346557089 Laporan Pendahuluan HEMAPTOE 2017

March 24, 2019 | Author: aprilianti firdaus | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

vgv...

Description

Laporan pendahuluan HEMAPTOE

I. KONSEP TEORI A. Definisi

Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada sal uran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring. Batuk darah merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar. Maka  penyebabnya harus segera ditemukan dengan dengan pemeriksaan yang seksama. (Dzen, 2009) Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang yang berasal dari paru biasanya  berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses. Hemoptisis masifa dalah batuk darah antara >100 sampai s ampai >600 mL dalam waktu 24 jam. (Rahman, 2009) Hemoptisisadalahistilah yang digunakanuntukmenyatakanbatukdarahatau digunakanuntukmenyatakanbatukdarahatau sputum yang berdar ah( Sylvia A. Price, 2009) B. Etiologi

Penyebab hemoptoe banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu : infeksi, tumor dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan penyebab yang sering didapatkan antara lain : tuberkulosis,

bronkiektasis

dan

abses

paru.

Pada

dewasa

muda,

tuberkulosis paru, stenosis mitral, dan bronkiektasis merupakan penyebab yang sering didapat. Pada usia diatas 40 tahun karsinoma bronkus

1

merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti tuberkulsosis dan  bronkiektasis. Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas : 1.

Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur dan sebagainya.

2.

Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.

3.

Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.

4.

Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).

5.

Benda asing di saluran pernapasan.

6.

Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba. Penyebab terpenting dari hemoptisis masif adalah :

1. Tumor : a. Karsinoma.  b. Adenoma. c. Metastasis endobronkial dari massa tumor ekstratorakal. 2. Infeksi a. Aspergilloma.  b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas). c. Tuberkulosis paru. 3. Infark Paru 4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis 5. Perdarahan paru a. Sistemic Lupus Eritematosus  b. Goodpasture’s syndrome. c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis. d. Bechet’ssyndrome. 6. Cedera pada dada/trauma a. Kontusiopulmonal.  b. Transbronkialbiopsi. c. Transtorakalbiopsimemakaijarum. 7. Kelainan pembuluh darah

2

a. Malformasi arteriovena.  b. Hereditary haemorrhagic teleangiectasis. 8. Bleeding diathesis C. Patofisiologi

Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri  pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe. Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut : 1. Radang mukosa Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah. 2. Infark paru Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme  pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh  jamur. 3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis. 4. Kelainan membran alveolokapiler Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpasture’s syndrome. 5. Perdarahan kavitas tuberkulosa

3

Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan  pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif. 6. Invasi tumor ganas 7. Cedera dada Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya  batuk darah.

4

D. Pathway

Basil tuberkulosis droplet nukleat

Air borne infection

Implantasi kuman terjadi pada respiratori bronkial atau alveoli

Fokus primer

Pasca primer

Komplek primer

Kompleks primer yang sembuh

Sembuh pada sebagian besar

Reaktivitas kuman leukositosis

Tuberkulosis primer

Reinfeksi endogen

Gejala respiratorik

Tuberkulosis pasca primer

Batuk rejan

Gejala sistemik

Terjadi robekan ankurisna

Gangguan pemenuhan

areti pilnelis pada dinding

kebutuhan istirahat

Hemaptoe

Psikologi

Perdarahan perfusi (hemoragic syok)

Kecemasan

Stesol

Epineprin

Terjadinya penyebaran (Lesi yang meluas, Limfogen, Hematogen)

Terjadi proses infeksi

Mempengaruhi pusat pengaturan panas

Hipermetabilisme

Peningkatan suhu

Mual, muntah

tubuh Gangguan bersihan jalan

Nadi meningkat

nafas tidak efektif

Anoreksia Payah jantung Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

Reaksi Sufokasi

5

E. Manifestasi klinis 1. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan 2. Terdengar adanya gelembung-gelembung udara bercampur darah di dalam saluran napas 3. Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan (DS) 4. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari kemudian warna menjadi lebih tua atau kehitaman 5. Bisa berlangsung beberapa hari 6. Penyebabnya : kelainan paru F. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan oleh tiga faktor : 1.

Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam

saluran pernapasan. 2.

Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat

menimbulkan syok hipovolemik. 3.

Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa

makanan ke dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi. G. Pemeriksaan penunjang

a. X-foto Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal dengan atau tanpa adanya infiltrat. Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.  b. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB. Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi  –  sewaktu. c. Pemeriksaan mantoox test Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.

6

II. KONSEP ASKEP A. Pengkajian Keperawatan

1.

Anamnesa

a.

Data Demografi : Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status  perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,  pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).

 b.

Keluhan Utama: Pasien hemaptoe ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan menurun.

c.

Riwayat Penyakit Sekarang: pasien hemaptoe sering panas lebih dari dua minggu sering batuk yang disertai dengan darah, anoreksia, lemah, dan berkeringat banyak pada malam hari

d.

Riwayat Penyakit Dahulu: pasien mempunyai riwayat tertentu seperti  penyakit jantung, TBC dll.

e.

Riwayat Penyakit Keluarga: biasanya keluarganya mempunyai penyakit menular atau tidak menular.

f.

Riwayat psikososial Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis pasien dengan timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya, meliputi : perumahan yang padat, lingkungan yang kumuh dan kotor, keluarga yang belum memahami tentang kesehatan.

2.

Pemeriksaan Fisik

a.

Keadaan umum Keadaan penyakit, kesadaran, suhu meningkat, dan BB menurun.

 b.

Thorax Bentuk thorax pasien hemaptoe biasanya tidak normal (Barrel chest)

c.

Paru Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal, adanya whezing atau ronkhi.

7

d.

Jantung Didapatkan suara 1 dan suara 2 tambahan

e.

Abdomen Biasanya terdapat pembesaran limfa dan hati

3.

Pengkajian 11 Pola fungsional Gordon 1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan Biasanya pasien mempunyai kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, dan kebiasaan olahraga. 2. Pola Nutrisi/Metabolisme Umumnya nafsu makan menurun, diet khusus / suplemen, fluktasi  berat baan dan anoreksia. 3. Pola Eliminasi Umumnya pasien tidak mengalami gangguan eleminasi 4. Pola Aktivitas Bagaimana pasien melakukan pekerjaan. Sebelum sesak kegiatan apa saja yang dilakukan pasien setiap harinya. 5. Pola Istirahat Tidur Umumnya pasien mengalami gangguan pola tidur / istirahat. 6. Pola Kognitif-Persepsi Umumnya pasien tidak mengalami gangguan pada indera. 7. Pola Peran Hubungan Hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar cukup  baik. 8. Pola Seksualitas/Reproduksi Bagaimana respon seksualitas pasien. 9. Pola Koping Toleransi Stress Penyebab stres, koping terhadap stres, dan pemecahan masalah. 10. Pola Keyakinan Nilai Apa dan bagaimana keyakinan pasien. 11. Pola Konsep diri Bagaimana pasien menilai dirinya sendiri.

8

B. Diagnosa Keperawatan

1. Syok hemoragic berhubungan dengan batuk darah 2.  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah. 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit C. Intervensi Keperawatan

No.

1.

Diagnosa

Data

(NANDA)

Intervensi (NIC)

Evaluasi (NOC)

DO :

Syok

4. TTV,

hemoragic

 pasien dan keluarga dengan

kesadaran

 berhubungan

komunikasi yang baik.

CM,

dengan

GCS

456

darah

5. Inpeksi

:

tampak batuk  berdarah,

1. Lakukan pendekatan pada 1. Pasien tidak batuk

2. Tidak terjadi syok

batuk 2. Berikan posisi supinasi 3. Auskultasi

paru

darah

hemoragik

sebelum

dan sesudah batuk 4. Berikan

terapi

tranfusi

darah

merah segar,

5. Observasi batuk klien

± 300 cc, KU

6. Kolaborasi

lemah

dokter

6. Auskultasi

:

dengan

dalam

tim

pemberian

terapi

vesikuler menurun

di

 paru (kanan/kiri) 7. Foto thorax : tampak infiltrat,

TB

9

 paru DS : Pasien mengeluh  batuk

berdarah

dan dada terasa  perih 2.

DO :

Ketidakseimba

1. Diare

ngan nutrisi

2. Kurang

kurang dari

nafsu makan 3. Bising usus  berlebih 4. Konjungtiva  pucat

kebutuhan tubuh

1. Lakukan pendekatan pada  pasien.

1. Meningkatnya nafs makan

2. Jelaskan pentingnya nutrisi 2. Pasien bisa  bagi tubuh. 3. Berikan posisi tidur dengan

menghabiskan satu  porsi

 berhubungan

kepala lebih tinggi dari 3. Intake sesuai

dengan intake

 badan saat makan.

tidak adekuat

5. Denyut nadi

4. Berikan makan sedikit tapi

dengan prosi yang diberikan

sering.

lemah

5. Pantau intake dan output

DS :

nutrisi klien.

1.  Nyeri

6. Kolaborasi dengan tim gizi

abdomen

dalam pemberian nutrisi

2. Muntah 3. Kejang  perut 4. Rasa penuh tiba-tiba setelah makan 3.

DO :

Bersihan jalan

1. Penurunan

nafas tidak

kegunaan batuk yang

dengan posisinya

efektif

efektif dan terdapat

untuk memudahka

 berhubungan

 penumpukan sekret di

 pasien dalam

suara nafas 2. Orthopneu

1. Jelaskan pada klien tentang

1. Pasien nyaman

10

3. Sianosis

dengan sekresi

4. Kelainan

kental atau

suara

darah

(crackles, wheezing)

saluran pernafasan.

 bernafas

2. Ajarkan pasien tentang

2. Pasien bisa

metode yang tepat

melakukan batuk

 pengontrolan batuk.

efektif

3. Anjurkan klien nafas dalam

5. Kesulitan

dan perlahan saat duduk

 berbicara

setegak mungkin.

6. Batuk

4. Anjurkan pasien untuk

7. Produksi

 banyak minum air hangat

sputum

5. Auskultasi paru sebelum

DS :

dan sesudah pasien batuk.

Dispneu

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi

4.

DO :

Gangguan pola

1. Penurunan

tidur

 proporsi tidur 2. Jumlah tidur kurang dari nomal sesuai

 berhubungan dengan proses  penyakit

1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman 3. Kolaborasikan dengan tim

1. Pasien merasakan fresh sesudah istirahat atau tidur 2. Pola tidur pasien dalam batas normal

medis pemberian obat tidur

usia DS : 1. Bangun lebih awal 2. Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur

11

D. Discharge Planning 1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk mengkonsumssi obat yang telah diberikan pihak rumah sakit sampai batas pemakaian 2. Untuk sementara, anjurkan kepada pasien dan keluarga agar mengatur  posisi tidur pasien dirumah dengan posisi supinasi (terlentang) 3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk membatasi aktivitas pasien hemaptoe (bedrest) 4. Anjurkan kepada keluarga untuk mengantar pasien ke rumah sakit untuk kontrol sesuai anjuran

12

DAFTAR PUSTAKA

M. Amin. 1999. Ilmu penyakit Paru. Surabaya : Airlangga university press. Carpenito,

L.

J.,

(1999 ).

Rencana

Asuhan

dan

Dokumentasi

 Keperawatan, edisi 2. Jakarta ; EGC. Carpenito, L. J. (2000). Buku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC. Dongoes. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Mansjoer, Arif., et all, (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas  Kedokteran UI  : Media Aesculapius.

13

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF