4. Laporan Hasil Survey
May 7, 2018 | Author: Sri Megawati | Category: N/A
Short Description
ikm...
Description
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
PROPOSAL Maret 2017
ASPEK K3 PETUGAS CAR WASH
OLEH:
Sri Megawati
C 111 12 056
St. Maryam A.
C 111 12 060
Aulia Rizqi Wahyuni
C 111 12 067
Alfiah Amalia Nurandani
C 111 12 068
PEMBIMBING: dr. Abbas Zavey Nurdin, Sp.OK, MKK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai Negara berkembang telah memiliki perhatian terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini dapat di lihat sejak dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan UU No. 36 tahun 2009 2009 tentang Kesehatan. 1 Sayangnya, hingga saat ini implementasi terhadap program K3 masih belum terlaksana t erlaksana secara konsisten. Pandangan tersebut muncul berdasarkan data dari PT Jamsostek (Persero) pada tahun 2009 yang menunjukkan terjadi 96.697 kasus kecelakaan dan sedikitnya 35 orang per 100.000 pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat kerja.1 Dari data profil masalah kesehatan kerja tahun 2006, Direktorat Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI menyatakan 3 Penyakit Akibat Kerja (PAK) terbesar menurut sektor formal dan informal, diantaranya penyakit muskuloskeletal yang menempati persentase terbesar yaitu 13,8 (formal) dan 18,9 (informal), penyakit kardiovaskuler dengan persentase sebesar 7,6 (formal) dan 8,2 (informal) dan gangguan syaraf dengan persentase sebesar 6,2 (formal) dan 6,3 (informal).2 Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada sektor formal persentase PAK lebih rendah dibandingkan dengan sektor informal. 1 Industri informal di bidang jasa yang akhir- akhir ini banyak diminati oleh pengelola usaha salah satu diantaranya adalah usaha cuci mobil.Usaha ini dipilih karena di Makassar semakin banyak jumlah pengguna kendaraan bermotor, selain itu untuk membuat usaha cuci mobil tidak memerlukan peralatan yang rumit dan pekerja dengan keahlian khusus. Namun, meskipun demikian hazard dan risiko pasti akan ada pada usaha cuci mobil, ditambah lagi dengan kondisi dan perilaku tidak aman dari lingkungan kerja
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai Negara berkembang telah memiliki perhatian terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini dapat di lihat sejak dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan UU No. 36 tahun 2009 2009 tentang Kesehatan. 1 Sayangnya, hingga saat ini implementasi terhadap program K3 masih belum terlaksana t erlaksana secara konsisten. Pandangan tersebut muncul berdasarkan data dari PT Jamsostek (Persero) pada tahun 2009 yang menunjukkan terjadi 96.697 kasus kecelakaan dan sedikitnya 35 orang per 100.000 pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat kerja.1 Dari data profil masalah kesehatan kerja tahun 2006, Direktorat Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI menyatakan 3 Penyakit Akibat Kerja (PAK) terbesar menurut sektor formal dan informal, diantaranya penyakit muskuloskeletal yang menempati persentase terbesar yaitu 13,8 (formal) dan 18,9 (informal), penyakit kardiovaskuler dengan persentase sebesar 7,6 (formal) dan 8,2 (informal) dan gangguan syaraf dengan persentase sebesar 6,2 (formal) dan 6,3 (informal).2 Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada sektor formal persentase PAK lebih rendah dibandingkan dengan sektor informal. 1 Industri informal di bidang jasa yang akhir- akhir ini banyak diminati oleh pengelola usaha salah satu diantaranya adalah usaha cuci mobil.Usaha ini dipilih karena di Makassar semakin banyak jumlah pengguna kendaraan bermotor, selain itu untuk membuat usaha cuci mobil tidak memerlukan peralatan yang rumit dan pekerja dengan keahlian khusus. Namun, meskipun demikian hazard dan risiko pasti akan ada pada usaha cuci mobil, ditambah lagi dengan kondisi dan perilaku tidak aman dari lingkungan kerja
ii
dan pekerja itu sendiri. Sehingga tidak dipungkiri masalah K3 akan muncul pada usaha cuci mobil tersebut.1 1.2 TUJUAN PENELITIAN 1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada karyawan tempat pencucian dan perawatan mobil di Shine Proffesional Detailing and Car Wash Makassar.
1.2.2
Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard pada karyawan tempat pencucian dan perawatan mobil. b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan karyawan pencucian dan perawatan mobil. c. Untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan karyawan pencucian dan perawatan mobil. d. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) e. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan f. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada penyuluhan/pelatihan. Pengukuran / pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah dilakukan. g. Untuk
mengetahui
tentang
faktor
konstruksi
bangunan
yang
berhubungan dengan dengan K3 karyawan pencucian dan perawatan mobil. h. Untuk mengetahui tentang tindakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang ditetapkan pada lingkungan karyawan pencucian dan perawatan mobil.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu program yang menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja. 2 Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan.K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja ( zero accident ). ). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Prasetyo,2009). 2 Keselamatan
dan
kesehatan
kerja
pada
dasarnya
mencari
dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
3
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik baiknya selektif mungkin. c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. f.
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Sedangkan menurut Suma’mur (2006) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu : a. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baiksecara fisik, sosial dan psikologis. b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik baiknyadan seefektif mungkin. c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi pekerja. e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja. f.
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.2 Identifikasi Hazard Umum
Dalam konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja ada satu kata yang selalu harus diingat yaitu ”Pencegahan merupakan cara yang paling efektif” artinya mencegah terjadinya kecelakaan berarti sudah tercapai tujuan menhindari kecelakaan itu sendiri.3 Ada beberapa faktor hazard yang mungkin ditemukan di tempat pencucian mobil.4
4
a. Hazard lingkungan kerja lantai licin, terdapat pada seluruh proses
pekerjaan dandapat berpotensi pekerja terpeleset. b. Hazard lingkungan kerja selang air yang berantakan dapat
menimbulkan
kecelakaanketika
pekerja
melewati
selang
air,
kemungkinan untuk terjadinya pekerja tersandung dan terjatuh. c. Hazard lingkungan kerja turun tangga terdapat pada aktivitas
pembilasan di kolongmobil. Apabila pekerja turun dengan terburu buru berpotensi pekerja untuk terpeleset. d. Hazard lingkungan kerja jari-jari mesin kompresor terdapat pada
aktivitaspembilasan ketika pekerja menyalakankompresor. Intensitas pekerja untuk dekatdengan jari-jari mesin kompresor yangberputar cukup sering sehinggadimungkinkan kejadian kecelakaan dapatterjadi. e. Hazard lingkungan kerja penggunaan bangku terdapat pada
aktivitas pembilasanterutama ketika pekerja ingin menjangkau bagian atas mobil. Bangku yang digunakan terbuat dari plastik yang dapat berpotensi pekerja terjatuh. f. Hazard lingkungan kerja uap panas akan memajan ketika pekerja
berada di bawah kolong dan mesin mobil pada proses pembilasan. g. Hazard lingkungan kerja pajanan sinar UV akan memajan pekerja
secara terusmenerus karena pekerjaan yang dilakukanberada di luar ruangan dengan intensitasyang cukup sering di sia ng hari. h. Hazard lingkungan kerja butiran pasir dan debu dapat memajan
pekerja ketikasedang mengambil karpet di dalam mobil, menyemprot bagian kolong dan mesin mobilserta ketika sedang melakukan pengecekanvacuum cleaner . i. Hazard lingkungan kerja kontak dengan sabun krim dan
shampoo terdapat padaproses pencucian karpet dan pembilasan. Dampak dari pajanan sabun krim dan shampoo sering dialami oleh pekerja, sepertigatal-gatal dan merah pada kulit.
5
j. Hazard lingkungan kerja bakteri, jamur, cacing dan jentik nyamuk
dapatpekerja
selama
melakukan
aktivitasnyaterutama
dikolong mobil. k. Hazard elektrik menyambung steker vacuum cleaner terdapat pada
proses finishing , pekerja biasanya menyambungkan steker dalam kondisi tangan yang basahsehingga kesempatan untuk terjadi kecelakaan. l. Hazard kesehatan percikan air memajan pekerja secara terus
menerusselama aktivitas pencucian dilakukan m. Hazard ergonomik dapat memajan pekerja melakukan pencucian
secara manual dan terus menerus dalam posisi yang membungkuk, tidak nyaman, statis dan berulang. n. Hazard perilaku merokok muncul pekerja sering merokok baik pada
saat bekerja maupun tidak bekerja. o. Hazard perilaku pola makan tidak teratur dan asupan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh didapatkan karena sistem
kerja 24 jamadanya pengaturan waktu kerjamengakibatkan jadwal makan pekerjateratur. p. Hazard pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja didapatkan
karena fatigue sering sekali dialami oleh pekerja.
2.3
Alat Pelindung Diri5
Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja, antara lain. a. Alat Pelindung Kepala (H eadwear )
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala daribahaya terbentur benda tajam atau keras,
6
bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain: - Topi pelindung (Safety Helmets) Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik.Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak dapat menghantarkan arus listrik.Topi pelindung dapat terbuat dari plastik ( Bakelite), serat gelas ( fiberglass) maupun metal. -
Tutup kepala Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat daerah steril dan percikan bahan-bahan dari pasien.Tutup kepala ini biasanya terbuat dari kain katun. -
Topi/Tudung Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu, dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.
b. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras, dan lain-lain. Jenis alat pelindung mata antara lain: -
Kaca mata biasa ( spectacle goggles) Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel
kecil, debu dan radiasi gelombang elegtromagnetik.
7
-
Goggles Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan
percikan larutan bahan kimia.Goggles biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elegtromagnetik mengion.
c. Alat Pelindung Pernafasan ( Respiratory Protection) Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: -
Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau kombinasi dari berbagaibentuk kontaminan tersebut.
-
Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja. Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan.
-
Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit.
-
Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll.
Jenis alat pelindung pernafasan antara lain: -
Masker. Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikel yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.
-
Respirator.Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara lain:
-
Chemical
Respirator.
Merupakan
catridge
respirator
terkontaminasi gas dan uap dengan tiksisitas rendah. Catridge ini
berisi
adsorban
dan
karbon
aktif,
arang
dan
8
silicagel.Sedangkan canister digunakan untuk mengabsorbsi khlor dan gas atau uap zat organik. -
Mechanical Filter Respirator.Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.
d. Alat Pelindung Tangan (H and Protection)
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain: 1) Sarung tangan bersih Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka.Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril. 2) Sarung tangan steril Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus digunakan pada tindakan bedah.Bila tidak tersedia sarung tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi. 3) Sarung tangan rumah tangga ( gloves) Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:
Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk melindungi tangan dari api, panas, dan dingin.
9
Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari listrik, panas, luka, dan lecet.
Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion.
Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.
Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC) untuk melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai oksidator.
e. Baju Pelindung (Body Potrection)
Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis baju pelindung antara lain: 1) Pakaian kerja Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi seperti bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas. 2) Celemek Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat kedap terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik atau karet. 3) Apron Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap radiasi pengion. f.
Alat Pelindung Kaki (F eet Protection)
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain: 1)
Sepatu steril. Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang bedah, laboratorium.
10
2)
Sepatu kulit. Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras, panas dan berat, serta kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit, panas, dingin.
3)
Sepatu boot. Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan yang dapat menimbulkan dermatitis, dan listrik.
2.4
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) adalah merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan. 6 Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain yang beradadi tempat kerja, yang mengalami sakit atau cidera di tempatkerja.6 Pengawasan pelaksanaan P3K di tempat kerja perlu memperhatikan faktor fasilitas dan faktor personil. Dari aspek fasilitas, terdapat kotak P3K, isi Kotak P3K, buku Pedoman, ruang P3K, dan perlengkapan P3K (alat perlindungan, alat darurat, alat angkut dan transportasi). Dari factor personil, dapat diperhatikan penanggung jawabnya: dokter pimpinan PKK, Ahli K3, dan petugasnya yang memiliki sertifikat pelatihan P3K di tempat kerja.6 Pembinaan Pengawasan pelaksaan P3K di tempat kerja harus didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan terdiri dari Pengurus Perusahaan, Dokter Perusahaan, ahli K3/Ahli K3 Kimia, Auditor Internal dan eksternal perusahaan yaitu pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dan auditor Eksternal.6 2.5.
Konstruksi Bangunan
Desain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap perencanaan) diantaranya:7
11
1) Seleksi
material,
misalnya
tidak
menggunakan
bahan
yang
membahayakan seperti asbes dll.Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan. 2) Kualitas Udara, kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer ruangan, kontrol jumlah polusi, pe masangan “Exhaust Fan” (perlindungan terhadap kelembaban udara), pemasangan stiker, poster “dilarang merokok”, sistem ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit “Legionairre Diseases “. 3) Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor). Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu, bau dll. Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dll. Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati. Pemasangan fan di dalam lift. 4) Kualitas
Pencahayaan
(penting
mengenali
jenis
cahaya),
mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter). 5) Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll. Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata). Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna yang digunakan. 6) Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage. Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan
12
kelebihan beban. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja. Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung. 7) Kontrol terhadap kebisingan. Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara. Di depan pintu ruang rapat diberi tanda ”harap tenang, ada rapat“. 8) Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m). Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan. Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik. Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Tempat untuk ist irahat dan shalat. Pantry dilengkapi dengan lemari dapur. Ruang tempat penampungan arsip sementara. 9) Hygiene dan Sanitasi Ruang kerja, memelihara kebersihan ruang dan alat
kerja
serta
alat
penunjang
kerja.
Secara
periodik
peralatan/penunjang kerja perlu di perbaharui. 10) Toilet/kamar mandi, Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair. Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk, larangan berupa gambar dll. Penyediaan bak sampah yang tertutup. Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.
2.6.
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 8
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah usaha menyadari atau mewaspadai akan faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Penganggulangan
kebakaran
membutuhkan
suatu
pemrogram
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan.Suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi atau pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari
13
peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi pekaiannya maupiun dari segi mudah dicapainya. Untuk
mengantisipasi
terjadinya
kecelakaan
akibat
kebakaran,
pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 “dengan perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran yang dikuatkan dengtan keputusan Mentri Tenaga Kerja RI No. 186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja, disebutkan dalam Pasal Ayat 1 “Pengurus
atau
perusahaan
wajib
mencegah,
mengurangi
dan
memadamkan kebakaran,v menyelanggarakan latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Peralatan pencegahan kebakaran: 1)
Detektor Asap / Smoke Detector Peralatan
yang
memungkinkan
secara
otomatis
akan
memberitahukan kapan setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah , maka alat ini akan berbubnyi. 2) Fire Alarm Peralatan yang digunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran. 3) Spinkler Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah dimana terdapat spinkler tersebut. Peralatan pengelolaan kebakaran: 1)
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) / Fire Extinguishers / Racun Api Peralatan
ini
merupakan
peralatan
reaksi
cepat
yang
multiguna.Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya sehingga dapat ditempatkan sesuai besar kecilnya risiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang bahan kimia kering atau busa dan CO2.
14
2)
Hydrant Peralatan ini adalah alat penyedia cadangan air. Terdapat 3 jenis hydrant : a.
Hydran gedung
b.
Hydran halaman
c.
Hydran Kota
15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi Dan Waktu Survei
3.1.1. Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang kami jalankan adalah mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja karyawan pencucian dan perawatan mobil “Shine Proffesional Detailing and Car Wash Makassar ” di Jln.AP. Pettarani Makassar. 3.1.2. Waktu
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada tanggal 21 Maret 2017.
3.2. Bahan Dan Cara 3.2.1
Peralatan yang Diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara lain: -
Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan sepintas.
-
Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan lingkungan pencuci mobil
-
Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.
3.2.2
Cara
Dengan metode walk through survey dengan menggunakan check list . Walk through survey mengandalkan kemampuan indra penglihatan dan intra pendengaran sekali-sekali dilakukan wawancara dengan pekerja. 5 Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan masalah kerahasiaan perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja. Sebelum melakukan pemotretan perlu dimintakan ijin terlebih dahulu
16
kepada pimpinan perusahaan. Laporan walk through survey tidak cukup hanya dengan mengisi check list, melainkan juga harus menyusun essay. Check list hanyalah merupakan panduan saja agar tidak ada yang terlupa pada saat survei.
3.3 Alur Kerja
Gambar 1. Alur Kerja pada Lingkungan Pencuci Mobil
3.4 Jadwal Survei
Survei akan dilaksanakan selama 4hari (21 Maret s.d 24 Maret 2017) 21Maret 2017 : Membuat proposal Walktrhough survey K3 pada tempat pencucian mobil dan melakukan survey di lokasi penelitian 22Maret 2017 : Membuat laporan hasil penelitian dan status okupasi 23 Maret 2017 : Penyusnan jurnal artikel status okupasi 24 Maret 2017 : Presentasi laporan walkthrough survey dan presentasi status okupasi
17
BAB IV HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Survey 4.1.1
Pengarah mobil
1. Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik a. Sumber cahaya Sumber cahaya ditempat kerja bersumber dari bebarapa lampu yang cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang untuk menun-jang pekerjaan. b. Sumber bising Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas didepan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan raya. c. Sumber getaran Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini. d. Sumber radiasi Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini. e. Sumber tekanan Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia a. Bahan kimia padat Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi paparan terhadap karyawan.Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja. b. Bahan kimia cair Tidak terdapat hazard yang berasal dari bahan kimia cair.
18
c. Bahan gas Terdapat gas hasil emisi kendaraan dari mobil. d. Bahan fume Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan tanpa alat pelindung, dan dengan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial Shift kerja dibagi menjadi dua : shift pagi (pukul 07.00 – 15.00 WITA), shift malam (pukul 15.00 – 22.00 WITA), dengan waktu istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
2. Alat Yang Digunakan Tidak ada alat yang digunakan oleh pekerja ini. 3. Alat Pelindung Diri Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot. 4. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan b. Pemeriksaan kesehatan berkala
: tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan 5. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3 a. Pelatihan
: tidak dilakukan
pelatihan K3 sebelum perekrutan. b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
: tidak ada SOP
khusus untuk K3. c. Peraturan perundangan-undangan
: tidak ada
19
6. Konstruksi Bangunan a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena tergenang air dan sabun b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang cukup kuat. c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap dengan lingkungan tempat pekerja melakukan pekerjaannya e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan semi terbuka f. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini. 7. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul. b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
4.1.2
Pencuci Mobil Luar
1. Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik a. Sumber cahaya Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja.Warna dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan. b. Sumber bising Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan raya.
20
c. Sumber getaran Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini. d.
Sumber radiasi Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
e. Sumber tekanan tinggi Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia a. Bahan kimia padat Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja. b. Bahan kimia cair Terdapat bahan kimia berupa sabun cuci mobil yang terpapar pada pekerja c. Bahan gas Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini d. Bahan fume Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomi Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri dan jongkok, dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, dan sikat), dan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial Shift kerja dibagi menjadi dua : shift pagi (pukul 07.00 – 15.00), shift malam (pukul 15.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada
21
pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
Alat Yang Digunakan Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah penyemprot air, selang, spons.
Alat Pelindung Diri Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
Pemeriksaan Kesehatan Pekerja a.
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
b.
Pemeriksaan kesehatan berkala
c.
Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Upaya Lain Perusahaan Tentang K3 a. Pelatihan
: tidak dilakukan pelatihan
K3 sebelum perekrutan. b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
: tidak ada SOP
khusus untuk K3. c. Peraturan perundangan-undangan
: tidak ada
Konstruksi Bangunan a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena tergenang air dan sabun. b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang cukup kuat. c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat karyawan bekerja. e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan semi terbuka. f.
Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
22
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul. b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
4.1.3
Pencuci Mobil Dalam
1. Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik a. Sumber cahaya Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampuyang cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja.Warna dinding
yang cukup terang
untuk menunjang pekerjaan. b. Sumber bising Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan raya. c. Sumber getaran Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini. d. Sumber radiasi Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini. e. Sumber tekanan tinggi Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia a. Bahan kimia padat Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
23
b. Bahan kimia cair Terdapat bahan kimia berupa sabun cuci mobil yang terpapar pada pekerja c. Bahan gas Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini d. Bahan fume Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomi Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri dan jongkok dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, dan sikat), dan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial Shift kerja dibagi menjadi dua: shift pagi (pukul 07.00 – 15.00), shift malam (pukul 15.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
2. Alat Yang Digunakan Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah vakum, kain lap, spons. 3. Alat Pelindung Diri Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot. 4. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan b. Pemeriksaan kesehatan berkala
: tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus
: tidak dilakukan
5. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3 a. Pelatihan
: tidak dilakukan pelatihan
K3 sebelum perekrutan.
24
b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
: tidak ada SOP
khusus untuk K3. c. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada 6.
Konstruksi Bangunan a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena tergenang air dan sabun. b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang cukup kuat. c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat karyawan bekerja. e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan semi terbuka. f.
Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
7.Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul. b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran. 4.1.4
1.
Pencuci Mesin
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik a. Sumber cahaya Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampuyang cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja.Warna dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan. b. Sumber bising Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
25
raya. c. Sumber getaran Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini. d. Sumber Radiasi Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini. e. Sumber tekanan tinggi Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia a. Bahan kimia padat Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja. b. Bahan kimia cair Terdapat bahan kimia berupa sabun cair untuk mencuci mesin mobil yang terpapar pada pekerja. c. Bahan gas Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini d. Bahan fume Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri dan membungkuk, dilakukan dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, sikat, dan kuas), dan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial Shift kerja dibagi menjadi dua : shift pagi (pukul 07.00 – 15.00), shift malam (pukul 15.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
26
2. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah spons basah, selang air, kuas, dan sikat. 3. Alat Pelindung Diri Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot. 4. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan b. Pemeriksaankesehatan berkala
: tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak dilakukan 5. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3 a. Pelatihan
: tidak dilakukan pelatihan
K3 sebelum perekrutan b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
:
tidak
ada
SOP
khusus untuk K3 c. Peraturan perundangan-undangan
: tidak ada
6. Konstruksi Bangunan a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena tergenang air dan sabun. b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang cukup kuat. c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat karyawan bekerja. e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan semi terbuka. f. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini. 7.Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul. b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
27
4.1.5
Pengering
1. Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik a. Sumber cahaya Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu, yang cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan. b. Sumber bising Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan raya. c. Sumber getaran Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini. d. Sumber radiasi Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini. e. Sumber tekanan tinggi Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia a.
Bahan kimia padat Tidak terdapat bahan kimia padat pada pekerja ini
b.
Bahan kimia cair Tidak terdapat bahan kimia cair pada pekerja ini
c.
Bahan gas Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
d.
Bahan fume Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
28
Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dan jongkok, dilakukan dengan menggunakan alat (kain lap), dengan gerakan yang berulang. Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi dua: shift pagi (pukul 07.00 – 15.00), shift malam (pukul 15.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya. 2. Alat Yang Digunakan Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah kain lap. 3. Alat Pelindung Diri Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot. 4. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan b. Pemeriksaan kesehatan berkala c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus
: tidak dilakukan : tidak dilakukan
5. Upaya Lain Perusahaan Tentang K3 a. Pelatihan
: tidak dilakukan
pelatihan K3 sebelum perekrutan b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
: tidak ada SOP
khusus untuk K3 c. Peraturan perundangan-undangan
: tidak ada
6. Konstruksi Bangunan a.
Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena tergenang air dan sabun
b.
Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang cukup kuat.
c.
Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
29
d.
Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan semi terbuka
e.
Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
7. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul. b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran. 4.1.6
Kasir
1.
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik a. Sumber cahaya Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu yang cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang untuk menunjang pekerjaan. b. Sumber bising Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada ditepi jalan raya. c. Sumber getaran Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini. d. Sumber radiasi Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini. e. Sumber tekanan tinggi Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia a. Bahan kimia padat Tidak terdapat hazard yang berasal dari bahan kimia padat.
30
b. Bahan kimia cair Tidak terdapat bahan kimia cair yang terpapar pada pekerja c. Bahan gas Terdapat gas hasil emisi kendaraan yang terpapar pada pekerja ini d. Bahan fume Tidak terdapat fume yang terpapar pada pekerja ini
Faktor Biologi Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomi Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi duduk, dilakukan dengan menggunakan alat tulis dan kertas serta mesin kasir dan dengan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial Shift kerja dibagi menjadi dua : shift pagi (pukul 07.00 – 15.00), shift malam (pukul 15.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
2.
Alat yang Digunakan Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah alat tulis dan kertas.
3.
Alat Pelindung Diri Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa.
4.
Pemeriksaan Kesehatan Pekerja a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak dilakukan
5.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
: tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus
: tidak dilakukan
Upaya Lain Perusahaan Tentang K3 a. Pelatihan
: tidak dilakukan pelatihan
K3 sebelum perekrutan
31
b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
:
tidak
ada
SOP
khusus untuk K3 c. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada 6.
Konstruksi Bangunan a. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel yang licin karena tergenang air dan sabun b. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata dan semen yang cukup kuat. c. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman d. Tidak ada plafon yang membatasi antara atap seng dan lingkungan tempat karyawan bekerja. e. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai dengan struktur bangunan semi terbuka f. 7.
Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector, hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul. b. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
4.2 Pembahasan Survei 4.2.1 Survey tentang hazard umum pada pencuci mobil
Dari survey yang telah dilakukan, karyawan pencuci mobil banyak terpapar pada hazard umum dari lingkungan kerja tersebut seperti air serta sabun pencuci mobil yang membasahi lantai yang menyebabkan lantai menjadi licin dan membahayakan karyawan yang bekerja ataupun orang yang melintas disekitarnya. Hazard ini membahayakan karena seharusnya lingkungan kerja dalam keadaan aman, dan tidak membahayakan pekerjanya. Karyawan pencuci mobil juga terpapar dengan faktor kimia seperti penggunaan sabun secara terus menerus dan paparan asap mobil. Selain itu faktor
32
ergonomi juga ditemui pada karyawan pencuci mobil dimana posisi bekerja yang membutuhkan posisi berdiri lama dan membungkuk serta posisi jongkok untuk membersihkan bagian dalam mobil saat bekerja, ditambah dengan posisi bekerja yang dilakukan secara berulang. Karyawan pencuci mobil juga mengalami hazard fisik yaitu bising yang bersumber dari alat vacuum cleaner, kompresor, tabung sabun dan selang air karena menggunakan tekanan angin. 4.2.2. Survey Untuk Mengetahui Tentang Alat Yang Digunakan Pekerja
Dari hasil survey didapatkan pencuci mobil sebagian besar menggunakan alat pencuci mobil yaitu selang, penyemprot, sabun, kain lap.Alat-alat ini tidak berbahaya bagi pekerja. 4.2.3. Survey Untuk Mengetahui Tentang Alat Pelindung Diri Yang Digunakan Pekerja
Dari hasil survey didapatkan karyawan pencuci mobil sebagian besar menggunakan alat pelindung diri yaitu sepatu boot. Alat pelindung diri yang dipakai pencuci mobil harus dipakai secara lengkap untuk menghindarkan karyawan pencuci mobil dari paparan air dan sabun terlalu lama seperti iritasi kulit pada tangan dan kaki. 4.2.4 Survey Tentang Pemeriksaan Kesehatan Kerja
Dari hasil survey didapatkan, para karyawan tidak mendapatkan pemeriksaan kesehatan sebelum perekrutan pekerja.Selain itu, pekerja juga tidak mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin dan berkala secara khusus.Hal ini menyebabkan kurang terdeteksinya penyakit-penyakit akibat kerja maupun akibat hubungan kerja pada lingkungan kerja ini. 4.2.5 Survey Tentang Upaya Lain Tentang K3
Dari hasil survey didapatkan bahwa karyawan pencuci mobil diperbolehkan beristirahat saat lelah dan disediakan makan saat
33
istirahat.Namun karyawan pencuci mobil jarang bertemu dengan atasan jika mereka mempunyai keluhan tentang kesehatannya. Selain
itu,
tidak
terdapat
pelatihan
khusus
mengenai
keselamatan kerja, dan tidak terdapat standar operasional prosedur (SOP) mengenai keselamatan kerja.Hal ini membuat lingkungan kerja tidak dapat mengantisipasi ataupun melakukan pengendalian dengan baik apabila terjadi kecelakaan kerja serta penyakit yang dialami karyawan akibat pekerjaan. 4.2.6 Survei Tentang Konstruksi Bangunan
Dari hasil survey didapatkan konstruksi bangunan yang cukup baik dan aman bagi pekerja, kecuali didapatkan lantai yang licin akibat dibasahi oleh air dan sabun yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja. 4.2.7 Survei Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Dari hasil survey, tidak didapatkan adanya upaya pencegahan dan penanggulangan
kebakaran,
yang
dibuktikan
dengan
tidak
disediakannya APAR, alarm, detector, hidran, rambu-rambu evakuasi, titik berkumpul dan simulasi bila terjadi kebakaran.
34
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Pencuci mobil secara keseluruhannya terpapar pada hazard umum di tempat kerja seperti faktor fisik berupa bising, kimiawi berupa sabun, ergonomiberupa pekerjaan dengan berdiri, membungkuk serta jongkok dengan gerakan berulang. 2. Secara umum alat yang digunakan pekerja pencuci mobil adalah selang, mesin penyemprot air, vakum, kain lap, dan spons 3. Alat-alat perlindungan diri (APD) yang digunakan pekerja adalah sepatu boot untuk karyawan pencuci mobil. 4. Pemeriksaan kesehatan karyawan pencuci mobil tidak dilakukan, pemeriksaan kesehatan rutin dan berkala juga tidak dilakukan. 5. Keluhan / penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan pada karyawan pencuci mobil dipengaruhi oleh faktor ergonomi seperti keluhan berupa nyeri punggung belakang, serta faktor kimia berupa keluhan iritasi kulit akibat paparan air dan sabun dalam waktu yang lama. 6. Pada lokasi pencucian mobil tidak didapatkan adanya upaya-upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari pihak manajemen seperti standar prosedur keselamatan, atau pelatihan-pelatihan untuk keselamatan. 7. Konstruksi bangunan secara umum aman, kecuali lantai yang dibasahi oleh air dan sabun yang berpotensi menyebabkan kecelakaan pada karyawan. 8. Tidak ditemukan adanya upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada lokasi kerja ini.
35
5.2. Saran
Masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerjakaryawan pencuci mobil.Masih perlunya penyediaanalat pelindung diri oleh manajemen perusahaan untuk kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan yang bekerja seperti masker, sarung tangan, sepatu boot yang disiapkan untuk masing-masing karyawan pencuci mobil.Disarankan agar seluruh pekerja memakai alat pelindung diri saat bekerja. Selain itu perlunya dilakukan pemantauanatau survey ulangan untuk mengetahui hazard terbaru yang ada di lingkungan pekerjaan minimal 6 bulan sekali. Jika ada keluhan pada karyawan pencucian mobil, dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis okupasi atau dokter umum untuk mendapatkan penanganan secara tepat.Pihak atasan juga harus melakukan pemeriksaan kesehatan untuk paea calon karyawan sebelum rekrutmen dan pemeriksaan rutin dan berkala untuk setiap karyawan yang telah bekerja. Selain itu, perlunya upaya-upaya lain yang mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Kerja seperti pelatihan simulasi bencana, pelatihan simulasi kecelakaan kerja, standar operasional prosedur atau perundang-undangan yang sifatnya melindungi kesehatan para pekerja. Terakhir,
perlunya
penyediaanalat
untuk
pencegahan
dan
penanggulangan kebakaran seperti smoke detector , alarm kebakaran, APAR, tempat evakuasi.
36
Lampiran Dokumentasi Kegiatan
37
38
View more...
Comments