3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

November 17, 2017 | Author: Febiyani Pribadi Januar | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download 3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita...

Description

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi BAB lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari penderita (Depkes RI,). [1] Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang akhirnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara serius. Untuk itu sangat diperlukan Sistem Kewaspadaan Diri (SKD) yang baik. [1] Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Amirudin). [2] Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2001, diare menempati urutan ketiga penyebab kematian bayi. Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonaturum dan keracunan makanan. (Depkes RI, ). [1] Masalah penyakit diare merupakan masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak terdapat di Negara berkembang daripada Negara maju yaitu 12,5 kali lebih banyak di dalam kasus mortalitas. Diantara banyak bentuk penyakit diare, yang dihadapi oleh anakKEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

1

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

anak berusia di bawah lima tahun (khususnya yang rentan) yang paling parah menurut manifestasi klinisnya adalah kolera, infeksi rotavirus, dan disentri. Pada tingkatan yang lebih umum terdapat dua indikator efek kesehatan yang dapat dengan mudah diajukan, pertama yang berhbungan dengan angka kematian akibat penyakit diare, dan yang satu lagi dengan angka morboditas. Penyakit diare secara alami sering terjadi berulang kali dalam interval yang tidak tentu sehubungan dengan jumlah wabah penyakit (sebuah wabah biasanya didefinisikan sebagai suatu kejadian dari satu atau lebih kasus-kasus yang berhubungan dengan penyakit yang sama, atau suatu peningkatan jumlah kasus yang diobservasi melebihi jumlah yang diperikarakan). [14] Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodefisiensi, dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya

keadaan

gizi,

kebiasaan

atau

prilaku,

sanitasi

lingkungan,

dan

sebagainya (Amirudin). [2] Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku manusia yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB (Depkes RI, 2004). [1] Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, kasus kejadian diare di kota Medan sepanjang tahun 2011 sebanyak 29.375 kasus, sedangkan di tahun 2012, angka kesakitan diare sebanyak 29.769 kasus. (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2012) [3] Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare berpengaruh pada perilaku ibu dan masalah kesehatan keluarga. Menurut Notoadmojo (2003) perilaku dibagi 3 domain ini diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

2

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

(practice).

[4]

Data Puskesmas Rambung dari bulan Januari-Oktober Tahun 2013,

penyakit infeksi usus menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak dengan total 658 kasus. Berdasarkan dari data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ”Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013”.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013?”.

1.3

Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan kejadian diare di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013. 1.3.2 Tujuan khusus 

Diketahui distribusi frekuensi diare pada balita.



Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang diare di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.



Diketahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

3

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa jurusan Kedokteran, sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat mengenai penyebab diare pada balita. 2. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya pada bidang kesehatan lingkungan (kesling) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan. 3. Bagi Masyarakat Sebagai bahan masukan untuk mengetahui tentang pengetahuan dan sikap ibu yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu dalam menghadapi diare. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau informasi bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian dengan variabel-variabel yang lain. 5. Bagi Peneliti Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan serta kemampuan peneliti terhadap metodologi penelitian dan statistik.

1.5

Ruang Lingkup Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian analitik mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare, subjek penelitian yaitu semua ibu yang mempunyai anak balita usia 1 - 5 tahun yang berada di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2013. KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

4

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan pustaka ini akan dijelaskan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tentang diare, tentang perilaku dan pengetahuan, hubungan pengetahuan dengan diare pada balita, kerangka teori, kerangka konsep dan hipotesis.

2.1

Diare 2.1.1 Pengertian Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI).[1] Ada pendapat lain yang mengatakan diare adalah BAB yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Alimulul). [5]

2.1.2 Etiologi Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (B. Albert and Paul S). [6] a. Faktor infeksi 1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi : 

Infeksi

bakteri

:

vibrio,

E.

Coli,

salmonella,

shigella,

campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya. 

Infeksi virus : enteroovirus virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.



Infestasi

parasit

:

cacing

(ascaris,

trichiuris,

oxyuris,

strongyloides.), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis.), jamur (candida albicans).

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

5

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. b. Faktor malabsorbsi Untuk faktor malabsorbsi ada 3 yaitu malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa, malabsorbsi protein, malabsorbsi lemak, faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, faktor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. (B. Albert and Paul S, 2003). [6] c. Alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab lainnya (Joko irianto). [7] 2.1.3 Patogenesis diare (B. Albert and Paul S, 2003) [6] a. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah : 1) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air danelektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

6

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

b. Patogenesis 1) Patogenesis diare akut 

Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.



Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.



Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).



Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

2) Patogenesis diare kronis Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain. 2.1.4 Gejala klinis diare (B. Albert and Paul S, 2003) [6] Mula-mula bayi atau balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare. Tinja yang berlendir dengan atau tanpa darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat Badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

7

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

2.1.5 Dehidrasi Pada diare hebat yang sering kali disertai muntah-muntah, tubuh kehilangan banyak air dan garam-garamnya, terutama natrium dan kalium. Hal ini mengakibatkan tubuh kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium (hipokaliemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam) yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Bahaya ini sangat besar khususnya bagi bayi dan anak-anak karena organismenya memiliki cadangan cairan intra-sel yang hanya kecil sedangkan cairan ekstra selnya lebih mudah dilepaskannya dibanding tubuh orang dewasa. Gejala pertama dari dehidrasi adalah perasaan haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (hilang kekenyalannya), berkurangnya air seni dan menurunnya

berat

badan,

juga

gelisah.

Kekurangan

kalium

terutama

mempengaruhi sistem neuromuskuler dengan gejala mengantuk (letargi), lemah otot dan sesak nafas (dyspnoea).

Klasifikasi Dehidrasi Pengklasifikasian berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi (B. Albert and Paul S, 2003) [6] : 

Belum ada dehidrasi



dehidrasi ringan



dehidrasi sedang



dehidrasi berat.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

8

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

2.1. Tabel penilaian derajat dehidrasi [8] Penilaian

A

B

C

1. Lihat a. Keadaan umum

Baik , sadar

Gelisah, rewel

Lesu , lunglai atau tidak sadar

b. Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung dan kering

c. Air mata

Ada

Tidak ada

Tidak ada

d.Mulut dan lidah

Basah

Kering

Sangat kering

e. Rasa haus

Minum biasa

Haus, ingin minum Malas minum atau tidak

Tidak haus

banyak

bisa minum

Kembali lambat

Kembali sangat lambat

2. Periksa

turgor Kembali cepat

kulit 3. Derajat dehidrasi

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi

ringan

/ Dehidrasi berat / bila ada 1

sedang bila ada 1 tanda tanda ditambah 1 atau lebih ditambah 1 atau lebih tanda lain tanda lain 4. terapi

Rencana terapi A

Rencana terapi B

Rencana terapi C

Rencana terapi A untuk anak diare tanpa dehidrasi 1. Beri cairan tambahan jelaskan kepada ibu : 

Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian



Jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

9

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013



Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan berikut, yaitu oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang anak harus diberi larutan oralit di rumah jika :



Anak telah diobati dengan rencana terpai B dan C dalam kunjungan ini



Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah, ajari ibu

dengan

cara

mencampur

dan

memberikan

oralit

untuk:

<

2

tahun

:

50

sampai

100

ml

setiap

kali

BAB

>

2

tahun

:

100

sampai

200

ml

setiap

kali

BAB

atau 10 cc/kgBB/setiap kali BAB cara meminumkan : - minumkan sedikit sedikit tetapi sering - jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjut dengan lebih lambat - teruskan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti 2. Beri tablet zinc pada umur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis : 

< 6 bulan : 1/2 tablet (10mg)/hari



6 bulan : 1 tablet (20mg)/ hari

3. Lanjut pemberian makan/ASI Rencana terapi B, untuk anak diare dengan dehidrasi sedang/ringan 

Jumlah oralit yang diperlukan 3 jam pertama yaitu 75 ml/kgBB



mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan



lanjutkan pemberian ASI



Berikan tablet zinc selama 10 hari



Setelah 3 jam :



ulangi penilaian derajat dehidrasinya



pilih rencana terapi yang sesuai

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

10

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013



Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai, tunjukan cara membuat oralit dirumah



Tunjukan berapa larutan yang diberikan selama 3 jam pengobatan



Berikan oralit yang cukup untuk dehidrasi

Rencana terapi C, untuk anak diare dengan dehidrasi berat 

Berikan cairan intravena secepat mungkin.



Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infus disiapkan.



Beri 100 ml/kgbb cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tidak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi dalam tabel sebagai berikut ini:

umur X2 tabel (p < 0,05) Ha ditolak bila X2 hitung < X2 tabel (p  0,05)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

24

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ke-empat ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan yang diperoleh. Bab ini berisi gambaran umum lokasi penelitian, gambaran demografi, gambaran karakteristik sampel, hasil dan analisis utama.

