3a Kelompok 3 Angiografi Thorakalis

September 12, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download 3a Kelompok 3 Angiografi Thorakalis...

Description

 

REVIEW JURNAL PEMERIKSAAN ANGIOGRAFI THORAKALIS USE OF FRACTIONAL FLOW RESERVE (FFR) TO AID DIAGNOSIS IN BORDERLINE CORONARY ARTERY STENOSIS  





 Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknik Radiografi 5  

 Dosen Pengampu: Dwi Rochmayanti, S.ST M.Eng

1.   Neneng Santinah

Disusun Oleh:

(P1337430116001)

2.  Alfiana Edy Damayanti

(P1337430116003)

3.  Kevin Ade Juliantino

(P1337430116006)

4.  Tiara Julio Saputri

(P1337430116012)

5.  Retno Ningrum

(P1337430116016)

6.   Nafi’udin Dwi Andaya Putra  Putra 

(P1337430116021)

7.  Rinaldi Giri Saputro

((P1337430116023)

8.  Alfi Hidayana

(P1337430116028)

9.  Sulkhi Annisatul Quthwah

(P1337430116033)

10.  Riszki Nur Hidayah

(P1337430116041)

11.  Amalia Aini Kusnanto

(P1337430116007)

12.  Ririn Kurniati

(P1337430116057)

PRODI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2018 

 

Judul

Clinical Angiography Case Study : USE OF FRACTIONAL FLOW RESERVE (FFR) TO AID DIAGNOSIS IN BORDERLINE CORONARY ARTERY STENOSIS

Jurnal

Kedokteran, Radiologi

Download

http://www.srtsl.com/uploads/5/1/3/0/5130772/clinical_angiography1.doc  http://www.srtsl.com/uploads/5/1/3/0/5130772/clinical_angiography1.doc 

Tahun

2012

Penulis

Nishantha Navaratne

Reviewer

Kelompok 3 kls 3A

Tanggal

15 September 2018

Abstrak

“Use Of Fractional Flow Reserve Jurnal Clinical Angiografi yang berjudul “Use (FFR ) To Aid Diagnosis In Borderline Coronary Artery Stenosis”  berisikan study kasus dan prosedur pemeriksaan pada kasus coronary stenosis. Angiogram koroner hanya menyediakan gambar pembuluh. Dalam beberapa tahun terakhir, FFR digunakan sebagai alat diagnostik untuk mengevaluasi aliran darah yang mengalir melintasi lesi tertentu dan sebagai upaya melengkapi keterbatasan angiografi. FFR mengukur dampak fisiologis dari keparahan lesi dan memberikan penilaian anatomi lesi yang akurat.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah case report.

Langkah- Langkah

1.  Melakukan pengecekan riwayat pembedahan atau trauma pada arteri   2.  Menjelaskan kepada pasien tentang risiko dan manfaat melalui informed consent  3.  Melakukan tes PTT, INR, kreatinin.   4.  Kateterisasi coroner menggunakan Philips Allura Xper U-arm 5.  Pasien telentang di meja pemeriksaa, telah berpuasa selama 4 jam, dan diberikan sedatif ringan untuk membantunya pasien rileks. Anestesi lokal diaplikasikan pada pergelangan tangan kanannya di atas arteri radial. Arteri radial kanan ditusuk dengan jarum menggunakan teknik

 

seldinger, dan kawat dilewatkan melalui jarum ke arteri radial. Kemudian 6F introducer radial sheath maju melewati kawat dan ditempatkan di dalam pembuluh. Angiogram koroner kanan pertama dilakukan dengan menggunakan kateter koroner kanan 5F 4,0 dan angiogram koroner kiri dengan kateter kiri 6F 3,5.  6.  FFR diukur setelah angiografi koroner. Proyeksi yang dilakukan adalah AP dan Left Anterior Oblik. Dalam satu kasus, Right Anterior Oblik juga dilakukan untuk memperjelas curiga abnormalitas. FFR menggunakan sensor kecil di ujung guidewire untuk mengukur tekanan, suhu, dan aliran untuk menentukan tingkat keparahan lesi yang tepat. Ini dilakukan selama aliran darah maksimal (hyperemia), yang dapat diinduksi dengan menyuntikkan produk seperti adenosine atau papaverine. Penarikan kawat tekanan dilakukan, dan tekanan dicatat. Pembahasan

Pembahasan mengenai peran FFR dalam Angiografi adalah FFR mampu membantu dalam diagnosis akurat yang mengarah ke manajemen pasien. Fearon et al (2002) menjelaskan FFR dianggap sebagai metode diagnostik yang akurat untuk menentukan signifikansi fisiologis lesi koroner perbatasan dan membedakan lesi pembatas aliran dari yang tidak. Telah terbukti bahwa  pada pasien dengan FFR> 0,75, Percutaneous coronary intervention (PCI) aman dan menghasilkan hasil klinis yang sangat baik (Tio et al, 2005). Karena angiogram koroner memberikan gambar 2 dimensi, tidak selalu mungkin untuk membenarkan lesi sebagai signifikan (Higano et al, 2001). Seringkali, operator disesatkan oleh penampilan angiografi karena mereka tidak mewakili realitas stenosis. Jika lesi yang tidak signifikan diidentifikasi sebagai signifikan tergantung pada gambar angiografi saja, itu akan menghasilkan PCI yang tidak perlu. Fungsi ginjal secara langsung berkaitan dengan kematian pada pasien p asien dengan CAD yang menjalani PCI (Sadeghi et al, 2003). Banyak penelitian telah menemukan diabetes mellitus sebagai faktor risiko independen untuk kontras

 

induksi nefropati (CIN) untuk pasien yang menjalani PCI koroner (Rihal et al, 2002). Penggunaan volume kontras yang lebih tinggi sebagian besar terkait dengan CIN. McCullough et al (1997) menunjukkan bahwa risiko CIN minimal pada pasien yang menerima kurang dari 100ml media kontras. Dalam kasus ini, jika lesi bifurkasi yang tidak mengalir terbatas ini salah didiagnosis sebagai pembatasan aliran, sejumlah besar kontras akan diperlukan untuk PCI. Karena pasien ini menderita diabetes dan telah meningkatkan pembersihan ceatinine (fungsi ginjal yang buruk), PCI yang tidak diperlukan mungkin telah menyebabkan CIN dan gagal ginjal akut. Hasil

Tingkat keparahan lesi pada kasus tersebut tidak dapat didiagnosis dengan  jelas hanya dengan menggunakan pemeriksaan coronary angiografi. Meskipun coronary angiografi diterima secara luas sebagai teknik  pencitraan, namun untuk menampilkan diagnose yang mengarah ke keparahan lesi dapat disalah artikan jika hanya menggunakan menggunak an angiografi saja. Stenting koroner adalah teknik yang diterima untuk lesi yang membatasi aliran, dalam hal ini adalah tepat untuk menggunakan FFR untuk diagnosis lesi lebih lanjut untuk menghindari komplikasi terkait stent, biaya yang tidak  perlu dan perubahan gaya hidup. FFR dalam kasus ini telah memberikan diagnosis definitif bahwa lesi tidak membatasi aliran. FFR adalah metode yang sederhana, efektif biaya dan dapat diandalkan untuk menilai tingkat keparahan lesi.

Diskusi

Angiografi mengacu pada pencitraan radiologi pembuluh darah dengan menggunakan media kontras untuk memperlihatkan struktur yang memiliki kontras rendah , kontras media diinjeksikan dengan d engan sebuah kateter pada pembuluh darah. Aortografi Thoracic adalah studi angiografi dari aorta ascenden, arkus aorta, aorta ao rta descending, aorta toraks, dan cabang utama. Salah satu bagian dari angiografi thoracalis adalah angiocardiografi yang secara khusus mengacu pada pencitraan radiologis radiologis  jantung dan struktur terkait. Dalam kasus ini indikasi pemeriksaan adalah dugaan lesi, Angiogram koroner hanya menyediakan gambar pembuluh

 

 paten. Dalam beberapa tahun terakhir, cadangan aliran fraksional (FFR) digunakan sebagai alat diagnostik untuk mengevaluasi aliran darah melintasi lesi tertentu untuk menghindari keterbatasan angiogram. FFR mengukur dampak fisiologis dari keparahan lesi dan memberikan penilaian anatomi lesi yang akurat . Mengingat temuan angiografi dalam situasi ini, diputuskan  bahwa FFR akan membantu dalam manajemen klinis pasien. Penambahan teknologi FFR diperuntukkan hanya untuk pasien dengan curiga lesi dengan tujuan mampu memberikan diagnosa yang akurat. akurat. Kesimpulan

Tingkat keparahan lesi koroner dalam penelitian ini tidak cukup jelas jika di evaluasi dengan angiografi saja untuk mencapai keputusan klinis yang benar. Penggunaan FFR memberika pengukuran yang membuktikan lesi diagonal tidak cukup signifikan untuk intervensi lebih lanjut. Hal ini mencegah  pemasangan stent yang tidak perlu terkait dengan komplikasi yang terjadi  pada mereka, penyinaran radiasi

yang berlebih, komplikasi

yang

 berhubungan dengan kontras dan pengeluaran biaya berlebih. FFR adalah metode yang sederhana, efektif biaya dan dapat diandalkan untuk menilai tingkat keparahan lesi batas. Oleh karena itu, penggunaan pen ggunaan FFR  perlu dipertimbangkan demi pengobatan terbaik. Komentar

Kelebihan:

Kelebihan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.  Alat yang digunakan disebutkan dengan jelas yaitu Philips Allura Xpur U-arm. Menjelaskan Teknik FFR dengan baik dan detail. 2.  Langkah-langkah yang diapaparkan cukup jelas 3.  Di dalam jurnal jug disertai gambar sehingga pembaca pem baca bisa memahami dengan baik. 4.  FFR >0,75 penundaan intervensi koroner aman dan menghasilkan hasil klinis yang sangat baik. Kekurangan:

1.  Pada jurnal tersebut tidak menyebutkan jenis-jenis lesi yang lebih spesifik, hanya disebutkan lesi tertentu saja, tidak dijelaskan secara rinci

 

2.  Di dalam jurnal tidak terdapat penjelasan bagaimana cara mendapatkan nilai FFR. 3.  Tidak menjelaskan mengapa injeksi dilakukan pada pergelangan tangan kanan di atas arteri radial.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF