3.+JURNAL+PENELITIAN+MOLUSKA(1)

April 18, 2017 | Author: Sunani Sunny | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download 3.+JURNAL+PENELITIAN+MOLUSKA(1)...

Description

PREFERENSI HABITAT KAITANNYA TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA DI PANTAI SEKITAR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KECAMATAN TEGALDLIMO DAN KECAMATAN PURWOHARJO, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR Bayu Hendra (3425092327), Hikmah Zikriyani (3415096598), Intan Komalasari (3415096599), Joshua Jem Joreta (3425092339), Rahman Fadli (3415092301), Dra. Ratna Komala, M.Si) ABSTRAK Moluska merupakan kelompok hewan makrobenthik yang memiliki peran penting dalam perairan, terutama dalam rantai makanan. Moluska memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi pada berbagai habitat, dapat mengakumulasi logam berat dan berperan sebagai indikator kualitas lingkungan. Parameter penting yang mempengaruhi kehidupan Moluska adalah substrat, dan dapat membentuk susunan individu dari beberapa spesies yang terorganisir membentuk struktur komunitas. Penelitian dilakukan pada tanggal 23-24 April 2011 di pantai sebelah selatan Taman nasional Alas Purwo Kecamatan Tegaldlimo dan kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas Moluska yang meliputi kelimpahan, keanekaragaman, dominansi, dan pola distribusi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain survei, terdiri dari 4 stasiun yang ditentukan berdasarkan perbedaan jenis substrat. Pada masing-masing stasiun terdiri dari 5 kuadran berukuran 1 x 1 meter yang akan diletakkan secara purposive sampling. Sampel diambil dengan cuplikan langsung dan pengadukan dengan Jala surber/eckman grab serta penyaringan. Parameter lingkungan yang di amati meliputi parameter fisik dan kimia. Analisis data meliputi kelimpahan, indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener, indeks dominansi Simpson, dan pola distribusi Morisita kemudian dilanjutkan analisis statistik dengan ANAVA Satu Arah. Hasil penelitian ini menunjukkan gastropoda yang teridentifikasi yaitu 10 genus dengan kelimpahan tertinggi diwakili oleh genus Cerithium, sedangkan kelimpahan gastropoda terendah diwakili genus Neritodryas, Turbo, Cypraea, dan Architectonia. Kepadatan Gastropoda tertinggi terjadi pada zona II dan terendah terjadi pada zona I. Indeks keanekaragaman gastropoda tergolong rendah, indeks dominansi gastropoda tergolong rendah-sedang dan pola distribusi pada gastropoda adalah mengelompok. Kelimpahan, keanekaragaman, dan dominansi gastropoda di pantai sekitar Taman Nasional Alas Purwo dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan yaitu kecepatan arus, pH, suhu, dan DO. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kelimpahan, keanekaragaman, dominansi, dan pola distribusi gastropoda pada setiap zona.

Kata kunci : Alas Purwo, Habitat, Moluska, Struktur komunitas.

ABSTRACT Mollusks are makrobenthik animals group that has an important role in surface waters, especially in the food chain. Mollusks have a high adaptability to various habitats, can accumulate heavy metals and act as indicators of environmental quality. Important parameters that affect the lives of Mollusks are substrate, and can form the composition of individuals of some species to form an organized community structure. The study was conducted on 23-24 April 2011 on the south coast of Alas Purwo National park district and subdistrict Tegaldlimo Purwoharjo, Banyuwangi regency, East Java. The purpose of this study to determine the community structure that includes an abundance of Mollusks, diversity, dominance, and distribution patterns. The method used is descriptive with survey design, consisting of four stations that is determined based on the different types of substrates. At each station consisting of five quadrates measuring 1 x 1 meter to be placed by purposive sampling. Samples were taken with direct footage and stirring with Jala surber / Eckman grab and filtering. Environmental parameters on the observed including physical and chemical parameters. Analysis of the data include abundance, species diversity index of Shannon-Wiener, Simpson's dominance index, and the distribution pattern of Morisita that was followed by statistical analysis ANAVA One Direction. The results of this study suggest that 10 identifiable genus of gastropods with the highest abundance is represented by the genus Cerithium, while the lowest abundance of gastropod is represented by genus Neritodryas, Turbo, Cypraea, and Architectonia. Gastropoda density was highest in zone II and lowest in zone I. Diversity index of Gastropods is low, dominance index of gastropods is low-medium and the distribution pattern of gastropods are clustered. The abundance, diversity, and dominance of gastropods around Alas Purwo National Park, beach is influenced by several environmental parameters, namely flow rate, pH, temperature, and DO. Statistical analysis showed that there is no real difference between the abundance, diversity, dominance, and distribution patterns of gastropods in each zone. Key words : Alas Purwo, Habitat, Mollusks, Community structure.

PENDAHULUAN Moluska merupakan filum penting dalam rantai makanan serta memiliki penyebaran yang cukup luas. Moluska terdapat pada rentang habitat yang luas, dari laut tropis sampai laut kutub yang lebih dari 700 m dari permukaan laut, di kolam, danau dan perairan mengalir, lumpur, dan pada laut terbuka dari permukaan laut sampai kedalaman abisal (Hickman et al., 2004). Ditinjau dari kesukaan makan (feeding habit), dapat dibedakan menjadi karnivora, herbivora, pemakan detritus/busukan organic (detritifor), serta penyaring (filter feeder). Moluska memiliki peran ekonomis dam ekologis. Secara ekonomis, Moluska memberikan manfaat bagi kehidupan manusia diantaranya sebagai bahan pangan (sumber protein hewani), bahan industri kerajinan dan perhiasan, dan bahan campuran bagi makanan unggas. Sedangkan secara ekologis berperan dalam rantai makanan yang berfungsi sebagai herbivor atau detritivor (Cappenberg et al., 2006). Gastropoda merupakan kelas dari Filum Moluska yang memiliki spesies paling beragam dan terbesar.karena berhasil menempati berbagai macam habitat dan ekosistem seperti, lamun, karang, mangrove dan substrat pasir/lumpur yang bersifat terbuka (Cappenberg et al., 2006). Kelompok ini dapat membentuk susunan individu dari beberapa spesies yang terorganisir membentuk struktur komunitas.

Struktur komunitas dapat dipelajari dengan mengetahui satu atau dua aspek khusus tentang organisme komunitas yang bersangkutan seperti keragaman, zonasi atau stratifikasi (Brower dan Zar dalam Noor Dienti, 2011). Menurut Krebs (1972) dalam Noor Dienti (2012), struktur komunitas memiliki 5 karakteristik, yaitu : (1) keanekaragaman jenis; (2) bentuk pertumbuhan dan struktur; (3) dominansi; (4) kelimpahan relative; (5) struktur trofik. Pianka dalam Cappenberg (2008) menyatakan bahwa Moluska memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi pada berbagai habitat, dapat mengakumulasi logam berat tanpa mengalami kematian dan berperan sebagai indikator lingkungan. Tinggi rendahnya keanekaragaman jenis suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain tipe habitat, stabilitas lingkungan, kompetisi, panjangnya rantai makanan, ukuran tubuh biota yang bersangkutan, dan faktor yang yang paling berpengaruh adalah jenis substrat. Odum (1993) menyatakan bahwa substrat dasar atau tekstur tanah merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan organisme. Sedangkan menurut Chusing dan Walsh (1976 dalam Noor Dienti, 2012) substrat digunakan sebagai sumer makanan bagi sebagian besar makrozoobenthos Gastropoda dapat hidup pada berbagai habitat baik daratan maupun perairan. Sebagian dari gastropoda dapat hidup pada permukaan substrat yang berlumpur atau tergenang air, hidup menempel pada akar atau batang dan hidup membenamkan diri didalam lumpur (Susiana, 2011). Menurut Suwignyo (2005) dalam Susiana (2011), Salah satu wilayah perairan sebagai habitat adalah pantai dan sekitarnya diTaman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan yang terletak di Semenanjung Blambangan Kabupaten Banyuwangi. Taman Nasional ini mempunyai luas 43.420 Ha dengan ketinggian antara 0-322 m dpl. Daerah ini merupakan suatu kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Ariyanto, 2010). Palupi (2005) menyatakan bahwa selain memiliki keanekaragaman flora, fauna serta goa alamnya, kawasan ini dikelilingi oleh beberapa pantai berpasir putih bersih dan dikenal dengan pasir gotrinya. Laut di sekitar Taman Nasional Alas Purwo terkenal memiliki ombak dan arus yang besar. Besarnya aruh dan gelombang di laut Taman Nasional Alas Purwo diduga mempengaruhi struktur komunitas Moluska, khususnya kelas Gastropoda, yaitu dapat mempengaruhi organisme di dalam perairan salah satunya adalah kelompok Moluska (Gastropoda). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas gastropoda di sekitar Pantai Taman Nasional Alas, Jawa Timur.

HIPOTESIS PENELITIAN Perbedaan substrat mempengaruhi perbedaan struktur komunitas Gastropoda METODOLOGI PENELITIAN 1. Waktu dan tempat penelitian Tanggal penelitian : 23-24 April 2012 Tempat : Di sekitar pantai Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. 2. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain survei. Pengambilan sampel dan penentuan stasiun menggunakan teknik purposive sampling 3. Alat Jala surber/eckman grab, botol sampel dan plastik sampel, nampan, kertas label, pinset, buku kunci identifikasi, alat-alat tulis, termometer, keping Secchi, kertas indikator universal pH (1-14), DO meter

4. Bahan Formalin 3 %, alkohol 70% 5. Cara kerja A. Penentuan Stasiun 1. Menentukan 3 stasiun pengamatan, yaitu substrat lumpur, batu dan pasir berbatu 2. Membuat 5 kuadran dengan luas 1 X 1 m pada masing- masing stasiun pengamatan menggunakan teknik purposive sampling

B. Pengambilan Sampel 1. Menempatkan jala surber pada dasar perairan dengan arah melawan arus untuk mengambil sampel pada kedalaman kurang dari 30 cm (dangkal) 2. Mengaduk material dalam kuadran dengan ukuran tertentu sampai kedalaman 5 cm yang diarahkan pada jala surber 3. Mengambil organisme yang tersaring, sementara batuan, kerikil atau pasir di bersihkan permukaannya dengan kuas pada mulut jala 4. Memasukkan organisme dalam botol plastik dan mengawetkannnya dengan formalin 3% dan alkohol 70%. 5. Mengambil sampel pada tiap stasiun/kuadran pada bagian tepi kiri, bagian tengah dan bagian tepi kanan (3 transek pengambilan) 6. Meneliti specimen berdasarkan tipe, kumpulkan bagian yang bisa diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi 7. Menempatkan masing-masing kelompok specimen pada botol sampel dan beri label. 8. Melakukan analisis data kelimpahan dan keanekaragaman dengan menggunakan rumus, dan dilanjutkan dengan analisis statistik

C. Pengukuran parameter lingkungan Pengukuran parameter lingkungan dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel. Paremeter yang diukur meliputi: A. SIFAT FISIKA 1. Suhu Pengukuran suhu meliputi suhu air dan suhu udara. Pengukuran suhu air dilakukan dengan cara mencelupkan pada badan air selama kurang lebih 10 menit sampai menunjukkan angka yang konstan, sementara pengukuran suhu udara dilakukan dengan cara menggantung termometer pada suatu titik di kuadran tersebut. 2. Kecepatan arus Kecepatan arus bervariasi terhadap kedalaman dan bagian sungai. Hal ini berarti pada kedalaman yang berbeda mempunyai kecepatan arus yang berbeda.Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan : 1. Alat pengukur kecepatan arus (Current meter) 2. Metode pelampung (Float method) yaitu metode perkiraan Cara: Menggunakan botol plastik ukuran 0,5 liter (misal : botol aqua) diisi air sampai 80 %, kemudian diikat, digulung tali dengan panjang tertentu dan dihanyutkan serta mencatat sampai gulungan tali habis Kecepatan arus= Panjang tali/waktu (m/det)

Bila mengukur pada bagian tengah dan bagian pinggir, maka kecepatan arus merupakan rata-rata dari kecepatan arus sungai bagian pinggir dan tengah.

3. Penetrasi cahaya Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan menggunakan keping Secchi yang dikaitkan pada tali penduga. Yang harus diperhatikan adalah apakah penetrasi cahaya tersebut sampai ke substrat dasar atau tidak. 5. Substrat. Substrat pada setiap stasiaun pengamatan di amati secara visual. B. SIFAT KIMIA 1. Derajat Keasaman (pH) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kertas indikator universal pH (1-14) yang dicelupkan ke dalam air, kemudian mencocokkan perubahan warna dengan warna standart 2. Biochemical Oxygen Demand (BOD) 1. Mengambil contoh air dengan botol 2. Mengukur BOD sampel air dengan DO meter

PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA Perhitungan data yang diperoleh meliputi: A. Kelimpahan spesies Kelimpahan : Keterangan : 2 B = kelimpahan individu/m 2 2 T= luas satu m (10000 cm ) 2 A= luas transek pengambilan (cm ) P = jumlah individu species ke-i S = jumlah transek pengambilan B. Indeks keanekaragaman spesies Rumus yang digunakan untuk menghitung keanekaragaman adalah rumus Indeks Shannon-Wiener (Odum, 1993). Keanekaragaman Spesies : ( )

( )

Keterangan : H’ = Keanekaragaman Spesies Ni = Nilai kepentingan untuk tiap spesies N = Nilai kepentingan total Klasifikasi Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener seperti tabel berikut: Nilai indeks

Kategori

>3

Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesi es tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

1–3

Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang

1 = pola persebaran mengelompok

Analisis Statistik Data kemudian dianalisis secara deskriptif dan statistik dengan menggunakan ANAVA Satu Arah.

HASIL PENELITIAN 1. Kelimpahan Gastropoda Kelimpahan terbesar dari seluruh zonasi penelitian terdapat pada zona II sebesar 2 2 38.4 ind/m dan terendah terdapat pada zona I sebesar 11.4 ind/m . Berdasarkan 2 genusnya, kepadatan tertinggi adalah genus Cerithium sebesar 32.6 ind/m , sedangkan kepadatan terendah adalah genus Neritodryas, Turbo, Cypraea dan Architectonia yang 2 masing-masing sebesar 0.2 ind/m . Data selengkapnya mengenai kelimpahan dapat terlihat pada Tabel 1. dibawah ini:

Tabel 1. Kelimpahan Gastropoda Pada Setiap Zona Zona Substrat Genus

I (Rawa Bendo)

Lumpur

II (Pancur)

III (Pancur)

Batu

Pasir berbatu

Ind / m2

Malea

5.2

Nerita

5

Neritina

1

Neritodryas

0.2

Cerithium

32.6

Nerita

4.2

Smaragdia

1.2

Turbo

0.2

Cerithium

13.2

Nerita

1.8

Sipnonaria

0.4

Cypraea

0.2

Architectonia

0.2

total

jumlah 11.4 ind/m2

38.4 ind/m2

25.8 ind/m2

75.6 ind/m2

Data diatas didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kelimpahan pada ketiga zona. . Analisis Statistik dapat dilihat pada Tabel 2. di bawah ini: Tabel 2. ANAVA Kelimpahan Gatropoda Sumber df SS MSS F hitung F tabel Variansi Antar Asal

2

130.69

65.345

Error

11

852.98

77.54

0.843

3.982

Total 13 983.67 Kesimpulan: Fhitung < Ftabel yaitu 0.843 < 3.982 maka terima Ho pada α = 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan kelimpahan pada ketiga zona. 2. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Dominansi (D) Gastropoda Indeks keanekaragaman gastropoda berkisar antara 0.514-1.005 yang secara umum tergolong rendah-sedang dan indeks dominansi berkisar antara 0.408-0.741 yang secara umum tergolong rendah sampai sedang. Nilai hasil tersebut terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Dominansi (D) Gastropoda pada setiap zona Zona

Substrat

Indeks Keanekaragaman (H’)

Indeks Dominansi (D)

I (Rawa Bendo)

Lumpur

1.005

0.408

II (Pancur)

Batu

0.514

0.741

III (Pancur)

Pasir Berbatu

0.60

0.712

Data diatas didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan indeks keanekaragaman dan indeks dominansi Gastropoda. Analisis Statistik dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 di bawah ini: Tabel 4. ANAVA Dominansi Gatropoda Sumber df Variansi

SS

MSS -3

Antar Asal

2

0.0137

6.85 x 10

Error

11

1.3243

0.1103

F hitung

F tabel

0.062

3.982

Total 13 1.338 Kesimpulan: Fhitung < Ftabel yaitu 0.062 < 3.982 maka terima Ho pada α = 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan dominansi pada ketiga substrat atau dominansi pada ketiga substrat sama saja Tabel 5. ANAVA Keanekaragaman Gastropoda Sumber df SS Variansi Antar Asal Error

2 11

MSS

0.045 0.107

0.023

F hitung

F tabel

2.364

3.982

-3

9.73 x 10

Total 13 0.152 Kesimpulan: Fhitung < Ftabel yaitu 2.364 < 3.982 maka terima Ho pada α = 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan keanekaragaman pada ketiga substrat 3. Pola Distribusi Indeks pola distribusi (Id) berkisar antara 1.25-1.93. Secara umum, jika nilai pola distribusi (id)>1, maka pola penyebaran bersifat mengelompok. Data menunjukkan bahwa semua gastropoda memiliki pola distribusi secara mengelompok terlihat dalam Tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Pola Distribusi Gastropoda Substrat Zona Genus Id Pola Distribusi

I (Rawa Bendo)

II (Pancur)

III (Pancur)

Lumpur

Batu

Pasir berbatu

Neritina

1.75

Mengelompok

Neritodryas

1.75

Mengelompok

Nerita

1.67

Mengelompok

Malea

1.49

Mengelompok

Turbo

1.75

Mengelompok

Nerita

1.36

Mengelompok

Smaragdia

1.33

Mengelompok

Cerithium

1.93

Mengelompok

Cypraea

1.75

Mengelompok

Cerithium

1.19

Mengelompok

Nerita

1.72

Mengelompok

Architectonia

1.75

Mengelompok

Siphonaria

1.25

Mengelompok

Data diatas didukung oleh analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pola distribusi Gastropoda. Analisis Statistik dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini: Tabel 7. ANAVA Pola Distribusi Gastropoda: Sumber df SS Variansi

MSS

F hitung

F tabel

0.54

3.982

Antar Asal

2

0.67

0.34

Error

11

6.93

0.63

Total 13 7.60 Kesimpulan: Fhitung < Ftabel yaitu 0.54 < 3.982 maka terima Ho pada α = 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan pola distribusi Gastropoda 4. Parameter Lingkungan Hasil pengukuran parameter lingkungan yaitu nilai parameter fisika dan kimia pada setiap substrat di sekitar Pancur dan Rawa Bendo, Taman Nasional Alas Purwo terlihat bahwa pada Tabel dibawah ini: Tabel Kisaran Nilai Parameter Fisika dan Kimia Pada Setiap Substrat di sekitar Pancur dan Rawa Bendo. No.

1 2 1 2

Parameter Fisika & Kimia Fisika Suhu (◦c) Arus (m/dtk) Kimia pH DO (mg/l)

Lumpur

Zona Batu

Pasir Berbatu

28,9 – 29

31 - 32

31 - 32

0

1 – 1.3

1 – 1.3

8 1.1

7 5.8

7 5.8

PEMBAHASAN 1. Kelimpahan Gastropoda di Pantai Sekitar Taman Nasional Alas Purwo Zonasi pancur memiliki kepadatan dan komposisi tertinggi dibandingkan zonasi rawa bendo, hal ini diduga lokasi penelitian pancur yang memiliki parameter lingkungan lebih baik dibandingkan rawa bendo. Kandungan oksigen terlarut diperairan Rawa Bendo, Taman Nasional Alas Purwo termasuk ke dalam perairan yang buruk, sedangkan diperairan pancur termaksud kedalam perairan yang kurang produktif, hal ini sesuai dengan pernyataan Suratman (1985) bahwa kandungan oksigen terlarut dalam perairan kurang dari 3 mg/l akan mengganggu kehidupan organisme air, sedangkan kandungan oksigen terlarut yang berkisar antara 5 – 7 mg/l termasuk perairan kurang produktif dan lebih dari 7 mg/l termasuk perairan yang produktif. Selanjutnya Sinambela (1994) menyatakan bahwa kehidupan gastropoda di air dapat bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimum sebayak 2 mg/l. Sedangkan kisaran nilai pH di perairan rawa bendo dan pancur stabil berkisar antara 7-8 yang artinya pH tersebut dalam kisaran normal untuk kehidupan gastropoda

yang termasuk kelas dalam filum Mollusca. Hal ini sesuai dengan pendapat Odum (1971) menyatakan bahwa perubahan pH pada perairan laut biasanya sangat kecil karena adanya turbulensi masa air yang selalu menstabilkan kondisi perairan. Effendi (2000) menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5. Nybakken (1988) menjelaskan bahwa substrat dasar merupakan salah satu faktor ekologis utama yang mempengaruhi struktur komunitas makrobenthos, khususnya gastropoda. Substrat merupakan parameter yang sangat penting bagi kehidupan gastropoda sebagai habitat. Hasil pengamatan substrat pada daerah pancur memiliki 2 variasi substrat yaitu berupa pasir, dan batu berpasir. Pada daerah rawa bendo memiliki substrat yang berlumpur. Pada substrat batu memiliki kelimpahan gastropoda terbesar dengan nilai 38.2 ind/m2, diikuti kelimpahan pada substrat pasir yng berbatu dengan nilai 24,8 ind/m2 dan terendah pada substrat berlumpur dengan nilai 11.4 ind/m2, hal ini dikarenakan pada substrat batu dan pasir berbatu didapat jenis gastropoda yang bersifat menempel pada substrat dan didukung dengan lingkungan yang cukup baik untuk menunjang pertumbuhan gastropoda tersebut. Tetapi pada substrat berlumpur karna keadaan lingkungan yang termaksud katagori buruk maka kelimpahan gastropoda yang didapat sedikit, hanya beberap jenis gastropod yang dapat beradaptasi pada lingkungan tersebut yang dapat hidup tetapi memiliki persebaran yang sedikit. Bandel (1974) dalam Guitterez (1988) menginformasikan bahwa Malea adalah hewan mikrofagus yang memakan detritus, sponge, alga, dan mikrooganisme tak bercangkang lainnya. Kecepatan arus dapat mempengaruhi kepadatan gastropoda. Hal ini didukung oleh pernyataan Wood (1987), berdasarkan kecepatan arus maka perairan dapat dikelompokkan menjadi berarus cepat (> 100 cm/dtk), sedang (10 – 100 cm/dtk), lemah (< 10 cm/dtk) dan sangat lemah (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF