIMER
14.793,89
16.544,68
17.735,65
17.769,74
15.703,74
Pertanian
14,665.20
16.493,56
17.782,50
17.988,47
16.207,62
51,12
(46,85)
(218,74)
(503,98)
2.746.590,83
3.664.277,85
4.888.190,63
6.520.374,61
Pertambangan dan Penggalian SEKTOR SEKUNDER
121.01 2.058.569,11
Sektor Industri Pengolahan
2012
2017
2022
2027
2032
1,252,450.61
2.069.803,54
2.804.644,93
3.800.209,54
5.148.946,14
Listrik dan Air Minum
126,202.22
250.362,66
349.528,88
487.346,77
678.691,89
Bangunan dan Konstruksi
225,226.02
426.424,62
510.104,04
600.634,31
692.736,58
3.320.798,34
4.497.635,91
6.091.294,74
8.249.329,71
11.171.503,72
1,222,551.62
1.989.980,27
2.548.456,77
3.255.155,42
4.145.783,53
226,202.52
791.107,91
1.116.762,12
1.573.065,21
2.211.441,70
052,222.22
1.219.047,96
1.783.256,50
2.591.969,96
3.746.845,16
204,412.62
497.499,77
642.819,36
829.139,13
1.067.433,33
7.260.771,41
9.773.308,25
13.155.290,07
17.707.581,97
SEKTOR TERSIER Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-Jasa PDRB
2,264,161.24
Sumber : Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014
Tabel 3.66, merupakan gambaran proyeksi PDRB atas dasar harga konstan untuk 20 tahun kedepan (2013-2032). Secara keseluruhan, nilai kontribusi tiap aspek mengalami peningkatan, kecuali untuk Sektor Pertambangan dan Penggalian. Berdasarkan kelompok sektornya, Sektor Tersier mengalami peningkatan nilai sektor terbesar dibandingkan nilai sektor lainnya. Untuk lebih jelasnya, berikut diagram pertumbuhan nilai sektor PDRB hingga tahun 2032.
Gambar 3.51 Diagram Pertumbuhan Nilai Sektor PDRB Kota Bogor Tahun 2012 Sumber : Hasil Analisis Peserta Studio Perencanaan Kota, 2014
Dari data proyeksi dapat dilihat bahwa sektor unggulan di Kota Bogor tetap dipegang oleh sektor Tersier. Pada 20 tahun kedepan (2032), Sektor Tersier di analisa memiliki nilai PDRB sebesar 11.171.503,72 juta Rupiah. Nilai kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan nilai sektor terbesar dalam kategori Sektor Tersier yaitu sebesar 4.145.783,53 juta Rupiah. Untuk Sektor Sekunder masih merupakan sektor dengan urutan kontribusi kedua, dengan nilai analisa sebesar 6.520.374,61 juta Rupiah pada tahun 2032. Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang memiliki nilai kontribusi terbesar dalam Sektor Sekunder, yaitu sebesar 5.148.946,61 juta Rupiah pada tahun 2032. Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2032 juga merupakan nilai sektor terbesar diantara 9 sektor ekonomi PDRB di Kota Bogor. Hal ini menggambarkan bahwa laju pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan pesat dan menjadi sektor nomor satu di Kota Bogor pada tahun 2032. Sektor terakhir yang paling rendah yaitu Sektor Primer. Pada sektor ini, Sektor Pertanian mengalami nilai PDRB yang naik turun, dengan nilai 14.793,89 juta Rupiah pada tahun 2012, mengalami peningkatan menjadi 17.735,65 juta Rupiah pada tahun 2022, kemudian turun kembali 15.703,74 juta Rupiah pada tahun 2032. Lalu untuk Sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan nilai sektor, dari tahun 2012 sebesar 101,81 juta Rupiah menjadi tidak ada. Dalam perhitungan proyeksi, sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2032 memiliki nilai sektor sebesar minus 503,98 juta Rupiah. Nilai sektor ini mengalami penurunan hingga 0 Rupiah pada tahun 2020. 3.4.3 Potensi, masalah dan konsep Aspek Ekonomi A. Potensi 1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menjadi sektor unggulan di Kota Bogor. Sektor ini mendominasi di daerah Kecamatan Bogor Tengah. Hal ini terlihat dari tumbuhnya pusat-pusat perbelanjaan di Kota Bogor. 2. Kegiatan Industri Pengolahan di Kota Bogor mengalami laju pertumbuhan yang tumbuh secara signifikan. Sektor ini menjadi sektor potensial di Kota Bogor.
3. Tingkat pengangguran yang menurun dari tahun ke tahun, artinya lapangan pekerjaan di Kota Bogor terus bertumbuh. B. Masalah Aspek Ekonomi 1. Kegiatan ekonomi pada Sektor Primer merupakan kegiatan dengan nilai kontribusi terkecil. 2. Produk sektor pertanian memiliki nilai kontribusi yang kecil. Kegiatan perekonomian yang sudah didominasi perdagangan dan jasa menjadikan sektor pertanian tidak banyak diminati. 3. Perekonomian di Kota Bogor belum merata. Hal ini dilihat dari nilai Pendapatan per Kapita di tiap Kecamatan Kota Bogor yang belum merata, seperti di Bogor Barat sebesar 8,74 juta Rupiah sedangkan di Bogor Tengah mencapai 27,35 juta Rupiah. C. Konsep 1. Mengarahkan perekonomian Kota Bogor kepada Sektor Tersier sebagai sektor unggulan. 2. Meningkatkan produk pertanian dengan cara agribisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan. 3. Menerapkan kawasan bisnis dan perdagangan serta kawasan industri yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
3.5
Aspek Sumber Daya Buatan
3.5.1 Aspek Sarana 3.5.1.1 Fakta Aspek Sarana A. Sarana Pendidikan Ketersediaan sarana pendidikan di suatu kota sangat penting, hal ini dikarenakan sarana pendidikan merupakan fasilitas pendukung bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Sarana pendidikan yang terdapat di Kota Bogor sudah cukup memadai, hal ini dapat dilihat dari sudah cukup banyaknya sarana pendidikan yang tersedia di Kota Bogor. Akan tetapi,
persebaran sarana pendidikan menurut jenjang pendidikan di Kota Bogor masih belum merata. Setidaknya, ada 5 (lima) jenis sarana pendidikan di Kota Bogor, diantaranya adalah taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menegah atas, dan sekolah menengah kejuruan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel 3.67.
No
Tabel 3.67 Jumlah Taman Kanak-kanak menurut Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Sekolah/unit Murid pendukung (jiwa)
1
Bogor Selatan
20
1.011
2
Bogor Timur
15
941
3
Bogor Utara
28
1.121
4
Bogor Tengah
27
1.589
5
Bogor Barat
29
1.614
6
Tanah Sareal
31
1.514
Jumlah 150 Sumber: BPS Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Angka 2012
Berdasarkan tabel 3.67,
7.790
dapat disimpulkan bahwa jumlah sarana pendidikan
Taman Kanak-kanak tertinggi berada di Kecamatan Tanah Sareal dengan jumlah 31 unit dengan jumlah murid pendukung sebanyak 1.514 jiwa, sedangkan jumlah sarana pendidikan Taman Kanak-kanak yang terendah berada di Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 15 unit dengan jumlah murid pendukung sebanyak 941 jiwa.
No
Tabel 3.68 Jumlah Sekolah Dasar menurut Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Sekolah/unit Murid pendukung (jiwa)
1
Bogor Selatan
53
20.658
2
Bogor Timur
34
12.642
3
Bogor Utara
44
15.748
4
Bogor Tengah
50
20.383
5
Bogor Barat
65
23.982
6
Tanah Sareal
42
18.499
Jumlah 288 Sumber: BPS Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Angka 2012
111.912
Berdasarkan tabel 3.68, diketahui bahwa jumlah sekolah dasar yang terdapat di Kota Bogor berjumlah 288 unit. Hal ini menandakan bahwa sekolah dasar merupakan sarana pendidikan dengan jumlah terbanyak di Kota Bogor dibandingkan dengan sarana pendidikan lain. Jumlah sekolah dasar tertinggi
terdapat di Kecamatan Bogor Barat yaitu sebanyak 65 unit dengan jumlah murid pendukung 23.982 jiwa. Sedangkan jumlah sekolah dasar terendah terdapat di Kecamatan Bogor Timur yang berjumlah 34 unit.
No
Tabel 3.69 Jumlah Sekolah Menengah Pertama menurut Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Sekolah/unit Murid pendukung (jiwa)
1
Bogor Selatan
25
9.301
2
Bogor Timur
9
2.606
3
Bogor Utara
11
4.676
4
Bogor Tengah
26
13.384
5
Bogor Barat
24
8.942
6
Tanah Sareal
18
7.347
Jumlah 133 Sumber: BPS Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Angka 2012
46.256
Jumlah sekolah menengah pertama di Kota Bogor berjumlah 133 unit dengan jumlah murid pendukung sebanyak 46.256 jiwa. Jumlah sekolah menengah pertama tertinggi di Kota Bogor terdapat di Kecamatan Bogor Tengah dengan jumlah sekolah sebanyak 26 unit yang memiliki jumlah murid pendukung sebanyak 13.384 jiwa. Sedangkan jumlah sekolah menengah pertama terendah terdapat di Kecamatan Bogor Timur yang hanya berjumlah 9 unit.
No
Tabel 3.70 Jumlah Sekolah Menengah Atas menurut Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Sekolah/unit Murid pendukung (jiwa)
1
Bogor Selatan
9
2.189
2
Bogor Timur
7
1.994
3
Bogor Utara
7
3.918
4
Bogor Tengah
10
4.479
5
Bogor Barat
9
3.415
6
Tanah Sareal
5
2.83
Jumlah 47 Sumber: BPS Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Angka 2012
18.825
Berdasarkan tabel 3.70, dapat disimpulkan bahwa jumlah sekolah menengah atas tertinggi di Kota Bogor terdapat di Kecamatan Bogor Tengah yang berjumlah 10 unit dengan jumlah murid pendukung sebanyak 4.479 jiwa. Jumlah sekolah menengah atas tertinggi kedua berada di Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Barat yang berjumlah 9 unit, akan tetapi yang membedakannya adalah jumlah murid pendukungnya, Kecamatan Bogor Selatan memiliki jumlah murid
pendukung sebanyak 2.189 jiwa sedangkan Kecamatan Bogor Barat berjumlah 3.415 jiwa. Kemudian, jumlah sekolah menengah atas terendah terdapat di Kecamatan Tanah Sareal dengan jumlah 5 unit.
No
Tabel 3.71 Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan menurut Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Sekolah/unit Murid pendukung (jiwa)
1
Bogor Selatan
11
3.748
2
Bogor Timur
10
4.673
3
Bogor Utara
14
8.93
4
Bogor Tengah
11
6.431
5
Bogor Barat
14
6.546
6
Tanah Sareal
14
8.104
Jumlah 74 Sumber: BPS Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Angka 2012
38.432
Berdasarkan tabel 3.71, dapat disimpulkan bahwa jumlah sekolah menengah kejuruan terendah terdapat di Kecamatan Bogor Timur yang berjumlah 10 unit sekolah, dengan jumlah murid pendukung sebanyak 4.673 jiwa. Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Bogor Tengah sama-sama menempati urutan ke 2 dengan jumlah sekolah menengah kejuruan sebanyak 11 unit, yang membedakan hanyalah jumlam murid pendukungnya yaitu masing-masing 3.748 jiwa dan 6.431 jiwa. Sedangkan jumlah sekolah menengah kejuruan tertinggi berada di 3 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Utara, Bogor Barat dan Tanah Sareal dengan jumlah 14 unit sekolah. B. Sarana Kesehatan Ketersediaan sarana kesehatan di suatu kota sangat diperlukan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya. Tingkat ketersediaan sarana kesehatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya di wilayah Kota Bogor. Ketersediaan sarana kesehatan yang memadai dapat memudahkan masyarakat Kota Bogor dalam menjangkau sarana kesehatan untuk berobat. Setidaknya terdapat 8 (delapan) jenis sarana kesehatan yang terdapat di Kota Bogor, diantaranya Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Apotek, Balai Pengobatan, Rumah Sakit, Praktek Dokter Umum, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi.
Tabel 3.72 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Apotek dan Balai Pengobatan/Klinik, dan Rumah Sakit Tahun 2012 Puskesmas Balai Rumah No Kecamatan Puskesmas Apotek Pembantu Pengobatan Sakit 1 Bogor Selatan 4 6 11 17 1 2
Bogor Timur
2
4
15
19
1
3
Bogor Utara
3
7
26
22
1
4
Bogor Tengah
5
5
32
22
3
5
Bogor Barat
5
3
22
22
3
6
Tanah Sareal
5
4
13
15
3
119
117
12
24 29 Jumlah Sumber: BPS Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Angka 2012
Berdasarkan tabel 3.72 diketahui bahwa apotek merupakan sarana kesehatan terbanyak dengan jumlah 119 unit, kemudian balai pengobatan menempati urutan kedua dengan jumlah 117 unit. Sedangkan Puskesmas Pembantu berada diurutan ketiga dengan jumlah 29 unit. Tabel 3.73 Jumlah Praktek Dokter Umum, Dokter Spesialis, dan Dokter Gigi Tahun 2012 No Kecamatan Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi 1
Bogor Selatan
82
26
30
2
Bogor Timur
91
59
44
3
Bogor Utara
185
88
57
4
Bogor Tengah
181
117
63
5
Bogor Barat
202
56
236
6
Tanah Sareal
126
44
59
Jumlah 867 390 Sumber: BPS Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Angka 2012
489
Tabel 3.73, menjelaskan tentang jumlah sarana kesehatan yaitu tempat praktik dokter di Kota Bogor. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tempat praktek dokter yang memiliki jumlah tertinggi yaitu praktek dokter umum dengan jumlah 867 unit, sedangkan diurutan kedua ditempati praktek dokter gigi yang berjumlah 489 unit. C. Sarana Peribadatan Ketersediaan sarana peribadatan sangat penting untuk mendukung masyarakat Kota Bogor dalam menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaannya masing-
masing. Dengan tersedianya sarana peribadatan, maka setiap umat beragama dapat menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing dengan mudah. Masyarakat dapat menggunakan sarana ini untuk beribadah rutin maupun ibadah pada saat hari-hari besar keagamaan. Di kota Bogor terdapat beberapa jenis sarana peribadatan, diantaranya adalah mesjid, mushola, gereja, pura dan vihara. Tabel 3.74 Jumlah Sarana Peribadatan di Kota Bogor Tahun 2012 Gereja Gereja No Kecamatan Masjid Mushola protestan katolik Bogor 1 126 90 15 2 Selatan Bogor 2 70 25 10 1 Timur 3 Bogor Utara 112 140 8 1 Bogor 4 80 70 14 2 Tengah 5 Bogor Barat 138 130 8 1 Tanah 6 225 155 9 1 Sareal 751 610 64 8 Jumlah Sumber: BPS Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Angka 2012
Pura
Vihara
-
2
-
3
2
-
-
3
1
-
-
1
3
9
Berdasarkan tabel 3.74, diketahui bahwa jumlah sarana peribadatan terbanyak di Kota Bogor adalah Masjid dengan jumlah 751 unit, kemudian di urutan kedua terdapat mushola dengan jumlah 610 unit. Sedangkan jumlah sarana peribadatan yang terendah adalah pura dengan jumlah 3 unit. D. Sarana Perdagangan dan Jasa Sarana perdagangan dan jasa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kegiatan perekonomian di suatu daerah. Dengan tersedianya sarana perdagangan, maka segala kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi dapat terpenuhi. Salah satu sarana perdagangan yang paling penting adalah pasar. Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli antara pembeli dan penjual. Keberadaan pasar mutlak diperlukan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Kota Bogor, untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain pasar, sarana perdagangan lain yang penting untuk menunjang kebutuhan masyarakat adalah toko. Dengan adanya toko di sekitar permukiman warga, maka masyarakat tidak perlu jauh-jauh pergi ke pasar untuk berbelanja. Berikut ini jumlah pasar tradisional dan toko yang terdapat di Kota Bogor.
Tabel 3.75 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa Tahun 2012 No Kecamatan Pasar Toko Jumlah 1
Bogor Selatan
0
908
908
2
Bogor Timur
1
296
297
3
Bogor Utara
1
797
798
4
Bogor Tengah
6
330
336
5
Bogor Barat
1
769
770
6
Tanah Sareal
1
180
181
Jumlah 10 3280 3290 Sumber: Profil Wilayah Kota Bogor, Tahun 2012
E. Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Lapangan Olahraga Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga merupakan fasilitas pelengkap yang dapat membantu masyarakat Kota Bogor dalam mendapatkan fasilitas
yang
berkaitan dengan ruang terbuka hijau dan aktivitas olahraga. Ruang terbuka hijau merupakan ruang di permukaan bumi yang didominasi oleh tanaman penghijauan. Ruang terbuka hijau ini dapat berupa taman, halaman, maupun area jalur hijau. Adapun fungsi dari RTH diantaranya adalah sebagai paru-paru kota, pengatur iklim, sebagai peneduh, penyerap polutan media udara,air dan tanah, sebagai tempat rekreasi, serta dapat meningkatkan kenyamanan dan memperindah lingkungan kota. Tabel 3.76 Jumlah Taman di Kota Bogor Tahun 2012 No Kecamatan Jumlah (unit) 1
Bogor Selatan
22
2
Bogor Timur
31
3
Bogor Utara
13
4
Bogor Tengah
79
5
Bogor Barat
16
6 Tanah Sareal 16 Sumber: BPS, Kota Bogor dalam Angka 2012
Ketersediaan sarana olahraga sangat penting disediakan untuk dapat memfasilitasi kebutuhan masyarakat yang akan berolahraga demi meningkatkan kebugaran tubuhnya. Adapun jenis fasilitas olahraga yang terdapat di Kota Bogor sebagai berikut
Tabel 3.77 Jumlah Lapangan Olahraga Kota Bogor Tahun 2012 Jumlah No Jenis Lapangan Olahraga (unit) 1
Lapangan Sepakbola
74
2
Lapangan Bulu Tangkis
352
3
Lapangan Bola Voli
224
4
Lapangan Bola Basket
73
5
Lapangan Tenis
56
6
Kolam Renang
14
7
Stadion
2
8 Gelanggang Olahraga 3 Sumber: BPS, Kota Bogor Dalam Angka 2012
F. Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Sarana kebudayaan merupakan tempat bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan seni dan kebudayaan. Sarana kebudayaan merupakan wadah untuk dapat melestarikan nilai-nilai kebudayaan yang terdapat di masyarakat. Adapun bentuk-bentuk dari sarana kebudayaan antara lain gedung bioskop, gedung pertunjukan, gedung serbaguna, dan lain sebagainya. Sedangkan sarana rekreasi adalah fasilitas yang tersedia di dalam lingkungan perkotaan yang berfungsi sebagai tempat hiburan bagi masyarakat untuk melepas kejenuhan serta sebagai tempat yang memiliki nilai edukasi.
No
Tabel 3.78 Jumlah Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Kota Bogor Tahun 2012 Kecamatan Bioskop Gedung Pertunjukan Tempat Rekreasi
1
Bogor Selatan
2
0
3
2
Bogor Timur
1
1
0
3
Bogor Utara
0
0
0
4
Bogor Tengah
3
1
8
5
Bogor Barat
0
0
2
6
Tanah Sareal
0
0
1
6 2 Jumlah Sumber: BPS, Kota Bogor Dalam Angka 2012
14
Berdasarkan tabel 3.78, diketahui jika jenis sarana kebudayaan dan rekreasi di Kota Bogor yang paling banyak jumlahnya adalah tempat rekreasi sejumlah 14 unit. Fasilitas rekreasi terbanyak terdapat di Kecamatan Bogor Tengah sejumlah 8 unit, sedangkan Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Bogor Utara belum memiliki
fasilitas rekreasi. Jenis sarana kebudayaan dan rekreasi terbanyak kedua adalah fasilitas gedung bioskop dengan jumlah 6 unit. Fasilitas gedung bioskop terbanyak terdapat di Kecamatan Bogor Tengah dengan jumlah 3 unit, sedangkan Kecamatan Bogor Utara, Bogor Barat dan Tanah Sareal belum memiliki fasilitas gedung bioskop. 3.5.1.2 Analisis Sarana A. Sarana Pendidikan 1. Analisis Kondisi dan Persebaran Sarana pendidikan merupakan fasilitas penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara umum, kondisi bangunan sarana pendidikan yang terdapat di Kota Bogor ini sudah cukup baik dan layak untuk kegiatan belajar mengajar. Persebaran sarana pendidikan pun sudah cukup merata di seluruh kecamatan Kota Bogor. Sarana pendidikan yang terdapat di kota Bogor meliputi Taman kanak-kanak sejumlah 150 unit, Sekolah Dasar sejumlah 228 unit, Sekolah Menengah Pertama sejumlah 133 unit, Sekolah Menengah Atas sejumlah 47 unit dan Sekolah Menengah Kejuruan sejumlah 74 unit. Jumlah sarana pendidikan yang paling banyak terdapat di Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah 141 unit, sedangkan jumlah sarana pendidikan yang paling rendah terdapat di Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 75 unit. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga Kota Bogor, rata-rata masyarakat berpendapat bahwa kondisi fisik sarana pendidikan yang terdapat di Kota Bogor ini sudah cukup baik dan layak untuk kegiatan belajar mengajar. Dari segi aksesibilitas menuju ke fasilitas pendidikan, beberapa masyarakat kota Bogor memiliki persepsi yang berbeda. Bagi warga yang tinggal di wilayah Kecamatan Bogor Tengah, mereka berpendapat bahwa lokasi sebaran sarana pendidikan sudah cukup dekat dengan tempat tinggal mereka. Hal ini dikarenakan lokasi Kecamatan Bogor Tengah yang berada di pusat kota, maka jumlah sarana pendidikan yang tersebar di sekitar kecamatan ini pun cukup banyak jumlahnya. Namun, bagi warga yang tinggal di Kecamatan Bogor Utara menilai jika persebaran sarana pendidikan di kecamatan ini masih belum merata. Hal ini dikarenakan, masih ada beberapa sarana pendidikan seperti
SMP atau SMA yang lokasinya masih sangat jauh dari jangkauan warga beberapa kelurahan di Kecamatan Bogor Utara. 2. Analisis Tingkat Pelayanan Tingkat pelayanan pendidikan di Kota Bogor sudah cukup merata di seluruh kecamatan, terutama untuk sarana Sekolah Dasar yang jumlahnya sudah cukup banyak. Standar tingkat pelayanan sarana pendidikan yang digunakan untuk menentukan tingkat pelayanan di Kota Bogor menurut SNI 03-1733-2004 adalah sebagai berikut: TK/PAUD : 1 unit/1250 jiwa
= 0,0008
SD
: 1 unit/1600 jiwa
= 0,000625
SMP
: 1 unit/4800 jiwa
= 0,00021
SMA
: 1 unit/4800 jiwa
= 0,00021
Sarana yang memiliki tingkat pelayanan baik jika memiliki nilai pelayanan lebih besar atau sama dengan nilai standar, sedangkan sarana yang dinilai kurang pelayanannya jika nilai pelayanannya lebih kecil dari nilai standar. Nilai pelayanan diperoleh dari hasil bagi antara jumlah sarana dengan jumlah penduduk eksisting. Ketersediaan sarana pendidikan di Kota Bogor sudah hampir merata di tiaptiap kecamatan. Jumlah sarana pendidikan berdasarkan tingkat pendidikannya pun sudah cukup banyak. Akan tetapi, untuk mengetahui apakah sarana pendidikan yang ada saat ini sudah mampu melayani kebutuhan masyarakatnya atau belum, perlu dilakukan analisis mengenai tingkat pelayanan sarana pendidikan. Berikut ini perhitungan tingkat pelayanan sarana pendidikan di Kota Bogor Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 3.79. Tabel 3.79 Tingkat Pelayanan Sarana Pendidikan Kota Bogor Tahun 2012 Jumlah Penduduk Standar Jumlah Tingkat 2012 Pelayanan Eksisting Pelayanan 0,0008 150 0,000149
1
Jenis Sarana TK
2
SD
3
SMP
4
SMA Sumber:: Hasil Analisa Tim Studio 2014
No
1.004.831
Kategori Kurang
0,000625
228
0,000227
Kurang
0,00021
133
0,000132
Kurang
0,00021
121
0,00012
Kurang
Berdasarkan tabel 3.79, diketahui bahwa tingkat pelayanan sarana pendidikan di Kota Bogor masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis tingkat pelayanan yang menyatakan bahwa jumlah sarana pendidikan yang terdapat di Kota Bogor saat ini belum dapat melayani kebutuhan masyarakat. Namun, pendapat yang berbeda dikemukakan oleh beberapa warga di Kota Bogor. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga Kota Bogor, diketahui bahwa mereka berpendapat jika jumlah sarana pendidikan di Kota sudah cukup dapat melayani kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas pendidikan. Meskipun demikian, untuk dapat tetap melayani kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas pendidikan maka perlu juga disesuaikan jumlah sarana pendidikan di masa yang akan datang. 3. Analisis Kebutuhan Sarana pendidikan sangat dibutuhkan untuk dapat mencerdaskan generasi penerus bangsa. Dengan tersedianya fasilitas pendidikan di setiap lingkungan kecamatan, maka masyarakat akan lebih mudah dalam mengakses pendidikan. Berdasarkan perhitungan tingkat pelayanan sarana pendidikan, diketahui bahwa sarana pendidikan yang terdapat di Kota Bogor masih sangat kurang dan belum mampu memenuhi kebutuhan penduduk terhadap pendidikan secara keseluruhan. Untuk itu, ke depannya perlu disesuaikan penyediaan sarana pendidikan sesuai dengan standar kebutuhan dan pertambahan penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya. Tujuannya, agar seluruh lapisan masyarakat Kota Bogor dapat terlayani dengan baik oleh fasilitas pendidikan. Adapun standar kebutuhan sarana pendidikan menurut SNI 03-1733-2004 ditentukan dengan cara: 1 unit SD yang disediakan, diharapkan mampu melayani 1.600 penduduk dengan luas lahan minimal 2.000 m
2
1 unit SMP yang tersedia diharapkan mampu melayani tiga unit Sekolah Dasar yang terdapat di suatu wilayah ataun mampu melayani sekitar 4.800 penduduk di suatu wilayah, dengan luas lahan minimal 9.000 m
2
1 unit SMA/SMK yang tersedia diharapkan mampu melayani satu unit SMP yang terdapat di suatu wilayah atau mampu melayani sekitar 6.000 penduduk di suatu wilayah, dengan luas lahan minimal 12.500 m
2
Untuk mengetahui proyeksi kebutuhan sarana pendidikan, dapat diperoleh dari hasil perhitungan proyeksi dikurangi dengan jumlah sarana pendidikan yang terdapat di Kota Bogor pada Tahun 2012. Perhitungan analisis kebutuhan sarana pendidikan di Kota Bogor dapat dilihat pada Lampiran. Hasil akhir kebutuhan sarana pendidikan dapat dilihat pada tabel 3.81.
[STUDIO PERENCANAAN KOTA]
No 1 2 3 4 5 6
Kecamatan Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal
TK Kebutuhan Kebutuhan Lahan (m2)
2015
Tabel 3.81 Hasil Akhir Kebutuhan Sarana Pendidikan Tahun 2032 SD SMP SMA Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Lahan (m2) Lahan (m2) Lahan (m2)
SMK Kebutuhan Kebutuhan Lahan (m2)
186
93000
108
216000
29
261000
45
562500
43
537500
92
46000
50
100000
19
171000
21
262500
18
225000
193
96500
128
256000
46
414000
50
625000
43
537500
33
16500
0
0
0
0
6
75000
5
62500
244
122000
148
296000
47
423000
62
775000
57
712500
252
126000
179
358000
56
504000
69
862500
60
750000
999 500000 613 Jumlah Sumber:: Hasil Perhitungan Tim Studio 2014
1226000
197
1773000
252
3162500
225
2825000
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-141
Gambar 3.52 Peta persebarana sarana pendidikan di Kota Bogor
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-142
B. Sarana Kesehatan 1. Analisis Kondisi dan Persebaran Secara umum, kondisi sarana kesehatan yang terdapat di Kota Bogor ini sudah cukup baik dan layak digunakan untuk melayani pengobatan masyarakat. Untuk persebarannya, rata-rata seluruh kecamatan di Kota Bogor sudah terdapat fasilitas kesehatan. Sarana kesehatan tersebut antara lain berupa Puskesmas sejumlah 24 unit, Puskesmas pembantu sejumlah 29 unit, Balai Pengobatan sejumlah 117 unit, Tempat Praktek Dokter sejumlah 1746 unit, Rumah Sakit sejumlah 12 unit dan apotek sejumlah 119 unit. Berdasarkan jumlah sarana tersebut, maka diketahui bahwa jenis sarana kesehatan yang paling banyak jumlahnya adalah tempat praktik dokter. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga di Kota Bogor, diketahui bahwa gedung-gedung sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, praktik dokter, balai pengobatan hingga apotek kondisinya sudah cukup baik, sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi para pasiennya. Selain itu, lokasi sarana kesehatan yang sudah banyak tersebar di beberapa wilayah kecamatan pun semakin memudahkan warga kota Bogor dalam berobat. 2. Analisis Tingkat Pelayanan Ketersediaan sarana kesehatan di suatu kota sangat mutlak dibutuhkan, hal ini dikarenakan sarana kesehatan sangat penting untuk dapat melayani kebutuhan masyarakat yang ingin memeriksakan kesehatannya. Jangkauan layanan sarana kesehatan di Kota Bogor sudah cukup baik, karena lokasi persebaran masingmasing sarana kesehatan sudah merata di seluruh kecamatan di Kota Bogor. Sedangkan tingkat pelayanan sarana kesehatan di Kota Bogor termasuk dalam kategori yang berbeda-beda (ada yang baik dan kurang). Untuk dapat mengetahui tingkat pelayanan sarana kesehatan tersebut dapat dilihat melalui standar pelayanan sarana menurut SNI 03-1733-2004 yang meliputi: Rumah Sakit Umum
: 1 unit/240.000 jiwa = 0,0000041
Puskesmas
: 1 unit/120.000 jiwa = 0,0000083
Puskesmas Pembantu
: 1 unit/30.000 jiwa
= 0,000033
Balai Pengobatan
: 1 unit/2.500 jiwa
= 0,0004
Tempat Praktek Dokter
: 1 unit/5000 jiwa
= 0,0002
Apotek/Toko Obat
: 1 unit/30.000 jiwa
= 0,000033
Untuk selengkapnya tingkat pelayanan sarana kesehatan di Kota Bogor dapat dilihat pada tabel 3.82.
No
Tabel 3.82 Tingkat Pelayanan Sarana Kesehatan Kota Bogor Tahun 2012 Jumlah Standar Jumlah Tingkat Penduduk Jenis Sarana Pelayanan Eksisting Pelayanan 2012
Kategori
1
Rumah Sakit
0,0000041
12
0,0000119
Baik
2
Puskesmas
0,0000083
24
0,0000239
Baik
3
Puskesmas Pembantu
0,000033
29
0,0000289
Kurang
4
Balai Pengobatan
0,0004
117
0,0001164
Kurang
5
Praktek Dokter
0,0002
1746
0,0017376
Baik
0,000033
119
0,0001184
Baik
6
1.004.831
Apotek Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
Berdasarkan tabel 3.82, diketahui bahwa tingkat pelayanan sarana kesehatan di Kota Bogor sudah cukup memadai. Hal ini dikarenakan, jumlah beberapa sarana kesehatan yang terdapat di Kota Bogor ini sudah cukup untuk dapat melayani kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa jenis sarana kesehatan yang tingkat pelayanannya masih kurang, yaitu Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan. Masih kurangnya tingkat pelayanan Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan disebabkan karena jumlah ketersediaan kedua jenis sarana kesehatan ini belum sesuai dengan standar minimal pelayanan untuk dapat melayani kebutuhan masyarakat. Namun, kurangnya Puskesmas Pembantu dan juga Balai Pengobatan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga Kota Bogor, mereka menilai jika jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kota Bogor sudah cukup banyak dan mampu melayani kebutuhan masyarakat. Justru, menurut mereka yang terpenting saat ini adalah lokasi sebaran sarana kesehatan yang seharusnya dapat lebih merata dan dekat dengan permukiman mereka.
3. Analisis Kebutuhan Sarana kesehatan merupakan fasilitas yang sangat penting untuk disediakan di wilayah perkotaaan. Dengan tersedianya sarana kesehatan, maka masyarakat dapat dengan mudah mengakses sarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang berkaitan kesehatan. Sarana kesehatan yang terdapat di Kota Bogor sudah cukup merata di setiap kecamatannya. Namun berdasarkan hasil analisis tingkat pelayanan di atas, diketahui bahwa masih ada beberapa jenis sarana yang jumlahnya belum dapat melayani kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Maka dari itu, untuk semakin meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan, maka ketersediaan sarana kesehatan perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan yang selalu meningkat setiap tahunnya. Adapun standar kebutuhan sarana kesehatan menurut SNI 03-1733-2004 adalah sebagai berikut 1 unit Rumah Sakit Umum diharapkan dapat melayani 240.000 penduduk dengan luas lahan minimal 86.400 m
2
1 unit Puskesmas diharapkan dapat melayani 120.000 penduduk dengan luas lahan minimal 1000 m
2
1 unit Puskesmas Pembantu diharapkan dapat melayani 30.000 penduduk dengan luas lahan minimal 300 m
2
1 unit Balai Pengobatan diharapkan mampu melayani 2.500 penduduk dengan luas lahan minimal 300 m
2
1 unit Praktek Dokter ddiharapkan mampu melayani 5.000 penduduk 1 unit Apotek diharapkan mampu melayani 30.000 penduduk dengan luas lahan minimal 250 m
2
Berdasarkan standar di atas, dapat diketahui jumlah kebutuhan masing-masing sarana kesehatan pada setiap kecamatan di Kota Bogor, yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran. Hasil akhir kebutuhan sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel 3.84.
[STUDIO PERENCANAAN KOTA]
No
1 2 3 4 5 6
Kecamata n Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Jumlah
Rumah Sakit Kebutuha Kebutuha n Lahan n (m2)
2015
Tabel 3.84 Hasil Akhir Kebutuhan Sarana Kesehatan Tahun 2032 Puskesmas Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Kebutuha Kebutuha Kebutuha Kebutuha Kebutuha Kebutuha n Lahan n Lahan n Lahan n n n (m2) (m2) (m2)
Praktek Dokter Kebutuha Kebutuha n Lahan n (m2)
Apotek Kebutuha n Lahan Kebutuhan (m2)
0
0
0
0
3
900
86
25800
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
35
10500
0
0
0
0
0
0
0
0
2
600
88
26400
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
2400
0
0
0
0
0
0
0
0
8
2400
114
34200
0
0
0
0
0
0
0
0
8
2400
126
37800
0
0
0
0
0
21
6300
458
137100
0
0
0
0
0 0 0 Sumber: Hasil Perhitungan Tim Studio 2014
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-146
Gambar 3.53 Peta persebarana sarana kesehatan di Kota Bogor
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-147
C. Sarana Peribadatan 1. Analisis Kondisi dan Persebaran Secara umum, hampir seluruh fasilitas peribadatan yang terdapat di Kota Bogor sudah cukup baik kondisinya dan dapat mendukung kebutuhan masyarakat akan tempat ibadah. Bangunan-bangunan sarana peribadatan yang terdapat di Kota Bogor rata-rata sudah berusia tua, meskipun demikian kondisinya masih cukup baik dan terawat. Sarana peribadatan yang terdapat di Kota Bogor meliputi masjid sejumlah 751 unit, mushola sejumlah 610 unit, gereja protestan sejumlah 64 unit, gereja katolik sejumlah 8 unit, pura sejumlah 3 unit, dan vihara sejumlah 9 unit. Ketersediaan sarana peribadatan di Kota Bogor yang jumlahnya paling banyak terdapat di Kecamatan Tanah Sareal dengan jumlah 391 unit sedangkan jumlah sarana peribadatan terendah terdapat di Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 109 unit. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa memang jumlah sarana ibadah yang paling dominan di Kota Bogor adalah mushola/masjid. Hal ini dikarenakan, mayoritas penduduk Kota Bogor beragama muslim dengan jumlah 168.889 jiwa. Oleh karena itu, bagi masyarakat Kota Bogor yang beragama muslim mereka sangat dimudahkan dalam mengakses tempat untuk beribadah. 2. Analisis Tingkat Pelayanan Ketersediaan sarana peribadatan yang terdapat di Kota Bogor sudah merata di seluruh kecamatan. Dengan tersedianya sarana peribadatan di tiap-tiap kecamatan, maka sarana peribadatan yang ada saat ini dapat melayani kebutuhan penduduk akan tempat ibadah di tiap-tiap kecamatan. Meskipun demikian, masih ada juga beberapa kecamatan yang belum tersedia tempat ibadah bagi pemeluk agama non-Muslim seperti Hindu dan Budha. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, penduduk Kota Bogor mayoritas beragama muslim dengan jumlah 168.889 jiwa, berdasarkan hal tersebut maka sarana peribadatan yang paling dominan terdapat di seluruh kecamatan di Kota Bogor adalah mesjid dan mushola. Untuk mengetahui tingkat pelayanan sarana
peribadatan Kota Bogor, dapat dilihat melalui perhitungan standar tingkat pelayanan sebagai berikut. Mushola
: 1unit/250 jiwa
= 0,002
Masjid
: 1unit/30.000 jiwa
= 0,00003
Gereja
:1 unit/30.000 jiwa
= 0,00003
Lainnya(Pura/Vihara)
: 1 unit/30.000 jiwa
= 0,00003
Untuk selengkapnya, tingkat pelayanan sarana peribadatan yang terdapat di Kota Bogor dapat dilihat pada tabel 3.85.
No
Tabel 3.85 Tingkat Pelayanan Sarana Peribadatan Kota Bogor Tahun 2012 Jumlah Jenis Standar Jumlah Tingkat Pendu Saran Pelaya Eksis Pelaya Kategori duk a nan ting nan 2012
1
Mushola
0,004
610
0,0006071
Kurang
2
Mesjid
0,00003
751
0,0007474
Baik
3
Gereja
0,00003
72
0,0000717
Baik
4
Pura
0,00003
3
0,0000030
Kurang
5 Vihara 0,00003 Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
9
0,0000090
Kurang
1.004.831
Berdasarkan tabel 3.85, diketahui bahwa tingkat pelayanan sarana peribadatan yang terdapat di Kota Bogor ini berbeda-beda kriterianya. Ada beberapa sarana peribadatan yang tingkat pelayanannya sudah baik, namun ada pula yang tingkat pelayanannya masih sangat kurang. Masih kurangnya tingkat pelayanan beberapa sarana peribadatan, disebabkan karena jumlah fasilitas ibadah untuk agama tertentu belum sesuai dengan standar penyediaan sarana peribadatan. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga Kota Bogor, diketahui bahwa masyarakat Kota Bogor tidak terlalu mempermasalahkan kekurangan sarana peribadatan. Bagi mereka, sarana peribadatan yang ada di Kota Bogor saat ini sudah dapat melayani kebutuhan mereka dalam beribadah. Maka dari itu kedepannya, perlu disediakan fasilitas peribadatan yang dapat melayani kebutuhan masyarakat terhadap tempat ibadah sesuai dengan standar penyediaan sarana dan karakteristik masyarakat.
3. Analisis Kebutuhan Ketersediaan sarana peribadatan di suatu kota sangat mutlak diperlukan untuk dapat menunjang aktivitas ibadah masing-masing umat beragama. Dengan tersedianya sarana peribadatan di sekitar lingkungan permukiman, maka masyarakat tentu akan lebih mudah dalam mengakses dan menggunakan fasilitas ibadah. Secara umum, ketersediaan fasilitas peribadatan yang terdapat di Kota Bogor saat ini sudah cukup baik, hal ini dikarenakan hampir semua jenis fasilitas ibadah sudah tersedia di Kota Bogor. Akan tetapi, dari segi kuantitas ketersediaan fasilitas ibadah yang terdapat di Kota Bogor ini masih kurang. Jumlah fasilitas ibadah yang tersedia di masing-masing kecamatan di Kota Bogor ternyata belum mampu melayani kebutuhan masyarakat terhadap tempat ibadah. Oleh karena itu, kedepannya perlu disesuaikan jumlah kebutuhan fasilitas sarana peribadatan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kecamatan terhadap fasilitas peribadatan. Agar, kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas peribadatan dapat tetap terpenuhi. Adapun standar kebutuhan sarana peribadatan menurut SNI 03-1733-2004 adalah sebagai berikut. 1 unit Mushola diharapkan dapat melayani 250 penduduk beragama Islam dengan luas lahan minimal 100 m2 1 unit Mesjid diharapkan dapat melayani 30.000 penduduk beragama Islam dengan luas lahan minimal 600 m2 1 unit Gereja diharapkan dapat melayani 30.000 penduduk beragama Kristen & Katholik 1 unit Pura & Vihara diharapkan dapat melayani 30.000 penduduk beragama Hindu & Budha Berdasarkan standar di atas, dapat diketahui jumlah kebutuhan masing-masing sarana peribadatan pada setiap kecamatan di Kota Bogor yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran. Hasil akhir kebutuhan sarana peribadatan dapat dilihat pada tabel 3.87.
[STUDIO PERENCANAAN KOTA]
No 1 2 3 4 5 6
Kecamatan Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal
Mushola Kebutuhan Kebutuhan Lahan (m2)
2015
Tabel 3.87 Hasil Akhir Kebutuhan Sarana Peribadatan Tahun 2032 Masjid Gereja Pura Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Lahan (m2) Lahan (m2) Lahan (m2)
Vihara Kebutuhan Kebutuhan Lahan (m2)
938
93800
0
0
0
0
9
0
7
0
511
51100
0
0
0
0
4
0
1
0
964
96400
0
0
0
0
7
0
9
0
231
23100
0
0
0
0
3
0
0
0
1233
123300
0
0
0
0
10
0
11
0
1259
125900
0
0
0
0
12
0
11
0
0
0
0
0
45
0
39
0
5136 513600 Jumlah Sumber: Hasil Perhitungan Tim Studio 2014
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-151
Gambar 3.54 Peta persebarana sarana peribadatan di Kota Bogor
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
II-152
D. Sarana Perdagangan dan Jasa 1. Analisis Kondisi dan Persebaran Sarana perdagangan yang terdapat di Kota Bogor meliputi pasar tradisional dan pertokoan. Persebaran sarana perdagangan di Kota bogor juga cukup merata di setiap kecamatannya. Dengan tersedianya sarana perdagangan di masingmasing kecamatan di Kota Bogor, maka kebutuhan sehari-hari masyarakatnya dapat terpenuhi dengan mudah. Salah satu sarana perdagangan yang sering dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah pasar. Adapun pasar-pasar yang terdapat di Kota Bogor meliputi Pasar Bogor, Pasar Anyar, Pasar Tanah Baru, Pasar Kebon Kembang, Pasar Gunung Batu, Pasar Sukasari, Pasar Jembatan Merah dan Pasar Padasuka. Sama seperti kondisikondisi pasar tradisional pada umumnya, kondisi pasar-pasar tradisional di Kota Bogor memang masih sangat tradisional dan belum tertata dengan rapi. Beberapa pasar di Kota Bogor bahkan masih banyak ditemui para pedagang yang mendirikan lapak-lapak dagangannya hingga ke badan jalan. Kondisi ini tentunya menimbulkan kesemwutan lalu lintas di sekitar pasar. Selain itu, ulah para pedagang yang membuang sampah sembarangan juga membuat kondisi pasar menjadi becek dan menimbulkan bau yang tidak sedap. 2. Analisis Tingkat Pelayanan Ketersediaan sarana perdagangan dan jasa sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk
dapat
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari.
Ketersediaan
sarana
perdagangan dan jasa harus dapat melayani kebutuhan masyarakat yang ingin berbelanja. Saat ini, jumlah sarana perdagangan dan jasa di Kota Bogor sudah cukup banyak jumlahnya. Untuk sarana perdagangan seperti pasar tradisional, Kota Bogor memiliki jumlah sebanyak 10 unit. Sedangkan jumlah pertokoan yang terdapat di Kota Bogor berjumlah 3280 unit. Sepintas, jumlah sarana perdagangan yang terdapat di Kota Bogor sudah sangat banyak jumlahnya. Namun, perlu diketahui apakah seluruh sarana perdagangan dan jasa tersebut sudah memiliki tingkat pelayanan yang baik atau belum. Untuk mengetahui hal tersebut, dapat dilihat melalui hasil perhitungan standar tingkat pelayanan sarana perdagangan dan jasa menurut SNI 03-1733-2004 sebagai berikut.
Pasar
: 1 unit/120.000 jiwa = 0,0000083
Toko/Warung
: 1 unit/250 jiwa
= 0,004
Untuk selengkapnya, tingkat pelayanan sarana perdagangan dan jasa Kota Bogor dapat dilihat pada tabel 3.88.
No
Tabel 3.88 Tingkat Pelayanan Sarana Perdagangan dan Jasa Kota Bogor tahun 2012 Jumlah Standar Jumlah Tingkat Pendu Jenis Sarana Pelaya Eksis Pelaya Kategori duk nan ting nan 2012
1
Pasar
1.004.831
2 Toko/Warung Sumber: Hasil Analisis Tim Studio 2014
Berdasarkan
tabel
3.88,
0,0000083
10
0,0000100
0,004
3280
0,003
diketahui
bahwa
tingkat
Baik Kurang
pelayanan
sarana
perdagangan berupa pasar di Kota Bogor sudah baik. Sudah baiknya kategori tingkat pelayanan pasar tradisional, dikarenakan jumlah eksisting pasar tradisional sudah cukup untuk melayani kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hasil sampel wawancara dengan beberapa warga Kecamatan Bogor Utara dan Bogor Tengah, diketahui bahwa mereka merasa jumlah pasar tradisional saat ini sudah cukup untuk melayani kebutuhan warga. Selain itu, lokasi pasar tradisional juga cukup dekat dengan tempat tinggal mereka. Bagi warga Kecamatan Bogor Utara, mereka biasanya pergi ke pasar tanah baru untuk berbelanja. Sedangkan warga Kecamatan Bogor Tengah, mereka biasanya berbelanja ke pasar anyar atau pasar bogor untuk berbelanja. Untuk sarana perdagangan berupa toko atau warung, fasilitas ini termasuk ke dalam kategori kurang. Meskipun jumlah eksisting toko atau warung di Kota Bogor sudah cukup banyak, akan tetapi berdasarkan hasil perhitungan tingkat pelayanan, jumlah ini belum cukup melayani kebutuhan penduduk akan toko atau warung. Meskipun demikian, beberapa warga Kota Bogor yang kami ambil sampel wawancaranya mengungkapkan jika hal ini tidak terlalu berpengaruh. Menurut mereka, jumlah toko yang ada di Kota Bogor saat ini sudah terlalu banyak. Sehingga tidak perlu lagi untuk ditambah jumlah fasilitas tokonya.
3. Analisis Kebutuhan Untuk dapat melayani kebutuhan masyarakat terhadap sarana perdagangan dan jasa, maka jumlah sarana perdagangan dan jasa yang tersedia di Kota Bogor saat ini perlu ditambahkan lagi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kecamatan di Kota Bogor. Jumlah sarana perdagangan di Kota Bogor perlu disesuaikan dengan jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya. Agar, kebutuhan sehari-hari masyarakat dapat terpenuhi dengan baik. Adapun standar kebutuhan sarana perdagangan dan jasa menurut SNI 03-1733-2004 adalah sebagai berikut. 1 unit Pasar diharapkan dapat melayani 120.000 penduduk dengan luas lahan minimal 36.000 m
2
1 unit Toko atau Warung diharapkan dapat melayani 250 penduduk dengan luas lahan minimal 100 m
2
Berdasarkan standar di atas, dapat diketahui jumlah kebutuhan sarana perdagangan dan jasa pada setiap kecamatan di Kota Bogor. Selengkapnya, dapat dilihat di lampiran.
E. Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Lapangan Olahraga 1. Analisis Kondisi dan Persebaran Sarana ruang terbuka hijau yang terdapat di Kota Bogor berupa taman-taman di lingkungan permukiman dan taman kota yang tersebar hampir di seluruh kecamatan. Sarana ruang terbuka hijau/taman yang paling banyak jumlahnya terdapat di Kecamatan Bogor Tengah yaitu berjumlah 79 unit, kemudian sarana RTH/taman terbanyak kedua
terdapat di Kecamatan Bogor Timur dengan
jumlah 31 unit, sedangkan sarana RTH yang paling sedikit jumlahnya terdapat di Kecamatan Bogor Utara yaitu berjumlah 13 unit taman. Secara umum, kondisi sarana ruang terbuka hijau/taman di Kota Bogor sudah cukup baik. Hal ini ditandai dengan kondisi taman-taman di Kota Bogor yang bersih, asri dan juga terawat. Salah satu taman kota yang kondisinya baik dan terawat adalah Taman Kencana. Taman Kencana merupakan suatu area ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai penyerap polusi asap kendaraan bermotor, selain itu
Taman Kencana ini juga memiliki fungsi lain yaitu untuk mempercantik kota dan juga tempat untuk bersantai dan bermain. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga Kota Bogor, diketahui persepsi masyarakat terhadap kondisi dan persebaran sarana ruang terbuka hijau. Menurut mereka, kondisi sarana ruang terbuka hijau berupa taman di Kota Bogor sudah cukup baik dan terawat. Taman-taman yang ada di Kota Bogor saat ini kondisinya sudah jauh lebih bersih dan tertata. Di setiap taman yang ada di Kota Bogor ini juga dilengkapi dengan patung-patung yang dapat mempercantik taman. Sedangkan dari segi persebarannya, menurut beberapa warga lokasi taman-taman yang ada di Kota Bogor ini masih terbatas di sekitar pusat kota saja. Sedangkan untuk daerah yang agak jauh dari pusat kota belum tersedia taman-taman kota. 2. Analisis Tingkat Pelayanan Ketersediaan sarana ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan untuk dapat menjaga kualitas lingkungan. Dengan tersedianya sarana ruang terbuka hijau di suatu kota, maka kualitas udara di suatu kota bisa menjadi lebih baik. Selain itu, ruang terbuka hijau juga dapat dimanfaatkan sebagai ruang untuk berkumpul dan bermain. Sebagai kota yang berfungsi sebagai kawasan konservasi alam, ketersediaan sarana ruang terbuka hijau di kota Bogor perlu ditingkatkan untuk dapat melayani kebutuhan perkotaan terhadap ruang terbuka hijau. Untuk mengetahui tingkat pelayanan sarana ruang terbuka hijau yang terdapat di Kota Bogor, dapat dilihat melalui hasil perhitungan standar tingkat pelayanan sarana ruang terbuka hijau menurut SNI 03-1744-2004 sebagai berikut. Taman/Tempat Bermain
= 1 unit/2500 jiwa
= 0,0004
Taman & Lapangan Olahraga = 1 unit/30.000 jiwa = 0,00003 Untuk selengkapnya, tingkat pelayanan sarana ruang terbuka hijau di Kota Bogor dapat dilihat pada tabel 3.90.
No 1 2
Tabel 3.90 Tingkat Pelayanan Sarana Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Tahun 2012 Jumlah Standar Jumlah Tingkat Penduduk Jenis Sarana Pelayanan Eksisting Pelayanan 2012 Taman/Tempat bermain 0,0004 177 0,0001761 1.004.831 Taman/Lapangan 0,00003 798 0,0007942 Olahraga Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
Berdasarkan tabel 3.90, diketahui bahwa tingkat pelayanan sarana RTH berupa taman/tempat bermain di Kota Bogor termasuk ke dalam kategori kurang. Masih kurangnya tingkat pelayanan taman./tempat bermain di Kota Bogor disebabkan oleh masih kurangnya jumlah taman/tempat bermain. Lahan di Kota Bogor yang sudah padat dengan permukiman dan tempat perniagaan, membuat lahan yang tersedia sulit untuk dikembangkan menjadi taman/tempat bermain. Sedangkan untuk tingkat pelayanan taman/lapangan olahraga di Kota Bogor sudah termasuk ke dalam kategori baik, yang ditandai dengan jumlahnya yang sudah cukup memadai. 3. Analisis Kebutuhan Sarana ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan untuk penghijauan dan meredam pancaran sinar matahari. Selain itu, sarana ruang terbuka hijau juga dapat digunakan sebagai tempat hiburan bagi masyarakat. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
penduduk
terhadap
sarana
ruang
terbuka
hijau,
maka
ketersediaannya perlu disesuaikan dengan pertambahan jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya. Adapun standar kebutuhan sarana ruang terbuka hijau menurut SNI 03-1733-2004 adalah sebagai berikut. 1 unit Taman/Tempat Bermain diharapkan dapat melayani 2.500 penduduk dengan luas lahan minimal 1.250 m
2
1 unit Taman/Lapangan Olahraga diharapkan dapat melayani 30.000 penduduk dengan luas lahan minimal 9000 m
2
Berdasarkan standar di atas, dapat diketahui jumlah kebutuhan sarana ruang terbuka hijau dan lapangan olahraga pada setiap kecamatan di Kota Bogor. Selengkapnya, dapat dilihat di lampiran.
Kategori Kurang Baik
F. Sarana Kebudayaan dan Rekreasi 1. Analisis Kondisi dan Persebaran Sarana kebudayaan dan rekreasi yang terdapat di Kota Bogor terdiri dari gedung bioskop sejumlah 6 unit, gedung pertunjukan sejumlah 2 unit dan tempat rekreasi sejumlah 14 unit. Sebagai kota yang menjadi tujuan wisata bagi warga Ibukota, maka di Kota Bogor banyak berkembang tempat-tempat rekreasi yang dapat memanjakan para pengunjung baik yang berasal dari dalam Kota bogor maupun yang berasal dari luar Kota Bogor. Beberapa tempat wisata terkenal di Kota Bogor adalah Kebun Raya Bogor, Istana
Kepresidenan
Bogor, Wahana Rekreasi The Jungle, Museum Zoologi Bogor, Museum Perjuangan Bogor, dan lain sebagainya. Bangunan-bangunan tempat rekreasi di kota Bogor yang memiliki nilai sejarah memiliki gaya bangunan yang masih asli. Untuk fasilitas gedung bioskop di Kota Bogor rata-rata memiliki kondisi yang sudah baik. Hal ini dikarenakan kondisi bangunan gedung bioskop yang sudah modern dan berada di dalam mall. 2. Analisis Tingkat Pelayanan Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan fasilitas yang dapat menjadi wadah bagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan budaya dan hiburan. Sarana kebudayaan dan rekreasi yang terdapat di Kota Bogor berupa gedung bioskop, gedung pertunjukan dan tempat rekreasi. Sarana kebudayaan dan rekreasi yang paling banyak jumlahnya di Kota Bogor adalah tempat wisata. Banyaknya tempat wisata di Kota Bogor, dikarenakan Kota Bogor merupakan daerah favorit bagi para wisatawan yang ingin berekreasi. Untuk mengetahui apakah sarana kebudayaan dan rekreasi yang terdapat di Kota Bogor sudah memadai jumlahnya, dapat diketahui melalui analisis tingkat pelayanannya. Adapun standar tingkat pelayanan sarana kebudayaan dan rekreasi menurut SNI 031733-2004 adalah sebagai berikut. Gedung Bioskop
: 1 unit/120.000 jiwa = 0,0000083
Gedung Pertunjukan
: 1 unit/120.000 jiwa = 0,0000083
Untuk selengkapnya, tingkat pelayanan sarana kebudayaan dan rekreasi dapat dilihat pada tabel 3.92.
Tabel 3.92 Tingkat Pelayanan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Kota Bogor Tahun 2012 Jumlah Standar Jumlah Tingkat Penduduk No Jenis Sarana Pelayanan Eksisting Pelayanan 2012 1 Bioskop 0,0000083 6 0,0000060 1.004.831 Gedung 2 0,0000083 2 0,000002 Pertunjukan Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
Kategori Kurang Kurang
Berdasarkan tabel 3.92 diketahui bahwa tingkat pelayanan sarana kebudayaan dan rekreasi di Kota Bogor masih sangat kurang. Kurangnya tingkat pelayanan bioskop dan gedung pertunjukan, disebabkan jumlah eksisting kedua sarana tersebut masih sangat kurang untuk dapat melayani kebutuhan masyarakat. Namun, pendapat berbeda dikemukakan oleh beberapa warga Kota Bogor. Berdasarkan hasil sampel wawancara dengan beberapa warga Kota Bogor, beberapa warga Kota Bogor tidak mempermasalahkan kurangnya tingkat pelayanan sarana kebudayaan dan rekreasi. Bagi mereka, jumlah sarana kebudayaan dan rekreasi yang ada saat ini sudah cukup memenuhi kebutuhan mereka akan tempat kebudayaan dan rekreasi. 3. Analisis Kebutuhan Untuk dapat melayani kebutuhan masyarakat terhadap sarana kebudayaan dan rekreasi, ,maka jumlah sarana kebudayaan dan rekreasi yang ada saat ini perlu disesuaikan dengan jumlah pertambahan penduduk setiap tahunnya. Adapun standar kebutuhan sarana kebudayaan dan rekreasi menurut SNI 03-1733-2004 adalah sebagai berikut. 1 unit gedung bioskop diharapkan dapat melayani 120.000 penduduk dengan luas lahan minimal 2000 m
2
1 unit gedung pertunjukan diharapkan dapat melayani 120.000 penduduk dengan luas lahan minimal 3000 m
2
G. Analisis Sistem Pusat Pelayanan Permukiman (Analisis Skalogram) Penentuan hirarki pelayanan fasilitas sarana di Kota Bogor dapat dilihat dari orde yang didapat dari analisis skalogram. Perhitungan skalogrram dijabarkan dalam bentuk tabel yang berisi fasilitas-fasilitas sarana per kecamatan. Ketersediaan
sarana pada masing-masing kecamatan ditandai dengan angka “1” sedangkan kecamatan yang tidak memiliki fasilitas sarana ditandai dengan angka “0”. Tabel tersebut kemudian dijumlahkan secara vertikal dan horizontal, dan diurutkan berdasarkan angka dan jumlah penduduk terbesar yang diletakkan di paling kiri. Setelah diurutkan berdasarkan angka terbesar hingga terkecil, maka nilai kesalahan (0) eror dan hirarki dapat diketahui. Kemudian mencari COR (Coeffisien of Reproducibility) yang berfungsi untuk pengujian kelayakan skalogram. Koefisien yang dianggap layak apabila bernilai diantara 0,9 – 1. Hirarki yang didapatkan melalui hasil perhitungan menjelaskan banyaknya orde atau kelas fasilitas sarana. Semakin tinggi nilai orde (dalam hal ini orde 1) maka semakin tinggi tingkat pelayanan fasilitas sarananya. Analisis skalogram pada umumnya dipergunakan untuk menganalisis pusat-pusat permukiman, khususnya hirarki atau orde pusat-pusat permukiman. Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pengelompokan kawasan sebagai pusat pelayanan dengan mendasarkan pada kelengkapan fasilitas sarananya. Tahap pertama dalam analisis ini adalah memilih jenis fasilitas yang digunakan sebagai variabel dalam matriks skalogram. Tabel jenis sarana di Kota Bogor terdapat pada lampiran. Dalam Tabel 3.93 yang terdapat pada lampiran menjelaskan tentang ketersediaan sarana masing-masing kecamatan berdasarkan jenis sarananya, yaitu seperti sarana pendidikan, sarana peribadatan, dan sarana kesehatan. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas sarana tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah 968 unit. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas terendah terdapat di Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 410 unit. Tahap selanjutnya dalam analisis skalogram adalah menandai ketersediaan fasilitas yang tersedia dengan angka “1”, sedangkan fasilitas yang tidak ada ditandai dengan angka “0”. Kemudian menjumlahkan seluruh fasilitas baik yang secara vertikal maupun secara horizontal, setelah itu hitung persentasenya. Tabel Data Awal Perhitungan Analisis Skalogram di Kota Bogor terdapat pada lampiran.
Dalam tabel 3.94 Tahap selanjutnya adalah menentukan jumlah orde berdasarkan rumus Jumlah orde : 1 + 3,3 log n, dengan n adalah jumlah kecamatan. Berikut ini perhitungannya: Jumlah orde
: 1 + 3,3 log n
Jumlah orde
: 1 + 3,3 log 6
Jumlah orde
: 1 + 3,3 (0,77815)
Jumlah orde
: 1 + 4,07185
Jumlah orde
: 5,07185
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka terdapat 5 (lima) jenis kelas atau orde pada Kota Bogor. Sebelum menentukan orde kota, perlu diketahui range masingmasing orde. Perhitungan range orde dilakukan dengan cara: Range
:
Range
:
Range
:
Range
: 109,8 = 110
Dari perhitungan di atas didapatkan hasil range untuk masing-masing orde sebagai berikut: Tabel 3.95 Orde Kota Bogor Range 110 orde 1
≥ 754
orde 2
643 - 753
orde 3
532 - 642
orde 4
421 - 531
orde 5 ≤ 420 Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
Tahap terakhir dari analisis skalogram adalah perhitungan tingkat kesalahan yang biasa disebut COR (Coefficient of Reducibility), berikut ini rumus cara menghitung nilai COR. (CR) Dengan keterangan sebagai berikut: (CR)
: tingkat kesalahan
=1-
E
: jumlah k : kesalahan
N
: jumlah fasilitas
K
: jumlah kecamatan
Perhitungan COR dari analisis skalogram Kota Bogor adalah sebagai berikut CR
:1-
CR
:1-
CR
: 1 – 0,0625
CR
: 0,9375
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui tingkat kesalahan analisis skalogram di atas adalah 0,94. Hasil di atas menunjukkan bahwa analisis skalogram di Kota Bogor dianggap sudah layak. Berdasarkan tabel 3.96 yaitu tabel analisis skalogram Kota Bogor yang terdapat pada lampiran, diketahui bahwa tidak semua sarana terlengkapi di setiap kecamatannya. Ada beberapa sarana yang tidak terdapat di kecamatan lain. Kelengkapan sarana yang berbeda di tiap kecamatannya akan mempengaruhi hasil analisisskalogram sehingga juga akan mempengaruhi orde dari tiap kecamatan tersebut. Berikut pengelompokan kecamatan di Kota Bogor berdasarkan ordenya. Tabel 3.97 Hasil Analisis Skalogram Kota Bogor Kecamatan
Range
110
orde 1
≥ 754
Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal
orde 2
643 - 753
Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Bogor Tengah
orde 3
532 - 642
-
orde 4
421 - 531
Kecamatan Bogor Selatan
orde 5 ≤ 420 Kecamatan Bogor Timur Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
Hasil analisis pada tabel 3.97 menunjukkan bahwa Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal termasuk dalam orde 1. Hal ini menandakan bahwa kedua kecamatan ini memiliki jumlah fasilitas umum yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lain. Sedangkan kecamatan yang tergolong ke dalam orde 5 memiliki jumlah fasilitas umum yang paling rendah (sedikit).
Gambar 3.55 Peta skalogram di Kota Bogor
3.5.1.3 Potensi, masalah dan konsep Aspek Sarana A. Potensi – Sarana pendidikan di Kota Bogor memiliki potensi untuk dapat memudahkan warganya dalam mengakses fasilitas pendidikan. Sehingga, diharapkan masyarakat Kota Bogor dapat memperoleh pendidikan dan pengajaran yang baik. – Sarana kesehatan di Kota Bogor memiliki potensi untuk dapat memudahkan warganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan. – Sarana peribadatan di Kota Bogor memiliki potensi untuk dapat memberikan kemudahan bagi warganya dalam beribadah, khususnya bagi warga yang beragama Islam dan Kristen. Hal ini dikarenakan jumlah sarana peribadatan seperti masjid, mushola dan gereja sudah cukup memadai. – Sarana perdagangan dan jasa di Kota Bogor memiliki potensi yang dapat memudahkan warganya dalam berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. – Jumlah ruang terbuka hijau di Kota Bogor memiliki potensi untuk bertambah jumlahnya di masa yang akan datang, agar dapat mendukung kelestarian lingkungan di Kota Bogor. Selain itu, Kota Bogor juga memiliki potensi dalam memudahkan warganya dalam memperoleh akses berolahraga karena jumlah sarana olahraganya yang sudah cukup memadai. B. Masalah Aspek Sarana – Adanya kegiatan pasar tumpah dan pedagang kaki lima yang berjualan hingga ke bahu jalan, sehingga dapat mengganggu arus lalu lintas. – Jumlah ruang terbuka hijau di Kota Bogor yang masih belum merata di setiap kecamatannya. C. Konsep Aspek – Meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Bogor melalui program wajib belajar.
– Merelokasi para pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan ke dalam pasar, sehingga arus lalu lintas menjadi tidak terganggu – Menambah jumlah
ruang terbuka hijua (RTH) di semua wilayah
kecamatan Kota Bogor
3.5.2 Aspek Prasarana Utama 3.5.2.1 Fakta Prasarana Utama A. Klasifikasi Jalan 1) Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi Berdasarkan fungsinya, jalan yang terdapat di Kota Bogor terdiri atas jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder-1, jalan kolektor sekunder-2, jalan kolektor sekunder-3 dan jalan lokal. Tabel mengenai klasifikasi jalan berdasarkan fungsi di kota Bogor pada tabel 3.98 dapat dilihat pada lampiran. 2) Klasifikasi Jalan Berdasarkan Status Jalan berdasarkan status yang terdapat di Kota Bogor dapat dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan kota. Berikut penjelasan mengenai jalan berdasarkan status. a. Jalan Nasional Merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. b. Jalan provinsi Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. c. Jalan Kota Merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota Tabel mengenai klasifikasi jalan berdasarkan status di kota Bogor pada tabel 3.99 dapat dilihat pada lampiran. B. Kondisi Jalan 1) Kondisi Jalan Berdasarkan Status Jalan Kota Bogor memiliki berbagai ruas jalan berdasarkan status jalan, seperti jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota. Kondisi ruas jalan tersebut ada yang mengalami kondisi baik, sedang, rusak dan rusak ringan. Jalan kabupaten/kota mengalami kerusakan terbanyak jika dibandingkan dengan jalan nasional dengan jumlah 77.817 Km. Selain itu, jalan kabupaten/kota mengalami kerusakan ringan sedangkan jalan nasional dan jalan provinsi tidak mengalami kerusakan ringan. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 3.100.
NO.
Keterangan
Tabel 3.100 Kondisi Jalan berdasarkan Status Jalan di Kota Bogor Status Jalan Jalan Nasional (Km)
1 2
Baik Sedang
Jalan Provinsi (Km)
17379 10712
3
Rusak 928 Rusak 4 Ringan 29019 Total Sumber :Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air, Tahun 2012
Jalan Kab. / Kota (Km)
8002 987
204767 410250
-
77817
-
21808
8989
714642
Berdasarkan tabel 3.100 dapat diketahui bahwa kondisi jalan di kota Bogor sudah baik, dengan rincian Jalan Nasional sebesar 17.379 Km, Jalan Provinsi sebesar 8.002 Km dan jalan Kabupaten/Kota sebesar 204.767 Km. Akan tetapi, masih terdapat jalan yang mengalami kerusakan seperti di jalan nasional sebesar 928 km dan mengalami kerusakan ringan di jalan kabupaten/ kota sebesar 21.808 Km di kota bogor.
Gambar 3.56 Peta Jaringan Jalan Kota Bogor
2) Kondisi Jalan berdasarkan fungsi jalan Kota Bogor memiliki beberapa ruas jalan, seperti jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Berdasarkan standard lebar jalan, jalan arteri memiliki lebar badan jalan sebesar 11 meter, jalan kolektor memiliki lebar badan jalan sebesar 9 meter dan jalan lokal memiliki lebar badan jalan sebesar 6 meter. Ketidaksesuaian dan kondisi rusak pada jalan arteri, kolektor maupun lokal sangat mempengaruhi dan mengganggu kegiatan masyarakat kota bogor. Selain itu dampak yang ditimbulkan adalah kemacetan dan tingkat kecelakaan lalu lintas yang tinggi, seperti halnya banyaknya jalan berlubang. Berikut uraian kondisi jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal di Kota Bogor. a. Kondisi Jalan Arteri Kota Bogor Tabel 3.101 Kondisi Jalan Arteri Kota Bogor Tahun 2012 Data sekunder
No Nama Jalan
Data Primer Permukaan Jalan
Lebar Jalan (m)
Panjang Ruas* (Km)
Jenis
Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat
1
Jalak Harupat
9
1
Aspal
√
-
-
2
Jend. Sudirman
15
1,3
Aspal
√
-
-
3
Ir. H. Juanda
16
1800
Aspal
√
-
-
4
Merdeka
9.3
1,4
Aspal
√
-
-
5
Otista
10
748
Aspal
-
√
-
6
Kapten.Muslihat
12.5
636
Aspal
√
-
-
7
Padjajaran
24.2
6,4
Aspal
√
-
-
8
RE Martadinata
10
1,1
Aspal
√
-
-
9
Surya Kencana
9.7
985
Aspal
-
√
-
10
Tentara Pelajar
9
488
Aspal
√
-
-
11
Veteran
14.5
672
Aspal
√
-
-
12
Ahmad Yani
7.6
2,1
Aspal
√
-
-
13
Bangbarung
16
1,2
Aspal
-
√
-
14
Pandawa
12
519
Aspal
√
-
-
15
Binamarga
6
871
Aspal
√
-
-
16
Padi
6
545
Aspal
√
-
-
17
Empang
10.6
411
Aspal
√
-
-
18
Pahlawan
9.2
1,9
Aspal
√
-
-
19
Ciawi
10
1,5
Aspal
√
-
-
20
Tajur
10
5
Aspal
-
√
-
Data sekunder No
Nama Jalan
Data Primer Permukaan Jalan
Lebar Jalan (m)
Panjang Ruas* (Km)
Jenis
Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat
21
Siliwangi
9.7
1,8
Aspal
√
-
-
22
10.3
2,6
Aspal
√
-
-
20
3,7
Aspal
√
-
-
24
Dr. Semeru Abdullah bin Nuh Dadali
9
1,1
Aspal
√
-
-
25
Pemuda
9
1,4
Aspal
√
-
-
26
6.5
1,6
Aspal
√
-
-
6.5
1,7
Aspal
√
-
-
28
Sindang Barang Saptji Hadiprawi Sholeh Iskandar
22
3,7
Aspal
√
-
-
29
Gunung Batu
9.3
0.435
Aspal
√
-
-
30
Pandu Raya
16
4,2
Aspal
√
-
-
31
Kebon Pedes
6.5
979
Aspal
√
-
-
32
KS. Tumbun 16 Sumber : Bina Marga Kota Bogor
3
Aspal
√
-
-
23
27
Keterangan :
: Rusak Ringan
Berdasarkan tabel 3.101, diketahuiterdapat beberapa ruas jalan di Kota Bogor yang tidak memenuhistandar yaitu lebar jalan kurang lebih dari 11 meter. Beberapa ruas yang dimaksud yaitu jalan Jalan Jalak Harupat dengan lebar 9 meter, Jalan Merdeka dengan lebar 9,3 meter, jalan otista dengan lebar 10 meter, jalan R.E. Martadinata dengan lebar 10 meter, jalan suryakencana dengan lebar jalan 9,7 meter, jalan tentara pelajar dengan lebar jalan 9 meter, jalan Ahmad Yani dengan lebar jalan 7.6 meter , jalan binamarga dan jalan padi dengan lebar jalan 6 meter, jalan empang dengan lebar jalan 10,6 meter, jalan pahlawan dengan lebar jalan 9,2 meter, jalan ciawi dan jalan tajur dengan lebar jalan sebesar 10 meter, jalan siliwangi dengan lebar jalan 9,7 meter, jalan Dr. Semeru dengan lebar jalan 10,3 meter, jalan dadali dengan lebar jalan sebesar 9 meter, jalan pemuda dengan lebar jalan sebesar 6,9 meter, jalan Sindang Barang dan Saptji Hadiprawi dengan lebar jalan 6,5 meter , Jalan gunung batu dengan lebar jalan 9,3 meter dan Jalan Kebon Pedas dengan lebar jalan 6,5 meter.
b. Kondisi Jalan Kolektor Kota Bogor Tabel 3.102 Kondisi Jalan Kolektor di Kota Bogor Tahun 2012 Data sekunder No
Nama Jalan
Status
Data Primer Permukaan Jalan
Lebar Jalan (m)
Panjang Ruas (Km)
Jenis
Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat
1
Cidangiang
K
4.5
0.527
Aspal
-
√
-
2
Ciremai
K
5
1
Aspal
-
-
-
3
Dewi Sartika
K
12.2
0.645
Aspal
√
-
-
4
MA Salmun
K
9
0.554
Aspal
-
-
√
5
Paledang
K
9
0.996
Aspal
√
-
-
6
Perintis Kemerdekaan
K
7.2
0.560
Aspal
√
-
-
7
Pulo Empang
K
9
0.746
Aspal
√
-
-
8
Salak
K
8
0.752
Aspal
√
-
-
9
Sewojajar
K
10
0.719
Aspal
√
-
-
10
Arzimar
K
6
1,3
Aspal
√
-
-
11
Raya Cibinong
K
10
7.800
Aspal
√
-
-
12
Raya Pemda
K
10
1.900
Aspal
√
-
-
13
Pangeran asogiri
K
4
4.900
Aspal
√
-
-
14
Rambutan
K
5
0.227
Aspal
√
-
-
15
BatuTulis
K
9
1.200
Aspal
√
-
-
16
Lawang Gintung
K
6
1.100
Aspal
√
-
17
Rancamaya Utama
K
12
3.300
Aspal
√
-
-
18
Raya Cikaret
K
5
2.200
Aspal
√
-
-
19
Raya Cipaku
K
5
4.400
Aspal
√
-
-
20
Soemantadiredja
K
6
3.100
Aspal
-
-
√
21
RD Saleh Dsmta
K
5
0.561
Aspal
√
-
-
22
Darul Quran
K
6
1.100
Aspal
√
-
-
23
Manunggal
K
4
0.701
Aspal
√
-
-
24
Mawar
K
9
0.212
Aspal
√
-
-
25
Pasir Kuda
K
9
1.400
Aspal
√
-
-
26
Raya Ciomas
K
6
0.635
Aspal
√
-
-
27
Dramaga
K
8
4.600
Aspal
√
-
-
28
RE Abdullah
K
9.3
0.550
Aspal
√
-
-
29
Kesehatan
K
6
0.370
Aspal
√
-
-
30
Kukupu
K
3
2.200
Aspal
√
-
-
31
Cilebut
K
5
3.500
Aspal
√
-
-
32
Pangrango 2
K
4.5
0
Aspal
√
-
-
33
Pangrango 1
K
4.5
0.285
Aspal
√
-
-
34
Pakuan 1
K
4.5
0.397
Aspal
√
-
-
35
Salabada
K
20
4.200
Aspal
√
-
-
Data sekunder No
Nama Jalan
Status
Data Primer Permukaan Jalan
Lebar Jalan (m)
Panjang Ruas (Km)
Jenis
Baik
Rusak Ringan -
Rusak Berat -
-
-
36 37
Bandul Kayu Manis Pakuan
K K
3.5 8
1.200 0.904
Aspal Aspal
√ √
38
Ciheuleut
K
14.5
1.200
Aspal
√
-
-
39
Semplak
K
6.5
4.600
Aspal
√
-
-
Sumber : Bina Marga Kota Bogor 2013
Keterangan : : Rusak Ringan : Rusak Berat Berdasarkan tabel 3.102, jika dibandingkan dengan Standard Nasional Indonesia (SNI), lebar jalan Kolektor sebesar 9 meter, sehinggadapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa ruas jalan Kolektor di Kota Bogor yang tidak memenuhi standard. Beberapa ruas tersebut yaitu Jalan Cidangiang dengan lebar jalan 4.5 m, Jalan Arzimar dengan lebar jalan 6 m, Jalan Pangeran Asogiri dengan lebar jalan 4 m, Jalan Rambutan dengan lebar jalan 5 m, Jalan Lawang Gintung dengan lebar jalan 6 m, Jalan Raya Cikaret dengan lebar jalan 5 m, Jalan Raya Cipaku dengan lebar jalan 5 m, Jalan Soemantadiredja 6 m, Jalan Raden Shaleh dengan lebar jalan 5 m, Jalan Darul Quran dengan lebar jalan 6 m, Jalan Manunggal dengan lebar jalan 4 m, Jalan Raya Ciomas dengan lebar jalan 6 m, Jalan Kesehatan dengan lebar jalan 6 m, Jalan Kukupu
dengan lebar jalan 3 m, Jalan
Cilembut dengan lebar jalan 5 m, Jalan Pangranngo 2 dengan lebar jalan 4.5 m, Jalan Pangrango 1 dengan lebar jalan 4.5 m, Jalan Pakuan 1 dengan lebar jalan 4.5 m, Jalan Bandul Kayu Manis dengan lebar jalan 3.5 m, dan Jalan Semplak dengan lebar jalan 6.5 m. Selain itu, masih terdapat jalan yang mengalami kerusakan ringan seperti jalan Cidangiang dan masih terdapat pula kerusakan berat seperti jalan MA. Salmun dan jalan Soemantadiredja.
C. Kapasitas Jalan Dari pengolahan terhadap data hasil survei geometrik dan survei volume lalu lintas, dengan metode MKJI maka dapat diketahui besarnya nilai kapasitas tiap ruas jalan, baik itu kapasitas dasar maupun kapasitas aktual. Nilai kapasitas dasar dan aktual yang didapatkan berdasarkan hasil penghitunganMKJI adalah nilai empiris yang berasal dari rumus manual. Dari hasil yangada terdapat beberapa perbedaan antara hasil penghitungan kapasitas dasar dengankapasitas aktual suatu ruas jalan. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapafaktor yang diantaranya : Karakteristik jalan, seperti : tipe jalan, lebar jalan, trotoar, bahu jalan, medianjalan, dan alinemen jalan Komposisi arus lalu lintas, seperti : persebaran arus lalu lintas tiap arah dankomposisi lalu lintasnya Kegiatan jalan yang menimbulkan gangguan seperti kemacetan (side friction) Perilaku pengendara dan populasi kendaraan. Tabel kota Bogor pada Perbedaan antara Kapasitas Dasar dengan Kapasitas Aktual tabel 3.103 yang dapat dilihat pada lampiran. D. Volume Lalu Lintas Berdasarkan data pada tabel 3.102 yang terdapat pada lampiran, menunjukkan bahwa pada saat jam-jam sibuk, sebagian besar penduduk kota Bogor melakukan perjalanan internal-eksternal, yaitu perjalanan dari dalam pusat kota Bogor menuju keluar pusat kota Bogor ataupun sebaliknya pada jam-jam sibuk pagi ataupun sore hari, baik untuk tujuan bekerja, belajar maupun tujuan lainnya. Beban volume lalu lintas terbesar terjadi pada ruas jalan raya Siliwangi 2 dari persimpangan Pasar Sukasari menuju Simpangan Bohringer, sedangkan ruas jalan yang memiliki beban volume lalu lintas terendah terjadi di ruas jalan KS. Tubun 1 dari persimpangan Narkoba (BORR) menuju Simpangan Warung Jambu.
E. Jaringan Trayek Angkutan Umum Jaringan pelayanan angkutan umum di Kota Bogor dengan panjang lintasan trayek mencapai 328.560 Km atau mencakup 52,43%.
Adapun jaringan pelayanan
angkutanumum didalam wilayah Kota Bogor, yang terdiri dari : 1. Angkutan Kota yang terdiri dari 25 trayek angkutan dengan jumlah kendaraansebanyak 3.412 unit. 2. Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang terdiri dari 19 trayek angkutan dengan jumlah kendaraan sebanyak 1.004 unit. 3. Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) yang terdiri dari 59 trayek angkutan dengan jumlah kendaraan sebanyak 880 unit.
No. Trayek AK-01 AK-02 AK-03 AK-04 AK-05 AK-06 AK-07 AK-08 AK-09 AK-10 AK-011 AK-012 AK-013 AK-014 AK-015 AK-016 AK-017 AK-018 AK-019 AK-020 AK-021 AK-022 AK-023
Tabel 3.104 Trayek, Rute, Jumlah Kendaraan Angkutan Kota Bogor Trayek Jumlah Kendaraan
Cipinang Gading –Terminal Merdeka Sukasari – Terminal Bubulak Terminal Baranangsiang – Terminal Bubulak Ramayana-Warung Nangka Ramayana-Cimahpar Ramayana-Ciheuleut Terminal Merdeka-Ciparigi Ramayana-Indrapasta-Warung Jambu Sukasari-Ciparigi Bantar Kemang-Terminal Merdeka Pajajaran Indah-Pasar Bogor Pasar Anyar-Cimanggu Bantar Kemang-Ramayana Sukasari-Pasir Kuda-Terminal Bubulak Sindang Barang Jero-Terminal Merdeka Pasar Anyar-Salabenda Pomad-Tanah Baru-Bina Marga Ramayana-Mulyaharja Terminal Bubulak-Kencana Pasar Anyar – Taman Griya Kencana Terminal Baranangsiang – Ciawi Pasar Anyar-Pondok Ramput Ramayana-Taman Kencana-Warung Jambu Jumlah / Total Sumber : DLLAJ Kota Bogor Tahun 2012
58 562 382 180 162 157 216 146 141 100 53 180 154 120 105 219 55 58 38 22 170 54 80 3.412
No. Trayek 02 02.A 02.B 03 04.A 05.A 06 06.A 07 08
Trayek
Cicurug-Sukasari Cisarua-Sukasari Cibedug-Sukasari Ciapus-Ramayana Cihideung-Ramayana Ciomas-Merdeka Parung-Merdeka Bantar Kambing-Merdeka Bojong Gede-Pasar Anyar Citeureup-Pasar Anyar Jumlah / Total Sumber :DLLAJ Kota Bogor Tahun 2012
Jumlah Kendaraan 597 664 160 523 146 371 509 155 205 1.096 4.426
r·~- -
•
'
..
1·4'-,}_
\
J
,J
-
-
-= -.-. . .
4-
-- -.
•-..· - = ·· -
illl-
.. . ..-:.. ..,. .... ._ ....._..........·. ...
\
/
I ~·
\ '
I
...
~· -
\ '
\
~
l
-. - .
'\
_,:
.
. -=- ""--
:. I
;
--
c
\
.
-: -._. --..=... .
· ..
- ---
......__
I
\
\
::::....... f
1.. _
--
"-
...
...
'
Peta 3.57 Trayek Angkutan Kota (AK) Bogor 2012
1
I
f
\-
\ ·1 ,
i•
~1
,
\:
\.•
,-
--
,,
71'
--
.................. --.._..... ,..._, ......._ ~
..._-=.. - ._.._ .....
,..,
I)
- ')
Peta 3.58 Trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP)Bogor 2012
F. Transportasi Jaringan transportasi ini dilengkapi dengan sarana penunjang seperti terminal dan stasiun. Berikut uraian mengenai terminal dan stasiun. 1. Terminal Kota Bogor memiliki 3 terminal, yaitu: terminal Baranangsiang merupakan Terminal yang memiliki tipe A), terminal Bubulak dan terminal Merdeka merupakan terminal yang memiliki tipe C). Terminal penumpang sebagai simpul transportasi dan berfungsi sebagai bagian pelayanan angkutan umum. Moda angkutan dapat melayani pergerakan penduduk yang terdiri atas kendaraan pribadi, angkutan perkotaan, angkutan kota, kereta api maupun kereta rel listrik. 2. Stasiun Salah satu sarana penunjang lainnya dalam sistem transportasi di Kota Bogor adalah stasiun. Moda kereta api telah menjadi moda yang memiliki peranan penting dalam pergerakan bagi para penduduk, terutama bagi para penduduk kota bogor yang ingin berpergian ke pusat kota (kota jakarta). Sistem jaringan rel di Kota Bogor terbagi menjadi dua, yaitu rel yang menghubungkan kota bogor dengan kota jakarta yang terletak disebelah utara dan rel yang menghubungkan antara kota bogor dengan kota sukabumi yang terletak disebelah selatan. Kota bogor memiliki 10 titik persimpangan jalan dengan rincian 6 titik persimpangan jalan dengan rel kereta api yang menuju arah kota jakarta dan 4 titik persimpangan jalan dengan rel kereta api yang menuju arah kota sukabumi. Stasiun ini memberangkatkan Kereta Rel Listrik (KRL) yang melayani kawasan Jabodetabek, yakni menuju Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Jatinegara.Kota bogor memiliki 3 stasiun dengan lokasi yang berbeda-beda seperti terletak di pusat kota bogor, Bogor Paledang dan Bogor Batutulis. Dengan lokasi stasiun di pusat kota, memberikan dampak pola distribusi perjalanan masyarakat kota bogor menuju pusat kota dengan jumlah yang cukup tinggi. Stasiun Kota Bogor memiliki 8 jalur kereta api, dengan rincian 6 jalur untuk kereta jurusan Bogor-Depok dan jurusan Bogor-Jakarta, sedangkan
2 jalur lainnya untuk kereta jurusan Bogor-Sukabumi. Adapun rute yang dilalui oleh kereta api jurusan Bogor – Pusat Kota (Jakarta) adalah sebagai berikut : Bogor-Cilebut-Bojonggede-Citayam-Depok-Depok
Baru-Pondok
Cina-
Universitas Indonesia-Universitas Pancasila-Lenteng Agung-Tanjung BaratPasar Minggu-Pasar Minggu Baru-Duren-Kalibata-Cawang-Tebet-ManggaraiCikini-Gondangdia-Gambir-Juanda-Sawah
Besar-Mangga
Besar-Jayakarta-
Jakarta Kota.
NO.
Bulan
Tabel 3.105 Jumlah Penumpang Stasiun Kota BogorTahun 2012 Jumlah Penumpang Penumpang Jumlah Umum Abodemen Penumpang Total
Rata-rata Jarak per penumpang
1
Januari
962922
128880
1091802
40.44
2
Februari
915963
66360
982323
36.38
3
Maret
1038955
67560
1106515
40.98
4
April
1033842
66600
1100442
40.76
5
Mei
1064010
61380
1125390
41.68
6
Juni
1070422
56280
1126702
41.73
7
Juli
1135876
54600
1190476
44.09
8
Agustus
1150818
49500
1200318
44.46
9
September
1074206
31680
1105886
40.96
10
Oktober
1040514
32760
1073274
39.75
11
November
720830
71100
791930
29.33
0
649716
24.06
12
Desember 649716 Sumber: PT. KAI Kota Bogor, Tahun 2012
Berdasarkan tabel 3.105, diketahui bahwa jumlah penumpang stasiun di Kota Bogor mengalami kenaikan dan penurunan. Pada bulan agustus, jumlah penumpang umum stasiun Kota Bogor berjumlah 1.150.818 jiwa sehingga bulan agustus merupakan bulan yang mengalami jumlah penumpang stasiun yang kenaikannya cukup tinggi dibandingkan dengan bulan lainnya. Sedangkan, bulan desember merupakan bulan yang mengalami
penurunan
sangat drastis dibandingkan dengan bulan lainnya, yaitu dengan jumlah penumpang umum stasiun kota bogor sebesar 649.716 Jiwa.
Gambar 3.59 Peta Rel Perkeretaapian Kota Bogor
3.5.2.2 Analisis Aspek Prasarana Utama A. Analisis Volume Lalu Lintas Kota besar maupun kota yang berkembang sedang dihadapkan pada permasalahan transportasi yang serius, antara lain adalah kemacetan lalu lintas yang terjadi terutama di persimpangan jalan. Kondisi kemacetan ini terjadi pada saat jam-jam sibuk (peak hour) antara lain pada jam keberangkatan menuju kantor atau sekolah di pagi hari (06.30-07.30 WIB) dan pada jam pulang kantor di sore hari (16.0018.00 WIB). Kemacetan lalu lintas yang terjadi di persimpangan jalan pada saat jam-jam sibuk akan selalu terjadi di kota-kota besar seperti Kota Jakarta ataupun Kota Surabaya. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu ruas jalan pada periode waktu tertentu. Volume lalu lintas yang dilayani oleh jaringan jalan kota Bogor sudah padat khususnya pada jam-jam sibuk (peak hour). Analisis volume lalu lintas ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar jumlah Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang melalui jalan-jalan di Kota Bogor. Prediksi volume lalu lintas di Kota Bogor dalam proyeksi 20 tahun ke depan berdasarkan acuan pada Standar Geometrik Jalan Perkotaan, Standar Nasional Indonesia nomor T-14 Tahun 2004. Perhitungan volume lalu lintas yang di lakukan di mulai dari tahun 2012 sampai dengan 2032. Kota Bogor memiliki beberapa lokasi kemacetan yaitu terdapat 6 lokasi titik kemacetan yang masih belum terpecahkan. Titik kemacetan yang terparah di Kota Bogor adalah sebagai berikut : 1. sekitar keliling luar Kebun Raya Bogor (terjadi di semua pertigaan seperti pertigaan Tugu Kujang, Pertigaan depan Istana Bogor) 2. Sekitar Terminal Baranangsiang 3. Jalan Sukasari 4. Kawasan Jembatan Merah 5. Jalan Merdeka – MA. Salmun dan Jalan Sholeh Iskandar Untuk mengetahui dan menghitung proyeksi volume lalu lintas di Kota Bogor, dapat dilakukan dengan berbagai tahapan dan menggunakan rumus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini.
1) Perhitungan Pertumbuhan LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata) LHR adalah jumlah satuan lalu lintas dalam satu tahun dibagi banyaknya hari dalam satu tahun (365 hari). LHR ini menunjukkan volume lalu lintas harian rata-rata dalam satu tahun. Besarnya LHR akan digunakan sebagai dasar perencanaan jalan dan evaluasi lalu lintas pada masa yang akan datang dinyatakan dalam smp/hari. Pertumbuhan LHR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Vn = ( 1 + i ) x Vo Keterangan : Vn
=
Volume tahun ke-n,
Vo
=
Volume sekarang,
I
=
Faktor perkembangan, diambil sebesar 6% berdasarkan petunjuk
teknis perencanaan dan penyusunan program jalan kota N
=
Selisih tahun
2) Volume Lalu Lintas Rencana Volume lalu lintas rencana dapat dihitung berdasarkan Volume Jam perencanaan (VJP), yang merupakan prakiraan volume lalu lintas pada jam-jam sibuk rencana lalu lintas, yang dinyatakan dalam smp/jam, dan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : VJP = VLRH x K Keterangan : VJP = Volume per jam perencanaan (smp/jam) VLRH K
= Volume lalu lintas harian rencana (smp//hari)
= (Disebut faktor K) faktor volume lalu lintas jam sibuk\koefisien puncak
(%) untuk jalan kota negara berrkembang diambil sebesar 10%. Tabel mengenai Proyeksi Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata dan Proyeksi Volume Lalu Lintas Rencana (VJP) Kota Bogor 2012 pada tabel 3.106 dapat dilihat pada lampiran.
Gambar 3.60 Peta Titik Kemacetan Kota Bogor
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
II-182
B. Analisis Kapasitas Ruas Jalan Dari pengolahan terhadap data hasil survei geometrik dan survei volumelalu lintas, maka dengan metode MKJI didapatkan besarnya nilai kapasitas tiapruas jalan, baik kapasitas dasar maupun kapasitas aktual. Dari hasil yangada terdapat beberapa perbedaan antara hasil penghitungan kapasitas dasar dengankapasitas kapasitas aktual suatu ruas jalan. Tabel 3.107 Perbedaan antara Kapasitas Dasar dengan Kapasitas Aktual No Nama Ruas Jalan
Kapasitas Dasar (smp/jam)
Kapasitas (smp/jam)
1
Jln. Raya Tajur
3.800
2.991
2
Jln. Pajajaran 1
3.900
4.700
3
Jln. Pajajaran 2
2.890
3.188
4
Jln. Pajajaran 3
2.700
3.077
5
Jln. Pajajaran 4
2.800
2.952
6
Jln. Pajajaran 5
2.800
3.188
7
Jln. Pajajaran 6
2.800
3.188
8
Jln. KS. Tubun 1
2.000
2.122
9
Jln. KS. Tubun 2
2.900
3.939
10
Jln. KS. Tubun 3
2.900
3.939
11
Jln. KH. Sholeh Iskandar 1
2.750
2.991
12
Jln. KH. Sholeh Iskandar 2
2.750
2.991
13
Jln. KH. Sholeh Iskandar 3
2.750
3.023
14
Jln. H. Achmad Achawijaya 1
3.000
3.050
15
Jln. H. Achmad Achawijaya 2
3.000
3.050
16
Jln. H. Achmad Sobana
2.650
2.900
17
Jln. Salak
2.750
3.070
18
Jln. Jalak Harupat 1
2.800
3.076
19
Jln. Jalak Harupat 2
2.950
3.035
20
Jln. Ir. H. Djuanda 1
4.960
5.669
21
Jln. Ir. H. Djuanda 2
4.960
5.669
22
Jln. Ir. H. Djuanda 3
4.870
5.359
23
Jln. Otto Iskandardinata
4.990
5.677
24
Jln. Sukasari 1
2.400
3.013
25
Jln. Lawang Seketeng
2.800
3.074
26
Jln. Batu Tulis 1
2.530
3.065
27
Jln. Batutulis 2
2.980
3.167
28
Jln. Pahlawan 1
2.980
3.167
No
Nama Ruas Jalan
Kapasitas Dasar (smp/jam) 2.980
Kapasitas (smp/jam) 3.167
29
Jln. Pahlawan 2
30
2.650
2.974
4.350
5.326
32
Jln. Gang Aut Jln. R. Saleh Syarief Bustaman (Raya Empang) Jln. Siliwangi 1
4.120
5.158
33
Jln. Siliwangi 2
4.120
5.158
34
Jln. RE. Soemantadiredja
2.130
2.703
35
Jln. R. Aria Suryawinata (Pulo Empang)
4.070
5.057
36
Jln. R. Aria Surialaga
2.600
2.965
37
Jln. Raya Ciomas
2.100
2.703
38
Jln. RE. Abdullah
2.200
2.853
39
Jln. Mayjend Ishak Djuarsa (Gn. Batu)
2.400
3.004
40
Jln. Veteran
1.600
2.798
41
Jln. Perintis Kemerdekaan
2.030
3.006
42
Jln. Mawar
3.120
4.194
43
Jln. Dr. Semeru 1
2.730
3.926
44
Jln. Dr. Semeru 2
3.660
4.656
45
Jln. KH. Abdullah Bin Nuh 1
2.830
3.083
46
Jln. KH. Abdullah Bin Nuh 2
2.830
3.083
47
Jln. KH. Abdullah Bin Nuh 3
2.830
3.083
48
Jln. Raya Semplak
1.850
2.860
49
Jln. RE. Martadinata
1.950
2.766
50
Jln. Kebon Pedes
1.650
2.792
51
Jln. Raya Cilebut
2.240
2.803
52
Jln. Jend. Sudirman 1
4.300
5.045
53
Jln. Jend. Sudirman 2
4.300
5.045
54
Jln. Pengadilan
1.925
2.786
55
Jln. MA. Salmun
1.820
2.689
56
Jln. Dramaga
2.350
2.865
57
Jln. Paledang
2.000
2.579
2.300
3.066
31
58 Jln. Dadali Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
Berdasarkan tabel 3.107 terdapat perbedaan antara kapasitas dasar dan kapasitas aktual. Kapasitas dasar jalan yang paling tinggi menurut KAJI kondisi eksisting Kota Bogor terdapat pada Jalan Otto Iskandardinata sebesar 4.990 smp/jam, namun dalam kapasitas aktual hampir semua ruas jalan melebihi kapasitas dasar,
salah satu contoh adalah Jalan Otto Iskandardinata yang memiliki kapasitas aktual paling tinggi sebesar 5.677 smp/jam. C. Analisis Tingkat Pelayanan Jalan Kota Bogor Tingkat pelayanan menggambarkan kualitas atau unjuk kerja pelayanan lalu lintas di Kota Bogor. Tingkat pelayanan jalan didefinisikan, sejauh mana kemampuan jalan menjalankan fungsinya (Suwardi, Jurnal Teknik Sipil Vol.7 No.2, Juli 2010) di mana menurut MKJI 1997 yang digunakan sebagai parameter adalah Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation, DS). Derajat kejenuhan merupakan
rasio
volume terhadap kapasitas, sebagai faktor utama untuk menentukan tingkat kinerja sipang atau ruas jalan. Persamaan dasar derajat kejenuhan dapat dirumuskan sebagai berikut DS = V/C Dari hasil perhitungan mengenai Volume (V) dengan kapasitas (C), dapat dilakukan analisis mengenai ruas jalan dengan cara membandingkan nilai (V) dengan nilai (C). Jika hasil dari nilai V/C ratio rendah maka jalan tersebut memiliki tingkat kualitas yang tinggi. Sebaliknya, jika nilai V/C ratio tinggi maka jalan tersebut memiliki kualitas jalan yang rendah. Tingkat pelayanan pada ruas jalan pada sistem jaringan jalan sesuai fungsinya telah ditetapkan didalam Peraturan Menteri Perhubungan No.KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa : 1. jalan arteri primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B 2. jalan kolektor primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B 3. jalan lokal primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C 4. jalan tol, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B 5. jalan arteri sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C 6. jalan kolektor sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C 7. jalan lokal sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D 8. jalan lingkungan, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D.
Tingkat Pelayanan suatu jalan pada umumnya diberi notasi dengan huruf A sampai dengan huruf F. Dimana arti huruf A merupakan ruas jalan dengan tingkat pelayanan yang sangat baik sedangkan arti huruf F merupakan ruas jalan dengan tingkat pelayanan paling buruk. Tabel 3.108 Tingkat Pelayanan Jalan Beberapa Ruas Jalan Kota Bogor 2012 NO.
Nama Jalan
Volume (smp/jam)
Kapasitas (smp/jam)
DS = V/C
0,7 0,8
D
1,1 1,0
F
1
Jln. Raya Tajur
2.004
2
Jln. Pajajaran 1
3.979
2.990,7 4.699,6
3
Jln. Pajajaran 2
3.570
3.187,8
4
Jln. Pajajaran 3
3.108
3.077,1
5
Jln. Pajajaran 4
3.100
2.951,8
6
Jln. Pajajaran 5
2.964
3.187,8
7
Jln. Pajajaran 6
2.774
3.187,8
8
Jln. KS. Tubun 1
2.122
2.121,6
9
Jln. KS. Tubun 2
2.482
3.939,3
10
Jln. KS. Tubun 3
1.773
3.939,3
11
Jln. KH. Sholeh Iskandar 1
4.401
2.990,7
12
Jln. KH. Sholeh Iskandar 2
4.486
2.990,7
13
Jln. KH. Sholeh Iskandar 3
1.602
3.022,6
14
Jln. H. Achmad Achawijaya 1
2.227
3.049,9
15
Jln. H. Achmad Achawijaya 2
1.037
3.049,9
16
Jln. H. Achmad Sobana
1.334
2.900,4
17
Jln. Salak
1.934
3.069,7
18
Jln. Jalak Harupat 1
1.784
3.076,1
19
Jln. Jalak Harupat 2
2.118
3.035,3
20
Jln. Ir. H. Djuanda 1
2.679
21
Jln. Ir. H. Djuanda 2
3.036
22
Jln. Ir. H. Djuanda 3
23
1,1 0,9
Tingkat Pelayanan
D E F E
0,9 1,0
E
0,6 0,5
D
1,5 1,5
F
0,5 0,7
C
E D F D
0,3 0,5
C
0,6 0,6
D D
5.669,3
0,7 0,5 0,5 0,7
C
3.914
5.669,3 5.359,4
Jln. Otto Iskandardinata
2.861
5.677,2
24
Jln. Sukasari 1
2.003
3.012,8
0,5 0,7
25
Jln. Lawang Seketeng
1.485
3.074,2
26
Jln. Batu Tulis 1
1.603
3.064,5
27
Jln. Batutulis 2
2.295
3.167,4
28
Jln. Pahlawan 1
2.129
3.167,4
29
Jln. Pahlawan 2
2.279
3.167,4
30
Jln. Gang Aut
1.311
31
Jln. R. Saleh Syarief Bustaman (Raya Empang)
3.971
C D C D C D
0,5 0,5
C
0,7 0,7
D D
2.973,6
0,7 0,4
5.325,9
0,7
D
C D C
NO.
Nama Jalan
Volume (smp/jam)
Kapasitas (smp/jam)
DS = V/C
Tingkat Pelayanan
32
Jln. Siliwangi 1
3.466
5.157,5
0,7
D
33
Jln. Siliwangi 2
4.007
5.157,5
D
34
Jln. RE. Soemantadiredja
1.504
2.703,3
0,8 0,6
35
Jln. R. Aria Suryawinata (Pulo Empang)
3.611
5.056,9
D
36
Jln. R. Aria Surialaga
1.183
2.965,4
0,7 0,4
37
Jln. Raya Ciomas
1.709
2.703,3
D
38
Jln. RE. Abdullah
1.258
2.852,8
0,6 0,4
39
Jln. Mayjend Ishak Djuarsa (Gn. Batu)
1.970
3.004,3
D
40
Jln. Veteran
1.851
2.797,5
0,7 0,7
41
Jln. Perintis Kemerdekaan
2.163
3.006,2
D
42
Jln. Mawar
2.774
4.193,5
0,7 0,7
43
Jln. Dr. Semeru 1
2.397
3.926,3
D
44
Jln. Dr. Semeru 2
3.276
4.655,9
0,6 0,7
45
Jln. KH. Abdullah Bin Nuh 1
1.378
3.082,9
C
46
Jln. KH. Abdullah Bin Nuh 2
1.554
3.082,9
0,4 0,5
47
Jln. KH. Abdullah Bin Nuh 3
1.622
3.082,9
C
48
Jln. Raya Semplak
1.527
2.860
0,5 0,5
49
Jln. RE. Martadinata
1.336
2.766
C
50
Jln. Kebon Pedes
1.978
2.792
0,5 0,7
51
Jln. Raya Cilebut
1.236
2.803
52
Jln. Jend. Sudirman 1
2.808
5.045
53
Jln. Jend. Sudirman 2
2.860
5.045
54
Jln. Pengadilan
2.135
2.786
55
Jln. MA. Salmun
2.202
2.689
56
Jln. Dramaga
1.968
2.865
57
Jln. Paledang
1.181
2.579
58
Jln. Dadali Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
1.546
3.066
0,4 0,6
D C C D D D C C D C D
0,6 0,8
D
0,8 0,7
D
0,5 0,5
C
Berdasarkan tabel 3.108 hasil perhitungan analisis tingkat pelayanan jalan, kota bogor memiliki tingkat pelayanan jalan dengan huruf yang berbeda-beda. Ada beberapa jalanyang sudah memiliki v/c ratio mencapai angka 0.25 – 0.54 atau dapat diartikan bahwa jalan tersebut memiliki tingkat pelayanan dengan kondisi yang baik atau dengan huruf C. Namun, ada juga beberapa jalan yang memiliki tingkat pelayanan dengan kondisi yang buruk yaitu dengan huruf D, E dan F. Jalan yang memiliki tingkat pelayanan dengan huruf F, yang berarti kepadatan
D D C
lalu lintas yang terjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan kemacetan dengan durasi yang lama, yaitu terjadi di jalan Pajajaran 2, Jalan Pajajaran 4, Jalan KH. Sholeh Iskandar 1 dan Jalan KH. Sholeh Iskandar 2. Dengan tingkat pelayanan jalan yang masih kondisinya buruk, perlu adanya penangananagar dapat menurunkan v/c ratio sehingga dapat memaksimalkan kinerja ruas jalan yang terdapat di Kota Bogor. Berikut tabel mengenai nilai tingkat pelayanan jalan berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2006 Tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan. Tabel 3.109 Nilai Tingkat Pelayanan Jalan No Tingkat Kecepatan Ideal D = V/C Pelayanan (km/jam)
1
A
< 0.04
> 60
2
B
0.04 – 0.24
50 – 60
Kondisi/Keadaan Lalu Lintas 1. Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi 2. Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan 3. Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya dengan sedikit tundaan. 1. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas 2. Kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum mempengaruhi kecepatan 3. Pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan. 1.
3
C
0.25 – 0.54
40 – 50
2. 3. 1.
4
D
0.55 – 0.80
35 – 40 2.
arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau mendahului. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus Kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan temporer dapat
No
Tingkat Pelayanan
D = V/C
Kecepatan Ideal (km/jam)
Kondisi/Keadaan Lalu Lintas
3.
1.
5
E
0.81 – 1.00
30 – 35
2. 3.
menyebabkan penurunan kecepatan yang besar Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat. Arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah; Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi; Pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.
1.
Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang 2. Kepadatan lalu lintas sangat 6 F > 1.00 < 30 tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan untuk durasi yang cukup lama Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14, 2006 Tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan.
D. Transportasi Analisis Terminal Kota bogor hanya memiliki tiga terminal dengan tipe yang berbeda-beda seperti terminal Baranangsiang yang memiliki tipe dengan huruf A dan terminal Bubulak, terminal Merdeka yang merupakan terminal dengan huruf C.. Terminal tersebut terletak di Jl.Pajajaran, Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan RTRW Kota Bogor 20112031 pemerintah kota bogor akan membangun terminal dengan Tipe A di Tanah Baru. Hal ini dilakukan karena terminal Baranangsiang, Kota Bogor tidak dapat memenuhi
kebutuhannya
lagi.
Berdasarkan
peninjauan
pada
terminal
baranangsiang oleh peneliti, terminal Baranangsiang saat ini menjadi sumber kemacetan bagi daerah sekitarnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh segi luasan terminal yang tidak sesuai dengan kriteria dan kondisi terminal yang termakan oleh waktu.
Berdasarkan ketentuan yang di keluarkan oleh pemerintah yang mengatur tentang persyaratan untuk berdirinya terminal dengan kasifikasi
tipe A yaitu harus 2
memiliki luas lahan sekurang-kurangnya sebesar 50.000 m . Berdasarkan peninjauan yang dilakukan oleh tim studio terhadap terminal Baranangsiang, kondisi terminal pada saat ini mengalami permasalahan pada kondisi fisik. Seperti halnya jalan berlubang di area terminal, penumpukan sampah tidak pada tempatnya di area terminal, sehingga wilayah terminal menjadi kumuh. Dari segi luasan yang tersedia, terminal Baranangsiang memiliki luas ± 19.330 2
m . Bila disesuaikan dengan Keputusan Mentri No 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, luas lahan yang harus disediakan untuk Terminal 2
tipe A sekurang – kurangnya dengan luas lahan sebesar 50000 m . Seharusnya, terminal yang terdapat di kota Bogor, yaitu terminal Baranangsiang diperuntukan dan dikelompokkan kedalam kelompok terminal dengan tipe C, namun pada realisasinya terminal Baranangsiang termasuk kedalam terminal tipe A. 3.5.2.3 Potensi, masalah dan konsep Prasarana Utama A. Potensi Adapun potensi yang dimiliki oleh aspek prasarana utama adalah sebagai berikut : 1. Kota Bogor memiliki jalan yang berstatus nasional yaitu jalan Tol Jagorawi. Jalan ini memiliki fungsi sebagai jalan penghubung untuk memberikan akses mudah untuk warga kota bogor yang ingin bertujuan ke kota jakarta, ataupun sebaliknya. 2. Rata-rata kondisi jalan di Kota Bogor sudah baik karena sudah di perkeras menggunakan aspal dan beton. B. Masalah 1. Kemacetan Hampir setiap kota besar maupun kota yang sedang berkembang dihadapkan dengan permasalahan transportasi yang serius, antara lain adalah kemacetan lalu lintas. Kondisi semacam itu berlangsung pada saat-saat jam sibuk (peak
hour), biasanya terjadi pada jam keberangkatan menuju kantor atau sekolah dipagi hari (06.30-07.30 WIB), jam pulang sekolah ataupun jam istirahat pegawai kantor di siang hari (12.30–13.30 WIB) maupun jam pulang kantor pada sore hari (16.00-18.00 WIB). Kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di persimpangan terutama pada saat-saat peak hour pasti akan selalu ada di kotakota besar seperti Surabaya atau Jakarta. Di kota Bogor saat ini memiliki permintaan perjalanan yang cukup tinggi, dimana untuk mobilisasi masyarakat diperlukan adanya sarana transportasi yaitu
kendaraan
pribadi
maupun
kendaraan
umum,
sejalan
dengan
pertumbuhan ekonomi semakin banyak juga permintaan perjalanan, hal ini berdampak pada semakin banyaknya pertumbuhan kendaraan di Kota Bogor khususnya kendaraan pribadi. Dengan adanya pertumbuhan kendaraan yang semakin meningkat dan tidak sejalan dengan peningkatan kapasitas jalan maka akan terjadi banyak permasalahan mengenai kemacetan yang berdampak luas pada kelancaran lalu lintas sehari-hari. Peningkatan kapasitas ruas jalan juga berhubungan
dengan
keterbatasan
lahan
serta
keterbatasan
anggaran
pemerintah daerah dalam melakukan pengembangan jarigan jalan baik yang sudah ada maupun pembangunan ruas jalan baru. Kinerja jaringan jalan juga bergantung pada fasilitas-fasilitas lain selain badan jalan itu sendiri, seperti misalkan pedestrian, jalur kendaraan tidak bermotor, manajemen lalu lintas yang baik, tempat/lokasi parkir yang memadai sehingga tidak menggunakan badan jalan dan lainnya. Akibat yang akan timbul dari adanya banyaknya permintaan lalu lintas adalah kemacetan lalu lintas, polusi udara yang tidak dapat terkontrol, aksesibilitas akan menurun, mobilitas akan semakin lambat. Penurunan kondisi jalan dalam banyak hal juga menjadi salah satu penyebab kemacetan yang merupakan dampak dari: Kemampuan pemeliharaan dan rehabilitasi jalan yang terbatas. Laju perbaikan jalan yang berjalan lebih lambat dari laju kerusakan jalan. Pertambahan volume lalu-lintas maupun intensitas beban yang terus meningkat termasuk overloading yang tidak terkendali.
Kualitas
hasil
penanganan
jalan
masih
belum
sesuai
dengan
rencana/spesifikasi. Berdasarkan hasil survey, Kota Bogor memiliki beberapa lokasi titik-titik kemacetan seperti di sekitar keliling luar Kebun Raya (Pertigaan Tugu Kujang, Depan Istana Bogor), sekitar Terminal Baranangsiang, Jalan Sukasari, Jalan Merdeka, Jalan Raya Tajur, Jalan Kapten Muslihat, Jalan Otto Iskandardinata dan Jalan Semplak. Penyebab kemacetan ini disebabkan karena banyaknya pelanggaran peraturan lalu lintas seperti angkutan umum yang berhenti menunggu penumpang dan banyaknya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan dibadan jalan, selain itu kurangnya penegakan hukum dari aparat yang bertugas kepada pengendara yang berprilaku kurang disiplin sehingga terkadang menyebabkan kecelakaan dan kurang memperhatikan faktor keselamatan. Selain itu, kemacetan dapat terjadi disebabkan karena jumlah volume kendaraan yang setiap tahunnya semakin bertambah, sehingga kinerja ruas jalan menjadi berkurang. C. Konsep Prasarana Utama Dalam permasalahan kemacetan yang terjadi di Kota Bogor, maka dibuatlah konsep untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berikut beberapa konsep mengenai aspek prasarana utama, yaitu: 1. Penerapan dan penertiban pada kendaraan angkutan umum. Adapun berbagai macam cara seperti penerapan shift dan penerapan Re-Routing. Cara ini berfungsi agar angkutan umum yang sering mengetem di pinggir jalan berkurang dan jumlah kendaraan angkutan umum di kota bogor berkurang jumlahnya. 2. Pemeliharaan terhadap prasarana transportasi dengan cara peningkatan kapasitas jaringan jalan. 3. Penataan sistem lalu lintas di Kota Bogor.
3.5.3 Aspek Utilitas Dengan perkembangan teknologi yang maju di suatu kota maka kebutuhan masyarakat pun semakin meningkat. Utilitas di Kota Bogor semakin meningkat tiap tahunnya dan berkaitan dengan itu pemerintah terus berupaya membangun sarana dan prasarana utilitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Kebutuhan utilitas yang ada di Kota Bogor didukung dari tujuh sub-aspek diantaranya kebutuhan drainase, listrik, air, sampah, gas, limbah dan telekomunikasi. 3.5.3.1 Fakta Prasarana Utilitas A. Drainase Secara umum, sistem drainase di Kota Bogor terbagi menjadi dua bagian, yaitu drainase alamiah dan drainase buatan. Saluran pembuangan alamiah adalah saluran pembuangan yang secara alami yang sudah ada di Kota Bogor. Saluran pembuangan alami Kota Bogor terdiri dari dua sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane yang masing-masing memiliki panjang 34 km dan 50,5 km yang mengalir dari arah Selatan ke Utara dimana sungai besar ini terdiri dari beberapa sungai kecil seperti Sungai Cipakancilan, Sungai Cipinanggading, Sungai Ciluar, Sungai Cisindangbarang, Sungai Cikaret, Sungai Cigenteng, Sungai Cipaku dan Sungai Cijeruk. Saluran pembuangan buatan adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Pada akhirnya saluran ini bermuara pada saluran alamiah yang dekat dengan saluran buatan tersebut. Hampir semua lebar saluran drainase di Kota Bogor sudah sesuai dengan SNI yaitu memiliki lebar 0,50 m dan kebanyakan jenisnya berupa batu kali serta ratarata kondisinya sudah baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.110 yang terdapat pada lampiran. Dari tabel 3.110, dapat disimpulkan bahwa kondisi drainase di Kota Bogor dapat dipersentasekan, di saluran kiri terdapat kondisi baik sebesar 48%, sedang sebesar 46%, rusak sebesar 5% dan rusak berat sebesar 1%. Sedangkan di saluran kanan memiliki kondisi baik sebesar 47%, sedang sebesar 45%, rusak sebesar 7% dan rusak berat sebasar 1%. Selain itu, Dari tabel 3.110 juga dapat diketahui bahwa
drainase yang kondisi rusak terdapat di daerah Tanah Sareal tepatnya di daerah Cimanggu dan Srigunting, dan Jalan Provinsi tepatnya di jalan Pahlawan. Selain itu, terdapat juga drainase yang kondisinya rusak berat yaitu terdapat di daerah Bogor Selatan tepatnya di Stasiun Batu Tulis. B. Kelistrikan Listrik adalah penunjang kehidupan masyarakat, tanpa adanya listrik masyarakat akan kesulitan menjalani kehidupannya sehari-hari. Pelayanan dan pengelolaan listrik ditangani oleh PT. PLN (Persero) Cabang Bogor dengan pelayanan yang hampir seluruhnya sudah terlayani. Jumlah pelanggan listrik tahun 2012 di Kota Bogor terdapat 201.841 pelanggan. Pelanggan terbanyak berada di Kecamatan Tanah Sareal yang mencapai 43.336 pelanggan. Kedua terbanyak adalah Kecamatan Bogor Barat yang mencapai 41.601 pelanggan. Dilihat dari daya yang tersambung, terbanyak di Kecamatan Bogor Utara sebesar 76.906.410 dibanding Kecamatan Tanah Sareal yang daya tersambungnya sebanyak 76.906.410. Tabel 3.111 Jumlah Pelanggan Listrik dan Daya Tersambung per Kecamatandi Kota Bogor Tahun 2012 No Kecamatan Jumlah Pelanggan Daya Tersambung 1
Kota Bogor Selatan
34.721
5.386.569
2
Kota Bogor Timur
20.491
57.342.380
3
Kota Bogor Utara
41.312
76.906.410
4
Kota Bogor Tengah
20.38
66.752.521
5
Kota Bogor Barat
41.601
53.389971
6
Tanah Sareal
43.336
76.140.920
2012
201.841
335.918.771
2011 Sumber : PLN Cabang Bogor
201.85
385.170.581
Jumlah
Tabel 3.112 Jumlah Gardu Listrik Menurut Jenis di Kota Bogor Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6
Kecamatan
Kios
Cantol
Portal
Bogor Selatan 1 9 42 Bogor Timur 3 9 Bogor Utara 3 41 Bogor Tengah 2 20 Bogor Barat 2 18 43 Tanah Sareal 20 42 Jumlah 3 55 197 Sumber: Kota Bogor dalam Angka 2011
Tembok
Gardu Hubung
Jumlah
16 11 40 64 48 26 205
2 2
68 25 84 86 111 88 462
Berdasarkan Tabel 3.111, terdapat 462 gardu listrik di Kota Bogor. Jumlah gardu terbanyak terdapat pada kecamatan Bogor Barat
dengan jumlah 111 gardu.
Sedangkan, jumlah gardu paling sedikit terdapat di kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 25 gardu. Permasalahan jaringan listrik pada kota Bogor masih ada beberapa desa yang belum bisa menikmati listrik karena kondisi geografis wilayah yang terpencil dan jauh dari jaringan PLN yang telah ada. Maka diharapkan program listrik desa menjadi salah satu solusi sehingga listrik bisa dinikmati oleh warga yang tinggal di pedesaan. Beberapa wilayah yang belum teraliri listrik misalnya Leuwiliang, Jasinga, dan sebagian Cipayung. Khusus untuk wilayah Cipayung yang merupakan pusat pariwisata, ada sekitar 10% dari pelanggan Cipayung yang berjumlah sekitar 110 ribu pelanggan yang belum menikmati listrik. Sementara, wilayah Leuwiliang dan Jasinga hampir sebagian besar belum menikmati jaringan listrik. PLN perlu membangun jaringan baru (investasi) untuk wilayah yang memang secara geografis sulit dijangkau. jumlah seluruh pelanggan PLN APJ Bogor mencapai 699 ribu pelanggan dengan komposisi 45 % pelanggan di Kota Bogor dan sisanya Kabupaten Bogor.
Gambar 3.61 Peta Jaringan Drainase
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
III-196
Gambar 3.62 Peta Distribusi Jaringan Listrik
C. Air Bersih Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, Kota Bogor menggunakan jaringan perpipaan dan non perpipaan. Jaringan perpipaan yaitu PDAM adalah perusahaan air minum yang menyuplai kebutuhan air bersih masyarakat Kota Bogor sedangkan jaringan non perpipaan adalah air tanah dengan menggunakan sumur gali,sanyo (sumur pantek) dan mata air. Mayoritas masyarakat Kota Bogor sudah menggunakan PDAM. Sumber air baku PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah Mata Air Tangkil, Mata Air Bantar Kambing, Mata Air Kota Batu, Mata Air Palasari, Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung. Ketersediaan air sungai sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas air yang dihasilkan PDAM Tirta Pakuan. Di Kota Bogor sendiri, terdapat sungai seluas 124,59 Ha dan sempadan sungai seluas 181,79 Ha. Sedangkan irigasi yang dibuat Pemkot Bogor sampai dengan tahun 2012 mencapai 273,30 meter dan jenisnya semuanya irigasi teknis. Berdasarkan tabel 3.113 yang terdapat pada lampiran, Pada tahun 2012 jumlah pelanggan di Kota Bogor sudah mencapai 109.846 yang sebagian besar yaitu sekitar 93,55% nya merupakan pelanggan rumah tangga. Pelanggan rumah tangga terbanyak ada di Kecamatan Tanah Sareal yaitu sebanyak 21.160 pelanggan. Dapat diketahui juga bahwa pelanggan PDAM yang paling banyak adalah kecamatan Bogor Tengah dengan jumlah pelanggan sebanyak 155 pelanggan untuk instansi pemerintahan, hal itu karena kecamatan Bogor Tengah merupakan pusat pemerintahan Kota Bogor. D. Gas Energi gas merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan sekarang dengan karena berbagai usaha dari pemerintah untuk mengkonvensionalkan gas ke masyarakat. Energi gas yang semakin diminati masyarakat Kota Bogor menunjukkan adanya peningkatan pelanggan gas di tahun 2012 yang mencapai 16.356 pelanggan dan 97% merupakan dari rumah tangga. Untuk kalangan industri meningkat hingga 2,46% dan kalangan komersil meningkat hingga 4,11%. Hal ini energi gas terjadi peningkatan penjualan 2,41%.
Tabel 3.114 Banyaknya volume Gas Yang Tersalurkan Menurut Kategori Pelanggan per tahun Kota Bogor 2010-2012 3 Jumlah pelanggan (JP) dan jumlah gas tersalur (m ) (tahun) Kategori 2010 2011 2012 Pelanggan 3
JP
m
3
JP
m
3
JP
m
16.350
4.073.227
16.267
4.017.491
16.356
3.837.916
Industri
172
395.450.482
180
435.704.404
177
446.435.350
Komersial
270
2.082.839
272
2.139.922
293
2.227.820
16.792
401.606.548
16.719
441.861.817
16.826
452.501.086
Rumah Tangga
Jumlah
Sumber: Kota Bogor dalam Angka 2012
Dalam tabel 3.113, perkembangan kebutuhan gas meningkat dari kategori rumah tangga, industri dan komersial. Untuk jumlah pelanggan lebih dominan pada kategori pelanggan rumah tangga akan tetapi untuk gas yang tersalurkan lebih dominan ke kategori industri yang setiap tahunnya meningkat. Peningkatan pada gas setiap tahunnya membuktikan bahwa laju pertumbuhan dari tahun ke tahun menurun akan tetapi laju pertumbuhan industri terus meningkat menandakan Kota Bogor menuju dalam perkembangan industri. E. Telekomunikasi Telekomunikasi saat ini sudah menjadi kebutuhan hidup yang disejajarkan dengan hak asasi manusia. PT Telkom yang merupakan salah satu badan usaha milik negara
yang
bergerak
dalam
pelayanan
jasa
telekomunikasi.
Media
telekomunikasi yang umumnya digunakan di Kota Bogor adalah telepon, dimana segala pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana telekomunikasi tersebut baik dari segi kualitas maupun jumlah sambungannya. Kota Bogor saat ini memiliki infrastruktur telekomunikasi yang menggunakan kabel maupun nirkabel. Infrastruktur pendukung telekomunikasi seluler ini adalah menara. Dari data eksisting yang ada di Kota Bogor, teridentifikasi ada sembilan operator dan masing-masing memiliki infrastruktur telekomunikasi berupa BTS (Base Transceiver Station), baik dalam bentuk site green field (GF) maupun roof top (RT).
Tabel 3.115 Jumlah Sebaran Tower Berdasarkan Tipe Site Tahun 2008 No Tipe Site Total 1 Tower Green Field 144 2 Tower/Pole Roof Top 108 Total 252 Sumber: Master Plan Tower Telekomunikasi tahun 2009
Tabel 3.116 Jumlah Sebaran Tower Green Field Tahun 2008 berdasarkan Tower Owner No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tower Owner Indonesian Tower Indosat Komet Lintas Sarana Komunikasi NTS Protelindo PTTB Telkom Telkomsel Unknown Vitcomm XL Total
Total 5 38 1 1 1 14 2 5 32 3 6 36 144
Sumber: Master Plan Tower Telekomunikasi tahun 2009
F. Persampahan 1. Kondisi Sampah di Kota Bogor Sampai saat ini sampah masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan khususnya bagi kota-kota besar di Indonesia salah satunya di Kota Bogor. Permasalahan ini timbul terutama karena:
Besarnya volume sampah yang berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi
Keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir
Teknis pengelolaan sampah yang masih konvensional.
Sampah menjadi hal buruk yang merusak pemandangan serta menimbulkan bau tidak sedap. Sampah yang dihasilkan Kota Bogor berasal dari aktivitas permukiman, sampah pasar, sampah pertokoan, sampah fasilitas umum dan sampah industri. Permasalahan sampah dan pengelolaan sampah di Kota Bogor
di antaranya adalah masih terdapat 171.053 atau 70,20% dari total 243.665 jumlah rumah tangga di Kota Bogor yang membuang sampah dengan cara diangkut. Sedangkan, sebanyak 72.611 atau 29,80% sisanya membuang sampang dengan cara menimbun, membakar, membuang ke sungai dan lainnya.Pada tahun 2013 baru terdapat 13 Kelurahan dengan total penduduk sebesar 39.540 jiwa yang terlayani program 3R (Reduse, Reuse, Recycle). Tahun 2011 diperhitungkan volume sampah yang dihasilkan warga Kota Bogor 3
3
mencapai 2.40 m . Dari jumlah ini, baru sekitar 70,1% atau sekitar 1640 m per 3
hari yang terangkut. Volume sampah yang terangkut naik sebesar 6 m /hari 3
dibandingkan tahun 2010 dimana volume sampah tahun 2010 sekitar 2.337 m . 3
Ada sekitar 1.628 m / hari sampah yang dibuang ke TPA Galuga. Sampah yang masuk ke dalam TPA Galuga sebesar 75,2% merupakan sampah organik. Gunungan sampah di TPAS Galuga yang merupakan TPAS Kota dan Kabupaten Bogor. 2. Sarana dan Prasarana Persampahan Kota Bogor a. Armada Persampahan Kota Bogor Menurut data yang di peroleh dari Dinas Kebersihan dan Pertanaman Tahun 2014 Kota Bogor memiliki sarana kebersihan seperti: Tabel 3.117 Armada Persampahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Armada Container Dump Truck Amroll Truck Landaan Container Bulldozer Whell Loader Track Loader Excavator Kijang Pick Up Cranedagger Sepeda Motor Mesin Potong Rumput Gergaji Mesin Mesin Pemangkas Pohon Sumber : DKP Kota Bogor
Jumlah Unit 84 52 17 17 2 1 1 1 6 2 6 25 3 1
b. TPS dan TPST TPS Komunal di Kota Bogor berjumlah 471 Unit, Gerobak Sampah yang tersebar di Kota Bogor 289 unit, tangki tinja 4 unit dan tangki air 3 unit. Selain TPS, Kota Bogor juga memiliki TPST yang tersebar di beberapa kecamatan, hal ini guna memperkecil volume sampah yang di bakar atau di buang ke sungai yang disebabkan kebiasaan warga. Alasan warga membakar atau membuang sampah ke sungai disebabkan wilayah tinggal mereka termasuk wilayah yang belum terlayani oleh pemerintah Kota Bogor. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor telah menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah dengan konsep 3R di 6 (enam) lokasi sebagai lokasi TPST 3R yaitu di Kelurahan Kertamaya, Kelurahan Mulyaharja, Kelurahan Katulampa (2 lokasi) dan Kelurahan Ciparigi. Keenam lokasi tersebut dipilih berdasarkan kesiapan lahan, yang meliputi 2
status lahan, kondisi lahan yang stabil, dan luas minimal 200 m . Selain kesiapan lahan, kesiapan masyarakat juga di kaitkan sebagai kriteria lokasi pengelolaan sampah yaitu meliputi kebutuhan untuk pengelola sampah, adanya potensi kelembagaan, serta masyarakat turut mendukung penuh operasional TPST 3R. G. Limbah Saat ini sistem pengelolaan air limbah di Kota Bogor masih di dominasi oleh sistem on-site dengan menggunakan septik tank. Di sisi lain masih terdapat pula masyarakat yang menggunakan sumber air tanah untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. Perbedaan kepentingan ini perlu diwaspadai terutama apabila kriteria teknis dari septik tank tidak dipenuhi dan kesadaran masyarakat akan sanitasi air limbah masih rendah. Saat ini kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, yang mengakibatkan kerusakan sumber daya alam serta beban pencemaran akibat limbah cair dan sampah rumah tangga masih rendah. Secara umum kondisi penanganan air limbah pada saat ini di Kota Bogor dapat dibedakan sebagai berikut:
Air dari dapur, mandi, dan cuci: On-site Disposal System, seperti dibuang langsung ke pekarangan rumah, tanpa menggunakan saluran. Imperfect Sewerage System, yaitu dengan menggunakan saluran (sewerage system). Sistem Terpusat (on-site).
Kotoran manusia: On-site Disposal System, yang meliputi penggunaan cubluk dan septic tank. Sistem Terpusat (off-site).
Gambaran kondisi sanitasi untuk setiap kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel 3.118 Gambaran Kondisi Sanitasi Setiap Kecamatan Kecamatan (jumlah unit) No
Kondisi Sanitasi
1
Total Kota
%thd Jumlah Penduduk
Bogor Timur
Bogor Barat
Bogor Tengah
Tanah Sareal
Bogor Selatan
Bogor Utara
Rumah + WC+ Tangki Septik
9.433
25.738
10.770
20.664
25.738
16.912
109.255
63,36%
2
Rumah + SPAL
5.431
3.568
3.692
8.627
3.568
3.462
28.348
19,73%
3
Rumah tanpa tanki septik
1.083
1.300
891
1.500
1.300
1.526
7.600
4,41%
4
Tidak Teridentifikasi
123
4.781
2.283
218
4.781
11
12.197
8,49%
5
Jumlah MCK
52
572
55
55
219
382
1.335
0,93%
6
Lain-lain
4.482
3,09%
163.217
100%
TOTAL Sumber : Laporan Masterplan SPAM, 2008
Daerah yang memiliki WC tanpa tanki septik di Kecamatan Bogor Barat adalah Kel. Semplak, di Kecamatan Bogor Selatan adalah Kelurahan Muarasari. Daerah kelurahan yang pemukimannya relatif belum dilengkapi dengan WC di Kecamatan Bogor Timur adalah Kel.Baranangsiang, Katumpala, Sukasari dan Tajur. Di Kecamatan Bogor Barat yaitu Kel. Kel.Menteng dan Pasir Kuda, di Kecamatan Bogor Selatan adalah Kel.Bondongan dan Cikaret. Kelurahan yang
masih belum memiliki MCK di Kecamatan Bogor Barat adalah Kel.Loji, Sindangbarang dan Bubulak. Air limbah dari Kota Bogor diolah hanya dengan menggunakan satu buah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berfungsi hanya sebagai instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT),yang terletak di Kelurahan Tegalgundil dan melayani sistem terpusat untuk Bogor Utara serta Tengah Sistem pembangan air limbah di Kota Bogor, baik setempat maupun terpusat masih menghadapi permasalahan teknis dan non teknis dalam operasi pengelolaannya yang secara umum. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sarana yang ada. Saat ini, Kota Bogor sudah memiliki satu Instansi Pengelolaan Lumpur Tinja 3
(IPLT) berkapasitas 26 m /hari. IPLT yang dibangun pada tahun 2011 terletak satu
area
dengan
IPAL Tegal
Gundil
Kecamatan
Bogor
Utara
dan
kecenderungannya meningkat dari waktu ke waktu. Kepemilikan sarana prasarana air limbah rumah tangga jamban siram ber tangki septik dan atau sewerage ataupun septic tank komunal menunjukkan baru mencapai sekitar 69,5%, dimana 57,4% tanki septic yang berumur lebih dari 5 tahun yang lalu terindikasi suspek cubluk. Indikasi terdapat sekitar 29% pembuangan air limbah rumah tangga di Kota Bogor yang sangat berpotensi tinggi mencemari lingkungan yang tentunya sangat perlu untuk mendapat perhatian. Tabel 3.119 Jenis dan Kondisi Sistem Pembuangan Air Limbah Domestik Kota Bogor 2010 Persentase Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sewerage
0,4
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke tangki septik
69,2
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke cubluk
0,5
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke lobang galian Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sungai/ kali/ parit Jamban siram/kekolam
0,0
Jamban siram/leher angsa disalurkan ke tidak tahu kemana Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke tangki septik Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke cubluk
20,9 0,2 0,1 0,4 0,1
Persentase Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke sungai/kali/parit Jamban nonsiram/ke Kolam
2,3 0,0
Gantung di atas sungai/ kolam
0,7
Tidak ada fasilitas: Di sungai/ kali/ parit/ got
3,3
Di tempat Ibadah
0,0
Di fasilitas jamban umum lain
1,5
Lainnya
0,5
Tidak tahu
0
Total
100,0
Sumber : Hasil Studi EHRA Kota Bogor Tahun 2010.
Hasil EHRA diperkuat dengan data kepemilikan Jamban dari Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 2009 bahwa secara keseluruhan cakupan pelayan air limbah seKota Bogor dari kepemilikan jamban sudah mencapai 74,27% akan tetapi tidak semua jamban dilengkapi dengan sistim pengolahan. Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2011 bahwa cakupan KK memiliki tangki septic sebesar 58,28 %, sedangkan persentase tangki septic yang terlayani oleh 3 armada truk baru 1,06% atau 1.204 unit, seperti pada tabel 3.120. Tabel 3.120 Pencapaian Kinerja Air Limbah Kota Bogor 2011 Indikator Cakupan
Satuan
Air Limbah Setempat 2015 Cakupan tangki septic terlayani
1,4
%
113.768
Unit
Cakupan KK memiliki tangki septic
58,28
%
Jumlah tangki septik terlayani
1.204
Unit
Cakupan tangki septic terlayani
1,06
%
2011 Jumlah tangki septic
Air Limbah Skala Komunitas/Kawasan/Kota 2015 Cakupan
0,42
%
976.530
Jiwa
Jumlah Penduduk Terlayani IPAL
2.150
Jiwa
Cakupan
0,22
%
2011 Jumlah Penduduk
Sumber :Dinas Kesehatan dan UPTD PAL Kota Bogor 2011
Pemerintah Kota Bogor dalam mengatasi jamban yang tidak memiliki tangki septik dan mengubah perilaku buang air besar sembarang melalui pembangunan MCK++
(MCK dan Tangki Septik Komunal) sejak tahun 2007 baik melalui
Program Sanimas dengan sebanyak 26 unit dengan 902 SR septic tank komunal dengan total pemanfaat sebanyak 9.211 jiwa Kelurahan-kelurahan yang mendapatkan pembangunan MCK ++, seperti berikut ini : 1. Tahun 2007
: Kelurahan Tajur
2. Tahun 2008
: Kelurahan Gunung Batu
3. Tahun 2009
: Kelurahan Pasirmulya
4. Tahun 2010
: Kelurahan Gunung Batu, Bubulak, Balumbangjaya, Paledang,
Cimahpar, Pamoyanan 5. Tahun 2011
: Kelurahan Tegallega, Harjasari
6. Tahun 2012
: Kelurahan Babakan, Ciparigi, Kedungwaringin, Sukaresmi,
Bubulak, Sindangbarang, Gunung Batu, Pasirkuda, Bondongan, Pamoyanan, Sindangrasa, Katulampa, Curug, Balumbangjaya, Cibadak.
Gambar 3.63 SANIMAS Gunung Batu
Gambar 3.65 SANIMAS Tajur
Gambar 3.64 SANIMAS Harjasari
Gambar 3.66 SANIMAS Bubulak
Sumber: Hasil Survey Tim Studio 2014
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
III-206
1. Sistem Pengolahan Limbah Domestik A. Sistem Pengolahan Tinja. Sistem pengolahan tinja di Kota Bogor dari rumah tangga ataupun tempattempat lain masuk ke dalam bak pemisah lumpur (Solid Separation Chamber / SSC). Dibak permisah lumpur ini terjadi proses filtrasi dan pengendapan zat padat (Solid). Selanjutnya, air resapan hasil filtrasi masuk ke dalam bak pengumpul, filtrate masuk kedalam bak pengumpul filtrate (Sump Weel). Apabila pengisisan SSC sudah mencapai batas pelimpah air (over flow), maka akan terjadi pula pelimpahan air melalui Gutter dan dialirkan melalui pintu air menuju Balancing Tank. Filtrat yang terkumpul di bak pengumpul filtrat dipompakan ke Balancing Tank. Dari Balancing Tank, air limbah leffluer disalurkan kedalam Oxidation Ditch. Didalam Oxidation Ditch air limbah ini akan dialirkan menuju Clarifier. Sebagian Lumpur yang terendap dalam Clarifier akan dikembalikan lagi ke Oxidation Ditch, dan sebagian lagi dibuang ke bak pengering Lumpur (Sludge Draying Bed). Padatan (solid) yang terkumpul di SSC bila telah mencapai batas tertentu dan cukup kering, Kualitas hasil pengolahan dari IPLT dengan adanya proses pengolahan maka Lumpur tinja di SSC yang kekentalannya mencapai 3700 mg/l akan turun menjadi 110-1200 mg/liter setelah masuk ke Balancing Tank. BODeffluen dari bak pengendap akhirnya (Clirifier) yang di tampung di bak penampung air berkisar antara 80 -120 ny/l.
Gambar 3.67 Kolam Lumpur Tinja Sumber: Google
B. Sistem Pengolahan Air Limbah Teknologi pengolahan air limbah yang saat ini digunakan pada IPAL tegal Gundil Kota Bogor
adalah berupa stabilisasi yang terdiri dari kolam
anaerob, kolam aerob, kolam fakultatif, kolam fakultatif, dan kolam maturasi dengan kapasitas desain ±1,4 l/det. Air limbah domestik dari permukiman dialirkan melalui perpipaan yang dilengkapi dengan saringan kasar untuk menyaring sampah berukuran besar seperti daun, kertas, plastik dan lain-lain. Setelah melalui screen air limbah dialirkan ke bak penampungan awal yang berada pada rumah pompa, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lain. Selain sebagai bak pengendapan, bak penampungan juga berfungsi sebagai bak pengontrolan aliran, bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, pengurai lumpur dan penampung lumpur. Setelah itu, limbah
akan masuk kedalam bangunan
pembagi. Bangunan pembagi terletak di pintu masuk IPAL Tegal Gundil yang berfugsi sebagai aliran ke setiap kolam Anaerob. Kolam anaerob difungsikan sebagai kolam penampungan air limbah yang merupakan kolam pertama sebagai proses pengolahan air limbah. Air limbah dari anaerob dialirkan ke kolam aerob. Pada kolam aerob bentuk pengolahan biologi dengan memanfaatkan bakteri dan algae dalam kondisi aerob yang dibantu dengan oksigen yang dihasikan oleh algae yang tumbuh dipermukaan air. Lalu dialirkan ke kolam fakultatif. Kolam fakultatif berfungsi sebagai kolam pengolahan air limbah dengan kekuatan medium atau kecepatan lebih rendah dari kolam anaerob. Dari kolam fakultatif , air limbah dialirkan ke kolam maturasi akhir. Kolam maturasi akhir
sebagai kolam pematangan
lumpur. Air dari kolam maturasi dialirkan ke kolam filtrasi untuk memisakan kandungan lumpur yag terdapat dalam limbah dengan sistem penyaringan. Air lmbah yang telah di kelola IPAL dan telah dilakukan pengujian laboratorium akan dialirkan ke sungai. Untuk IPAL Tegal Gundil yang telah memuhi standar di alirkan ke Sungai Ciheuleut.
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
III-208
Gambar 3.68 Kolam pengolahan IPAL Sumber: Google
2. Pengolahan Limbah Non-Domestik Kota Bogor mempunyai beberapa zona Industri khususnya pada bagian utara Kota Bogor. Namun pada saat ini belum ada pengolahan limbah industri secara komunal. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi dilapangan serta wawancara SKPD terkait yaitu (DKP dan Dinas lingkungan hidup), pembuangan limbah khususnya limbah cair industri di Kota Bogor, langsung dibuang ke Sungai atau anak sungai, khususnya Sungai Ciliwung, setelah sebelumnya diolah pada instalasi pengolahan limbah pada masing-masing industri atau pabrik. Hal ini dikarenakan
belum adanya rencana detail yang mencakup perencanaan
pengolahan air limbah khususnya untuk limbah industri. 3.5.3.2 Analisis Prasarana Utilitas A. Drainase Terdapat beberapa jenis saluran drainase, yaitu Saluran pengendalian banjir, Saluran primer, Saluran sekunder dan Saluran tersier yang masing-masing dari jenis drainase tersebut menyebar di seluruh Kota Bogor. Untuk lebih jelas penyebaran dari jaringan drainase, dapat dilihat pada gambar 3.69 . Berdasarkan fakta drainase di Kota Bogor, Sistem drainase Kota Bogor tidak berfungsi dengan baik sehingga pada saat hujan ruas jalan tergenang air yang akhirnya berdampak pada kerusakan badan jalan. Terdapat beberapan titik drainase yang kondiinya kurang baik, yang akan dijelaskan pada Tabel 3.121.
No
1
2
Nama Jalan
Jalan Pahlawan
Cimanggu
Tabel 3.121 Kondisi drainase yang bermasalah Kiri Kanan Lebar (m)
1,00
0,20
Jenis
BK
BK
Kondisi
S
R
Lebar (m)
1,00
0,20
Jenis
BK
BK
Kondisi
R
drainase besar (main drain) dengan drainase kecil (sub drain) tidak berfungsi dengan baik, sehingga terjadi kesemrautan saluran air karena keduanya tidak terhubung secara benar. Banyak sampah
R
Karena lebarnya drainase yang tidak memenuhi standar tidak dapat menampung debit air hujan.
3
Srigunting
0,40
BK
R
0,40
BK
R
4
Stasiun Batu Tulis
0,50
BK
RB
0,50
BK
RB
Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
Penyebab
Faktor manusia yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dengan masih terbiasa membuang sampah secara sembarangan. Terdapat banyak sampah di dalam gorong-gorong drainase. Tidak dapat menampung debit air hujan
Gambar 3.69 Peta Analisis Jaringan Drainase
B. Kelistrikan Energi listrik merupakan sumber energi utama bagi suatu kota dan wilayah pengembangan sistem kelistrikan dengan tingkat pemakaian daya listrik yang akan terus bertambah dengan penambahan energi listrik dan perluasan jaringan listrik. Pemenuhanjaringan listrik di Kota Bogordipenuhi dari PLN dan Non PLN. Upaya untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, industri, pemerintahan, pelayanan perdagangan dan sosial serta penerangan jalan, maka perlu diketahui kebutuhan listrik hingga masa perencanaan. Adapun standar perhitungan kebutuhan listrik digunakan rumus:
Rumah tangga memerlukan 900 watt tiap unit, dengan asumsi bahwa 1 unit/1 rumah tangga dihuni oleh 5 orang.
Industri membutuhkan 25% dari kebutuhan rumah tangga.
Fasilitas sosial ekonomi membutuhkan 25% dari kebutuhan rumah tangga.
Penerangan jalan dibutuhkan 10% dari kebutuhan rumah tangga.
Berikut merupakan perhitungan kebutuhan jaringan listrik Kota Bogor, berdasarkan standar pemenuhan kebutuhan diatas. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan listrik di Kota Bogor, maka pada tahun perencanaan 2012-2032 dibutuhkan energi listrik sebesar 1.849.976 KVA dengan rincian, yaitu untuk domestik yaitu sebesar 258537 KVA, untuk non-domestik yaitu sebesar 155122 KVA. Untuk lebih jelas proyeksi kelistrikan yang terjadi di Kota Bogor, dapat dilihat pada tabel 3.122 yang terdapat pada lampiran dan dan gambar 3.70.
Gambar 3.70 Peta Analisis Jaringan Listrik
C. Air Bersih
Kebutuhan air bersih merupakan faktor penting yang harus dipenuhi. Perencanaan yangbaik yang didasarkan pada proyeksi kebutuhan yang tepat merupakan hal yang mutlakdiperlukan. Hal ini mengingat bahwa air sebagai salah satu kebutuhan dasar setiapmanusia.kebutuhan air non domestik sebanyak 95.515.081 liter/hari. Di wilayah perkotaan, pengelolaan air bersih dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air minum (PDAM). Pengelolaan air bersih juga dilaksanakan melalui perlindungan mata air di kecamatan, penampungan dan pengolahan air hujan, serta pembuatan sumur-sumur. Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan pelayanan jaringan air bersih perlu adanya upaya pengembangan jaringan yang disesuaikan dengan perhitungan kebutuhan. Adapun standar perhitungan kebutuhan air minum digunakan rumus :
Kebutuhan air bersih untuk domestik 190lt/jiwa (lt)
Kebutuhan air bersih untuk non domestik industri 10%xdomestik (lt)
Kebutuhan air bersih Fasilitas sosum 5%xdomestik (lt)
Kebutuhan air bersih Fasilitas hidran umum 5%xdomestik (lt)
Berdasarkan hasil proyeksi sampai tahun 2032, dapat diketahui tiap tahun kebutuhan airbersih meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk.kebutuhan air bersih yang diperlukan di Kota Bogor adalah sebesar 369.851.628liter/hari yang terdiri dari kebutuhan air bersih domestik sebanyak 272.900.230 liter/hari dankebutuhan air non domestik sebanyak 95.515.081 liter/hari. Untuk lebih jelas proyeksi kebutuhan air bersih yang terjadi di Kota Bogor, dapat dilihat pada tabel 3.123 yang terdapat pada lampiran dan dan gambar 3.71.
Gambar 3.71 Peta Jaringan Distribusi Air Bersih
D. Gas Pelayanan jaringan gas di Kota Bogor ditangani oleh Perusahaan Gas Negara (PGN). Perusahaan Gas Negara ini melayani dua jenis kegiatan yaitu kegiatan rumah tangga dan komersial. Jaringan gas di Kota Bogor berasal dari sumber gas alam yang disalurkan atau dialirkan melalui sistem perpipaan yang berasal dari Indramayu melalui Jakarta dan Cibinong. Jalur perpipaan yang masuk ke Kota Bogor dibagi menjadi dua jalur yaitu:
jalur pertama, masuk ke pusat distribusi kota Jalan M.A. Salmun.
jalur kedua, melalui jalan Raya Pajajaran menuju arah Jalan Raya TajurCiawi.
Dari pipa induk yang bertekanan tinggi, sebelum didistribusikan ke konsumen, gas terlebih dahulu diatur untuk diturunkan tekanannya dengan alat Meter Regulator Sistem (MRS) untuk selanjutnya dialirkan melalui pipa bertekanan sedang dan rendah, lalu didistribusikan kepada pelanggan/konsumen.Konsumsi gas di Kota Bogor yang melalui pipa penggunaan terbesarnya dikuasai oleh Industri, selanjutnya penggunaan terbanyak oleh rumah tangga, perkantoran, dan terkecil digunakan oleh hotel dan losmen. Terdapat beberapa warna jalur perpipaan yang melewati wilayah Kota Bogor yaitu:
No 1
2
Tabel 3.124 Jalur pipas gas di Kota Bogor berdasarkan warna Warana Pipa Wilayah yang tersalurkan Pipa merah Kec. Bogor Utara Kec. Bogor Timur Kec. Bogor Tengah Kel. Cibogor Kel. Pabaton Kel. Tanah Sareal Kel. Cibuluh. pipa hijau
Kec. Bogor Utara Kec. Bogor Timur Kel. Kebonpedes Kel. Gunung Batu Kel. Panaraga Kel. Empang Kel. Bondongan Kel. Tegalega Kel. Tegal Gundil Kel. Sempur
No
Warana Pipa
3
pipa ungu
4
pipa biru
Wilayah yang tersalurkan Kel Gudang Kel Sukasari Kel. Batutulis Kel. Gunung Batu Kel. Cibogor Kel. Panaragan Kel. Babakan Kel. Sukasari Kel. Sempur Kel. Tegal Gundul Kel Tegal Gundul Kel. Gudang Kel. Bondongam Kel. Sukasari, Kel. Cibogor Kel. Kebon Kelapa.
Yang akan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.72. E. Telekomunikasi Kebutuhan prasarana telekomunikasi dengan pertimbangan tingkat kesejahteraan penduduk, kondisi perekonomian kawasan/wilayah dan kesadaran penggunaan telepon sebagai alat komunikasi yang lebih cepat dan murah. Pada kawasan kota yang telah terlayani sistem jaringan dengan mudah melakukan pengembangan sistem kombinasi antara jaringan bawah tanah maupun bentangan udara yang ditempatkan dengan sistem infrastruktur lainnya. Pelayanan kebutuhan telepon didasarkan pada standar kebutuhan dengan rasio tingkat layanan kebutuhan pribadi dan umum. Adapun standar untuk telepon pribadi yaitu1 : 14 dan telepon umum 1 : 250, tetapi tingkat pelayanan akan disesuaikan antara supply dan demand yang ada untuk mengoptimalkan kinerja dan pemerataan sistem telekomunikasi pada semua wilayah di Kota Bogor.
No
Tabel 3.125 Analisis Proyeksi Kebutuhan Prasarana Telekomunikasi Kota Bogor sampai dengan Tahun 2032 Kebutuhan Sarana Komunikasi Kecamatan/Kelurahan Proyeksi Penduduk Tahun 2013 Telepon Umum (SST) Telpon Pribadi (SST)
1
Kota Bogor Selatan
193.411
774
13.815
2
Kota Bogor Timur
101.456
406
7.247
3
Kota Bogor Utara
184.708
739
13.193
4
Kota Bogor Tengah
102.582
410
7.327
5
Kota Bogor Barat
227.938
912
16.281
Kebutuhan Sarana Komunikasi No 6
Kecamatan/Kelurahan Tanah Sareal Total
Proyeksi Penduduk Tahun 2013
Telepon Umum (SST)
Telpon Pribadi (SST)
211.664
847
15.119
1.021.759
4.087
72.983
Kebutuhan Sarana Komunikasi No
Kecamatan/Kelurahan
Proyeksi Penduduk Tahun 2018
Telepon Umum (SST)
Telpon Pribadi (SST)
1
Kota Bogor Selatan
208.453
834
14.890
2
Kota Bogor Timur
10.915
44
780
3
Kota Bogor Utara
205.285
821
14.663
4
Kota Bogor Tengah
94.542
378
6.753
5
Kota Bogor Barat
253.362
1.013
18.097
6
Tanah Sareal
242.242
969
17.303
1.014.799
4.059
72.486
Total
Kebutuhan Sarana Komunikasi No
Kecamatan/Kelurahan
Proyeksi Penduduk Tahun 2023
Telepon Umum (SST)
Telpon Pribadi (SST)
1
Kota Bogor Selatan
224.665
899
2
Kota Bogor Timur
117.428
470
8.388
3
Kota Bogor Utara
228.154
913
16.297
4
Kota Bogor Tengah
87.133
349
6.224
5
Kota Bogor Barat
281.622
1.126
20.116
6
Tanah Sareal
277.238
1.109
19.803
1.216.240
4.865
86.874
Total
16.048
. Kebutuhan Sarana Komunikasi No
Kecamatan/Kelurahan
Proyeksi Penduduk Tahun 2028
Telepon Umum (SST)
Telpon Pribadi (SST)
1
Kota Bogor Selatan
242.138
969
17.296
2
Kota Bogor Timur
126.334
505
9.024
3
Kota Bogor Utara
253.571
1.014
18.112
4
Kota Bogor Tengah
5
Kota Bogor Barat
6
Tanah Sareal Total
80.304
321
5.736
313..033
1.252
22.360
31.729
127
2.266
1.047.109
4.188
74.794
Kebutuhan Sarana Komunikasi No
Kecamatan/Kelurahan
Proyeksi Penduduk Tahun 2032
Telepon Umum (SST)
Telpon Pribadi (SST)
1
Kota Bogor Selatan
257.091
1.028
18.364
2
Kota Bogor Timur
133.943
536
9.567
Kebutuhan Sarana Komunikasi No
Kecamatan/Kelurahan
Proyeksi Penduduk Tahun 2032
Telepon Umum (SST)
Telpon Pribadi (SST)
275.929
1.104
19.709
75.228
301
5.373
3
Kota Bogor Utara
4
Kota Bogor Tengah
5
Kota Bogor Barat
340.667
1.363
24.333
6
Tanah Sareal
353.459
1.414
25.247
1.436.317
5.745
102.594
Total Sumber: Hasil Analisa Tim Studio 2014
Dari hasil analisis estimasi kebutuhan telepon pada tahun perencanaan 2012-2032, maka didapatkan hasil untuk kebutuhan telepon di Kota Bogor sebanyak 5.745 SST untuk telepon umum dan 102.594 SST untuk telepon pribadi.Dari hasil analisis estimasi kebutuhan telepon pada tahun perencanaan 2012-2032, maka didapatkan hasil untuk kebutuhan telepon di Kota Bogor sebanyak 5.745 SST untuk telepon umum dan 102.594 SST untuk telepon pribadi. F. Persampahan Upaya untuk memenuhi kebutuhan akan jaringan persampahan khususnya ditahun perencanaan
maka
dilakukan
perhitungan
prediksi
kebutuhan
jaringan
persampahan dan saranapendukungnya. Adapun dalam menghitung kebutuhan sarana pengelolaan sampah, maka perlu diketahui perkiraan produksi sampah, proyeksi produksi sampah menggunakan dasar SNI 3242-2008 yang perhitungannya adalah sebagai berikut :
Sampah rumah perhitungan 1 rumah terdiri 5 jiwa (2,5 liter/orang/hari )
Sampah pasar diasumsikan 20 % dari seluruh sampah rumah tangga.
Sampah lain-lain diasumsikan 5 % dari seluruh sampah rumah tangga.
Tempat Sampah Standart 1 KK 1 tempat sampah
TPS Standart 1 TPS = 50 tempat sampah
Kontainer Standart 1 kontainer =10 TPS
Hasil analisis perhitungan kebutuhan jaringan persampahan dan pendukungnya dapat dilihat pada tabel lampiran. Dilihat dari Tabel 3.126, jumlah produksi sampah (2012-2032) mencapai 4.488.491. jumlah sampah yang terangkut adalah 2.693.094. Berdasarkan hasil analisis tingkat kebutuhan prasarana persampahan
yang dibutuhkan adalah 251.890 unit, yang terdiri atas 1 tempat sampah untuk setiap 1 KKnya berjumlah 246.468, Tempat Pembuangan Semenetara (TPS) 4929 unit dan kontainer sebanyak 493 unit yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. 1. Pengolahan Sampah Pengolahan sampah di Kota Bogor, berdasarkan Masterplan Persampahan Kota Bogor 2008 menggunakan kombinasi antara system reduksi dengan pengangkutan ke TPA untuk mengelola timbulan sampah. Hal ini terkait dengan penanganan sampah dengan pendekatan ”zero waste” melalui pengelolaan sampah terpadu merupakan konsep yang sangat ideal, namun keberhasilannya memerlukan dukungan dan
keterlibatan dari seluruh
stakeholder. Paling tidak apabila pengelolaan sampah terpadu ini dapat berjalan meski tidak 100% sampah berhasil didaur ulang, residu atau sisa sampah yang harus dibuang dapat ditekan jumlahnya. Sistem reduksi dimaksudkan untuk mengurangi pengangkutan, khususnya pengangkutan ke TPA, secara garis besar terdiri atas : 1. Reduksi di sumber, yakni pengurangan timbulan sampah ditingkat individu. Pengurangan timbulan tersebut dilakukan dengan pemilahan sampah antara sampah yang dapat didaur ulang dengan yang tidak. Hasil pemilahan di tingkat sumber berkualitas sangat baik. Sistem reduksi yang dapat dilakukan adalah 3R skala individu menjadi program utama di kawasan ini dan bank sampah. Syaratnya adalah wilayah yang masyarakatnya mau menjalankan program ini, kawasan padat bangunan yang sulit ketersediaan lahan serta aksesibilitas pengangkutan sampah ke TPS sulit. 2. Reduksi di TPS, yakni pengurangan timbulan sampah di tingkat TPS. Pengurangan ini dilakukan dengan pemilahan sampah yang dapat didaur ulang atau dengan yang tidak. Hasilnya pemilihan di tingkat TPS, berkualitas sedang-baik. Reduksi di TPS akan mengurangi beban pengangkutan di TPA dan mengurangi biaya operasional pengangkutan. Sistem reduksi yang dapat dilakukan adalah 3R skala kawasan (skala beberapa RW)
3. Reduksi di TPA, yakni pengurangan sampah di tingkat TPA, dilakukan dengan pemilahan sampah, sehingga akan mengurangi tumpukan sampah di TPA. Teknologi sederhana digunakan dalam pemilahan dan reduksi sampah baik yang akan dillaksanakan di sumber, TPS, maupun di TPA sehingga dimungkinkan terbentuknya program daur ulang sampah organik dan organik, baik untuk tingkat rumah tangga maupun untuk tingkat komunal. Bentuk pemilahan sampah di antaranya dalam bentuk program composting dan bank sampah. Perlu digarisbawahi bahwa reduksi yang dapat menimbulkan nilai ekonomi sampah, bukanlah tujuan utama. Bisnis utama persampahan adalah pelayanan kebersihan, sedangkan reduksi sampah adalah untuk mengurangi beban pelayanan kebersihan disamping menghasilkan keuntungan financial. Teknologi TPA yang akan digunakan adalah sistem sanitari land fill di TPA Regional (Nambo) pengganti TPA Galuga. TPA regional Nambo merupakan bentuk konsorsium sistem penanganan sampah oleh pihak swasta yaitu Perusahaan Pengelolaan Persampahan Jabodetabek (JWMC) atau PT. Kebersihan Jabodetabek (PTKJ) yang melibatkan daerah pelayanan seJabodetabek. Kewenangan yang diberikan pada masing-masing daerah pengguna dalam kerjasama ini adalah mengangkut sampah dari TPS-TPS yang ada ke Stasiun Peralihan Antara (SPA), sementara dari SPA diangkut oleh perusahaan menuju TPA. Dengan demikian penyediaan stasiun peralihan antara (SPA) merupakan salah satu kunci keberhasilan konsep ini. TPPAS Kayu Manis merupakan fasilitas pendukung TPA Regional Nambo, sebagai Stasiun Peralihan Antara (SPA), yang sebelumnya direncanakan di Ciluar. Sebelum beroperasinya TPA Regional Nambo, maka untuk mengurangi beban operasional TPA Galuga, maka tindakan reduksi pada no.3 di atas dilakukan di TPPAS Kayu Manis. Dengan pemilahan sampah di TPPAS Kayu Manis, maka sampah yang diangkut ke TPA Galuga atau TPA Regional Nambo jika sudah beroperasi akan berkurang.
Di sisi lain salah satu kendala pengelolaan sampah Kota Bogor adalah tidak terdapatnya tempat pembuangan akhir (TPA) dalam batas administrasi. keberadaan TPA Galuga milik Kota Bogor yang kini lokasinya berada di wilayah kabupaten dihadapkan pada pembatasan ijin pemakaian. Dalam kondisi terbatasnya lahan untuk lokasi TPA di dalam wilayah kota, maka perpanjangan ijin penggunaan TPA Galuga merupakan alternatif yang dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Namun demikian untuk jangka panjang sampai tahun 2029, penggunaan TPA Regional Nambo merupakan alternatif lain yang bisa digunakan dalam rangka penanganan persampahan Kota Bogor secara konvensional. Adapun zona prioritas penanganan sampah secara umum adalah : 1. Jenis kawasan : Permukiman, Komersial, Jalan, Pasar, Industri, Lain – lain, Fasum 2. Kepadatan penduduk lebih dari 100 jiwa per ha dengan aksesibiltas kawasan sulit 3. Daerah rawan persampahan (hasil studi EHRA) Kelemahan penanganan program adalah belum ditetapkannya satuan wilayah pelayanan sampah, misalkan tingkat terendah adalah RW, serta belum terdatanya pelayanan sampah per satuan wilayah, minimal tingkat RW
yang
dilengkapi
dengan
keberadaan
lokasi
TPS,
frekuensi
pengangkutannya. G. Limbah 1. Pengolahan air limbah individual Dari data sekunder yang di dapat pada pengolahan air limbah individual di Kota Bogor, sebanyak 26% KK yang belum mempunyai pengolahan air limbah berupa septic tank. Mereka membuang limbah dengan menggunakan empang atau langsung dibuang ke sungai. Dari hasil observasi dan wawancara dilapangan yang telah dilakukan, hal yang menyebabkan mereka tidak mempunyai pengolahan limbah berupa septic tank yaitu : a. Lahan terbatas untuk pembuatan Septic Tank; b. Tingkat ekonomi masyarakat rendah;
c. Pegetahuan masyarakat mengenai prasarana limbah rendah (kebiasaan masyarakat menggunakan fasilitas traditional berupa sungai dan empang atau jamban masih ada). Dari hasil pengamatan dilapangan untuk septic tank individu yang dibuat oleh masyarakat belum memenuhi SNI 03-2398-2002 tentang septic tank. Sesuai pengamatan serta wawancara yang dilakukan hal tersebut dikarenakan karena masyarakat belum mempunyai pengetahuan mengenai prasarana air limbah khususnya pengetahuan pengolahan air limbah pada septic tank. 2. Pengolahan air limbah komunal a) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Dalam RTRW Kota Bogor terdapat rencana pengembangan IPAL yaitu IPAL Tegal Gundil, Ciluar dan Kayu Manis. Kota Bogor dibagi dalam 3 zona pelayanan air limbah. Zona Barat merupakan zona yang sebagian besar dilayani dengan sistem on-site, sedangkan zona timur dan tengah dilayani dengan gabungan sistem off-site, on-site dan intermediate. Dua buah jaringan utama air limbah sudah teridentifikasi sebagai bagian jaringan air limbah skala kota dalam jangka panjang (setelah 2030). Sebuah jalur pipa induk di zona tengah, dengan potensi mengumpulkan air limbah dari area seluas 1.200 Ha. Jalur pipa induk ini berawal dari Jl Sukasari, Jl Juanda, Jl Paledang, Jl Merdeka, Jl Tentara Pelajar dan Jl Johar menuju IPAL di Kayu Manis. Pipa Induk yang lainnya di zona timur air limbah, dengan luas area potensial seluas 1 400 Ha. Pipa Induk dipasang dari utara kearah timur dari Jl Raya Pajajaran, Jl Babakan, Jl Bantarjati, Jl Cibuluh dan Jl Raya Bogor menuju IPAL di Ciluar. Terdapat juga saluran air limbah yang menuju ke pengolahan di Tegal Gundil pada zona timur ini. Pada tahun 2030, kedua sistem terpusat ini akan melayani sekitar 52.000 sambungan domestik dan non domestik. Sambungan ini mewakili sekitar 50% pelanggan di area dengan kepadatan di atas 300 jiwa/ha. Dari rencana yang sudah ada, baru satu IPAL yang telah beroperasi yaitu IPAL Tegal Gundil. Untuk dua lokasi rencana pengembangan IPAL belum terlaksana. Dari hasil pengamatan lokasi rencana IPAL dan wawancara
dengan SKPD terkait (Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta Dinas Tata Kota Kota Bogor, dan staf kelurahan) IPAL belum dapat dioperasikan karena pada saat ini baru pada tahap rencana lokasi, pengukuran dan penggalian tanah, hal ini didasari oleh anggaran Kota Bogor atau pemerintah terbatas. IPAL Tegal Gundil IPAL tegal Gundil adalah satu-satunya IPAL yang telah beroperasi di Kota Bogor. Dari rencana ysng telah ada, IPAL tegal gundil direncanakan mencakup 600 sambungan rumah, namun pada saat ini IPAL Tegal Gundil baru mencakup 300 SR atau 50% dari rencana. Dari hasil pengamatan dan observasi di lapangan serta wawancara dengan masyarakat sekitar IPAL Tegal Gundil dapat disimpulkan beberapa masalah, antara lain : Masyarakat belum minat dan paham untuk menyambung Sambungan Rumah ke IPAL Tegal Gundil Sambungan IPAL Tegal Gundil masih belum mencapai sambungan rumah rencana IPLT Tegal Gundil Berdasarkan laporan pendapatan operasi sedot tinja, diperkirakan terdapat sekitar 5.000-6.000 rumah (kurang dari 3% rumah tangga) yang menggunakan jasa sedot tinja pada tahun 2010, hal ini mengindikasikan permintaan kebutuhan yang sangat kecil. Kapasitas terpakai IPAL diperkirakan kurang dari 50%. b) SANIMAS Di Kota Bogor telah terdapat Progam Sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS) dari tahun 2007. Pada saat ini terdapat 26 lokasi SANIMAS. Dari hasil observasi dan pengamatan serta wawancara dilapangan, yaitu pada SANIMAS Tajur, Harjsari, Bubulak, dan Gunung Batu, kondisi SANIMAS pada lokasi tersebut kurang terawat dengan baik dan septic tank komunal tidak pernah dikuras dan diangkut. Hal ini dikarenakan akses untuk
mencapai lokasi sanimas terbatas, tidak bisa dijangkau oleh mobil penyedot lumpur dan tinja. 3. Pengolahan Limbah Non Domestik (Industri) Kota Bogor mempunyai beberapa zona Industri khususnya pada bagian utara Kota Bogor. namun pada saat ini belum ada pengolahan limbah industri secara komunal. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi dilapangan serta wawancara SKPD terkait yaitu (DKP dan Dinas lingkungan hidup), pembuangan limbah khususnya limbah cair industri di Kota Bogor, langsung dibuang ke sungai atau anak sungai, khususnya Sungai Ciliwung, setelah sebelumnya diolah pada instalasi pengolahan limbah pada masing-masing industri atau pabrik. Hal ini dikarenakan karena belum adanya rencana detail yang mencakup perencanaan pengolahan air limbah khususnya untuk limbah industri.
Gambar 3.72 Peta Jaringan Gas
Gambar 3.73 Peta Rencana Pengelolaan Sampah
Gambar 3.74 Peta Pengelolaan Limbah
3.5.3.3 Potensi, masalah dan konsep Aspek Utilitas Drainase A. Drainase 1) Potensi Hampir semua lebar saluran drainase di Kota Bogor sudah sesuai dengan SNI yaitu memiliki lebar 0,50 m dan kebanyakan jenisnya berupa batu kali serta rata-rata kondisinya sudah baik.hal ini dapat mengurangi timbulnya banjir atau genangan air ketika hujan turun di kota bogor. 2) Masalah Dikota Bogor masih terdapat beberapa titik drainase yang kondisi rusak terdapat di daerah Tanah Sareal tepatnya di Cimanggu dan Srigunting, dan Jalan Provinsi tepatnya di jalan Pahlawan. Selain itu, terdapat juga drainase yang kondisinya rusak berat yaitu terdapat di daerah Bogor Selatan tepatnya di Stasiun Batu Tulis. 3) Konsep Pengembangan sistem drainase perlu dilakukan dengan metoda pembenahan saluran-saluran drainase yang ada agar tetap berfungsi serta peningkatan fungsi drainase sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang ada di kawasan perencanaan. Sedangkan untuk kawasan pengembangan atau pada kawasan yang belum memiliki prasarana drainase direncanakan untuk dilengkapi
sesuai
dengan
pola
jaringan
jalannya.
Implementasi
pengembangan jaringan drainase di kawasan perencanaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi jaringan sungai dan jaringan drainase utama yang ada, berperan sebagai main drain (drainase induk). Pola jaringan drainase yang dikembangkan mengikuti pola jaringan jalan yang dikembangkan. Jaringan drainase di Kota Bogor direncanakan melalui model sistem ekodrainase. Ekodrainase
Sistem
Konsep pengembangan sistem ekodrainase dapat disebut sebagai konsep pengembangan drainase ramah lingkungan yang didefinisikan sebagai upaya mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa
melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Rencana pengembangan drainase melalui konsep ekodrainase di Kota Bogor melalui pembuatan kolam konservasi, metode sumur resapan, metode river side polder, dan metode pengambangan areal perlindungan air tanah yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Metode Kolam Konservasi Metode kolam konservasi dilakukan dengan membuat kolam-kolam air bagi daerah perkotaan, pertanian, atau perkebunan berupa embung atau telaga. b. Metode Sumur Resapan Membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap perumahan atau kawasan. Sumur resapan dapat dikembangkan pada areal olahraga atau wisata c. Metode River Side Polder Metode ini dilakukan untuk menahan aliran air dengan mengelola atau menahan air kelebihan hujan disepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder pinggir sungai ini dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai diberbagai tempat secara efektif di sepanjang sungai. d. Metode Areal Perlindungan Air Tanah Metode ini dilakukan dengan cara menetapkan kawasan lindung untuk air tanah, dimana pada kawasan tersebut dikhususkan untuk meresapkan air hujan didalam tanah. B. Listrik 1) Potensi Jumlah seluruh pelanggan PLN APJ Bogor mencapai 699 ribu pelanggan dengan komposisi 45 persen pelanggan di Kota Bogor dan sisanya Kabupaten Bogor. 2) Masalah Permasalahan jaringan listrik pada kota Bogor masih ada beberapa desa yang belum bisa menikmati listrik karena kondisi geografis wilayah yang terpencil dan jauh dari jaringan PLN yang telah ada. Maka diharapkan
program listrik desa menjadi salah satu solusi sehingga listrik bisa dinikmati oleh warga yang tinggal di pedesaan. Beberapa wilayah yang belum teraliri listrik misalnya Leuwiliang, Jasinga, dan sebagian Cipayung. Khusus untuk wilayah Cipayung yang merupakan pusat pariwisata, ada sekitar 10% dari pelanggan Cipayung yang berjumlah sekitar 110 ribu pelanggan yang belum menikmati listrik. Sementara, wilayah Leuwiliang dan Jasinga hampir sebagian besar belum menikmati jaringan listrik. 3) Konsep PLN perlu membangun jaringan baru (investasi) untuk wilayah yang memang secara geografis sulit dijangkau C. Sampah 1) Potensi Pada tahun 2013 terdapat 13 Kelurahan dengan total penduduk sebesar 39.540 jiwa yang sudah melakukan program 3R (Reduse, Reuse, Recycle) 2) Masalah – Permasalahan sampah dan pengelolaan sampah di Kota Bogor di antaranya adalah masih terdapat 171.053 (70,20%) dari total 243.665 jumlah rumah tangga di Kota Bogor yang membuang sampah dengan cara diangkut. Sedangkan, sebanyak 72.611 (29,80%) sisanya membuang sampah dengan cara menimbun, membakar, membuang ke sungai dan lainnya. – Di sisi lain salah satu kendala pengelolaan sampah Kota Bogor adalah tidak terdapatnya tempat pembuangan akhir (TPA) dalam batas administrasi. keberadaan TPA Galuga milik Kota Bogor yang kini lokasinya berada di wilayah kabupaten dihadapkan pada pembatasan ijin pemakaian. Dalam kondisi terbatasnya lahan untuk lokasi TPA di dalam wilayah kota, maka perpanjangan ijin penggunaan TPA Galuga merupakan alternatif yang dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Namun demikian untuk jangka panjang sampai tahun
2029, penggunaan TPA Regional Nambo merupakan alternatif lain yang bisa digunakan dalam rangka penanganan
persampahan Kota
Bogor secara konvensional. Adapun zona prioritas penanganan sampah secara umum adalah : Jenis kawasan : Permukiman, Komersial, Jalan, Pasar, Industri, Lain – lain, Fasum Kepadatan penduduk lebih dari 100 jiwa per ha dengan aksesibiltas kawasan sulit Daerah rawan persampahan (hasil studi EHRA) Kelemahan penanganan program adalah belum ditetapkannya satuan wilayah pelayanan sampah, misalkan tingkat terendah adalah RW, serta belum terdatanya pelayanan sampah per satuan wilayah, minimal tingkat RW yang dilengkapi dengan keberadaan lokasi TPS, frekuensi pengangkutannya. 3) Konsep Menerapkan sistem pengelolaan sampah terpadu yakni mengkombinasikan pendekatan
pengurangan
sampah,
daur
ulang,
pengomposan
dan
pembuangan akhir. Pengurangan sumber sampah dilakukan dengan menanamkan kesadaran masyarakat agar tidak boros mengunakan barangbarang yang menimbulkan sampah. Selain itu, daur ulang dan guna ulang efektif mengurangi volume sampah. Sampah non-organik seperti kertas, plastik, aluminium, gelas dan logam harus didaur ulang dan guna ulang. Sedangkan sampah organik diolah dengan pengomposan. Penanganan sampah perkotaan sebaiknya dilakukan dengan konsep zero waste, yaitu penangan sampah dengan meminimalisir bahkan menghindari produksi sampah, baik di lingkungan keluarga maupun di industri. D. Limbah 1) Potensi Kondisi eksisting pengelolaan air limbah untuk layanan air limbah (off-site atau sewerage system) baru menjangkau 0,2% dari rumah tangga. Sebagian
besar lainnya, masih menggunakan sistem setempat (on site), baik itu tangki septik tank, cubluk, maupun lainnya. Sedangkan, layanan air limbah melalui sistem off site yang di kelola IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) dengan jumlah sambungan rumah baru terlayani sekitar 355 sambungan, dari kapasitas disain sebesar 600 sambungan. 2) Masalah Pada tahun 2011 masih banyak rumah yang menggunakan sanitasi dengan Plengsengan yaitu buangan kakus langsung dibuang ke sungai tanpa masuk ke cubluk atau tangki septik (15,58% KK). Masih banyaknya penggunaan sistem setempat dalam
pengolahan
limbah, seperti penggunaan cubluk dan pembuangan air cuci dan mandi tanpa saluran, terutama pada lingkungan perumahan yang padat. Berdasarkan data Master Plan SPAM, 2008, penggunaan cubluk masih digunakan seluruh kecamatan di Kota Bogor kecuali di daerah Bogor Tengah dan Tanah Sareal. Hal lain adalah masih banyaknya rumah dengan kondisi tanpa disertai tanki septik. Berdasarkan data tahun 2005 daerah tertinggi adalah di Bogor Utara dengan jumlah 1536 KK dan Tanah Sareal dengan jumlah 1500 KK, diikuti Bogor Selatan dan Bogor Barat dengan jumlah masing - masing 1300 KK, dan terakhir adalah Bogor Tengah dengan jumlah 891 KK. Terbatasnya kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah air limbah domestik yang dihasilkan. Tidak tersedianya IPAL di beberapa sektor yang membutuhkan pengolahan air limbah khusus, seperti industri. 3) Konsep Untuk menyelesaikan persoalan air limbah domestic di Kota Bogor, berdasarkan hasil kajian Masterplan Air Limbah, maka opsi teknologi yang digunakan adalah :
1. Sistem off site, yakni saluran perpipaan air limbah konvensional dengan instalasi pengolahan air limbah, semua dikelola oleh operator terpusat, dengan lokasi di Zona Tengah dan Zona Timur. 2. Sistem on site, yakni fasilitas baru dan yang diperbaharui dengan pemeliharaan umumnya secara keseluruhan menjadi tanggungjawab rumah tangga atau kelompok masyarakat, di semua zona yang tidak terlayani off site. 3. Sistem intermediate, yakni kombinasi kedua system di atas dengan tugas pemeliharaan dibagi antara operator terpusat dan partisipasi masyarakat, di semua zona yang tidak terlayani off site. Pada sistem On Site, pemilihan teknologi air limbah yang tepat bergantung pada beberapa faktor fisik dan faktor non-fisik. Teknologi yang paling tepat adalah teknologi yang memberikan tingkat pelayanan yang paling dapat diterima secara sosial dan ramah lingkungan dengan biaya yang paling ekonomis. Lebih tepatnya teknologi yang sesuai adalah:
Ramah lingkungan: air limbah ditangani sedemikian rupa sehingga tidak akan mempengaruhi manusia. Air limbah tidak dapat diakses oleh lalat, nyamuk, tikus dll. Menghindari menangani kotoran segar. Di daerah di mana orang bergantung pada air tanah sebagai sumber air minum, air tanah tidak boleh tercemar.
Nyaman: ada batasan kondisi bau dan kondisi warna. Fasilitas ini berada dalam jarak berjalan kaki dari rumah.
Mudah
dioperasikan:
operasi
harian
yang
minim
dan
hanya
membutuhkan rutinitas sederhana dan aman;
Tahan lama dan pemeliharaan yang minim: umur yang panjang secara teknis dan hanya memerlukan pemeliharaan teknis sesekali saja, yaitu setiap 1 atau 2 tahun.
Upgradable: memungkinkan untuk menambah dan melakukan perbaikan di masa depan.
Biaya yang dapat diterima: ini tidak selalu berarti bahwa sistem tersebut murah. Teknologi yang terpilih harus dalam jangkauan keuangan dan ekonomis dari anggaran kota dan rumah tangga.
3.6
Aspek Perumahan dan Permukiman
3.6.1 Fakta Aspek Perumahan dan Permukiman 3.6.1.1 Jumlah Perumahan dan Permukiman Kota Bogor dengan posisinya yang strategis yaitu sebagai salah satu penyangga ibu kota negara serta kondisi alamnya yang relatif lebih nyaman dibanding kota penyangga lainnya menjadikan Kota Bogor menjadi pilihan sebagai kawasan permukiman, sumber mata pencaharian dan kawasan pendidikan.Kondisi tersebut memberikan dampak yang luas bagi Kota Bogor baik dalam tatanan kemasyarakatan,perekonomian dan kondisi lainnya, termasuk didalamnya adalah berkurangnya lahan terbuka untuk pemenuhan kebutuhan ruang bagi permukiman. Berdasarkan data penggunaan lahan, pada tahun 2007 luas lahan permukiman di Kota Bogor adalah seluas 4.161,4 Ha atau 35,12% dari total luas wilayah, dan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun mengalami perluasan sekitar 9,98% menjadi seluas 4.577 Ha atau 38,62% dari total luas wilayah Kota Bogor seluas 11.850 Ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan ruang bagi permukiman di Kota Bogor menunjukkan perkembangan yang signifikan, dan berdasarkan data jumlah permukiman pada tahun 2012 tercatat bahwa jumlah bangunan permukiman mencapai 163.810 unit pada kecamatan dan kelurahan di Kota Bogor dengan jumlah terbanyak di wilayah bogor barat yang berjumlah 36.014 unit. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.127. Tabel 3.127 Jumlah Permukiman Kota Bogor Tahun 2012 No Nama Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Bangunan (Unit) Bogor Selatan 3.081 29.681 1 Bogor Timur 1.015 17.658 2 Bogor Utara 1.772 31.309 3 Bogor Tengah 813 19.327 4 Bogor Barat 3.285 36.014 5 Tanah Sareal 1.884 29.821 6 Total 11.85 163.81 Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2012
Berdasarkan tabel 3.126, dapat dilihat bahwa jumlah permukiman terbesar berada di wilayah Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah 36.014 unit, sedangkan jumlah permukiman terendah berada di wilayah Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 17.658 unit.
Gambar 3.75 Jumlah Permukiman Per-kecamatan Kota Bogor Tahun 2012
Gambar 3.76 Peta Perebaran Permukiman Kota Bogor
3.6.1.2 Jenis Perumahan dan Permukiman Jenis perumahan terbagi atas 2 yaitu perumahan tertata dan tidak tertata. Perumahan tertata yaitu perumahan yang tumbuh dan berkembang dibangun secara massal oleh perusahaan atau lembaga pengembang dalam skala ruang yang relatif besar dengan berbagai kelengkapan fasilitas sosial yang umumnya disebut kompleks perumahan, sedangkan perumahan tidak tertata yaitu perumahan yang tumbuh dan berkembang tidak tertata dalam skala ruang yang relatif kecil atau yang lazim disebut perkampungan. A. Perumahan Tertata Berdasarkan data penggunaan lahan telah diketahui bahwa penggunaan lahan dominan adalah untuk kegiatan perumahan dan permukiman yaitu sebesar 4.577 Ha (38,63% dari luas lahan kota). Hal ini dikarenakan karena Kota Bogor berperan sebagai sub-urban dari Jakarta sehingga banyak menarik pendatang untuk dipilih menjadi tempat tinggal didalamnya. Melihat hal tersebut para pengembang
berkomba-lomba
membangun
perumahan
untuk
memenuhi
kebutuhan para konsumennya, sehingga terbangunlah perumahan-perumahan yang tersebar di wilayah Kota Bogor. Untuk lebih jelas perumahan-perumahan yang telah dibangun di Kota Bogor dapat dilihat pada 3.128.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tabel 3.128 Perumahan Tertata Kota Bogor Tahun 2012 Nama Perumahan Lokasi Bantarjati Permai Tegal gundil Barata pura Kedung Badak Bogor Country Curug Bogor Nirwana Residence Mulyaharja Boulevard Kayu Manis Kayu Manis Budi Agung Suka Resmi Bukit Bogor Raya Cimahpar Bukit Cimanggu Villa Cibadak-Mekarwangi Bukit Cimanggu Villa Kedung Jaya Bukit Kayu Manis Kayu Manis Bukit Raya bogor Cimahpar Bumi Ciluar Indah Ciluar Bumi Citra Kencana Kencana Bumi Indah Prasta II Tegal Gundil Bumi Kencana Permai Kencana Bumi Menteng Asri Menteng Ciluar Asri Tanah baru Ds. Ciluar Cimahpar Asri Cimahpar Cimanggu Asri Kedung Waringin Cimanggu Permai I dan II Kedung Jaya Ciparigi Indah Kedung Halang
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Nama Perumahan Curug Indah Curug Permai Duta Kencana II Duta Kencana I Graha Bukit Pesona Graha Indah Graha Pesona Griya Bantar Sentosa Griya Bogor Raya Griya Cimanggu Indah Griya Citra Kayu Manis Griya Indah Bogor Griya Katulampa Griya Pamoyanan Haur Jaya Jasmine Garden Kedung Badak Baru Pabaton Indah Pangkalan Indah Pasir Mas Permata Cimanggu Perum LPTI Perum Pda Perum Saba Utama Perum Tanah Baru Perum Balitro Perum Bogor Raya Permai Perum Bumi Mekar Wangi Perum Kehutanan Selakopi Perum PBB Perum Pertanian Loji Perum PLN Perum Taman Firdaus Perum Taman Tirta Cimanggu Baranangsiang Indah Bogor baru Cimanggu Permai Duta Pakuan Indaprasta I Rancamaya Taman Cimanggu Tahap I, II Taman Sari Persada Taman Yasmin I, II, III, IV, V, VI Perumnas Bantar Kemang Perumnas Bantarjati Pondok Aren Ciluar Pulo Armin Purimas Sindang Barang Asri Taman Cibalagung Taman Firdaus Taman Griya Kencana Taman Kenari Taman Pajajaran
Lokasi Curug Curug Kedung Badak Curug Tanah sareal Cibuluh Kayu Manis Bantarjati Ciparigi Kencana Mekar Wangi Kedung Badak Katulampa Pamoyanan Kebon Pedes Semplak Kedung Badak Kebon Pedes Cibuluh Pasir Mulya Kedung Jaya Ciparigi Ciparigi Ciparigi Tanah Baru Kayu Manis Gunung Batu Kebon Pedes Sindang Barang Loji Bogor Barat Tanah Sareal Bogor Timur Tegalega/Tegalgundil Kedung Badak Tegalega Cibuluh Kertamaya Kedung Badak Cibadak Curug Mekar/Cilendek Darat Katulampa Tegal Gundil Ciluar Bogor Timur Bondongan Sindang Barang Pasir Kuda Situ Gede Kencana Tanah Baru Tegal Gundil Curug Mekar Sindang Sari
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
III-239
No Nama Perumahan 76 Taman Yasmin Sektor VII 77 Taman Hijau Tirta Mas 78 Villa Bogor Boulevard 79 Villa Bogor Golf 80 Villa Bogor Indah 81 Villa Citra Bantarjati 82 Villa Danau Raya 83 Villa Duta 84 Villa Indah Padjajaran 85 Villa Intan Pakuan 86 Villa Kebun Raya 87 Villa Mutiara Bogor Sumber: www.kotabogor.go.id
Lokasi Kayu Manis Jl. Raya Pajajaran Loji Ciparigi Tegal Gundil Katulampa Baranangsiang Jl. Raya Padjajaran Pakuan Pasir Kuda Mekar Wangi Jl. Cilubang Nagrak
Berdasarkan tabel 3.128, dapat dilihat bahwa dalam rangka pembangunan tempat tinggal yang layak huni bagi masyarakat di Kota Bogor, telah banyak pengembang yang membangun perumahan-perumahan di wilayah Kota Bogor. Pengembang membangun perumahan siap huni yang pada umumnya tertuju pada masyarakat berpenghasilan menengah keatas dengan berbagai model yang menarik dan mengikuti trend untuk menjaring para konsumen.
Gambar 3.77 Perumahan Tertata Sumber: Hasil Dokumentasi, 2014
B. Perumahan Tidak Tertata Semakin bertambahnya jumlah penduduk dengan sendirinya menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan tempat tinggal. Bertambahnya kebutuhan tempat tinggal di kota menyebabkan naiknya harga tanah dan tempat tinggal di pusat kota. Harga tanah yang sangat tinggi serta berubahnya fungsi lahan di pusat kota juga mendesak warga kota untuk mencari tempat tinggal di daerah pinggir
kota. Akibatnya wilayah pinggiran kota harus menampung beban pertambahan penduduk yang cepat. Begitu pula di Kota Bogor, akibat bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan lahan yang tersedia mengakibatnya terbentuknya perkampungan-perkampungan di pinggiran kota.
Gambar 3.78 Perumahan Tidak Tertata Sumber: Hasil Dokumentasi, 2014
C. Perumahan Tidak Layak Huni Tingginya harga rumah menyebabkan mengecilnya peluang bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki tempat tinggal. Artinya, tempat tinggal yang layak semakin sulit didapat. Sulitnya mendapatkan tempat tinggal dengan harga terjangkau secara otomatis mendorong masyarakat berpenghasilan rendah membangun tempat tinggal darurat dengan kriteria bangunan yang belum memenuhi standar. Perumahan tidak layak huni dapat terbagi menjadi 2 jenis, yaitu perumahan tidak layak huni berdasarkan fisik bangunan yang tidak memenuhi standar, seperti bangunan semi permanen dan tidak permanen. Selain kondisi fisik yang tidak memenuhi standar, keberadaan rumah tidak layak huni pada umumnya terletak di bantaran sungai, permukiman kumuh dan dibawah jaringan listrik. Berdasarkan data Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2012 tercatat bahwa jumlah rumah tidak layak huni berdasarkan kondisi fisik di Kota Bogor tahun 2012 mengalami penurunan 49,62 persen dari tahun 2011. Pada 2012 rumah tidak layak huni 3.479 unit. Separuhnya terdapat di wilayah Kecamatan Bogor Selatan yaitu
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA |
III-241
sebanyak 1.749 rumah. Berikut adalah tabel 3.129 perumahan tidak layak huni di Kota Bogor. Tabel 3.129 Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Tahun 2011 dan 2012 No Kecamatan 2011 2012 1
Bogor Selatan
1.473
1.749
2
Bogor Timur
419
132
3
Bogor Utara
485
171
4
Bogor Tengah
1.723
252
5
Bogor Barat
1.079
660
6 Tanah Sareal 1.727 Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2012
515
Dari tabel 3.129, dapat dilihat bahwa meskipun telah terjadi penurunan jumlah rumah tidak layak huni dengan adanya program bantuan pemerintah yaitu perbaikan rumah tidak layak huni ternyata masih belum merata, masih banyak terdapat rumah yang tidak layak huni yang tersebar di wilayah Kota Bogor terutama di Kecamatan Bogor Selatan yaitu sebanyak 1.749 rumah yang tidak layak huni. Sedangkan perumahan tidak layak huni menurut letaknya, dapat dilihat pada tabel tabel 3.130.
No.
Kecamatan
Tabel 3.130 Rumah Tidak Layak Huni Tahun 2012 Bantaran Sungai Permukiman Kumuh Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Rumah Keluarga Rumah Keluarga (KK) (Unit) (KK) (Unit)
Dibawah Jaringan Listrik Jumlah Jumlah Rumah Keluarga (Unit) (KK)
1
Bogor Selatan
1 099
1 361
1 031
1 236
233
466
2
Bogor Timur
521
641
310
610
63
71
3
Bogor Utara
485
640
18
18
0
0
4
Bogor Tengah
0
0
0
0
0
0
5
Bogor Barat
1 042
1 137
424
338
74
160
6
Tanah Sareal 128 136 Sumber: Kecamatan dalam angka 2012
434
482
23
25
Berdasarkan tabel 3.130, dapat diketahui bahwa keeberadaan rumah tidak layak huni di Kecamatan Bogor Selatan terletak di bantaran sungai yang tersebar di 11 Kelurahan dari 16 kelurahan yang ada di Bogor Selatan dengan jumlah 1.099 unit dengan penghuni 1.361 keluarga. Selain di bantaran sungai, rumah tidak layak huni juga terletak di permukiman kumuh pada 6 dari 16 kelurahan yang tersebar
atas 41 lokasi dengan jumlah rumah sebesar 1.031 unit dan jumlah penghuni sebesar 1.236 keluarga. Terdapat juga rumah yang berada di bawah jaringan listrik, yaitu sekitar 233 unit yang terdiri dari 466 keluarga yang hanya terdapat di Kelurahan Batu Tulis. Pada Kecamatan Bogor Timur rumah tidak layak huni yang terletak di bantaran sungai berjumlah 521 unit yang dihuni oleh 641 keluarga. Terdapat juga 9 lokasi permukiman kumuh dengan 310 bangunan dengan penghuni 610 keluarga. Selain itu, terdapat pula rumah tidak layak huni yang terletak dibawah jaringan listrik dengan jumlah 63 unit yang dihuni oleh 71 keluarga. Pada Kecamatan Bogor Utara, rumah tidak layak huni yang terdapat di bantaran sungai berjumlah 485 rumah dengan penghuni 640 keluarga. Selain di bantaran kali, rumah tidak layak huni juga terdapat di kawasaan kumuh yang terletak di 6 lokasi pada Kelurahan Kedung Halang yaitu 18 rumah yang dihuni 18 keluarga, dan tidak terdapat rumah yang terletak dibawah jaringan listrik serta jumlah keluarga yang tinggal disana. Pada Kecamatan Bogor Barat juga terdapat rumah tidak layak huni yang terletak di bantaran sungai yang tersebar di 12 kelurahan dari 16 kelurahan yang ada di Kecamatan Bogor Barat. Jumlah rumah yang terletak di bantaran sungai yaitu sebesar 1.042 unit dengan 1.137 jumlah keluarga. Selain di bantaran sungai, rumah tidak layak huni juga terdapat di permukiman kumuh. Pada tahun 2012 di Kecamatan Bogor Barat terdapat 22 lokasi permukiman kumuh yang terdiri dari 424 unit rumah yang dihuni oleh 338 keluarga dan rumah yang berada dibawah jaringan listrik berjumlah 74 unit rumah dengan 160 keluarga.
Gambar 3.79 Rumah di Bantaran Sungai Sumber: Hasil Dokumentasi, 2014
Pada Kecamatan Tanah Sareal jumlah rumah yang berada di bantaran sungai berjumlah 128 unit rumah dan 136 jumlah keluarga, untuk rumah yang berada di permukiman kumuh tersebar di 26 lokasi dengan 5 dari 11 kelurahan di Kecamatan Tanah Sareal, jumlah rumah mencapai 434 unit dengan jumlah keluarga mencapai 482 keluarga. Sedangkan jumlah rumah yang terletak dibawah jaringan lisrtik berjumlah 23 unit dengan jumlah keluarga 25 keluarga. 3.6.2 Analisis Perumahan dan Permukiman 3.6.2.1 Analisis Kepadatan Permukiman Terbatasnya lahan tidak sesuai dengan pembangunan permukiman menyebabkan terjadinya kepadatan permukiman yang tersebar di Kecamatan Kota Bogor. Untuk itu pada analisa kepadatan permukiman ini mencoba menhitung kepadatan permukiman di setiap kecamatan dengan rumus: Kepadatan= Jumlah Bangunan/Luas wilayah
1
Tabel 2.131 Kepadatan Permukiman Kecamatan Kota Bogor Luas Jumlah Kepadatan Kepadatan Permukiman wilayah Bangunan permukiman Nama Kecamatan (%) (Ha) (unit) (unit/Ha) Bogor Selatan 3.081 29.681 10 10
2
Bogor Timur
1.015
17.658
17
18
3
Bogor Utara
1.772
31.309
18
19
4
Bogor Tengah
813
19.327
24
25
5
Bogor Barat
3.285
36.014
11
12
6
Tanah Sareal
1.884
29.821
16
17
Total 11.85 Sumber: Hasil Perhitungan 2014
163.81
95
100
No.
Dapat dilihat pada Tabel 2.131 bahwa kepadatan bangunan yang didalamnya juga terdiri permukiman terbesar terdapat di Bogor Tengah dengan jumlah 24 unit/ha dengan presentase sebesar 25% dari total keseluruhan kepadatan bangunan.Hal ini dikarenakan Kecamatan Bogor Tengah berfungsi sebagai pusat kota yang didominasi sebagai perkantoran/pemerintahan yang ditunjang oleh permukiman dan perdagangan jasa yang menyebabkan kepadatan di Kecamatan tersebut. Sedangkan jumlah kepadatan terendah terdapat di kecamatan Bogor Selatan
dengan jumlah 10 unit/ha.Meskipun fungsi utamanya sebagai kawasan permukiman dan perdagangan jasa namun kepadatan di Kecamatan Bogor Selatan masih tergolong rendah. 3.6.2.2 Analisa Kawasan Rawan Bencana Pada analisa kawasan Rawan bencana ini bertujuan untuk mengetahui jumlah permukiman yang terletak di kawasan rawan bencana serta dimana saja lokasi yang terdapat permukiman di kawasan rawan bencana. Untuk kawasan rawan bencana yang dimaksud disini adalah kawasan rawan bencana banjir dimana memang Kota Bogor terdapat banyak sungai seperti Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi dan Cibalok. Berdasarkan peta kawasan rawan bencana dapat dilihat bahwa masih ada permukiman yang berada di kawasan rawan bencana banjir, dari 6 kecamatan yang ada di Kota Bogor terlihat bahwa setiap Kecamatan memiliki potensi rawan bencana banjir. Kawasan rawan bencana terbanyak berada di Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Utara dengan 8 titik kawasan rawan bencana dan untuk permukiman yang berada di kawasan rawan bencana banjir ini biasanya juga berada di sempadan sungai. Hal ini akan dapat memicu bahaya bagi penghuni, maka harus ada penanggulangan permukiman yang terdapat di kawasan rawan bencana banjir agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk lebih jelasnya dimana saja kawasan rawan bencana banjir dan permukiman yang berada di kawasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.81.
Gambar 3.80 Peta Kepadatan Permukiman Kota Bogor
Gambar 3.81 Peta Kawasan Rawan Bencana Permukiman Kota Bogor
3.6.2.3 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Perkotaan merupakan kajian atas kemampuan fisik wilayah perkotaan dalam menampung perkembangan permukiman yang bertujuan untuk menentukan arah perkembangan permukiman yang tidak melanggar wilayah terlarang untuk pembangunan permukiman dan memenuhi kesesuaian lahan fisik kota. A. Analisis Daya Dukung Analisis Kesesuaian Lahan Pada analisa kesesuaian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan permukiman yang ada di kota bogor dengan melihat kriteria permukiman berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007 mengenai pedoman kriteria teknis kawasan budidaya dimana kriteria untuk permukiman sebagai berikut. Tabel 3.132 Karakteristik Kesesuaian Lahan Permukiman Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%) Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman Permukiman penerbangan; Menghindari sawah irigasi tekni Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi , abrasi Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007
Setelah mengetahui kriteria-kriteria yang sesuai untuk permukiman maka dihasilkan peta kesesuaian lahan permukiman di Kota Bogor. untuk luas lahan yang dapat dibangun untuk permukiman dapat dilihat pada tabel 3.133. Tabel 3.133 Kesesuaian Lahan Permukiman Luas Kesesuaian Lahan Permukiman Nama Kecamatan (Ha) Kecamatan Bogor Utara 724 Kecamatan Bogor Barat
796
Kecamatan Bogor Timur
320
Kecamatan Bogor Selatan
1572
Kecamatan Bogor Tengah
49
Kecamatan Tanah Sareal Sumber: Hasil Analisa 2014
908
Berdasarkan Tabel Kesesuaian Lahan Permukiman, luas terbesar yang masih dapat dijadikan permukiman terbesar di Kecamatan Bogor Selatan yaitu 1.572 Ha, sehingga di Kecamatan tersebut masih dapat dijadikan permukiman. Untuk Kecamatan dengan nilai luas lahan terkecil yaitu pada Kecamatan Bogor Tengah yaitu 49 Ha, dikarenakan wilayah ini tergolong kepadatan tinggi dengan banyak bangunan dan permukiman serta perdagangan jasa sehingga untuk lahan permukiman yang masih dapat dibangun hanya sedikit. Selain luasan lahan yang sesuai untuk permukiman terdapat juga kawasan rawan bencana banjir yang tersebar di 6 Kecamatan di Kota Bogor, untuk itu pembangunan permukiman yang telah sesuai hendaknya memperhatikan kawasan rawan bencana agar permukiman yang akan terbangun tidak berada di kawasan rawan bencana.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta kesesuaian lahan untuk permukiman pada gambar 3.82.
Gambar 3.82 Peta Kesesuaian Lahan Permukiman Kota Bogor
B. Analisis Daya Tampung Berdasarkan analisa kesesuaian lahan, dapat dilakukan analisa daya tampung untuk mengetahui berapa besar lahan yang dapat dikembangkan menjadi permukiman baru, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.134 berikut Tabel 3.134 Luas Lahan Bagi Permukiman Baru
No.
Kecamatan
Luas Lahan Sesuai untuk Perm kiman (ha)
Luas Lahan Permukiman Terbangun Yang Terletak Di Kawasan Yang Sesuai UntukPermukiman (ha)
Luas Lahan Bagi Permukiman (ha)
1
Bogor Utara
724
450
274.00
2
Bogor Barat
796
567
229.00
3
Bogor Timur
320
256
64.00
4
Bogor Selatan
1572
573
999.00
5
Bogor Tengah
49
228
-179.00
Tanah Sareal 908 6 Sumber: Hasil Analisa 2014
635
273.00
Berdasarkan tabel 3.134 dapat dilihat bahwa luas lahan permukiman baru terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Selatan dengan jumlah 999 Ha, dan untuk luas permukiman baru terendah berada di Kecamatan Bogor Tengah yaitu -179 Ha.Maka jumlah lahan bagi permukiman baru hanya berjumlah 1.660 Ha.
3.6.2.4 Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Permukiman A. Proyeksi Jumlah Rumah Tangga Pada analisis proyeksi jumlah tangga akan menggunakan jumlah penduduk di setiap kecamatan mulai dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Untuk perhitungan proyeksi jumlah rumah tangga menggunakan standar SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan yaitu 1 keluarga berjumlah 5 orang maka perhitungan jumlah rumah tangga menggunakan asumsi dari jumlah penduduk dibagi dengan 5 orang yang berarti satu keluarga, Untuk jumlah rumah tangga pada setiap kecamatan di Kota Bogor dapat dilihat pada tabel 3.135.
No
Kecamatan
1 2
Tabel 3.135 Jumlah Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga (KK)
Bogor Selatan
2008 35.899
2009 36.054
2010 36.624
2011 36.867
2012 38.107
Bogor Timur
18.866
18.944
19.247
19.323
19.997
3
Bogor Utara
33.249
33.389
33.921
34.746
36.169
4
Bogor Tengah
22.39
22.485
22.843
20.429
20.854
5
Bogor Barat
41.025
41.199
41.853
42.965
44.634
6
Tanah Sareal
37.012
37.169
37.76
39.148
41.206
188.441 Kota Bogor Sumber: Hasil Perhitungan 2014
189.241
192.248
193.48
200.966
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah rumah tangga menggunakan asumsi jumlah penduduk satu
keluarga berjumlah 5 orang, maka dapat dilihat pada setiap
kecamatan di Kota Bogor jumlah rumah tangga setiap tahunnya hampir tetap, tidak terlihat pertambahan atau penurunan yang drastis. Untuk itu perhitungan pada proyeksi jumlah tangga menggunakan rumus sebagai berikut:
Pti=P0+B
Dengan keterangan: Pti =Jumlah rumah tangga pada tahun t P0 = Jumlah rumah tangga pada tahun dasar B = Pertambahan rumah tangga I
= Tahun ke 1,2,3….20
Pada perhitungan proyeksi jumlah rumah tangga menggunakan data jumlah rumah tangga mulai dari tahun 2008-2012, lalu dihitung berapa pertambahan jumlah tangga setiap tahunnya pada setiap kecamatan di Kota Bogor, setelah itu mulai proyeksi menggunakan rumus diatas. Perhitungan proyeksi sampai dengan 20 tahun mendatang dengan pembagian setiap 5 tahun. Maka dihasilkan data sebagai berikut:
No.
Tabel 3.136 Proyeksi Rumah Tangga Tahun 2013-2017 Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) Kecamatan 2013 2014 2015 2016
2017
1
Bogor Selatan
39.347
40.587
41.827
43.067
44.307
2
Bogor Timur
20.671
21.345
22.019
22.693
23.367
3
Bogor Utara
37.592
39.015
40.438
41.861
43.284
4
Bogor Tengah
21.279
21.704
22.129
22.554
22.979
5
Bogor Barat
46.303
47.972
49.641
51.310
52.979
6
Tanah Sareal
43.264
45.322
47.380
49.438
51.496
7 Kota Bogor 208.452 Sumber:Hasil Perhitungan 2014
215.938
223.424
230.910
238.396
Berdasarkan perhitungan proyeksi diatas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah rumah tangga di setiap kecamatan Kota Bogor mengalami kenaikan. Pada kecamatan Bogor Selatan diperkirakan pertambahan jumlah rumah tangga sampai dengan tahun 2017 mencapai 209.135 KK dan kecamatan Bogor Timur sebesar 110.095 KK. Untuk kecamatan Bogor Utara serta Bogor Tengah akan mengalami pertambahan jumlah rumah tangga mencapai 202.190 KK dan 110.645 KK. Pada Kecamatan Bogor Barat jumlah rumah tangga dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 berjumlah 248.205 KK, jumlah ini merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan Kecamatan lain. Pada Kecamatan Tanah Sareal jumlah rumah tangga sampai dengan tahun 2017 mencapai 236.900 KK
dan untuk
keseluruhan Kota Bogor jumlah rumah tangga selama 5 tahun berjumlah 1.117.120 KK. Setiap pertambahan jumlah rumah tangga akan berdampak pada kebutuhan penyediaan rumah, karena setiap rumah tangga pasti membutuhkan rumah untuk berlindung atau bertempat tinggal. Untuk itu akan dihitung berapa banyak kebutuhan rumah dimasa yang akan datang dengan melihat proyeksi jumlah rumah tangga ini, proyeksi kebutuhan rumah akibat pertambahan penduduk akan dibahas pada proyeksi selanjutnya. Tabel 3.137 Proyeksi Rumah Tangga Tahun 2018-2022 No. Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) Kecamatan 2018 2019 2020 2021 2022 1 2
Bogor Selatan Bogor Timur
45.547 24.041
46.787 24.715
48.027 25.389
49.267 26.063
50.507 26.737
3
Bogor Utara
44.707
46.13
47.553
48.976
50.399
No.
Kecamatan
4 5 6
Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) 2018
2019
2020
2021
2022
Bogor Tengah Bogor Barat
23.404 54.648
23.829 56.317
24.254 57.986
24.679 59.655
25.104 61.324
Tanah Sareal
53.554
55.612
57.67
59.728
61.786
253.368
260.854
268.34
275.826
7 Kota Bogor 245.882 Sumber: Hasil Perhitungan 2014
Berdasarkan perhitungan proyeksi tahun 2018-2022 dapat dilihat bahwa pada setiap kecamatan di Kota Bogor memiliki jumlah rata-rata pertambahan rumah tangga yang berbeda. Pada Kecamatan Bogor Selatan, jumlah rata-rata pertambahan berjumlah 1.240 setiap tahunnya, sehingga dihasilkan pada tahun 2018-2022 jumlah rumah tangga sebesar 240.135 KK. Pada Kecamatan Bogor Timur rata-rata pertumbuhan jumlah rumah tangga pertahunnya sebesar 0.674 setiap tahunnya, sehingga sampai pada tahun 2022 jumlah rumah tangga di Kecamatan ini berjumlah 126.945 KK. Pada Kecamatan Bogor Utara rata-rata pertumbuhan jumlah rumah tangga berjumlah 1.423 setiap tahunnya, sehingga sampai pada tahun 2022 jumlah rumah tangga di Kecamatan ini berjumlah 237.765 KK. Pada Kecamatan Bogor Tengah jumlah rata-rata pertumbuhan rumah tangga hanya berjumlah 0.425 setiap tahunnya, sehingga jumlah rumah tangga sampai dengan tahun 2022 berjumlah 121.270 KK, jumlah tersebut merupakan jumlah terkecil dibandingkan dengan Kecamatan lain. Pada Kecamatan Bogor Barat jumlah rata-rata pertumbuhan rumah tangga sebesar 1.669 setiap tahunnya, sehingga sampai tahun 2022 jumlah rumah tangga di Kecamatan ini berjumlah 289.930 KK, jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar dari seluruh Kecamatan yang ada di Kota Bogor. Pada Kecamatan Tanah Sareal jumlah pertumbuhan rumah tangga rata-rata sebesar 2.058 setiap tahunnya, dan sampai dengan tahun 2022 jumlah rumah tangga di Kecamatan ini berjumlah 288.350 KK. Pada seluruh Kota Bogor jumlah rumah tangga dari tahun 2013-2017 mencapai 1.304.270 KK. Tabel 3.138 Proyeksi Rumah Tangga Tahun 2023-2027 No. Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) Kecamatan 2023 2024 2025 2026 2027 1
Bogor Selatan
51.747
52.987
54.227
55.467
56.707
2
Bogor Timur
27.411
28.085
28.759
29.433
30.107
3
Bogor Utara
51.822
53.245
54.668
56.091
57.514
No.
Kecamatan
4
Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) 2023
2024
2025
2026
2027
Bogor Tengah
25.529
25.954
26.379
26.804
27.229
5
Bogor Barat
62.993
64.662
66.331
68
69.669
6
Tanah Sareal
63.844
65.902
67.96
70.018
72.076
283.312 7 Kota Bogor Sumber:Hasil Perhitungan 2014
290.798
298.284
305.77
313.256
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah rumah tangga pada tahun 2023-2027 dapat dilhat bahwa setiap tahunnya jumlah rumah tangga mengalami peningkatan yang cenderung tetap yaitu tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Pada Kota Bogor jumlah rumah tangga dari tahun 2023-2027 akan mencapai 1.491.420 KK dengan rincian Kecamatan Tanah Sareal yang memiliki jumlah rumah tangga terbanyak sampai dengan tahun 2027 yaitu sebesar 339.800 KK yang pada 5 tahun sebelumnya jumlah terbanyak terdapat pada Kecamatan Bogor Barat dan untuk jumlah rumah tangga selama 5 tahun ini di Kecamatan Bogor Barat berjumlah 331.655 KK. Pada Kecamatan dengan jumlah terkecil dari 5 tahun ini adalah Kecamatan Bogor Tengah dengan jumlah 131.895 KK dan untuk jumlah rumah tangga yang terkecil kedua yaitu Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 143.795 KK dari 5 tahun tersebut. Untuk Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Utara memiliki jumlah rumah tangga yang hampir sama yaitu 271.135 KK dan 273.340 KK selama 5 tahun ini.
No.
Tabel 3.139 Proyeksi Rumah Tangga Tahun 2028-2032 Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) Kecamatan 2028 2029 2030 2031 2032
1
Bogor Selatan
57.947
59.187
60.427
61.667
62.907
2
Bogor Timur
30.781
31.455
32.129
32.803
33.477
3
Bogor Utara
58.937
60.36
61.783
63.206
64.629
4
Bogor Tengah
27.654
28.079
28.504
28.929
29.354
5
Bogor Barat
71.338
73.007
74.676
76.345
78.014
6
Tanah Sareal
74.134
76.192
78.25
80.308
82.366
328.228
335.714
343.2
350.686
320.742 7 Kota Bogor Sumber: Hasil Perhitungan 2014
Pada hasil proyeksi dari tahun 2028-2032 dapat dilihat bahwa untuk Kota Bogor jumlah rumah tangga akan mencapai 1.678.570 selama 5 tahun tersebut dengan Kecamatan Tanah Sareal yang memiliki jumlah rumah tangga terbesar selama 5
tahun dibandingkan Kecamatan lain yaitu sebesar 391.250 KK, setelah itu ada Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah rumah tangga sebesar 373.380 KK. Untuk Kecamatan dengan jumlah rumah tangga terkecil selama 5 tahun masih dimiliki oleh Kecamatan Bogor Tengah dengan jumlah 142.520 KK dan Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 160.645 KK, sedangkan untuk Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Bogor Utara memiliki jumlah rumah tangga masing-masing yaitu 302.135 KK dan 308.915 KK. Untuk perkiraan jumlah rumah tangga di Kota Bogor dari tahun 2013-2022 akan mencapai 5.592.014 KK. Kecamatan dengan jumlah rumah tangga terbesar akan dialami pada Kecamatan Tanah Sareal, dari tahun 2013-2022 jumlah rumah tangga akan diperkirakan sebanyak 1.256.292 KK dan untuk jumlah terkecil yaitu pada Kecamatan Bogor Tengah yaitu 506.330 KK.
Gambar 3.83 Peta Proyeksi Jumlah Rumah Tangga Kota Bogor Tahun 2012-2032
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-257
3.6.2.5 Analisis Backlog Pada analisa backlog atau kebutuhan rumah ini akan menghitung kebutuhan rumah di setiap Kecamatan yang ada di Kota Bogor sehingga diketahui apakah kebutuhan rumah di setiap Kecamatan tersebut sudah memenuhi atau belum. Untuk menghitung backlog perumahan dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Backlog= Jumlah Rumah Tangga/kk Tahun 2012-Jumlah Bangunan Tahun 2012 Tabel 3.140 Backlog Kecamatan Kota Bogor Tahun 2012
1
Bogor Selatan
29,681
31,211
Jumlah Kebutuhan/ kekurangan Rumah (unit) -1530
2
Bogor Timur
17,658
17,772
-114
3
Bogor Utara
31,309
26,171
5138
4
Bogor Tengah
19,327
19,409
-82
5
Bogor Barat
36,014
38,662
-2648
6
Tanah Sareal
29,821
38,026
-8205
Total 163.810 Sumber: Hasil Perhitungan 2014
171,261
-7.441
No
Kecamatan
Jumlah Bangunan (unit)
Jumlah KK Tahun 2012
Berdasarkan hasil perhitungan backlog di setiap Kecamatan Kota Bogor dapat dilihat bahwa kebutuhan rumah/backlog pada tahun 2012 mencapai 7.441 unit. Dari 6 Kecamatan hanya Kecamatan Bogor Utara yang memiliki kelebihan rumah yaitu sekitar 5.138 unit, sedangkan Kecamatan lain memiliki backlog. Untuk backlog terbanyak terdapat pada Kecamatan Tanah Sareal.Hal ini terjadi karena naiknya harga lahan menjadikan masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah banyak yang tidak mampu membeli rumah. 3.6.2.6
Proyeksi Kebutuhan Rumah Berdasarkan Pendapatan
Pada analisis ini akan menhitung kebutuhan rumah berdasarkan pendapatan yaitu (Miskin, MBR, Menengah Atas) dengan tujuan untuk penanganan yang dapat dilakukan untuk masing-masing segmen pendapatan dan kawasan/lokasi permukiman, dengan alternatif penanganan.
No. 1
2
3
4
5
6
Tabel 3.141 Proporsi Segmentasi Pendapatan Penduduk Tahun 2012 Proporsi Segmentasi Jumlah Penduduk Tahun 2012 Pendapatan Penduduk Kecamatan (Jiwa) (%) Bogor Selatan
47.325
Miskin
17.978
38
MBR
16.740
35
MNG-ATAS
12.607
27
Bogor Timur
37.190
Miskin
21.230
57
MBR
9.708
26
MNG-ATAS
6.252
17
Bogor Utara
60.076
Miskin
30.466
50
MBR
14.795
25
MNG-ATAS
14.815
25
Bogor Tengah
46.391
Miskin
29.147
63
MBR
10.100
22
MNG-ATAS
7.144
15
Bogor Barat
71.332
Miskin
29.348
41
MBR
21.998
31
MNG-ATAS
19.986
28
Tanah Sareal
71.846
Miskin
33.481
47
MBR
24.472
34
MNG-ATAS
13.893
19
Kota Bogor
334.160
Miskin
161.650
49
MBR
97.813
29
MNG-ATAS 74.697 Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2012
22
Berdasarkan tabel 3.141 dapat dilihat bahwa pada setiap Kecamatan yang ada di Kota Bogor untuk segmentasi pendapatan penduduk terbagi 3 yang mengacu pada kriteria BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) yaitu:
Jumlah Penduduk Sangat Miskin dan miskin = Pra sejahtera dan Sejahtera I Jumlah Penduduk MBR = Sejahtera II Jumlah Penduduk Menengah Atas = Sejahtera III dan Sejahtera III Plus
Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah penduduk pada tahun 2012 di Kota Bogor berjumlah 334.160 Jiwa dengan 49% penduduk miskin, 29% penduduk MBR dan 22% penduduk menengah atas. Pada setiap Kecamatan dapat diketahui bahwa jumlah penduduk miskin terbanyak terdapat pada Kecamatan Tanah Sareal yaitu sebesar 33.481 Jiwa atau 47% dari jumlah penduduk di Kecamatan tersebut, dan untuk jumlah terkecil berada pada Kecamatan Bogor Tengah dengan jumlah penduduk sebesar 29.147 jiwa atau 63% dari jumlah penduduk di satu Kecamatan. Untuk jumlah penduduk MBR terbanyak terdpat pada Kecamatan Tanah Sareal dengan jumlah 24.472 Jiwa atau 34% dari jumlah penduduk dan untuk Kecamatan dengan jumlah MBR terkecil yaitu pada Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 9.708 Jiwa atau 26% dari jumlah penduduk di Kecamatan tersebut. Untuk jumlah penduduk menengah atas terbanyak terdapat pada Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah 19.986 Jiwa atau 28% dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan tersebut, sedangkan untuk jumlah terkecil terdapat pada Kecamatan Bogor Timur dengan jumlah 6.252 Jiwa atau 17% dari jumlah penduduk di Kecamatan tersebut. Setelah mengetahui segmentasi pendapatan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung proyeksi kebutuhan rumah berdasarkan segmentasi pendapatan tadi. Untuk perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3.142.
[STUDIO PERENCANAAN KOTA]
2015
Tabel 3.142 Proyeksi Kebutuhan Rumah Berdasarkan Segmentasi Pendapatan Penduduk Tahun 2012-2032 Demand Rumah Tahun 2017 Rumah Backlog Demand Rumah KK KK Miskin MBR Menengah Atas Tahun Rumah Akibat Tahun Tahun 2012 Tahun Pertumbuhan 2012 2017 (Unit) (Unit) (Unit) (unit) 2012 KK
No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6
Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal
38.107 19.997 36.169 20.854 44.634 41.206
29.681 17.658 31.309 19.327 36.014 29.821
-1.530 -114 5.138 -82 -2.648 -8.205
44.307 23.367 43.284 22.979 52.979 51.496
6.200 3.370 7.115 2.125 8.345 10.290
4.670 3.256 12.253 2.043 5.697 2.085
1.261 554 3.063 306 1.595 396
1.635 847 3.063 449 1.766 709
1.775 1.856 6.127 1.287 2.336 980
7
Kota Bogor
200.966
163.810
-7.441
238.396
37.430
29.989
6.598
8.697
14.695
Kecamatan
KK Tahun 2012
Rumah Tahun 2012 (unit)
Backlog Rumah Tahun 2012
KK Tahun 2022
Demand Rumah Akibat Pertumbuhan KK
1
Bogor Selatan
38.107
29.681
-1.530
50.507
12.400
10.870
2.935
3.805
4.131
2
Bogor Timur
19.997
17.658
-114
26.737
6.740
6.626
1.126
1.723
3.777
3
Bogor Utara
36.169
31.309
5.138
50.399
14.230
19.368
4.842
4.842
9.684
No
Demand Rumah Tahun 2022 MBR Menengah Atas Miskin (Unit) (Unit) (Unit)
4
Bogor Tengah
20.854
19.327
-82
25.104
4.250
4.168
625
917
2.626
5
Bogor Barat
44.634
36.014
-2.648
61.324
16.690
14.042
3.932
4.353
5.757
6
Tanah Sareal
41.206
29.821
-8.205
61.786
20.580
12.375
2.351
4.208
5.816
7
Kota Bogor
200.966
163.810
-7441
275.826
74.860
67.419
14.832
19.552
33.035
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-261
1
Bogor Selatan
38.107
29.681
-1.530
56.707
Demand Rumah Akibat Pertumbuhan KK 18.600
2 3 4 5 6
Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal
19.997 36.169 20.854 44.634 41.206
17.658 31.309 19.327 36.014 29.821
-114 5.138 -82 -2.648 -8.205
30.107 57.514 27.229 69.669 72.076
10.110 21.345 6.375 25.035 30.870
9.996 26.483 6.293 22.387 22.665
1.699 6.621 944 6.268 4.306
2.599 6.621 1.384 6.940 7.706
5.698 13.242 3.965 9.179 10.653
7
Kota Bogor
200.966
163.810
-7.441
313.256
112.290
104.849
23.067
30.406
51.376
Kecamatan
KK Tahun 2012
Rumah Tahun 2012 (unit)
Backlog Rumah Tahun 2012
KK Tahun 2032
No
Kecamatan
KK Tahun 2012
Rumah Tahun 2012 (unit)
Backlog Rumah Tahun 2012
KK Tahun 2027
Demand Rumah Tahun 2027 Miskin MBR Menengah Atas (Unit)
(Unit)
(Unit)
17.070
4.609
5.975
6.487
1
Bogor Selatan
38.107
29.681
-1.530
62.907
Demand Rumah Akibat Pertumbuhan KK 24.800
2
Bogor Timur
19.997
17.658
-114
33.477
13.480
13.366
2.272
3.475
7.619
3
Bogor Utara
36.169
31.309
5.138
64.629
28.460
33.598
8.400
8.400
16.799
4
Bogor Tengah
20.854
19.327
-82
29.354
8.500
8.418
1.263
1.852
5.303
5
Bogor Barat
44.634
36.014
-2.648
78.014
33.380
30.732
8.605
9.527
12.600
6
Tanah Sareal
41.206
29.821
-8.205
82.366
41.160
32.955
6.261
11.205
15.489
7 Kota Bogor 200.966 Sumber: Hasil Perhitungan 2014
163.810
-7.441
350.686
149.720
142.279
31.301
41.261
69.717
No
Demand Rumah Tahun 2032 Miskin MBR Menengah Atas (Unit)
(Unit)
(Unit)
23.270
6.283
8.145
8.843
[STUDIO PERENCANAAN KOTA]
2015
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi tabel 3.142 dapat disimpulkan bahwa dari jumlah kebutuhan rumah total pada tahun 2032 akan terbagi atas 3 yaitu penduduk miskin, MBR, dan menengah atas sesuai dengan persentase setiap Kecamatan. Pada Kota Bogor, kebutuhan rumah pada penduduk miskin yaitu sebesar 69.717 unit, untuk penduduk MBR yaitu 41.261 dan untuk penduduk menengah atas yaitu sebesar 31.301 unit. Pada Kecamatan Bogor Utara yang memiliki jumlah kebutuhan rumah total terbesar yaitu 33.598 unit terbagi atas 16.799 unit untuk kebutuhan rumah penduduk miskin, 8.400 untuk kebutuhan rumah MBR dan 8.400 untuk kebutuhan rumah penduduk menengah atas. Pada Kecamatan dengan jumlah kebutuhan rumah total terkecil yaitu Kecamatan Bogor Tengah dengan jumlah kebutuhan rumah total sebesar 8.418 akan terbagi untuk kebutuhan rumah penduduk miskin yaitu 5.303 unit, untuk kebutuhan rumah penduduk MBR yaitu 1.852 unit dan untuk kebutuhan rumah penduduk menengah atas yaitu 1.263 unit. Dari hasil tersebut akan membantu dalam penanganan penyediaan rumah berdasarkan pendapatan. Untuk masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah dapat dibantu dengan rusunawa atau dengan peningkatan kualitas hunian maupun lingkungan permukiman.Untuk masyarakat menengah atas dapat disediakan rumah real estate. 3.6.2.7
Proyeksi Kebutuhan Rumah Total Berdasarkan Proporsi Rumah Berimbang
di Kota Bogor Setelah menghitung kebutuhan rumah akibat pertumbuhan penduduk dan backlog perumahan di setiap Kecamatan yang ada di Kota Bogor, maka akan diketahui berapa jumlah kebutuhan rumah total menggunakan data-data tersebut berdasarkan proporsi rumah berimbang yaitu 1:3:6 yang berarti bahwa dimana 1 rumah mewah berbanding 3 rumah menengah dan 6 rumah sederhana. Untuk proyeksi jumlah rumah total dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Kebutuhan Rumah Total Tahun akhir = Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk +Backlog
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-263
[STUDIO PERENCANAAN KOTA]
2015
Tabel 3.143
Proyeksi Kebutuhan Rumah Total Di Kota Bogor Tahun 2012-2017 berdasarkan Proporsi Rumah Berimbang Rumah Tahun 2012 (unit) 29.681
Backlog Rumah Tahun 2012 -1.530
KK Tahun 2017 44.307
Demand Rumah Akibat Pertumbuhan KK 6.200
No 1
Kecamatan Bogor Selatan
KK Tahun 2012 38.107
2
Bogor Timur
19.997
17.658
-114
23.367
3
Bogor Utara
36.169
31.309
5.138
4
Bogor Tengah
20.854
19.327
5
Bogor Barat
44.634
6
Tanah Sareal
7
Kota Bogor
No 1
Demand Rumah Tahun 2017 4.670
Proporsi "1" 467
Proporsi "3" 1.401
Proporsi "6" 2.802
3.370
3.256
326
977
1.954
43.284
7.115
12.253
1.225
3.676
7.352
-82
22.979
2.125
2.043
204
613
1.226
36.014
-2.648
52.979
8.345
5.697
570
1.709
3,418
41.206
29.821
-8.205
51.496
10.290
2.085
209
626
1.251
200.966
163.810
-7.441
238.396
37.430
29.989
2.999
8.997
17.993
Kecamatan Bogor Selatan
KK Tahun 2012 38.107
Rumah Tahun 2012 (unit) 29.681
Backlog Rumah Tahun 2012 -1.530
KK Tahun 2022 50.507
Demand Rumah Akibat Pertumbuhan KK 12.400
2
Bogor Timur
19.997
17.658
-114
26.737
3
Bogor Utara
36.169
31.309
5.138
4
Bogor Tengah
20.854
19.327
5
Bogor Barat
44.634
6
Tanah Sareal
7
Kota Bogor
Demand Rumah Tahun 2022 10.870
Proporsi "1" 1.087
Proporsi "3" 3.261
Proporsi "6" 6.522
6.740
6.626
663
1.988
3.976
50.399
14.230
19.368
1.937
5.810
11.621
-82
25.104
4.250
4.168
417
1.250
2.501
36.014
-2.648
61.324
16.690
14.042
1.404
4.213
8.425
41.206
29.821
-8205
61.786
20.580
12.375
1.238
3.713
7.425
200.966
163.810
-7.441
275.826
74.860
67.419
6.742
20.226
40.451
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-264
No 1 2
Kecamatan Bogor Selatan Bogor Timur
Backlog Rumah Tahun 2012
KK Tahun 2027
Demand Rumah Akibat Pertumbuhan KK
38.107
Rumah Tahun 2012 (unit) 29.681
-1.530
56.707
18.600
19.997
17.658
-114
30.107
5.138
KK Tahun 2012
Demand Rumah Tahun 2027 Proporsi "1"
Proporsi "3"
Proporsi "6"
17.070
1.707
5.121
10.242
10.110
9.996
1.000
2.999
5.998
57.514
21.345
26.483
2.648
7.945
15.890
3
Bogor Utara
36.169
31.309
4
Bogor Tengah
20.854
19.327
-82
27.229
6.375
6.293
629
1.888
3.776
5
Bogor Barat
44.634
36.014
-2648
69.669
25.035
22.387
2.239
6.716
13.432
6
Tanah Sareal
41.206
29.821
-8.205
72.076
30.870
22.665
2.267
6.800
13.599
200.966
163.810
-7.441
313.256
112.290
104.849
10.485
31.455
62.909
KK Tahun 2012
Backlog Rumah Tahun 2012
KK Tahun 2032
Demand Rumah Akibat Pertumbuhan KK
-1.530
62.907
24.800
7
Kota Bogor
1
Bogor Selatan
38.107
Rumah Tahun 2012 (unit) 29.681
2
Bogor Timur
19.997
17.658
-114
33.477
13.480
13.366
1.337
4.010
8.020
5.138
64.629
28.460
33.598
3.360
10.079
20.159
No
Kecamatan
Demand Rumah Tahun 2032 Proporsi "1"
Proporsi "3"
Proporsi "6"
23.270
2.327
6.981
13.962
3
Bogor Utara
36.169
31.309
4
Bogor Tengah
20.854
19.327
-82
29.354
8.500
8.418
842
2.525
5.051
5
Bogor Barat
44.634
36.014
-2.648
78.014
33.380
30.732
3.073
9.220
18.439
6
Tanah Sareal
41.206
29.821
-8.205
82.366
41.160
32.955
3.296
9.887
19.773
200.966
163.810
-7.441
350.686
149.720
142.279
14.228
42.684
85.367
7
Kota Bogor
Sumber: Hasil Perhitungan 2014
[STUDIO PERENCANAAN KOTA]
2015
Berdasarkan tabel 3.143 dapat disimpulkan bahwa kebutuhan rumah pada tahun 2012-2032 mengalami peningkatan dimana diketahui bahwa pada tahun 2012 jumlah KK sebesar 200.966 dengan jumlah hunian berjumlah 163.810 unit sedangkan hasil proyeksi sampai pada tahun 2032 jumlah KK akan mencapai 350.686 dan jumlah kebutuhan hunian bertambah mencapai 149.720 unit. Dari jumlah kebutuhan tersebut kemudian dibagi menjadi 3 proporsi berimbang yaitu 10% untuk rumah mewah, 30% untuk rumah menengah dan 60% untuk rumah sederhana. Dari hasil kebutuhan rumah total dibagi dengan jumlah proporsi berimbang dapat dilihat kebutuhan total rumah mewah dari seluruh kecamatan berjumlah 14.228 unit, untuk rumah menengah dengan total 42.684 unit dan untuk rumah sederhana dengan total 85.367 unit. Perhitungan pembagian proporsi rumah berimbang bertujuan untuk memudahkan pembangunan perumahan pada tahun yang akan datang. 3.6.3 Potensi Aspek Perumahan dan Permukiman A. Potensi Berdasarkan hasil analisa mengenai kesesuaian lahan, dapat diketahui bahwa masih terdapat lahan yang dapat dijadikan permukiman baru berjumlah 1.660 Ha, lahan yang berpotensi menjadi permukiman ini tersebar di 6 kecamatan. hal ini dapat membantu dalam penyediaan permukiman bagi masyarakat dimasa yang akan datang. Potensi lain yang ada yaitu dalam pemenuhan kebutuhan rumah tinggal di Kota Bogor, Bank BTN menyediakan fasalitas rumah BTN bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan tipe rumah yaitu 28, 36 dan 45. Rumah BTN ini bertujuan agar masyarakat berpenghasilan rendah dapat memiliki rumah dengan bantuan kredit pemilikan rumah rendah. Selain itu, untuk rumah tidak layak huni di Kota Bogor sebagian sudah mendapatkan program rumah layak huni, hal ini membantu mengurangi rumah tidak layak huni di Kota Bogor. B. Masalah 1. Permasalahan permukiman yang ada yaitu masih terdapat perumahan yang berada pada kawasan rawan bencana banjir, pada umumnya perumahan INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | | 266
III-266
yang terletak di kawasan rawan bencana banjir ini merupakan permukiman kumuh dan rumah tidak layak huni dan terletak pada sempadan sungai. hal ini disebabkan, masyarakat berpenghasilan rendah tidak mampu membeli rumah yang layak, karena harga lahan semakin lama semakin mahal. Ketidakmampuan masyarakat membeli rumah mengakibatkan terbentuknya permukiman kumuh yang berada di bantaran sungai yang merupakan kawasan rawan bencana banjir. 2. Permasalahan lain yaitu bertambahnya penduduk akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan tempat tinggal, hal ini dapat menjadi beban salah satunya dari lingkungan karena semakin terbatasnya lahan tetapi kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Sementara itu terdapat kepadatan permukiman di setiap kecamatan, untuk kepadatan tertinggi berada di bogor tengah dan terendah di bogor selatan. Jika kebutuhan rumah dimasa yang akan datang terus bertambah maka kepadatan di Kecamatan tersebut akan bertambah kepadatannya. 3. Backlog perumahan masih banyak terdapat di Kecamatan-Kecamatan Kota Bogor yang berjumlah 7359 unit. Namun di Kecamatan Bogor Utara terdapat kelebihan unit rumah yaitu berjumlah 5138 Unit . C. Konsep Aspek Perumahan dan Permukiman 1. Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman yang tidak huni menjadi layak huni 2. Pemindahan masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan rawan bencana dan di sempadan sungai. Cara ini dapat dilakukan dengan menyediakan rusunawa bagi masyarakat tersebut, sehingga sempadan sungai dapat dimanfaatkan menjadi RTH 3. Untuk mengatasi kebutuhan hunian dimasa yang akan datang dengan terbatasnya lahan, maka pembangunan hunian diarahkan vertikal serta perbaikan kualitas lingkungan perrmukiman terutama pada Kecamatan berkepadatan tinggi yaitu Kecamatan Bogor Tengah.
3.7
Aspek Kelembagaan dan Pembiayaan Pembangunan
3.7.1 Fakta Aspek Kelembagaan dan Pembiayaan Pembangunan 3.7.1.1 Kelembagaan A. Teori Kelembagaan Kelembagaan didefinisikan sebagai regulasi perilaku yang secara umum diterima oleh anggota-anggota kelompok social atau aturan-aturan yang membatasai perilaku menyimpang manusia (humanly devised) untuk membangun struktur interaksi politik , ekonomi dan social ( Yustika,2006). Kata “kelembagaan” merupakan padanan dari kata Inggris “institution”, atau lebih tepatnya “social institution”; sedangkan “organisasi” padanan dari “organization” atau “social organization”. Meskipun kedua kata ini sudah umum dikenal masyarakat, namun pengertian dalam sosiologi berbeda. Kata “institution” sudah dikenal semenjak awal perkembangan ilmu sosiologi. Frasa seperti “capital institution” dan “family intitution” sudah terdapat dalam tulisan soiolog August Comte sebagai bapak pendiri ilmu sosiologi, semenjak abad ke 19. Di sisi lain, konsep organisasi dalam pengertian yang sangat luas, juga merupakan istilah pokok terutama dalam ilmu antropologi. Kedua kata ini sering sekali menimbulkan perdebatan di antara para ahli. Persoalannya terletak pada karena tekanan masing-masing orang yang berbeda-beda, atau sering mempertukarkan penggunaannya. “What contstitutes an ‘institution’ is a subject of continuing debate among social scientist….. The term institution and organixation are commonly used interchangeably and this contributes to ambiguityand confusion” (Norman Uphoff, 1986: 8) Fungsi kelembagaan sosial: 1. Memberi pedoman berperilaku kepada individu/masyarakat. 2. Menjaga keutuhan. 3. Memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan kontrol social B. Data Dinas Terkait - Dinas Pendidikan - Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil - Dinas Binamarga dan Sumber Daya Air
- Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan - Dinas Pengawasan Bangunan dan Pemukiman - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata - Dinas Kebersihan dan Pertamanan - Dinas Pertanian - Dinas Tenaga Kerja, Sosial, dan Transmigrasi - Dinas Perindustrian dan Perdagangan - Dinas Pendapatan Daerah - Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan PM - Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup - Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah - Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah C. Tupoksi Dinas Terkait Sehubungan dengan berlakunya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka hak, wewenang dan kewajiban Kabupaten/Kota untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan menurut azas otonomi dan tuga pembantuan. Dengan demikian susunan personil dan struktur organisasi pembangunan di setiap Kabupaten/Kota dapat berada antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.144 yang tersedia di lampiran. D. Lembaga Lokal Kelembagaan lokal adalah unsur-unsur pelaku pembangunan daerah, yang terdiri dari aparatur pemerintah daerah, pengusaha swastadan BUMD, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat dalam arti luas. Peranan pelaku
pembangunan tersebut sangat penting untuk menciptakan hubungan
koordinasi yang
efektif dan efisien sesuai dengan tugas, fungsi, serta
kewenangannya masing-masing.
E. Pengusaha Swasta dan BUMD Dalam suatu kota
akan cepat berkembang apabila terdapat
partisipasi dan
dukungan dari dunia usaha untuk berinvestasi di berbagai sektor perekonomian. Semakin besar keterlibatan swasta, kian cepat pula tingkat
perkembangan dan
pertumbuhan disuatu kota. Adapun peran pengusaha swasta antara lain :
Mengembangkan komoditas unggulan yang dimiliki daerah tersebut.
Menjadi mitra kerja pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur di kawasan.
Membentuk mitra kerja usaha dengan masyarakat secara profesional dan saling menguntungkan.
F. Perguruan Tinggi Di Kota Bogor
terdapat sarana pendidikan dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang sederhana. Selain sekolah yang didirikan oleh Pemerintah, banyak pula sekolah dan perguruan tinggi yang dikembangkan oleh pihak swasta. Beberapa Universitas dan Institut di Kota Bogor yaitu:
No
Tabel 3.145 Universitas dan Institut yang Berada di Kota Bogor Universitas
1
Akademi Kimia Analisis
2
Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian
3
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi “Triguna”
4
Akademi Sekretari&Manajemen Tunas Harapan
5
Akademi Manajemen Kesatuan
6
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi “Kesatuan”
7
Akademi Kebidanan Bogor
8
Akademi Keperawatan Bogor
9
Institut Pertanian Bogor
10
Universitas Ibnu Khaldun
11
Universitas Nusa Bangsa Sumber : Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2013
Fungsi perguruan tinggi di daerah dalam pembangunan Rencana tata ruang menjadi sangat penting karena dapat menjadi mitra kerja pemerintah daerah maupunswasta, menjadi konseptor pengembangan dari aspek pengembangan SDM, serta konsepsi-konsepsi lainnya yang berkaitan dengan pembangunan kawasan. Peranan lembaga perguruan tinggi ini sebaiknya diarahkan kepada halhal berikut : Sebagai mitra kerja pemerintah dan swasta dalam merumuskan kebutuhan dan pengembangan SDM yang berorientasi pada kemajuan pengembangan kawasan. Menjadi fasilitator terhadap perencanaan yang disusun untuk Rencana tata ruang wilayah kota. Menjadi pengawas atau pengontrol sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh lembaga peruguruan tinggi yang bersangkutan. G. Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga swadaya masyarakat di daerah merupakan lembaga nonstruktural yang berperan sebagai mitra kerja dan penghubung antara masyarakat dengan pelaku pembangunan di daerah. Peranan LSM dalam proses penyusunan RTRW antara lain adalah : Memberikan masukan atau penilaian secara konsepsional mengenai perencanaan pengembangan kawasan. Menjadi
mitra
kerja
pemerintah
daerah
dalam
hal
mewujudkan
pembangunan kawasan. Menjembatani hubungan antara masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkan pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah. LSM dan masyarakat dalam arti luas, LSM di undang untuk ikut berpartisipasi dan mengungkapkan aspirasi nya dalam FGD ( focus Group Disscusion ) yang bersifat stakeholder. Salahsatu Program pemerintah yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat ini adalah proses penyusunan RTRW.
H. PNPM Mandiri Lembaga yang aktif seperti PNPM mandiri, PNPM adalah program nasional dalam wujud kerangka sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program – program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Program PNPM Mandiri terdiri dari berbagai program, yaitu: I. PNPM Mandiri Perkotaan PNPM-Mandiri Perkotaan atau Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) merupakan upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam menanggulangi kemiskinan di perkotaan secara mandiri. Tujuan
Terbangunnya lembaga masyarakat berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip- prinsip kemasyarakatan dan berorientasi pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif, mengakar, mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin, mampu memperkuat aspirasi/ suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan lokal, dan mampu menjadi wadah sinergi masyarakat dalam
penyelesaian permasalahan yang ada di
wilayahnya.
Meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan kepelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan kepercayaan pihak- pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarakat.
Mengedepankan peran Pemerintah Kota / Kabupaten agar mereka makin mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin, baik melalui pengokohan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) di wilayahnya, maupun kemitraan dengan masyarakat serta kelompok peduli setempat.
J. PNPM-Mandiri Perumahan dan Permukiman (PNPM-Mandiri Perkim) PNPM-Mandiri Perkim adalah salah satu program yang bertujuan mencapai pemenuhan tempat tinggal layak huni.
Tujuan Memfasilitasi kegiatan yang terkait dengan bidang perumahan permukiman dalam upaya menumbuh- kembangkan kemampuan masyarakat dalam peningkatan kualitas rumah dan perumahan, pemenuhan kebutuhan rumah dan perumahan, serta peningkatan kualitas permukiman yang berbasis pemberdayaan masyarakat. 3.7.1.2 Pembiayaan A. Kapasitas Pembiayaan Pemerintah Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu di bayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya. Pebiayaan daerah tersebut terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan anggaran timbul karena jumlah pengeluaran daerah lebih besar dari jumlah penerimaan sehingga menimbulkan defisit. Sumber-sumber penerimaan pembiayaan terdiri dari sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya, penerimaan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang. Sedangkan pengeluaran pembiayaan terdiri dari pembentukan dana cadangan, penyertaan modal Pemerintah Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo dan pemberian pinjaman daerah. B. Sumber-Sumber Pembiayaan Pembangunan Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan rencana tata ruang adalah tersedianya dana yang cukup untuk membiayai setiap program pembangunan yang telah direncanakan.
Penyediaan
dan
pembiayaan
fasilitas
publik
merupakan
kewenangan dan tanggung jawab pemerintah daerah yang mewadahinya secara langsung, dengan demikian pembangunan Kota Bogor tergantung terhadap kondisi keuangan pembangunan daerah Kota Bogor. Sumber-sumber keuangan Pemerintah Kota Bogor berasal dari beberapa sumber penerimaan seperti: Pendapatan Asli Daerah(PAD), Pendapatan Transfer, Pendapatan Transfer dari Pusat Lainnya, Pendapatan Transfer dari Provinsi dan lain-lain Pendapatan Yang Sah.
Tabel 3.146 Sumber-sumber Keuangan Pemerintah Kota Bogor No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
2011 (Rupiah)
2012 (Rupiah)
165.396.746.064 35.950.801.655
224.746.197.192 44.698.473.424
Persentase Kenaikan/Penurunan (%) 35,88 24,33
137.840.569.445
15.180.503.825
10,13
15.318.039.957 96.840.262.806 23.963.108.525 472.888.334.000 8.524.950.000 158.204.655.240 99.788.359.235 10.499.965.000 40.478.884.545 1.141.638.163.971
16.307.295.769 108.403.919.481 25.136.357.507 603.531.550.000 4.570.515.000 171.233.096.545 102.034.675.550 9.234.562.115 50.223.456.770 1.375.300.603.178
6,46 11,94 4,90 27,63 -46,39 8,24 2,25 12,05 24,07 20,47
Jenis Pendapatan Pendapatan Pajak Daerah Hasil Retribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Penyesuaian Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Hibah Pendapatan Lainnya Jumlah
Dari Tabel 3.146, persentase kenaikan pendapatan Kota Bogor tahun 2012 adalah di sektor Pajak Daerah dengan kenaikan 35,88% dari tahun 2011 atau kenaikannya sebesar Rp.59.349.451.128. dan di sektor Dana Alokasi Khusus mengalami penurunan hampir 50% yaitu sebesar Rp.3.954.435.000 atau berkurang 46,39%. C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tabel 3.147 Ringkasan Anggaran Pendapatan Dan Belanja DaerahTahun Anggaran 2013 NO.
URAIAN
1
PENDAPATAN DAERAH
1.1 1.1.1. 1.1.2 1.1.3 1.1.4
PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
311.645.000.000,00 59.376.065.903,00 21.473.572.209,00 20.754.574.582,00
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH
413.249.212.694,00
DANA PERIMBANGAN bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak dana alokasi umum dana alokasi khusus
93.257.764.269,00 732.337.058.000,00 33.477.500.000,00
JUMLAH DANA PERIMBANGAN
859.072.322.269,00
1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3
JUMLAH (RP)
NO.
URAIAN
1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH pendapatan hibah dana hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya dana penyesuain dan otonomi khusus bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya Lainnya
1.3.4
JUMLAH (RP)
285.581.165.584,00
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH
1.557.902.700.547,00
BELANJA DAERAH
2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4
BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja pegawai (belanja tidak langsung) belanja bunga belanja hibah belanja bantuan sosial belanja bantuan keuangan kepada provinsi Pemdes dan partai politik belanja tak terduga
2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3
3 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3
0,00
JUMLAH LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
2.
2.1.5 2.1.6
6.000.000.000,00 124.676.079.584,00 154.905.086.000,00
746.344.698.204,00 5.700.000.000,00 38.257.312.000,00 21.680.229.000,00 900.000.000,00 13.773.686.361,00
JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG
826.655.925.565,00
BELANJA LANGSUNG Belanja pegawai (belanja langsung) belanja barang dan jasa belanja modal
110.122.908.298,00 286.129.730.056,00 476.502.343.328,00
JUMLAH BELANJA LANGSUNG
872.754.981.682,00
JUMLAH BELANJA DAERAH
1.699.410.907.247,00
SURPLUS / (DEFISIT)
-141.508.206.700,00
PEMBIAYAAN DAERAH Penerimaan Pembiayaan Daerah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Sebelumnya Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
165.000.000.000,00 12.000.000.000,00 936.048.000,00 177.936.048.000,00
3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3
Pengeluaran Pembiayaan Daerah Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah
23.874.731.300,00 53.110.000,00 12.500.000.000,00
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
36.427.841.300,00
JUMLAH PEMBIAYAAN DAERAH
141.508.206.700,00
PEMBIAYAAN NETTO
141.508.206.700,00
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SILPA)
0
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-275
3.7.2 Analisis Aspek Kelembagaan Dan Pembiayaan 3.7.2.1 Proyeksi PAD Proyeksi PAD di gunakan untuk meramalkan PAD di masa depan, dan proyeksi digunakan menggunakan Persamaan yang membutuhkan data PAD 2 tahun sebelumnya. Y = a + b.X ΣY = N.a + b.ΣX Keterangan: a =PAD 2 tahun sebelumnya b = PAD 1 tahun sebelumnya x= koefisien (naik 1 angka setiap tahun yang akan di proyeksikan) Tabel hasil proyeksi PAD pada Kota Bogor dapat dilihat pada lampiran. Dilihat dari tabel 3.148 tentang hasil proyeksi PAD terkait dengan perkembangan pendapatan asli daerah untuk Kota Bogor yang diproyeksikan mulai tahun 2013 hingga 2032. Peningkatan masing-masing sektor penyumbang dana yang masuk terhadap keuangan pemerinah daerah Kota Bogor bervariasi. Sektor yang mendominasi pendapatan pemerintah daerah Kota Bogor bersumber dari Pajak Daerah
yang hingga
2032
senilai
Rp.2.142.872.789.915,sumber alokasi
pendapatan pemerintah Kota Bogor dari Pos pendapatan lain-lain PAD yang sah senilai
Rp. 71.825.316.353menjadi penyumbang dana terendah terhadap
pendapatan keuangan Pemerintah Daerah Kota Bogor, diikuti pos Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Rp. 93.707.863,643 lalu dana dari retribusi daerah senilai Rp. 280.927.756.141. Dari hasil proyeksi tersebut untuk pendapatan asli daerah mengalami laju pertumbuhan sebesar 9% per tahunnya. Yaitu sebesar Rp 91.399.784.037 setiap tahunnya. Dilihat dari sisi pengelolaan keuangan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka kontribusi terhadap APBD meningkat tiap tahun anggaran hal ini didukung pula dengan tingkat efektivitas dari penerimaan daerah secara keseluruhan sehingga adanya kemauan dari masyarakat untuk membayar kewajibannya kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk pajak dan retribusi.
Dengan berlandaskan pada dasar hukum di atas maka penyusunan APBD sebagai rencana kerja keuangan adalah sangat penting dalam rangka penyelenggaraan fungsi daerah otonom. Dari uraian tersebut boleh dikatakan bahwa APBD sebagai alat atau wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program.
3.7.2.2 Analisis Standar Belanja Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan belanja daerah sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 167(3) adalah Analisa Standar Belanja. Alokasi belanja ke dalam aktivitas untuk menghasilkan output seringkali tanpa alasan yang kuat. Analisa Standar Belanja mendorong penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap aktivitas unit kerja menjadi lebih logis dan efisien. Untuk mengetahui besaran belanja daerah kota Bogor yaitu dengan menggunakan cara perhitungan analisis standar belanja dengan Rumus : Total Belanja = Belanja Langsung + Belanja Tidak Langsung. Tabel 3.149 Belanja Daerah Pemerintah Kota Bogor 2012 Belanja Daerah Pemerintah Kota Bogor 2012 No. 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3
Uraian BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai (Belanja Tidak Langsung) Belanja Bunga Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kab./Kota Dan Pemdes Dan Partai Politik Belanja Tidak Terduga JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai (Belanja Langsung) Belanja Barang Dan Jasa Belanja Modal JUMLAH BELANJA LANGSUNG JUMLAH BELANJA DAERAH Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tahun 2012 629,017,584,082.00 788,319,621.00 34,721,274,400.00 3,899,753,000.00 854,909,499.00 4,598,665,450.00 673,880,506,052.00 92,119,355,958.00 267,929,909,220.00 222,276,037,760.00 582,325,302,938.00 1,256,205,808,990.00
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA | |
III-277
Karakteristik belanja langsung adalah bahwa input ( alokasi belanja ) yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan. Sedangkan belanja tidak langsung, pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan secara bersama-sama untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam perhitungan ASB, anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan yang dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. 3.7.3 Potensi, masalah dan konsep Aspek Kelembagaan dan Pembiayaan Pembangunan A. Potensi 1. Terselanggaranya Transparansi publik di pemerintahan kota bogor 2. Mudahnya pelayanan pemerintah bagi masyarakat 3. Pemerintah masuk peringkat 6 dalam penganugerahan penyelenggara pelayanan informasi publik terbaik. B. Masalah Kurangnya sosialisasi, pembinaan dan pengawasan terhadap tupoksi dan kegiatan di setiap dinas. C. Konsep Aspek Kelembagaan dan Pembiayaan Pembangunan 1. Perlunya peningkatan koordinasi antar dinas dalam melaksanakan pembangunan daerah 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia 3. Meningkatkan pengawasan, sosialisai dan pembinaan terhadap programprogram yang sudah direncanakan dan yang sedang berjalan.
View more...
Comments