4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Rambung berada di Jalan Jamin Ginting No. 111 Kelurahan

Rambung Barat, Kecamatan Binjai Selatan, yang berdiri pada tahun 1977 dan merupakan Puskesmas Induk hingga sekarang dan membawahi Puskesmas Pembantu Tanah Seribu. Puskesmas Rambung ini memiliki wilayah kerja sebanyak 4 kelurahan, yaitu : -

Kelurahan Rambung Dalam

-

Kelurahan Rambung Timur

-

Kelurahan Rambung Barat

-

Kelurahan tanah Seribu

Wilayah kerja Puskesmas Rambung memiliki batas : 

Timur : Kelurahan Mencirim, Kecamatan Binjai Timur.



Barat : Kelurahan Binjai Estate, Kecamatan Binjai Selatan.



Utara : Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota.



Selatan : Kuala Mencirim, Kabupaten Langkat.

Berdasarkan data tahun 2013, penduduk di wilayah kerja Puskesmas Rambung berjumlah 16.000 jiwa (4280) KK dan bertempat tinggal di 3348 rumah, yang terdiri dari : -

Rambung Timur

: 724 KK dan 2685 jiwa

-

Rambung Barat

: 818 KK dan 3145 jiwa

-

Rambung Dalam

: 1090 KK dan 4052 jiwa

-

Tanah Seribu

: 1683 KK dan 6187 jiwa

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

25

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Mayoritas penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Rambung, adalah beragama Islam. Luas areal pertanian di wilayah kerja Puskesmas Rambung sekitar 105 Ha atau sama dengan 44,5% dari luas wilayah kerja Puskesmas. Areal pertanian ini berupa sawah yang mempunyai irigasi dan sawah tadah hujan. Sesuai dengan kondisinya, penduduk daerah mengusahakan berbagai pekerjaan seperti peternakan (peternak ayam), kerajinan home industri, industri besar (bengkel las), jasa pemerintah / non pemerintah, pegawai swasta, jasa perdagangan (toko, warung, kios).

4.2

Gambaran Demografi Luas Wilayah Kecamatan Binjai Selatan adalah 2.995,50 Ha yang terdiri

dari 8 Kelurahan, antara lain : -

Kelurahan Rambung Dalam

-

Kelurahan Tanah Merah

-

Kelurahan Rambung Timur

-

Kelurahan Tanah Seribu

-

Kelurahan Bhakti Karya

-

Kelurahan Binjai Estate

-

Kelurahan Puhidadi

-

Kelurahan Rambung Barat

Luas wilayah kerja Puskesmas Rambung adalah 236 Ha. Dan Penduduk wilayah kerja Puskesmas Rambung pada tahun 2013 tercatat ± 16069 jiwa dengan 4315 KK. Luas areal pertaniannya sekitar 105 Ha (44,5%) dari luas wilayah kerja puskesmas. Sesuai dengan kondisinya, penduduk daerah mengusahakan berbagai pekerjaan seperti peternakan (peternak ayam), kerajinan home industri, industri besar (bengkel las), jasa pemerintah/non pemerintah (PNS/Mantri kesehatan/ perawat), pegawai swasta, pegawai BUMN/ BUMD, pensiunan ABRI/Polri) jasa perdagangan (toko, warung, kios). KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

26

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Gambar 4.1 Gambar Wilayah Kecamatan Binjai Selatan

4.3 Gambaran Karakteristik Sampel a. Berdasarkan usia ibu Menurut J.T. Mitihar pembagian usia ibu adlah sebagai berikut : [12] 

34 tahun

: ibu tua

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

27

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia ibu di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013 No

Usia Ibu

N

%

1

34 tahun (ibu tua)

14

16,5

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berumur 34 tahun (ibu tua) berjumlah 14 responden dengan persentase 16,5%.

b. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu Menurut Sisdiknas, tingkat pendidikan terbagi menjadi : [13] 

SD

: Sangat rendah



SMP

: Rendah



SMA

: Menengah



Perguruan tinggi (PT)

: Tinggi

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013 No

Tingkat Pendidikan

N

%

1

SD (sangat rendah)

1

1,2

2

SMP (rendah)

10

11,8

3

SMA (menengah)

64

75,3

4

PT (tinggi)

10

11,8

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

28

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang tingkat pendidikan SD (sangat rendah) berjumlah 1 responden dengan persentase 1,2%, SMP (rendah) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%, SMA (menengah) berjumlah 64 responden dengan persentase 75,3% dan Perguruan Tinggi (tinggi) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%.

4.4 Hasil dan Analisa utama

a. Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013 No

Tingkat Pengetahuan

N

%

1

Kurang (76%)

24

28,2

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang tingkat pengetahuan kurang (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF